• Mulai
  • Sebelumnya
  • 13 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 3294 / Download: 1700
Ukuran Ukuran Ukuran
Pesan Sang Imam (bagian4)

Pesan Sang Imam (bagian4)

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Munajat Sya’baniyah

Penyuci Jiwa Kotor

(Disampaikan di depan sejumlah ulama dan ruhaniawan yang mengunjungi Imam Khomeini pada tanggal 16 Urdibehesyt 1364 H.S./6 Mei 1985)

Atas tibanya hari yang mulia ini, saya ucapkan selamat kepada hadirin, rakyat Iran, kaum muslimin dan segenap mustadh’afin dunia. Mudah-mudahan kita dapat menemui hari yang dijanjikan itu dan tidak lama lagi orang-orang yang tertindas akan menguasai dunia ini.

Demikianlah janji Allah Swt. dan itu pasti terjadi. Hanya saja, apakah kita dapat menemuinya atau tidak, hal itu hanya tergantung padaAllah. Boleh jadi, jika dalam waktu dekat semua persyaratan untuk itu telah siap, kita dapat menyaksikan keagungan al-Imam.

Namun yang lebih penting bagi kita sekarang ini ialah, apa yang dapat kita lakukan? Kita semua menunggu kedatangan aI-Imam, tapi menunggu oleh sebagian orang itu sama sekali bukan sikap menunggu namun kita harus terus melakukan kewajiban-kewajiban syar’iy (agama) kita.

Seseorang yang melakukan sesuatu karena Allah, tidak boleh merasa semua orang akan sepakat dengannya. Tidak ada satu pun masalah yang disepakati semua orang, bahkan terhadap Nabi sekalipun. Para Nabi tidak pernah berputus asa meski banyak pihak yang tidak mau mendengarkan perkataan mereka.

Kita juga seharusnya demikian, apa yang menjadi kewajiban kita harus kita kerjakan meskipun banyak orang yang tidak suka atau malah memusuhi kita. Lebih-lebih kaum ruhaniawan, karena tanggung jawab mereka lebih dari yang lain.

Semakin dekat seseorang kepada Islam maka semakin besar pula tanggung jawabnya. Oleh sebab itulah para Nabi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dari siapa pun, namun mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban mereka sebagai hamba Allah Swt.

Ulama juga memiliki tanggung jawab dan tanggung jawab mereka lebih besar dari pihak manapun[1] , bahkan tidak ada keringanan bagi mereka. Boleh jadi banyak pihak yang mendapatkan keringanan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka, tetapi tidak demikian dengan para uIama. Tidak ada keringanan bagi mereka sebab mereka memiliki kemampuan dan tersedia jalan yang jelas untuk itu.

Saat ini musuh-musuh Islam menyerang kita dan mereka tidak pernah berdiam diri. Karena itu kita mesti waspada. Kalian mesti menjaga persatuan kalian, kaum ruhaniawan mesti dapat memelihara persatuan dan persaudaraan di antara mereka. Persaudaraan Islam harus tercipta pada semua pihak, lebih-lebih dikalangan ruhaniawan. Jika kaki seorang ruhaniawan pincang, maka mereka mengecap kaki semua ruhaniawan pincang dan mereki tidak akan mengatakan kaki ruhaniawan Fulan pincang. Tidak demikian halnya jika seorang pedagang menjual barang dengan harga mahal, mereka tidak akan mencap bahwa semua pedagang menjual mahal. Tapi hanya pedagang Fulan.

Demikianlah cara berfikir mereka yang mengakibatkan tanggung jawab ruhaniawan amat besar. Sedemikian besarnya sehingga jika seorang saja ruhaniawan berbuat salah maka semua ruhaniawan kena getahnya. Kesalahan yang dilakukan seorang ruhaniawan tidak ditimpakan kepada ruhaniawan fulan yang melakukannya, tapi keseluruh ruhaniawan. Kesalahan seorang dapat merusak citra semuanya. Karena itu, selain sebagai tanggung jawab pribadi hendaklah hal ini dijadikan tanggung jawab kemanusiaan, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab golongan.

Kaum ruhaniawan tidak boleh menganggap dirinya sama seperti orang banyak, bahkan para pelajar agama pun tidak boleh merasa dirinya sama dengan orang biasa. Artinya, jika ia yang berbuat salah maka ia sendiri yang akan menanggung. Tidak demikian adanya. Mereka akan menimpakan kesalahan kepada semua ruhaniawan dan tanggung jawab besar ini tidak dapat diwujudkan kecuali melalui pembinaan diri dan persatuan dengan semua pihak, kawan-kawan dan dengan semua orang.

Di kalangan ruhaniawan, para Imam Jum’at mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Mereka lebih banyak berhubungan dengan masyarakat ketimbang ruhaniawan lain, karena itu mereka harus ekstra hati-hati. Jika terjadi sesuatu maka harus diatasi dengan cara keruhanian dan kebapakan.

Sikap mengejar kekuasaan dalam bentuk apa pun akan berakibat pada kerugian. Bagaimanapun polanya, maka semuanya berasal dari setan. Apakah itu dari seorang presiden Amerika, pelajar agama atau dari seorang Imam Jum’at. Jika sikap ini yang justru mewarnai pekerjaan, maka tidak ada bedanya antara seorang yang tampak di permukaan sebagai penguasa dunia dan terus mengejar kekuasaan dengan seorang zahid yang hidup di pojok rumah ibadah. Keduanya adalah sama, karena keduanya berasal dari setan. Bahkan yang ini lebih jelek dari yang lain.

Egoisme memang selamanya membawa malapetaka dan semua malapetaka yang terjadi di dunia ini berasal dari sikap egoisme, yaitu rasa cinta kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan sebagainya. Semua itu bermuara pada ras cinta diri (hubbun nafs).

Inilah patung paling besar dan paling sulit dihancurkan. Jika kalian tidak dapat menghancurkannya secara total, maka mulailah menghancurkannya dari tangannya, kakinya dan seterusnya. Jangan biarkan ia bebas bergerak, sebab ia akan mencelakakan kita. Dia tidak akan membiarkan kita dan akan terus diburunya sampai sedikit demi sedikit agama ini lepas dari diri kita.

