50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan0%

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Akhlak

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Syaikh Abbas Al-Qummy
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 6476
Download: 2555

Komentar:

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 56 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 6476 / Download: 2555
Ukuran Ukuran Ukuran
50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Pelajaran Ke-43

Bahaya Lisan

Tidak disangkal lagi mengenai banyaknya bahaya akibat dari melakukan ghibah, fitnah, bohong, mencemooh, berdebat, riya, melawak, ikut campur dalam percakapan, kata-kata kasar dan sebagainya. Dan semua itu merupakan kerusakan dan keburukan yang bersumber dari lisan. Bahaya yang timbul dari anggota badan yang satu ini bagi seluruh anggota badan seseorang, sangat banyak dan bermacam-macam.

Lisan merupakan media dan sarana yang paling ampuh bagi setan untuk menyesatkan Bani Adam dan umat manusia. Setan tidak tinggal diam dan senantiasa berusaha menyeret manusia ke dalam kesesatan dan kehancuran dengan berbagai usaha dan sarana, di antaranya adalah dengan jalan lisan manusia.

Dalam hadis Nabawi Saw telah diriwayatkan bahwa satu alat yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka jahanam adalah lisan dan kemaluannya. [97] Dalam riwayat lainnya beliau bersabda bahwa barang siapa yang terjaga dari keburukan perut, kemaluan dan lisannya, maka sesungguhnya dia telah terjaga dari seluruh keburukan. [98]

Dalam sebuah riwayat Hadhrat Imam Ja’far As bersabda bahwa tidak ada satu haripun kecuali pada hari itu setiap anggota badan mampu bercakap dan berkata kepada manusia: aku bersumpah kepada Allah, janganlah engkau jatuhkan kami ke dalam azab. [99]

Dalam riwayat lainnya setiap anggota badan itu berkata: Takutlah kepada Allah dalam hak kami, karena apabila kamu benar mengatakannya, maka kamipun akan mengatakannya dengan benar, dan apabila kamu menyimpang, maka kami semua akan menyimpang. [100]

Ketahuilah bahwa kebanyakan dari kesulitan-kesulitan dan kerusakan duniawi itu bersumber dari lisan. Sedangkan lawan dari keburukan lisan adalah diam dan tidak bercakap apa-apa. Diam merupakan hiasan bagi para alim dan tirai bagi para jahil. Karena diam merupakan sebuah pintu dari pintu-pintu hikmah. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis: Barang siapa yang diam, maka sesungguhnya dia telah terselamatkan. [101] Dalam sebuah wasiat, Lukman al-Hakim berkata kepada putranya: "Apabila engkau banyak memberi nasihat, maka ucapanmu itu adalah perak. Ketahuilah bahwa diam adalah emas." [102]

Hadhrat Imam Baqir As dalam sebuah hadisnya bersabda bahwa "Syi’ah kami dan sahabat-sahabat kami adalah orang-orang yang lisannya bisu." [103]

Oleh karena itu, Saudaraku, biasakanlah dirimu sedapat mungkin untuk senantiasa diam. Janganlah engklau meremehkan faedah yang terkandung di dalamnya. Ketahuilah bahwa orang-orang yang dungu itu bukanlah mereka yang diam. Apabila engkau diam dan mengetahui maslahat darinya, maka engkau bukan termasuk orang yang dungu. Justru di sinilah letak kebijaksanaanmu.[]

Pelajaran Ke-44

Hubburriyâsah

(Cinta Kekuasaan)

Saudaraku, hakikat kekuasaan adalah memegang tampuk kepemimpinan kalbu rakyat dan menjadikan dirinya sebagai pemilik hati mereka. Hal ini tidak kosong dari berbagai bahaya yang sangat fatal.

Persoalan kekuasaan dapat menyebabkan keburukan dan kerusakan yang teramat besar serta akan menghasilkan kerugian duniawi dan ukhrawi. Hal itu akan terjadi apabila pemilik kekuasaan dan pangkat mengarahkan sasarannya untuk memaksa orang-orang yang keras kepala dan senantiasa takut terhadap hina dan kemuliaan dirinya, setiap saat pikirannya akan senantiasa berada dalam cengkeraman pikiran yang batil.

Penguasa semacam itu dari satu sisi, otak dan pikirannya disibukkan dengan berbagai aturan, undang-undang dan kewajiban-kewajiban yang harus dia susun untuk para budak dan pengikutnya, dan pada saat yang lain pikirannya disibukkan bagaimana cara menumpuk kekayaan materi sebanyak-banyaknya dan memperoleh reputasi di mata masyarakat setinggi-tingginya. Waktu-waktunya senantiasa diisi dan dihiasi dengan basa-basi dan penyambutan yang tanpa henti, dan umurnya dihabiskan untuk melakukan nifak di sana-sini. Dia tidak dapat tidur pada malam hari dan tidak pula beristirahat dan tenang pada siang hari. Wal ‘iyadzu Billah []

Pelajaran Ke-45

Khumul

(Tak Ingin Dikenal)

