• Mulai
  • Sebelumnya
  • 13 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 11489 / Download: 9739
Ukuran Ukuran Ukuran
Konsep Tuhan dalam Agama-Agama Besar Dunia

Konsep Tuhan dalam Agama-Agama Besar Dunia

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

KONSEP TUHAN DALAM AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA

Dr. Zakir Naik

KEYAKINAN YANG UNIVERSAL

Ketika seorang anak manusia telah mencapai usia kematangan ia akan menemukan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang ditemui dalam kehidupannya. Manusia selalu mencari , mencoba memahami hakikat dirinya, darimana dia berasal, kemana ia akan kembali, bagaimana alam semesta ini tercipta, siapakah yang menciptakan alam semesta ini. Pertanyaan-pertanyaan yang menuntun manusia pada proses pencarian.

Arnold Toynbee, seorang pakar yang mempelajari sejarah perkembangan pemikiran manusia berkesimpulan bahwa dalam sejarah perkembangan pemikiran manusia agama berada pada posisi yang sangat sentral. Dalam artikelnya di harian ‘The Observer’ tanggal 24 Oktober 1954 ia menulis :

“Saya berkeyakinan bahwa agama memegang kunci penting untuk memahami apa yang dinamakan misteri eksistensi”

Manusia – semesta – Tuhan menjadi masalah yang krusial dalam perkembangan pemikiran manusia.

Agama (Ing : Religion) menurut Oxford Dictionary adalah: “Belief in superhuman controlling power especially in a personal God or gods entitled to obedience and worship”.

(Keyakinan pada kekuatan besar yaitu Tuhan Yang Maha Esa atau dewa-dewa yang di patuhi dan disembah).

Namun keyakinan atau agama ini dalam perkembangannya banyak mengalami tantangan, gugatan dari kaum Marxis, Freudis, Atheis. Mereka tidak mempercayai eksistensi Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini, dengan alasan bahwa keberadaan Tuhan tidak dapat dirasakan oleh indera mereka. Padahal mereka yang berkata hanya mempercayai, meyakini apa-apa yang ditangkap oleh indera mereka tidak dapat mengingkari realitas di kehidupan mereka sendiri, mereka mengakui adanya hukum gravitasi, mereka meyakini keberadaan rasio (akal pikiran) meski mereka tak mampu melihat wujudnya.

Orang-orang beriman berkeyakinan bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan, kaum atheis berpendapat bahwa alam semesta tercipta dengan begitu saja, dengan sendirinya, secara kebetulan (koinsidens).

Koinsidens, dalam batas-batas tertentu dapat kita pahami bisa saja terjadi, satu-dua kali mungkin saja terjadi. Namun ketika suatu permasalahan semakin besar dan kompleks asumsi koinsidens menjadi sesuatu yang tak rasional. Alam semesta dengan segala hukum, aturan dan kompleksitasnya yang sangat sempurna menurut manusia yang berpikiran sehat adalah mustahil untuk tercipta secara kebetulan.

Bahkan pada diri manusia itu sendiri dengan sistem biologis yang rumit, kompleks namun tertata sempurna adalah bukti adanya campur tangan Sang Maha Pencipta.

Bagaimanapun agama menduduki peranan penting dalam kehidupan mayoritas manusia di dunia, hampir secara keseluruhan manusia di dunia berkeyakinan akan adanya kekuatan yang Maha Besar, Maha Cerdas yang menciptakan dan mengatur alam semesta dan diri manusia itu sendiri.

KONSEP AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA

Terdapat berbagai ragam corak agama di dunia; Monoteisme (keyakinan pada satu Tuhan), Politeisme (keyakinan pada banyak tuhan), Panteisme (keyakinan segala sesuatu adalah tuhan). Namun pada level tertinggi keyakinan pada tuhan adalah merujuk pada satu Tuhan, Yang Maha Esa, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dr.Zakir Naik melalui studi dan penelitiannya mengelompokan agama-agama di dunia secara garis besar menjadi 2 kelompok yakni Agama Semitik (bangsa-bangsa keturunan Shem, putra Nabi Nuh yaitu Yahudi, Arab, Assiria, Phoenisia dsb) dan Agama Non-semitik.[1]

Agama Non-semitik sendiri terbagi menjadi dua kategori yaitu Arya (bangsa Indo-Eropa yang menyebar ke wilayaj Iran hingga India Utara sekitar 2000 – 1500 SM) dan Non-Arya.

Agama Semitik terdiri dari Yahudi/Judaisme, Kristen dan Islam. Sementara Agama Arya adalah Hindu, Jainisme, Zoroaster, Buddha dan Sikh. Dan Non-Arya adalah agama (keyakinan) yang tersebar di Wilayah Cina dan Jepang yaitu Konfusiusme, Taoisme dan Shintoisme.

Untuk dapat memahami konsep keyakinan suatu agama tidak bisa diteliti hanya dari sikap dan perilaku pengikutnya, namun yang paling valid adalah dengan meneliti dan merujuk pada kitab-kitab suci yang dipedomaninya. Berikut adalah paparannya mengenai konsep ketuhanan pada agama-agama dengan jumlah pemeluk yang sangat besar di dunia.

AGAMA HINDU

Konsep Umum

Agama paling popular diantara agama Arya adalah Hindu. Sebetulnya kata ‘Hindu’ adalah kata dari bahasa Persia yang digunakan orang Eropa untuk merujuk pada penduduk yang bermukim di sekitar lembah Indus. Kepercayaannya sendiri sebetulnya disebut ‘Brahmanisme atau ‘Vedantaisme’.

