50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan0%

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Akhlak

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Syaikh Abbas Al-Qummy
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 6437
Download: 2520

Komentar:

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 56 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 6437 / Download: 2520
Ukuran Ukuran Ukuran
50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

syaikh Abbas Al-Qummi ra

Sekilas Riwayat Hidup

Syaikh Abbas Al-Qummi

Syaikh Abbas al-Qummi, sebagaimana yang tertulis dalam kitab al Fawâidur Radhawiyyah dilahirkan pada tahun 1294 Hijriyah di kota suci Qum. Ia hidup di kota tersebut sejak masa kecil hingga akhir hayatnya. Di kota itu, ia mempelajari berbagai mata pelajaran mukadimah, semenjak ilmu-ilmu Fiqih dan Ushul. Pada tahun 1316 H. al-Muhaddis al-Qummi pergi merantau ke kota Najaf Asyraf – Irak untuk melanjutkan studinya. Di sana ia mengikuti khalaqah-khalaqah pelajaran yang disampaikan oleh para ulama terkenal dan guru-guru besar. Tetapi minatnya dalam mempelajari ilmu Hadis lebih tinggi daripada minatnya mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Sejak saat itulah ia bertekad untuk berusaha mendalami ilmu Hadis dan berusaha keras dalam mengkajinya. Untuk mewujudkan tekad ini, ia senantiasa mendatangi seorang muhaddis (ahli hadis) ternama dan ‘allamah besar yaitu Mirza Husain an-Nuri penulis kitab Mustadrakul Wasâ'il. Melalui muhaddis inilah, Syaikh Abbas al Qummi banyak mengambil pelajaran-pelajaran dan pancaran ilmu pengetahuan.

Zuhud

Kehidupan Syaikh Abbas al-Qummi jauh lebih sederhana dibanding rata-rata orang lainnya. Aba’ah (pakaian khusus ruhani) yang senantiasa ia kenakan terbuat dari bahan yang kasar, tetapi selalu berbau harum dan bersih, dan ia tidak pernah menggantinya selama beberapa tahun karena tidak pernah memikirkan kekayaan dan bagaimana berhias.

Dalam hidupnya, ia sama sekali tidak menggunakan saham Imam Zaman As untuk keperluan hidupnya, ia berkata: ” Aku tidak pantas untuk itu ”. Ia adalah orang yang sangat berhati-hati dalam hal makan dan minum serta senantiasa khawatir akan terkena hal-hal yang syubhat (meragukan).

Pada suatu hari dua orang perempuan Syiah dari India mendatanginya, kedua wanita tersebut ingin memberikan uang sejumlah 75 Rupee India sebagai syahriah atau beasiswa untuk keperluan hidupnya sehari-hari, tetapi ia menampiknya. Pengeluarannya pada setiap bulan –pada masa itu- kira-kira sebesar 50 Rupee. Salah seorang kerabatnya memaksa ia untuk menerima pemberian tersebut, tetapi ia menjawab dan mengatakan: “Sesungguhnya aku tidak tahu bagaimana aku harus memberikan jawaban di hadapan Allah pada hari Kiamat kelak tentang uang yang akan aku gunakan sekarang ini. Betapa beratnya tanggung jawabku untuk menerima uang tersebut."

Ikhlas

Pada suatu hari ia berkata kepada putranya: “Setelah aku merampungkan menulis kitab Manâzilul Akhirah (Peringkat-peringkat Hari Akhirat) dan mencetaknya, aku pergi mengunjungi kota suci Qum. Di sana aku melihat kitabku itu sampai di tangan Syaikh Abdul Razak dimana beliau senantiasa memberikan nasihat kepada masyarakat di Haram Sayidah Maksumah As setiap sebelum shalat Dzuhur. Ayahku, Muhammad Ridha, yang termasuk murid Syaikh Abdul Razaak hadir pula ketika itu. Syaikh Abdul Razak membuka kitab Manâzilul Akhirah-ku tersebut kemudian membacakannya di hadapan hadirin. Suatu hari ayahku datang ke rumahku dan berkata kepadaku: “Wahai Syaikh Abbas seandainya saja engkau seperti Syaikh Abdul Razak yang senantiasa naik ke atas mimbar dan membacakan kitab ini?“. Ketika itu aku diam dan tidak memberikan jawaban bahwa kitab tersebut sebenarnya adalah kitabku. Tapi aku berkata kepada ayahku: “Wahai ayahku berdoalah untukku semoga Allah Swt memberikan taufik untuk hal itu”.

Syaikh Muhaddis al-Qummi adalah seorang yang wara’, ikhlas, tidak pernah meninggalkan shalat malam, sosok yang shaleh , penyusun kitab (muallif), muhaddis dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kitab-kitab, terutama kitab-kitab yang menjelaskan tentang ilmu-ilmu Ahlulbait As yang berupa hadis-hadis, doa-doa dan yang lainnya. Ia telah menulis puluhan kitab-kitab yang berharga di antaranya ialah Safinatul Bihâr, Mafâtihul Jinân, Nafasul Mahmum, al-Fawâidur Radhawiyyah, Muntahal Âmal, 50 Durus fii Akhlâq (yang sekarang Anda baca) dan yang lainnya yang ia tulis dengan bahasa Persia yang kemudian diterjemahan ke dalam bahasa Arab.

