• Mulai
  • Sebelumnya
  • 15 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 4330 / Download: 1875
Ukuran Ukuran Ukuran
Nabi Muhamad SAW manusia sempurna

Nabi Muhamad SAW manusia sempurna

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Nabi Muhammad saw.

Manusia Sempurna

KATA SAMBUTAN

Para pembaca tercinta!

Dalam kehidupan dunia ini, kita selalu memerlukan manusia-manusia teladan yang berakhlak agung dan mulia, sehingga dengan keteladanan mereka, kita dapat meniru akhlak luhur mereka. Para pemimpin agama dan para Imam Ahlul Bait as. merupakan manusia-manusia teladan bagi kita semua.

Untuk itu, kami telah melakukan penelaahan perihal kehidupan mereka, dengan maksud untuk memperkenalkannya kepada antum sekalian. Kami pun telah berusaha semaksimal mungkin guna menyusun buku-buku ihwal kehidupan mereka dengan bahasa yang sederhana, sehingga dapat dipahami dengan mudah.

Kumpulan kisah manusia-manusia suci ini disusun seringkas mungkin dengan tidak melupakan keshahihan kisah-kisah teladan Imam Ahlul Bait itu. Para ahli sejarah Islam telah mengkajinya secara serius dan mereka mendukung usaha penyusunan buku ini. Kami berharap, para pembaca sekalian sudi mempelajarinya secara serius pula. Di samping hasil pelajaran ini, kami meminta kepada antum untuk dapat menyampaikan kesan dan pandangannya.

Di akhir sambutan ini, kami sangat berterima kasih atas perhatian antum. Dan semoga pembaca budiman mau bersabar menantikan seri-seri selanjutnya.

Selamat membaca!

Qom Al-Muqaddasah

Riwayat Singkat Nabi Muhammad saw.

Nama : Muhammad

Ayah : Abdullah bin Abdul Muthalib

Ibu : Aminah binti Wahab

Kelahiran : Makkah, Sabtu 17 Rabiul Awal, Tahun Gajah

Wafat : Senin, 28 Safar 11 H

Makam : Madinah Al-Munawwarah

Bangsa Quraisy

Bangsa Quraisy dipandang sebagai salah satu bangsa yang dihormati dan disegani di antara bangsa-bangsa yang ada di semenanjung Arabia. Quraisy sendiri terbagi ke dalam berbagai suku. Bani Hasyim adalah salah satu suku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qushai bin Kilab adalah nenek moyang mereka yang bertugas sebagai penjaga Ka'bah.

Di tengah warga Makkah, Hasyim dikenal sebagai orang yang mulia, bijaksana dan terhormat. Ia banyak membantu mereka, memulai perniagaan pada musim dingin dan musim panas supaya mereka mendapatkan penghidupan yang layak. Atas jasa-jasanya, warga kota memberinya julukan "sayyid" (tuan). Julukan ini secara turun-temurun disandang oleh anak keturunan Hasyim.

Setelah Hasyim, kepemimpinan bangsa Quraisy dipercayakan kepada anaknya yang bernama Muthalib, kemudian dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib adalah seorang yang berwibawa. Pada masanya, Abrahah Al-Habasyi menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka'bah. Namun berkat pertolongan Allah swt., Abrahah dan pasukan gajahnya mengalami kekalahan. Tahun penyerbuan itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Dan sejak peristiwa itu, nama Abdul Muthalib pun semakin terpandang di kalangan kabilah Arab.

Abdul Muthalib mempunyai beberapa anak. Di antara mereka, Abdullah-lah anak yang paling soleh dan paling dicintainya. Pada usia 24 tahun, Abdullah menikah dengan perempuan mulia bernama Aminah.

Dua bulan setelah Tahun Gajah, Aminah melahirkan seorang anak. Ia memberinya nama Muhammad. Sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya Abdullah meninggal dunia. Tak lama setelah melahirkan, sang ibu pun menyusul suaminya kembali ke alam baka. Maka, sejak awal kelahiran, Muhammad sudah menjalani hidupnya sebagai anak yatim.

Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang tercinta, Muhammad diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Berkat anugerah dan rahmat Allah swt., Muhammad tumbuh menjadi dewasa dengan kesucian jiwa yang terpelihara.

Warga kota Makkah begitu mencintai Muhammad, bahkan merelakan barang-barang mereka di bawah pengawasannya. Atas kejujuran dan sifat amanah yang ditunjukkannya, mereka memberinya gelar "Al-Amin", yakni orang yang tepercaya.

Dengan bekal iman yang teguh, Muhammad membantu orang-orang fakir, membela orang-orang yang tertindas, membagikan makanannya kepada orang-orang yang lapar, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, dan berusaha memberikan jalan keluar atas masalah-masalah yang mereka hadapi.