Konsep ketuhanan yang umum dalam agama Hindu adalah panteisme. Setiap wujud adalah berasal dari Pramatma (Maha Atma, Roh Suci, Tuhan), segala sesuatu adalah wujud tuhan. Banyak penganut Hindu mempercayai banyak tuhan (atau disebut dewa) yang berkuasa dan meliputi segala sesuatu. Ada yang meyakini tiga dewa, yang lain pada 33 dewa dan bahkan yang lainnya 330 juta dewa. Namun diantara dewa-dewa tersebut yang dianggap paling berkuasa adalah tiga dewa yaitu Brahma, Vishnu dan Syiva. Dalam pemujaannya sering dewa-dewa tersebut dipersonifikasikan dalam bentuk patung-patung yang di puja. Umat Hindu umumnya juga berkeyakinan segala sesuatu adalah tuhan dan menjadi obyek pemujaan; matahari, bulan, pohon, sapi, kera dan sebagainya.

Setiap manusia akan mengalami kematian. Konsep Hindu berkaitan dengan hal ini adalah Atma (roh) manusia berasal dari Pramatma Manusia setelah kematiannya maka atmanya akan kembali ke alam kehidupan (dilahirkan kembali) sesuai karmanya (perbuatannya selama hidup), dapat hidup kembali dengan derajat kasta yang lebih tinggi bila karmanya baik dan hidup kembali dengan derajat yang lebih buruk bila karmanya buruk, bahkan dilahirkan kembali dalam bentuk hewan jika karmanya sangat buruk, proses inkarnasi ini dinamakan Samsara. Jika manusia sebelum kematiannya mampu mencapai tingkatan sempurna maka ia tidak akan dilahirkan kembali atau disebut Moksha, atmanya kembali pada Tuhannya (Pramatma).

Pesan Monoteisme

Sebetulnya jika dikaji dalam kitab suci agama Hindu terdapat juga pesan monoteisme yang justru sangat berseberangan dengan konsep panteisme.

Upanishads :

Upanishads merupakan salah satu kitab suci agama Hindu di sebutkan:

i) “Ekam Evaditiyam”

“Dialah yang Maha Esa tak ada yang lain”

[Chandogya Upanishad 6:2:1]

ii) “Na casya kasuj janita na cadhipah”

“Dialah yang tidak memiliki ibu bapak dan tidak memiliki tuan”

[Svetasvatara Upanisads 6:9]

iii) “Na tasya pratima asti”

“Tidak ada yang serupa denganNya”

[Svetasvatara Upanishads 4:19]

iv) Ayat tersebut dibawah ini dari Upanishads mengenai ketidakmampuan manusia untuk menggambarkan Tuhan dalam bentuk apapun:

“Na samdrse tisthati rupam asya, na caksusa pasyati kas canaiam. Hrda hrdistham manasa ya enam, evam vidur amrtas te bhavanti”

“Dia tak dapat dilihat dan tidak ada seorangpun yang bisa menyaksikanNya dengan kedua matanya”

[Svetasvatara Upanishads 4:20]

Veda

Veda dianggap sebagai kitab yang paling suci bagi umat Hindu, terdiri dari 4 Kitab yaitu Rigved, Yajurved, Samved dan Atharvaved.

1. Yajurved

i) “Na tasya pratima asti”

“Tidak ada yang serupa denganNya”

[Yajurved 32:3]

ii) “Tuhan tidak memiliki rupa dan halus”

[Yajurved 40:8]

iii) Juga disebutkan dalam Yajurved sebagai berikut:

“Andhatama pravishanti ye asambhuti mupaste”

“tersesat di kegelapan bagi siapapun yang menyembah unsur alam –misalnya udara, air, api dsb- dan makin tersesat di kegelapan bagi siapapun yang menyembah sambhuti- sambhuti: sesuatu yang dibuat atau diciptakan misalnya patung, azimat, manusia dsb.”

[Yajurved 40 : 9]

2. Atharvaved

i) “Dev maha osi”

“Tuhan Maha Besar”

[Atharvaved 20:58:3]

3. Rigved

i) “Orang-orang bijaksana menyeru pada satu Tuhan dengan menyebut nama-namanya yang banyak”

[Rigved 164:46]

ii) Rigved menyematkan tidak kurang dari 33 nama bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, diantara nama yang dicantumkan dalam Rigved adalah ‘Brahma’ atau ‘Sang Pencipta’. Nama indah lainnya yang dicantumkan dalam Rigved adalah ‘Vishnu’ atau ‘Sang Pemelihara’.

iii) “Ma chidanyadvi shansata”

“Jangan menyembah apapun juga, kecuali padaNya saja”

[Rigved 8:1:1]

iv) “Ya ekt it mustihi”

“Segala puji baginya, Yang Esa tak ada bandinganNya”

[Rigved 6:45:16]

Dalam Brahma Sutra Hindu Vedanta:

“Ekam Brahm, dvitiya naste neh na naste kinchan”

‘Hanya ada satu Tuhan, tak ada yang kedua, tak ada, tak akan pernah ada dalam bentuk sekecil apapun”

Konsep inkarnasi dalam kepercayaan agama Hindu sebetulnya sama sekali tidak ditemukan dalam kitab sucinya[2] . Dalam Rigved disebutkan istilah ‘Purnajanam’, ‘Purna’ berarti ‘setelah’ atau ‘berikutnya’ sedangkan ‘Janam’ artinya ‘kehidupan’, Jadi Purnajanam artinya ‘kehidupan berikutnya’. Dalam Rigved 10:16:4-5 dIsebutkan bahwa setelah kematiannya manusia akan memasuki ‘Talas’ dimana terdapat ganjaran berupa ‘Svarga’ (tempat yang baik dan indah) bagi yang melakukan kebajikan dan ‘Nark’(api, tempat yang buruk) bagi pelaku kejahatan.

