KEBENARAN SEJATI

KEBENARAN SEJATI0%

KEBENARAN SEJATI pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Akidah

KEBENARAN SEJATI

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Tim penyusun Majma' 'Alami li Ahli Bayt
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 4416
Download: 6060

Komentar:

Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 8 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 4416 / Download: 6060
Ukuran Ukuran Ukuran
KEBENARAN SEJATI

KEBENARAN SEJATI

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

KEBENARAN SEJATI

SYAIKH JA’FAR AL-HADI

Sesungguhnya Allah hanyalah berkehendak untuk

membersihkan noda dari kalian, Ahlul Bait, dan

menyucikan kalian sesuci-sucinya (Al-Ahzab: 33).

Terdapat sekian banyak hadis Nabi Saw. dari kedua mazhab: Ahli

Sunnah dan Syiah, yang menerangkan turunnya ayat di atas khusus

mengenai lima orang yang dikenal sebagai ashab al-kisa`, dan

terbatasnya istilah 'Ahlul Bait' hanya pada mereka, yaitu Nabi

Muhammad Saw., Imam Ali, Siti Fathimah, Imam Hasan dan Imam

Husain as. Silakan merujuk Musnad Ahmad ibn Hanbal (241 H.):

1/311, 4/107, 6/292 & 304; Shohîh Muslim (261 H.): 7/130; Sunan Al-

Turmudzî (279 H.): 5/361; Al-Dzurriyyah Al-Tôhiroh: Al-Daulabi (310

H.): 108; Al-Sunan Al-Kubrô: Al-Nasa’i (303 H.): 5/108 & 113; Al-

Mustadrok ‘alâ Al-Shohîhain: Al-Hâkim Al-Naisyaburi (405 H.): 2/416,

3/133, 146-147; Al-Burhân: Al-Zarkasyi (794 H.): 197; Fath Al-Bârî fi

Syarh Shohîh Al-Bukhôrî: Ibnu Hajar ‘Asqalani (852 H.): 7/104; Ushûl

Al-Kâfî: Al-Kulaini (328 H.): 1/287; Al-Imamâh wa Al-Tabshiroh: Ibnu

Babaweih (329 H.): 47 hadis 29; Da‘â’im Al-Islâm: Al-Maghribi (363

H.): 35 & 37; Al-Khishôl: Syeikh Shaduq (381 H.): 403 & 550; Al-Amâli:

Al-Thusi (460 H.): hadis 438, 482 & 783. Referensi lain yang dapat

dirujuk adalah kitab-kitab tafsir (di bawah tafsiran ayat di atas)

seperti: Jâmi’ Al-Bayân: Al-Thabari (310 H.); Ahkâm Al-Qur’ân: Al-

Jashshosh (370 H.); Asbâb Al-Nuzûl: Al-Wahidi (468 H.);…

قالَ رَسُولُ اللهِ |:

إ نِّي تَارِّكٌ فِّيكُمُ الثَّقَلَيْنِّ : «

كِّتَابَ اللهِّ وَعِّتْرَتِّي أهْلَ بَيْتِّي،

مَا إنْ تَمَسَّكْتُمْ بِّهِّمَا لَنْ

تَضِّلُّوا بَعْدِّي أبَداً، وَإنَّهُمَا

لَنْ يَفْتَرِّقَا حَتَّى يَرِّدَا عَلَيَّ

الْحَوْضَ .>

)ورد هذا الحديث الشريف المتراتر بصور متعددة في الكثير من المصادر الاسلامية

منها: صحيح مسلم ج ۷ ، ص ۲۱۱ ، سنن الدارمي ج ۱ ، ص 4 ۲۱ ، مسند احمد،

، ۲۷۲ ، ج 5، ص ۲۸۱ ، 5 ۹ ، ج 4، ص ۲66 ، ۱6 ، ۲۷ ، ج ۲ ، ص ۲4

5۲۲ ، وغيرها من المصادر(. ، ۲4۸ ، مستدرك الحاكم، ج ۲ ، ص ۲۰۹

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya

aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka:

Kitabullah dan Itrah (Ahlul Bait). Selama

kalian berpegang teguh pada keduanya, maka

kalian tidak akan tersesat selamanya. Dan

keduanya tidak akan berpisah sampai menjumpaiku

di telaga Haudh.”