Ketika beberapa orang pemuda menggalang sebuah gerakan yang dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda" (Hilful Fudhul), segera Muhammad pun bergabung bersama mereka, karena gerakan itu sejalan dengan perilaku luhur dan tujuannya.

Pada suatu waktu, Abu Thalib, paman Muhammad, menganjurkannya untuk ikut berniaga dengan kafilah dagang Khadijah, seorang wanita Makkah yang kaya dan terhormat. Kemudian, Muhammad pun ditunjuk untuk memimpin kafilah dagang tersebut.

Selama bergabung dalam kafilah dagangnya, Khadijah menyaksikan dari dekat kejujuran, keteguhan, dan keutamaan perilaku Muhammad. Tak segan lagi Khadijah melamarnya. Muhammad menerima lamaran itu. Dan tak lama kemudian, mereka pun melangsungkan pernikahan.

Dari perhikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah, yang dari keturunannya lahirlah manusia-manusia suci.

Hajar Aswad (Batu Hitam)

Sepuluh tahun setelah pernikahan itu, banjir besar melanda kota Makkah yang merusak sebagian besar bangunan Ka'bah. Warga kota bermaksud untuk memperbaikinya.

Untuk mencegah pertikaian yang bakal terjadi, perbaikan itu dilakukan oleh berbagai suku yang ada di kota secara gotong royong. Namun, tatkala perbaikan telah selesai, tibalah saatnya untuk meletakkan Hajar Aswad. Ketika itu, masing-masing bangsa mengaku paling berhak untuk meletakkan batu itu.

Perang hampir saja terjadi. Tiba-tiba Muhammad muncul memberi sebuah usulan, dengan menanggalkan jubahnya dan meletakkan Hajar Aswad tepat di tengah-tengahnya, lalu setiap kepala suku memegang tepi jubah itu, lantas membawanya bersama-sama ke tempat asalnya.

Wahyu Pertama

Menginjak usia 40 tahun, Muhammad diangkat sebagai nabi. Suatu hari, ketika beliau sedang melakukan ibadah di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as. membawa wahyu dari Allah dan menyapanya, "Iqra!"

"Bacaralah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari gumpalan darah. Bacalah bersama Tuhanmu Yang Mahamulia. Dialah yang mengajarkan ilmu dengan pena. Dialah yang telah mengajarkan kepada manusia akan segala yang tidak diketahuinya."

Sejak itu, Muhammad terpilih untuk mengemban risalah Allah sebagai Rasulullah saw. di tengah umat manusia di seluruh dunia.

Di awal-awal kenabian, Muhammad saw. berdakwah secara rahasia. Pada saat itu, hanya beberapa orang yang mau menerima Islam. Orang pertama yang mengakui Muhammad sebagai Rasulullah saw. ialah istri beliau Khadijah, kemudian sepupunya Ali bin Abi Thalib.

Tiga tahun lamanya Islam terus menyebar di kalangan rakyat miskin kota Makkah. Setelah itu, Allah swt. memerintahkan Rasulullah saw. untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, mengajak manusia menyembah Tuhan Yang Esa dan memulai perang suci melawan para penyembah berhala.

Tugas dakwah merupakan tugas yang penuh resiko dan bahaya. Sebab, para pemuka kabilah telah sekian lama larut dalam kenikmatan berupa kedudukan dan menjadikan orang-orang sebagai budak mereka.

Mereka khawatir bahwa dakwah Rasulullah saw. akan merongrong kekuasaan mereka. Selain itu, tugas dakwah menjumpai kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaannya, karena berhala-berhala itu telah lama dijadikan sesembahan oleh mereka.

Rasulullah saw. tidak mengenal toleransi. Beliau memilih untuk memikul tugas ini demi mengesakan Tuhan dan menegakkan undang-undang Tauhid di muka bumi.

Masyarakat yang sebelumnya menghormati dan santun terhadap Nabi saw, kini berbalik membenci dan memusuhi dakwah beliau dengan harta. Namun usaha mereka gagal.

Kemudian, permusuhan mereka berlanjut dengan menyiksa dan menjarah harta-harta milik Nabi saw. Namun, usaha mereka ini pun tidak berhasil untuk menahan laju dakwah suci beliau.

Kaum kafir Makkah tidak pernah lelah untuk mengubah pendirian Rasulullah saw. Mereka meningkatkan permusuhannya dan mengusir beliau beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya keluar dari Makkah, lalu mengurungnya di ladang Abu Thalib, hingga sebagian mereka yang bersama Rasul di dalamnya mati kelaparan.

Mereka bahkan memperketat pengurungan ladang itu sehingga makanan dan minuman tidak dapat ditemui oleh Nabi beserta pengikutnya yang setia. Beberapa penduduk yang ikut Nabi mempertaruhkan hidupnya untuk menyelundupkan makanan dari kota di kegelapan malam.

