Psikologi Islam

Psikologi Islam0%

Psikologi Islam pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Buku Umum

Psikologi Islam

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Sayyid Mujtaba Musavi Lari
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 10153
Download: 2617

Komentar:

Psikologi Islam
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 21 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 10153 / Download: 2617
Ukuran Ukuran Ukuran
Psikologi Islam

Psikologi Islam

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

13. Melanggar Janji

• Berbagai Tanggung Jawab

• Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya

• lslam Melarang Pelanggaran Janji

Berbagai Tanggung Jawab

Manusia menyadari tanggung jawabnya hanya ketika dia sampai pada tahap-tahap mampu membedakan antara yang hak dan yang batil. Setelah itu ia dapat memperhatikan berbagai perintah dari sistem kehidupan dan mematuhi serangkaian keputusan yang menentukan dan kepada keputusan inilah kebahagiaan dan integritas manusia bergantung. Dengan kata lain, ia mampu menciptakan keharmonisan antara perilaku dan berbagai kebutuhan jasmani dan rohaninya.

Pelaksanaan tanggung jawab materi dan rohani merupakan suatu kebutuhan, baik bagi akal maupun kesadaran; tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan, dan menguruk faktor-faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan. Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Kendati dalam beberapa kepercayaan (agama), tanggung jawab bukan merupakan perbudakan melainkan kebebasan yang sesungguhnya. Tanggung jawab menarik manusia kepada tara nan perilaku yang sesuai dengan sistem kehidupan yang paling memadai. Tanggung jawab manusia itu ada selama manusia ada, tetapi dalam bentuknya yang berbeda-beda. Sudah sepantasnyalah mengharapkan seseorang untuk memenuhi tanggung jawabnya jika ia mampu dan berkehendak untuk memenuhinya.

Ketiadaan rasa tanggung jawab dan pelanggaran berbagai peraturan hanya akan menunjukkan kejahilan akan asas-asas kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada pelecehan terhadap para anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus mencegah pelanggaran kewajiban individual yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi nafsu-nafsu kita.

Orang-orang yang menjadi tawanan hawa nafsunya sendiri lebih mengutamakan hasrat-hasrat dan berbagai kepentingan pribadi, di atas tugas-tugas mereka, yang adalah akar kerusakan dan ketidakmampuan dalam mencapai integritas manusia seutuhnya.

Menurut Dr. CarI:

Seseorang yang memandang dirinya bebas untuk berbuat segala sesuatu bukanlah seperti elang yang menjelajah langit yang tiada bertepi, melainkan seperti anjing pelarian yang menemukan dirinya di tengah-tengah keramaian lalu lintas. Orang ini dapat dibandingkan dengan anjing yang berbuat apa saja sekehendaknya, namun orang ini lebih tersesat daripada anjing karena ia tidak tahu ke mana ia pergi atau bagaimana menjauhkan dirinya dari semua bahaya yang ada di sekelilingnya.

Kita semua sepakat bahwa fitrah tunduk kepada hukum-hukum tertentu. Kita juga harus menyadari bahwa kehidupan manusia mengandung serangkaian hukum dan undang-undang. Kita mengkhayalkan diri kita sebagai makhluk yang sepenuhnya merdeka dan berbuat apa saja yang kita kehendaki. Kita tidak ingin mengakui bahwa kendali atas hidup kita tidaklah berbeda dengan mengendarai mobil dari sudut pandang bahwa keduanya tunduk kepada peraturan-peraturan tertentu. Kita berpikir seolah-olah tujuan sesungguhnya bagi manusia adalah makan, minum, tidur, berhubungan seks, serta memiliki mobil, radio, dst ...

Menaati peraturan adalah penting bagi masyarakat manusia, dan ini tidak dapat dilakukan tanpa benar-benar memperhatikan peraturan-peraturan tersebut. Orang-orang yang mengandalkan kemampuan sendiri dapat memperhatikan kenyataan-kenyataan hidup dengan kaca mata akal dan logika; dan oleh karena itu, dapat menunaikan berbagai kewajiban mereka. Mereka mengatur hidupnya sesuai dengan asas-asas keadilan dan kebenaran serta menerima semua kewajibannya tanpa adanya keluhan. Jika seseorang gagal, bagaimanapun ia masih dapat menemukan alasan untuk merasa bangga, karena kelalaian semacam ini tidak muncul melainkan setelah ia memenuhi berbagai tanggungjawabnya.

Kita harus mencari kebahagiaan dalam wujud yang sesungguhnya.

Kebahagiaan bersama, keselamatan menjadikan orang-orang yang menaati panggilan kesadarannya mencapai keberhasilan, Imbalan bagi orang-orang yang memperhatikan tanggung jawabnya adalah munculnya rasa percaya diri dan keharmonisan antara pikiran dan kesadaran. Perasaan yang menyenangkan ini berangkat dari jiwa orang-orang yang melaksanakan berbagai tanggung jawabnya dalam kehidupan.

Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya

Salah satu kewajiban penting manusia dalam kehidupan adalah memperhatikan sumpahnya. Adalah fitrah manusia untuk merasa kesal bila melanggar sumpahnya dan merasakan kepuasan dan kebaikan ketika memenuhinya, baik individu maupun masyarakat, tanpa memandang agamanya. Asas-asas yang mendidik seseorang memainkan suatu peranan penting dalam tingkah lakunya di masa mendatang. Maka perlunya didikan yang memadai dan pengembangan akan keberhasilannya serta penjauhan diri dari hal-hal yang merusak fitrah manusia, sangatlah jelas. Pendidikan yang tepat merupakan kunci kepada kesempurnaan akhlak.

Moralitas dipandang perlu untuk memperhatikan dan menghargai semua sumpah lisan (persetujuan, janji) yang dilakukan di antara berbagai kelompok, bahkan jika mereka kekurangan akan jaminan-jaminan yang sah. Pelanggaran sumpah dianggap sebagai penolakan terhadap peraturan-peraturan tentang martabat dan harga diri.

