Pesan Sang Imam (bagian7)

Pesan Sang Imam (bagian7)0%

Pesan Sang Imam (bagian7) pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Sejarah & Biografi

Pesan Sang Imam (bagian7)

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: (http://abatasya.net)
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 4190
Download: 1396

Komentar:

Pesan Sang Imam (bagian7)
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 12 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 4190 / Download: 1396
Ukuran Ukuran Ukuran
Pesan Sang Imam (bagian7)

Pesan Sang Imam (bagian7)

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

PESAN SANG IMAM

(Bagian 7)

Penerjemah : Tim AI-Jawad

Penerbit : AI-Jawad Publisher

Tahun Penerbitan : Shafar 1421 H/Mei 2000 M

Khomeini, Ruhullah al-Musawi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Ilahi Rabbi yang dengan izinnya, saya dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjunganku Rasulullah Saww beserta Ahlibaitnya yang disucikan, karena dengan bimbingan mereka telah memberikan jalan lurus kepada Sumber Pencipta.

Sebelumnya saya meminta maaf, karena buku ini hanyalah merupakan kumpulan khutbah-khutbah maupun tulisan Imam Khomeini yang dipilih dan dipilah dari beberapa buletin Islam, jurnal-jurnal lslam dan referensi-referensi lain. Dengan demikian, ini bukanlah karya utuh beliau. Akan tetapi, benang merah yang terjalin dalam pikiran-pikiran Sang Matahari Persia ini tetaplah akan memberikan citra beliau sebagai insan yang sempurna. Meskipun sedikit.

Besarnya kecintaan saya -untuk sekadar mewakili para pembela keadilan dan penegak kebenaran- kepada Imam Khomeini atas segala perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya dalam menegakkan Islam di tengah-tengah kezaliman abad ini memotivasi saya memberanikan diri menyusun buku ini. Sekadar mempublikasikan kepada khalayak ramai mengenai perjuangan Imam Khomeini agar kita dapat bercermin dan mengambil hikmah serta mengaplikasikannya dalam kehidupan kita untuk menegakkan Islam selaku umat Rasul dan para Imam suci.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada Yayasan AI-Jawad berkenaan dengan penerbitan buku ini; kepada ustadz Husein Alkaff, dan rekan-rekan staff AI-Jawad yang senantiasa membantu baik secara moral maupun spiritual. Khususnya terimakasih saya ucapkan sedalam-dalamnya kepada isteri dan anak saya tercinta Muhammad Mahdi Ruhullah, yang selalu memberikan dorongan untuk segera merampungkan buku ini.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada para penerjemah dan beberapa penulis khutbah Imam Khomeini yang saya ambil dari beberapa buku, karena tidak meminta izin atau permohonan sebelumnya untuk memuat khutbah-khutbah Imam. Saya semata-mata ingin menampilkan sosok Imam Khomeini dari berbagai sudut pandang perjuangan dan pengorbanan dengan keterbatasan sumber pustaka yang saya miliki.

Harapan saya yang utama adalah mudah-mudahan buku ini bisa membuka wawasan baru kepada umat Islam, khususnya para pemuda, yang memiliki ghirah tinggi sehingga mampu mengambil hikmah dari sejarah yang baru saja terjadi di abad XX.

Imam Khomeini adalah sosok yang sesuai sekali dengan gambaran Imam ‘Ali as. yaitu sebagai: “Orang yang menarik dan menolak”. Di satu sisi dia disanjung dan dicinta karena dia berada pada satu jalan baik keyakinan maupun prinsip-prinsipnya. Namun di lain pihak juga ditolak oleh kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan pinsip dan keyakinannya. Imam Khomeini sangat mencintai kebenaran dan amat murka terhadap kezaliman. Hal ini dapat kita ketahui dari khutbah-khutbahnya.

Terakhir, saya mohon maaf atas ketidaksempurnaan buku ini dan berharap para pembaca budiman bisa menyempurnakannya dengan buku-buku sejenis. Semoga ikhtiar kecil ini mulia di hadapan Allah dan diridhai Hazhrat Shahibuzzaman afs.

Bandung, Muharram 1420 H/Mei 1999 M

Sandy Alison

SEKAPUR SIRIH

Oleh : Husein Alkaff

Imam Khomeini, Siapa dia?

Sejak runtuhnya khilafah (imperium) Otsmaniyah di Turki, tepatnya setelah perang dunia pertama tahun 1919. Negara Turki secara drastis menjadi negara sekuler pertama di negeri-negeri Islam dibawah pimpinan seorang budak Zionis-Yahudi, Mushthofa Kamal Attaturk. Konsekuensi dari tegaknya pemerintahan sekuler adalah jilbab diharamkan, huruf Arab diganti dengan huruf latin, kumandang adzan yang berpahasa Arab dirubah dengan bahasa Turki dan kebijakan-kebiajakan lainnya uhtuk menghilangkan ciri-ciri Islami dari dataran pantai Meditarian dan pesisir Kaspia. Seorang orientalis kontemporer, John L. Esposito berkata, “Semenjak tahun 1924 sampai kepada wafatnya pada tahun 1938, Mustafa Kemal melaksanakan rangkaian pembaharuan yang bersifat sekuler, yang secara tuntas menciptakan negara bercirikan pemisahan agama dan politik sepanjang kelembagaan. (Islam dan Politik, hal. 133)

Sejak itu, nasib kaum muslimin makin terpuruk. Karena tidak ada imperium Islam yang kuat setelah itu. Wilayah kaum muslimin yang terbentang dari Tanja (Maroko) sampai Jakarta (Indonesia) yang meliputi benua hitam Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan beberapa dataran Eropa, seperti Albania, Bosnia, Sayajevo dan Ciprus, sampai Timur Jauh (negara-negara Asia Tenggara) menjadi wilayah kolonial bangsa Eropa. Negara-negara mereka bak kue lezat yang diperebutkan dan dibagi-dibagi oleh bangsa-bangsa Eropa yang telah lama menyimpan rasa dendam dan kebencian terhadap Islam. Saya teringat dengan ucapan guru saya yang sangat saya cintai, almarhum ustadz Husein bin Abubakar Alhabsyi, dihadapan beberapa santrinya, “Lihatlah benua Afrika (sambil menunjukkan benua Afrika dalam peta dunia) yang berwarna warni dan compang-camping. Itu adalah peninggalan kaum kolonialis Eropa”. Maksud beliau, negara-negara di Afrika yang tadinya satu dibawah dominasi Turki kemudian dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Italia dan Perancis) terpecah menjadi negara-negara yang kecil.