Khumul -salah satu cabang dari sifat zuhud- merupakan sifat terpuji para muqarrabin dan orang-orang Mukmin serta merupakan petunjuk calon-calon penghuni surga. Dan Allah Swt mencintai orang-orang yang memiliki sifat seperti ini. Bahkan pada sebagian riwayat (dalam hadis Qudsi) dikatakan bahwa Allah Swt berfirman: “Tidakkah Aku telah memberikan nikmat kepadamu, tidakkah Aku telah menutupimu di antara manusia dan tidakkah namamu telah Ku hilangkan dari kalangan manusia?” [104]

Adakah kedudukan yang lebih tinggi dari seseorang yang telah mengenal Tuhannya dengan baik, mencukupkan dirinya di dunia ini dengan sesuatu yang sedikit, sementara tidak seorangpun yang mengenalnya. Begitu malam tiba setelah selesai melakukan ibadahnya, dia beristirahat dengan perasaan yang tenang dan damai, dan begitu matahari telah menyembulkan dirinya, dengan konsentrasi penuh dia menyibukkan diri dalam aktifitasnya. Karena inilah, maka sebagian para pembesar agama dan salafus-shalihin membuat kamar khusus untuk dirinya. Di sudut kamar itulah mereka sibuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada Sang Kekasih Sejati, sibuk menghitung-hitung aib diri mereka dan menyembunyikan namanya dari pandangan masyarakatnya. Mereka sama sekali tidak mengharapkan acungan jempol dari siapa pun selain kekasihnya itu.[]

Pelajaran Ke-46

Riya’

(Pamer)

Riya’ merupakan salah satu akhlak yang buruk dan merupakan tempat kematian yang sangat besar bagi seseorang. Dalam begitu banyak kitab, ayat-ayat, sunnah dan riwayat terdapat begitu banyak celaan untuk sifat yang satu ini. Dalam sebuah hadis Nabi Saw dikatakan bahwa sifat yang paling dekat kepada riya’ adalah syirik. [105] Dalam riwayat lain Nabi Saw bersabda bahwa pelaku riya’ pada hari kiamat akan diseru dengan tiga panggilan: wahai kafir, wahai fâjir (yang bermoral bejat), wahai ghâdir (pengkhianat), wahai khâsir (yang merugi), amalanmu rusak dan pahalamu batal. Hari ini kamu tidak mempunyai ganjaran lagi di sisi Kami, karena itu ambillah pahalamu dari orang-orang dimana kamu melakukan amalan ibadah tersebut untuk dipuji oleh mereka, hai penipu. [106] Dalam hadis lain disebutkan bahwa surga akan berbicara dan mengatakan bahwa "sesungguhnya aku diharamkan untuk orang-orang yang bakhil dan riya’". [107]

Hadis yang mencela perbuatan riya’ ini begitu banyak, dan cukuplah dalam keburukannya bahwa dalam segala amalan yang dimasukinya berdasarkan fatwa para fuqaha, amal tersebut akan menjadi batal dan akan jatuh dari derajat keterkabulannya.

Sebagian dari ulama mengatakan, jangan sampai orang-orang yang jahil karena ketidakfahamannya menisbatkan kebohongan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengambil kesimpulan bahwa riya’ dalam duka cita terhadap Hadhrat Sayyidus Syuhada itu diperbolehkan dan bukan merupakan syarat bagi keikhlasan. Secara dharuri, menangis untuk Hadhrat Husain As adalah ibadah, dan riya dalam ibadah sebagaimana riba dan maksiat lainnya sama sekali tidak diperbolehkan.

Sungguh mengherankan, bagaimana bisa orang-orang yang berakal sehat itu memberikan asumsi bahwa wujud mulia Imam Husain As yang menanggung semua musibah demi menegakkan hukum-hukum dasar tauhid Allah Swt dan demi mengibarkan kalimat hak guna menguatkan pondasi agama penerang, lalu untuk mempertahankannya harus dengan melalui bid’ah-bid’ah para pengingkar, kemudian menjadikannya sebagai sebab untuk memperbolehkan kemaksiatan dan penjara yang lebih besar, yaitu riya dan syirik kecil ?! “Ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.” (Qs. Shaad [38]:7) []

Pelajaran Ke-47

Panjang Angan-Angan

Dalam salah satu hadis mulia, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersabda: “Ada dua hal yang aku takutkan atas diri kalian, pertama: mengikuti hawa nafsu dan kedua: panjang angan-angan.” [108]

Yang dimaksud dengan panjang angan-angan adalah banyak berangan-angan, berkeinginan terlampau jauh serta terlalu berharap pada kehidupan dunia. Penyebab hal tersebut adalah dua hal, yaitu:

Pertama: Jahil dan angkuh. Orang yang jahil senantiasa meyakini kemudaan dan kesehatan tubuhnya, ia tidak merasa yakin bahwa sebenarnya kematian itu bisa menjemputnya pada masa muda dan dalam keadaan sehat. Ketahuilah bahwa orang seperti ini telah lalai terhadap kematian kanak-kanak serta para remaja yang tak terhitung banyaknya, serta lalai dengan adanya berbagai macam penyakit yang muncul secara mendadak dan menimbulkan kematian yang tiba-tiba.

