• Mulai
  • Sebelumnya
  • 19 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 3031 / Download: 2217
Ukuran Ukuran Ukuran
STUDI KRITIS ATAS SHALAT TARAWIH(2)

STUDI KRITIS ATAS SHALAT TARAWIH(2)

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

STUDI KRITIS

ATAS

SHALAT TARAWIH

(Dalam Dialog antara Guru dan Murid)

Penyusun :

Abu Qurba LC

Kata Pengantar

Menurut saya pribadi, sangat sulit mencari dan menemukan suatu syari'at, ajaran, aliran atau mazhab yang bersih dari berbagai bid'ah dan khurafat. Sebagaimana pula sangat sulit membasmi dan menyingkirkan berbagai bid'ah dan khurafat dari ajaran Islam yang murni. Tetapi hendaknya kita tidak berdiam diri dan berhenti dalam mencarinya. Kita juga tidak boleh berputus asa dalam upaya membersihkan agama Islam ini dari berbagai kotoran dan sampah bid'ah dan khurafat yang banyak berserakan disana-sini di dalam masyarakat Islam. Untuk tujuan itu, berbagai cara dan metode harus kita cari semaksimal mungkin. Setelah kita menemukannya, hendaknya kita tuangkan dalam tulisan atau lewat lisan secara logis dan rasional dengan argumen yang kokoh yang tidak mudah roboh diterpa angin.

Barangkali, salah satu metode yang patut mendapatkan perhatian untuk menyampaikan pesan dan risalah Islam yang murni kepada masyarakat Islam adalah metode dialog. Metode dialog, bukan saja akan mudah dapat dipahami, bahkan metode ini akan lebih melekat dalam benak pembaca atau pendengar di samping mempunyai daya tarik tersendiri tentunya.

Karena itulah, saya berusaha -sesuai dengan kemampuan saya yang sangat terbatas ini- untuk mencoba menerapkan metode dialog tersebut, yakni dialog antara seorang guru dengan beberapa orang muridnya di dalam kelas, dalam menyampaikan pesan-pesan risalah Islam yang murni kepada masyarakat Islam dan kaum muslimin. Pada kesempatan kali ini, saya telah berhasil -dengan taufik Allah- menyusun sebuah buku sederhana yang saya beri tema: Studi Kritis atas Tradisi Ritual Islam Edisi Shalat Tarawih dalam Dialog.

Harapan dan doa saya, kiranya usaha kecil ini dapat membuahkan hasilnya di dalam masyarakat Islam di masa-masa mendatang, khususnya untuk para mahasiswa yang mempunyai wawasan luas, pikiran terbuka dan lapang dada dalam menerima berbagai saran dan kritikan. Dan semoga pula usaha kecil ini mendapatkan rahmat, berkah, ridha dan taufik dari Allah Swt baik di dunia dan khususnya di hari akhirat kelak. Amin, Ya Rabbal 'Alamin……………

Ciri-ciri Seorang Pemimpin

Agar jawaban di atas dapat dipahami dengan baik dan jelas, barangkali perlu saya berikan suatu gambaran mengenai peranan akal dan pengetahuan dalam menentukan sebuah pilihan. Perhatikanlah baik-baik! Gunakanlah akal pikiranmu semaksimal mungkin untuk memahami apa yang saya ucapkan berikut ini dan buanglah jauh-jauh prasangka buruk, hindari bisikan setan, fanatik buta dan hawa nafsu yang menyesatkan!

Apabila –misalnya- kamu diuji oleh Allah Swt dengan suatu penyakit, misalnya kamu terkena sakit paru-paru atau jantung atau mag atau lainnya, tentunya kamu berpikir dahulu sebelum bertindak untuk melakukan pengobatan. Langkah pertama – sebagaimana biasanya yang dilakukan orang-orang pada umumnya- adalah kamu bermusyawarah dengan orang-orang dekatmu atau orang-orang yang kamu kenal dan berusaha mencari informasi tentang penyakitmu itu dan bagaimana cara mengobatinya. Misalnya mereka menyarankanmu agar pergi ke dokter spesialis penyakit tersebut untuk berkonsultasi dan berobat kepadanya dan mereka juga mengatakan bahwa telah banyak orang-orang yang menderita seperti penyakitmu itu telah sembuh (telah disembuhkan oleh Allah) berkat konsultasi dengan dokter spesialis. Tetapi ada juga orang yang menyarankanmu agar pergi ke dukun saja untuk dibacakan jampe-jampe atau mantera-mantera yang biasanya tidak dipahami hatta oleh dukun itu sendiri. Nah dalam hal ini yang logis dan menurut akalmu yang sehat, saran manakah yang mesti kamu terima kemudian saran itu kamu lakukan? Apakah kamu memilih jalan yang kedua? Apa kata orang dan tetanggamu, jika kamu sebagai mahasiswa dan berpendidikan tinggi pergi ke dukun yang tingkat SD saja tidak tamat? Sebagai orang yang berpendidikan, maka untuk menentukan pilihan tersebut tidaklah sulit. Sebagai orang yang berakal sehat dan berpengetahuan luas, dengan mudah kamu dapat menolak saran dan pandangan yang tidak logis bahkan akan membahayakan ruh dan akidahmu. Dokter dan dukun, kedua-duanya sama-sama membuka praktek pengobatan dan memberikan bimbingan kesehatan. Cuma, yang satu mempunyai pengetahuan yang luas, berpengalaman, mendapat mandat secara resmi, melakukan prakteknya berdasarkan kaidah-kaidah kesehatan yang logis dan telah diakui keberhasilannya. Sementara yang satu lagi, tidak mempunyai pengetahuan yang cukup, tidak berpengalaman, tidak mendapatkan mandat secara resmi, bahkan secara sembunyi-sembunyi, melakukan prakteknya tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang jelas dan tidak logis dan masih diragukan keberhasilannya. Tentu saja setiap orang yang berakal sehat pasti akan memilih jalan yang pertama. Yang penting adalah kamu harus mengetahui terlebih dahulu tentang ciri-ciri orang-orang yang alim, jujur, ikhlas dan memiliki sifat-sifat mulia melalui informasi yang meyakinkan.