Terdapat usaha-usaha dari kaum muslimin untuk bangkit menghadapi dominasi Eropa. Sayyid Jamaluddin Asad Abadi (atau AI-Afghani) dengan semangat Pan-Islaminya berkeliling ke negeri-negeri Islam dan berupaya menggugah para pemimpin dan ulama Islam untuk bersatu melawan barat dan para pemimpin Islam yang terbaratkan. Kesadaran kebangkitan Islam juga muncul dari tokoh-tokoh lain seperti Abula’la al-Maududi, Hasan al-Banna, Iqbal Lahore dan yang lainnya. Mereka menjadi kekuatan yang cukup ditakuti oleh para lawan. Meski, mereka tidak berhasil menegakkan pemerintahan Islam yang independen. Apalagi gerakan-gerakan yang mereka pimpin itu surut setelah ditinggalkan oleh para pendirinya.

Memang hampir di setiap zaman dan negeri Islam terdapat gerakan-gerakan yang ber-amar makruf - nahi munkar. Namun semua itu tidak banyak merubah penetrasi Barat di negeri mereka. Sebagian darinya terbatas dengan teritorial negeri mereka, yang lain sebatas penyadaran spirit Islami dan yang lain lagi hanya merubah kedewasaan berpikir saja. Dunia Islam secara umum dirundung rasa frustasi. Harapan untuk bangkit menampakkan identitas diri makin jauh dan kabur.

Di tengah kelesuan dan pudarnya harapan, dunia Islam dikejutkan dengan revolusi Islam Iran pada tahun 1979, yang secara radikal dan total merubah tatanan politik Iran, dalam maupun luar negeri Iran. Dominasi Barat (baca: Amerika) yang begitu kuat hilang serta merta tanpa bekas sama sekali. Sistem pemerintahan Pahlevi yang monarkis tumbang. Imam Khomeini ra. dengan revolusi yang spektakuler ingin menyatakan kepada dunia bahwa Iran yang Islami bisa hidup tanpa bersandar pada dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet (laa syarqiyyah laa gharbiyyah). Dia menganggap Amerika Serikat sebagai si Setan Akbar, yang rakus dalam menguasai dunia dengan cara-cara yang licik dari jahat. Yang lebih menarik adalah sistem pemerintahan Iran sangat unik bagi Barat dan kebanyakan politisi dunia. Sistem pemerintahan wilayatul faqih tidak ada dalam kamus politik mereka. Jadi, Imam Khomeini benar-benar merubah sebuah pemerintahan yang tadinya sangat tergantung pada Barat, menjadi sebuah pemerintahan yang secara total lepas dari Barat. Hal itu memberikan wacana baru bagi dunia Islam, dan bahwa di dunia yang mungkin ini tidak ada yang tidak mungkin. Bagi kebanyakan manusia, termasuk di negeri kita juga, bahwa tidak mungkin sebuah bangsa berkembang dan maju tanpa mendekati Barat. Ternyata itu hanya perasaan bangsa yang inferior dan rendah diri. Imam Khomeini ingin menyatakan bahwa kemajuan sebuah negera tergantung kepada Barat itu hanya sekedar mitos yang mengada-ada, dan beliau ingin menghancurkan mitos tersebut. Beliau berkali-kali mengatakan ingin menegakkan Islam Muhammadi yang orisinil. Islam yang belum terkontaminasi dan terkooptasi oleh pemikiran-pemikiran yang membuat Islam kerdil dan tidak relevan dengan dunia modern.

Imam Khomeini ra., sebagai Man of The Year pada tahun 1979, berhasil menumbangkan boneka Amerika, Syah Reza Pahlevi, dan memotong tangan Amerika. Orangpun memujinya dengan menyebutnya sebagai seorang politikus ulung, seorang ulama fakih, seorang filosof dan seorang a’rif (baca: sufi).

Lantas apa yang melatar belakangi keberhasilan Imam Khomeini ra.?

Beliau berhasil menumbangkan rezim yang zalim dan menegakkan pemerintahan Islam bukan karena dia seorang politikus, karena banyak politikus lain yang lebih hebat darinya. Juga bukan karena beliau seorang ulama fakih karena banyak ulama yang barangkali lebih afqah darinya. Juga bukan karena dia seorang filosof dan a’rif, karena banyak filosof dan a’rif tetapi tidak seperti beliau.

Imam Khomeini ra. adalah, seperti yang sering dia katakan olehnya sendiri, hanya seorang santri kecil yang melaksanakan taklif-nya terhadap Allah Swt. B.eliau dalam menjalankan kehidupannya tidak punya cita-cita dan program yang muluk dan shofisticated. Beliau hanya menjalankan perintah Allah Swt. sebaik mungkin dan itu, menurutnya, sebuah keberhasilan. Adapun beliau telah berhasil menegakkan pemerintahan Islam, itu hanya karunia Allah Swt. semata. Beliau tidak pernah mengatakan atau beranggapan, bahwa revolusi Islam berhasil karena usahanya semata. Keberhasilan beliau terletak pada penyerahan dirinya secara total kepada Allah Swt. Sahabat dekatnya dan juga seorang ulama fakih besar, Ayatullah Sayyid Muhammad Baqir Shadr, yang mati syahid, beberapa bulan setelah revolusi Islam di Iran dibunuh oleh rezim Ba’ath di Iraq, pernah memerintahkan kepada para pengikutnya, “Meleburlah kalian di dalam Khomeini sebagaimana dia telah melebur di dalam Islam”.

