Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari

Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari0%

Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari pengarang:
Kategori: Imam Shadiq as
Halaman: 2

Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari

pengarang: Sayyid Mahdî Ayatullâhî
Kategori:

Halaman: 2
Pengunjung: 3433
Download: 666

Komentar:

Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 2 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Pengunjung: 3433 / Download: 666
Ukuran Ukuran Ukuran
Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari

Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari

pengarang:
Indonesia
Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari


Diterjemahkan dari :
Ma'al Ma'sumin
Al-Imam Ja'far Sâdiq As
Karya : Sayyid Mahdî Ayatullâhî
Terbitan : Ansyariyan Publication
Islâmic Republic of Iran
Penerjemah : Ridwan ar-Ridâ
Penyunting : Mahatma 'Ali
Diperbanyak oleh : Yayasan Putra Ka'bah
Qum Al-Muqaddas
Rabiul Awwal 1424 H



1
Imam Ja'far Sâdiq As; Pendiri Madzhab Ja'fari

Imam Ja'far Sâdiq As
Adik-adik dan remaja tercinta

Adik-adik, dalam kehidupan dunia ini, kita memerlukan teladan dari yang berakhlak agung dan mulia, sehingga dengan keteladanan dari mereka, kita dapat meniru akhlak luhur mereka. Para pemimpin agama dan para Imam Ahlul Bait As adalah contoh dan teladan bagi kita semua. Oleh karena itu, kami telah membuat penelitian perihal kehidupan mereka, dengan maksud untuk memperkenalkan kepada adik-adik akan kehidupan mereka. Dan semaksimal mungkin kami telah menyusun buku-buku ihwal kehidupan mereka dengan bahasa sederhana sehingga dapat dipahami dengan mudah.
Kumpulan kisah manusia-manusia suci ini disusun seringkas mungkin dengan tidak melupakan keabsahan kisah-kisah teladan Imam Ahlul Bait itu.
Para ahli sejarah Islâm telah mengkajinya secara serius dan mereka mendukung adanya penyusunan buku ini.
Kami berharap, adik-adik sekalian sudi mengkajinya secara serius pula. Hasil dari pelajaran ini, kami meminta kepada adik-adik untuk dapat menyampaikan kesan dan pandangannya.
Kami sangat berterima kasih atas perhatian adik-adik. Dan semoga adik-adik mau bersabar menantikan edisi-edisi selanjutnya.

Wiladah
Imam Ja'far Sâdiq As dilahirkan pada tanggal 17 Rabiul Awal 80 H di Madinah Munawwarah. Ayah beliau adalah Imam Muhammad Bâqir As dan ibunya bernama Ummu Farrah putri dari Qâsim bin Muhammad bin Abû Bakar.
Imam Sâdiq As bercerita tentang ibunya, " Bunda saya adalah wanita beriman, bertaqwa dan senantiasa berbuat baik dan sesungguhnya Allâh Swt mencintai orang yang senantiasa berbuat baik.
Beliau hidup sezaman dengan datuknya Imam Sajjâd As selama 15 tahun dan bersama ayahnya Imam Muhammad Bâqir As selama 34 tahun.
Beliau memiliki beberapa gelar diantaranya : as-Sabar (sabar), al-Fadl (memiliki keutamaan), at-Tâhir (suci) dan yang paling masyhur adalah as-Sâdiq (orang benar) dan keseluruhan gelar tersebut menunjukkan kemuliaan dan keutamaan akhlak beliau.
Beliau sempat meyaksikan datuknya Imam Husain As dan menyaksikan kezaliman Bani 'Umayyah yang menyebabkan keruntuhan kekuasaannya dan menyebabkan terbuka jalan bagi Bani 'Abbâsiyah yang mengatasnamakan Ahlul Bait untuk mengajak masyarakat bangkit melawan Bani Umayyah. Dan ketika mereka berhasil dalam perjuangannya - melengserkan Bani Umayyah - mereka lebih besar kebenciannya kepada Ahlul Bait As.
Imam Sâdiq As hidup pada pemerintahan zalim Bani 'Umayyah kurang-lebih 40 tahun dan hidup pada masa permerintahan 'Abbâsiyah sekitar 20 tahun dan beliau hidup jauh dari kehidupan politik. Imam Sâdiq lebih banyak menghabiskan waktunya pada penyadaran manusia tentang agamanya dan menyiarkan akhlak Islamiyah serta aqidah Islamiyah di masa tersiarnya pemikiran anti-tuhan dan penyelewengan.
Kondisi yang berkembang waktu itu telah menuntut Imam untuk berjuang melawan pemikiran anti-tuhan dan zindiq, sehingga pada masa beliau Madzhab Ahlu Bait mengalami perkembangan pesat.