AGAMA BUDDHA

Konsep umum kepercayaan atau keyakinan terhadap Tuhan dalam agama Buddha yang berkembang saat ini tidak digambarkan secara jelas. Mereka menolak berkomentar berkaitan dengan eksistensi Tuhan ini (agnostic), ajarannya lebih bersifat ethical system dibanding agama.

Penganut kepercayaan ini berpendapat bahwa keyakinan terhadap Tuhan merupakan evolusi imajinasi manusia yang awalnya lahir dari rasa ketakutan dan kekaguman terhadap kekuatan dan fenomena alam sekitarnya. Mereka tak mempercayai adanya faktor eksternal yang menciptakan dan mengatur manusia juga alam semesta[3] .

Namun pada gilirannya bentuk pemujaan umat Buddha menjadi termanifestasi pada pribadi Buddha itu sendiri.

Seperti juga penganut Hindu umat Buddha juga memiliki keyakinan yang sama berkaitan dengan konsep kehidupan setelah kematian. Manusia mengalami inkarnasi sesuai dengan Dhamma nya dan manusia dapat terlepas dari proses lahir-mati-lahir kembali ini dengan terhentinya penderitaan (Dukkha) karena padamnya hasrat, keinginan (Tanha) dan kemudian mencapai Nibbana, kebahagiaan di sorga.

AGAMA ZOROASTER (ZOROASTERISME)

Zoroasterisme termasuk agama Arya non vedic yang dibawa oleh Zoroaster (Zarathustra) kepada bangsa Persia sehingga sering pula disebut Parsiaisme atau Majusi. Agama ini agama kuno orang Persia dan telah berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu, dengan bentuk penyembahan kepada api. Kitab suci mereka adalah Dasatir yang terdiri dari 2 bagian yaitu Khurda Avesta dan Zendht Avesta. Dalam kepercayaan mereka Tuhan disebut Ahura Mazda (Tuhan Yang Bijaksana) dengan konsepsi Tuhan Yang Satu, tidak berawal dan tidak berakhir, tidak beranak dan tidak diperanakan dan tidak dapat digambarkan atau diserupakan dengan apapun (no image & beyond imagination).

Konsep monoteisme dalam Zoroasterisme dapat ditemukan dalam kitabnya Dasatir sebagai berikut :

i) Dia adalah Esa

ii) Tak ada sesuatupun yang mirip dengan Nya

iii) Dia tanpa asal atau akhir, tanpa sekutu, musuh, prototip, kawan, ayah, ibu, isteri, putera, tempat tinggal, jasad, atau bentuk, dan tanpa warna serta indera.

iv) Tiada mata bisa melihatNya ataupun tenaga fikiran bisa menangkap-Nya.

AGAMA YAHUDI (JUDAISME)

Judaisme adalah agama yang dianut oleh bangsa Yahudi, yang merupakan pengikut Nabi Musa (Moseh). Keyakinan Yahudi ini bersifat monoteisme namun sangat eksklusif, mereka beranggapan agamanya hanya untuk keturunan Yahudi saja, sebab mereka berkeyakinan bangsanya adalah bangsa pilihan Tuhan, yang memiliki kelebihan dibandingkan bangsa lain di dunia.

i) Konsep ketuhanan Judaisme adalah apa yang disampaikan oleh

Musa dalam Bible Perjanjian Lama sebagai berikut:

“Shama Israelu Adonai Ila Hayno Adna Ikhad”

“Dengarlah hai Israel, Tuhan kita adalah Tuhan Yang Esa”

[Bible, Deuteronomium/Ulangan 6:4]

ii) Dalam Kitab Isaiah/Yesaya disebutkan:

“Aku, hanya Aku Tuhanmu, selain Aku tak ada juru selamat”

[Bible, Isaiah/Yesaya 43:11]

iii) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Tak ada Tuhan selain Aku”

[Bible, Isaiah/Yesaya 45:5]

iv) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Aku Tuhan, tak ada yang seperti Aku”

[Bible, Isaiah/Yesaya 46:9]

v) Judaisme tak mengijinkan penyembahan berhala

“Jangan ada padamu tuhan lain di hadapanKu. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya. Sebab Aku Tuhan, Allah mu adalah Allah yang cemburu”

[Bible, Exodus/Keluaran 20:3-5].

Namun demikian Bible –kitab yang digunakan Judaisme maupun Kristen- berlimpah dengan penggambaran dan pensifatan Tuhan dengan sifat seperti manusia, deskripsi terhadap Tuhan yang tidak sempurna.

“Dan Tuhan turun untuk melihat kota dan menara yang dibuat anak manusia”

[Bible, Genesis/Kejadian 11:5]

“Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman dari mabuk anggur” [Bible, Psalm/Mazmur 78:65]

“Ketika dilihat Tuhan bahwa kejahatan manusia besar di muka bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Dia telah menjadikan manusia di bumi. Dan hal itu memilukan hatiNya”

[Bible, Genesis/Kejadian 6:5-6]

AGAMA KRISTEN

Kristen termasuk dalam kategori agama semit, Kristen merujuk pada keyakinan yang menurut pemeluknya disampaikan oleh Yesus Kristus (Isa Al Masih).