Contoh lain misalnya, jika kamu ingin melakukan safar dan perjalanan jarak jauh, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Setelah melewati masa musyawarah dan persiapan bekal yang cukup serta pengetahun yang diperlukan, pasti kamu akan memilih kendaraan dan alat transportasi yang kamu yakini dapat menyampaikanmu ke tempat tujuan tersebut dengan lancar dan selamat. Dalam hal ini kamu dihadapkan kepada beberapa pilihan untuk menentukan kendaraan; mobil, bus atau pesawat. Apabila ada seorang sopir mobil yang menawarkanmu dan siap menyampaikanmu ke tempat tujuanmu, sementara itu kamu tidak merasa yakin bahwa dia adalah sopir yang berpengalaman mengemudi, mobilnya sangat sederhana dan ongkosnyapun sangat tinggi, apakah kamu langsung saja menerima tawarannya dan segera menjadi penumpangnya tanpa berpikir, meneliti dan mempertimbangkan terlebih dahulu? Ataukah kamu menolaknya dan segera pergi menuju ke agen bus yang resmi, memilih bus yang terbagus, ber AC, ongkosnya sesuai dengan tarif dan kamu juga yakin sopirnya berpengalaman dan pasti akan dapat menyampaikanmu ke tempat tujuan dengan izin-Nya? Orang yang sangat awam dan berpendidikan rendahpun pasti akan memilih cara yang kedua. Karena cara itulah yang logis, sesuai dengan fitrah insaninya dan yakin tetangga dan masyarakat sekitarnya tidak akan menyalahkan dan mengecamnya, bahkan akan mendukung pendapatnya. Disinilah pentingnya peranan akal dan pengetahuan seseorang dalam menentukan pilihan. Akal dan pengetahuan seseorang yang bersih dari sifat fanatik buta, pasti akan memilih dokter, sopir, pilot, guru, kiyai, presiden, pemimpin, imam shalat, imam madzhab, wali dan khalifah yang jelas-jelas mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki ciriciri yang mulia, menyandang sifat-sifat yang terpuji dan mempunyai bukti-bukti yang kuat dan akurat. Akal dan pengetahuan yang bersih itu, pasti akan menolak dan menjauhkan mereka yang kotor, korup, curang, jahat, biadab dan tidak mempunyai bukti-bukti yang menopang kebaikan dan kejujurannya. Nah, jika mukaddimah sederhana ini dapat kamu tangkap dengan baik, yang sengaja saya sampaikan hanya untuk sekedar memudahkan kamu untuk menangkap pemikiran berikut ini. Sekarang perhatikanlah dan pahami baik-baik jawaban ini ! Menurut kesaksian ayat-ayat Al-Qur'an, bahwa Imam Ali as termasuk salah seorang Ahlubait nabi saw yang telah Allah Swt sucikan dari segala rijs dan kenistaan[1] , sehingga beliau mencapai maqam 'ishmah dan terpelihara dari kesalahan, dosa, kelupaan dan kekeliruan. Adakah ayat Al-Qur'an yang sama ditujukan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau para sahabat nabi yang lainnya? Jawabnya tentu tidak ada!

Menurut pengakuan Al-Qur'an, bahwa Imam Ali as pernah memberikan sedekahnya kepada seorang pengemis berupa sebuah cincin yang melekat di tangannya, sementara beliau sedang rukuk dalam shalatnya. Kemudian turunlah ayat yang menegaskan bahwa Allah Swt, Rasul-Nya dan beliau sebagai wali dan pemimpin kaum muslimin.[2] Pernahkan Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya melakukan hal seperti itu, kemudian turun ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa mereka mendapatkan kedudukan yang begitu mulia dan tinggi? Jawabnya jelas tidak ada!

Al-Qur'an pernah menegaskan bahwa Imam Ali as dan para pengikut setianya adalah "Khairul Bariyyah" (sebaik-baik manusia). [3] Karena mereka adalah orang orang yang beriman tinggi dan beramal saleh dengan penuh ikhlas. Apakah kamu pernah mendengar bahwa terdapat ayat Al-Qur'an yang seperti ini diturunkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Saya sendiri hingga saat ini, tidak pernah mendengar dan juga tidak pernah membaca sama sekali!

Mungkin kamu bertanya mengapa Imam Ali as dan para pengikut setianya dikatakan sebagai "Khairul Bariyyah" (sebaik-baik manusia)?

Jawabnya adalah: Tidak ada sebab lain, karena beliau as dan para pengikut setianya mempunyai akidah dan iman yang mengakar, dan mereka melakukan amal saleh dengan penuh ikhlas sesuai dengan keyakinan dan iman mereka yang mengakar tersebut.