Sifat dan Akhlak Imam
Zaid bin Tsa'ari al-Ma'ruf berkata: " Pada setiap zaman pasti ada seorang dari Ahlul Bait Nabi Saw di antara kita yang menjadi hujjah Allah atas segala ciptaan-Nya. Dan hujjah di zaman kami adalah anak laki-laki dari saudaraku, Ja'far bin Muhammad yang tidak akan sesat bagi siapa yang mengikutinya dan tidak akan mendapat petunjuk bagi siapa yang menentangnya."
Mâlik bin Anas (Imam Malik) berkata: " Demi Allâh aku tidak pernah melihat seorang pun melebihi Ja'far bin Muhammad dalam ke-zuhud-an, keutamaan, ibadah dan kewaraannya. Suatu waktu aku mendatanginya dan beliau sangat memuliakanku.
Dan Abu Hanifah (Imam Hanafi) pernah belajar pada beliau selama dua tahun dan dia berkata: " Seandainya tidak ada dua tahun maka Nu'man pasti binasa." (laû laka tsanatain lahalaka Nu'man).
Salah satu sahabat beliau meriwayatkan bahwa suatu hari aku bersama Aba 'Abdillah As. Ketika itu, beliau mengendarai keledai (himar) menuju Madinah. Tatkala mendekati pasar Imam turun dari himarnya lalu sujud kepada Allah dan memanjangkan sujudnya. Aku menunggunya , kemudian beliau mengangkat kepalanya. Lalu aku berkata kepada beliau, " Semoga aku menjadi tebusanmu wahai Imam, aku melihat anda turun dari keledai anda lalu sujud?" Imam berkata: " Sesungguhnya aku teringat nikmat Allah yang begitu melimpah kepadaku maka aku segera melakukan sujud syukur."
Pernah juga dia berkata: " Aku melihat Aba Abdillah As sedang mencangkul di kebunnya. sambil bekerja peluh dari tubuh beliau yang mulia bercucuran, aku berkata kepada beliau: " Semoga aku menjadi tebusanmu wahai Imam, berikanlah cangkul itu kepadaku dan tinggalkanlah pekerjaan ini."
Beliau berkata kepadaku: " Sesungguhnya aku senang kepada seseorang yang bersusah payah dan kulitnya terbakar sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya."
Suatu hari Imam mengutus seorang pembantunya untuk suatu keperluan. Ketika dia datang terlambat, Imam Sâdiq As keluar mencarinya dan dia mendapatinya sedang tidur, lalu Imam as duduk di dekat kepalanya dan mengipasi hingga ia terjaga. Lalu Imam mengingatkannya dan berkata kepadanya : " Engkau tidur siang dan malam? Bagimu waktu malam dan bagi kami waktu siang."
Imam mengupah beberapa orang untuk bekerja di kebunnya sebelum mereka selesai dari pekerjaannya Imam berkata kepada pembantunya Mu'tab: " Berikanlah upah mereka sebelum kering keringatnya."
Ketika telah lewat tengah malam beliau membawa kantong yang berisi roti dan daging serta Dirham (uang dari perak) yang diletakkan di pundaknya lalu beliau memberikan kepada orang-orang yang membutuhkan di kota Madinah sementara mereka tidak mengetahui siapa yang membagi-bagikan roti, daging dan Dirham itu. Ketika Imam Sâdiq As wafat, tahulah mereka bahwa yang membagikan makanan bagi mereka selama ini adalah Imam Sâdiq As.