Akhirnya, semoga kita dapat menggunakan waktu-waktu kita dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya dengan banyak berkata-kata yang tidak ada manfaatnya sehingga Allah Swt menganugerahkan kita kesempatan untuk dapat mengkaji kitab-kitabnya yang sarat dengan ilmu pengetahuan Ahlulbait As tersebut dan dapat pula memahaminya dan mengamalkannya dengan baik dan ikhlas. Amin………

Mukadimah Penulis

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah yang mengatur seluruh jagad raya, salawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah atas nabi besar Muhammad Saw dan keluarganya yang suci As.

Sesungguhnya hamba yang telah patah kedua sayapnya ini, lemah kondisinya dan telah terjerembab ke dalam tangga angan-angan dan khayalan -yang bernama Abbas bin Muhammad Ridha al-Qummi, semoga Allah memperlihatkan berbagai aib dan cacat dirinya dan menjadikan masa depan kondisi hatinya lebih baik daripada hari-hari sebelumnya- berkata:

"Sesungguhnya buku sederhana ini mencakup beberapa kalimat yang indah dan nasihat-nasihat serta hikmah-hikmah yang mulia. Aku berharap kiranya orang-orang yang mempunyai akal sehat tidak hanya melihatnya sebagai coretan-guratan dan tulisan-tulisan belaka, tetapi hendaknya mereka melihatnya sebagai mutiara-mutiara yang tinggi dan merekam semua ini di telinga-telinga mereka untuk kemudian mengamalkan kandungannya. Dan aku juga mengharap agar mereka tidak melupakan kami; seorang durjana dan lalai ini dengan doa-doa kebaikan".

Pelajaran Ke-1

Khauf dan Khasyyah

Saudaraku, takutlah kepada Allah 'azza wa jalla dan ingatlah akan keagungan dan kebesaran-Nya, hendaklah engkau senantiasa memikirkan tentang hari perhitungan amal dan ingatlah berbagai macam azab Allah Swt. Gambarkanlah tentang kematian dan kesulitan yang akan terjadi di alam barzakh dan pembalasan pada hari Kiamat, baca dan renungkanlah ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan surga, neraka dan hal-ihwal orang-orang yang takwa dan orang-orang yang saleh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya setiap kali makrifat dan pengetahuan seorang hamba tentang kebesaran Sang Pencipta yang Maha Agung itu bertambah, maka ia akan lebih banyak mengetahui aib dan cacat dalam dirinya dan akan bertambah pula rasa takutnya kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt menisbatkan khauf dan khasyyah kepada-Nya dengan takut dan khasyyah-nya para ulama. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya di antara para hamba-hamba- Nya hanya para ulamalah yang takut kepada Allah Swt. “ (Qs. al-Faathir [35]:28)

Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya aku adalah hamba yang paling takut kepada Allah Swt.”[1]

Seorang perawi yang bernama Sa’labi meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Abu Ishaq dari Abu Huzaifah bahwa seorang sahabat nabi berkata kepada beliau: “Ya Rasulallah, betapa cepatnya engkau beruban”,

Rasul Saw menjawab:

“Sesungguhnya (surah) Hud dan saudari-saudarinya telah membuatku beruban.”[2]

Di dalam hadis yang lain Rasulullah Saw bersabda:

“Telah membuatku beruban surat Hud, Waqiah, Mursalat, dan ‘Amma Yatasaalun.”[3]

Walaupun engkau belum pernah berjumpa dan melihat para nabi, tetapi pasti engkau telah mendengar kisah-kisah tentang takutnya para nabi dan para muqarrabbin (orang-orang yang dekat dengan Allah Swt), ghaibubah-nya Amirul mu’minin ‘Ali bin Abi Talib As dan tadarruk-nya Sayyidus Sajidin di dalam munajat-munajatnya.[]

Pelajaran Ke-2

Harapan

Saudaraku, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah Swt. Jadilah orang yang mempunyai asa dan harapan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia ini merupakan ladang untuk akhirat sedangkan hati setiap anak Adam merupakan tanahnya. Iman sebagai bibitnya, sementara taat sebagai air yang mengaliri bumi hati dan membersihkannya dari berbagai noda maksiat. Dan akhlak yang tercela merupakan onak dan duri serta kayu, sedang hari Kiamat adalah waktu untuk menuai tanaman tersebut. Ketahuilah barang siapa yang bercocok tanam di dunia ini dengan cara seperti itu kemudian dia memiliki sikap optimis, maka harapannya akan terpenuhi. Jika tidak, maka apa yang telah ia lakukan itu tiada lain kecuali ghurur, congkak, pongah dan kebodohannya.[]

Pelajaran Ke-3

Ghirah dan Himyah

(Cemburu dan Memelihara)

Saudaraku, janganlah engkau teledor dan lalai dalam menjaga dan memelihara agamamu, kehormatanmu, anak-anakmu dan harta bendamu. Hendaklah engkau senantiasa menolak berbagai bid’ah dari para pembuat bid’ah dan berbagai keraguan para pengingkar agama yang nyata.