Dengan demikian, "Setiap orang yang mencari al-haq (kebenaran) dan setelah memperolehnya ia amalkan hanya karena mengharap ridha Allah Swt semata, pasti ia termasuk "Khairul Bariyyah".[4]

Mungkin kamu bertanya lagi, jika Imam Ali as dikatakan sebagai "Khairul Bariyyah", lalu bagaimana dengan Rasulullah sendiri? Jawabnya saya temukan di dalam sebuah hadis Rasulullah saw sendiri. Beliau bersabda: "Aku lebih utama dari Jibril, Mikail, israfil dan dari semua Malaikat Muqarrabin. Dan aku adalah "Khairul Bariyyah" dan penghulu anak-anak Adam".[5]

Dengan kata lain, gampangnya adalah bahwa Rasulullah pun "Khairul Bariyyah" juga. Tetapi ke-"Khairul Bariyyah"-an Rasul saw lebih tinggi dibanding ke-"Khairul Bariyyah"-an Imam Ali as. Dan begitulah seterusnya bagi orang-orang beriman dan para pengikut setianya. Karena segala sesuatu itu bergradsi, ber-tasykik atau bertangga-tangga, termasuk juga derajat "Khairul Bariyyah" setiap mukmin.

Al-Qur'an al-Karim menyatakan bahwa Rasulullah saw sebagai "Mundzir" (pemberi peringatan). Sementara Imam Ali as sebagai "Hady" (pemberi petunjuk)[6]

Apakah selain beliau as, seperti Khalifah Abu Bakar, Umar atau yang lainnya, mendapat predikat yang mulia tersebut yang ditegaskan oleh Al-Qur'an al-Karim? Jawabnya juga tidak!

Satu-satunya orang yang pernah tidur di tempat tidur nabi ketika nabi berangkat hijrah, dan ia mempertaruhkan nyawanya demi membela nabi saw adalah Imam Ali as. Dan Al-Qur'an al-Karim dengan jelas dan tegas menyatakan hal itu.[7]

Kemudian, dengan pengorbanan dan keikhlasan beliau yang tinggi itu, Al-Qur'an memuji dan mengabadikannya. Pernahkan kamu mendengar kisah semacam ini terjadi pada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Tidak pernah!

Ketika Rasulullah saw pergi ke suatu lembah untuk melakukan "Mubahalah" dengan orang-orang Kristen Najran, beliau saw mengajak Imam Ali as dan Ahlubaitnya yang lain.[8] Akhirnya "Mubahalah" itu tidak jadi dilakukan, karena Pendeta Najran itu merasa gentar melihat Rasulullah saw membawa orang-orang yang suci dan mulia yang pasti doanya akan di-ijabah oleh Allah Swt. Nah, apakah kamu pernah mendengar kisah yang sama yang disampaikan oleh Al-Qur'an kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Tidak!

Rasulullah saw, diperintahkan oleh Allah Swt agar tidak meminta upah apapun kepada umatnya dalam tabligh dan dakwahnya itu selain meminta agar mereka mencintai dan mengikuti "Al-Qurba" (kelaurga suci beliau yang diantaranya adalah Imam Ali as).[9] Jelas sekali bahwa tidak seorang ulamapun yang menyatakan bahwa Khalifah Abu Bakat, Umar atau yang lainnya, temasuk diantara "Al-Qurba" yang ditegaskan oleh Al-Qur'an untuk dicintai dan wajib diikuti.

Sebenarnya masih banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menegaskan dan diturunkan untuk memuji Imam Ali as dan keluarga suci Rasulullah saw. Tentunya tidak mungkin saya sampaikan di sini semua. Beberapa ayat di atas saya kira sudah cukup sebagai bukti tentang ketegasan Al-Qur'an mengenai kemulian dan keutamaan Imam Ali as dan Ahlubait nabi saw. Bolehlah saya tambahkan satu ayat saja lagi mengenai keutamaan beliau as dan pujian yang disampaikan oleh Al-Qur'an al-Karim karena perbuatan dan pengorbanannya yang ikhlas yang tidak pernah ayat seperti itu ditujukan atau diturunkan kepada Khalifah Abu Bakar dan Umar serta sahabat nabi yang lainnya.

Singkatnya, ketika al-Hasan dan al-Husain sakit, Imam Ali as dan isteri tercintanya ber-nadzar akan melakukan puasa tiga hari jika penyakit kedua anaknya tersebut segera disembuhkan oleh Allah Swt. Allah Swt mengabulkan doa beliau, dan nadzar pun dilakukan. Bahkan al-Hasan dan al-Husain as pun ikut berpuasa nadzar. Pada hari pertama ketika mereka ingin berbuka, datanglah pengemis miskin, makanan pun (beberapa potong roti) diberikan kepadanya. Sementrara mereka hanya berbuka dengan air putih saja. Pada hari kedua datanglah anak yatim, mereka pun melakukan seperti kemarin. Pada hari ketiga datanglah tawanan perang yang telah dibebaskan dari penjara. Beberapa potong roti yang disiapkan untuk berbuka pun diberikan kepadanya. Sikap dan sifat mulia ini mendapat pujian yang tinggi dari Allah Saw sehingga diturunkanlah ayat Al-Qur'an yang memuji dan mengabadikan perbuatan terpuji mereka itu[10] . Kisah ini sangat masyhur di kalangan para sahabat nabi. Dan khalifah Abu Bakar, Umar atau yang lainnya, tidak pernah mendapat pujian sehingga diturunkan ayat semacam itu.

Nah itu sebagian kecil dari ayat-ayat Al-Qur'an yang Allah Swt turunkan khusus untuk memuji dan menegaskan kemulian Imam Ali dan keluarga suci nabi saw. Sementara, tidak ada satu ayat pun yang diturunkan oleh Allah Swt sehubungan dengan kemulian Khalifah Abu Bakar atau Umar atau sahabat nabi yang lainnya yang mengikuti jejak kedua orang Khalifah tersebut.[11]

Adapun hadis-hadis nabi saw yang menegaskan kemuliaan, kehormatan, keberanian dan kedudukan tinggi Imam Ali as sangat banyak sekali. Dan hadis-hadis ini diakui oleh semua ulama dan madzhab. Bahkan banyak tercatat di dalam kitabkitab Sunni di sana-sini.