Imam dan Sofyan at-Tsaury
Suatu hari Sofyan lewat di Masjidil Haram, dia melihat Imam Sâdiq As memakai mantel bagus yang berharga mahal. Dia berkata kepada dirinya: " Demi Allah saya akan peringatkan dia." Lalu dia mendekati Imam dan berkata kepadanya:" Wahai Putra Rasulullâh, demi Allâh aku tidak menjumpai pakaian seperti ini dipakai oleh Rasulullâh, 'Alî bin Abî Tâlib dan tidak seorang pun dari bapakmu. Imam menjawab : " Dahulu, Rasulullah hidup pada zaman yang serba kekurangan, kefakiran dan kini kita hidup pada zaman kemakmuran dan orang-orang baiklah yang lebih berhak dari pada orang lain atas nikmat Allah Swt".
Kemudian beliau membacakan firman Allah 'azza wa jalla : " Katakanlah siapakah yang mengharamkan perhiasan dan makan bersih yang Allah siapkan untuk hambanya." Kamilah yang lebih berhak untuk memanfaatkan apa yang diberikan Allâh.
Lalu Imam menyingkap pakaiannya dan tampaklah pakaian yang kasar dan kering di dalamnya dan beliau berkata lagi: " Wahai Tsaury pakaian ini (mantel luar) untuk manusia dan pakaian dalam ini untukku."

Imam dan Perniagaan
Suatu hari Imam memanggil pelayannya, Musâdif dan memberinya 1000 dinar untuk modal berniaga. Imam berkata kepadanya: " Bersiap-siaplah untuk pergi ke Mesir untuk berniaga ".
Ketika barang dagangan sudah dikumpulkan dia bersiap-siap untuk berangkat bersama kafilah dagang ke Mesir, di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan kafilah dagang dari Mesir dan mereka menanyakan barang perniagaan dan kebutuhan manusia di sana. Mereka mengabarkan bahwa barang yang mereka bawa sekarang tidak ada di Mesir lalu kafilah dagang itu sepakat untuk mencari keuntungan. Setibanya di Mesir mereka menjual barang mereka dengan harga seratus persen keuntungan, kemudian bergegas kembali ke Madinah. Musâdif menjumpai Imam Sâdiq As sambil membawa dua kantong uang masing-masing berisi 1000 Dinar
Dia berkata kepada Imam: " Ya sayyidi, ini modal uang dan ini keuntungannya. Imam berkata:" Alangkah banyak keuntunganmu, bagaimana caranya engkau dapatkan keuntungan sebanyak ini? Musâdif lalu menceritakan keadaan bagaimana masyarakat Mesir membutuhkan barang yang mereka bawa dan bagaimana para pedagang sepakat untuk menarik keuntungan dari setiap Dinar satu Dinar.
Imam As dengan nada heran berkata:" Maha Suci Allah, engkau sepakat untuk menarik keuntungan dari kaum muslimin dan menjual barang kalian dengan keuntungan satu dinar dengan satu dinar."
Imam lalu mengambil modalnya saja dan berkata: " Ini adalah harta saya dan aku tidak butuh pada keuntungan ini ".
Kemudian berkata:" Wahai Musâdif tebasan pedang lebih mudah urusannya daripada mencari harta halal.
Seorang fakir pernah suatu waktu meminta bantuan kepada Imam Sâdiq As. Lalu Imam berkata kepada pembantunya: " Apa yang ada padamu? Pembantu itu menjawab: " Kita mempunyai empat ratus Dirham.
Imam berkata kepadanya: " Berikanlah kepadanya! Orang fakir itu mengambilnya dan pamit dengan penuh kesyukuran. Imam berkata kepada pembantunya : " Panggil dia kembali! Si fakir itu penuh keheranan berkata: " Aku memohon kepadamu lalu kau berikan kepadaku lantas ada apa gerangan anda memanggilku kembali?
Imam berkata : " Rasululah Saw bersabda, sebaik-baik sadaqah adalah yang membuat orang lain tidak butuh lagi dan kami belum membuat kamu merasa tidak butuh lagi maka ambillah cincin ini harganya 10 ribu dirham jika kamu perlu, juallah cincin ini dengan harga tersebut.

