Meneladani Nabi Muhamad SAW

Meneladani Nabi Muhamad SAW0%

Meneladani Nabi Muhamad SAW pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Rasulullah saw

Meneladani Nabi Muhamad SAW

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: (http://abatasya.net)
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 3480
Download: 2043

Komentar:

Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 12 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 3480 / Download: 2043
Ukuran Ukuran Ukuran
Meneladani Nabi Muhamad SAW

Meneladani Nabi Muhamad SAW

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

MENELADANI NABI MUHAMMAD SAW.

DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Marzuki

Biodata Penulis

Dr. Marzuki, M.Ag., dilahirkan di Banyuwangi, 21 April 1966.

Menyelesaikan studi S-1 nya di IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta Fakultas Tarbiyah tahun 1990. Menyelesaikan studi

S-2 nya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Islam

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997. Studi S-3

diselesaikan di lembaga yang sama tahun 2007. Sekarang

menjadi dosen tetap di Jurusan PKn dan Hukum Fakultas Ilmu

Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dengan

mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan Hukum Islam.

Abstrak

Meneladani Nabi Muhammad Saw. adalah salah satu cara

untuk berakhlak kepadanya. Semua ini merupakan konsekuensi logis

dari iman akan adanya Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasulullah.

Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan

sepenuh hati bahwa Allah Swt. memilih di antara manusia untuk

dijadikan rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu-wahyu-Nya kepada

umat manusia.

Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan seharihari

harus dimulai dengan mengetahui apa saja sifat-sifat yang

dimilikinya dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Alquran dan Sunnah/Hadits, sebagai dua sumber utama ajaran Islam,

memberikan informasi yang lengkap tentang semua sifat dan perilaku

Nabi Muhammad Saw. Dengan menjadikan kedua sumber ajaran ini

sebagai landasan utama dalam sikap dan perilaku kita, berarti kita

benar-benar telah meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam

kehidupan kita sehari-hari.

Pendahuluan

Akhlak kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan konsekuensi

logis dari akhlak kepada Allah Swt. Rasulullah Saw. dan juga para

rasul yang lain merupakan utusan Allah yang menyampaikan pesanpesan

Allah kepada umat manusia. Allah Swt. menurunkan wahyuwahyu-

Nya kepada manusia melalui para rasul-Nya mulai Nabi Adam

a.s. hingga Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul Allah yang

terakhir memiliki keistimewaan dibanding nabi-nabi sebelumnya.

Salah satu keistimewaannya adalah misi risalah Muhammad tidak

terbatas pada umat (bangsa) tertentu, tetapi meliputi semua umat

manusia (rahmatan lil’alamin). Semua umat manusia yang hidup pada

masa Muhammad hingga tibanya hari akhir nanti wajib mengikuti

syariat yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

Sebagai nabi yang terakhir, Muhammad dibekali satu kitab

Allah yang terlengkap, yakni Alquran yang isinya memuat keseluruhan isi kitab-kitab yang pernah turun sebelumnya. Dengan

Alquran inilah Nabi Muhammad dapat menyelesaikan semua

permasalahan yang dihadapinya, di samping juga dengan ide-idenya

yang mendapatkan bimbingan wahyu dari Allah Swt. (Sunnah/hadis).

Semua yang tertuang dalam Alquran terealisasi dalam sikap dan

perilaku Nabi Muhammad Saw. sehari-hari. Tidak ada satu pun sikap

dan perilaku Muhammad yang menyimpang atau bertentangan dengan

apa yang tertuang dalam Alquran. Karena itulah, setiap umat Islam

wajib meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam segala aspek

kehidupan sehari-hari.

Berakhlak terhadap Nabi Muhammad Saw. merupakan salah

satu pilar keyakinan (iman) dalam Islam. Banyak cara yang harus

dilakukan dalam rangka berakhlak kepada Nabi Muhammad Saw.

adalah menyintai dan memuliakannya, taat dan patuh kepadanya, serta

mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. Namun, yang paling

penting dari semua itu adalah meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Beriman akan Adanya Nabi Muhammad Saw.

Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai

dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. memilih di antara manusia

untuk dijadikan rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu-wahyu-Nya

kepada umat manusia. Beriman kepada Rasulullah juga berarti

memercayai dan meyakini sepenuhnya akan segala yang diceritakan

Allah tentang semua nabi dan rasul yang diutus-Nya, baik yang

diketahui namanya maupun yang tidak diketahui namanya.

Perintah untuk beriman kepada Rasul Allah (Muhammad Saw.)

tercantum dalam Alquran surat al-Nisa’ (4) ayat 136:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada

Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan

kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.

Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka

sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. al-

Nisa’ (4): 136).

Menurut ayat Alquran di atas orang-orang yang beriman harus

mengimani rasul-rasul Allah sebagaimana mengimani Allah, malaikat,

kitab, dan hari akhir. Mengimani rasul-rasul Allah juga harus secara

keseluruhan, tidak boleh membeda-bedakannya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Orang-orang Yahudi

hanya mengimani nabi-nabi keturunan Bani Israel, dan mereka tidak

mengakui kenabian Isa dan Muhammad. Sedang orang-orang Nasrani

tidak mau mengimani kenabian Muhammad Saw. Allah mengancam

dengan keras orang-orang yang mau mengimani sebagian rasul dan

mengingkari sebagian yang lainnya. Allah juga mengategorikan

orang-orang seperti itu sebagai orang-orang kafir. Allah Swt.

berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasurasul-

Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan

kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:

 ‘Kami

beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap

sebahagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan

itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman

atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenarbenarnya.

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang

kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. al-Nisa’ (4): 150-

151).

Umat Islam sekaligus umat Muhammad Saw. harus beriman

terhadap Nabi Muhammad Saw. yang merupakan rasul dan nabi

terakhir. Muhammad Saw. adalah penutup para nabi dan rasul,

sehingga setelahnya tidak ada lagi nabi dan rasul Allah. Kepastian

Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir dinyatakan oleh

Allah Swt. dalam Alquran:

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang lakilaki

di antara kamu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup

nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab (33): 40).

Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad

Saw. sebagai rasul terakhir. Pertama, dengan berakhirnya risalah

kenabian kepada Muhammad Saw. berarti bahwa ajaran-ajaran yang

dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. telah sempurna dan

menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Allah Swt. berfirman:

“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu

untukmu semua, dan Aku telah melengkapkan kenikmatan-Ku

padamu, dan Aku telah rela Islam itu sebagai agama untukmu

semua.” (QS. al-Maidah (5): 3).

Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa

ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw., yakni agama Islam, bersifat mendunia dan berlaku untuk seluruh umat manusia. Allah Swt.

berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat

manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan

sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui.” (QS. Saba’ (34): 28).

Dan yang ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup

serangkaian para nabi, maka Nabi Muhammad Saw. adalah rasul

untuk semua umat manusia. Allah Swt. berfirman: “Katakanlah: ‘Hai

manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’.”

(QS. al-A’raf (7): 158).

Mengimani adanya Nabi Muhammad Saw. bagi umat Islam

adalah suatu kewajiban utama. Mengimani Nabi Muhammad Saw.

berarti meyakini dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad benarbenar

nabi dan rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia di

muka bumi ini. Umat Islam yang menjadi umat Nabi Muhammad

Saw. harus mengikrarkannya dengan lisan bersamaan dengan ikrar

kepada Allah Swt. Ikrar inilah yang mendasari seluruh keislaman dan

keimanan setiap umat Islam. Siapa pun belum dianggap Muslim jika

belum mengikrarkan adanya Allah sebagi Tuhannya dan Nabi

Muhammad Saw. sebagai utusan-Nya. Dua ikrar inilah yang

kemudian dikenal dengan syahadatain (dua kesaksian), yakni

syahadat tauhid yang berisi ikrar bahwa tidak ada tuhan selain Allah

(Asyhadu an la ilaha illallah) dan syahadat rasul yang berisi ikrar

bahwa Muhammad adalah rasul Allah (Asyhadu anna Muhammadan

Rasulullah).