Ini bukanlah barang aneh, inilah pekerjaan dari setan. Baik setan batini maupun setan-setan yang menjadi panutan orang-orang ini.

Hal penting yang harus dilakukan para ruhaniawan ialah mereka harus hidup sederhana, karena cara hidup sederhana inilah yang telah mengangkat derajat kaum ruhaniawan dan memelihara eksistensi mereka selama ini. Mereka yang hidup sederhana inilah yang selalu menjadi sumber aspirasi, dihormati, dan di dengar oleh rakyat.

Sebagian yang hadir mungkin masih ingat, ketika untuk pertama kalinya kita datang ke kota suci Qum, siapa yang menguasai Qum? Mereka adalah orang-orang yang hidup zuhud dan penuh takwa, yaitu orang-orang seperti Syekh Abul-Qasim Qummi, Syekh Mahdi, Mirza Sayyid Muhammad Barqaiy, Mirza Muhammad Arbab dan lain-lain. Saya kira tidak ada seorang pelajar agama sekali pun yang hidup seperti Syekh Abul-Qasim ini. Paling tidak, jika tidak lebih sederhana, mereka tidak kurang sederhananya dari pelajar agama.

Saya menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan mereka. Syekh Muhammad Arbab misalnya, ia tinggal di sebuah rumah yang hanya memiliki 2-3 (dua sampai tiga) kamar sederhana dan tidak lebih dari itu. Demikian pula Syekh Mahdi dan lain-lain. Padahal siapa mereka? Qum berada di tangan mereka.

Hidup dalam lingkungan seperti itu dan menyaksikan orang-orang semacam ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang. Oleh karena itu, semakin tinggi tuntutan kalian maka semakin kalian menuntut rumah yang lebih baik di lain pihak sebanyak itu pula nilai-nilai maknawi berkurang dari diri kalian.

Nilai manusia tidak dilihat dari rumah yang dihuninya, tidak dari kebun yang dimilikinya, juga tidak dari kendaraan yang ditumpanginya. Jika ini adalah nilai manusia maka para Nabi pasti sudah mengejarnya, tetapi para Nabi tidak demikian sebab nilai manusia tidak lihat dari sisi ini. Tidak dari berapa kendaraan yang dimilikinya, juga tidak dari seberapa jauh perjalanan yang telah ditempuhnya.

Nilai Keruhanian juga demikian. Tidak di lihat dari tempat tinggal, kantor kerja, atau fasilitas yang dimilikinya. Maka dalam menuntut ilmu, kalian tidak boleh mengejar nilai-nilai formal. Semakin kalian mengejar nilai-nilai formal semakin ilmu kalian berkurang.

Mereka yang mampu menulis buku-buku besar dan melahirkan karya-karya yang sahgat bernilai, misalnya Syekh Anshari. adalah orang-orang yang kehidupannya tidak lebih dari kehidupan pelajar agama biasa. Dengan cara seperti ini mereka mampu menjaga Islam, mampu mengangkat fikih dan mampu mengangkat ajaran-ajaran Islam. Keberhasilan itu dicapai Karena mereka tidak menjadikan rumah sebagai ukuran.

Sebanyak apa pun seseorang menuntut rumah tetap tidak akan membuatnya puas. Bahkan jika ia mendapatkan dunia ini sekalipun, ia pasti tidak akan merasa puas boleh jadi ia akan mencari dunia lain lagi. Hal ini sudah menjadi fitrah manusia, fitrah menuntut kepuasan. Setiap kali mendapatkan apa yang dikejarnya, maka di balik itu masih terdapat sesuatu yang belum ia raih. Manusia tidak akan pernah merasa puas. Karena itu, orang-orang yang menuntut kekuasaan akan terus mengejarnya sampai ia mendapatkan kekuasaan yang mutlak.

Kekuasaan yang mutlak hanyalah Allah Swt. Demikian juga orang yang menuntut ilmu. la menginginkan ilmu yang mutlak. Tapi ilmu yang mutlak adalah Allah.

Pernahkah kalian membaca Munajat Sya’baniyah? Kalian mesti membacanya, sebab ia merupakan munajat yang jika di baca dengan mendalam dan penuh penghayatan akan mengantar orang yang membacanya ke suatu tingkat keutamaan tertentu.

Yang melantunkan munajat ini adalah orang suci. Diriwiyatkan bahwa seluruh Imam membaca munajat ini, padahal mereka adalah orang-orang yang suci dari segala hal. Tapi masih juga bermunajat kepada Allah sedemikian rupa. Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya adalah karena mereka tidak pernah bercermin pada diri mereka sendiri. Apa yang ada pada mereka bukan sesuatu yang harus mereka lihat.

Sekalipun demikian, rupanya masih ada orang-orang yang merasa bahwa dirinya telah mencapai tingkat Imam ash-Shadiq as. tapi tidak demikian dengan Imam ash-Shadiq as. Beliau adalah seorang yang ketika bermunajat kepada Allah merasa seakan dirinya bergelimangan dengan dosa. Sebab ia melihat dirinya bukan apa-apa, serba kekurangan. Apa saja yang ada berasal pasti dari-Nya semata. Semua kesempurnaan berasal dari Dia, sedang dirinya tidakada apa-apanya. Siapa pun tidak ada apa-apa, Nabi pun tidak ada apa-apa. Semua tunduk kepada-Nya. Disebabkan kita terhalang oleh tirai yang menutupi kita maka kita tidak sadar bahwa mereka tunduk pada-Nya. Mereka yang sadar bahwa mereka tunduk pada-Nya akan terus berupaya mensucikan diri mereka dan berupaya mencapai makna ini.

Inilah kamalul-inqita’ (ketidakbergantungan) yang mereka kejar yaitu melepaskan diri dari semuanya kecuali kepada-Nya dan semata-mata terikat kepada-Nya. Allah Swt. berfirman,

“Sesungguhnya Kami tawarkan amanah itu kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tapi mereka menolaknya. Lalu diterima oleh manusia. Sesungguhnya manusia bersifat zalim dan jahil”. (QS. al-Ahzab, 33: 72)

Sebagian ulama mengatakan bahwa kata zaluman dan jahulan pada ayat di atas merupakan pujian tertinggi Allah kepada manusia. Zaluman berarti memecahkan semua patung-patung atau memecahkan segala sesuatu. Sedangkan jahulan mengandung makna tidak menghiraukan segala sesuatu, Iupa dari segala sesuatu kecuali Dia.