Serius dan bersungguh-sunguhlah dalam menyebarkan syari’at yang mulia. Janganlah engkau melalaikan amar maruf dan nahi munkar. Janganlah engkau angkat penutup wibawamu dari wanita-wanita keluargamu dan kerabatmu. Berusahalah semampu mungkin agar para wanita keluargamu tidak memandang lelaki. Cegahlah mereka dari segala sesuatu yang kemungkinan dapat merusak iman dan akhlak mereka, seperti mendengarkan musik dan lagu-lagu, keluar dari rumah dan berkumpul dengan orang-orang yang tidak dikenal serta mendengarkan kisah-kisah dan cerita-cerita yang membangkitkan syahwat. Berlakulah lemah lembut kepada mereka dan seriuslah dalam meneliti dan memperhatikan hal-ihwal mereka.[]

Pelajaran Ke-4

Tercelanya Tergesa-gesa

Anakku yang baik, janganlah engkau tergesa-gesa dan terburu-buru dalam suatu urusan. Hendaklah engkau memikirkan segala perbuatan dan ucapan-ucapanmu terlebih dahulu. Ketahuilah bahwa segala urusan yang dilakukan oleh seseorang tanpa berfikir terlebih dahulu akan mengakibatkan kerugian dan menyebabkan pelakunya menyesal. Setiap ketergesa-gesaan dan gampangnya mengeluarkan pendapat dan pandangan, dapat menjadikannya hina di hadapan orang-orang dan tidak akan mendapat tempat nantinya di hati mereka.

Pujangga Sa’di berkata: “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu dapat dikerjakan dengan baik dengan kesabaran, pertimbangan dan berfikir. Setiap orang yang tergesa-gesa pasti akan terjungkal. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri di padang pasir, bagaimana orang yang berjalan perlahan-lahan, lambat dan berhati-hati akan tiba terlebih dahulu. Sementara kuda yang berlari kencang jatuh tersungkur. Lihatlah bagaimana unta dapat menyelesaikan perjalanannya yang jauh dengan hati-hati dan perlahan-lahan.”

Pelajaran Ke-5

Ghadhab (Marah)

Saudaraku, berusahalah sebisa mungkin untuk tidak marah dan murka. Ukirlah jiwa dan dirimu dengan hiasan kesabaran dan ketabahan. Ketahuilah sesungguhnya marah dan murka itu merupakan kunci segala keburukan dan bisa jadi bahwa puncak kemarahan itu akan mengakibatkan kepada kematian secara tiba-tiba.

Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya murka dan marah itu dapat merusak iman sebagaimana cuka dapat merusak madu.”[4]

Cukuplah terhinanya murka dan marah sebagai pelajaran bagimu, yaitu engkau berfikir dan merenung tentang perbuatan seseorang di saat ia murka dan marah.[]

Pelajaran Ke-6

Al-Hilmu

(Lembut)

Hilm merupakan sikap berhati-hati dan menahan murka sehingga tidak dengan mudah membangkitkan kekuatan marah. Dan sifat hilm ini tidak akan mengakibatkan kegoncangan jiwa dan stres sepanjang masa.

Dan kazhmul ghaizh (menahan diri dari murka) adalah merupakan suatu perbuatan menyembunyikan dan mengekang rasa marah. Kedua sifat ini yaitu hilm dan kazhmul ghaizh adalah merupakan akhlak yang sangat baik dan terpuji.

Cukuplah hilm ini merupakan sifat terpuji karena ia banyak terdapat dan disinggung dalam riwayat-riwayat yang dibarengi dengan al-‘ilm (ilmu pengetahuan).

Dikatakan bahwa hilm merupakan garamnya akhlak. Sebagaimana setiap makanan tidak bisa dirasakan nikmatnya kecuali dengan garam, maka begitu pula dengan hilm. Akhlak dan budi pekerti tidak dianggap indah kecuali dengan adanya sifat hilm. Maka sifat hilm bagi setiap akhlak seperti garam bagi setiap makanan.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As berkata:

“Sesungguhnya hilm itu merupakan cahaya dimana esensinya adalah akal.”[5]

Dalam hadis yang lain dikatakan bahwa:

“Sesungguhnya hilm itu merupakan kesempurnaan akal.”[6]

Dikatakan pula dalam riwayat yang lain:

“Hilm itu merupakan tatanan urusan seorang mukmin”[7]

Riwayat yang lainnya mengatakan:

“Hilm adalah kekasih, karib dan wazir seorang mukmin”[8]

Riwayat yang lain lagi mengatakan:

“ Keindahan seorang laik-laki terletak pada sifat hilm-nya”[9]

Riwayat lainnya lagi mengatakan:

“Barang siapa membuatmu murka dengan melontarkan ucapan buruk kepadamu maka balaslah dengan kebaikan sifat hilm”[10]

Riwayat yang lainnya lagi mengatakan:

“Apabila engkau tidak memiliki sifat hilm maka berusahalah untuk menjadi orang yang halim. ”[11] []

Pelajaran Ke-7

Afwu

(Memaafkan)

Memaafkan merupakan sifat Ilahi. Allah Swt menyebutkan sifat maaf tersebut ketika memberikan pujian dan sanjungan.

Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya memaafkan atau memberikan maaf itu lebih berhak untuk dilakukan ”

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang memberikan maaf.”

“Saling memafkanlah dengan begitu kedengkian di antara kalian akan sirna ”

“Hendaklah engkau menjadi pemberi maaf karena memaafkan itu tidak menambahkan seorang hamba melainkan kemuliaan.”[12]

Diriwayatkan dari ‘Ali bin al-Husein as-Sajjad As, ia bersabda: “Engkau ya Allah yang telah menamakan dirimu Pemaaf maka maafkanlah segala kesalahanku.“[13]

Ketahuilah wahai saudarakau bahwa sesungguhnya dosa, apabila dosa itu besar maka sesungguhnya keutamaan maaf itu akan menjadi besar pula.

Di dalam sebuah syair di katakan:

Sesungguhnya berlaku buruk pada orang yang berbuat buruk adalah sebuah hal yang mudah.

Apabila engkau benar-benar seorang lelaki maka berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk padamu.[]

Pelajaran Ke-8

Ar-Rifqu

(Lemah lembut)

Saudaraku, jauhkanlah dirimu sebisa mungkin dari sikap keras dalam perkataan dan perbuatan, karena hal itu merupakan sifat yang buruk yang dijauhkan oleh setiap orang. Keras itu termasuk sifat yang tercela dan apabila engkau menyandangnya, maka orang-orang akan lari darimu dan akan merusak segala urusan hidupmu. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Swt memberikan petunjuk Nya kepada Rasul Nya Saw dengan firmannya:

“Apabila engkau berlaku dan bersifat keras hati maka mereka akan lari meninggalkanmu.” (Qs. Ali Imran 3: 159)

Dan kebalikannya adalah sifat rifq yaitu lemah lembut dalam ucapan dan perbuatan. Sifat rifq ini sangat terpuji dalam berbagai keadaan dan kondisi.

Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya lemah lembut itu tidak diletakkan di atas sesuatu melainkan ia lebih berat.”[14]

Dalam hadis lain dikatakan:

“Lemah lembut itu separuh dari kehidupan.”[15] Dalam hadis yang lain lagi disebutkan:

“Barang siapa yang diberikan bagian dari sifat lemah lembut maka dia akan diberikan bagian dari kehidupan dunia dan akhirat.”[16]

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib As:

“Hendaklah engkau bersifat lemah lembut karena hal itu merupakan kunci kebenaran dan sifat mulia bagi orang-orang yang mempunyai akal yang sehat.”[17] []

Pelajaran Ke-9

Akhlak Buruk

Saudaraku, hindarkanlah dirimu dari akhlak yang menyimpang, karena akhlak yang seperti ini akan menjauhkan seseorang dari Sang Khaliq dan makhluk-Nya, dan dia akan senantiasa mendapatkan azab. Hal ini dikarenakan orang yang berakhlak buruk akan senantiasa tersiksa di tangan musuhnya dimana setiap kali dia pergi ke suatu tempat dia tidak akan pernah terlepas dari cengkeraman balasan.

Dan ketahuilah Saudaraku, bahwa akhlak dan budi pekerti yang baik merupakan lebih utama dari sifat-sifat para wali.

Ayat berikut ini merupakan saksi dari apa yang telah tertera di atas dimana Allah Swt berfirman:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Qs. al-Qalam [68]:4).

Pelajaran Ke 10

Permusuhan dan Caci Maki

Saudaraku, jauhilah kedengkian dan permusuhan karena hal itu hanya akan mengakibatkan penyesalan dan sakit hati di dunia dan juga di akhirat. Bahkan efeknya adalah saling melaknat, berkelahi dan menikam. Tidaklah diragukan lagi tentang keburukan sifat-sifat tersebut terutama rasa dengki. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan surga bagi setiap pencaci maki dan orang yang mempunyai sedikit rasa malu, yaitu orang yang tidak perduli dengan apa yang ia ucapkan dan dengan apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Sesungguhnya apabila engkau melihat dan meneliti hal tersebut maka engkau tidak akan mendapatinya melainkan pada seorang anak hasil zina atau kawan setan.”[18]

Dalam hadis yang lain diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang berbuat keji dan suka mencaci maki.”[19]

Dan hadis lainnya

“Sesungguhnya surga itu haram untuk dimasuki oleh orang yang suka mencaci maki.”[20]

Diriwayatkan dari Muhammad bin ‘Ali al-Baqir As yang bersabda:

“Ucapkanlah kepada manusia sebaik-baiknya ucapan sebagaimana engkau mencintai apa yang diucapkan kepada kalian. Karena sesungguhnya Allah murka kepada para pencaci maki dan orang- orang yang melaknat serta mengutuk atas orang-orang yang beriman yang berbuat keji dan mencaci maki serta yang meminta-minta.”[21]

Pada hadis yang lainnya beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang afif yaitu orang yang menjaga kehormatannya dan murka kepada orang yang duduk dan peminta-minta.”[22]

Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya mencaci maki termasuk perbuatan keji yang ditimbulkan dari sekedar murka dan kemarahan dan juga ditimbulkan dari akibat bergaul dengan orang-orang yang buruk, fasiq dan orang-orang yang suka berleha-leha dan suka mengutuk, maka hal itu akan menjadi kebiasaan bagi teman-teman yang bergaul bersama mereka. Dan akibatnya ia akan menjadi pencerca dan pencaci maki tanpa adanya permusuhan dan permukaan. Barangkali engkau pernah menyaksikan orang-orang yang hatinya buruk dan orang-orang jalanan dimana mereka mengeluarkan kata-kata keji kepada sebagiannya yang lain khususnya kepada ibu-ibu mereka dan kepada keluarga mereka karena bergurau. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang berbuat seperti itu jauh dari sifat-sifat kemanusiaan.[]

Pelajaran Ke-11

Ujub

(Bangga diri)

Saudaraku, jauhkanlah dirimu dari mengagungkan diri sendiri dan ujub terhadapnya, karena hal itu merupakan suatu perbuatan dosa yang bibitnya adalah kufur, tanahnya adalah nifak, airnya adalah kerusakan, cabang-cabangnya adalah kebodohan, dedaunannya adalah kesesatan dan buahnya adalah laknat dan kutukan, bahkan akan kekal di neraka jahanam. Apabila engkau ingin berbangga diri, maka pikirkanlah keadaan dan kondisimu, bagaimana asal mula terjadinya dirimu yang bermula dari setetes air mani yang menjijikkan, kemudian berakhir sebagai sebuah bangkai yang kotor. Dan di antara dua masa itu, engkau hanya sebagai pembawa berbagai najis yang bau dan berkeliling membawa kotoran yang bermacam-macam (dalam perutmu). Renungkanlah keagungan yang Mahakuasa dan pikirkanlah betapa hina dan rendahnya dirimu, kefakiranmu dan kelemahanmu, dibandingkan dengan seekor lalat dan serangga. Betapa lemahnya dirimu untuk menolak berbagai bencana dan malapetaka yang akan menimpamu. Jadikanlah kelemahan dirimu sebagai bagimu, karena hal itu merupakan paling utamanya sifat dan akan mendatangkan manfaat di dunia dan di akhirat yang tidak terbatas. Allah Swt berfirman:“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama) dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki Nya...” (Qs. Faathir [35]:8)

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Sesungguhnya tidak ada seorang hambapun yang bangga dan ujub dengan kebaikan-kebaikannya melainkan dia akan hancur dan binasa.”[23]

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:

“Dan hati-hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal-hal yang membuatmu kagum dari padanya serta cinta menampakkan diri, karena hal itu adalah merupakan kesempatan yang paling baik bagi setan dengan dirinya untuk menghapuskan segala perbuatan-perbuatan atau kebaikan-kebaikan orang yang berbuat baik”

Dan riwayat yang lainnya:

“Sesungguhnya ujub dan bangga diri itu mengakibatkan kepada ketergelinciran."

Hadis yang lainnya:

“Sesungguhnya buah dan hasil dari ujub dan bangga diri adalah kemurkaan dan kemarahan”.

“Sesungguhnya keridhaanmu atas dirimu yaitu ujub adalah bagian dari rusaknya akalmu”.

Hadis yang lainnya :

“Orang yang berbangga diri tidak mempunyai akal”

Dan hadis yang lain:

“Ujub itu merupakan perbuatan yang bodoh dan dungu.”[24] []

Pelajaran Ke-12

Takabur & Tawadhu

Saudaraku, hendaklah engkau berusaha sebisa mungkin untuk tidak takabur dan congkak. Karena sesungguhnya orang yang angkuh, congkak dan takabur itu akan digiring di padang pada hari Kiamat dalam bentuk kecil-kecil seperti kecilnya semut. Dan ketika “Dan hati-hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal-hal yang membuatmu kagum dari padanya serta cinta menampakkan diri, karena hal itu adalah merupakan kesempatan yang paling baik bagi setan dengan dirinya untuk menghapuskan segala perbuatan-perbuatan atau kebaikan-kebaikan orang yang berbuat baik”

Dan riwayat yang lainnya:

“Sesungguhnya ujub dan bangga diri itu mengakibatkan kepada ketergelinciran."

Hadis yang lainnya:

“Sesungguhnya buah dan hasil dari ujub dan bangga diri adalah kemurkaan dan kemarahan”.

“Sesungguhnya keridhaanmu atas dirimu yaitu ujub adalah bagian dari rusaknya akalmu”.