Berbuat Baik Kepada ibu
Seorang pemuda Nasrani yang telah masuk Islam menjumpai Imam Sâdiq As. Imam memanggilnya dan berkata kepadanya :" Mintalah apa yang kau butuhkan? Pemuda berkata:" Sesungguhnya ayah dan ibuku serta seluruh keluargaku beragama Nasrani, ibuku matanya buta dan aku hidup bersama dengan mereka dan makan dari bejana mereka. Imam berkata: " Apakah mereka makan daging babi?
Pemuda itu menjawab: " Tidak ".
Imam berkata: " Makanlah bersama mereka dan aku wasiatkan kepadamu untuk tidak merasa berat berbuat baik kepada ibumu dan penuhilah segala keperluannya.
Pemuda itu kembali ke Kufah dan ibunya mendapati anaknya berakhlak baik yang tidak pernah didapati sebelumnya.
Dia berkata:" Wahai anakku, engkau tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya ketika engkau masih memeluk agama kami, apa yang engkau lihat ketika engkau hijrah dan masuk agama yang hanif (lurus).
Pemuda itu menjawab:" Aku diperintahkan melakukan hal ini oleh seorang laki-laki dari keturunan Nabi Muhammad Saw ".
Ibunya bertanya :" Apakah dia seorang nabi?"
Pemuda itu menjawab: " Bukan, akan tetapi dia berasal dari keturunan nabi."
Ibunya berkata:" Agamamu adalah sebaik-baik agama, ajarkanlah kepadaku agamamu. Pemuda itu lalu mengajarkan kepada ibunya agama Islam. Setelah ibunya masuk Islam, si pemuda itu memberikan pelajaran tata-cara salat kepadanya.
Imam As dan Penimbun Barang
Imam Sâdiq As berkata : " Masa menimbun barang pada masa subur (panen) 40 hari dan pada masa paceklik tiga hari, maka barang siapa yang menambah 40 hari pada musim subur, maka akan terlaknat dan barang siapa yang menambah tiga hari ketika masa sulit (paceklik) dia akan terlaknat ".
Beliau berkata kepada pembantunya ketika masyarakat dalam kondisi sulit : " Belilah biji gandum dan campurlah (dengan bahan lain) makanan kami, karena kami dimakruhkan makan makanan yang baik sementara masyarakat makan makanan yang tidak baik ".
Suatu malam, gelap gulita menyelimuti kota Madinah. Mu'ally bin Khanysy melihat Imam Sâdiq As menerobos gelapnya malam dan hujan sambil memikul roti sekarung penuh, lalu dia mengikuti beliau untuk mengetahui hendak kemana membawa roti tersebut. Tiba-tiba sebagian roti besar (arghifat) itu jatuh, Imam As memungutnya dan terus melanjutkan perjalanannya hingga di tempat orang-orang miskin yang sedang tidur, Imam lalu meletakkan dua roti di setiap sisi kepala mereka. Mually mendekati Imam setelah memberi salam dia bertanya: " Apakah mereka dari pengikut setiamu?
Imam menjawab:" Bukan."
Imam juga banyak mencukupi belanja keluarganya dan membawakan mereka makanan pada malam hari sementara mereka tidak mengetahui. Hingga ketika beliau wafat terputuslah bantuan yang datang pada malam hari. Mereka sadar bahwa yang membawa itu adalah Imam As.
Madinah dilanda musim kemarau, gandum di pasar berkurang, Imam bertanya kepada pembantunya (Mu'tab) tentang persediaan yang dimiliki : " Kita cukup persedian berbulan-bulan.
Beliau memerintahkan untuk membawa dan menjualnya di pasar. Mu'tab heran dan memprotes akan tetapi tdak ada faedahnya.
Basyar Makary meriwayatkan aku mendatangi Abi Abdullah Sadiq As dan diantara dua tangannya ada setangkai anggur dan memakannya.
Beliau berkata:" Wahai Basyar mendekatlah dan makanlah bersama kami."
Aku berkata: " Semoga Allah membahagiakanmu, nafsu makanku hilang karena aku melihat sebuah peristiwa di jalan yang menyakitkan hatiku. Aku melihat tentara memukuli seorang wanita dan menggiringnya ke penjara.
Wanita itu berseru: " Aku memohon perlindungan kepada Allah dan Rasul-Nya."
Lalu aku mencari tahu tentang wanita tersebut. Orang-orang mengatakan dia tertinggal di jalan.
Aku berkata: " Semoga Allah melaknat orang yang menzalimimu duhai Fâtimah. Imam berhenti makan dan menangis sampai membasahi sapu tangannya lalu Imam bangkit dan pergi ke mesjid untuk mendoakannya.
Wanita fakir itu tidak tinggal lama di penjara kemudian Imam mengirimkan kepadanya tujuh Dinar.