Keberhasilan dalam pandangan Islam bukan ditilik dari sejauh mana seseorang telah menarik massa yang banyak, membangun sekolah, menduduki pemerintahan dan meraih materi, walaupun memperoleh semacam itu tidak selalu tercela. Karena andaikan itu yang dijadikan sebagai ukuran, maka perjuangan para nabi dan rasul terdahulu dianggap tidak berhasil. Dan Adolf Hitler, Stalin, Lenin dan yang lain berhasil dalam menegakkan pemerintahan dan menarik massa. Keberhasilan dalam pandangan Islam dilihat dari sisi sejauh mana seseorang mengabdikan dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Dan itulah tugas manusia. Imam ‘Ali as. disaat kepala sucinya ditebas secara spontanitas berkata, “Demi Tuhannya Ka’bah, aku sungguh telah beruntung”. Mati syahid di atas kebenaran merupakan keberuntungan dan keberhasilan.

Para nabi, rasul, imam dan orang saleh hanya melihat Allah Swt. sebagai target dan tujuan. Mereka terilhami wahyu Ilabi yang berbunyi “Sesungguhnya kepada Tuhanmu perjalanan berujung”. (QS. an-Najm, 53: 42), dan ayat yang lainnya. Keberhasilan dalam bidang materi tidak begitu berarti bagi mereka, dan kegagalan di dalam bidang yang sama juga tidak membuat mereka kecewa. Karena materi tidak lain dari esensi itu sendiri (al-Mahiyyah) yang, dengan meminjam istilah filsafat Transendental (al-Hikmah Muta’aliyah)-nya Mulla Sadra ra., ada dan tidak ada baginya sama” (Iihat, Bidayah al-Hikmah, Allamah Thaba’thabai ra.). Yang mereka cari adalah haqiqat sebagai haqiqat. Keterkaitan mereka dengan materi hanya karena mereka diciptakan di alam materi an sich. Hubungan mereka dengan alam materi sebatas hubungan bagian wujud mereka yang materil. Sedangkan bagian yang non materi tidak bersentuhan dengan materi. Tentang mereka, Imam ‘Ali as. berkata, “Jasad mereka berada di alam dunia, tetapi ruh mereka bergelantungan di tempat yang sangat tinggi”. (al-Hikamah 143, Syarah Nahj al-Balaqhah).

Perjalanan menuju Allah Swt, sebagaimana Imam Khomeini ra. lakukan, merupakan taklif setiap manusia. Amat sangat indah, filosof Ilahi Muhammad Shadruddin al-Syirazi atau yang lebih dikenal dengan Mulla Sadra dalam karya monumentalnya, al-Hikmah al-Muta’aliyah fi al Asfaar al Aqliyyah al Arba’ah, menjabarkan perjalananmenuju Allah Swt. dalam empat tahapan. Beliau dalam kata pengantarnya mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya para pesuluk dari kalangan ‘urafa dan auliya’ mempunyai empat perjalanan: pertama, perjalanan dari makhluk menuju al-Haq. Kedua, perjalanan dengan al-Haq di dalam al-Haq. Ketiga, kebalikan dari yang pertama, perjalanan dari al-Haq menuju makhluk dengan al-Haq, dan keempat, kebalikan dari yang kedua, perjalanan dengan al-Haq di tengah makhluk”.

Yang dilakukan Imam Khomeini ra. hanya berjalan dan bergerak menuju Allah Swt.dan yang menjadi fokus perhatian beliau adalah perjalanan akal dan ruh, bukan materi, kekuasaan dan popularitas. Untuk mencari materi, kekuasaan dan popularitas tidak diperlukan menempuh perjalanan spiritual. Beliau tidak ingin materi, karena sampai akhir hayatnya pun beliau tidak meninggalkan kekayaan kecuali beberapa jilid buku, karpet yang kusam dan beberapa helai pakaian. Menjadi wali faqih pun bukan karena ambisi kekuasaan, melainkan karena panggilan tanggung jawab dan tugas di hadapan Allah Swt. Seperti halnya Nabi Yusuf as.:“Jadikanlah aku menguasai kekayaan-kekayaan bumi. Sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf, 12: 55)

Menurut Ayatullah Jawadi Amuli, seperti yang dikutip oleh Sayyid Kamal al-Haydari dalam kuliah filsafat dan kalamnya di Qum, bahwa Imam Khomeini dalam perjalanan spiritualnya telah sampai di tahapan yang ketiga. Penilaian tersebut, tentu, berlaku bagi orang yang sekelas Imam Khomeini atau orang yang punya kompetensi di bidang ‘irfan.

Sekapur sirih ini tidak ingin lebih jauh menjelaskan tentang Imam Khomeini ra., karena beliau adalah cahaya. Cahaya (nur) itu jelas dengan dirinya sendiri tanpa bantuan yang lain. Untuk mengetahui cahaya hanya diperlukan membuka mata. Karya-karya tulisnya, muri,d-muridnya dan revolusi yang beliau pimpin adalah kredit point yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun, beliau besar bukan karena orang-orang yang membesarkannya, dan beliaupun tidak merasa besar dengan itu. Beliau besar dengan Sang Maha Besar. Beliau besar karena pengabdiannya kepada Sumber Kebesaran.