Konsep Umum Ketuhanan

Dalam keyakinan umat Kristen terdapat apa yang disebut dengan konsep Trinitas (Trinity). Diyakini bahwa hanya ada satu Tuhan tetapi dalam satu hakekat Tuhan tersebut terdapat tiga pribadi yaitu Tuhan Bapa, tuhan Anak yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus. Tiga pribadi tersebut adalah sepadan dan sama kekal namun berbeda dalam pribadi.

Keyakinan seperti ini menjadi sangat ambigu, umat Kristen tak bisa menempatkan konsep ketuhanannya ke dalam golongan monoteisme atau politeisme. Sebab monoteisme menganggap bahwa Tuhan itu hanya terdiri dari satu oknum saja, satu pribadi saja. Namun umat Kristen pun menolak dengan tegas bila dikatakan bahwa konsep ketuhanannya bersifat politeisme. Tidak ada penekanan dalam ‘keesaan’ atau ‘ketigaan’ tuhan, sebab penekanan terhadap ‘keesaan’ akan menghilangkan konsep ‘ketigaan’ dan sebaliknya penekanan pada ‘ketigaan’ akan menghilangkan ‘keesaan’ itu sendiri. Menurut mereka konsep Trinitas bukanlah konsep tentang ‘Tiga Tuhan’ melainkan konsep tentang Satu Tuhan.

Yesus Kristus dalam Keyakinan Islam

Islam adalah satu-satunya kepercayaan Non-Kristen yang juga meyakini dan membenarkan Yesus Kristus (Isa Al Masih). Sebelum lebih jauh masuk ke dalam pembahasan mengenai konsep ketuhanan yang disampaikan oleh Yesus, berikut dijelaskan posisi Yesus dalam keyakinan umat Islam (Muslim):

i) Islam adalah satu-satunya keyakinan non-Kristen yang meyakini kebenaran Yesus, tak seorangpun muslim bisa dikatakan muslim jika ia tak mempercayai Yesus.

ii) Muslim percaya bahwa ia adalah salah satu Rasul utusan Tuhan, Utusan Allah SWT.

iii) Muslim meyakini kelahiran ajaibnya dari Maria (Maryam) yang tanpa melalui intervensi biologis seorangpun pria.

iv) Muslim meyakini mukjizat yang dimilikinya yang mampu mengobati orang buta , lepra dan menghidupkan kembali orang yang telah mati dengan seijin Allah.

Baik Muslim maupun Kristen memiliki kecintaan dan respek yang sama terhadap Yesus Kristus. Namun terdapat pandangan yang sangat berseberangan berkaitan dengan kedudukan Yesus dalam keyakinan kedua pemeluk agama tersebut. Muslim menempatkan Yesus pada kedudukan yang tinggi sebagai Rasul Allah, utusan Allah dan bukan sebagai Tuhan.. Dan sebetulnya dalam Bible, kitab suci umat Kristen itu sendiri tak ditemukan sama sekali klaim Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan, Yesus tak pernah sekalipun menyatakan “Aku lah tuhan” atau menyatakan “sembahlah aku”. Apa yang disampaikan Yesus sendiri sungguh berseberangan dengan keyakinan umum umat Kristen saat ini, pesan tegas monoteisme adalah apa yang disampaikan Yesus.

Misi Yesus Sebenarnya

Yesus, tiada lain adalah seorang rasul yang diutus Allah seperti diungkapkannya sebagai berikut:

“Dan inilah hidup yang kekal, bahwa mereka mengenal Tuhan yang sesungguhnya dan Yesus Kristus yang telah diutusNya”

[Bible, John/Yohanes 17:3]

“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutusku”

[Bible, John/Yohanes 5:30]

Yesus adalah utusan Allah kepada bangsa Israel (Yahudi) untuk kembali meluruskan dan menyempurnakan ajaran yang disampaikan Musa dalam Taurat yang kala itu telah banyak diselewengkan oleh bangsa Yahudi, Yesus diutus hanya kepada bangsa Israel.

“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”

[Bible, Matthew/Matius 15:24]

“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia berpesan kepada mereka, ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel’ “

[Bible, Matthew/Matius 10:5-6]

Musa, juga merupakan utusan Allah kepada bangsa Israel seribu tiga ratus tahun sebelum Yesus dengan esensi ajaran pengEsaan, pengabdian dan penyembahan hanya kepada Allah, seperti ditemui dalam Bible Perjanjian Lama:

i) “Shama Israelu Adonai Ila Hayno Adna Ikhad”

“Dengarlah hai Israel, Tuhan kita adalah Tuhan Yang Esa”

[Bible, Deuteronomium/Ulangan 6:4]

ii) “Aku, hanya Aku Tuhanmu, selain Aku tak ada juru selamat”

[Bible, Isaiah/Yesaya 43:11)

iii) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Tak ada Tuhan selain Aku”

[Bible, Isaiah/Yesaya 45:5]

iv) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Aku Tuhan, tak ada yang seperti Aku”

[Bible, Isaiah/Yesaya 46:9]

v) “Jangan ada padamu tuhan lain di hadapanKu. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya. Sebab Aku Tuhan, Allah mu adalah Allah yang cemburu”

[Bible, Exodus/Keluaran 20:3-5]

Seperti Musa, Yesus menyatakan bahwa misinya adalah melanjutkan ajaran Musa, risalah (hukum) Musa, hukum Taurat.

“Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Karena aku berkata kepadamu, sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini , satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sebelum semuanya terjadi”

[Bible, Matthew/Matius 5:17-18]

Jika dalam Taurat Allah hanya memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepadaNya, maka mustahil kemudian Yesus memerintahkan agar dirinya disembah, karena itu berarti ia telah menghapuskan bahkan hukum paling utama dari Taurat yaitu PengEsaan Allah. Sebagai bukti bahwa Yesus mengajarkan Taurat untuk tidak menyembah selain Allah dapat ditemukan dalam Bible sebagai berikut:

“Lalu ahli Taurat itu mendengarkan Yesus memberikan jawaban yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepadanya dan bertanya:’Hukum apakah yang paling utama?’ Jawab Yesus:’Dengarlah hai orang Israel, Tuhan kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan segenap kekuatanmu. Hukum yang kedua kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum yang lain yang lebih utama daripada hukum ini’ Lalu ahli Taurat itu berkata kepada Yesus:’Tepat sekali guru, bahwa Dia Esa dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia’ “

[Bible, Mark/Markus 12:28-32]

AGAMA ISLAM

Agama Islam tergolong dalam kategori agama semitik. Islam memiliki arti berserah diri kepada Allah. Muslim menerima Al Quran sebagai ucapan Allah, perintah Allah yang disampaikan kepada Rasul Allah Muhammad SAW yang kemudian disampaikan kepada umatnya secara verbatim. Islam menyatakan bahwa di sepanjang jaman Allah mengutus rasul-rasulNya guna menyampaikan pesan mengenai keEsaan Allah dan pengabdian kepadaNya serta tentang ‘Hari kemudian’; kehidupan setelah kematian dimana segala amal perbuatan selama hidup di dunia akan diperhitungkan, akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Jadi Islam bukanlah agama-seperti yang sering disalahtafsirkan- yang didirikan dan disebarkan oleh Rasulullah Muhammad, diyakini bahwa Islam adalah keyakinan yang juga disampaikan oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, Musa, Daud, Yahya, Isa (Yesus)dan nabi serta rasul-rasul lainnya.

Konsep Ketuhanan

Konsep ketuhanan dalam Islam tercantum dalam Al Quran Surah Al Ikhlas sebagai berikut:

i) ”Qul huwallahu ahad”

“Katakanlah : Allah itu Esa”

ii) “Allahu Shomad”

“Allah tempat bergantung segala sesuatu”

iii) “Lam yalid wa lam yuulad”

“Dia tidak beranak dan diperanakan”

iv) “Walam yakullahu kufuwan ahad”

“Dan tak ada sesuatupun yang setara denganNya”

[Al Quran, Al Ikhlas:1-4]

(Bandingkan dengan konsep monoteisme yang juga ada pada kitab suci agama Hindu Upanishads juga Dasatir kitab suci Zoroasterisme)

Empat ayat Surah Al Ikhlas di atas merupakan landasan dasar pemahaman mengenai Tuhan dalam Islam, dan 4 ayat tersebut juga merupakan ‘batu uji’ mengenai konsep ketuhanan. Tak ada seorangpun atau apapun bisa disebut tuhan jika tak lolos dari 4 kriteria diatas.

Dengan Nama Apa Tuhan Disebut

Muslim menyebut nama Tuhan dengan nama ‘Allah’ seperti tercantum dalam Al Quran. Karena sebutan ‘Allah’ terasa unik dan murni, tak dapat disandingkan dengan tambahan kata apapun-seperti ‘Tuhan’ (Indo.) misalnya (ketuhanan, menuhankan) atau ‘God’ (Ing.) (gods, goddess, godfather, tin god)- .

Meskipun demikian dalam Al Quran terdapat nama-nama indah lainnya yang disebutkan bagi Allah sebanyak 99 Nama-nama Terindah (Asmaul Husna) antara lain Ar Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar Rahim (Yang Maha Penyayang), Al Malik (Yang Maha Kuasa), Al Qudus (Yang Maha Suci) dan sebagainya.

Dalam kitab suci agama Hindu Rigved disebutkan bahwa Tuhan diberi gelar ‘Brahma’ juga ‘Vishnu’ (dipahami sebagai dua dewa yang berbeda oleh penganut Hindu). ‘Brahma’ yang artinya Sang Pencipta dalam bahasa Arab adalah ‘Khalik’ dan ‘Vishnu’ yang artinya Sang Pemelihara dalam bahasa Arab adalah ‘Rabb’. Jadi muslim pada prinsipnya tidak berkeberatan jika pada Allah disematkan gelar ‘Brahma’ ataupun ‘Vishnu’. Namun jika kemudian Brahma digambarkan sebagai dewa dengan 4 kepala bermahkota yang memiliki 4 tangan, ataupun Vishnu digambarkan sebagai dewa dengan 4 tangan dengan salah satu tangannya memegang senjata Chakra dan tangan lainnya memegang kerang dan digambarkan menunggang burung Garuda, kaum muslim tak sependapat dengan hal tersebut. Sebab Allah, Tuhan tak dapat diserupakan dengan apapun seperti disebutkan dalam Al Quran Surah As Syura :11 “Laisa kamistlihi syaiun” (“tak ada sesuatupun yang dapat diserupakan denganNya”] Dan bukankah hal itu juga bertentangan dengan keterangan yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu itu sendiri Yajurved 32:3; “Na tasya pratima asti” (“Tak ada yang serupa denganNya’], “Tuhan tak memiliki rupa dan halus” [Yajurved 40:8].