Hadis yang lainnya :

“Orang yang berbangga diri tidak mempunyai akal”

Dan hadis yang lain:

“Ujub itu merupakan perbuatan yang bodoh dan dungu.”[25] []

Pelajaran Ke-12

Takabur & Tawadhu

Saudaraku, hendaklah engkau berusaha sebisa mungkin untuk tidak takabur dan congkak. Karena sesungguhnya orang yang angkuh, congkak dan takabur itu akan digiring di padang pada hari Kiamat dalam bentuk kecil-kecil seperti kecilnya semut. Dan ketikaitu, mereka akan diinjak-injak oleh manusia, karena mereka tidak ada harganya dan tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah Swt. [26]

Allah Swt berfirman:

“Dan mereka seluruhnya bersujud kepada Adam kecuali iblis karena ia congkak dan sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang kafir”. (Qs. Shaad:73-74)

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Hendaklah engkau menjauhkan sifat takabbur dan congkak, karena sifat takabbur dan congkak itu berada pada kaki dan sesungguhnya bagian atasnya terdapat aba’ah (pakaian lapisan luar gamis seperti jubah).” [27]

Dalam hadis yang lain diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:

“Berhati-hatilah engkau jangan sampai mempunyai sifat takabbur dan congkak, karena sifat takabbur itu merupakan dosa yang paling besar dan merupakan puncak atau sumber segala aib dan ia merupakan hiasan bagi Iblis.” [28]

Dan pada hadis yang lain disebutkan:

“Seburuk-buruk bahaya akal adalah takabur dan congkak.”

Hadits lainnya berbunyi:

“Paling buruknya akhlak adalah takabur dan congkak.”

Hadits lainnya:

“Berhati-hatilah dan jauhkanlah dirimu dari sifat takabbur dan angkuh, karena ia merupakan puncaknya kezaliman dan maksiat kepada Allah Yang Maha Rahman.” [29]

Diriwayatkan dari Imam Sajjad bin Husein As, beliau bersabda:

“Barang siapa yang mengucapkan Astaghfirullaha wa atuubu ilaih (aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada Nya), maka ia bukan termasuk orang yang congkak dan takabbur dan juga tidak termasuk orang yang jabbar atau lalim. Sesungguhnya orang yang congkak dan takabbur adalah orang yang senantiasa melakukan dosa, ia dikalahkan oleh hawa nafsunya dan ia lebih memilih dunianya daripada akhiratnya." [30]

Diriwayatkan dari Imam Ja’far bin Muhammad as-Sadiq As bahwa beliau bersabda:

“Takabur ialah engkau merendahkan orang lain dan meremehkan kebenaran.” [31]

Hadits yang lainnya:

“Takabur ialah orang yang bodoh terhadap haq dan dia menikam atas ahlinya.” [32]

Diriwayatkan dari Imam Sadiq As, beliau bersabda:

“Sesungguhnya di dalam neraka jahanam terdapat jurang dan lembah yang dikhususkan untuk orang-orang yang takabur dan congkak. Lembah itu dinamakan saqar. Saking panasnya jahanam, lembah itu mengadu kepada Allah Swt dan meminta izin untuk sedikit bernafas kemudian dia bernafas maka jahanam membakarnya.” [33]

Oleh karena itu saudaraku, berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk menjadi orang yang rendah hati dan tawadhu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya rendah hati dan tawadhu itu tidak akan mengurangi kebesaran dan kehormatanmu sama sekali, bahkan akan menyampaikanmu kepada derajat dan kemuliaan yang tinggi. Adapun takabur dan congkak adalah termasuk sifat-sifat yang dan rendah, dan akan menyebabkan orang-orang jatuh terjerumus. Dan orang-orang yang berusaha untuk besar dengan jalan menutupi kekurangan-kekurangan mereka dengan kecongkakan dan takabur, sesungguhnya mereka itu malah akan membuka keburukan-keburukan dan menyingkap aib-aib mereka sendiri.[]

Pelajaran Ke-13

Al-Qasâwah

(Keras Hati)

Keras hati ialah tiadanya rasa peduli terhadap kesusahan orang lain. Seseorang yang hatinya mengalami kondisi tersebut tidak merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Sumber keras hati ini adalah karena ia dikalahkan oleh kekuatan buas hawa nafsunya. Kebanyakan dari perbuatan-perbuatan yang tercela, seperti aniaya, menyakiti orang lain, tidak menjawab atau mengabulkan panggilan orang lain yang teraniaya, tidak membantu orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, itu semua timbul dari sifat atau kondisi keras hati. Mengobati penyakit hati seperti ini sangat sulit. Dan orang yang tertimpa penyakit seperti ini, hendaklah ia senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membuat hatinya lunak kembali, agar jiwanya mempunyai potesi untuk menerima curahan sifat belas kasih sayang dari sumber rahmat Allah Swt, agar nantinya sifat dan kondisi keras hatinya tersebut dapat menjadi sirna. Apabila seseorang yang tertimpa penyakit tersebut tidak berusaha mengobati dirinya, maka dia akan keluar dari daerah atau batasan manusia.