Universitas Islam
'Umawiyyun (yang dibelakang mereka Kaum 'Abbasiyun) berusaha keras membendung pengaruh Ahlul Bait As dan mengusir pengikut setia mereka di segala penjuru.
Masyarakat mengambil riwayat dari Ahlul Bait dengan sembunyi-sembunyi dan penuh rasa takut.
Ketika zaman beralih kepada Imam Bâqir As dan terus sampai kepada putranya Imam Sâdiq As, para Imam memusatkan perhatian pada pengembangan ilmu pengetahuan dan memperkuat asas keimanan di hati masyarakat.
Pada zaman Imam Sâdiq As aqidah penyelewengan dan menyesatkan menggoncangkan masyarakat, lalu Imam bekerja keras memeranginya. Dan beliau As mencetuskan azas sebuah universitas besar yang berhasil mewisuda lebih dari 4000 orang alim dalam ilmu agama dan eksakta, kimia hingga kedokteran.
Jabir bin Hayyan ahli kimia termasyhur memulai makalah ilmiahnya dengan mengatakan: "Sayyid (penghuluku) mengatakan kepadaku yakni Ja'far bin Muhammad Sâdiq As".

Imam Sâdiq As sangat memuliakan ilmuwan mu'min, memberi semangat dan menjelaskan metodologi penelitian dan diskusi yang benar dalam menegakkan agama dan memperdalam dasar-dasar keimanan.
Beliau merasa sangat sedih atas pemikiran para penyeleweng dan penyimpangan yang berusaha mengacaukan aqidah masyarakat dengan menyebarkan kesesatan.
Empat kelompok penyeleweng tersebut berkumpul di Mekkah dan mereka secara sembunyi-sembunyi mengejek orang-orang yang melaksanakan ibadah haji karena tawaf mengelilingi Ka'bah. Mereka lalu sepakat untuk mengkritik al Qur'ân dengan menyusun kitab yang serupa. Mereka membagi tugas yang masing-masing kelompok mendapat seperempat dari al Qur'ân untuk dikritik dan berjanji untuk bertemu lagi pada musim haji tahun depan.
Tahun pun berlalu mereka kembali berkumpul. Kelompok pertama mengatakan: " Saya telah menghabiskan waktu saya selama setahun saya pikirkan ayat ini: " Maka tatkala mereka berputus asa daripada putusan yusuf mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik…. (Qs. Yusuf 12:80) kefasihan dan balaghanya sangat menakjubkan kami.
Kelompok kedua berkata: " aku memikirkan ayat ini: " Hai manusia, telah dibuat perumpamaan itu sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allâh sekali-kali tidak mampu menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. (Qs. al-Hajj:73) Aku tidak mampu mendatangkan semisalnya.
Kelompok ketiga berkata: " aku memikirkan ayat ini : " Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan selain Allah, tentulah keduanya rusak binasa….(Qs. al-Anbiya:22) Aku tidak mampu membuat seperti ini."
Kelompok keempat berkata:" Sesungguhnya ini bukanlah buatan manusia. Aku telah menghabiskan setahun aku memikirkan ayat ini :" Dan difirmankan: " Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di bukit Judi (dekat armenia daerah mesopatomia) dan dikatakan binasalah orang-orang Zalim." (Qs. Al-Hûd:44)
Ketika itu Imam berlalu disamping mereka, Imam kemudian membacakan firman Allah Swt:" Katakanlah: " Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu sekalipun sebagian mereka membantu sebagian yang lain." (Qs. al-Isra':88).