Menurut Buzarjumehr:

Pelanggaran sumpah menjauhkan martabat.

Orang-orang yang menyelewengkan dirinya dari jalan yang benar dengan melanggar sumpahnya, akan menanam benih-benih penolakan dan kebencian di dalam hati orang lain: Pada akhirnya tindakan pelanggaran akan mempermalukan nya, kemudian ia akan mencoba untuk menutupi berbagai tindakannya dengan macam-macam alasan dan kontradiksi, sehingga orang-orang yang mengetahui orang ini akan melihat bahwa ia adalah seorang munafik yang tersesat.

Sesungguhnya pelanggaran sumpah termasuk di antara unsur yang paling aktif dalam menciptakan perselisihan sosial dan melemahkan ikatan di antara manusia. Tak syak lagi, suatu masyarakat yang diliputi oleh perselisihan dan saling tidak percaya lama kelamaan akan kehilangan keseimbangan dalam kehidupan sosialnya dan akibatnya para anggotanya tidak akan dapat mempercayai bahkan terhadap kerabat terdekatnya sekalipun.

Ada tipe individu yang tidak hanya lalai dalam memegang janjinya, juga memandang pengkhianatan (khianat akan amanah) sebagai tindakan yang bijaksana dan baik; orang-orang ini bahkan merasa bangga dengan tindakan-tindakannya kepada orang lain.

Pemenuhan janji itu penting bagi seseorang yang ingin hidup ber-masyarakat; ia adalah landasan bagi kebahagiaan, perkembangan dan keberhasilan sosial.

Diriwayatkan bahwa sekelompok orang Khawarij ditangkap di masa lalu yang meninjau kembali kasus-kasus mereka dan menghukum mereka sekehendaknya. Ketika orang terakhir berdiri di depan Hajjaj untuk menunggu hukumannya, waktu shalat pun tiba. Hajjaj mendengar adzan dan mengembalikan tawanan itu kepada seorang bijak serta berkata padanya untuk membawanya kembali esok pagi.

Orang bijak itu meninggalkan istana bersama sang tawanan. Sewaktu mereka berjalan, tawanan itu berkata: "Aku bukanlah salah seorang Khawarij. Aku memohon kepada Allah dengan rahmat-Nya untuk membuktikan kebenaranku, karena aku adalah tawanan yang tidak bersalah. Aku mohon padamu untuk membiarkanku menghabiskan malam ini bersama isteri dan anak-anakku sehingga aku dapat memuaskan keinginanku kepada mereka. Aku berjanji bahwa aku akan kembali sebelum ayam berkokok di pagi hari." Setelah hening sesaat, akhirnya orang bijak itu setuju dengan usul si tawanan dan mengizinkan dia pulang untuk semalam. Beberapa waktu kemudian, orang bijak itu mulai merasa takut dan membayangkan bahwa ia akan menjadi korban kemarahan Hajjaj. Malam itu orang tersebut terjaga penuh ketakutan dan heran pada sang tawanan, yang telah berjanji untuk kembali, mengeruk pintunya. Orang bijak ini kaget dan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berseru:

"Kenapa kamu datang kembali?"

Sang tawanan menjawab: "Orang yang mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah, dan menjadikan-Nya saksi terhadap sumpahnya, harus memenuhi janjinya."

Orang bijak itu pun berjalan bersama tawanannya menuju istana Hajjaj, dan menceritakan segala perihalnya. Hajjaj, yang terkenal dengan kekejamannya, begitu tergerak dengan lelaki yang jujur itu dan mengizinkannya untuk membebaskannya.

Sekarang anggaplah suatu perusahaan komersial mengabaikan janjinya dalam memenuhi kewajiban dan undang-undangnya. Perilaku ini tidak akan menyebabkan kemajuan melainkan kemunduran, karena perusahaan ini akan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat.

Tidak ada faktor yang lebih mapan daripada sifat saling percaya di antara para anggota masyarakat. Hubungan antar pribadi tidak akan stabil, dan sifat saling percaya tidak akan terwujud di masyarakat mana pun tanpa setiap orang memberikan perhatian yang besar kepada janji-janji lisannya, sebagaimana yang ia lakukan terhadap karyawan nya dan kontrak-kontrak sahnya. Misalnya, seorang pedagang harus mengirim barang kepada pelanggarannya tepat waktu; seorang peminjam harus mengembalikan pinjamannya dst.

Selain itu perselisihan pun dapat dihapus dan kehidupan dapat mencapai tujuan utamanya.

Adalah penting bagi seseorang untuk meninjau kembali kemampuan nya sebelum membuat berbagai janji, dan menjauhkan diri dari janji-janji yang berada di luar jangkauannya, sebab jika seseorang tidak dapat memenuhi janjinya ia bertanggung jawab atasnya. Maka, jika seseorang tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkannya, ia akan menjadi korban kutukan dan kritikan.

lslam Melarang Pelanggaran Janji

Manusia wajib berperilaku baik sehingga dipandang sebagai manusia. Keberhasilan masyarakat manusia sepenuhnya bergantung kepada kemanunggalan para anggota nya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap orang dalam kehidupan nya bertingkah laku sesuai dengan asas-asas kebenaran dan keadilan, dan sepenuh hati berupaya untuk menjauhkan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan perselisihan atau perpecahan. Lebih jauh lagi, jika kesucian sumpah dan janji-janji berangkat dari keimanan dan moralitas, maka hal ini lebih memungkinkan untuk diperhatikan.

lslam sangat mengutuk pelanggaran janji; lslam memandang tidak sah dan tidak etis bagi para pengikutnya dalam melanggar sumpah bahkan jika sumpah itu dibuat dengan para tiran. Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Ada tiga urusan yang baginya Allah tidak memberikan izin (izin untuk melanggarnya): Pemberian kepercayaan kepada orang yang benar dan yang batil. Pemenuhan janji kepada orang yang benar dan yang batil. Dan kebaikan kepada orangtua, baik mereka itu benar ataupun berdosa.