Kewajiban umat Islam untuk mengimani Allah sekaligus

mengimani Rasulullah Saw. dinyatakan dalam Alquran surat al-A’raf

(7): 158:

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan

Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan

langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain

Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah

kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang

beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitabkitab-

Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

(QS. al-A’raf (7): 158).

Sekilas tentang Nabi Muhammad Saw.

Muhammad dilahirkan di Makkah dan kemudian wafat di

Madinah. Sejak kecil Muhammad selalu bekerja keras dan tidak

pernah bermalas-malasan. Sejak kecil pula Muhammad sudah

menampakkan akhlaknya yang sangat mulia dan tidak pernah

sekalipun menampakkan akhlak yang jelek. Karena kejujurannnya,

Muhammad mendapat gelar al-amin yang artinya yang jujur.

Beliau kemudian menikah dengan Khadijah ketika berusia 25

tahun. Pada usianya yang keempat puluh tahun, beliau diutus sebagai

nabi dan rasul dengan diwahyukannya lima ayat pertama dari surat al-

‘Alaq, yaitu:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS. al-‘Alaq (96): 1-5).

Selanjutnya secara bertahap dalam waktu kurang lebih dua

puluh tiga tahun beliau menerima keseluruhan wahyu Alquran yang

juga disampaikan kepada para sahabat beliau, sehingga sebagian dari

mereka ada yang menghafalnya. Berbagai peristiwa dialami oleh Nabi

Muhammad Saw. sejak beliau mengemban tugas risalahnya. Nabi

memulai tugas dakwahnya kepada keluarganya kemudian sahabat

terdekatnya hingga kepada masyarakat umum. Nabi mengalami

berbagai tantangan dari para tokoh kaum Quraisy Makkah. Tekanantekanan

kaum Quraisy tidak pernah berhenti untuk menghalangi

dakwah Nabi. Pada akhirnya Nabi memutuskan untuk hijrah ke

Madinah. Di Madinah inilah Nabi kemudian dapat membangun

tatanan masyarakat seperti yang diinginkan, yakni masyarakat Islam

yang diatur dengan prinsip-prinsip Islam. Setelah Nabi berhasil

mengislamkan masyarakat Makkah (kaum Quraisy), Nabi menerima

wahyu terakhir (QS. al-Maidah (5): 3) dan beberapa waktu kemudian

Nabi Muhammad Saw. wafat di Madinah dalam usia 63 tahun.

Nabi Muhammad Saw. wafat dengan meninggalkan dasar-dasar

Islam yang lengkap, terutama dengan ditinggalkannya dua pusaka

beliau kepada para umatnya, yakni Alquran dan Ahlul Baitnya. Dengan

berpedoman kepada dua pusaka inilah umat Islam dapat melakukan

berbagai aktivitas hidupnya, baik dalam berhubungan dengan Allah (beribadah) maupun dalam berhubungan dengan sesamnya

(bermuamalah).

Menyintai dan Memuliakan Nabi Muhammad Saw.

Sebagai umat Nabi Muhammad Saw. kita harus menyintai

beliau, sebab beliau juga sangat menyintai kita. Dalam perjuangan

beliau mendakwahkan Islam, terlihat sekali kecintaan beliau terhadap

umatnya. Beliau merasakan suka dan duka bersama umatnya.

Kecintaan beliau tidak terbatas ketika di dunia saja, tetapi juga sampai

di akhirat kelak. Gambaran sikap beliau terhadap umatnya dinyatakan

dalam Alquran.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari

kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat

menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas

kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.” (QS.

al-Taubah (9): 128).

Karena itulah, sebagai umatnya, kita harus menyintai beliau dan

sekaligus memuliakannya. Cinta kita kepada beliau harus melebihi

cinta kita kepada yang lain selain Allah Swt. Cinta ini akan tumbuh

dalam diri kita jika kita benar-benar beriman. Jika iman kita tidak utuh,

maka kita tidak akan dapat menyintai beliau. Dalam hal ini Nabi Saw.

bersabda:

“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian

sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya,

anaknya, dan semua manusia.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan al-

Nasa’i).

