peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah0%

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Imam Ali as

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Muhammad Ridha Jabbariyan
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 10934
Download: 4006

Komentar:

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 12 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 10934 / Download: 4006
Ukuran Ukuran Ukuran
peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Bagian Kelima

Perlakuan Khusus Rasulullah Saw

Perlakuan Khusus Rasulullah Saw

Salah satu faktor yang membantu kita untuk memahami hadis Al-Ghadir adalah perlakuan Rasulullah Saw terhadap Ali As. Menurut timbangan ini, apabila beliau memperlakukan Ali As sebagaimana salah seorang sahabat dan bahkan seperti salah seorang kerabat dan anggota keluarganya, dan tidak memandang Hadrat Amirul Mukminin As sebagai memiliki keutamaan maka tidak ada yang dapat dimanfaatkan dari kandungan hadis Ghadir.

Akan tetapi, apabila kita tahu bahwa perlakuan Rasulullah Saw terhadap Ali As adalah perlakuan yang berbeda dibandingkan perlakuannya terhadap seluruh kaum Muslimin, jika kita memperhatikan secara seksama dalam perlakuan ini, maka hal itu akan membimbing kita kepada masalah bahwa Ali di mata Rasulullah Saw berbeda dari yang lain. Seluruh usia dan risalahnya berada pada tataran untuk mengerjakan sebuah pekerjaan raksasa yaitu membinanya dan memperkenalkan kepada seluruh kaum Muslimin akan keutamaan yang dimiliki oleh Amirul Mukminin Ali As.

Pada aspek ini, setiap perlakuan Rasulullah Saw terhadap Amirul Mukminin As dengan sendirinya menjadi penegas atas kandungan hadis Ghadir.

Seluruh perlakuan dan perilaku Rasulullah Saw terhadap Amirul Mukminin As memiliki satu arah dan tujuan.

Dengan masing-masing dari perlakuan ini Rasulullah Saw hendak memberikan pemahaman terhadap satu poin bahwa Ali berbeda dengan orang lain dan ia merupakan seorang manusia yang berasal dari tipologi Rasulullah Saw sendiri.

Hal ini merupakan perhatian khusus Allah Swt bahwa ia layak untuk memikul tugas memimpin umat Islam dan membimbing kaum Muslimin.

Dalam pembahasan ini, kita akan menyebutkan beberapa penggalan dari perlakuan Rasulullah Saw terhadap Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib As.

1. Menutup Semua Pintu

Masjid Nabi Saw di Madinah didirikan di sebuah tempat yang sekelilingnya terdapat rumah-rumah yang menjadi tempat lintasan dan lalu-lalang seluruh penduduk rumah yang ada di tempat itu. Beberapa lama setelah masjid dibangun pintu rumah-rumah yang ada di sekeliling masjid dibiarkan terbuka. Penghuni rumah itu lalu-lalang dari masjid ke rumah. Rumah Hadrat Amirul Mukminin Ali As bertempat di samping masjid dan termasuk salah satu rumah yang berada di samping masjid.

Selang beberapa lama, Rasulullah Saw memerintahkan untuk menutup seluruh pintu rumah yang ada di sekeliling masjid kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib As.

Sekelompok orang memprotes diskriminasi ini. Mereka menyampaikan protes kepada Rasulullah Saw. Dalam menjawab protes mereka, beliau bersabda,, ‚Aku memerintahkan untuk menutup seluruh pintu kecuali pintu Ali tetapi sebagian dari kalian memprotesnya. Demi Allah! Aku tidak membuka atau menutup pintu melainkan menuruti perintah yang ditujukan kepadaku dan aku menunaikan perintah itu.‛[295]

Menurut riwayat lain, Nabi Saw bersabda, ‚Aku tidak membuka pintu tersebut melainkan Tuhanlah yang membukanya.‛[296]

Hadis ini diriwayatkan oleh Bin Asakir yang menukilnya dari beberapa orang sahabat Rasulullah Saw.[297]

Dalam kitabnya Farâid Junaid menulis: ‚Kira-kira tiga puluh sahabat yang menukil hadis Saddul Abwâb (menutup pintu) ini.‛[298]