Bandung, 5 Shafar 1421 H/9 Mei 2000 M

Wassalam,

Husein Alkaff

PENGANTAR PENERBIT

Ayatullah Ruhullah al-Musawi al-Khomeini adalah sosok agung yang muncul pada abad XX dalam menegakkan agama Rasulullah Saww dan para Imam Suci -‘alaihimussalam- di tengah penindasan dan tirani yang kejam. Revolusi Islam Iran yang terjadi antara tahun 1978 sampai 1979 telah menumbangkan kekuasaan monarki absolut Dinasti Pahlevi, satu rezim terkuat di Dunia Ketiga yangsemuanya dibantu oleh Amerika Serikat dan Inggris. telah berhasil ditumbangkan oleh gerakan rakyat yang dipimpinnya.

Tidaklah mengherankan kalau hal ini menjadi pembicaraanyang banyakdan menyeluruh di seantero dunia, dan menjadi penelitian penting bagi pakar sosial politik karena sangatlah di luar dugaan, ulama yang sudah tua dan selalu berada di pengasingan dapat menumbangkan rezim yang sangat absolut dan totaliter, kemudian menggantinya dengan Republik Islam. Perbedaan yang sangat bertolak belakang di mana Iran prarevolusi bisa disebut sebagai negara sekuler. maka Iran pascarevolusi bisa disebut sebagai negara teo-demokrasi yang sangat didominasi oleh kaum Mullah (Ulama Syi’ah).

Revolusi Islam merupakan hasil dari proses akumulasi ketidakadilan rakyat Iran terhadap kebijakan-kebijakan Syah di segala bidang baik ekonomi, politik, agama, dan sosial budaya. Semua ketidakpuasan itu telah dialami oleh rakyat Iran selama beratus-ratus tahun. Kunci sukses dari Revolusi Islam Iran adalah : (i) di satu sisi terbentuknya persatuan di antara kelompok-kelompok penentang Syah, baik berpaham nasionalis dan Islamis; (ii) di sisi yang lain muncul Sang Imam yang dapat menyatukan mereka semua menjadi kekuatan besar dan tak dapat dibendung oleh penguasa tiran. Hal ini besar kemungkinan karena tradisi dan ideologi Syi’ah yang sangat kuat berakar di hati rakyat Iran.

Revolusi besar Iran dalam banyak hal memiliki perbedaan-perbedaan dengan beberapa revolusi yang terjadi di dunia. la berbeda dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang sangat menitikberatkan kepada pendidikan individu (perorangan), juga berbeda dengan gerakan Jami’ati Islam Pakistan yang menitikberatkan pada tantangan intelektual. Bahkan Revolusi Iran berbeda jauh dengan Revolusi Prancis serta Revolusi Rusia. Revolusi Islam Iran mempunyai sejumlah keistimewaan di antaranya adalah revolusi yang dilandasi pada dasar keagamaan, keyakinan Islamis serta tujuan-tujuan hidup agamais dan Qurani. Juga tidak terlepas dari partisipasi ulama yang sangat bertanggung jawab di seluruh negara yang bertujuan untuk membentuk suatu bangsa Islami.

Perjuangan Imam Khomeini secara umum bertujuan untuk merombak tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang sudah berubah 180 derajat dari jalan kebenaran. Penggunaan sistem pemerintahan yang dilandasi oleh konsep Wilayat al-Faqih (perwalian fakih) yang dipublikasikan secara umum oleh Imam, merupakan konsep yang dikembangkan dari keyakinannya. Partisipasi dari kalangan ulama untuk menentukan arah politik di Iran berangkat dari keyakinan bahwa Islam tidak memisahkan antara agama dan politik. Kedua-duanya merupakan satu kesatuan, sehingga peran ulama di kalangan masyarakat tidak hanya sebagai pembimbing ruhani, namun juga sebagai tokoh politik yang menentukan arah bangsa.

Banyak tokoh dunia yang angkat topi dengan Imam, baik itu dari golongan Islam sendiri, Sunni maupun Syi’ah, Bahkan juga rasa kagum dan hormat dari orang-orang luar Islam. Tak terkecuali kalangan orientalis pun kagum atas kepribadian beliau. Kepribadian yang dimiliki Imam begitu bersahaja. Kesederhanaannya telah melekat mendarah daging. Namun keteguhan sikap serta ketegarannya dalam menentang kezaliman merupakanteladan yang patut dicontoh bagi semua tokoh Islam yang menginginkan kebebasan bangsanya dari penindasan dan ketidakadilan. Orang mengira dengan menguasai Iran secara keseluruhan Imam Khomeini mendapat keuntungan materi, tetapi semua itu sirna bila kita mengetahui lebih mendalam lagi mengenai sosok beliau. Banyak tokoh tercengang dan seakan tidak percaya ketika melihat kediamannya di Jamaran, Teheran. Rumah sederhana yang luasnya tidak lebih dari 100 m2 dan hanya dilengkapi perabot sederhana untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Itupun bukan rumah pribadi melainkan rumah kontrakan.

Begitu banyak teladan mulia dari kepribadian beliau yang tidak dapat kami gambarkan di sini. Akan tetapi pembaca dapat merenungkan kepribadian beliau dari beberapa khutbahnya di buku ini yang bisa Anda tarik sebagai pelajaran yang bermanfaat dalam kehidupan. Walaupun sekarang sudah tidak bersama kita lagi, namun perjuangan dan pengorbanan beliau untuk menegakkan Islam, sangatlah inspiratif dalam memperkukuh semangat juang kaum muslimin selama kita tetap berpegang kepada AI-Quran, Rasulullah dan Ahlibaitnya yang suci.