Kedua: Cinta dunia. Cinta kepada dunia dan materi itu dekat kepada kenikmatan dan kelezatan yang fana. Ketika manusia telah terjebak dalam kecintaan dan kedekatan seperti ini, maka perpisahan dengannya akan menjadi sesuatu yang mahal harganya, sehingga karena hal ini dia tidak pernah berpikir lagi tentang kematian. Dan terkadang, apabila pikirannya secara selintas menuju ke arah kematian, maka dia akan segera mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang lainnya. Apabila sekali waktu ingatannya terpaku pada kehidupan akhirat, maka setan dan nafsu amarahnya akan menjanjikan sesuatu yang palsu kepadanya dengan mengatakan bahwa sekarang kamu masih berada pada awal umurmu. Oleh karena itu pergunakanlah hal ini untuk bersuka ria, berfoya-foya dan sibukkanlah dirimu dengan mengumpulkan perlengkapan duniamu, ketika telah besar nanti, bertaubatlah serta persiapkanlah amalan-amalan untuk akhiratmu. Ketika telah menginjak usia dewasa, dia akan mengatakan: usiamu masih cukup muda, kamu masih mempunyai banyak waktu untuk sampai ke masa tuamu. Kemudian masa tuapun tiba. Kali ini dia akan mengatakan: insya Allah aku akan memperbaiki lahan ini terlebih dahulu atau mengatakan aku akan persiapkan anak gadisku ini untuk mengumpulkan peralatan rumah tangganya, atau aku akan memperindah rumahku, setelah itu baru aku akan melupakan dunia ini. Dengan demikian aku akan bisa dengan bebas mengepakkan sayap dan menyibukkan diri dengan beribadah. Tetapi setiap kali pekerjaannya yang satu selesai, maka dengan segera dia akan menemukan pekerjaan yang baru. Dia hanya terhenti pada perkataan hari ini dan esok, hingga secara tiba-tiba sebuah seruan datang menghampirinya. Tuan fulan yang malang ini telah lalai bahwa janji yang akan diberikan untuk keesokan harinya tetap bersamanya dan apa yang dinamakan dengan terbebas dan mendapatkan waktu luang dari segala khayalan dan aktifitas dunia, tidak akan pernah ada hasilnya.

Yang dimaksud dengan pemilik waktu luang adalah orang yang sekaligus dalam satu waktu meninggalkan kesemua hal tersebut. Oleh karena itu, orang yang usianya telah sampai sekitar empat puluh tahun, apabila mereka masih berpikir tentang dunia, maka hal ini merupakan kelalaiannya dan merupakan tipuan setan, karena sebenarnya hari-hari penuh keindahan dan masa mudanya telah lewat dan hari-hari bahagia dan sukarianya telah terlampaui. Sedangkan sekarang, setiap hari satu persatu anggota badannya mengalami kelumpuhan. Tetapi si malang ini masih saja lalai terhadap semuanya dan menyibukkan diri dalam fikiran-fikiran yang batil. “Wahai generasi yang telah mencapai usia empat puluh tahun, berhati-hatilah kalian, karena sesungguhnya ladang telah dekat pada masa panennya.” [109]

Tak ada obat penyembuh dari panjang angan-angan ini selain dari kematian. Karena membayangkan kematian, akan menyebabkan seseorang merasa sedih terhadap dunia dan akan membuat hati merasa kenyang terhadapnya. Oleh karena itulah Hadhrat Rasul Saw bersabda: “Perbanyaklah dalam mengingat pencabut kelezatan.” [110]

Pada riwayat yang lain, beliau bersabda bahwa tidak ada sebuah keluarga pun kecuali malaikat maut sebanyak lima kali dalam sehari semalam memeriksa waktu-waktu shalat mereka. [111]

Oleh karena itu Saudaraku, pergilah sejenak ke pekuburan serta makam para sahabat, dan ambillah pelajaran serta ibrah pada apa yang dihamparkan di pekuburan. Dan berpikirlah tentang peristiwa dan perbincangan apa yang tengah terjadi di bawah tanah yang hanya berjarak dua jengkal dari kakimu.

Setelah itu berpikirlah sejenak tentang keadaan dirimu, karena bagaimanapun juga engkau pun pasti akan seperti mereka. Umurmu pun pasti akan habis dan kode kematian akan mendatangimu dari arah manapun, sementara para tabib tidak sanggup lagi menyembuhkanmu. Anggota badanmu akan berhenti dari aktifitasnya, keringat kematian akan muncul di dahimu dan malaikat maut dengan perintah dari Tuhan telah datang, mau ataupun tidak mau, cengkeraman kematian akan menancap pada tubuhmu yang telah lemah, lalu membuat jarak antara jasad dengan ruhmu. Setelah itu sahabat-sahabat serta saudara-saudaramu akan membuat pekik sesal dan kesedihan, sehingga tangisan para saudara dan teman-temanmu pun dimulai. Tak lama setelah itu, mereka akan menaikkanmu pada sebuah keranda serta memenjarakanmu pada sebuah lobang dan meninggalkanmu di sana sendirian tanpa teman dengan segala kengerian. Pada saat itulah engkau akan menyesali hari-hari kehidupanmu, kemudaan dan kesehatan serta waktu luangmu di dunia, karena apa yang telah engkau peroleh, kini telah hilang dari tanganmu dan engkau tidak menyimpannya sedikit pun untuk akhiratmu.[]