Dengan demikian cinta seorang mu’min kepada Nabi

Muhammad Saw. harus melebihi cintanya kepada dirinya sendiri,

orang tuanya dan kaum kerabatnya, serta semua manusia. Artinya,

orang yang cinta kepada selain Allah Swt. melebihi cintanya kepada

Nabi, berarti ia belum beriman secara benar.

Cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw. harus benar-benar

mendominasi perasaan cinta kita sebagaimana cinta kita kepada Allah

Swt. Dengan cinta kepada Allah dan Rasulullah inilah kemudian

ditambah jihad di jalan Allah, kita berharap agar Allah senantiasa

memberikan petunjuk-Nya kepada kita. Jika kita tidak menyintai

Allah dan Rasulullah serta tidak mau berjihad di jalan Allah, maka

kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang fasik yang jauh dari

petunjuk Allah. Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,

isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu

usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan

rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih

kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad

di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan

keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada

orang-orang fasik.” (QS. al-Taubah (9): 24).

Menyintai Nabi Muhammad Saw. tidak cukup hanya

diungkapkan dengan kata-kata, tetapi juga harus dinyatakan dalam

bentuk perbuatan nyata, misalnya:

1. Mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sampai

kepada kita melalui Alquran dan Hadits yang dibawa oleh Nabi

Muhammad Saw.

2. Memercayai semua berita yang disampaikan oleh Nabi

Muhammad Saw.

3. Berjuang menegakkan, mengembangkan, dan membela ajaranajaran

yang dibawa Nabi Muhammad Saw. serta menjaga

kemurnian ajaran-ajaran beliau dari berbagai bentuk bid’ah dan

khurafat.

4. Memuliakan Nabi Muhammad Saw. dengan memperbanyak

membaca shalawat dan salam kepada beliau.

5. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabat terpilih Nabi Muhammad

sebagaimana memuliakan beliau.

Dalam kehidupan nyata, ujud dari cinta kita kepada Nabi

Muhammad Saw. terlihat dapal setiap aktivitas kita sehari-hari. Jika

kita benar-benar cinta kepada Nabi Muhammad Saw. maka kita akan

selalu menjaga diri kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak dilakukan

dan tidak disenangi beliau. Sebaliknya kita harus selalu meneladani

beliau dalam setiap aktivitas kita, baik dalam aktivitas ibadah maupun

muamalah. Inilah yang menjadi bukti dari cinta kita kepada beliau.

Setiap orang yang cinta kepada sesuatu, maka ia akan bersikap

yang berlebihan kepada sesuatu tersebut. Misalnya, orang yang cinta

kepada benda tertentu, maka hari-harinya lebih banyak digunakan

untuk berbuat sesuatu dalam rangka menyintai benda tersebut. Berapa

pun biaya yang dikeluarkan dan tenaga serta waktu yang dihabiskan

tidak menjadi perhitungan baginya. Begitulah cinta seseorang kepada

benda. Jika benda itu dialihkan kepada Allah dan Rasulullah, maka orang itu akan dapat secara penuh beraktivitas dalam rangka cintanya

kepada Allah dan Rasulullah.

Untuk melihat gambaran cinta kepada Nabi Muhammad Saw.,

kita dapat meneladani cinta para sahabat Nabi. Diceritakan bahwa

paman Nabi, Hamzah, sangat cinta kepada beliau, sehingga Hamzah

rela gugur dalam perang Uhud ketika melindungi Nabi dari serangan

orang-orang kafir Quraisy. Begitu pula cinta seorang sahabat Nabi

yang bernama Bilal. Di kala hendak menghembuskan nafasnya,

beberapa kawan Bilal yang menyaksikannya berkata, “Aduh, betapa

pedih hati kami”. Mendengar kata-kata kawannya Bilal justeru

menjawab, “Wahai kawanku, betapa gembira hatiku, esok aku akan

segera bertemu dengan Muhammad di akhirat.” Masih banyak lagi

contoh sikap cinta para sahabat Nabi Muhammad Saw. kepada beliau

yang melebihi cinta mereka kepada diri mereka sendiri.