2. Perhatian Khusus

Dari Abu Sa’id Al-Khudri seorang sahabat besar Rasulullah Saw diriwayatkan bahwa beliau dengan Ali As memiliki hubungan seakan-akan tidak ada orang bersama mereka.[299]

Dari Amirul Mukminin Ali As sendiri diriwayatkan bersabda: ‚Setiap kali aku mengajukan soal, aku mendengar jawabannya. Dan setiap kali terdiam, beliau (Nabi) sendiri yang akan (mulai) berbicara.‛[300]

3. Berbisik dengan Tuhan

Pada hari peperangan suku, Rasulullah Saw dan Ali pergi menyepi. Mereka berbicara secara berbisik. Tatkala pembicaraan mereka usai, sebagian sahabat berkata, ‚Wahai Rasulullah!

Pembicaraan Baginda terlalu lama.‛ Rasulullah Saw bersabda, ‚Aku tidak berbicara secara berbisik dengannya melainkan Tuhanlah yang berbisik dengannya.‛[301]

4. Gelar Amirul Mukminin

Buraidah Aslami, salah seorang sahabat Rasulullah Saw. meriwayatkan: ‚Kami berjumlah delapan orang dan aku paling muda di antara mereka. Rasulullah Saw bersabda kepadaku, ’Berilah salam kepada Ali.’ dan katakanlah, ‚Salam kepadamu wahai Amirul Mukminin.’‛[302]

5. Penyampaian Surah Al-Taubah

Rasulullah Saw menugaskan Abu Bakar untuk menyampaikan surah al-Barâ’ah (Taubah) kepada orang-orang haji di Mekkah. Tidak lama selepas itu, beliau mengutus Ali agar mengambil surah al-Barâ’ah itu dari Abu Bakar dan menyampaikannya kepada orang-orang haji di Mekkah. Rasulullah Saw bersabda, ‚Tidak ada yang dapat menyampaikan surah tersebut kecuali orang dari keluargaku.‛[303]

Dalam riwayat lain disebutkan, ‚Tidak ada yang menyampaikan pesanku kecuali aku sendiri atau Ali.‛[304]

6. Pembawa Panji Rasulullah Saw

Sepanjang peperangan tradisional masih digunakan dan alat-alat perang modern belum lagi digunakan di medan perang, bendera utama yang disebut sebagai panji (liwâ) termasuk barometer untuk menunjukkan keadaan laskar. Berkibarnya panji perlambang konsistensi perjuangan, sedangkan gugurnya panji tersebut adalah alamat kejatuhan laskar.

Berangkat dari sini, orang yang memikul tugas membawa panji dan membiarkannya tetap berkibar adalah orang yang paling mulia, paling berani dan paling gigih di medan perang.

Pada seluruh peperangan Rasulullah Saw melawan kaum kuffar, orang yang membawa panji prajurit Islam adalah Ali bin Abi Thalib.[305]

Menurut beberapa riwayat, tatkala Rasulullah Saw ditanya: ‚Siapakah yang akan membawa panjimu pada hari kiamat wahai Rasulullah!‛

Rasulullah Saw bersabda, ‚Yang akan membawa panjiku pada hari kiamat adalah orang yang membawanya di dunia, Ali bin Abii Thalib.‛[306]

7. Pernikahan dengan Fatimah As

Jawaban positif Rasulullah Saw atas pinangan Ali bin Abi Thalib terhadap Fatimah Zahra As harus dianggap sebagai sikap khusus beliau terhadap Ali.

Padahal banyak sahabat besar Rasulullah Saw mengajukan lamaran kepadanya untuk meminang Fatimah Zahra As. Namun beliau menolak lamaran mereka. Kondisi berubah tatkala Ali As mengajukan lamaran. Tanpa pikir panjang, Nabi saw langsung menerima lamaran tersebut.‛[307]

Menurut riwayat yang lain,[308] tanpa pinangan Ali, Rasulullah Saw memanggil para sahabat dan membacakan khotbah nikah di hadapan sekelompok sahabat yang bermaksud mengajukan lamaran, beliau bersabda, ‚Allah Swt mewahyukan kepadaku untuk menikahkan Fatimah As kepada Ali As.[309] []