Pelajaran Ke-48

Ridha

(Rela)

Yang dimaksud dengan ridha dan rela adalah meninggalkan kecaman dan tidak memprotes takdir Ilahy, baik secara lahir maupun batin, secara lisan maupun perbuatan. Orang yang telah mencapai peringkat ini akan senantiasa bahagia, nikmat, mulia dan tenang. Baginya tidak ada perbedaan sama sekali antara fakir dan kaya, senang ataupun susah, mulia ataupun hina dan sehat ataupun sakit. Karena dia mengetahui bahwa segala sesuatunya berasal dari Allah Swt. Dan dengan kecintaan dan kasih saying-Nya yang telah tercerap dalam hatinya telah menyebabkannya begitu mencintai segala perbuatan-Nya, dan dia merasa senang dengan segala apa yang sampai padanya sebagaimana kehendak-Nya.

Ketahuilah bahwa sabar dan ridha merupakan pemimpin semua ketaatan. Telah dinukilkan dari Hadhrat Shadiq As. Beliau bersabda:

“Aku heran terhadap apa yang dilakukan oleh seorang muslim, karena esungguhnya Allah tidak akan mentakdirkan sebuah persoalan pun baginya melainkan untuk kebaikannya (apabila badannya telah terpotong-potong karena penyakit yang dideritanya, hal inipun adalah untuk kebaikannya dan) apabila malaikat barat dan timur telah diberikan keadaannya, inipun untuk kebaikannya.” [112]

Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman:

“Akulah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain-Ku. Barang siapa yang tidak sabar dengan musibah-Ku dan tidak ridha dengan qadha-Ku serta tidak bersyukur dengan nikmat-nikmat-Ku, maka silahkan mencari tuhan yang seperti-Ku.” [113]

Ketahuilah bahwa buah dari ridha adalah kecintaan dan kasih sayang. Hal itu dapat diperoleh dengan berusaha meraih kecintaan dan kasih sayang Allah, senantiasa berfikir, berdzikir dan melakukan segala sesuatu yang menyebabkan tercurahnya kasih sayang Ilahy. Selain dari itu, hendaklah dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan ketidakridhaannya dan apa manfaat dari ketidaksukaan serta kemarahannya. Karena sesungguhnya hal semacam ini tidak akan pernah mengubah qada dan takdir untuknya. Di samping itu tidak akan terjadi perubahan atas apa yang telah terjadi dengan alasan untuk kebahagiaan hatinya. Ketidaktenangannya tidak akan pernah memberikan manfaat yang lain selain akan melemahkan dan menghancurkan kehidupannya dan mengambil berkahnya waktu.

Para pencari derajat ridha itu senantiasa memperhatikan ayat-ayat dan hadis-hadis yang berada dalam ketinggian maqam para pemilik bencana. Ketahuilah bahwa segala kesulitan pada masa lalu merupakan harta karun untuk masa kini, dan setiap kesedihan merupakan ketenangan untuk masa selanjutnya. Oleh karena itu Saudaraku, berharaplah dengan pahala dari Allah Swt, karena kesejatian seorang lelaki itu dengan menapaki perjalanan musibah dan bencana dengan langkah ketenangan dan kesabaran sehingga kesulitan yang didapatkan pada perjalanan ini akan menjadi mudah dan ringan baginya. Sebagaimana orang yang sakit mampu menahan sakitnya ketika dilakukan hijâmat (bekam) dan rasa pahit obat.

Hendaklah diketahui bahwa tidak terdapat kontradiksi antara ridha dengan do’a, karena kita telah diperintahkan untuk berdo’a oleh syari’at. Sedangkan Allah Yang Maha Tahu menghendaki do’a dari kita dan Dia membuatnya menjadi sebuah kunci kebahagiaan dan hajat.[]

Pelajaran Ke-49

Sabar

Sabar ialah tidak panik dalam menghadapi petaka dan musibah. Kebalikan dari keadaan ini adalah tidak mempunyai kesabaran dalam menghadapi musibah. Dengan ungkapan lain: melepaskan diri dari tali kekang musibah dan petaka yang menimpanya dengan berteriak, mengeluh, meratap, merobek pakaian, memukul-mukul diri bahkan dengan berburuk muka dan seterusnya yang kesemuanya ini akan menjadi penyebab bagi lemahnya jiwa.

Sabar terdiri dari beberapa pembagian, seperti sabar dalam perang yang muncul dari orang-orang pemberani, sabar dalam kemarahan yang hal ini merupakan hilm, sabar menghadapi sulitnya ketaatan, sabar atas tuntutan syahwat dan selainnya. Pada hakikatnya kebanyakan dari akhlak yang mulia senantiasa berada dalam ujian kesabaran.

Posisi sabar berada dalam derajat yang tinggi. Allah Swt akan memberikan kebaikan lebih banyak kepada orang-orang yang sabar, dan kebanyakan dari derajat-derajat surga berkaitan dengan mereka.