Kita tidak mampu seperti ini, bahkan kita juga tidak mampu memikul amanah ini. Kita hanya mampu berada di jalan menujunya.

Kalian yang menyeru ke jalan akhirat; yang menyeru masyarakat supaya memiliki sifat-sifat terpuji, harus lebih dahulu memiliki sifat-sifat yang kalian serukan itu supaya seruan kalian betul-betul merupakan seruan kebenaran. Jika tidak, maka ia akan menjadi seruan syaitani. Jangan sampai pada saat kalian menyeru kepada kebaikan, kalian sendiri penuh dengan kotoran.

Kita sekarang ini sedang berhadapan dengan dunia dan kekuatan dunia. Belum pernah dalam sejarah Iran menghadapi cobaan yang begini berat. Dahulu Iran adalah laksana seekor sapi perah yang menyerahkan susunya untuk diperah orang lain. Dan sudah barang tentu hal ini menghasilkan “keamanan” bagi Iran, tapi keamanan model dahulu. Keamanan seekor sapi yang menyerahkan susunya untuk di perah orang lain tanpa sedikitpun melakukan protes. Ketika Iran memberikan semua harta kekayaannya kepada orang lain, sudah pasti mereka melindunginya dan menjamin kedamaiannya. Tapi kedamaian yang bagaimana? Kedamaian seekor binatang oleh manusia.

Sekarang tidak lagi demikian. Iran tidak mau lagi dijadikan sapi perahan. la akan mengembalikan harkat dan martabatnya. Namun semua memusuhinya Timur memusuhinya. Barat memusuhinya, regional memusuhinya. Di dalam pun masih ada pihak-pihak buta yang mempunyai penyakit hati ikut memusuhinya. Oleh karena itu, kalian harus maju terus. jaga persatuan dan berleburlah bersama rakyat yaitu dengan cara menuntun dan merasa memiliki mereka.

Rakyatlah yang telah melepaskan kalian semua dari belenggu-belenggu itu dan belenggu-belenggu itu sudah tidak lagi menghimpit kalian. Sudah tidak ada lagi yang mengikat kita. Iran satu-satunya negeri yang tidak terikat oleh belenggu apa pun. Tidak ada negara di dunia ini yang betul-betul lepas dari belenggu seperti Iran. Semua ini berkat penghuni para gubuk itu, berkat lapisan rakyat yang tertindas inilah yang telah mempersembahkan pemuda-pemuda mereka. Mari kita lihat, berapa banyak dari lapisan masyarakat berduit dan dari lapisan yang selalu mengecam Republik Islam yang ikut serta dalam perang serta mempersembahkan anak-anak mereka sebagai syuhada. Kalau toh ada hanya sedikit sekali, itupun karena yang bersangkutan telah melepaskan diri dari mereka dan menjadi hizbullah. T api mereka sedikit sekali.

Setiap kali kalian menyaksikan seseorang syahid, pasti berasal dari lapisan yang tertindas ini. Tentu saja lapisan tertindas bukan hanya para penghuni gubuk, kaum Bazari[2] juga termasuk lapisan tertindas, para buruh, para petani pun demikian. Semua ini adalah lapisan tertindas dan semuanya berasal dari mereka. Yang sekarang mengabdi di front adalah mereka, yang bersusah payah menjaga negeri ini dan Islam adalah mereka. Mereka adalah tuan-tuan kita dan kita berhutang budi kepada mereka. Kalian harus memperlakukan mereka dengan rendah hati.

Ya, sekarang Iran sedang menghadapi cobaan yang paling berat. Semua menentangnya dan propaganda dunia berusaha menghancurkan Islam oleh karena itu kita harus bersatu, harus lebih memperat persatuan kita. Semakin mereka menentang kita semakin itu pula kita memperkokoh persatuan kita, semakin gencar mereka melakukan provokasi terhadap kita semakin kita perlu memperkuat diri kita.

Mereka berusaha mewujudkan perpecahan di negeri ini yang menyebabkan mereka melakukan propokasi yang tidak pernah lakukan terhadap negeri lain. Kalian lihat sendiri, sudah hampir setahun ini terjadi pemogokan di Inggris. Namun tidak ada berita. Tapi jika diumpamakan terjadi pemogokan di negeri ini yang hanya dilakukan oleh empat orang, mereka terus dan tidak henti-hentinya memberikan memberitakan bahwa terjadi pemogokan di Iran, pabrik-pabrik ditutup dan sebagainya. Mereka sengaja lakukan ini supaya pada hari Buruh terjadi sesuatu. Mereka pikir para buruh akan simpati pada mereka, ternyata mereka tertipu sediri. Hari buruh datang tapi tidak terjadi apa-apa, malah para buruh yang sangat kita hormati itu lebih aktif dan menyatakan bahwa mereka akan terus mengabdi.

Para buruh tidak mengabdi kepada saya melainkan mereka mengabdi kepada Allah, mengabdi kepada negara mereka sendiri. Negara yang dulunya berasal dari orang lain tapi sekarang mereka aktif memperbaiki keadaan. Aktif membangun, mengejar ketinggalan, dan mereka mampu.

Saya berharap pada bulan Ramadhan, bulan Allah yang penuh berkah, hendaknya kita semua mendoakan Islam. Doa bagi kejayaan Islam hendaknya menjadi prioritas kita semua. Demikian pula doa untuk kelanggengan Republik Islam ini.

Pengabdian yang telah diberikan oleh Republik Islam ini terhadap Islam selama 4-5 tahun ini belum pernah diberikan siapa pun sepanjang sejarah selain para Nabi. Sedemikian besarnya pengabdian yang telah dipersembahkan oleh Republik Islam untuk Islam, sehingga musuh-musuh Islam pun tidak dapat menghitungnya.

Coba bandingkan dengan apa yangterjadi pada masa Qajar, bahkan pada masa yang paling baiknya sekalipun. Bandingkan apa yang terjadi masa itu dengan yang ada sekarang. Apalagi jika dibandingkan dengan masa Pahlevi, yang semua orang tahu bagaimana keadaan masa itu. Tapi masih ada saja orang-orang yang tidak tahu diri mengatkan bahwa tidak ada bedanya antara dulu dan sekarang, bahkan sekarang lebih jelek. Ini karena kebodohan dan kekerasan hati mereka. Jika hati seseorang Keras, maka dia sendiri bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya.