Madzhab Ja'fary
Madzhab Ahlul Bait As berkembang pada masa Imam Sâdiq As dan pengikutnya terus berkembang hingga masyarakat menisbatkan mazhab syiah dengan madzhab ja'fari yang diambil dari Imam Ja'far Sâdiq As.
Tentu saja tidak bisa dipungkiri bahwa Madzhab Ja'fari adalah Madzhab Imam Ali As yang dikhianati dan dibunuh oleh kaum Khawârij, madzhab yang menyebabkan Imam Hasan As tewas diracun oleh Mu'âwwiyah, madzhab yang menyebabkan Imam Husain As mencapai syahadahnya pada Hari 'Asyura (di padang karbala pada tanggal 10 bulan Muharram ).
Rasulullâh telah mewasiatkan kepada kaum muslimin untuk berpegang teguh pada kitab Allâh dan keturunannya (Ahlul Bait As) akan tetapi kaum muslimin - sayang sekali- melupakan wasiat Nabi Saw. Kaum penyeleweng merampas hak mereka dan menyebarkan kerusakan dan kezaliman, penguasa mengusir dan membuang keluarga Nabi Saw dan pengikut setianya bahkan membunuhnya dan menyusun rencana keji untuk merampas hak mereka seperti yang terjadi di Karbala.
Masyarakat memahami bahwa merupakan kerugian besar menghilangkan wasiat Rasulullah Saw, tetapi mereka takut terhadap tindakan penguasa bahkan diantara mereka menyembunyikan loyalitas (keberwilayahan) mereka kepada Ahlul Bait demi kelangsungan hidup mereka.

Imam As dan Mansûr
Masyarakat jenuh dan gerah dengan pemerintahan Bani 'Umayyah serta kezaliman sebuah kelompok memanfaatkan kegerahan masyarakat dan keberpihakannya kepada keturunan Rasulullah Saw. Masyarakat mulai melakukan pembangkangan pada Bani Umayyah dengan nama Ahlul Bait, Bani Abbasiyah segera memanfaatkan kondisi tersebut dengan mengajak masyarakat memberontak atas nama keridaan Ahli Bait Muhammad.
Slogan yang diusung sangat membantu propaganda mereka. Pemberontakan dimulai, meletus di Khurasan yang dengan cepat mendapat dukungan masyarakat serta ikut aktif dalam pemberontakan tersebut yang mengakibatkan berakhirnya masa pemerintahan Bani 'Umayyah.
Terjadilah pergantian kekhalifahan, Bani 'Abbasiyah mulai melakukan pembagian kekuasaan dengan mitra politiknya dan mulai mengusir dan membunuh 'alawiyyun pada setiap tempat. Mereka menyelidiki setiap pembunuh mereka kemudian melindungi dan membebaskannya.
Mansûr menjalankan pemerintahan tangan besi dan dia membatasi gerak 'alawiyyun dan membunuh Muhammad dan saudaranya Ibrâhim yang keduanya keturunan dari Imam Hasan As, menyebarkan mata-matanya di setiap kota dan memerintahkan gubernur Madinah Al Munawwarah untuk mewaspadai setiap gerak gerik Imam Sâdiq As.
Pernah suatu kali Mansur mengundang Imam As dan berkata: " Mengapa engkau tidak mengunjungi kami, sebagaimana manusia mendatangi kami?"
"Bagi kami tidak ada urusan dunia yang engkau takutkan dan engkau tidak mempunyai urusan akhirat yang kami harapkan dan tidak ada nikmat yang membuat kami bersuka cita dan tidak ada dendam yang tersembunyi." Jawab Imam.
Dengan politik liciknya Manshur berkata: " jadilah teman kami untuk menasehati kami?
" Barang siapa yang menginginkan dunia tidak akan menasehatimu dan barang siapa yang menginginkan akhirat tidak akan menjadi sahabatmu.
Manshur memerintahkan gubernurnya di Madinah untuk menghapus dan mengikis habis pengaruh Imam ali as di Madinah.
Suatu hari Guberbur Madinah naik mimbar dan mulai mencela Amirul Mu'minin Imam Ali as dan keluarganya, tiba-tiba Imam as bangkit dan berkata:"adapun yang engkau katakan tentang kebaikan maka kami adalah ahlinya dan yang kau katakan tentang kejelekan maka engkaulah dan sahabatmu (Mansûr) yang memilikinya".
Imam lalu berpaling ke orang-orang dan berkata:" aku peringatkan kepada kalian timbangan manusia (amal baik, -penj.) dan aku paparkan kerugian mereka di hari qiamat serta keburukan keadaannya , barang siapa menjual akhirat dengan dunia dan semisalnya. Maka dia adalah fasik. Wali gubenur turun dari mimbar dengan penuh kehinaan.
Pada majlis Mansûr seekor lalat hinggap di hidung Manshur berkali-kali dia mengusirnya tetapi kemnbali lagi sehingga dia merasa sakit hati. Ia berpaling kepada Imam dan berkata: "Untuk apa Allâh menciptakan lalat?
" Untuk menghinakan hidung orang sombong." Jawab Imam As.
Mansûr tidak bisa mengantisipasi keberadaan Imam Sâdiq As karena Imam membatasi setiap kebijakannya, akhirnya dia menyembunyikan racun pada makanan Imam As. Dan Imam as syahid pda tanggal 25 Syawal dan tubuhnya yang suci dikebumikan di pekuburan Baqî.