Taat dan Patuh kepada Nabi Muhammad Saw.

Taat dan patuh kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan

konsekuensi dari taat dan patuh kepada Allah Swt. Dalam berbagai

ayat Alquran Allah menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah harus

dibuktikan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Dalam QS. al-Nisa’

(4): 80 Allah Swt. berfirman:

“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah

menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan

itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara

bagi mereka.” (QS. al-Nisa’ (4): 80).

Dalam ayat yang lain Allah menegaskan bahwa bukti seseorang

cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah. Barang siapa yang

mengikuti dan menaati Rasulullah, maka Allah akan menyintainya

dan akan mengampuni dosa-dosanya. Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) menyintai Allah,

ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu."

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.

Ali ‘Imran (3): 31).

Allah juga menyatakan bahwa diutusnya Rasulullah adalah agar

ditaati oleh umatnya. Karena itulah taat dan patuh kepada Rasulullah

merupakan perintah Allah yang wajib hukumnya. Dalam QS. al-Nisa’

(4): 64 Allah Swt. berfirman:

“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk

ditaati dengan seizin Allah.” (QS. al-Nisa’ (4): 64).

Taat dan patuh kepada Rasulullah dilakukan dengan cara

mengikuti semua yang diperintahkannya dan meninggalkan semua

yang dilarangnya. Demikian firman Allah Swt. dalam QS. al-Hasyr

(59): 7:

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan

apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. al-

Hasyr (59): 7).

Dalam berbagai ayat Alquran Allah menyebutkan bahwa

ketaatan kepada Allah selalu beriringan dengan ketaatan kepada

Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa menaati Rasulullah itu harus

total sebagaimana menaati Allah. Hal ini bisa dilihat misalnya dalam

QS. al-Nisa’ (4): 59 dan QS. Ali ‘Imran (3): 32. Kita tidak bisa

mewujudkan ketaatan kita kepada Allah jika tidak menaati Rasulullah.

Dalam hal shalat, misalnya, kita tidak dapat melaksanakan shalat yang

diperintahkan Allah kepada kita, jika kita tidak mengikuti petunjuk

Rasulullah yang mengajarkan cara-cara melakukan shalat. Rasulullah

Saw. bersabda:“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku

shalat.” (HR. al-Bukhari). Hal yang sama juga terjadi dalam masalah

praktik melakukan ibadah haji dan praktik-praktik ibadah lainnya,

termasuk juga praktik-praktik bermuamalah.

Rasulullah merupakan manusia pilihan yang dapat memberi

jalan dan penerang untuk meniti jalan yang benar dan lurus sekaligus

juga memberi peringatan dan kabar gembira kepada manusia. Jalan

lurus yang ditunjukkan Rasulullah adalah jalan yang diridoi oleh

Allah. Jalan lurus ini juga dilengkapi dengan rambu-rambu untuk

dijadikan petunjuk bagaimana melewatinya. Karena itu, siapa yang

tidak mengikuti jalan ini, pastilah ia akan mendapatkan kesesatan baik

di dunia maupun di akhirat. Allah Swt. berfirman:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku

yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti

jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan

kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan

Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-An’am (6): 153).

Pada akhirnya, Allah juga menyatakan bahwa orang yang taat

kepada Allah dan Rasulullah di akhirat kelak akan bersama para nabi,

para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin (QS. al-Nisa’ (4): 69). Itulah teman-teman terbaik yang akan didapatkan orang yang menataati

Allah dan Rasulullah di akhirat kelak.

Meneladani Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir yang mendapatkan

banyak gelar baik dari Allah maupun dari manusia. Berbagai julukan

diberikan kepada beliau atas kesuksesan beliau dalam melakukan misi

risalahnya di muka bumi. Beliau berhasil menjadi pemimpin agama

(sebagai Nabi) berhasil menjadi pemimpin negara (ketika memimpin

negara Madinah). Di samping itu beliau juga berhasil dalam

menjalankan berbagai kepemimpinan yang lain, seperti memimpin

perang, memimpin musyawarah, dan memimpin keluarga. Karena itu,

sudah sepantasnya umat Islam menjadikannya sebagi teladan yang

terbaik. Terkait dengan hal ini Allah Swt. berfirman:

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab (33): 21).