Diriwayatkan, ketika pada suatu waktu api neraka tenang sebentar, dan sekelompok penghuni neraka bertanya-tanya apa yang terjadi. Dijawablah, bahwa Nabi Muhammad Saww. sedang lewat. Mengetahui bahwa ketentraman itu disebabkan oleh Nabi, mereka malah tidak senang. Mereka menyuruh supaya pintu neraka ditutup. Dikarenakan mereka lebih senang di siksa ketimbang melihat Nabi Muhammad Saww. meskipun Keberadaan Nabi Muhammad Saww. dapat meringankan beban mereka. Beginilah manusia neraka. Azab lebih baik bagi mereka ketimbang Nabi Muhammad Saww. Bagi manusia seperti ini, kebejatan lebih baik dari Republik Islam. Bagi mereka, biarkanlah kebejatan merajalela asal jangan Republik Islam berdiri. Biarlah kebejatan merajalela dengan terbuka asal jangan Republik Islam. Ini adalah penyakit yang hanya bisa diobati oleh malaikat Izrail.

Mudah~mudahan Allah menghilangkan penyakit-penyakit semacam ini dan memberkati kita agar dapat terus berada di jalan-Nya dan menuntut ridha-Nya. Kita mohon kepada Allah supaya selalu memelihara Republik Islam ini dan memberikan kesempatan kepada kita untuk berjumpa dengan Imam Zaman, salamulah alaih.

Langkah Awal Kesucian Diri

Jika tertutup waktu saudara untuk kembali kepada Allah, saudara akan tenggelam dalam melakukan kerusakan dan kelalaian. Bertakwalah kepada Allah dan takutlah kepada-Nya. Takutlah terhadap akibat perbuatan saudara sendiri, bangunlah dari tidur yang panjang dan singkirkanlah kelalaian itu dari diri saudara. Ambillah langkah awal.

Sesungguhnya langkah pertama adalah senantiasa sadar dan bangkit dari kesadaran, akan tetapi hingga saat ini saudara masih tidur nyenyak. Mata saudara terbuka, tetapi hati saudara terlena dalam tidur yang berkepanjangan. Sekiranya bukan karena sebab banyaknya melakukan dosa, niscaya tidak demikianlah akibatnya. Saudara tidak berhati-hati dalam hidup ini. Bagaimana mungkin saudara dapat terus menerus begitu tanpa merasakan suatu tanggung jawab dan menjauhkan diri dari bahaya, seandainya berfikir sedikit saja tentang urusan akhirat, dan akibat-akibat yang akan menimpa, niscaya akan memberikan perhatian yang serius terhadap tanggung jawab yang diberikan di atas bahu.

Hal ini disebabkan adanya Zat Yang Maha Mengetahui, yang melakukan perhitungan di sisi saudara. Apakah tidak berfikir bahwa semua benda yang maujud ini akan kembali dan di hisab?

Kenapa tidak merenungkannya?

Kenapa tidak bangkit dan sadar?

Kenapa?

Saudara telah mencegah dari mengumpat dan dari perkataan nista terhadap sesama dalam Islam. Mengapa saudara berbuat demikian atau mendengar setiap yang membawa bahaya?

Adakah saudara mengetahui bahwa mengumpat dan mencela adalah perangai ahli neraka (sebagaimana yang terdapat di dalam hadis Rasulullah Saww.). Adakah saudara berfikir tentang akibat buruk dari perbuatan dusta, nista, perpecahan, permusuhan, hasut, dengki dan buruksangka, sikap keakuan, lalai dan takabur?

Adakah saudara mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa amalan-amalan keduniaan ini, yaitu kekekalan dalam neraka jahanam?

Tidak ada kelonggaran di sisi Allah. Di antara kebahagian insan adalah bahwa ia tidak diuji dengan penyakit yang tidak dirasakannya. Sebenarnya penyakit yang telah dirasakan sakitnya mendorong seseorang untuk berusaha dengan segera menemui dokter atau pergi segera ke rumah sakit. Adapun penyakit yang tidak disertai rasa sakit dan tidak dirasakan oleh seseorang (yang wujudnya hanya kesan zahir) merupakan sesuatu yang amat berbahaya, karena ia membawa kesan yang buruk. Seseorang tidak merasakan melainkan setelah penyakitnya menjadi begitu berat dan parah. Penyakit-penyakit hati atau jiwa hampir-hampir bersifat seperti ini. Sekiranya saudara ditimpa penyakit yang dirasakan kesakitannya, niscaya saudara segera mengobati dan menyembuhkannya. Akan tetapi bagaimana kita dapat bertindak untuk melakukan sesuatu jika penyakit tersebut tidak kita rasakan rasa sakitnya?

Kelalaian, keahgkuhan dan setiap maksiat yang merusak hati dan ruh tidak dirasakan rasa sakitnya oleh tubuh, padahal penyakit ini lebih parah, tetapi tidak kita rasakan sakit dan deritanya, malah kadang-kadang kita merasa enak. Sesungguhnya mengumpat, menggunjing dan memfitnah merupakan majelis yang mengasyikkan. Cinta dunia dan cinta diri sendiri adalah sumber asasi dari setiap dosa.

Sesungguhnya cinta dunia adalah pokok setiap kejahatan, pintu setiap malapetaka, lubang setiap fitnah dan penyeru setiap kedurjanaan yang dirasakan oleh manusia dengan perasaan nyaman dan enak. Rasa dahaga yang ikuti dengan meminum air adalah memuaskan, tetapi rasa lezat dan enak itu dirasakan puasnya di akhir setiap menghela nafas.

Penyakit yang tidak dirasakan sakitnya bahkan menjadikan orang yang sakit tersebut merasa enak dan tidak menggerakkan upaya untuk menyembuhkan serta tidak diketahui pula marabahayanya. Jika dikatakan kepadanya bahwa sebenarnya dia sakit, niscaya dia akan membantahnya dan menganggap dirinya dalam keadaan baik. Apabila seseorang ditimpa oleh terlalu cinta kepada dunia dan mengikuti kehendak hawa nafsunya, menyebabkan dunia menguasai diri dan hatinya. Sehingga dia hanya berpaling dari Allah -na’udzubillah-. Dia juga berpaling dari hamba-hamba Allah, para nabi as., wali-wali dan para malaikat. Segala pembawaannya menuntun kepada sifat dendam kesumat dan bermusuhan.

