Psikologi Islam

Psikologi Islam0%

Psikologi Islam pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Buku Umum

Psikologi Islam

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Sayyid Mujtaba Musavi Lari
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 10151
Download: 2617

Komentar:

Psikologi Islam
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 21 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 10151 / Download: 2617
Ukuran Ukuran Ukuran
Psikologi Islam

Psikologi Islam

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

2. Optimisme

• Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

• Efek-efek Sifat Optimis

• Seruan lslam Kepada Sifat Optimis dan Kepercayaan

Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini, menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan ketenangan.

Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia. Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara, jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada kepuasan sepenuhnya.

Apictatus berkata:

Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan seseorang.

Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta dan kekayaan tak terhingga. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar.

Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu, manusia harus mencari kebahagiaan yang sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka sendiri.

Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai ketidakpastian.

Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.

Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras, yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas. Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara pandang yang positif.

Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.

Seorang sarjana Barat berkata:

Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita, tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita. Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih cara berpikir yang benar dan menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai tujuan yang paling agung, karena rahasia keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam pemikiran yang benar.

Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis

Demikian pula, dalam sistem tubuh yang rusak karena berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang dimiliki seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor yang berbeda-beda dan sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada kekuatan berpikir, namun ia tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bebas dari sikap perilaku seseorang. Oleh karena itu, manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk mencabut akar dari sifat-sifat yang menggelapi kesenangan dan kebahagiaannya.

Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap kehidupan dan lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan yang positif tentang hal-hal di sekeliling Anda, merupakan jaminan kesenangan atas mereka yang hidup dalam lingkungan kemanusiaan.

Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran yang buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir secara benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke arah kesempurnaan. Sifat optimis dapat digambarkan sebagai cahaya dalam kegelapan dan memperluas wawasan berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan tumbuh di dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru dalam pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi kemampuan kepada manusia untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu sinar dan kekuatan baru guna memutuskan secara sama dan adil satu sama lain. Derita orang yang optimis akan sirna dan harapannya bertambah, jika memelihara bubungan lahiriah dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat melalui perilaku yang paling baik.

Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang diperankan optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak pada wajah-wajah orang yang optimis, tidak saja dalam hal kepuasan tetapi juga seluruh kehidupan, baik dalam situasi yang positif maupun negatif. Di setiap saat sinar kebahagiaan menerangi jiwa orang yang optimis.

Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain itu penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka sikap optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ini merupakan fakta yang memiliki pengaruh langsung atas kebahagiaan individu dan masyarakat. Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut. Lawan dari sifat ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat menjadi unsur yang merusak di masa mendatang. Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam unsur dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan kemajuan lebih cepat. Di antara akibat dari sikap optimis adalah keharmonisan, kerja sama atau gotong royong dan kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam kehidupan sosial hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.

Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:

Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa kepercayaan dan harapan.

Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang lain, maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah salah satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam masyarakat. Hingga di sini jangan sampai kita tidak mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan besar antara sifat optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas percaya yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa seorang muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang yang tidak ia kenal, atau mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya dan mengujinya. Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara jelas kejahatan dan kezaliman mereka. Dengan kata lain, kepercayaan memiliki kekecualian dan harus memisahkan beberapa anggota masyarakat di bawah kondisi-kondisi tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah berbagai kesimpulan yang diharapkan dalam setiap masalah. Oleh karana itu, tingkah laku nya dibangun di atas jalan pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai tindakannya bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran yang mendalam.

Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri

Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan, bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.

lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya bukti-bukti yang jelas.

Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu, kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu memutuskan sebaliknya; dan janganlah mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila masih ada kemungkinan yang baik padanya.

(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)

Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya sifat percaya melalui berbagai cara.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan memperoleh cinta dari mereka.

(Ghurar AI-Hikam)

Dr. Mardin dikutip mengatakan:

Bila anda membina suatu persahabatan dengan seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah anda dapatkan darinya. Jika anda mampu memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda, seraya mencoba untuk memikat persahabatan bersama anda.

(Piruzi Fikr)

Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.

Imam Ali a.s, berkata:

Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam dosa.