Dalam Bible Allah disebut ‘Bapa’ atau ‘Father’ (digunakan untuk mendukung doktrin ‘Tuhan yang memiliki anak’?]. Namun tak pernah sekalipun Rasulullah Muhammad menggunakan kata tersebut selama 23 tahun masa kenabiannya. ‘Abb’ yang berarti Bapa dalam bahasa Arab adalah kata yang lebih mudah diucapkan dibanding ‘Rabb’ ; Sang Pencipta. Hal tersebut dilakukan untuk memelihara kemurnian Tauhid, menjauhkan ajaran dari konsep Tuhan yang memiliki anak, konsep yang hanya berlaku bagi mahluk seperti manusia dan hewan.

“Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’

Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda'wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.”

[Al Qur’an, Maryam : 88 –92]

Monoteisme di Level Tertinggi

Penganut paham politeisme berargumentasi bahwa sesuatu hal yang logis saja jika Tuhan berjumlah lebih dari satu, mengapa tidak?

Untuk mempermudah, mari kita sederhanakan konsep politeisme ini menjadi konsep dualisme, apabila konsep dualisme ini dapat dibuktikan kebenarannya maka politeisme dapat dibenarkan secara keseluruhan dan sebaliknya bila tidak terbukti keyakinan politeisme ini batal dan Tauhid (monoteisme) adalah satu-satunya konsep yang dapat dibenarkan. Asumsikan terdapat 2 tuhan yang memiliki kehendak yang berbeda terhadap seorang manusia bernama si A. Tuhan pertama menghendaki si A berdiri sedangkan tuhan kedua menghendakinya duduk. Adalah mustahil untuk mewujudkan 2 keinginan tersebut secara bersamaan. Pada akhirnya kehendak salah satu Tuhan saja yang dapat terwujud dengan kata lain tuhan yang lainnya tidak cukup mumpuni dari segi kehendak, kekuasaan dan ilmu, hingga tak layak disebut tuhan, gugurlah dirinya sebagai tuhan dan akhirnya hanya tersisa Satu Tuhan saja.

Jika dalam Agama Hindu diyakini bahwa setiap wujud adalah tuhan, dalam Islam setiap wujud adalah milik atau kepunyaan Tuhan (For Hindus everything is God, Gods but for Muslims everything is God’s)

Dan memang jika saja ada lebih dari satu Tuhan maka akan terjadi kebingungan, kekacauan, chaos di alam semesta ini. Namun nyatanya alam semesta sungguh berada dalam keadaan seimbang dalam keadaan harmoni sempurna. Al Quran menyatakan:

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy yang tinggi dari apa yang mereka sifatkan”

[Al Quran, Al Anbiyaa : 22]

Jika ada lebih dari satu Tuhan, mereka akan membawa mahluk ciptaannya masing-masing:

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya. Masing-masing tuhan itu akan membawa mahluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan”

[Al Quran, Al Mukminun :91]

Monoteisme Adalah Fitrah

Dan memang keyakinan pada Satu Tuhan adalah keyakinan natural, keyakinan fitrah pada tiap diri manusia, Tuhan itu Esa. Satu-satunya konsep yang dibawa sejak ia lahir ke dunia. Ahmed Deedat mengemukakan bahwa pada masyarakat terasing Zulu di Afrika yang tak mengenal konsep agama apapun yang umum dikenal, jika pada mereka ditanyakan konsep tentang Tuhan, jawab mereka adalah : “ HAWU UMNIMZANI! UYENA, UMOYA OINGCWELE. AKAZALI YENA, FUTHI AKAZALWANGA; FUTHI, AKUKHO LUTMO OLU FANA NAYE."

Arti dari kalimat tersebut : “Oh tuan, Dia adalah roh yang halus dan suci, Dia tidak beranak dan diperanakan dan tak ada yang serupa denganNya.” Bandingkan hal ini dengan konsep dalam Islam pada Al Quran Surah Al Ikhlas ![4]

Jadi selain bahwa keyakinan akan adanya Satu Tuhan adalah satu-satunya konsep ketuhanan yang logis, hal tersebut adalah juga fitrah bagi manusia. Agama-agama di dunia pada level tertinggi hanya mengakui satu Tuhan saja, Tuhan yang sama. Seluruh kitab suci sebetulnya hanya berbicara tentang monoteisme. Namun seiring dengan berlalunya waktu, berlalunya jaman, kitab-kitab suci tersebut mengalami perubahan-perubahan, penggerusan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan dari hal itu. Keyakinan banyak agama telah berubah dari monoteisme menjadi politeisme atau panteisme.

Al Quran menyatakan:

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:’ini dari Allah’ (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri. Dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan”

[Al Quran, Al Baqarah :79]

Pada prinsipnya keyakinan akan keberadaan Tuhan secara alamiah pada dasarnya adalah merujuk pada Satu Tuhan (monoteisme), Tuhan adalah Esa, Satu Tuhan bagi seluruh umat manusia. Karena Tuhan itu satu maka satu pula agama yang diturunkanNya. Keanekaragaman agama adalah hasil distorsi manusia. Seluruh utusan, seluruh rasul dan nabi hanya menyampaikan satu agama, penyelewenganlah yang membuat satu agama dari satu sumber itu menjadi beraneka ragam[5] .

“Katakanlah: ’ Hai ahli kitab, marilah berpegang teguh pada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim (berserah diri kepada Allah)’ “

[Al Quran, Ali Imran :64]

TAUHID, KONSEP MONOTEISME DALAM ISLAM

Konsep ketuhanan dalam Islam dinamakan Tauhid. Tauhid bukan hanya bermakna monoteisme, Tauhid bersal dari kata dalam bahasa Arab ‘Wahhada’ yang artinya ‘keesaan’ atau ‘kesatuan’.