Lebih dari tujuh puluh pembahasan telah disebutkan dan telah dibuktikan tentang begitu banyaknya sifat-sifat para shabirin (orang-orang yang bersabar) di mana telah diletakkan bagi mereka salawat, rahmat dan hidayat serta pahala yang besar itu telah sampai kepada mereka. [114]

Telah disinggung dalam hadis-hadis tentang begitu banyaknya keutamaan bagi orang-orang yang sabar. Telah diriwayatkan bahwa posisi sabar di dalam iman seseorang itu sebagaimana posisi kepala terhadap badan manusia. Seseorang yang tidak mempunyai kepala pasti tidak mempunyai badan. Demikian juga orang yang tidak memiliki kesabaran, berarti dia tidak mempunyai iman. [115]

Metode untuk memperoleh jenjang-jenjang kesabaran adalah dengan memperhatikan beberapa persoalan di bawah ini:

Pertama: Perbanyaklah mempelajari hadis-hadis yang membahas tentang keutamaan-keutamaan bala dan musibah dunia, dan perhatikanlah bahwa berhadapan dengan setiap musibah akan menaikkan derajat atau menghilangkan kejahatan dalam diri seseorang. Yakinlah bahwa tidak akan ada kebaikan pada seseorang yang mendapatkan musibah tanpa adanya kesusahan.

Kedua: Berfikirlah bahwa masa musibah sangatlah pendek, hanya sekejap dan segera setelah itu akan terbebas, lalu kembali ke rumah yang damai untuk beristirahat.

Ketiga: Berfikirlah terhadap manfaat dari ketidaksabaran dan panik, meskipun apapun yang menjadi takdir akhirnya akan terjadi. Ketahuilah bahwa ketidaksabaran tidak akan memberikan keuntungan sama sekali, dan apa yang telah terjadi tidak akan bisa dirubah meskipun mereka telah menentukannya. Bahkan, ketahuilah bahwa ketidaksabaran dan panik justru akan menghancurkan pahala seseorang dan akan menjatuhkan sifat kesabaran yang dimilikinya.

Keempat: Perhatikanlah keadaan orang-orang yang telah tertimpa bala dan musibah yang lebih berat dan lebih pahit dari dirimu.

Kelima: Ketahuilah bahwa bala dan musibah merupakan dalil dari keutamaan dan kebahagiaan seseorang.

Keenam: Ketahuilah bahwa orang-orang yang ridha terhadap musibah akan mendapatkan kesempurnaan.

Ketujuh: Berfikirlah bahwa musibah yang terjadi itu berasal dari Haq Ta’ala dimana Dia merupakan paling dekatnya sahabat yang tidak menginginkan sesuatu dari engkau selain kebaikan dan kebenaranmu.

Kedelapan: Ikutilah prilaku para muqarrabin dan perhatikanlah musibah yang menimpa mereka serta lihatlah kesabaran mereka dalam menghadapi musibah tersebut, sehingga hal ini akan memunculkan kesabaran dan potensi ruh dalam dirimu.

Dan ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan sabar adalah sebagaimana yang telah disebutkan pada awal pembahasan. Tetapi sedihnya hati serta keluarnya air mata merupakan tuntutan insan, dan hal ini tidak akan mengeluarkannya dari batas kesabaran. Contoh dari hal ini adalah orang yang sakit rela untuk di-hijamat, tetapi dia tetap terpengaruh oleh rasa sakit yang ditimbulkan oleh hijamat tersebut.[]

Pelajaran Ke-50

Syukur

Syukur atas nikmat ialah mengenali si mun’im-nya (pemberi nikmat), dan merasa bahagia terhadap nikmat tersebut serta menggunakannya dalam hal-hal yang diridhai oleh sang pemberi nikmat.

Posisi syukur lebih mulia dari posisi orang-orang yang beruntung, dan merupakan faktor pemberangus musibah serta akan menyebabkan bertambahnya kenikmatan. Oleh karena itu syukur merupakan suatu hal yang diperintahkan dan sangat ditekankan. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku) maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim 14:7)

Dari ayat ini dan dari hadis-hadis muktabar diketahui bahwa para pengingkar nikmat yang menolak untuk bersyukur akan menyebabkan mereka mendapatkan kemalangan pada hari pembalasan dan akan menyebabkan tidak tercurahnya rizki serta akan menjadikan kelambatan turunnya nikmat di dunia.

Makna syukur adalah menggunakan nikmat dimana dalam menggunakannya terdapat keridhaan Mun’im. Oleh karenanya, merupakan hal yang urgen bagi para pensyukur nikmat untuk mengenali segala sesuatu dimana keridhaan Ilahi terdapat di dalamnya serta terdapatnya pengetahuan terhadap persoalan-persoalan yang makruh dan melanggar keridhaan Ilahi, sehingga dengan hal ini mereka mampu untuk mensyukuri serta meninggalkan pengingkaran terhadapanya.

Metode yang bisa dipergunakan untuk menemukan rangkaian dari segala yang dicintai oleh Allah, dan segala yang dimakruhkan-Nya adalah dengan mengenal agama suci, dimana segala sesuatu yang menyebabkan keridhaan-Nya atau yang melanggar keridhaan-Nya terangkum secara keseluruhan di dalamnya. Posisi pertama adalah hal-hal yang wajib dan mustahab dan pada posisi kedua adalah hal-hal yang makruh dan haram. Oleh karena itu barang siapa yang tidak mempunyai informasi terhadap serangkaian hukum-hukum syari’at suci ini di dalam amalan dan perbuatan-perbuatannya, berarti dia tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hak syukur kepada Allah Swt.