Dr. Dale Carnegie menyatakan:

Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant. Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya tidak pernah memberi bon penagihan kepada para pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah selesai makan mereka sendiri yang menghitung biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu: 'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda tidak dapat begitu saja percaya kepada semua pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak, kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang selama separuh abad terakhir". Para pelanggan restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama diharapkan dari mereka.

Mr. Louis, seorang psikolog berkata:

Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan, cobalah membuatnya merasa bahwa anda memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil, untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang anda berikan.

(How To Win Friends)

Dr. Gilbert Roben menulis:

Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah, berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk memberikan tugas-tugas penting kepada orang-orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap tugas baru yang anda berikan kepada mereka buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan individu.

Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan menjamin kesenangan kepada seseorang.

Imam Ali a.s. berkata:

Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan keamanan dalam iman.

(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)

Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam kehidupan.

Imam Ali a.s. menyatakan:

Kepercayaan mengurangi depresi.

Dr. Mardin berkata:

Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-indah dalam pandangan kita yang mengurangi penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap pemikiran-pemikiran yang menyakitkan, sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya. Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai pemikiran yang ada.

(Piruzi Fikr)

Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip dari beliau:

Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti) telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena itu janganlah mengecewakannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)

Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia, berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain. Beliau berkata:

Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling benar terhadap kebenarannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)

Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis. Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam Ali a.s. berkata:

Orang yang menolak prasangka buruk terhadap saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang damai.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Samuel Smiles berkata:

Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya. Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang bijak melihat sinar matahari akan segera menembus setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik setiap kemalangan dan penderitaan terdapat kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa problema baru dan menemukan harapan dalam setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, dan para penyokongnya adalah keberuntungan. Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat segalanya dengan mata pemahaman dan dengan warna yang mereka kehendaki.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:

Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang lain adalah tidak mencurigainya.

(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)

Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah, akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.

3. Pesimisme

• Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

• Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

• Sikap lslam Terhadap Sifat Pesimis

Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara sedih dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara kesedihan dan kemudahan.

Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua terserah kepada setiap orang untuk memilih arah pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup yang ia kehendaki.

Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan, sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan kesengsaraan.

Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara. mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini, atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal yang bermanfaat.

Seorang pemikir terkenal menulis:

Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.

Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita percaya bahwa orang bin telah memperoleh kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis. Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka memahami fakta-fakta dan membuang apa yang mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.

Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata para pembidiknya di setiap saat.

Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis, yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.

Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di dunia ke dalam kejahilan yang fatal.

Menurut seorang ulama:

Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram. Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk anda.

Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak kenal takluk ke puncak kesempurnaan manusia.

Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak terhapus.

Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.

Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.

Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya, dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.

Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah. Menurut seorang dokter medis:

Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada menolong orang yang melompat ke laur mencoba untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar membantu, adalah penting bagi si penderita untuk memelihara rasa senang dan percayanya.

Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor utama dalam penyebab bunuh diri.

Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya, sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut manusia dari saling percaya serta mengarah kepada penghancuran moral dan juga jiwa.

Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis; mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan kebencian.

Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.

Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis

Al-Quran secara jelas memasukkan sifat pesimis dan pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan memperingatkan kaum Muslimin dari berpikir secara negatif satu sama lain.

"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa".

(QS.49:12)

Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:

"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain: darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang Muslim untuk berpikir secara negatif terhadap yang lain."

(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)

Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga mencurigai orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum membuktikan kesalahannya dengan bukti yang meyakinkan. Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat dipercaya hanya atas dasar spekulasi.

(Nahjul Balaghah, hal. 174)

Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:

Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa menjadi lebih besar.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)

Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat yang menindas.

Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik) merupakan dosa yang paling buruk dan jenis penindasan yang paling buruk.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)

Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada orang yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih buruk dan pada akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as. menyatakan:

Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara dia dan yang dicintainya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)

Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan batin dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang berprasangka. Kadang-kadang sifat prasangka menyeret orang-orang tersangka dari jalan yang lurus dan mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan. Imam Ali a.s. berkata:

Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut kejahatan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)

Dr. Mardin menulis:

Beberapa pemilik usaha mencurigai para karyawannya mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa tersangka untuk menjadi apa yang mereka sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam kata-kata atau perbuatan, ia mempengaruhi batin si tersangka dan mengarahkannya untuk melakukan apa yang disangkakan kepadanya.