Tauhid terdiri dari 3 bagian atau kategori

(i) Tauhid Rububiyah

(ii) Tauhid Al Asmaa Wa sifat

(iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)

(i) Tauhid Rububiyah

Bagian pertama dari tauhid adalah Tauhid Rububiyah yang berasal dari kata ‘Rabb’ artinya ‘Pemelihara’, ‘Pemilik’. Secara istilah Tauhid Rububiyah berarti keyakinan bahwa hanya Allah lah satu-satunya Yang Menciptakan, Yang Memiliki dan Yang Memelihara segala sesuatu. Dia lah Pencipta, Pemilik dan Pemelihara alam semesta ini.

(ii) Tauhid Al Asmaa Wa Sifat

Bagian kedua yaitu Tauhid Al Asmaa Wa Sifat adalah keyakinan yang benar akan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Bagian ke-2 dari Tauhid ini terdiri dari 5 aspek yaitu:

(1) Deskripsi Nama dan Sifat Allah adalah merujuk pada keterangan-keterangan yang disampaikan oleh Allah melalui utusanNya, RasulNya. Tanpa membuat deskripsi selain dari apa yang telah disebutkankan.

(2) Deskripsi tentang Nama dan Sifat Allah adalah harus merujuk pada apa-apa yang telah Dia tetapkan. Tidak diperkenankan mendeskripsikan Allah dengan nama dan sifat baru yang tak pernah digunakan oleh Allah sendiri ataupun rasulNya

(3) Tak memberikan sifat-sifat mahluk ciptaanNya untuk menjelaskan sifat-sifat Allah. Dalam Bible Allah digambarkan memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip tauhid,

(4) Manusia tidak diijinkan menggunakan atribut atau sifat yang hanya pantas disematkan pada Allah, misalnya manusia Abadi, manusia Maha Tahu.

(5) Nama-nama Allah tak boleh diberikan pada mahluk ciptaanNya. Nama-nama seperti Rahman, Rahim adalah nama yang masih diijinkan digunakan oleh manusia, Tapi Ar Rahman (Yang maha Pengasih) , Ar Rahim (Yang Maha Penyayang hanya digunakan untuk Allah dan hanya boleh digunakan bila didahului kata ‘Abd’ artinya ‘Hamba’ seperti Abdurahman, Abdurahim dsb.

iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)

Kata Uluhiyah bersumber dari kata ‘ilah’ artinya sesuatu yang disembah dan ditaati. Jadi Tauhid Uluhiyah secara istilah berarti ‘mengEsakan Allah dalam ibadah dan ketaatan’, artinya ketaatan seorang muslim dan segala ibadahnya harus ditujukan, diarahkan kepada Allah semata. Implikasi lainnya adalah bahwa seorang muslim hanya beribadah dengan cara yang telah Allah tetapkan dalam Al Quran dan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, sebagai Rasul terakhir.

Ibadah berasal dari kata ‘abd’ yang berarti ‘hamba’, jadi ibadah adalah ketaatan penghambaan, ketaatan penyembahan. Landasan praktis ibadah dalam Islam secara keseluruhan tertuang dalam Rukun Islam yaitu:

1. Syahadat, kesaksian akan keEsan Allah dan pengakuan kebenaran Rasulullah Muhammad SAW. sebagai utusan Allah terakhir yang menyampaikan kebenaran.

2. Sholat, merupakan bentuk tertinggi ibadah, dasar ibadah suatu bentuk penyembahan berupa doa dan dzikir mengingat Allah

3. Zakat, berkaitan dengan pengelolaan harta-yang pada hakikatnya merupakan milik Allah-untuk digunakan untuk kepentingan agama Allah, disedekahkan pada orang tak berpunya.

4. Shaum/Puasa, berkaitan dengan pengendalian diri, menahan lapar dan haus juga menahan nafsu dan dorongan-dorongan yang dilarang

5. Haji, bentuk pengorbanan baik tenaga maupun harta untuk menjalankan perintah Allah di tanah Suci Mekkah.

Syahadat merupakan roh dari setiap ibadah dalam Islam, sementara Sholat, Zakat, Shaum dan Haji merupakan implementasi dari kepatuhan dan ketaatan itu sendiri (ibadah). Namun demikian pengertian ibadah adalah lebih luas dari keempat implementasi tadi. Setiap perbuatan baik yang didasari ketaatan kepada Allah dapat pula dimaknai sebagai ibadah.

Ketiga bagian atau kategori Tauhid diatas (Tauhid Rububiyah, Asmaa Wa Sifat dan Uluhiyah/Ibadah) adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, kepercayaan hanya pada kategori pertama dan kedua tidaklah berguna tanpa mengimplementasikan kategori ketiga, Uluhiyah/Ibadah.

Syirik

Penyimpangan dari Tauhid disebut ‘Syirik’. Syirik artinya adalah keyakinan dan perbuatan mempersekutukan Allah, mengambil pelindung, mengambil tuhan lain selain Allah, menganggap ada tuhan lain selain Allah.