Begitu banyak cerita yang dapat kita ambil hikmahnya dan manfaatnya dari perjalanan orang-orang suci. Khususnya Rasulullah dan para Imam, juga para wali Allah baik perjuangan dan pengorbanannya. Namun tokoh sejarah yang sudah dicatat yang dekat dengan kita adalah sejarah Imam Khomeini yang masih membekas dalam ingatan kita. Artinya perjuangan seorang hamba Allah, pengikut setia Rasulullah dan Imam Suci dapat menghasilkan pribadi yang agung dan perubahan yang begitu memukau umat manusia. Apalagi sesuatu yang dihasilkan oleh guru sekaligus pembimbing utamanya yaitu RasuJullah dan para Imam Suci, tentulah jauh lebih besar lagi dari apa yang kita lihat pada sosok Imam Khomeini.

Buku ini berisi beberapa khutbah dan wasiat-wasiat Imam Khomeini menjelang wafatnya, yang akan memberikan hikmah kepada kita dalam melaksanakan kebenaran dan menentang kezaliman.

Akhir kata, kami tutup buku ini dengan Bibiografi Imam Khomeini tentang kehidupan dan perjuangannya. Semoga kontribusi kecil ini mampu menggairahkan kembali semangat ber-lslam yang benar di saat bangsa kita dilanda berbagai krisis untuk diteladani perjuangannya dalam menengakkan panji-panji Islam. Amin.

Bandung, Shafar 1421 H/Mei 2000 M

AI-Jawad Publisher

Pesan Haji Dalam Perspektif Imam Khomeini

Kepada seluruh para haji Baitul Haram semoga Allah Swt. menolong mereka setelah menghaturkan salam sebesar-besarnya.

Pada hari ini, dimana kuku-kuku kotor para penjajah telah ditancapkan di tubuh umat Islam, di dalam tanah air milik umat AI-Quran dengan tujuan mengeruk seluruh kekayaan dan hasil bumi yang ada. Menyebarkan racun kebu- dayaan AI-Quran, sehingga para pemuda berbondong-bondong dalam satu barisan berkhidmat kepada orang asing dan para penjajah.

Tiap hari mereka juga menyodorkan lagu-lagu baru dan nama-nama penipu yang dijadikan idola oleh pemuda-pemuda itu.

Dalam keadaan demikian, maka wahai para penerus ummat yang berkumpul di tanah turunnya wahyu, hendaklah kalian manfaatkan kesempatan ini serta pikirkanlah jalan keluarnya.

Ajaklah berdiskusi atau bermusyawarahlah diantara kalian untuk menyelesaikan masalah-masalah umat Islam. Ketahuilah bahwa kumpulan besar yang diadakan tiap tahun atas perintah Allah Swt. ini, mewajibkan kepada kalian umat Islam, agar berusaha keras melaksanakan tujuan-tujuan Islam yang suci, juga berusaha mengangkat martabat umat Islam dan menyatukan mereka dalam masyarakat Islam.

Dengarlah penderitaan masyarakat dari penduduk tiap negeri, jangan berhenti untuk menyelesaikan permasaiahan-permasalahan mereka. Tiap keluarga dari berbagai negara di perkumpulan yang suci hendaknya menjelaskan permasalahan-permasalahan kaum muslimin. Pikirkanlah urusan para fakir miskin di dunia Islam. Carilah jalan untuk membebaskan bumi Palestina dari cengkraman Zionis, musuh bebuyutan Islam dan kemanusiaan. jangan lupakan perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk membebaskan Palestina, dan tolonglah mereka.

Kepada para ulama yang berkumpul di tempat turunnya wahyu, setelah berdiskusi, hendaknya memberikan penjelasan-penjelasan kepada penerus umat Islam untuk membangkitkan mereka agar dapat disebarluaskan setelah mereka kembali ke negara masing-masing.

Para ulama juga hendaknya menanyakan kepada pemimpin-pemimpin berbagai negeri menurut apa yang mereka saksikan. Jauhilah perselisihan dan carilah jalan keluar untuk melepaskan dari cengkeraman penjajah. Seandainya para pemimpin negeri menjauhi perselisihan dan mau memahami tujuan Islam yang suci, serta berjalan menuju ke arahnya. Maka dalam keadaan demikian mereka tidak lagi dianggap hina oleh para kolonialis.

Sesungguhnya perselisihan diantara merekalah yang menyebabkan timbulnya permasalahan Palestina yang terus berkembang tanpa ada penyelesaiannya.

Maka seandainya tujuh ratus juta muslimin dengan kekayaan mereka yang berlimpah, memiliki kesadaran berpolitik dan bersatu di dalam satu barisan, maka penjajahan yang merpjalela tidak mungkin masuk menembus negara-negara mereka. Kemudian apalagi yang dikhawatirkan dari Yahudi yang menjajah ...?

Saya mendukung pada pejuang Islam dan negara-negara merdeka, yang membasmi penjajahan dan penjajah, memerdekakan negara-negara Isam dan menghancurkan belenggu tawanan.

Semoga Allah Swt melepaskan kita dari aturan-aturan penguasa zalim dan dari taring-taring kotor penjajah.

Dan semoga Allah Swt. mengabulkan amalan ibadah haji kalian. Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan alam semesta, Shalawat dan salam kita haturkan pada junjungan Nabi kita Muhammad Saww. dan keluarganya yang bijak dan suci. Allah Swt berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku. jadikanlah negeri yang aman dan jauhkanlah Aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala.

Ya Tuhanku. Sesungguhnya berhala-hala itu telah menyesatkan banyak manusia, barangsiapa yang mengikutiku maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku. Dan barangsiapa mendurhakai Aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Baqarah, 2: 126)

Telah hadir musim haji di hadapan kita, gema talbiyah yang semakin berkumandang dari hati orang-orang yang telah memenuhi tempat suci Ilahi yang aman. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang berbondong- bondong menuju tempat zikir, istighfar. kebangkitan dan persatuan, juga sebagai tempat pertemuan ikhwan dari berbagai pelosok dunia.