(Pirozi Fikr)

Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:

Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal ini memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan orang yang tidak berdosa kepada keraguan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)

Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan rohaninya:

Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat ditemukan dalam keadaan sehat.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)

Dr. Carl menulis mengenai hal ini:

Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan mencurigai orang, mengurangi kemampuan seseorang untuk hidup. Kebiasaan perilaku yang. negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang tersebut dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia juga menyebabkan kerusakan praktis pada tubuh.

(Rah Wa Rasm Zindaqi)

Dr. Mardin menambahkan:

Prasangka menghilangkan kesehatan dan melemahkan kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa yang seimbang tidak pernah mendambakan kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap saat. karena mereka tahu bahwa kebaikan merupakan kenyataan yang kekal. dan bahwa kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang melemahkan kekuatan kebaikan. Karena kegelapan merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka carilah jalan yang terang, karana ia menghapus kegelapan hati.

(Pirozi Fikr)

Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:

Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut kepada siapa saja.

Dr. Farmer mengatakan:

Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di mana justru setiap orang secara terang-terangan menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung lorong untuk menghindari pertemuan dengan para sahabatnya (yang berkumpul) di jalan-jalan yang lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai oleh rasa takut, prasangka dan pesimis.

(Raz Khusbbakhti)

Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam batin seseorang. Imam Ali a.s, berkata:

Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati membencinya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)

Dr. Haleem Shakhter berkata:

Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan mengalami penderitaan-penderitaan hanya dari hal-hal kecil.

Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka dan mempengaruhi berbagai tindakan, ucapan dan pemikiran mereka. Segera setelah itu mereka jatuh menjadi korban penyakit prasangka dan tidak menyadari alasan di balik berbagai penderitaan mereka.

Berbagai kenangan yang menyakitkan menyembunyikan diri ke dalam perasaan kita dan sangar sulit bagi kita untuk mengetahuinya. Dengan kata lain, memang wajar bagi manusia untuk menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit dan mencoba menghilangkannya dari pikiran. Musuh yang bersembunyi ini tidak pernah berhenti menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa, tingkah dan perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita mendengar atau menemukan kata-kata atau tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka jika kira dengan hati-hati memeriksa diri, kira dapat menemukan bahwa itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-ingatan yang buruk.

(Rusdhe Shahkhsiat)

Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka menjadi hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali a.s. menunjukkan fakta ini ketika beliau berkata:

Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik tentang orang lain karena mereka melihat orang lain dengan wataknya sendiri.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)

Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:

Beberapa orang menguruk orang lain dengan mengeluh tentang perbuatan-perbuatan mereka sedangkan mereka, diri mereka sendiri, melakukan perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini untuk menebus kekurangan-kekurangan mereka sendiri dan untuk semacam pertahanan diri. Sikap ini digambarkan sebagai suatu cara menghindari rasa gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya merupakan suatu tindakan kemarahan. Ketika keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada situasi 'kerusakan mental'. Sistem pertahanan ini dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru yang secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya menciptakan suatu 'perasaan ingin' menghubung-hubungkannya dengan orang lain.

(Ushul e Ravanshenashi)

Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah setelah berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah orang-orang baik, mereka semua baik; engkau celah melakukan suatu hal' yang tepat dengan datang ke sini". Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu: "Engkau berkata benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan berkata:

“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan lebih baik bila engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah berkata: "Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar jawaban Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun bertanya kepada beliau. Nabi memberi jawaban kepada mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan apa yang ada dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap dirinya masing-masing.”

Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat dipahami sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai kecenderungan jiwa kepada pemikiran yang buruk serta bersikeras terhadapnya. Yang lebih dilarang daripada jenis prasangka ini adalah berbuat atasnya. Karena, berbagai pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap berada di bawah wewenang hukum fiqih. Pemikiran-pemikiran ini muncul di luar kemauan, menghindarinya juga di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu untuk mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-tindakan.

Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal dari kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah wajib bagi orang-orang yang dapat menunjukkan dengan tepat suatu alasan yang menyebabkan mereka menjadi terlalu berprasangka demi mengobati dan melepaskan diri mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.