Allah Swt berfirman: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu." (Qs. al-Maidah [5]:13)

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Janganlah kalian memperbanyak ucapan selain berzikir kepada Allah Swt, karena banyak berbicara selain berzikir kepada Allah Swt, dapat mengakibatkan keras hati. Sesungguhnya paling jauhnya manusia dari Allah adalah orang yang hatinya keras.” [34]

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:

“Tidak akan kering air mata, melainkan orang yang keras hati. Dan tidak akan keras hati melainkan orang yang banyak dosanya.” [35]

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw bersabda :

“Ada tiga perkara yang akan membuat keras hati, yaitu mendengarkan sesuatu yang sia-sia, memburu binatang dan menghampiri pintu kerajaan.” [36]

Diriwayatkan dari al-Masih binti Maryam Isa As, beliau bersabda:

“Sesungguhnya binatang apabila tidak ditunggangi, tidak diuji dan tidak digunakan, maka nantinya ia akan menjadi sulit dan akan berubah sikapnya. Demikian pula hati manusia, apabila dia tidak dilembutkan dengan mengingat kematian dan tidak diikut sertakan dengan senantiasa beribadah, maka ia akan menjadi keras seperti batu.” [37]

Penyair Sa’di Syirazi dalam sebuah syairnya berkata yang artinya:

Anak-anak Adam adalah anggota satu sama lainnya, Mereka diciptakan dari mutiara yang satu

Apabila salah satu dari mereka tertimpa kesulitan suatu penyakit, maka anggota-anggota yang lain akan merasakan penderitaan tersebut.

Apabila engkau tidak merasa susah atas derita orang lain, maka ketahuilah, bahwa engkau tidak layak menyandang nama sebagai anak Adam.[]

Pelajaran Ke-14

Asy-Syarrah

(Keburukan)

Saudaraku, hendaklah engkau menjauhkan diri dari menghamba perutmu. Sesungguhnya akibat buruk yang disebabkan oleh menghamba perut itu banyak sekali, seperti hina, bodoh, dungu dan lain sebagainya, bahkan termasuk bahaya paling besar yang menimpa manusia itu timbul dari mengikuti hawa nafsu perutnya. Seandainya tidak ada kezaliman dari arah perut yang ditimbulkan oleh hawa nafsu makan, maka tidak akan terjerumus seekor burung pun ke dalam perangkap, bahkan tidak ada seorang pemburu pun yang menyiapkan perangkapnya.

Ketahuilah sesungguhnya perut itu mengandung bahaya dan penyakit yang bermacam-macam dan sesungguhnya lapar itu mempunyai faedah dan manfaat yang banyak sekali. Karena sesungguhnya lapar dapat menerangi hati, menyinari dan menerangkan pikiran bahkan akan menyampaikan seseorang kepada kelezatan dan keindahan yang hakiki dalam bermunajat, berdzikir dan beribadah kepada Allah Swt. Lapar juga akan mengingatkan seseorang kepada hari kiamat dan menampakkan kerendahan nafsu amarahnya serta memperlancar dan mempermudah untuk taat dan beribadah, sehingga dengan lapar seseorang menjadi ringan dan sehat badannya serta akan tersingkir dari berbagai macam penyakit.

Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya bersabda:

“Janganlah kalian matikan hati kalian dengan banyak makan dan minum, karena sesungguhnya hati itu seperti tanaman yang akan mati apabila terlalu banyak disirami air.”

Oleh karena itu, wahai orang-orang yang mengikuti hawa nafsu perutnya dengan banyak makan, hendaklah kalian mengobati jiwa dan diri kalian, dan jangan sampai terhalangi dari faedah-faedah dan manfaat lapar. Hendaklah mereka mengikuti tata cara para nabi, para ulama besar dan para urafa, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan mencapai derajat yang tinggi tanpa memperhatikan rasa lapar. Hendaklah mereka memilih antara berteman dengan para malaikat dengan melalui rasa lapar daripada berteman dengan binatang-binatang yang selalu berteman dengan biji-bijian.[]

Pelajaran Ke-15

Hubb ad-Dunya

(Cinta Dunia)

Saudaraku! Berhati-hatilah dari mencintai dunia yang hina. Karena sesungguhnya cinta dunia itu merupakan pokok dan sumber dari segala keburukan. [38] Dan pencari dunia akan hancur dan rusak serta sia-sia amal dan perbuatannya. Dunia merupakan bagian dari manfaat bagi seseorang setelah kematiannya. Dan manfaat dunia itu akan terlihat pada seseorang setelah kematiannya. Ketahuilah, bahwa dunia yang diinginkan dan dicari oleh seseorang demi memperoleh pahala dan buah akhirat, hal itu tidaklah dinamakan dunia yang terhina. Sesungguhnya dunia tidak dianggap terhina apabila kadar dunia itu digunakan oleh seseorang untuk tujuan melangsungkan kehidupannya di dunia ini, seperti memenuhi kehidupan keluarganya, menjaga kehormatannya dan hal-hal lain yang ia perlukan. Bahkan hal semacam itu tidak dianggap dunia, tetapi merupakan amal-amal yang saleh.