(Sahih Muslim, jld 7, hlm. 122; Sunan Al-Darami, jld 2,

hlm. 432; Musnad Ahmad, jld 4, hlm. 14, 17, 26, 59, jld

4, hlm. 466, 471, jld. 5, hlm. 182; Mustadrak Al-Hakim,

jld. 4, hlm. 109, 148, 533, dan sumber-sumber lainnya.)

Prakata Penerbit

Sesungguhnya warisan Ahlul Bait yang

dipelihara oleh para pengikutnya dari

kemusnahan merupakan madrasah yang

mencakup seluruh cabang-cabang ilmu

Islam.

Madrasah ini telah mampu mendidik

jiwa-jiwa yang siap menerima dan memanfaatkan

anugerah ini, membina

ulama-ulama besar yang selalu berjalan

di jalan Ahlul Bait dan memberikan

kontribusi bagi umat Islam serta menanggapi

isu-isu, aneka masalah mazhab

serta aliran-aliran pemikiran dari dalam dan luar peradaban Islam, dengan mengetengahkan

jawaban yang kokoh dan

solusi sepanjang masa.

Berangkat dari rasa tanggung jawab

yang diemban, Lembaga Internasional

Ahlul Bait a.s. bergegas mendukung

dan mempertahankan kehormatan risalah

serta realitas risalah yang telah

disembunyikan oleh tokoh-tokoh golongan

yang menentang Islam. Lembaga

ini juga senantiasa mengikuti langkah

Ahlul Bait a.s. dan para pengikut mazhabnya

yang terus gigih menjawab

berbagai tantangan yang terus menerus

dan berupaya senantiasa siap siaga dalam

menghadapi tantangan tersebut,

sesuai dengan tingkat yang diharapkan

pada setiap zaman.

Berbagai pemikiran dan gagasan yang

terekam dalam buku-buku ulama madrasah Ahlul Bait dalam pertarungan ini

sangat unik dan jarang sekali, karena

memiliki muatan ilmu yang dalam yang

bersandar kepada akal dan argumen,

jauh dari hawa nafsu, fanatisme dan

mengajak bicara para ulama dan pemikir

yang memiliki spesialisasi dengan

bahasa yang bisa diterima oleh akal dan

fitrah yang bersih.

Lembaga Internasional Ahlul Bait a.s.

berupaya membuka tahapan baru dari

beragam pemikiran untuk para pencari

kebenaran lewat kumpulan pembahasan

dan karya yang ditulis oleh para

penulis kontemporer yang telah bermazhab

Ahlul Bait atau dari kalangan

penulis yang telah mendapatkan nikmat

Allah untuk bisa bergabung dalam

madrasah ini. Di samping itu, lembaga

ini mencetak dan menyebarkan serta merealisasikan beberapa manfaat dari

karya-karya ulama terdahulu Syiah yang

diharapkan juga agar karya-karya tersebut

memberikan kepuasan dan kesejukan

bagi jiwa-jiwa yang sedang haus

mencari kebenaran agar realitas yang

dihidangkan madrasah Ahlul Bait terbuka

di seluruh dunia, dimana akal-akal

manusia sedang mencari kesempurnaannya

dan jiwa-jiwa telah dapat berinteraksi

secara cepat.

Maka kami sampaikan terima kasih

banyak kepada Syeikh Ja’far Hadi yang

telah menulis buku ini, juga kepada

Sdr. Hasyim Adnan yang telah menerjemahkannya

ke dalam bahasa Indonesia,

serta kepada pihak-pihak yang turut

membantu dalam penerbitan buku ini.