Syirik adalah dosa terbesar yang tak akan pernah diampuni Allah. Al Quran menyebutkan:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”

[Al Quran, An Nisa:46]

Syirik adalah perbuatan dosa yang mengantarkan pada siksa api neraka atau Narr:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ’Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam’, padahal Al Masih sendiri berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. Dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorangpun penolong”

[Al Quran, Al Maidah :72]

Penyembahan dan ketaatan hanya layak bagi Allah semata:

“Katakanlah: ’ Hai ahli kitab, marilah berpegang teguh pada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim (berserah diri kepada Allah)’ “

[Al Quran, Ali Imran :64]

AGAMA YANG SEBENARNYA

Di Setiap Umat Telah Datang Seorang Pemberi Peringatan

Agama yang diturunkan oleh Allah hanyalah satu, agama yang hanya mengajarkan penyembahan dan penghambaan hanya pada Allah semata, agama Tauhid. Seluruh utusan yang Allah kirim yaitu para nabi hanya menyampaikan itu, itulah Islam.

Terdapat 25 orang nabi dan rasul yang diutus Allah untuk manusia berdasarkan Al Quran yang umum diketahui kaum muslimin, namun demikian Rasulullah Muhammad sendiri menyatakan sebetulnya telah diutus 124.000 nabi bagi umat manusia, mewahyukan Tauhid. Allah berfirman dalam Al Quran;

“Dan tidak ada satu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”

[Al Quran; Fathir:24]

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thagut[6] itu”

[Alquran; An Nahl:36]

Seperti telah dipaparkan sebelumnya di setiap agama di level tertinggi hanya mengajarkan penyembahan hanya pada Satu Tuhan, dialah Allah. Pada agama-agama yang ada saat ini justru jauh dari ajaran tauhid hal tersebut bagaikan mutiara yang tertutup noda dan lumpur dogma, ajaran dan ritus yang dipenuhi syirik hasil distorsi buatan manusia. Ibnu Abbas menyatakan bahwa iblis membuat orang-orang Persia/Majusi menjadi para penyembah api setelah Nabi Zarathustra meninggalkan mereka, Maulana Vidyarthi mengemukakan: “Tentang paganisme, adalah nasib alamiah agama-agama sebelum Islam, seperti Hindu, Buddha, Zoroaster,Judaisme dan Kristen untuk berubah dalam bentuk pemujaan pada nabi-nabinya (dalam bentuk berhala) dengan melupakan Tuhan yang disampaikan nabi-nabi tersebut”.[7] Weda mengecam penyembahan pada Sambuthi , Buddha tak mengajarkan penyembahan padanya maupun patungnya, Zaratustra tak memerintahan penyembahan pada api, Yesus mengajarkan pada orang-orang Israel untuk hanya menyembah Allah saja dan tidak dirinya, lantas kemudian apa yang terjadi?

Muhammad Rahmat Bagi Semesta Alam

Ajaran agama-agama telah berubah dan terdistorsi, dan Allah kembali memurnikannya dengan mengutus Rasulullah Muhammad bagi seluruh umat manusia. Nabi-nabi diutus Allah untuk memberi peringatan hanya pada umat tertentu saja, umat dari kalangannya saja, maka Muhammad adalah pemersatu para nabi itu, menghadirkan Tauhid secara universal. Beliau menyampaikan peringatan kepada seluruh umat manusia, mengembalikan agama pada ajaran sebenarnya dan sekaligus menutup sempurna ajaran itu. Rahmat Allah adalah bagi segala umat, seluruh manusia dengan bimbingan dan tuntunan yang diwahyukan Allah pada beliau, maka klaim Yahudi yang tidak adil yang menyatakan bahwa Rahmat Allah hanya bagi mereka terbantahkan sudah. Allah menyatakan dalam Al Quran;

“Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam." [Al Quran;Al-Anbiyaa': 107]

"Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Al Quran; Saba: 28]

“Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

[QS Al-Ahzaab: 40]

“Katakanlah (hai Muhammad): Hai manusia! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua.” [Al Quran; Al-A’raaf: 158]

Hadist juga menyatakan;

"Dahulu Nabi diutus khusus kepada kaumnya sedangkan aku (Muhammad) diutus untuk seluruh manusia.”

(Hadist Shahih Diriwayatkan Bukhari 1/ 86, dan Muslim II/ 63, 64)

Maka jelaslah bahwa Islam adalah agama yang diajarkan para utusan Allah bagi tiap-tiap umat yang kemudian disempurnakan oleh Khataman Nabiyyin penutup para nabi yaitu Muhammad SAW bagi setiap umat manusia. Mengajarkan PengEsaan Tuhan yakni Allah SWT dan menuntun manusia untuk menyembah dan mengabdi padaNya, menyelamatkan manusia dari syirik, dosa yang sangat dibenci dan tak diampuni Allah.

Rasulullah membenci syirik, menyeru umat manusia pada keselamatan dalam Islam dengan meninggalkan syirik, ia mengirimkan surat pada Kaisar Romawi Heraclius –yang pada saat itu dapat dikatakan sebagai negara adidaya di dunia bersama Persia- dan Kaisar Abbesinia Negus, Penguasa Mesir Muqauqis yang Nasrani, kepada Kisra Persia yang Majusi: “Terimalah Islam dan Anda akan selamat”[8]

Hakikat Rahmatan Lil Alamin adalah menegakkan keadilan dan kedamaian di dunia serta mengajak manusia meraih kebahagiaan yang lebih tinggi di akhirat dengan menjauhkan diri dari syirik.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”

[Al Quran;Ali Imran: 19]

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (Muhammad, tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”

[Al Quran; Ali Imran: 20]

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.”

[ Al Quran; Ali Imran: 83]

“Barang siapa yang mencari agama selain Islam maka sesekali tak akan diterima (agama itu) dari padanya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”

[Al Quran; Ali Imran: 85]

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

[Al Quran, Al Baqarah: 256].