Allamah Syaikh Abbas al-Qummi berkata: "Tidak seorang ahli ilmu pun yang mengingkari bahwa keutamaan-keutamaan Amirul mukmini Ali as itu tidak mungkin dapat diungkapkan dengan bayan dan lisan. Dan tidak mungkin pula dijangkau oleh kitab dan tulisan. Bahkan para Malaikat langit pun tidak akan mampu mencapai ketinggian derajat beliau as. Dan sebenarnya, berbagai keutamaan beliau as yang dapat diungkap (di dalam berbagai kitab), tidak sampai melebihi seciduk air laut".

Kemuliaan Putera Ka'bah

Baiklah, untuk melengkapi kemuliaan Imam Ali as yang tidak dimiliki oleh Khalifah Abu Bakar dan Umar yang disampaikan oleh lisan suci Rasulullah saw, akan saya sampaikan beberapa saja sebagai contoh yang kini saya ingat. Dan untuk menyingkat waktu, saya tidak akan menyampaikan teksnya. Di samping itu pula, hal ini sudah begitu masyhur, sehingga tidak seorang muslim pun yang berani mengingkarinya. Misalnya mengenai kelahiran beliau as. Hampir semua umat Islam, bahkan anak-anak kecil muslimpun mengetahui bahwa Imam Ali as lahir di dalam Ka'bah musyarrafah. Tidak seorang rasul atau nabi pun -apalagi sahabat- yang mengklaim bahwa ada seseorang -selain Imam Ali as- yang lahir di dalam Ka'bah. Seorang sejarahwan terkenal, Syailkh Baqir Syarif Qurasyi mengatakan: "Imam Ali bin Abi Thalib as adalah seorang sosok dan pribadi agung dalam umat ini, yang dikenal dengan kedermawanan, kecerdasan, keadilan, zuhud dan jihadnya. Di dalam dunia Islam, tidak seorang sahabat Rasul pun yang dapat menandingi sebagian sifat-sifat beliau as ini, terlebih lagi seluruh sifat-sifatnya. Sesunguhnya seluruh sifat dan sikap beliau as telah mengungguli seluruh bahasa dunia, baik dari kaum muslimin maupun selain kaum muslimin. Mereka seluruhnya bersepakat bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menandingi beliau di sepanjang sejarah dunia Arab maupun lainnya selain saudara dan anak paman nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Para sejarahwan telah sepakat bahwa Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as lahir di dalam Ka’bah yang suci[12] . Dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang lahir di dalam Ka’bah. Sudah jelas, hal itu merupakan suatu tanda kebesaran beliau as dan ketinggian kedudukan beliau di sisi Allah Swt. Sehubungan dengan itu penyair Abdul Baqi al 'Amri berkata:

engkau adalah yang agung yang ditinggikan

dan tiada lagi yang lebih agung di dalam kota Makkah

dan di sisi Baitullah engkau dilahirkan.

Putra saudara Rasulullah Saw dan pintu kota beliau ini lahir di dalam rumah Allah yang paling suci demi untuk menerangi sekelilingnya dan mengangkat bendera tauhid serta mensucikannya dari berbagai kotoran berhala-berhala dan patung-patung. Bapak orang-orang asing, saudara orang-orang fakir, tempat berlindung orang-orang yang kesulitan dan kesusahan telah lahir di dalam rumah yang agung dan suci untuk menyebarkan keamanan, ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan mereka, dan menghilangkan kefakiran serta kemiskinan dari mereka. Ayah beliau sebagai mukmin Quraisy dan pemimpin Bath-ha memberinya nama Ali, sebuah nama yang paling bagus dan indah, sebuah nama yang tinggi dalam kedermawanan dan kecerdasan dan tinggi pula dalam hal yang dianugerahkan oleh Allah yang berupa kekuatan dan potensi yang bersinar, yaitu berupa ilmu pengetahuan, adab dan keutamaan. Pemimpin bayan dan penegak keadilan Islam ini dilahirkan pada hari Jum'at tanggal 13 bulan Rajab setelah 30 tahun Fiil dan 12 tahun sebelum diangkatnya Rasulullah Saw sebagai nabi".[13]

Meninggikan Imam Ali as, Merendahkan Rasul saw

Perlu kamu pahami, bahwa jika seseorang memuji dan menyanjung Imam Ali as begitu tinggi, sama sekali bukan berarti merendahkan Rasulullah saw atau menomor duakannya, tidak, tidak demikian! Karena semua keutamaan yang terdapat pada diri Imam Ali as bersumber dan berkat tarbiyah dan jasa-jasa Rasulullah saw. Kedudukan dan derajat Rasulullah saw ada hisab dan tempatnya sendiri.

Apabila kamu membaca dan menghitung laqab-laqab atau julukan Imam as di dalam kitab-kitab sejarah Islam yang tentunya bersumberkan dari hadis-hadis Rasul saw, pasti kamu akan dapat menanggkap dan memahami bahwa sebenarnya hal itu menunjukkan kemulian dan ketinggian derajat beliau as di sisi Rasul saw dan di sisi Allah Swt. Adapun laqab-laqab yang mungkin sama yang juga dimiliki oleh sebagian sahabat nabi saw, maka hal itu masih perlu dipertanyakan keabsahan dan kejujurannya. Sebagian laqab atau julukan beliau as yang disampaikan oleh lisan suci Rasul saw itu antara lain ialah:

1. Ash shiddiq (orang jujur).

2. Al washi (penerima wasiat).

3. al faaruq (pembeda antara yang haq dengan yang batil).