(AI-Kafi, jilid II, hal. 162)

Al-Quran menggambarkan orang-orang beriman dengan kata-kata berikut ini:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanatnya, dan janji-janjinya.”

(QS.23:8)

Di samping itu, Rasulullah Saw. memasukkan pelanggaran janji di antara tanda-tanda kemunafikan. Beliau bersabda:

"Ada empat sifat yang jika seseorang memilikinya ia dianggap sebagai seorang munafik. Jika salah satu darinya didapati pada seseorang, ia memiliki sifat munafik, kecuali bila ia menolaknya: (empat sifat itu adalah):

Orang yang berdusta ketika berbicara;

Orang yang melanggar janjinya;

Orang yang berkhianat ketika bersumpah, dan Orang yang meledak-ledak ketika berselisih (dengan seseorang)."

Imam Ali a.s. menulis kata-kata berikut kepada Malik Al-Asytar:

Jauhilah sifat menyombongkan diri terhadap bawahanmu tentang kebaikanmu (kepada mereka), dan dari lebih menyukai dirimu (sebagai gubernur) daripada bawahanmu, atau menjanjikan mereka dan mengikuti janjimu dengan khianat; karena menyombongkan diri menghalangi kebaikan, cinta diri menyembunyikan cahaya kebenaran, dan khianat patut menerima murka Allah dan manusia. Allah SWT berfirman: "Adalah suatu kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."

(Mustadrak Al-Wasa'il. jilid 11, hal. 85)

Imam Ali a.s. berkata:

Pemenuhan (janji) itu kembar dengan sifat amanah, dan aku tahu tidak ada perisai yang lebih baik daripadanya (amanah).

(Ghurar AI-Hikam, hal. 228)

Islam memberikan perhatian khusus kepada pertumbuhan anak. lslam telah menjelaskan kepada para orangtua tentang tugas-tugas moral terhadap anak-anak mereka melalui perintah-perintah yang tegas dan lengkap. Tanpa orangtua melaksanakan kewajibannya menurut prinsip-prinsip moral ini, mereka tidak akan dapat mengajarkan anak-anak mereka untuk mematuhi kemuliaan moral.

Ini semua karena berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. melarang manusia melanggar janji kepada anak mereka. Beliau bersabda:

"Dan seseorang tidak semestinya membuat janji kepada anaknya dan tidak memenuhinya."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 201)

Dr. Alindi berkata:

Anak usia enam belas tahun yang setiap hari mencuri dibawa kepada saya untuk berobat. Saya temukan bahwa ketika anak itu berusia tujuh atau delapan tahun telah dipaksa ayahnya untuk memberikan mainannya kepada putri seorang aristokrat, karena si ayah bekerja padanya. Mainan itu bagi si anak melambangkan impiannya. Si ayah berjanji untuk membelikan mainan pengganti terapi secara tidak disengaja si ayah lupa. Anak yang tiada daya itu melampiaskan dendam dengan mencuri permen dari kantong ayahnya. Hari berikutnya anak itu membongkar sebuah rumah dan mencuri barang-barangnya. Tidaklah sulit mengobati anak itu bila ia dibawa kepada saya. Mungkin saja anak itu akan menjadi seorang penjahat yang berbahaya jika tidak diobati selayaknya. Namun sekarang kesempatannya untuk menjadi orang yang berakal dan percaya diri menjadi lebih besar.

(Ma Wa Farzand e Ma)

Imam Ali a.s. menekankan cara bergaul yang semestinya antara seseorang dengan sahabat-sahabatnya. Beliau berkata:

Jika kamu mengangkat seorang menjadi sahabat karib, jadilah pelayannya dan berilah ia iman yang mumi dan ketulusan yang benar.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 223)

Hanya orang-orang yang memiliki sifat yang mulia dan moral yang baik yang memenuhi syarat bagi cinta dan persahabatan (relationship).

Rasulullah Saw. bersabda:

"Bila kamu bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat mulia, kamu akan merasakan suatu kekuatan yang tak terkalahkan memanggil jiwa dan akhlakmu kepada kemuliaan dan keagungan. Persahabatan dengan orang-orang yang memiliki akal yang kuat, sifat yang mulia, dan lebih berpengalaman, adalah suatu hal yang sangat bernilai, karena bubungan seperti ini memberikan suatu kesempatan untuk mencapai rohani yang tinggi, mengajarkan kita cara-cara baru tentang perilaku yang layak, dan mengarabkan pandangan kita tentang orang lain kepada jalan yang benar."

Pergaulan dengan orang-orang yang baik mengajarkan kita tentang kebaikan dan kebajikan, karena akhlak yang baik itu laksana cahaya yang menerangi sekelilingnya dan semua yang berada di dekatnya. Kesimpulannya, semua insan harus mengetahui tanggung jawab mereka terhadap sumpah dan janji-janji mereka.

14. Khianat

• Saling Percaya dan Penunaian Tugas

• Khianat dan Keburukannya

• Agama Mengutuk Pengkhianatan

Saling Percaya dan Penunaian Tugas

Sifat saling percaya merupakan unsur terpenting bagi perjuangan hidup suatu masyarakat yang sehat dan bersatu. Suatu masyarakat dianggap bahagia dan sentosa apabila hubungan di antara para anggotanya didasarkan pada sifat percaya (amanah). Jadi, jika manusia melanggar batas kewajiban-kewajiban mereka dan tidak peduli terhadap hak-hak orang lain, mereka kelak akan turun ke lembah kerusakan sosial.