Manakala tiba ajal mautnya, lalu datang malaikat Allah Kepadanya untuk mematikannya, barulah dia merasa bagaimana siksaannya. Para malaikat merasa benci terhadap sikapnya yang cenderung terhadap dunia, akibatnya dia dikeluarkan dari dunia dalam Keadaan terhina, dan sebenarnya dialah musuh Allah.

Saya telah mendengar sesuatu peristiwa tentang seorang pembesar dari Qizrit yang menghadiri suatu majelis dan berkata, “Sesungguhnya kezaliman telah mengenai diriku. Dialah Allah yang menzalimi diriku yang tidak pernah aku rasakan, karena aku telah menghabiskan tenaga dan harta benda untuk mendidik anak-anakku, akan tetapi Dia menjauhkan aku dari mereka, adakah kezaliman yang lebih dari itu?”

Sesungguhnya apa yang ditakutinya adalah akibat yang buruk, sebab apabila manusia tidak pernah mendidik dirinya dan tidak luput dalam dirinya kecenderungan duniawi, maka dia akan merasa takut meninggalkan dunia. Hatinya penuh dengan dendam terhadap Allah dan penolong-penolong agama-Nya. Ya, sesungguhnya akibat buruk ini akan senantiasa menanti seseorang yang menganggap dirinya sebaik-baik makhluk. Dia amat takut menghadapi perjumpaan dengan Allah. Maka, apakah manusia semacam ini merupakan sebaik-baiknya makhluk, ataukah seburuk-buruknya makhluk?

Allah berfirman:

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati dalam hal kesabaran”. (QS. al-‘Ashr, 103: 1-3)

Pengecualian yang terdapat dalam surat ini adalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Amal saleh merupakan amal yang dilaksanakan dengan ruh (keikhlasan). Akan tetapi kebanyakan yang kita lihat dari amal-amal manusia hanya dilakukan dengan anggota panca indera tanpa mengandung pesan-pesan seperti yang disebut di dalam surat al-Ashr yang penuh berkah itu. Amal-amal tersebut tidak membawa kesan yang baik. Sekiranya saudara melaksanakan suatu urusan atas dasar cinta dunia dan kepentingan diri, niscaya ia akan menguasai diri dan urusan saudara.

Pengikat yang kokoh di antara amal-amal saudara dengan Allah adalah melakukannya dengan ikhlas karena Allah, yakni amal-amal yang dilaksanakan atas dasar saling mengingatkan kepada jalan kebenaran dan kesabaran. Sekiranya saudara membangun benteng yang memisahkan saudara dengan hidayah Allah, niscaya saudara akan ditimpa kerugian yang nyata, sebagaimana firman Allah: "

“Rugi dunia dan akhirat”. (QS. al-Haji, 22: 11)

Jika demikian keadaannya, berarti saudara telah menyia-nyiakan waktu muda dari mendapatkan nikmat akhirat, malah sekaligus menyia-nyiakan keduanya, dunia dan akhirat. Golongan lain yang tidak mempunyai jalan ke surga adalah golongan yang membuat benteng dan menghalangi mereka dari pintu rahmat Allah. Mereka hanya berhak mendapat kedudukan yang kekal di dalam neraka, barangkali mereka hanya merasakan keenakan di dunia ini saja, bagaimana pula dengan saudara?

Ingatlah, jangan sekali-kali menambah kerakusan cinta kepada dunia dan kepentingan diri serta melalaikan diri saudara sendiri, mintalah perlindungan dari Allah Swt. Setan telah merampok iman yang ada pada diri saudara. Sebenarnya untuk tujuan inilah setan berupaya. Sesungguhnya semua usaha dan tipu daya setan dan semua jalan yang diikuti adalah bertujuan untuk membinasakan keimanan manusia. Bila saudara tidak berusaha memperkokoh keimanan saudara, niscaya keimanan itu akan lumpuh. Setan berusaha untuk menghapuskannya.

Dengan itulah saudara berada di dunia ini, senantiasa dalam keadaan menentang Allah dan peno!ong-penolong agama-Nya setelah saudara menghabiskan usia dengan merasakan nikmat Allah dan berhadapan dengan hidangan aI-Imam Sahibuz Zaman as. (Imam Mahdi).

Sebaliknya, saudara menjadi musuh-musuh Allah.

Berusahalah dan carilah penyelesaian dengan bersungguh-sungguh bila saudara mendapati diri saudara mempunyai ikatan yang terlalu kuat dengan dunia serta selalu mencintainya. Berusahalah untuk memutuskan ikatan yang seperti itu. Sesungguhnya dunia dengan segala perbendaharaannya telah menarik manusia untuk mencintainya. Keadaan seperti itu menyebabkan kita amat sukar untuk tidak terikat dengannya.

Segala sesuatu dari anasir dunia, yang mengikat hati saudara kepadanya adalah dlsebabkan tarikannya. Hadapilah dunia dengan mendekatkan diri kepada masjid, pengkajian ilmu di madrasah atau kumpulan mudzakarah di rumah. Kemudian, apakah pantas pendekatan-pendekatan yang saudara lakukan tersebut membawa perselisihan yang mengakibatkan rusaknya umat?

Apakah saudara menjadikan dunia ini seperti golongan yang mempergunakan dan memperalatnya?

Sesungguhnya saudara telah menghabiskan usia dengan kelezatan. Kemudian apabila saudara memperhatikan usia terhenti, bagaimanakah dengan kelezatan itu?

Setiap kehidupan yang kita lalui inisangat cepat pergerakannya, akan tetapi kewajiban dan akibat-akibatnya tetap dibebankan di atas bahu-bahu saudara.

Adakah kehidupan yang binasa dan melalaikan ini lebih bernilai (padahal dunia adalah fana) jika dibandingkan dengan siksa neraka yang kekal dan tidak ada batas dan pemberhentiannya itu?