Untuk dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam

kehidupan kita sehari-hari, tentunya kita, umat Islam, harus

mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh

beliau dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, agar kita dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. akan

dikemukakan sifat-sifat dan perilaku beliau dan kemudian bagaimana

kita dapat meneladani sifat dan perilaku tersebut.

Perlu ditegaskan bahwa semua rasul adalah manusia yang

memiliki sifat-sifat kemanusiaan sebagaimana manusia lainnya (QS.

al-Kahfi (18): 110 dan QS. Fushshilat (41): 6). Di antara sifat-sifat

kemanusiaan yang dimiliki Rasulullah adalah makan dan minum (QS.

al-Furqan (25): 20) serta menikah (QS. al-Ra’d (13): 38). Dalam

Alquran juga ditegaskan bahwa semua rasul adalah laki-laki, tidak ada

yang perempuan (QS. al-Anbiya’ (21): 7). Namun, karena tugas

risalah adalah tugas yang amat berat, maka para rasul dibekali dengan

sifat-sifat khusus. Sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Nabi Muhammad

Saw. maupun para nabi dan rasul yang lain adalah:

1. Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam

perkataan dan perilakunya dan mustahil akan berbuat yang

sebaliknya, yakni berdusta, munafik, dan yang semisalnya.

2. Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan

perbuatannya. Nabi dan rasul selalu amanah dalam segala

tindakannya, seperti menghakimi, memutuskan perkara, menerima

dan menyampaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang

sebaliknya.

3. Tabligh, yang berarti menyampaikan. Nabi dan rasul selalu

menyampaikan apa saja yang diterimanya dari Allah (wahyu)

kepada umat manusia dan mustahil nabi dan rasul

menyembunyikan wahyu yang diterimanya.

4. Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai. Semua nabi dan rasul

cerdas dan selalu mampu berfikir jernih sehingga dapat mengatasi

semua permasalahan yang dihadapinya. Tidak ada satu pun nabi

dan rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang begitu berat dan

penuh tantangan.

5. Di samping empat sifat di atas, nabi dan rasul tidak pernah berbuat

dosa atau maksiat kepada Allah (ma’shum). Sebagai manusia bisa

saja nabi berbuat salah dan lupa, namun lupa dan kesalahannya

selalu mendapat teguran dari Allah sehingga akhirnya dapat

berjalan sesuai dengan kehendak Allah.

Di samping memiliki sifat-sifat seperti di atas, Nabi Muhammad

Saw. juga dikenal dengan sebutan al-amin, yang berarti selalu dapat

dipercaya. Gelar ini diperoleh Muhammad sejak maih usia belia.

Dalam kesehariannya Muhammad belum pernah berbohong dan

merugikan orang-orang di sekitarnya. Dalam salah satu bukunya,

Sa’id Hawwa (2002: 164-186) memerinci keluhuran budi Rasulullah

Saw. yang sangat patut diteladani oleh umat Islam. Sa’id Hawwa

menguraikan moralitas Nabi dalam hal kesabarannya, kasih sayangnya

baik terhadap keluarga maupun umatnya, kemurahan hatinya,

kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta kesahajaannya.

Moralitas Nabi inilah yang patut diteladani dan diterapkan dalam

kehidupan umat Islam sehari-hari.

Meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. seperti di atas

tidaklah gampang dan membutuhkan proses yang panjang. Dengan

modal cinta dan taat kepadanya, kita akan mampu meneladaninya

dalam kehidupan kita sehari-hari. Meneladani beliau secara sempurna

jelas tidak mungkin, karena beliau digambarkan sebagai insan kamil

(manusia sempurna) yang tidak ada bandingnya. Namun demikian,

kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meneladani sifat dan

perilaku beliau, apa pun hasilnya.