Aku hadapkan diriku pada Allah Swt. dengan rasa syukur dan rendah diri, Aku puji Allah dengan pujian-pujian yang agung seagung sifat-sifat khusna-Nya. Dengah pujian yang luas, seluas lautan rahmat-Nya. Semoga la memberikan kembali taufik-Nya kepada kaum muslimin yang rindu untuk menunaikan kewajiban ini.

Dan dengan ini pula semoga Allah mengangkat bendera keperkasaan dan keagungan di atas kaum muslimin, di Baitullah yang tentram dan menjamu para jamaah haji Iran di atas rahmat dan keagungan.

Sesungguhnya manusia tidak mampu menyifati nikmat yang terbesar ini dan kadarnya, meskipun diberi karunia kefasihan lisan dan kemampuan menjelaskan. Semoga Allah Swt. menerangi hati kita yang rindu, maka nampaklah hakikat itu di dalamnya tanpa perantara kata-kata dan kalam.

Wahai saudara-saudaraku dimana saja Anda berada dan dari manapun Anda berasal. sesungguhnya satu hal penting yang hendak saya katakan kepada kalian bahwa haji adalah nikmat Ilahi yang dianugrahkan oleh Allah Swt. bagi generasi-generasi muslim. Dengan mensyukuri nikmatihi serta mengetahui nilainya niscaya Allah Swt. akan menambahnya. Apabila mengkufuri serta mengingkari nikmat-Nya. niscaya Allah akan menarik kembali nikmat terse but dari umat Islam. Itulah azab Allah yang pedih sebagaimana firman Allah yang berbunyi,

“Dan jika kalian mengkufuri nikmat-Ku maka ketahuilah bahwa azab- Ku sangat pedih”, (QS. Ibrahim, 14: 7)

Ketahuilah bahwa hilangnya nikmat haji bukan karena tidak adanya perhatian kaum muslimin terhadap pelaksanaan kewajiban ini, tapi hal itu dikarenakan mereka hampa dari manfaat dan faedah haji yang tak terhingga, bertambah banyaknya jumlah para jemaah haji setiap tahun, tetapi karena untuk memetik hasil dari manfaat-manfaat haji tersebut tidak ada. Allah Swt berfirman:

“Agar mereka menyaksikan manfaat-manfaat untuk mereka”. (QS. al- Haji, 22: 28)

Selayaknya kita memikirkan dengan baik, apakah dunia Islam dapat menggunakan manfaat haji? Apa manfaat-manfaat tersebut secara mendasar?

Haji yang benar dapat menciptakan perubahan pada kandungan yang mendalam dari setiap personil kaum muslimin, mampu menanamkan hubungan dengan Allah Swt. dan ketergantungan diri kepada-Nya dalam jiwa mereka, juga dapat membangkitkan semangat penolakan terhadap berhala-berhala zahir dan batin pada diri manusia. Berhala-berhala itulah yang menjelma sebagai hawa nafsu, syahwat yang hina dan kekuatan kezaliman yang berkuasa.

Haji dapat menanamkan rasa kemampuan, kepercayaan diri serta ketenangan dan pengorbanan. Perubahan ini bisa menciptakan diri setiap manusia sebagai satu makhluk yang tidak mengenal kegagalan dan pantang mundur serta tahan terhadap ancaman dan bujukan.

Haji yang shahih dapat menciptakan orang luluh dalam tubuh umat Islam menjadi satu kesatuan yang kuat dan berdayaguna, juga dapat menjadikan bagian-bagian yang bercerai-berai ini saling mengenal satu sama lain dan saling bercerita tentang harapan dan kepedihan, tentang perkembangan dan kebutuhan bersama, dan tentang pengalaman yang diperoleh. Kalaulah haji diletakkan di tengah kerangka yang mengarah kepada tujuan-tujuan dan hasil di atas tadi, kerja sama para penguasa dan alim ulama serta tokoh-tokoh ashaburo’y (bijak, pent.) di dunia Islam, niscaya haji tersebut menurunkan anugerah yang besar kepada umat Islam yang tidak bisa di timbang dengan anugerah lain di dunia ini.

Sesungguhnya kita menerima dengan baik bahwa terdapat pemisah besar antara bentuk sekarang dengan bentuk yang dikehendaki dalam pelaksanaan kewajiban Ilahi ini.

Surat Imam Khomeini Kepada Gorbachev

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kepada Yang Mulia Tuan Gorbachev,

Ketua Presidium Uni Soviet

Semenjak Anda memegang kekuasaan, timbul kesan bahwa Anda, dalam menganalisa masalah politik dunia, khususnya yang timbul menyangkut Uni Soviet, telah mendapati diri dalam era baru penafsiran kembali, peralihan dan tantangan. Keberanian dan keteguhan Anda menghadapi kenyataan internasional tersebut nampaknya akan membawa perubahan pertimbangan kekuasaan di dunia sehingga saya merasa perlu meminta perhatian Anda pada beberapa hal berikut ini.

Meskipun sikap dan keputusan Anda yang baru itu hanya terbatas pada bagaimana cara mengatasi problema kepartaian selain dilema bangsa Anda, namun keberanian Anda meninjau kembali ideologi yang selama bertahun-tahun telah memenjarakan kaum revolusioner dunia dalam tirai besi pantas mendapat pujian. Tetapi jika Anda mau berfikir lebih jauh dari itu, masalah pertama yang pasti menolong Anda mencapai keberhasilan adalah meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan pendahulu Anda dalam meneguhkan ateisme dan ketidakberagamaan. Ketahuilah, inilah satu-satunya jalan realitis untuk mengatasi masalah-masalah dunia.

Mungkin saja kebijakan dan pratek-praktek menyimpang para pemimpin komunis terdahulu dalam bidang ekonomi menyebabkan dunia Barat menjadi tampak menarik, padahal tidak demikian. Jika Anda ingin mengakhiri luka ekonomi sosialisme-komunisme Barat. Bukan saja Anda tidak mampu menyembuhkan penderitaan masyakat Soviet, tapi juga akan mengundang orang lain mengatasi kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan. Karena jika Marxisme telah mengalami jalan buntu dalam aspek ekonomi dan sosialnya, maka Barat pun mengalami problema yang sama, tentu dengan cara yang berbeda.