4. Ya’subuddin (pemimpin agama).

5. Amirul mukminin (pemimpin orang-orang mukmin).

6. Hujatullah (hujjah Allah).

7. Dll.

Syaja'ah Imam Ali as

Mengenai keberanian Imam Ali as dan jasa-jasa beliau as di dalam berbagai peperangan, tidak diragukan lagi. Misalnya dalam perang Badr, dalam perang ini separuh dari kaum musyrikin yang terbunuh adalah di tangan beliau sendiri. Dalam perang Khandaq tidak seorang sahabat nabi pun yang berani melawan seorang musuh yang gagah berani yaitu Amr bin Abdi Wud selain Imam Ali as dan beliau lah yang berhasil menewaskan si musyrik itu. Ketika itu Rasulullah saw bersabda:"Pukulan pedang Ali pada perang Khandak lebih utama daripada ibadah "Tsaqalain" (seluruh jin dan manusia). Dalam perang Uhud, Imam Ali as tetap tegar membela Rasulullah saw dan beliau tidak mundur sejengkal pun. Sementara banyak sahabat nabi yang kabur ketakutan meninggalkan medan perang. Sejarah mencatat bahwa di antrara mereka yang kabur adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan lain-lain. Bahkan pada suatu kesempatan Abu Bakar dan Umar mengakui hal itu. Bukankah "Al-Firaru Minazzahfi" (Kabur dari peperangan dan tidak mentaati komando perang) termasuk dosa besar?

Karenanya, jika misalnya kamu mempunyai dua pertanyaan yang kamu tujukan kepada para prajurit dan sahabat Nabi saw yang ikut serta di dalam berbagai peperangan, yaitu:

1. Apakah si Fulan itu pernah membunuh musuh?

2. Berapa banyakkah si Fulan itu membunuh musuh?

Maka pertanyaan yang pertama itu tidak layak jika kamu tujukan kepada Imam Ali as! Kamu akan disalahkan jika kamu bertanya mengenai Imam Ali as dengan pertanyaan pertama. Kamu dianggap tidak mengerti sejarah jika kamu bertanya: "Apakah Imam Ali as itu pernah membunuh musuh Islam?" Jika kamu pernah membaca sejarah Islam, pasti kamu akan bertanya: "Berapa banyakkah Imam Ali as membunuh musuh-musuh Islam dalam berbagai peperangan?"

Sebaliknya, kamu akan dianggap tidak membaca sejarah islam, atau membacanya tetapi tidak memahaminya dengan baik, jika kamu bertanya mengenai Abu Bakar, Umar dan Usman, dengan pertanyaan yang kedua!

Karena pertanyaan yang layak dan sesuai dengan realita adalah pertanyaan yang pertama yang seharusnya ditujukan kepada mereka! Pernahkan kamu mendengar atau membaca bahwa Abu Bakar dan Umar atau Usman pernah membunuh musuh atau melakukan perang tanding dalam perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, Hunain, dll? Walau hanya membunuh seorang musuh saja, sebagai tanda syaja'ahnya?

Alaa Kulli hal! Berkat ketangkasan Imam Ali as dalam perang Uhud itu, seluruh musuh yang berusaha ingin membunuh Rasulullah saw berhasil digagalkan. Sehingga Jibril pun turun dan memuji Imam Ali as dengan ungkapannya yang sangat terkenal :"Tidak ada pemuda (yang gagah berani) selain Ali. Dan tidak ada pedang (yang berhasil menghempaskan musuh Islam) selain pedang "Dzul Fiqar".

Dalam perang Khaibar Imam Ali as dengan pasukannya berhasil menghancurkan benteng Khaibar dan menghabiskan orang-orang Yahudi yang membangkang Rasulullah saw. Sementara sebelum itu, Abu Bakar dan kemudian Umar dengan pasukannya mengalami kegagalan total. Sampai akhirnya Rasulullah saw mengumumkan bahwa yang berhasil menghancurkan benteng Khaibar dan dia tidak akan mundur sejengkal pun (Karrar ghairu farrar) hanyalah seseorang yang mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya dan Allah Swt dan Rasul-Nya pun sangat mencintainya. Dialah Imam Ali as yang ketika itu menderita sakit mata. Kemudian Rasulullah saw meniupkan atau menyebulkan matanya dan seketika itu juga sembuh. Lalu beliau saw menyerahkan bendera untuk memimpin peperangan melawan orang-orang Yahudi dan menghancurkan benteng Khaibar. Pintu benteng Khaibar itu tidak mungkin dapat diangkat oleh 40 orang. Tetapi Imam Ali as mampu mengangkat dan melemparkannya hanya seorang diri dengan tangan beliau yang penuh berkah. Dan masih banyak lagi kisah-kisah keberanian beliau as dalam berbagai peperangan yang dipuji oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.

Telah saya katakana bahwa, jika saya atau seseorang memuji dan menyanjung Imam Ali as begitu tinggi, sama sekali bukan berarti merendahkan Rasulullah saw atau menomor duakannya. Imam Ali as sendiri pernah menyatakan bahwa "Ketika perang berkecamuk begitu dahsyatnya, aku berlindung di belakang Rasulullah saw".

Kedalaman Ilmu Pengetahuan Imam Ali as

Sehubungan luas dan dalamnya ilmu pengetahun Imam Ali as, beliau sendiri pernah menegaskan:

"Tanyakanlah aku sebelum kalian kehilangan akau!".

Ibnu Abil al-Hadid berkata: "Shahib kitab al-Isti'ab meriwayatkan dari sekelompok perawi bahwa tidak pernah seorang sahabat nabi pun yang pernah dan berani berkata seperti itu (Bertanyalah kepadaku) kecuali Imam Ali bin Abi Thalib as. Abu Ja'far alIskafi dari Ibnu Syabramah berkata: "Tidak seorang pun yang berani berkata di atas mimbar "Bertanyalah kepadaku" selain Ali bin Abi Thalib as".