Ketahuilah bahwa cara untuk bersyukur kepada Allah terpaku pada beberapa hal:

Pertama: Melihat kepada yang lebih rendah darinya dalam persoalan-persoalan yang berhubungan dengan keduniaan, dan melihat kepada yang lebih tinggi dalam persoalan-persoalan agama.

Kedua: Memperhatikan keadaan orang-orang yang telah meninggal, serta berfikir bahwa akhir yang sesuai buat mereka adalah dikembalikannya mereka ke dunia ini sehingga mereka bisa melakukan amal yang baik di dunia. Oleh karena itu, misalkan dirimu pada posisi mereka dan bayangkan bahwa hal ini bisa terjadi dan bisa kembali lagi ke dunia.

Ketiga: Ingatlah apa yang telah terjadi pada dirimu dengan melihat musibah-musibah dan penyakit-penyakit yang mematikan yang tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Oleh karena itu, hargailah sebaik mungkin terlepasnya dirimu dari semua hal ini.

Keempat: Syukurilah segala musibah yang terjadi pada dirimu, karena sebenarnya engkau tidak mengalami musibah yang lebih berat dari itu, atau bersyukurlah karena musibah tidak sampai pada agamamu.

Kelima: Perdalamlah pengenalan terhadap Tuhanmu, dan bertafakkurlah dalam ciptaan Ilahi serta segala keragaman nikmat lahir maupun batin dimana kesemuanya itu lebih banyak dari apa yang telah engkau dapatkan. Allah Swt berfirman: “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka tidaklah kamu dapat menghitungnya.” (Qs. Ibrahim [14]:34)[]

Penutup

Ketahuilah bahwa untuk mensucikan jiwa dari sifat-sifat yang rendah dan tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang indah dan terpuji, terdapat beberapa hal urgen yang perlu untuk dilakukan:

Pertama: Senantiasa mempertahankan serta mengaplikasikan diri dengan amalan-amalan yang merupakan pengaruh dari sifat-sifat terpuji, dan mau tidak mau memacu jiwa kepada aktifitas-aktifitas yang melahirkan sebuah sifat yang merupakan tuntutan pendidikannya serta senantiasa menjaganya.

Kedua: Senantiasa melakukan perenungan terhadap kondisi dan memberikan perhatian terhadap amalan serta aktifitas diri. Pada setiap amalan yang hendak dilakukan, terlebih dahulu harus merenungkannya sehingga tidak terjadi kontradiksi dengan keharusan melakukan kebaikan, dan tidak lalai dari keadaan dirinya dalam segala kondisi. Bahkan setiap hari dan malam hendaknya membuka buku amalannya serta melakukan perhitungan dari kepala hingga kakinya dan meneliti serta mengamati apa yang telah dia lakukan. Apabila merupakan suatu amalan yang baik dan terpuji, maka hendaklah bersyukur. Dan apabila merupakan amalan yang berada dalam keburukan, maka hendaknya bertaubat serta melakukan kontemplasi tentangnya.

Ketiga: Menghindarkan hal-hal yang membuat semakin bangkitnya potensi syahwat atau kemarahan, misalnya: menghindarkan mata, telinga dan hati dari melihat, mendengar dan membayangkan segala sesuatu yang dapat membangkitkan syahwat dan kemarahannya. Berusahalah untuk semakin banyak menjaga hati dari khayalan terhadapnya.

Keempat: Jangan tertipu dengan nafsu sendiri, dan sama sekali janganlah menganggap apa yang dilakukannya itu benar, dan berusahalah untuk semakin banyak mencari aib dan cacat diri, serta berusaha dengan pandangan yang cermat untuk mencari keburukan diri yang tersembunyi. Ketika berhadapan dengan sesuatu darinya, maka berusahalah untuk menghilangkannya. Ketahuilah bahwa setiap nafsu dan jiwa adalah pecinta dari sifat dan aktifitasnya sendiri. Oleh karena itu amalan serta aktifitasnya senantiasa benar dalam pandangannya. Orang semacam ini tidak akan pernah bangkit tanpa terlebih dahulu berfikir dan meneliti kekurangan dirinya. Dan sebaiknya meminta bantuan dari orang-orang yang bisa dipercaya dan para sahabatnya untuk meneliti kekurangan dan aib dirinya. Hendaknya senantiasa menunggu apa yang ditampakkan oleh para musuh serta lawannya dalam mengungkap kekurangannya. Setelah itu berusaha untuk meredam dan menghilangkannya. Dan sebaiknya menjadikan apa yang dikatakan oleh orang lain sebagai refleksi dari penampakan aib dirinya. Oleh karena itu, hendaklah berfikir positif terhadap apa yang keluar dari mereka serta menganggap buruk amalnya tersebut. Dan ketika berhadapan dengan keburukan segala sesuatu, dia tetap mengetahui meskipun amalan tersebut keluar darinya, amalan tersebut tetap merupakan amalan yang buruk. Dan ketika berhadapan dengan kebaikan dimana amalan tersebut pun berasal darinya, maka tetap pula menganggapnya sebagai sebuah amalan kebaikan. Oleh karena itu berusahalah untuk memberangus keburukan diri dan bertekadlah untuk mencari etika yang hasanah.