Kami semua berharap bahwa apa-apa

yang telah kami lakukan tercatat sebagai salah satu upaya implementasi sebagian

tugas kami kepada Allah swt.

yang telah mengutus Rasul-Nya dengan

membawa petunjuk dan agama yang benar

agar Dia memenangkannya di atas

segala agama. Hanyalah Allah sebagai

saksi.

Mukadimah

وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِّلَ

لِّتَعَارَفُوا

“Dan kami jadikan kalian berbangsabangsa

dan bersuku-suku untuk saling

mengenal.”[1]

Islam datang di saat umat manusia dan

bangsa-bangsa berpecah belah dan saling

berseteru. Tetapi berkat doktrin

tauhid dan persatuan, Islam mampu

menyelesaikan berbagai pertikaian dan

permusuhan; yang saling membelaka ngi menjadi saling mengenal, membantu

dan menjalin silaturahmi.

Sebagai hasilnya, muncullah umat yang

satu dan besar yang telah memberikan

kontribusi berupa peradaban yang agung

dan mampu mengubah masyarakatnya

dari segala kezaliman menjadi terhormat

di tengah bangsa-bangsa dunia,

dan menjadi kelompok masyarakat yang

berwibawa di hadapan taghut dan orangorang

yang zalim.

Itu semua tidak akan terealisir kecuali

dengan adanya persatuan dan jalinan

silaturahmi di antara masyarakat dan

bangsanya di bawah naungan Islam,

meskipun beraneka ragam jenis, berbeda

hasil ijtihad, pemikiran dan budaya,

karena kesamaan cukup hanya dalam

landasan-landasan dan dasar-dasar atau

asas-asas akidah serta dalam kewajiban kewajiban syariat. Pada dasarnya, persatuan

adalah kekuatan, sedangkan perpecahan

tak lain dari kelemahan.

Problematika umat seperti ini berjalan

terus hingga tali persahabatan berubah

menjadi pertikaian, saling memahami

menjadi saling mencurigai. Sebagian kelompok

mengkafirkan yang lain hingga

terjadi permusuhan di antara mereka.

Akibatnya, hilanglah kemuliaan dan harga

diri, hancurlah kekuatan dan wibawa.

Sementara itu, orang-orang zalim atau

taghut memandang hina umat ini sehingga

taghut menguasai mereka, para

penjajah dunia dan orang-orang terkutuk

menjajah negeri-negeri mereka,

kekayaan mereka terkuras, kesucian

mereka terhina dan harga diri mereka

diinjak oleh orang-orang zalim. Mereka

mengalami kejatuhan demi kejatuhan, kekalahan demi kekalahan hingga keruntuhan

di Andalusia, Bukhara, Samarkan,

Thasykan dan Baghdad, dan itu

terjadi sampai sekarang di Palestina dan

Afganistan.

Bila mereka menyeru, tidak dijawab,

bila mereka meminta pertolongan, pun

tidak diacuhkan. Mengapa demikian?

Karena penyakit adalah sesuatu, sementara

obat sesuatu yang lain. Sesungguhnya

Allah swt. hanya ingin memberlakukan

segala masalah melalui sebab

musababnya, dan nasib umat ini tidak

akan menjadi baik kecuali diawali dengan

sesuatu yang baik pula.

Saat ini, umat Islam dihadapkan pada

serangan yang dahsyat terhadap eksistensi

ideologi serta terhadap kesatuan

dan persatuan mereka, dengan cara

menciptakan konflik internal di antara pengikut mazhab dalam upaya memahami

mazhab dan ijtihad.

Serangan ini hampir mencapai sasarannya

dan memetik hasilnya. Maka, sudah

sepatutnya umat Islam merapatkan

barisan dan mengokohkan hubungan.

Oleh karena itu, meskipun berbeda

mazhab tetapi ada titik temu dan kesamaan,

yaitu dalam menjadikan Al-

Quran dan hadis sebagai sumber, dan

Tauhid, Kenabian serta iman pada Hari

Akhir sebagai asas akidah dan prinsip

ideologi. Titik temu juga dapat dilihat

dalam perkara shalat, puasa, haji, zakat,

jihad, halal dan haram sebagai hukumhukum

syariat mereka. Umat Islam

juga satu dalam kecintaan kepada Nabi

yang suci dan Ahlul Bait beliau, juga

penolakan terhadap musuh-musuh beliau.