Ada beberapa macam hukum yang mengatur berbagai urusan manusia. Setiap manusia memiliki andil atas hukum-hukum yang ditetapkan kepadanya oleh akal, fitrah dan agama untuk diikuti. Tujuan hukum-hukum ini adalah untuk mewujudkan sinar kepercayaan dan keharmonisan dalam kehidupan manusia. Tanpa hukum ini manusia tidak akan mengetahui atau lalai akan dosa-dosanya kepada Allah dan masyarakatnya. Manusia, sebagai makhluk sosial, tidak mempunyai pilihan lain kecuali berinteraksi dengan lingkungannya, yang oleh karenanya terciptalah berbagai hubungan sosial yang terhitung jumlahnya. Sebagai akibat dati hubungan-hubungan ini lahirlah serangkaian hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini melindungi masyarakat dari perselisihan, dan meratakan jalan bagi pemecahan segala problema yang umumnya terjadi dalam suatu hubungan.

Tanpa menghiraukan kesulitan dan pengorbanan yang muncul bersama kewajiban-kewajiban sosial, bagaimanapun harus dipenuhi guna memberi manusia kesenangan dan kebahagiaan. Memang sudah fitrah manusia mencari kebahagiaan dan berharap dapat meraihnya tanpa menanggung beban penderitaan, tetapi ia harus menyadari bahwa kebahagiaan tidak dapur diperoleh secara mudah dengan hanya melaksanakan berbagai kewajiban. Pernah dikatakan bahwa: "Kebahagiaan adalah imbalan bagi terlaksananya kewajiban."

Tidak saja kebahagiaan masyarakat lebih penting daripada kebahagiaan individu, tetapi juga kebahagiaan individu sepenuhnya bersandar pada kesejahteraan sosial. juga sudah jelas bahwa pengkhianatan atas hak-hak sosial adalah melanggar ruh keadilan sosial dan menciptakan kekacauan dalam sistem sosial. Setiap manusia bertanggung jawab dalam menghargai kehidupan dan kebebasan orang lain.

Orang-orang yang membiasakan diri taat dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan mengambil tanggung jawab mereka kepada Allah dan masyarakat secara serius, akan menambah kebahagiaan orang lain dan membantu mereka untuk berhasil dalam berbagai urusannya Mereka juga memperoleh kepercayaan dari orang lain dan berhasil dalam kehidupan.

Dr. S. Smiles berkata:

Kewajiban-kewajiban (tugas) adalah hutang manusia. Orang yang cenderung untuk menjaga dirinya dari kecemaran dan nilai-nilai amoral di mata orang lain harus membayar hutangnya, Namun, tindakan-tindakan seperti ini hanya dapat dilaksanakan dengan perjuangan yang terus menerus dan serius. Pelaksanaan kewajiban merupakan masalah pokok yang membebani manusia sejak pertama ia memasuki dunia ini hingga berpisah darinya. Oleh karenanya, semakin seseorang berkuasa dan mampu, ia lebih dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya; karena manusia itu laksana pramuniaga yang tugasnya melayani. Tugas ini didasarkan pada cinta keadilan, dan itu tidak hanya merupakan kewajiban ideologis tetapi juga suatu kebutuhan mendasar kehidupan manusia. Sekalipun begitu, sifat-sifat tersebut menunjukkan pengaruhnya dalam kata-kata dan amal perbuatannya. Rasa tanggung jawab merupakan suatu pembawaan besar bangsa-bangsa; dan suatu bangsa memiliki harapan akan keberhasilan jika para anggotanya memiliki rasa tanggung jawab yang mulia dengan kesombongan, keangkuhan dan keegoisan. Jenis tindakan ini pantas menerima belasungkawa, karena cepat atau lambat fitrah akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas untuk terus hidup.

Khianat dan Keburukannya

Tidak seorang pun ragu bahwa banyak faktor yang sangar mempengaruhi berkembangnya kerusakan, Ketika diadakan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketiadaan moral dan kemerosotan sosial, menjadi jelas bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah merasuknya pengkhianatan ke dalam hati dan pemikiran manusia. Kita juga menemukan bahwa bahaya yang menimpa masyarakat yang ditimbulkan oleh pengkhianatan dan akibat-akibatnya yang menghancurkan ruh sosial, melebihi segala faktor lainnya.

Khianat menjadikan ruh manusia suram dan mengarah kan pemikiran dan rasa kasih sayangnya kepada kesesatan dan kerugian total. Ancaman ini muncul karena merasuknya nafsu-nafsu; ketika pemikiran-pemikiran jahat mendorong untuk menerima kerendahan dan kehinaan sebagai ganti dari menerima berbagai inspirasi akal dan iman.

Setiap orang membutuhkan orang lain untuk mempercayainya. Seorang buruh atau pedagang dapat memperoleh pendapatan materi melalui berbagai macam pengkhianatan; dan mungkin ia mampu untuk menyembunyikan komplotan dan pemalsuannya untuk sementara waktu, tetapi suatu hari kelak masalahnya akan terungkap yang menyebabkan ia kehilangan kepercayaan yang merupakan modal utamanya. Dengan tindakan semacam ini juga ia akan menodai martabat dari kelas sosialnya.

Para pengkhianat terus-menerus hidup dalam ketakutan. Mereka merasa gelisah dan goncang serta kebanyakan dari mereka merasa pesimis.

Kenyataannya bahwa ketenteraman dan tatanan umum bergantung kepada keamanan umum. Keresahan dan kegelisahan yang mematikan -akibat pengkhianatan- akan memukul lingkungan sosial, juga mengancam hakikat kehidupan sosial. Sebenarnya, setiap tidak ada keamanan akibat pengkhianatan, tidak akan ada kebebasan, persaudaraan, atau kemanusiaan.

Khianat tidak terbatas kepada urusan-urusan tertentu saja, juga meliputi segala tindakan manusia. Bila kita mengucapkan kata-kata dan atau perbuatan, kita menemukan batas-batas yang jelas dan gamblang; dan jika seseorang sedikit saja menyimpang dari perbatasan ini, berarti ia menolak keberadaan sifat amanah, dan ia pun masuk ke daerah pengkhianatan dan kebatilan.