Kelima: Menganggap penting untuk menghindarkan diri dari percakapan-percakapan yang buruk serta jahat. Dan menganggap bahwa menjauhkan diri dari teman sebangku yang berakhlak buruk adalah sebagai suatu kewajiban, dan sebaliknya hendaklah senantiasa melakukan percakapan dengan para orang-orang yang memiliki akhlak terpuji serta para petinggi agama, karena majelis serta percakapan dengan setiap orang akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dirinya. Sebagaimana karakter seorang pencuri yang senantiasa mengambil secara paksa apa saja yang dia lihat dari orang lain. Dalam sebuah sya’ir dikatakan:

Karena duduk dengan orang-orang tercela,

Putra Nuh telah kehilangan keturunan nubuwwahnya.

Tetapi, hanya karena beberapa hari bersama orang-orang mulia, anjing Ashabul Kahfi telah berubah menjadi manusia.

Selain itu, barang siapa yang berkumpul dengan para pelaku maksiat, berarti dia telah bersama dalam azab mereka dan terbakar bersama api mereka. Allah Swt. berfirman:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh oleh api neraka.” (Qs. Huud [11]113)

Untuk menegaskan betapa besarnya pengaruh yang akan ditimbulkan oleh berkumpul dengan para pelaku maksiat, kami akan menukilkan sebuah hadis mulia yang di dalamnya terangkum serangkaian manfaat agung, dan dengan ini pula kami akan menutup risalah ini.

Syaikh Kulaini Ra telah meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Shadiq As, beliau bersabda:

“Suatu hari Hadhrat Isa al-Masih As melewati sebuah perkampungan dimana penghuninya, burung-burung dan hewan-hewan, seluruhnya telah mati. Nabi Isa melihat pemandangan semacam ini bersabda kepada para Khawariyyun: “Lihatlah, penghuni perkampungan ini telah mati karena azab Allah Swt.

Seadainya mereka mati pada waktu yang berbeda pasti di antara mereka akan saling menguburkan yang lainnya.”

Khawariyyun -yang merupakan sahabat-sahabat khusus Hadzrat Isa As- bertanya kepada beliau: “Wahai Ruhullah, mintalah kepada Allah Swt agar Dia menghidupkan mereka kembali, supaya mereka memberitahukan kepada kami amalan seperti apakah yang telah menyebabkan mereka mendapatkan azab seperti ini, sehingga kami bisa menghindari perbuatan tersebut.”

Dalam memenuhi permohonan mereka, Hadhrat Isa As berdo’a dan memohon kepada Nya. Tidak lama kemudian muncullah suara yang mengatakan untuk memanggil penghuni perkampungan tersebut. Pada malam harinya Hadhrat Isa As pergi menuju ke tempat yang tinggi dan bersabda: “Wahai penghuni kampung!”, lalu salah seorang penghuni kampung menjawab: “Labbaika, ya Ruhullah”. Kemudian Isa Kalimatullâh bersabda: “Katakan, apakah yang telah kalian lakukan di dunia?”

Dia berkata: “Kami beribadah kepada thaghut, bersahabat dengan dunia tanpa rasa takut kecuali sedikit, mempunyai harapan yang panjang dan lalai serta sibuk dengan berfoya-foya”

Isa As bersabda: “Hingga seberapakah kecintaan kalian kepada dunia?”

Dia berkata: “Kecintaan kami kepada dunia sebagaimana kecintaan seorang anak kepada ibunya. Setiap kali mereka menghampiri kami, maka kami sangat gembira menyambutnya, dan setiap kali mereka membelakangi kami, maka kami menangis dan bersedih hati.”

Al-Masih As bersabda: “Bagaimanakah ibadah kalian kepada thaghut?”

Dia menjawab: “Kami mentaati para pelaku maksiat, yaitu dalam semua persoalan batil, dan setiap kali kami ditugaskan untuk itu, kami senantiasa mentaatinya.”

Isa As bersabda: “Lalu apakah yang kalian peroleh dari penugasan tersebut?”

Dia berkata: “Malam hari kami dapat tidur dengan nyenyak dan lelap, tetapi pada keesokan harinya kami melihat diri kami berada di dalam neraka”.

Isa As bersabda: “Apakah neraka itu”.

Dia menjawab: “Adalah Sijjin”.

Isa As bersabda: “Lalu apakah Sijjin itu?”

Dia menjawab: “Adalah gunung-gunung yang berasal dari api yang senantiasa akan tertumpahkan apinya kepada kami hingga hari kiamat”.

Isa bersabda: “Lalu apa yang kalian katakan dan apa jawaban yang diberikan kepada kalian”.

Dia menjawab: “Kami berkata bahwa kembalikanlah kami ke dunia hingga kami hidup dengan zuhud dan sederhana, dan jawaban atas kami adalah kalian adalah pembohong”.