Waktu berlalu begitu cepat. Kaum kafir menyerah pada tekad dan kegigihan yang ditunjukkan oleh kaum muslimin. Mereka memutuskan untuk membunuh Rasulullah saw.

Untuk itu, mereka memilih pemuda-pemuda terkuat dari kalangan keluarga dan suku mereka dengan memberikan upah yang besar kepada siapa yang berhasil membunuh beliau. Mereka memutuskan untuk menyergap kediaman Nabi saw. pada malam hari.

Hijrah ke Madinah

Rencana keji itu diketahui oleh Rasulullah saw. melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril as. Beliau memilih sepupunya Ali bin Abi Thalib untuk menggantikannya tidur di atas ranjang beliau dengan mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan beliau.

Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah di kegelapan malam. Kaum musyrikin telah berkumpul untuk membunuh Nabi saw. Betapa terkejutnya mereka, tatkala mendapati Ali di atas ranjang Rasul saw. Mereka segera mengejar beliau. Namun pengejaran itu gagal. Mereka pun kembali ke Makkah dengan tangan hampa.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi saw. tiba di Quba, sebuah tempat di dekat kota Madinah. Penduduk desa menyambut kedatangan beliau. Dengan suka cita beliau berencana membangun tempat salat dan menyusun tugas-tugas dakwah.

Pembangunan masjid Quba berjalan lancar. Nabi saw. turun langsung dalam menyelesaikan pembangunannya. Sesudah itu, beliau melakukan salat Jum'at dan berdiri sebagai khatib. Inilah salat Jum'at yang pertama kali dilaksanakan oleh beliau.

Rasulullah saw. menetap di Quba untuk beberapa saat sambil menyampaikan ajaran-ajaran Allah. Di sana pula beliau menantikan kedatangan Ali yang ditinggalkannya di kota Makkah untuk menunaikan titipan dan amanat kepada pemiliknya masing-masing. Hingga akhirnya Ali pun datang ke Quba bersama kaum wanita keluarga Bani Hasyim.

Rasulullah saw. memasuki kota Yastrib. Sejak saat itu pula nama kota itu berubah menjadi Madinatur-Rasul atau Madinah Al-Munawarah. Penduduk kota menyambut beliau dan sebagian kaum Muhajirin yang menyertainya dengan begitu hangat dan meriah. Setiap penduduk berlomba meminta beliau untuk duduk di rumah mereka. Kepada mereka semua, beliau berkata: "Berilah jalan kepada untaku ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta ini berhenti".

Si unta berjalan dan melintasi jalan-jalan kota Madinah, hingga ia menghentikan langkahnya dan bersila di depan pintu rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Di rumah itulah Rasulullah saw. dijamu.

Sesampainya di Madinah, pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saw. ialah pembangunan masjid sebagai pusat dakwah dan pengajaran. Nabi juga segera menyerukan perdamaian serta persaudaraan antara dua bangsa; Aus dan Khazraj, yang telah berperang selama bertahun-tahun akibat hasutan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi Madinah.

Dalam rangka mengikis habis akar-akar pembeda antara kaum Muhajirin yang datang dari Makkah dan kaum Anshor sebagai penduduk asli Madinah, Rasulullah saw. mempersaudarakan mereka satu persatu, sehingga kaum Muhajirin tidak menjadi beban kaum Anshor di kemudian hari dan mereka dapat hidup bersama dengan rukun dan damai.

Orang-orang Yahudi Madinah memandang persaudaraan itu dengan penih kedengkian. Mereka selalu berusaha menyulut semangat perpecahan di kalangan kaum muslimin. Sementara Rasulullah saw. memadamkan api pertikaian, mereka malah giat mengobarkannya.

Peralihan Kiblat

Pada awalnya, Rasulullah saw. melakukan solat dan ibadah ke arah Masjid Al-Aqsa di Jerusalem (Palestina). Itu berlanjut selama 13 tahun di Makkah dan 17 bulan di Madinah.

Kaum Yahudi pun menghadap masjid Al-Aqsa dalam solat-solat mereka. Karena ini pula mereka selalu mencemooh kaum muslimin, "Jika benar kami dalam kesesatan, lalu mengapa kalian mengikuti kiblat kami?!".

Hingga pada suatu hari, turunlah wahyu yang memerintahkan Rasulullah saw. agar kaum muslimin menghadap Ka'bah Masjidil Haram dalam setiap solat mereka.

Perintah ini sungguh memukul kaum Yahudi. Mereka bertanya-tanya tentang sebab peralihan kiblat kaum muslimin. Mereka tidak sadar bahwa peralihan kiblat ini merupakan ujian bagi kaum muslimin sendiri, sehingga dapat dikenali siapa yang taat dan siapa yang menentang Rasulullah saw.