Sesungguhnya siksaan penghuni dunia lebih ringan dibanding azab di akhirat yang kekal dan tanpa ukuran itu. Orang-orang yang menganggap bahwa mereka menguasai dan berkuasa di dunia ini, adalah karena begitu banyak kelezatan yang membawa niercka kepada kelalaian dan berbuat kesalahan. Sekarang, setiap orang dapat melihat urusan-urusan yang dilakukannya di masa lalu, dan dapat menggambarkan dunia sebagaimana yang dia lihat itu.

Sedungguhnya alam yang sebesar ini dapat digambarkan oleh manusia. Mereka daat menguasai dan membongkar perbendaharaan dunia ini dengan segala perjalanan dan keajaibannya, sebagaimana digambarkan oleh sebuah hadis: “Bahwa Allah melihat kepadanya dengan pandangan rahmat.”

Oleh karena itu, bagaimana kita melihat dunia ini sebagaimana Allah memandangnya dengan pandangan rahmat?

Bagaimana keadaan yang sebenarnya perbendaharaan agung, yang diseru oleh Allah kepada manusia itu?

Sekalipun sebenarnya manusia sangat kerdil untuk memahami nilai perbendaharaan yang agung itu. Sekiranya saudara memiliki niat ikhlas serta amal yang baik, sudah tentu saudara mampu mengeluarkan kecintaan dan kerakusan kepada dunia dari dalam hati. Begitu juga saudara ak:an mampu menghapuskan keinginan kepada kekuasaan dan keduduk:an. Sebab kedudukan yang tertinggi dan agung senantiasa menunggu dan disediakan untuk saudara, jika saudara mempunyai pendirian demikian.

Sebenarnya dunia ini dengan segala perbendaharannya, tidak bernilai jika dibanding dengan sehelai rambut sekalipun dengan janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Oleh sebab itu, hendaklah saudara beramal untuk mencapai maqam yang tinggi ini. Sekiranya saudara mampu membina diri dan kepribadian, hendaklah saudara bersungguh-sungguh dan gigih agar dapat mencapai kdudukan yang tinggi. Tetapi jangan saudara beribadat kepad Allah hanya sekedar untuk sampai kepada kedudukan ini, tetapi lebih jauh dari itu hendaklah saudara beribadat kepada llah sebagai ahli ibadah yang sejati. Sujudlah kepada llah dan letakkanlah dahi saudara di atas bumi. Ketika itulah saudara telah membakar dinding cahaya hidayah dan sampai kepada perbendaharaan yang agung.

Maka, adakah saudara akan sampai kepada kedudukan ini jika dibandingkan dengan amalan-amalan saudara sehari dan perjalanan hidup saudara sekarang?

Adakah saudara membayangkan bahwa untuk melepaskan dan membebaskan diri merupakan usaha yang mudah?

Apakah usaha membebaskan diri dari azab neraka jahanam cukup dengan usaha yang mudah?

Adakah saudara membayangkan bahwa tangisan ulama yang suci dan rintihan al-Imam as-Sajjad as. telah memberikan pengajaran kepada kita?

Karena kedudukan mereka yang sungguh besar dan tinggi itu, maka maqam mereka tidak dapat dihitung lagi di sisi Allah. Mereka menangis karena takut kepada Allah, karena mengetahui hanya jalan yang penuh ranjau sajalah yang akan mendapat ganjaran. Bahkan mereka melalui semua jalan yang penuh ranjau dan duri kesusahan serta cobaan.

Ya, jalan yang berada di ujung dunia dan di ujung yang lain adalah akhirat. Mereka menginsyafi adanya alam kubur, alam barzakh, kiamat dan pembalasan-pembalasan Allah. Keadaan yang demiklan itu menyebabkan kedudukan mereka begitu kokoh. Mereka senantiasa berharap dan memohon kepada Allah agar dibebaskan dari azab pada hari kiamat.

Sudah siapkah dan bersedia saudara menghadapi akibat juga pembalasan ini. Balasan yang tidak lagi dituturkan dengan kata-kata.

Jalan manakah yang saudara pilih untuk membebaskan diri daripadanya?

Kapankah lagi saatnya saudara akan memperhatikan diri, membersihkan dan mendidiknya?

Ya, sekarang ini, sekali saudara masih muda dan memiliki sebagai pemuda, bagaimana bila kekuatan ini telah lewat?

Apakah saudara tidak akan kehilangan kekuatan dan menjadi lemah pada hari-hari mendatang?

Sebab kalau sekarang ini saudara tidak bersungguh-sungguh membersihkan dan membina diri, maka bagaimanakah saudara dapat melakukannya esok, ketika saudara telah kehilangan kekuatan dan menjadi lemah karenanya, dan dengan penuh penyesalan. Ketika itu azam saudara telah pupus dan keinginan semakin lumpuh.

Pada saat yang sama dosa semakin berat dan hati semakin bertambah gelap. bagaimana mungkin saudara akan mampu membina dan mendidik diri saudara lagi?

Sesungguhnya setiap diri akan berlalu, setiap langkah bergerak ke depan dan setiap nafas yang saudara hela dari usia ini, menambah kesulitan saudara untuk memperbaiki diri, tetapi pada saat yang sama semakin bertambah pula kegelapan hati dan kelalaiannya. Manakala usia manusia meningkat, akan semakin bertambah pula kesulitan dan halangan untuk mencapai kebahagiaan dan semakin lemah kekuatannya untuk melakukan kebaikan. Apalagi jika saudara mencapai usia lanjut, maka semakin jauh pula saudara dari usaha mencapai kemuliaan dan takwa. Semakin sukar pula bagi saudara untuk bertaubat, karena taubat tidak cukup hanya sekedar mengatakan “Saya bertaubat kepada Allah”, tetapi saudara harus menyesali perbuatan buruk yang telah melakukan dan berazam untuk meninggalkan dosa yang telah dilakukan.

Penyesalan dan azam tidak berguna bagi seseorang yang menghabiskan usianya dengan mengumpat dan berdusta serta putih rambutnya dalam keadaan mengerjakan maksiat selama lima puluh tahun, karena mereka terlena dalam melakukan dosa hingga akhir usianya.