Isa As bersabda: “Mengapa hanya engkau yang dapat bercakap-cakap denganku di antara mereka yang ada?”

Dia berkata: “Ya Ruhullah, sebabnya adalah: mulut mereka telah ditutupi oleh tali kekang api, dimana tali kekang tersebut dipegang oleh tangan para malaikat dengan kuat dan kencang sehingga menjadikannya sebagai wakil mereka. Sebenarnya aku ini tidak termasuk golongan mereka. Namun karena aku berada di antara mereka, maka begitu azab ini terjadi atas mereka, akupun menjadi terseret ke dalamnya. Oleh karena itulah aku bergelantungan pada sehelai rambut di samping jahannam. Aku tidak tahu apakah akhirnya akan jatuh ke dalamnya ataukah akan terselamatkan”.

Setelah mendengar jawaban ini Hadhrat Isa As menghadap kepada Khawariyyun dan bersabda: “Wahai para sahabatku, sesungguhnya memakan roti kasar dengan garam dan tidur di atas sampah, tetapi tetap mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat, merupakan sebuah kebaikan yang sangat besar, dan kalian harus menyadari dan menghargai kenikmatan ini.”

Tidak terelakkan lagi bahwa apa yang dikatakan oleh laki-laki ini dengan keadaan perkampungannya tersebut kepada Hadhrat Isa As, persis sebagaimana keadaan kita dan keadaan para manusia pada zaman kita sekarang ini. Banyak dari kita yang bahkan tidak memiliki rasa takut bahkan sedikitpun, sementara mereka memilikinya. Dan tentang kecintaan kita kepada dunia, panjangnya angan-angan kita, kelalaian serta sifat foya-foya kita, merupakan sebuah kondisi yang sangat jelas dan kita saksikan sendiri. Setiap orang yang melihat keadaan dirinya dan keadaan para penghuni zamannya, maka hal-hal di atas menjadi sangat jelas buat dirinya sendiri.

Betapa indahnya perumpamaan yang dikisahkan oleh para hukama bahwa keadaan kita, kelalaian, keangkuhan kita di dunia ini, sebenarnya persis seperti keadaan seorang lelaki yang berada di tengah sahara. Tiba-tiba ia melihat seekor harimau buas di belakangnya. Dengan segera laki-laki ini bersembunyi di samping sebuah sumur. Lelaki malang ini memiliki sebuah tali yang ia ikatkan di pinggang nya. Lalu tali tersebut dia ikatkan pada sebatang ranting yang terletak di samping sumur sehingga dengan tali tersebut tubuhnya bisa menggelantung di tengah-tengah lobang sumur. Kemudian pada saat tubuhnya bergelantungan, dia menengok ke arah bawah sumur dan dia melihat seekor ular besar yang tengah membuka mulutnya. Ular itu menunggunya, dan ketika pada saatnya nanti dia jatuh dari tali tersebut, dengan segera ia menyantapnya. Dalam kondisi seperti ini diapun mendapatkan dua ekor tikus yang berwarna hitam dan putih yang mulai menggerogoti tali yang terlilit di pinggangnya. Sementara pada saat yang bersamaan matanya tertuju pada sarang madu yang bercampur tanah yang terletak di samping sumur dengan begitu banyak lebah yang berkumpul di sekitarnya. Lelaki malang ini sejenak lupa dengan keberadaan tikus yang tengah menggerogoti tali pinggangnya tersebut. Bahkan dia pun lengah dengan dirinya yang sebentar lagi akan jatuh ke dalam mulut ular. Pada kondisi seperti itu dia malah menyibukkan diri dengan memakan madu bercampur tanah tersebut dan bertengkar dengan lebah-lebah.

Siapapun yang mendengar hikayat ini, pasti akan berkomentar bahwa betapa dungu dan tololnya lelaki tersebut. Bagaimana mungkin dalam kondisi seperti itu dia bisa lalai, dan bagaimana pula dia bisa menikmati madu tersebut, padahal seharusnya dia lebih mementingkan untuk mencari jalan keselamatan.

Sebenarnya, hikayat ini persis seperti keadaan kita, dimana dunia ini berada dalam posisi sumur. Ular naga yang sedang membuka mulutnya adalah ajal dan kematian serta kubur kita. Dua tikus yang berwarna hitam dan putih adalah malam dan siang yang senantiasa akan menggerogoti umur kita serta memutuskannya. Sementara madu yang bercampur tanah itu merupakan kelezatan duniawi yang termanifestasikan dalam kesulitan yang begitu banyak. Sedangkan lebah merupakan anak-anak dunia, dimana kita senantiasa bermusuhan dengan mereka karena persoalan-persoalan dunia.

Ya Ilahi, kokohkan hati ini agar tetap memiliki tekad yang membaja untuk dapat mentalak dunia dan materinya dengan talak tiga. Oh…dunya, Gurri ghayri. Qad thallaqtuki tsalatsan. Wala roj’ata fiki (Wahai Dunia, kecolah selain diriku. Sesungguhnya tiga kali aku telah mentalakmu. Dan tiada jalan bagimu untuk kembali).[]

Wal-hamdulillahi Rabbil ‘Alamin..