Yang Mulia Tuan Gorbachev, seharusnya kita menyerahkan diri kepada kebenaran. Masalah utama negara Anda tidaklah bersumber dari kepemilikan atau ekonomi atau kebebasan; Namun masalan Anda yang sebenarnya berasal dari tiadanya keimanan hakiki kepada Tuhan, masalah sama yang juga menyeret Barat kepada kehancuran dan jalan buntu. Problema Anda berasal dari perang yang berkepanjangan dan sia-sia terhadap Tuhan, sumber hakiki makhluk dan alam semesta.

Yang Mulia Gorbachev, sangatlah jelas bagi semua orang bahwa mulai sekarang dan seterusnya, kehendaknya orang mencari komunisme dalam museum sejarah politik dunia, karena Marxisme tidak mampu memenuhi kebutuhan hakiki manusia. Marxisme adalah aliran materialistis, dan hanya dengan materialisme, seseorang tidak akan mampu menyelamatkan manusia dari krisis ketiadaan kepercayaan dalam spiritualitas. Yang merupakan penderitaan terparah menimpa masyarakat manusia di Timur dan Barat.

Yang Mulia Tuan Gorbachev, boleh jadi dalam beberapa aspek, Anda tidaklah berpaling dari Marxisme dan bahkan di masa depan Anda mungkin saja menyuarakan keyakinan teguh terhadap Marxisme dalam wawancara- wawancara di depan umum; Bagaimanapun, Anda sendiri tahu betul bahwa yang benar bukan itu.

Pemimpin Cina memberikan pukulan pertama kepada komunisme dan Anda memberikan pukulan kedua yang nampaknya merupakan pukulan terakhir. Dewasa ini tidak ada lagi yang bernama komunisme di dunia ini.

Namun, secara tutus saya mengharapkan kiranya Anda untuk tidak terperangkap dalam penjara Barat dan Setan Besar ketika Anda mendobrak tirai-tirai besi idealisme Marxis. Saya harapkan Anda memperoleh kehormatan, menghapus sisa-sisa terakhir dari tujuh puluh tahun penyelewengan komunisme dunia dari lembaran sejarah dan tanah air Anda.

Dewasa ini, bahkan negara-negara yang biasanya dianggap sekutu, Anda, yang sangat berhasrat untuk melindungi kepentingan rakyat dan negerinya, tidak lagi mampu meyakinkan diri mereka untuk menggunakan kekayaan nasionalnya. Baik yang di atas maupun yang di bawah tanah,untuk membuktikan kebenaran komunisme, yang gemeretak keruntuhannya telah terdengar oleh para penganutnya.

Yang Mulia Tuan Gorbachev, ketika seruan “Allah Maha Besar” dan pernyataan kesaksian akan kerasulan Nabi terakhir Saww. terdengar kembali setelah tujuh puluh tahun dari menara-menara masjid pada sebagian Republik Soviet, bergetarlah hati seluruh pengikut sejati Islam yang dibawa Muhammad Saww. Karena itu, sayamerasa perlu menyebutkan hal ini kepada Anda agar Anda sekali lagi mempertimbangkan pandangan dunia materialis maupun Ilahi.

Kaum materialis menganggap indera sebagai Kriteria pengenalan mereka dan segala sesuatu yang berada di luar jangkauan indera tidaklah termasuk dalam wilayah pengetahuan. Mereka berpendapat, Keberadaan (eksistensi) sama dengan wujud material, karenanya segala sesuatu yang bukan materi dianggap tidak berada. Dengan demikian, mereka memandang alam gaib. seperti eksistensi Allah Yang Maha Kuasa, wahyu Ilahi. Misi Kenabian dan Hari Kebangkitan sebagai dongeng semata-mata.

Dasar pengetahuan dalam pandangan dunia Ilahi terdiri dari “indera” dan “akal”, dan segala sesuatu yang “rasional” termasuk dalam wilayah pengetahuan, walaupun tidak terjangkau indera. Karena itu yang terlihat dan tak terlihat dapat berada. Sebagaimana pengetahuan tentang hal-hal material bergantung pada nonmaterial, pengetahuan empiris bersandar pada pengetahuan rasional.

AI-Quran al-Karim mengkritik dasar-dasar pandangan dunia Kaum materialis dan arguman yang menganggap Tuhan itu tidak ada, dengan asumsi bahwa sekirahya Tuhan ada, tentu bisa dilihat; atau orang-orang yang berkata,

“Kami tidak akan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah dengan nyata”. (QS. al-Baqarah, 2: 55)

AI-Quran menolak mereka dengan mengatakan,

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-An’aam, 6: 103)

Kita juga dapat membuktikan hal-hal Wahyu Ilahi, Misi Kenabian dan Hari Akhirat tanpa menggunakan argumen-argumen yang diajukan oleh AI- Quran Suci yang dalam pandangan Anda merupakan perkara yang masih diperdebatkan. Pada prinsipnya, saya cenderung untuk tidak melibatkan Anda dalam kepelikan-kepelikan para filosof khususnya para filosof Islam. Saya cukupkan dengan dua contoh sederhana, mudah difahami secara fitri serta bermanfaat bagi para politisi sekalipun.

Jelaslah bahwa materi dan jasad, apa pun adanya, tidaklah sadar akan dirinya. Telah merupakan ciri khas benda fisik bahwa ia tak sadar dan tak mengetahui apa-apa, padahal kita lihat dengan jelas bahwa manusia dan makhluk hidup menyadari lingkungannya. Mereka mengetahui di mana mereka berada dan merasakan apa yang terjadi di sekeliling mereka. Jadi, manusia dan makhluk hidup memiliki sesuatu yang melampaui benda dan berbeda dari benda, yang tak bersama kematian.