Bergeraklah wahai pemuda sebelum rambut saudara memutih. Setelah saudara sampai ke peringkat ini, kami telah beritahu kesulitan yang akan saudara hadapi. Seandainya saudara menyesal ketika usia masih muda belia, tentu mampu berbuat sesuatu. Karena pada saat itu saudara mempunyai azam (tekad) sebagai anak muda yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berupaya menjauhkan diri dari hawa nafsu dan dorongan kehewanan.

Sebaliknya, jika saudara tidak berbuat pada masa-masa seperti ini dan tidak bersungguh-sungguh memperbaiki diri sekarang, maka keadaan seperti ini akan merupakan pukulan dan tamparan hebat bagi saudara, sedangkan usia sudah lanjut.

Pikirkanlah diri saudara, menyesallah ketika masih muda dan jangan sampai saudara telah beruban, tua dan lemah. Hati anak muda adalah hati yang lembut dan mudah dibentuk, yang kecenderungan ke arah kerusakannya masih lemah, tetapi ketika usianya bertambah, akan melekat di hatinya debu-debu maksiat. Apabila hal ini terjadi, agak mustahil baginya untuk membersihkannya. Imam ‘Ali as. berkata,

“Sesungguhnya sesuatu golongan yang beribadah kepada Allah karena suatu kepentingan adalah ibadahnya seorang pedagang. Sedangkan golongan yang beribadah dengan penuh ketakwaan adalah ibadah seorang ‘abid dan ibadah yang penuh kesyukuran adalah ibadah para hamba Allah.” (Nahjul Balaghah)

Sebagaimana diriwayatkan oleh Zurarah dari Abu Ja’far rh. berkata,

“Hati setiap hamba pada asalnya adalah putih. Ketika ia melakukan dosa pahit; lembaran itu bernoda hitam, kalau dia bertaubat noda itu menjadi putih-kehitam-hitaman. Sebaliknya, jika dosa semakin bertambah, noda hitam itu semakin kentara dengan menghilangnya terus ciri-ciri keputihannya. Maka apabila keputihannya tidak kembali lagi kepada seseorang, ia pun akan berlanjut.”

Allah berfirman :

“Sebenarnya apa yang mereka selalu usahakan itu menutupi hati mereka”. (QS. al-Muthaffifiin, 83: 14)

Manusia seperti ini senantiasa melakukan maksiat siang dan malam. Maka sukar baginya untuk menyucikan hatinya sementara usia sudah semakin tua, tidak sebagaimana sewaktu masih muda. Jika saudara tidak membersihkan diri, niscaya hati saudara akan menjadi hitam di saat saudara ke luar dari dunia ini. Katakanlah telinga dan lidah diliputi oleh dosa, maka bagaimana mungkin saudara dapat diterima oleh Allah. Ini adalah amanah dari Allah yang diserukan oleh Allah kepada saudara agar melakukan pembersihan diri dan melepaskan diri dari kehinaan serta celaan.

Mata. tangan dan telinga ini adalah di bawah usaha ikhtiar saudara, begitupun lidah, dan juga seluruh panca indera ini. Merupakan amanah Allah Yang Maha Kuasa. Semua ini dikaruniakan kepada saudara supaya sempurna serta selamat dan suci keadaannya. Jika ia dicermati dengan dosa dan maksiat, bagaimana saudara akan mempertanggungjawabkan amanah yang dipikulkan kepada saudara ketika di pertanyakan kepada saudara?

Beginikah saudara menjaga amanah AIlah?

Adakah dengan cara ini saudara menyelamatkan amanah tersebut?

Beginikah keadaan hati yang diberi amanah itu?

Mata yang dikaruniakan menjadi begini rupa?

Seluruh panca indera yang diamanahkan untuk menjaganya menjadi begitu cemar?

Dengan apa saudara akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?

Bagaimana saudara dapat menghadap kepada Allah apabila saudara mengkhianati amanah-Nya, sehingga saudara menjadi seorang pengkhianat?

Sekarang, wahai para pemuda, ingin kami tekankan kepada saudara bahwa saudara telah membinasakan masa muda. Dengan jalan demikian, yang tidak akan memberi manfaat kepada saudara sekalipun di dunia ini, karena saudara menghabiskan waktu yang berharga itu dengan perbuatan seperti ini. Semestinya waktu muda yang cemerlang itu saudara isi pada jalan Allah dengan tujuan yang sudah pasti dan suci. Dengan demikian niscaya saudara tidak akan rugi baik didunia ataupun di akhirat.

Sebaliknya, jika saudara menghabiskan waktu dengan sia-sia. saudara pasti dapat melihat akibatnya. Sekiranya saudara menyia-nyiakan usia muda dan menghabiskan waktu yang penuh kesempatan itu, niscaya akan menghabiskan waktu yang penuh dengan kesempatan. Niscaya saudara akan enghadapi tanggung jawab yang besar di alam akhirat di hadapan Allah kelak. Niscaya pembalasan yang tiada batasnya akan diterima terhadap amal-amal saudara yang rusak itu. Bahkan saudara akan melihat diri di dunia telah menemui bala bencana yang hebat dan dada akan merasa sempit. Akan terlihat malapetaka dan bencana timpa-menimpa pada diri saudara. Bahkan musuh-musuh penuh mengelilingi pinggang. Saudara sedang menghadapi malapetaka fitnah yang sungguh dahsyat dan jahanam menimpa saudara.

Ketika saudara berada di pusat pengkajian agama, saudara berada dalam keadaan melaksanakan amal saleh. Sesungguhnya saudara berada di bawah tabir yang menyelubungi Islam. Sekiranya saudara meletakkan rencana-rencana selagi tidak melakukan pembenahan diri dan tandzim (penyusunannya), saudara tidak akan mampu membebaskan diri dari rancangan dan rencana-rencana setan. Persiapan yang cukup, akan menjadikan mempunyai upaya tinggi untuk menghadapi rencana para penjahat yang keji itu.

Sungguh sekarang saya sedang melalui hari-hari yang terakhir dari usia ini. Saya akan berpisah dengan saudara sesudah waktu yang sungguh singkat atau panjang. Akan tetapi saya ingin menegaskan kepada saudara bahwa saudara akan menghadapi hari-hari yang suram apabila tidak lagi memperbaiki diri dan ruhani.