Diriwayatkan bahwa Qatadah memasuki kota Kufah, kemudian orang-orang menghampirinya, ia berkata kepada mereka: "Bertanyalah kepadaku apa yang kalian inginkan!". Ketika itu Abu Hanifah hadir di tempat tersebut sementara usianya masih muda. Dia (Abu Hanifah) berkata: "Tanyakanlah kepadanya tentang semut nabi Sulaiman, laki-lalki ataukah perempuan?" Lalu mereka bertanya kepadanya tentang semut tersebut. Qatadah membungkam. Lalu Abu Hanifah berkata: "Semut nabi Sulaiman adalah perempuan. Dalilnya adalah firman Allah Swt:

إذ قالت نملة

(Ketika semut itu berkata).

Karena jika semutnya itu laki-lalki, tentu Allah Swt berfirman:

". إذ قال نملة

Mushannif (Allamah Sayyid Abdullah Syubbar) berkata: "Ucapan Abu Hanifah juga salah. Karena kata "an-Namlah" itu seperti kata "As-Syat" dan "al-Hamamah" yang bisa bermakna laki-laki dan juga perempuan. Kemudian al-Mushannif melanjutkan tulisannya:

"Banyak dinukil bahwa dia (Qatadah) pernah berkata: "Bertanyalah kepadaku sesuka hatimu!". Ketika itu bangkit seorang wanita dari tempat duduknya dan berkata: "Berapa jumlah tangga mimbar ini yang engkau taiki?" Qatadah merasa malu dan dengan jengkel berkata: "Wahai ibu, jika kamu keluar rumah tanpa izin suamimu, maka kamu dilaknat oleh Allah Swt. Dan jika kamu keluar dengan izin suamimu, juga dikutuk oleh Allah". Wanita itu berkata lagi: "Katakan kepadaku wahai alim, mengenai Ummul mukminin Aisyah ketika ia keluar rumah untuk memerangi Imam Ali as dan tentara muslim, apakah ia keluar dengan izin suaminya Rasulullah saw, ataukah tanpa izin suaminya?"

Qatadah membungkam seakan mulutnya tersumpal batu".[14]

Anak-anakku sekalian!

Ketahuilah bahwa tidak pernah sama sekali Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman atau sahabat lainnya yang berani berkata di hadapan umat Islam "Saluni Qabla an Tafqiduni". Inipun merupakan keutamaan Imam Ali as yang tidak pernah ada pada selain beliau. Bahkan beliau as pernah berkata: "Dusta besar orang yang berani berkata seperti itu setelahku nanti". Cukuplah sebagai kemuliaan dan keutamaan Imam Ali as lainnya sampai hari kiamat adanya kumpulan dan koleksi ucapan-ucapan beliau yang terangkum di dalam kitab "Nahjul Balaghah" yang ditulis oleh Sayyid Syarif Radhi, dan yang lebih luas lagi terdapat di dalam kitab "Musnad Imam Ali" sebanyak 10 jilid tebal yang ditulis oleh Al-Muhakkik Allamah Sayyid Hasan alQabanji.

Mungkinkah kamu mengumpulkan ucapan-ucapan dan ungkapan-ungkapan Abu Bakar, atau Umar atau lainnya yang mengandung nilai tinggi yang setara dengan ungkapan "Nahjul Balaghah"? Kalla!!!

Saya Hanya Sekedar Menukil Ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi saw

Anak-anakku sekalian!

Ketika kamu lihat saya berbicara mengenai keutamaan dan kehebatan Imam Ali as tentu ada dasar, landasan atau dalilnya, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an yang sharih dan hadis-hadis shahih yang sangat banyak sekali, bahkan sebagiannya mencapai mutawatir. Begitu pula ketika kamu lihat saya nampaknya merendahkan Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman. Saya sendiri bukanlah apa-apa! Saya hanya berusaha mengikuti Al-Qur'an dan Rasul saw secara jujur. Tentu setelah mempelajari, merenungkan dan memahami baik-baik sesuai dengan kafasitas ilmu dan kemampuan saya.

Seandainya dan sekiranya -wal'iyadzu billah- terdapat ayat-ayat Al-Qur'an yang jelas yang didukung dengan hadis-hadis yang kuat dan pandangan para mufassir yang jujur yang menegaskan bahwa Imam Ali as itu ternyata seorang yang fasik, munafik, musuh di dalam selimut Rasul saw, penikam dari belakang, bersekongkol dengan sebagian orang-orang Yahudi, berakhlak buruk di hadapan Rasul, pemecah belah umat, mendahulukan perasaan dan emosinya, dan seterusnya dan seterusnya, maka sudah pasti saya akan sampaikan kepada kamu sekalian demi mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya. Tapi kan ternyata tidak ada! Dan saya belum pernah menemukan ataupun mendengar!

Lantas, Cekor Kunam?! Wamadza Af'al?![15]

Toh nyatanya memang tidak ada! Yang ada malah segudang keutamaan dan kemuliaan beliau as yang perlu kita kaji dan kita tauladani. Padahal kemulian dan keutamaan Imam Ali as yang berserakan di berbagai kitab sejarah, hadis, tafsir, dan lain-lain itu sudah banyak yang dihapus, dibuang dan diasingkan oleh para pemalsu hadis, pengkhianat Islam, penjilat raja-raja tiran dan penyembah materi dunia. Toh nyatanya masih tak terhingga banyaknya. Padahal sudah sejak berpuluh-puluh tahun lamanya, di ribuan mimbar-mimar Jum'at, para khatib jum'at diwajibkan mengutuk dan merendahkan derajat Imam Ali as serendah-rendahnya. Sampai-sampai Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengganti kutukan, laknat dan caci maki terhadap Imam Ali as itu dengan ungkapan:

إن الله يأمر بالعدل والإحسان ...............الخ

"Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan berbuat baik……dst".