Diriwayatkan dari Imam Baqir As, beliau bersabda dalam salah satu hadisnya: “Barang siapa mencari rizki di dalam dunia ini untuk menjaga kehormatannya dari orang lain dan untuk menghidupi keluarganya dan membantu tetangganya, maka ia akan berjumpa dengan Allah Swt sedangkan wajahnya bagaikan bulan di malam purnama” [39]

Ketahuilah Saudaraku, sesungguhnya dunia itu diibaratkan seperti air laut, setiap kali orang yang merasa haus minum air tersebut, ia akan bertambah haus sehingga ia hampir mati karenanya. [40]

Nabi Isa al-Masih As pernah bersabda:

“Sesungguhnya pencari dunia adalah seperti orang yang minum air lautan, setiap kali ia meminumnya, akan bertambah rasa dahaganya sehingga air itu hampir membunuhnya sendiri” [41]

Dunia laksana seekor ular yang bagian luarnya lembut dan terukir indah, tetapi bagian dalamnya penuh dengan racun yang mematikan dan mengandung bahaya yang besar.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As pernah menulis sepucuk surat kepada Salman al-Farisi, dalam surat itu beliau mengatakan:

“Perumpamaan dunia ini bagaikan seekor ular yang ketika disentuh ia lembut, tetapi racunnya akan membunuh. Maka berpalinglah dari segala sesuatu yang menakjubkanmu, karena sedikitnya sesuatu yang menemanimu. Dan enyahkanlah segala kesusahannya, karena yakinlah engkau meninggalkannya”. [42]

Allah Swt pernah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa As yang isinya: “Wahai Musa, ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap fitnah itu bibit dan sumbernya adalah cinta dunia.” [43]

Diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda:

“Dosa yang paling besar adalah cinta dunia”. [44]

Dalam riwayat yang lain beliau bersabda:

“Cinta dunia merupakan sumber segala maksiat dan awal segala kedustaan”. [45]

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, beliau bersabda:

“Cinta dunia merupakan sumber segala fitnah dan dasar segala cobaan”.

Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan:

“Sumber segala bencana adalah gandrung dan cinta dunia. Dan sesungguhnya engkau tidak akan menjumpai Allah Swt dengan suatu amal perbuatan yang lebih berbahaya atasmu selain dari pada cinta dunia”.

Riwayat lainnya mengatakan:

“Sesungguhnya dunia itu merusak agama dan mencabut keyakinan”. [46] []

Pelajaran Ke-16

Al-Faqr

(Fakir)

Saudaraku yang fakir, janganlah engkau bersedih dengan kefakiranmu, karena kefakiran merupakan hiasan bagi seorang mukmin dan hal itu lebih baik dari pelana yang dijadikan sebagai hiasan kuda. dan setiap manusia pasti merindukan surga, sementara surga itu rindu kepada orang-orang fakir.

Al-Alamah al-Majlisi meriwayatkan sebuah hadis dalam kitabnya Bihâr al-Anwâr jilid 72 hal 48 hadis ke 58. Dalam hadis tersebut Rasulullah Saw bersabda:

“Orang-orang fakir merupakan raja-raja penduduk surga, dan seluruh manusia rindu kepada surga. Sedangkan surga rindu kepada orang-orang fakir”.

Cukuplah bagi seorang fakir untuk menghibur hatinya dengan ucapan pemimpin umat manusia pemberi kabar gembira Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Kefakiran adalah kebanggaanku." [47]

Dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Kefakiran adalah kebanggaanku dan dengan kefakiran itu aku merasa bangga." [48]

Dan dalam hadis yang lainnya lagi beliau bersabda:

“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan giringlah aku di padang mahsyar bersama kelompok orang-orang yang miskin”. [49]

Di dalam hadis yang lain Rasulullah Saw bersabda:

“Barang siapa berusaha untuk membantu keluarganya dari sesuatu yang halal, maka dia bagaikan seorang mujahid (pejuang ) di jalan Allah Swt. Dan barang siapa mencari dunia yang halal untuk tujuan iffah (menjaga diri dan kehormatan) maka dia akan sederajat dengan orang-orang yang mati syahid." [50]

Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib As bersabda:

“Raja-raja dunia dan akhirat adalah orang-orang fakir yang rela." [51]

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw bersabda:

“Tidakkah kalian ingin aku kabarkan tentang ahli-ahli surga?”. Para sahabat menjawab : “Tentu ya Rasulullah“, lalu beliau bersabda: “Raja-raja ahli surga adalah setiap orang yang lemah dan mustadh’af yang wajahnya berdebu dan rambutnya kusut dan hanya memakan dua butir kurma. Orang-orang tidak peduli kepadanya, tetapi apabila dia bersumpah atas Asma Allah, pasti Allah akan mengabulkannya." [52] []