Tazkiyah Nafs

Jika manusia ingin memahami AI-Quran, acapkali dia harus membacanya. Jiwanya akan bertambah sempurna mendekati mabda’ Nur[3] serta mabda’ yang Mahatinggi. Dia harus mengangkat tabir yang menutupi dirinya. dan tabir tersebut ialah sifat ego yang terdapat pada dirinya (ananiyah) agar dapat memperoleh serta merasakan cahaya kesempurnaan yang universal. Salah satu tujuan AI-Quran ialah mengajarkan hikmah serta tazkiyah nafs (penyucian diri). Allah berfirman dalam surat al-Alaq ayat 6-7:

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia bertindak melampaui batas, disebabkan dia merasa dirinya serba cukup (merasa tidak memerlukan)”.

Ayat ini menerangkan bahwa sifat melampaui batas adalah sifat perusak jiwa manusia yang paling buruk, penafikan sifat tersebut tidak akan sempurna kecuali dengan mempelajari al-Hikmah serta membersihkan diri.

Manusia menurut tabiatnya akan melampaui batas ketika ia mendapatkan suatu kesempurnaan pada dirinya. Seandainya dia mendapatkan harta, ilmu atau suatu kedudukan tanpa disertai tujuan yang bersifat Ilahi, maka dia akan mengkufuri (melampaui batas) dengan apa yang telah diperolehnya. Karena itu salah satu sebab mengapa Firaun menjadi kufur ialah kedudukan dunia yang telah didapatinya dan dia sama sekali tidak mempunyai tujuan yang bersifat Ilahi, maka kedudukan tersebut menariknya ke dalam kekufuran.

Sungguh setiap orang yang mendapatkan sesuatu yang bersifat duniawi tanpa disertai tazkiyah nafs (penyucian diri) maka dia akan mengingkari dan mengkufurinya. Bahkan semakin bertambah kesempurnaan tersebut akan semakin bertambah pula kekufurannya.

Maka tujuan Bi’tsah Rasul adalah pembersihan diri kita untuk mengeluarkannya dari kegelapan, jika seluruh alam semesta menjadi cahaya yang maha tinggi seperti AI-Quran.

Seluruh perselisihan yang terdapat di antara manusia, khususnya yang terdapat di antara penguasa berasal dari kekufuran jiwa mereka. Kekufuran tersebut bersumber ketika manusia mendapati dirinya pada suatu kedudukan yang maha tinggi. la akan kufur dan tidak merasa cukup dengan kedudukan yang tinggi, sehingga kekufuran itu menariknya untuk berbuat zalim yang menimbulkan perselisihan tersebut.

Tidak ada perbedaan atas perselisihan yang dilakukan oleh individu- individu yang mempunyai kedudukan ataupun tidak, semua itu dihasilkan oleh kekufuran. Ucapan Firaun “Saya adalah Tuhan yang maha tinggi” juga kekufuran ketika dia diberi suatu kesempurnaan.

Apabila umat manusia membersihkan diri mereka serta mempelajari al-Kitab dan al-Hikmah, maka jiwa-jiwa mereka tidak akan kufur karena setiap individu yang telah membersihkan diri tidak akan mendapati dirinya merasa cukup untuk memperoleh suatu kedudukan dan melihat dirinya kemudian mengaguminya. Maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim.

Seluruh persoalan dan perselisihan yang bersifat duniawi bersumber dari kezaliman diri manusia yang berasal dari hawa nafsunya. Jika manusia membina untuk membersihkan dirinya maka hilanglah perpecahan tersebut. Seandainya seluruh para Nabi berkumpul di suatu tempat, kota atau negeri maka mereka tidak akan berselisih karena mereka telah membina diri mereka berikut memahami al-Kitab dan al-Hikmah serta menerimanya.

Sesungguhnya problema kita bersumber dari kekosongan jiwa dari tazkiyah nafs, dan yang lebih berbahaya bagi umat manusia ialah orang yang telah meridapatkan kesempurnaan dalam segi keilmuan yaitu bidang agamis. Orang seperti itu jelas kehilangan kesucian pada dirinya. Kekufuran orang-orang yang telah meraih kedudukan, jauh lebih luas dampaknya daripada kekufuran orang-orang awam. Ketika seorang awam berbuat kufur maka dampak kekufuran tersebut hanya sebatas mereka, keluarga atau lingkungannya, tapi ketika seorang penguasa berbuat kufur maka dampak kekufuran tersebut tidak hanya sebatas keluarga atau lingkungannya, tapi mencakup seluruh negeri atau dunia yang menyebabkan kerusakannya. Coba kita bandingkan kekufuran yang dilakukan oleh Firaun dengan kekufuran yang dilakukan oleh orang awam.

Bagi mereka yang mempunyai kedudukan, bila ingin memperbaiki statusnya maka harus memulai dari kalangan atas dengan mengoreksi pribadi mereka masing-masing dan menganggap kecil dirinya. Mereka yang meyakini bahwa agama Islam ialah suatu agama yang mengangkat derajat manusia serta mempercayai bahwa Bi’tsah Nabi sebagai petunjuk bagi umat manusia, maka mereka harus memperhatikan masalah ini yang sudah menjadi salah satu ajaran agama Islam.

“Sesungguhnya manusia bertindak melampaui batas, disebabkan dia merasa dirinya cukup [tidak memerlukan]. (QS. aI-‘Alaq, 96: 6-7)

Jadi tazkiyah nafs merupakan suatu pengantar untuk menerima dan menggapai cahaya Ilahi. Barang siapa yang tidak memperhatikannya maka ilmu dan kedudukan yang telah dia peroleh akan membahayakan, bahkan lebih bahaya dari kesempumaan (karunia) yang lain yaitu membuat kehancuran di dunia dan akhirat.

Perhatikan hal tersebut dan nikmat-nikmat Ilahi yang dengannya kita dapat menyambung hidup hingga saat sekarang di bulan suci ini, serta perhatikanlah makna tujuan yang akan terjadi jika seseorang melalaikannya?

Sesungguhnya harapan saya atas kalian sangat besar. Agar kalian menjaga diri dengan rasa rendah hati dan berusaha membersihkannya. serta berikanlah semangat kalian untuk Islam agar tercapai tujuannya.

(AI-Ghadir; terjemahan Alwi al-Idrus dari kitab Mukhtarat min Aqua aI-Imam)