Makanya sekarang, ketika kamu mendengarkan khutbah jum'at, rata-rata si khatib membacakan kalimat seperti itu.

Dan sebaliknya, jika kamu pernah membaca atau menemukan ayat-ayat AlQur'an atau hadis-hadis mutawatir yang menyatakan dan menegaskan bahwa Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman itu, atau sahabat nabi yang lainnya itu, orang-orang jujur, tidak pernah menyembah berhala, tidak pernah mabuk, tidak pernah mengubur anak wanitanya hidup-hidup, tidak pernah menentang Rasul saw sama sekali, berjasa besar dalam setiap peperangan, mempunyai kecerdasan dan pengetahuan yang tidak tertandingi, mampu menjawab berbagai pertanyaan apa saja, keadilannya tidak diragukan, menjalankan hukum-hukum Allah Swt dengan baik dan jujur, memeluk dan menjalankan Islam sejak dini, dan seterusnya dan seterusnya, maka sampaikanlah kepada saya, sampaikan pula kepada umat Islam. Dan janganlah beranjak dari ayatayat Al-Qur'an dengan penafsiran yang jujur sejengkalpun!

Sebenarnya ada sebagian orang atau mufassir yang mengklaim bahwa terdapat beberapa ayat Al-Qur'an yang berbicara mengenai keutamaan dan kemulian yang menurut mereka- ditujukan dan diturunkan untuk menyanjung Abu Bakar dan mungkin juga Umar, dan bahkan berdasarkan hadis-hadis Rasulullah saw. Tetapi, ya itu tadi, ketika hadis-hadis itu diadu dan dihadapkan kepada hadis-hadis lainnya yang sharih dan kuat, tidak dapat diterima keabsahannya. Jadi sebenarnya ada ayat-ayat dan hadis-hadis yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan Abu Bakar dan Umar, hanya saja, ketika ayat-ayat dan hadis-hadis itu dikaji dengan baik dan seksama, tidak dapat dipertahankan kekuatannya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Dan juga ada jalan dan qarinah lainnya yang menjadikan ayat-ayat dengan hadis-hadis yang menyinggung keutamaan Syaikhain itu tidak mungkin dapat diterima.

Hadis-hadis Rasulullah saw lainnya yang tidak pernah dikeluarkan kepada selain Imam Ali as adalah seperti sabda beliau:

1. "Aku dan Ali adalah bapak umat ini".

2. "Ali dan syi'ahnya adalah orang-orang yang beruntung".

3. "Tidak ada yang mencintai Ali selain si mukmin. Dan tidak ada yang membenci Ali selain muanfik".

4."Ali senantiasa bersama Al-Haq. Dan Al-Haq pun senantiasa menyertai Ali".

5."Orang yang paling pandai dalam memutuskan hukum adalah Ali".

6."Kedudukan Ali di sisiku adalah sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya saja tidak ada lagi nabi setelahku".

Dan masih banyak sekali hadis-hadis nabi lainnya yang khusus ditujukan kepada Imam Ali as yang menunjukkan kemuliaan dan ketinggian derajat belias as di sisi nabi saw. Satu lagi saja sebagai tambahan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :"Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang ingin memasuki kota, maka masuklah melalui pintunya!".

Banyak sekali hadis-hadis nabi yang menjelaskan ketinggian ilmu Imam Ali as. Bahkan banyak pula ucapan dan ungkapan yang disampaikan oleh Abu Bakar dan Umar mengenai ketinggian ilmu beliau as. Misalnya Umar pernah berkata dan dalam beberapa kasus :

"Jika sekiranya tidak ada Ali, maka hancurlah Umar".

Nah sekarang, jika kelebih pandaian Imam Ali as, keberaniannya, dan kemuliaannya telah dapat kamu buktikan dengan jelas melalui kesaksian ayat-ayat AlQur'an dan hadis-hadis Nabi yang sangat banyak dan bahkan mutawatir, kemudian ketika terjadi kontradiksi dan pertentangan antara pandangan dan sikap Imam Ali as dengan pendapat dan sikap Khalifah Abu Bakar atau Umar, masihkah setelah ini kamu memilih ucapan, pendapat dan pandangan Khalifah Abu Bakar, atau Umar atau sahabat Nabi yang lainnya selain Imam Ali as?!

Khalifar Umar berpendapat bahwa shalat Tarawih harus dengan berjamaah dan 20 rakaat dan dilakukan setelah shalat isya'. Sementara pendapat Imam Ali as mengikuti prilaku Rsulullah saw, yaitu bahwa shalat Tarawih berjamaah itu bid'ah dan harus ditinggalkan. Dan Umar sendiri mengakui bahwa hal itu memang bid'ah.

Khalifah Umar telah menghapus ketetapan dan praktek haji tamattu' dan nikah mut'ah ketika beliau berkuasa menduduki kursi khilafah. Tetapi Imam Ali as tetap mengikuti Rasulullah saw, yaitu tetap mensahkan praktik haji tamattu' dan nikah mut'ah yang biasa dilakukan pada masa hayat Rasulullah saw dan para sahabat setelahnya.

Khalifah Umar telah menetapkan bahwa talak tiga sekaligus akan jatuh tiga talak juga. Dan setelah itu wanita itu menjadi haram bagi suaminya (tidak bisa rujuk) sampai ia menikah lagi dengan lelaki lainnya. Tetapi Imam Ali as tetap mempertahankan syariat aslinya sebagaimana dijalankan oleh Rasulullah saw, yaitu bahwa talak semacam itu batal. Dan talak itu harus dilakukan satu kali satu kali saja yang diselingi dengan rujuk.