Diceritakan bahwa seorang berjiwa besar memberikan nasihat berikut ini kepada putranya:

Anakku, jadilah orang miskin dan terampas sementara orang-orang menjadi kaya dan berharta lewat pengkhianatan. Hiduplah tanpa ketenaran dan kedudukan dan biarkanlah orang lain mencapai kedudukan yang tinggi dengan desakan dan perjuangan. Pikullah penderitaan, keletihan dan kerugian; biarlah orang-orang meraih cita-cita dan harapan mereka dengan penyombongan diri dan permohonan. Jauhilah persahabatan dengan orang terkemuka yang semua orang berlomba-lomba untuk dekat kepadanya. Kenakanlah pakaian takwa dan moral hingga rambutmu memutih, tetapi jangan biarkan rasa malu yang menyuramkan menodaimu, Maka bersyukurlah kepada Tuhanmu dan tunduklah kepada-Nya dengan hati yang suci dan kesadaran yang baik.

Kejujuran adalah modal manusia dalam kehidupan. Manusia memberi kepercayaan dan menyandarkan diri mereka kepada orang yang jujur, mereka mengizinkan orang yang jujur untuk membina suatu kehidupan yang bersih dan mulia. Ketika kita menyandarkan diri kita kepada orang jujur, kita akan melihat kejujuran dalam setiap sektor kehidupan dan dapat meraih berbagai hikmah serta mempelajari berbagai pengalaman; dengan demikian kita dapat meningkatkan kehidupan dengan perasaan aman dan bahagia.

Agama Mengutuk Pengkhianatan

Allah Yang Mahakuasa -merujuk hukum-hukum yang Dia syariatkan bagi makhluk-makhluk-Nya sebagai "Amanah"- memberi banyak perumpamaan di dalam AI-Quran untuk memperingatkan manusia terhadap khianat:

"Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

(QS.8:27)

"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyerahkan amanat (kepercayaan) kepada yang berhak menerimanya."

(QS.4:58)

Amirul Mukminin, Imam Ali a.s. berkata:

Yang terburuk di antara pengkhianatan adalah mengkhianati teman karib dan kepercayaan serta melanggar janji.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 501)

Beliau juga, sebagaimana dikutip, mengatakan:

Yang terburuk di antara manusia adalah orang-orang yang tidak percaya kepada amanah dan tidak menjauh dari pengkhianatan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 446)

Dan:

Hindarilah khianat karena ia adalah yang terburuk di antara dosa-dosa; sesungguhnya para pengkhianat akan disiksa di dalam api khianat mereka.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 150)

Imam Ash-Shadiq a.s. menasihati salah seorang sahabatnya:

Jangan pernah mengatakan selamat jalan kepada kami tanpa menasihati kami tentang dua sifat: Taat menyampaikan kebenaran, dan menyampaikan amanat-amanat kepada orang yang benar dan berdosa karena mereka (dua sifat ini) adalah kunci kepada makanan.

(Safinah Al-Bihar. jilid I, hal. 41)

Islam menyeru semua manusia untuk hidup stabil dan bahagia di bawah peraturan tentang pelaksanaan kewajiban yang ditetapkan sesuai dengan perintah-perintahnya yang mulia. Islam juga menekankan pentingnya menyampaikan amanah.

Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:

Taatilah penyampaian amanah. Karena dengan amanah Dia mengurus Muhammad Saw. sebagai seorang Nabi yang benar, bahkan jika seorang yang membunuh ayahku menitipkan kepadaku pedang yang digunakannya untuk membunuhnya, aku akan mengembaIikan kepadanya.

(Amali Ash-Shadiq, hal. 149)

Tidak ada tenggang rasa dalam lslam terhadap para pengkhianat. Di bawah keadaan tertentu Islam bahkan mensyariatkan untuk memotong tangan orang yang mencuri harta kaum Muslimin. Secara keras lslam melaksanakan hukuman terhadap para pengkhianat guna melindungi hak-hak sosial dan memelihara keamanan umum. Prosedur ini menempatkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat dan membantu menciptakan suatu masyarakat yang baik.

Setiap kesalahan yang dilakukan mempunyai dampak-dampak yang buruk di dunia ini dan di akhirat, di samping itu ia juga menjadi faktor yang meruntuhkan kemanusiaan.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang berbuat jahat akan dihukum karenanya di dunia ini.”

(Nahj Al-Fasahah)

Menurut Dr. Rose Keen:

Setiap kesalahan yang saya lakukan dalam hidup saya akan menghadang jalan saya dan menjauhkan saya dari kebahagiaan; ia akan mengganggu pemahaman dan realisasi saya. Sebaliknya juga benar; setiap mencoba kebenaran atau tindakan yang benar menyertai dan mendorong saya untuk mencapai segala cita-cita dan harapan saya.

Teori Mesin mengatakan:

"Aksi dan reaksi adalah sama" bila digunakan kepada psikologi tingkah laku. Tindakan baik dan buruk memiliki pengaruh berlawan yang sama atas individu-individu dan orang-orang sekitarnya atau yang menirunya.

Imam Ali a.s. berkata:

Penyampaian amanat merupakan ciri orang-orang yang benar-benar beriman.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 453)

Iman adalah senjata defensif rohani. Ia merupakan salah satu dari faktor-faktor penting yang dapat mencapai kedalaman jiwa, ia mengatur amal perbuatan dan perilaku manusia dengan tatanan yang tepat. Iman juga membangun kembali rasa tanggung jawab individu dan sosial, memperingatkan manusia terhadap pengaruh kerusakan sosial, dan membimbing masyarakat kepada keadilan dan kebenaran.

Iman mencegah kerusakan dan pengkhianatan. Ia menjadi tanggung jawab orangtua untuk meratakan jalan bagi anak-anak mereka agar hidup bahagia dengan memelihara kebiasaan anak-anak mereka secara hati-hati sejak awal; menanamkan iman ke dalam hati mereka dan mendukung sifat-sifat mereka yang patut dipuji.