Cara-cara praktis yang dapat dilakukan untuk meneladani

Rasulullah Saw. di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan

kesalahan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa

kita harus menyadari bahwa kita selalu berbuat kesalahan dan dosa

baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Rasulullah

Saw. yang jelas-jelas tidak memiliki dosa saja selalu memohon

ampun (beristighfar) dan bertaubat kepada Allah. Karena itu, jika

kita tidak mau bertaubat kepada Allah, berarti kita tidak menyadari

sifat kemanusiaan kita dan kita termasuk orang-orang yang

sombong.

2. Sedapat mungkin kita harus dapat menjaga amanat yang diberikan

oleh Allah kepada kita selaku manusia. Amanat apa pun yang

diberikan kepada kita, harus kita lakukan sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh pemberi amanat tersebut. Karena itu, apa pun

aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai kita menyimpang dari

aturan-aturan yang sudah berlaku sesuai tuntunan Alquran dan

sunnah Nabi. Kita harus berusaha menjaga amanat ini

sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah berkhianat walau sekali

pun.

3. Kita juga harus selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita.

Jujur merupakan sifat yang sangat mulia, tetapi memang sulit

untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan sengaja untuk tidak

berbuat jujur dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan

hancur. Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di

tengah-tengah peradaban manusia yang semakin maju. Orang

berusaha untuk mengesahkan perilaku tidak jujur. Seandainya

kejujuran ini terpelihara dengan baik, maka para penuntut dan

pembela hukum di negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk

menerapkan dan mewujudkan keadilan di tengah-tengah

masyarakat. Kenyataannya, sebagian besar orang tidak mau

berbuat jujur, sehingga seringkali orang yang jujur malah menjadi

hancur (akibat disalahkan). Rasulullah selalu berbuat jujur tidak

hanya kepada para sahabatnya tetapi juga kepada lawan-lawannya.

Dan inilah yang merupakan kunci keberhasilan Rasulullah dalam

misi risalah dan kenabiannya.

Penutup

Nabi Muhammad Saw. adalah sosok manusia yang agung

akhlaknya dan luhur budinya (QS. al-Qalam (68): 4). Jika Allah Swt.

memberikan pujian atas keluhuran budinya, tentu saja hal ini tidak

main-main. Allah Yang Maha Benar tidak akan pernah berbohong atas

ucapan-Nya. Sebagai umat Islam dan sekaligus umat Nabi

Muhammad Saw. kita harus menjadikannya sebagai teladan utama

yang harus kita ikuti semua anjurannya dan kita hindari semua

larangannya.

Di zaman yang canggih sekarang ini, tidak sedikit tantangan

yang kita hadapi dalam rangka meneladani sifat-sifat dan perilaku

Nabi Muhammad Saw., baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Dengan kesadaran yang tinggi dan dengan ketulusan hati serta dengan

modal cinta dan taat kita kepada Allah Swt. dan Nabi Muhammad

Saw., Insya Allah kita dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam

kehidupan kita sehari-hari.

Daftar Pustaka

Al-Kutub al-Tis’ah. CD Hadits.

Al-Qur’an al-Karim.

Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:

Departemen Agama RI.

Khan, Majid Ali. 1985. Muhammad Saw. Rasul Terakhir. Terj. oleh

Fathul Umam. Bandung: Pustaka. Cet. I.

Miftah Faridl. 2001. Panduan Hidup Muslim. Bandung: Penerbit

Pustaka.

Sa’id Hawwa. 2002. Ar-Rasul Muhammad Saw. Terj. oleh Jasiman

dkk. Solo: Media Insani Press.

Tafsir Ibnu Katsir. CD Holy Qur’an.

Daftar Isi

MENELADANI NABI MUHAMMAD SAW 1

DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI1

Marzuki1

Biodata Penulis 2

Abstrak 3

Pendahuluan 4

Beriman akan Adanya Nabi Muhammad Saw 6

Sekilas tentang Nabi Muhammad Saw 11

Menyintai dan Memuliakan Nabi Muhammad Saw 14

Taat dan Patuh kepada Nabi Muhammad Saw 19

Meneladani Nabi Muhammad Saw 23

Penutup 29

Daftar Pustaka 30