Mutiara Hadits Imam Ja'far Sâdiq As
Manusia harus waspada pada sifat pengkhianat, dzalim dan pengadu domba. Barangsiapa berkhianat maka dia akan dikhianati, barang siapa menganiaya dia akan dianiaya dan barang siapa mengadu domba akan diadu domba.

Tiga perkara yang menyebabkan kebaikan, menjaga diam (tidak banyak bicara) dan meninggalkan kejelekan, senantiasa berdzikir kepada Allah swt dan puncak keteguhan (ketelitian) adalah tawadhu. Salah seorang bertanya kepada Imam:" Apakah tawadu' itu? Imam menjawab: Engkau senang pada majlis yang tidak mengetahui kemuliaanmu, memberi salam pada orang yang berjumpa denganmu dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau pada pihak benar.

Seorang laki-laki sering kali mendatangi Imam kemudian dia tidak pernah datang lagi ketika Imam ditanya tentang orang tersebut Imam menjawab bahwa seorang ahli kebatinan dari mereka telah memenuhi urusannya. Imam melanjutkan perkataannya:" Hakekat seorang lelaki adalah pada akalnya, perhitungannya pada agamanya, kemuliannya pada ketakwaannya dan manusia tidak memperdulikannya.

Fuqaha menumpahkan darah para rasul ketika mereka telah dipolitisir oleh para penguasa dan melemahkan agama mereka.

Tiga hal yang mengotori kehidupan:" Bertetangga dengan penguasa, tetangga yang jelek dan perempuan pencarut dan tiga hal tidak akan damai dunia ini tanpanya yaitu : keamanan, keadilan dan kemakmuran

*****


Riwayat Hidup Imam Sâdiq As
Nama : Ja'far bin Muhammad
Gelar : As- Sadiq
Julukan : Abu Ja'far
Nama Ayah : Muhammad Baqir As
Wiladah : 17 Rabiul Awwal
Tempat Lahir : Madinah
Syahada : 25 Dzulhijjah 148 H
Marqad : Baqi (Madinah)


Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat:

1. Sebutkan peristiwa yang menunjukkan penghormatan Imam as pada amal perbuatan orang?
2. Apa arti Zuhud? Apa hikmah dari pembicaraan Imam dengan salah seorang sufi tersebut?
3. Apa sebab seorang wanita nasrani masuk Islam?



Seri Pemuka Manusia Suci

Muhammad bin 'Abdullâh
'Alî bin Abî Tâlîb
Fâtimah binti Muhammad
Hasan bin 'Alî bin Abî Tâlîb
Huseîn bin 'Alî bin Abî Tâlîb
'Alî bin Huseîn Zainal Abidin
Muhammad bin 'Alî al-Bâqir
Ja'far bin Muhammad Bâqir
Mûsâ bin Ja'far al-Kâzim
'Alî bin Mûsâ ar-Ridâ
Muhammad bin 'Alî al-Jawâd
'Alî bin Muhammad al-Hâdî
Hasan bin 'Alî al-'Askarî
Muhammad bin Hasan al-Mahdî

2