Imam Zainal Abidin a.s. berkata:

Kamu bertanggung jawab atas orang yang kamu jaga; akhlaknya, petunjuknya kepada Tuhannya SWT, dan membantu untuk menaati (Tuhannya).

Dr. Raymund Peach berkata:

Tidaklah cukup (bila) secara umum mematuhi aturan-aturan agama. Karena perhatian yang terus menerus dan tepat kepada setiap rinci mengenai tingkah laku dan emosi anak berkenaan dengan agama, penting untuk menanamkan iman di dalam hati mereka. Penanaman asas-asas agama dan genggamannya yang kuat di dalam kemurnian dan kebaikan hatinya menciptakan kesiapan untuk menerima nasehat dan teguran anda. Lakukanlah hal itu tanpa batas. Hal ini akan melindungi iman dan keyakinan mereka, serta menjaganya dari kesesatan dan kerusakan.

(Ma Wa Farzandane Ma)

Imam Ali a.s. berkata:

Sesungguhnya di dalam akal manusia ada suatu kebutuhan akan moral sebagaimana panen memburuh kan hujan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 224)

Dr. C. Robin berkata:

Beberapa orang yang mungkin membantah fakta bahwa akhlak itu seperti berjalan dan berbicara, adalah tindakan-tindakan alamiah. Dengan kata lain, ia berada di antara masalah-masalah awal yang kita pelajari dalam kehidupan. Harus pula diketahui bahwa akal tidak membantu manusia mempelajari akhlak yang baik; namun, akhlak mengatur manusia sebelum ia menyadari kepentingannya, lebih daripada tanda-tanda kedewasaan mental. Dengan kata lain, akhlak tidak bergantung kepada akal tetapi merupakan kegunaan baginya. Oleh karena itu, saya merasa tidak enak ketika mendengar seorang ibu berkata tentang perilaku putranya: 'Dia akan bangkit sendiri mempelajari hal yang benar.' Jika anak-anak tidak dibawa kepada akhlak yang baik dari usia muda, mereka tidak akan mampu mendapatkannya melalui akal dan pemahaman. Memang, kita dapat mengatakan bahwa akhlak adalah alat yang membimbing kita dan membuka gerbang-gerbang jalan terdekat menuju keadilan. Alat ini melindungi kita dari kemalasan, walau demikian ia juga memiliki nafsu dan keinginan yang berlimpah ruah; akal menjaga kita dari permusuhan, kebencian dan dendam. Dengan kata lain, ia menjadikan kita dapat hidup bermasyarakat dan memperingatkan kita akan kelalaian terhadap orang lain dan terhadap egoisme. Individu-individu berakhlak baik tidak pernah menyendiri; mereka dapat mewakili masyarakat dan membantu menyadarkan manusia kepada kebenaran.

(Chi Madanam)

Kendati segala upaya tengah dibuat untuk mensyariatkan hukum-hukum yang keras guna mengurangi kejahatan pengkhianatan, dan juga dibuat program-program pendidikan guna menyadarkan manusia akan berbagai akibatnya, dan meskipun dibuat berbagai hukum dan cara penerapannya untuk memerangi pengkhianatan, tindakan khianat terus menerus meningkat jumlahnya dan cenderung menjadi sesuatu yang mengerikan.

15. Sifat Kikir

• Kerja Sama dan Bantuan

• Bakhil Meniadakan Kasih Sayang

• Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Bakhil

Kerja Sama dan Bantuan

Secara alamiah setiap manusia memiliki bakat-bakat khusus dan kita membutuhkan kerja sama dengan orang lain untuk menyempurnakan dan agar bakat-bakat kita menjadi produktif. Kerja sama merupakan suatu unsur yang efektif dalam proses peningkatan dan keberhasilan individu dan masyarakat.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, oleh karena itu sudah menjadi watak manusia untuk turut serta dalam tugas memecahkan berbagai problema kehidupan.

Peristiwa-peristiwa alam dan keinginan menciptakan sejumlah problema bagi manusia. karenanya membuat mereka menghadapi berbagai kesulitan, karena faktor inilah manusia terus menerus membutuhkan pertolongan orang lain. Ditinjau dari segi hukum alam (sunnatullah), kewajiban tidak terbatas kepada satu individu saja tetapi untuk semua tingkatan dalam masyarakat. Membantu seseorang, tidak pandang seberapa kecil dan besarnya kewajiban itu, sangatlah bermanfaat bagi perkembangan masyarakat dan akan mencakupi satu di antara berbagai kebutuhannya.

Karena keadaan-keadaan sosial terwujud melalui para anggota masyarakat -dari banyak sisi - kita dapat mengumpamakan struktur sosial dengan tubuh manusia. Sebagaimana tubuh manusia terdiri dari anggota-anggota yang secara alamiah saling berhubungan satu sama lain dan di atasnya pula perjuangan hidup (survival) manusia bersandar, masyarakat juga terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda, yang menjadikannya utuh. Jadi, tiap-tiap anggota masyarakat harus mengetahui kewajiban-kewajibannya yang vital dan melaksanakan sesuai kemampuannya sehingga masyarakat dapat tumbuh dengan subur. Para anggota harus menyelami segala kemampuan materi dan rohani mereka, dan mengerahkan demi kepentingan masyarakatnya dengan terus menerus memperhatikan untuk selalu berada dalam lingkup kemampuan dan peraturan sosial.

Bagaimanapun juga ketenteraman dan keamanan menyeluruh bagi masyarakat, dan penanggulangan berbagai kesulitan hanya dapat dicapai jika ada rasa kerja sama dalam perhubungan (relationship) manusia satu sama lain. Hanya dengan kerja sama, kehidupan menjadi lebih manis, tindakan menjadi lebih berfaedah, dan kereta masyarakat bergerak maju di jalan kemuliaan.