Diketahui pula bahwa menurut fitrahnya manusia cenderung kepada kesempumaan tanpa batas. Dan Anda sangat mengetahui bahwa manusia pencari kekuasaan berhasrat menjadi mahakuasa di dunia. Dari itu ia tidak tertarik kepada suatu kekuasaan yang tak sempurna. Sekalipun, misalnya ia menguasai alam semesta dan dikatakan kepadanya bahwa ada suatu dunia lain maka secara alami ia akan berhasrat untuk menguasai dunia lain itu pula.

Manusia penuntut ilmu, betapa pun terpelajarnya, jika ia mendengar ada ilmu lain, secara alami akan ingin mendapatkan ilmu itu pula. Maka tentulah ada kekuasaan yang mutlak dan pengetahuan mutlak sebagai sifat-sifat suatu wujud yang merupakan obyak cinta dan pencarian manusia. Itulah Tuhan Yang Mahakuasa yang kepada-Nya kita semua berusaha menuju, sekalipun kita tidak menyadarinya. Manusia pada galibnya herhasrat untuk mencapai Yang Mutlak dan larut di dalam-Nya. Pada prinsipnya, gairah besar akan kehidupan yang kekal, yang merupakan fitrah semua orang, adalah petunjuk akan kehidupan yang kekal dan kekekalan terhadap maut.

Jika Anda bermaksud melakukan penyelidikan tentang masalah- masalah tersebut. Anda dapat memerintahkan para ahli untuk mengkaji, selain buku-buku para filosof Barat, karanganl-karangan al-Farabi dan Ibnu Sina (semoga Allah melimpahkan kedamaian atas mereka) dalam filsafat peripatetik (masysya’iyyin), karena pengkajian tersebut akan membuktikan bahwa hukum sebab akibat yang ada padanya segala pengetahuan berpijak didasarkan pada pengetahuan rasional dan bukan pengalaman inderawi serta pemahaman universal maupun hukum-hukum umum yang ada padanya bersandar setiap argumentasi, juga bersifat rasional yang tidak inderawi.

Sekaitan dengan ini, mereka dapat menelaah karya-karya Suhrawardi dalam filsafat Iluminasi (Isyraqi). Secara ahli dia menjelaskan kenyataan bahwa setiap benda dan obyek material membutuhkan “cahaya” murni yang sepenuhnya tak dapat diindera, dan bahwa konsepsi intuitif manusia tentang hakikat manusia juga sama sekali jauh melampaui dari persepsi inderawi. Anda juga dapat meminta para ahli untuk menelaah karya terkenal Sadra al-Muta’aliyyin (semoga Allah melimpahkan rahmat baginya dan membangkitkannya bersama para nabi dan orang-orang yang saleh) dalam filsafat Transendental (al-Hikmah al-Muta’aliyah) sehingga akan jelas bagi Anda bahwa realitas pengetahuan sesungguhnya adalah entitas yang terpisah dari materi, karena itu ia juga tidak dibatasi hukum-hukum materi.

Saya tidak ingin menjemukan Anda lebih jauh dengan detail-detail, karena itu saya tidak sebutkan judul dari kitab-kitab para pemikir besar lainnya, khususnya Muhyiddin ibn Arabi. Jika Anda ingin mendalami seluk-beluk pemikiran sarjana besar ini, silahkan kirim beberapa ahli pikir Soviet yang berkualitas tinggi dan dipersiapkan dengan baik dalam bidang ini ke Qum supaya beberapa tahun, dengan karunia Allah, mereka akan memperoleh pengetahuan tentang hal-hal subtil tersebut dan tanpa perjalanan ini kesadaran yang demikian takkan menjadi kenyataan.

Yang Mulia Tuan Gorbachev, sekarang, setelah menyebut hal-hal pokok di atas danlilukadimah dalam masalah ini, saya menyeru kepada Anda untuk secara serius mengkaji Islam, bukan karena Islam dan kaum Muslimin membutuhkan pengkajian Anda, tetapi karena nilai-nilai Islam yang tinggi dan universal yang dapat memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa dan memecahkan problem-problem mendasar yang menghadang manusia. Suatu penyelidikan yang mendalam tentang Islam akan membebaskan Anda selamanya dari masalah Afghanistan dan masalah sejenis lainnya. Kami senantiasa memperlakukan kaum Muslimin di seluruh dunia sebagaimana kaum Muslimin Iran, lebih jauh lagi kami merasa senasib. Dengan memberi kesempatan beribadah yang relatif bahwa agama itu candu masyarakat. Jika begitu, apakah agama yang telah menjadikan Iran seteguh gunung dalam berhadapan dengan adikuasa adalah candu masyarakat?

Apakah agama, yang menghendaki terlaksananya keadilan di muka bumi dan kebebasan manusia dari segala belenggu materi dan ruhani adalah candu masyarakat?

Memang ada agama yang menjadi alat untuk menyerahkan kekayaan material dan spiritual negara-negara Islam dan non-Islam ke tangan para adikuasa dan kekuasaan lainnya dan menyeru rakyat penganutnya untuk menghadiri politik, itulah yang oleh Iran disebut agama sponsoron Amerika.

Akhirnya, saya nyatakan dengan terus terang, bahwa Republik Islam Iran sebagai tonggak terbesar dan terkuat di dunia Islam mampu mengisi kekosongan iman yang menimpa sistem Anda. Bagaimanapun, sebagaimana di masa lampau, Iran meyakini dan menghormati hubungan-hubungan bilateral dan bertetangga baik.

Wassalamu’ala man ittaba’ al-huda.

Salam Sejahtera atas mereka yang mencari kebenaran.

Ruhullah al-Musawi al-Khomeini

1 Januari 1989