Sebagian masalah ini sangat jelas, meskipun terdapat perbedaan dari sisi

kuat dan lemahnya penekanan. Mereka

bagaikan jari-jari tangan yang satu, yang

berawal pada pergelangan yang satu,

meskipun berbeda dari sisi panjang, lebar

dan bentuknya.

Mereka bahkan seperti tubuh yang satu,

yang dari satu sisi memiliki berbagai

anggota badan, dan dari sisi yang lain,

saling berhubungan dan berkerja sama

dan melakukan fungsi sistem tubuh

dalam kehidupan manusia, meskipun

ada perbedaan dalam bentuknya. Gambaran

ini merupakan salah satu dari

hikmah yang terkandung dalam perumpamaan

umat Islam sebagai tangan yang

satu atau sebagai “tubuh yang satu” itu.

Ulama-ulama terdahulu dari berbagai

golongan dan mazhab dapat hidup berdampingan

tanpa terlibat permusuhan, bahkan mereka sudah cukup lama

saling membantu. Ulama yang satu

mengomentari karya ilmiah ulama yang

lain, baik karya-karya Teologi maupun

Fiqih. Satu sama lain saling berguru

kepada yang lainnya, saling memuliakan

dan menguatkan pendapat yang

lain. Sebagian mereka memberikan ijazah

kepada yang lain dalam periwayatan

hadis. Sesama mereka saling membolehkan

untuk menukil riwayat dari

referensi dan sumber mazhab masingmasing.

Mereka mendirikan shalat berjamaah

dan bermakmuman, menunaikan

zakat di antara mereka, saling

mengenal dan menghormati eksistensi

mazhab yang lainnya. Demikian pula

dalam kehidupan bermasyarakat, mereka

hidup rukun dan damai dengan penuh

keharmonisan, seolah-olah tidak ada perbedaan dan perselisihan di antara

mereka, meskipun terkadang terjadi

saling kritik, tetapi hal itu dilakukan

secara ilmiah, sopan dan santun.

Di dalamnya juga terdapat dalil-dalil

yang konkret dan bukti-bukti sejarah

yang kaya yang menjelaskan adanya

hubungan kerja sama yang kuat dan

luas.

Para ulama banyak memiliki kekayaan

warisan ilmiah dan budaya Islam berkat

adanya hubungan imbal balik ini. Sebagaimana

yang telah mereka tampilkan

dalam kebebasan bermazhab, bahkan

mereka telah menjadi pusat perhatian

dunia dan memperoleh kehormatannya.

Sungguh tidaklah susah bila para ulama

mau berkumpul dan berdialog secara santun dan memahami dengan niat yang

tulus seputar persolan-persoalan yang

diperselisihkan guna memahami dalil

setiap kelompok dengan menjadikan argumentasi

sebagai hakim pemutus.

Begitu juga, adalah logis dan baik bila

setiap kelompok dan golongan memaparkan

akidah, metode pemikiran dan

masalah-masalah fiqih mereka dalam

suasana yang bebas dan transparan supaya

menjadi jelas kepalsuan tuduhantuduhan

dan kebatilan isu-isu terhadap

mereka, sebagaimana telah diketahui

bersama perbedaan dan titik temu di

antara mereka.

Mereka juga mengetahui bahwa perbedaan

umat Islam lebih banyak daripada

perbedaan yang mereka miliki. Maka

itu, segala kebekuan akan tercairkan di

antara umat Islam.

Buku kecil ini merupakan seayun langkah

dalam membuka pintu persatuan

tersebut, dan menjadi sebuah realitas

yang jelas dan diketahui oleh semua,

sebagaimana mestinya. Hanyalah Allah

Yang Maha Pelindung.