Kikir Meniadakan Kasih Sayang

Ada perasaan-perasaan tertentu yang berasal dari dalam hati manusia, buah-buah dari perasaan ini tidak terhingga nilainya; inilah akar-akar dari kerja sama manusia. Perasaan  ini, yang terwujud dalam menolong orang-orang miskin, termasuk sifat rohaniah khusus dan sifat-sifat mulia manusia. Inilah perasaan yang membuat manusia bereaksi ketika melihat kesengsaraan atau penderitaan yang dialami orang lain; ia mengilhami manusia untuk mau berkorban dan melupakan berbagai keinginan pribadi guna mengurangi penderitaan orang lain. Manusia tersebut babu at demikian tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Dr. Carl mengatakan:

Peningkatan di segala bidang membutuhkan tingkat pengorbanan tertentu, kebesaran, dan ketulusan; kemurnian jiwa hanya dapat dicapai dengan mengorbankan materi dan popularitas demi kepentingan negara atau tujuan yang lebih besar. Pengorbanan diri adaIah kebiasaan orang-orang yang memahami keindahan keadilan dan kebenaran iman kepada Allah. Inilah orang-orang yang mengorbankan jiwa mereka untuk melaksanakan keadilan, cinta dan keharmonisan di seluruh dunia. Akal saja tidak dapat membimbing manusia menuju kesempurnaan. Cinta dan kasih sayang juga merupakan faktor yang penting dalam urusan ini. Hal ini benar, karena jiwa mengatasi perasaan daripada akal dan renungan. Setiap orang dapat maju pada jalan ini melewati mega ke puncak cahaya dan mencapai kebenaran.

Ada suatu sifat yang dapat menghancurkan akar-akar kasih sayang, yang dapat bersembunyi di bawah sadar manusia.

Sifat ini dikenal sebagai kikir. Kikir meratakan jalan bagi fitrah manusia untuk menyingkirkan moral-moral baiknya.

Kikir adalah sifat jahat yang selalu menyusup ke dalam akhlak dan rohani. Di samping kikir dapat mengarahkan orang menjadi berpikiran sempit, ia juga menjerumuskan manusia kepada kehinaan dan kebencian masyarakat. Sebagai akibat dari sifat kikir dan egois. pikiran si kikir terpusat di sekitar materialisme dan kekayaan. Oleh karena itu, mereka terasing dari kebebasan berpikir dan sesudah itu terasing dari fakta-fakta kehidupan dan nilai-nilai akhlak dan rohani. Orang kikir tidak menganggap kekayaan merupakan suatu cara mengamankan kebutuhan materi dalam kehidupan. Sesudah mengamankan kebutuhan mendasar kehidupan dalam kesenangan, keharmonisan atau dalam menanggulangi kegelisahan dan penderitaan-penderitaan psikologis, maka tidak ada suatu peran pun bagi kekayaan.

Rasa takut miskin yang terbayang-bayang merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pikiran orang kikir. Karena alasan inilah si kikir tidak pernah dapat menjauhkan dirinya dari kekhawatiran dan depresi. Kendati orang kikir itu memiliki harta kekayaan. ia terasing dari kesenangan dan ketenteraman.

Menurut seorang sarjana Inggris:

Ada beberapa orang mengharapkan kekayaan seolah-olah tidak ada lagi selainnya yang berharga. Bahkan ada yang menjauhkan diri mereka dari pengetahuan dan tidur karena tujuan utama mereka adalah memperoleh kekayaan. Orang-orang seperti ini menjauhkan diri mereka dari kebenaran karena membayangkan harta sebagai tujuan dan bukan sebagai alat. Harta adalah laksana jembatan yang membantu kita dari kerusakan. Betapa kelirunya orang-orang yang menghabiskan hidup mereka dalam memperkuat jembatan itu sementara tidak mengetahui tujuannya. Jangan sampai kita menyerahkan diri kita demi uang, sebaliknya kita harus menyerahkan uang demi kita Banyak orang yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari uang dan saat mereka mendapatkannya, mereka membutuhkan kehidupan yang lain untuk menghabiskannya tetapi saat-saat yang sangat mereka inginkan tidak pernah datang.

Tampaknya ada hubungan langsung antara kekayaan dan sifat kikir. Kebanyakan orang-orang kaya adalah orang-orang yang kikir. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa bantuan kepada orang-orang miskin pada umumnya dilakukan oleh kelas menengah dan tidak kaya.

Orang kaya yang kikir. yang menjadi korban rasa frustrasi dan amarah orang miskin, adalah pokok dari beberapa kerusakan sosial. Tekanan yang berada di atas orang miskin, dan akibat komplikasi psikologis yang menimpa mereka. merupakan faktor-faktor yang menyuburkan kerusakan dan kekacauan. Tiada seorang pun mengingkari peranan yang sangat merusak ini, dan problema ini telah menyebabkan kejahatan dan permusuhan.

Banyak orang kaya yang melewati batas kemanusiaan sebagai akibat kecenderungan mereka yang kuat untuk memperoleh kekayaan. sehingga menambah penindasan mereka dengan merampas hak-hak orang-orang miskin. Para penindas seperti ini sudah pasti kehilangan sinar kemanusiaannya dari diri mereka.

Di lain pihak kita memiliki sifat murah hati, faktor ketulusan manusia. Ia merupakan perwujudan dari kemurnian perasaan manusia dan sebagai tanda dari pemikiran yang mapan. Kemurahan hati juga merupakan sifat yang paling baik di antara segala sifat murni lainnya.

Kemurahan hati menduduki suatu tingkatan yang sangat tinggi di antara sifat-sifat lainnya. Nama Hatim Ta'i masih tetap bersinar di seluruh negeri karena kemurahan hatinya yang termasyhur.

Sudah jelas bahwa sifat murah hati hanya dapat dipuji jika kedekatan kepada Allah dicari dengan mengurangi penderitaan orang-orang miskin sebagai tujuannya. Menyombongkan diri dan ingin terkenal jangan sampai menyusup ke dalam kemurahan hati.

Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Kikir

Islam menekankan semua aspek masyarakat manusia. la menganjurkan pengorbanan dan kemurahan dalam memberi untuk memperkuat ikatan cinta dan kasih sayang antara si kaya dan si miskin. lslam juga sangat membenci kekikiran dan ketiadaan moral.

Islam menanamkan akar-akar cinta dalam masyarakat Islami dengan mengatur perasaan-perasaan manusia dan rasa kerja sama di antara sesama Muslim. Islam melarang Muslim yang kaya bersikap acuh tak acuh terhadap yang miskin; ia juga melarang sifat kikir yang menghalangi kaum Muslimin dari membayar zakat yang diwajibkan bagi mereka untuk kaum Muslimin yang miskin.

Rasulullah Saw. bersabda:

"lslam tidak membenci sesuatu lebih daripada kekikiran. "

(Nahj Al-Fasahah, hal. 549)

Kikir adalah sifat jahat yang menjauhkan seseorang dari kebahagiaan dan ketenteraman dan meninggalkannya dalam penderitaan.

Rasulullah Saw. juga bersabda:

"Sedikit-dikitnya keharmonisan (kerukunan) di antara manusia adalah orang-orang yang kikir. "

(Nahj Al-Fasahah, hal. 21)

Seorang sarjana Barat berkata:

Orang yang kekurangan cinta dan mencarinya (bahkan di bawah sadarnya) selalu mengutuk dirinya dan tidak pernah puas dengannya; karena alasan ini banyak di antara kita bernafsu terhadap kehidupan orang lain dan sangat iri terhadap mereka. Perasaan ini tidak terbatas kepada orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya: dengki mempengaruhi kita semua karena adanya suatu unsur dalam kehidupan setiap orang di mana mereka merasa lemah. Misalnya, seseorang yang mempunyai isteri, anak dan kedudukan yang baik, merasa tamak melebihi orang-orang yang jauh dari keadaannya yang seperti ini. Orang-orang seperti itu memandang pakaian, misalnya, sebagai bukti dari kelebih-unggulan mereka; atau seseorang mungkin melihat orang lain yang pakaiannya lebih bagus dan berpikir bahwa orang yang berpakaian lebih bagus itu lebih bahagia daripadanya, karena jika ia tidak lebih bahagia ia tidak akan memiliki pakaian-pakaian yang lebih bagus ...

(Ravankavi)

Rasulullah Saw. diperintahkan oleh Allah SWT agar mengasihi orang-orang yang tidak mencintai harta untuk dirinya sendiri tetapi mengeluarkan kelebihan (harta) itu kepada orang-orang yang kekurangan. Beliau bersabda:

"Semoga Allah memberi rahmat atas orang-orang yang menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu dan yang mengeluarkan kelebihan dari apa yang dimilikinya."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 81)

Nabi Saw. juga bersabda:

"Hindarilah kekikiran karena akan menyebabkan kamu binasa dan mengarahkan meraka kepada pertumpahan darah serta menodai kesucian mereka."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 8)

Imam Ali a.s. berkata:

Aku heran kepada orang-orang kikir yang sengsara, karena mereka merasa miskin padahal daripadanya mereka lari lebih cepat. dan merasa kehilangan harta yang mereka cari. Dalam kehidupan ini mereka hidup dari kehidupan orang-orang miskin dan akan dihukum di akhirat dengan hukuman orang-orang kaya.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 497)

Seorang sarjana Inggris menyatakan:

Beberapa orang tampak kaya tetapi sebenarnya miskin. Mereka memiliki uang tetapi tidak dapat mengeluarkannya untuk dirinya sendiri. Kekayaan mereka menjadi seperti rantai emas yang mencekik leher mereka sehingga daripadanya mereka tidak memperoleh apa-apa kecuali penderitaan dan siksaan. Di sini uang menjadi kemalangan dan kekayaan menjadi bencana.

(Dar Aghushe Khush Bakhti)

Bahkan anak dari orang-orang kikir mengeluh tentang ayah mereka. Kenyataan ini dijelaskan oleh Imam Ali a.s. yang mengatakan:

Kemurahan hati seseorang membuat musuhnya mencintainya, dan kekikiran membuat anak-anaknya membenci nya.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 368)

Beliau juga berkata:

Tamak dan kikir dibangun atas keraguan dan kurangnya keyakinan.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 488)

Dr. Farmer telah berkata:

Sifat murah hati dan percaya diri lahir dari keharmonisan dan mempercayai diri dan orang lain, ketika anda menemukannya sekaligus di dalam diri seseorang, ia akan menyempurnakan akhlak masyarakat dan memberi peluang kepada kesempurnaan untuk menempati kehidupan sosial. Yang berlawanan dengan itu yakni ketika sifat ini sedang kekurangan, keutuhan akhlak masyarakat tidaklah mungkin sehingga seseorang tidak mampu menikmati kehidupan sosial.

(Raz Khusbhakhti)

Imam Musa Al-Kazim a.s. menjelaskan nilai sifat murah hati dengan mengatakan:

Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu berada di bawah lindungan Allah. Allah tidak menjauhi mereka tetapi membimbing mereka ke sorga. Allah SWT tidak mengutus seorang nabi atau penggantinya kecuali seorang yang murah hati; tidak ada orang adil (benar) yang tidak murah hati. Hingga saat-saat kematiannya, ayahku memerintahkanku agar menjadi orang yang murah hati.

(Furu’ Al-Kafi, jilid IV, hal. 38)

Suatu kali ketika Imam Ali a.s. sedang bertempur di medan laga, seseorang yang sedang beliau serang meminta pedang beliau. Imam Ali a.s. memberikan kepadanya sehingga membuatnya terheran-heran. Kemudian Imam Ali a.s. mengatakan bahwa orang-orang kikir sangat membutuhkan bimbingan agama, dan jika mereka jauh dari bimbingan itu, mereka akan terap berada dalam perangkap materialisme, kerugian dan kesengsaraan.