Dan masih banyak lagi perbedaan pendapat, pandangan dan sikap antara Imam Ali as dengan Khalifah Umar sehubungan dengan masalah syariat.

Apabila kamu perhatikan dengan seksama mengenai kriteria-kriteria dan syaratsyarat seseorang untuk menjadi imam atau khalifah atau pemimpin umat, memang

56

berbeda antara pandangan mazhab Ahlisunnah dengan mazhab Syi'ah Imamiyah. Masalah ini dibahas secara mendetail di dalam bab imamah (akidah islam). Sebagai contoh yang sangat jelas, misalnya masalah imam jamaah dalam shalat fardhu. Mazhab Syi'ah Imamiyah sangat ketat dalam memilih dan menetapkan syarat-syarat imam jamaah, diantaranya adalah masalah 'adalah (keadilan imam), sementara mazhab Sunni sangat longgar. Apa buktinya? Bukti ilmiahnya dapat kamu baca di dalam kitab-kitab fikih yang membahas masalah syarat-syarat imam shalat jamaah. Sedang buktinya secara fakta dapat kamu saksikan ketika umat kedua mazhab itu melakukan shalat berjamaah di masjid-masjid, mushalla-mushalla mereka atau di tempat-tempat lainnya. Umat Syi'ah tidak menjadikan seseorang sebagai imam jamaah shalat sembarangan dan asal comot saja, tetapi harus kenal dan melihat ciriciri atau sifat-sifat tertentu sebagaimana ditetapkan di dalam kitab fikih mereka. Sementara umat Sunni boleh memilih seorang imam shalat berjamaah sembarangan, artinya asal bacaannya lumayan sudah bisa menjadi imam shalat tanpa memperhatikan 'adalah dan sifat-sifat khusus lainnya. Fenomena itu dapat kamu saksikan di mana-mana, di mushalla bandara, mushalla setasiun kereta api, mushalla pabrik dan di tempat-tempat shalat di berbagai lembaga dan perusahaan atau pendidikan. Di dalam mazhab Syi'ah Imamiyah imam shalat jamaah itu harus adil. Arti adil disini adalah tidak pernah melakukan dosa besar seperti dusta, mencuri, ghibah, korupsi, berzina, meminum minuman keras, khianat, dan lain-lain, dan tidak selalu melakukan dosa-dosa kecil, seperti memandang wanita yang bukan muhrimnya dengan pandangan syaithani, melihat acara-acara TV yang dapat merusak moralnya (bisa jadi melihat TV pun termasuk dosa besar, tergantung acara apa yang disaksikan), dan lain-lain. Apabila mereka di dalam memilih dan menetapkan imam shalat jamaah saja begitu ketatnya, apalagi di dalam memilih dan menentukan imam umat. Dengan mengkaji hal ini kamu dapat membandingkan bagaimana pemimpin mazhab Syi'ah yang ada sekarang ini dan siapakah pemimpin Sunni sekarang ini? Alla kulli hal, ini masalah imamah dan kepemimpinan yang menurut Syi'ah sangat urgen dan mempunyai peran penting dalam menentukan nasib umat, dunia dan akhirat. Lain halnya dengan pandangan mazhab Sunni. Sehubungan dengan masalah ini, kamu bisa baca buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dan semoga pada suatu kesempatan kita dapat mendiskusikan masalah yang sangat penting ini.

Nikmat dan Peranan Akal

Anak-anakku sekalian!

Sesungguhnya Alah Swt telah memberikan nikmat yang sangat besar kepada setiap insan, yaitu akal pikiran. Hanya akallah yang membedakan kita dengan seluruh binatang. Tanpa akal pikiran, jika di dalam hidup ini kita hanya menggunakan syahwat dan perasaan, maka sama sekali tidak ada bedanya antara kita dengan hewan. Bahkan kita lebih hina dan sesat lagi. Imam Ali as pernah berkata:

"Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan akal bagi malaikat tanpa syahwat, dan menciptakan syahwat bagi binatang tanpa akal. Tetapi Dia menciptakan keduanya bagi manusia. Barang siapa yang akal pikirannya dapat menaklukkan syahwatnya, maka ia lebih baik dari malaikat. Dan barang siapa yang syahwatnya dapat mengalahkan akalnya, maka ia lebih buruk dari binatang". [16]

Anak-anakku sekalian! Betapa indahnya ucapan Imam Ali as itu! Coba perhatikan, renungkan dan pahami baik-baik beberapa ucapan beliau as dibawah ini:

1. "Sesungguhnya Allah Swt itu tidak tisembah (tidak diibadahi) dengan sesuatupun yang lebih utama daripada akal "[17]

2. "Betapa banyaknya, hanya karena syahwat sesaat, mengakibatkan kesedihan yang panjang ".[18]

3. "Akal wanita itu terletak pada kecantikannya. Sementara keindahan lelaki itu terletak pada akalnya ".[19]

Allamah syaikh ustadz Ja'far Subhani mengatakan bahwa:

"Sesungguhnya akal itu merupakan sarana lainnya[20] yang dapat menuntun seseorang menuju kepada kesempurnaan. Akal adalah cahaya berkilau dan lampu penerang yang dapat menerangi jalan seseorang dan mensirnakan kegelapan yang menghalangi perjalanan hayatnya. Karena itu, Syaikh Subhani menambahkan, bahwa memanfaatkan nikmat Ilahi yang agung ini, dengan semaksimal mungkin, merupakan faktor utama lainnya yang mendorong seseorang berjalan menuju kepada kesempurnaan dan untuk mencapai puncak insani yang tinggi serta perkembangan budaya".[21]

Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu yang banyak dan menentukan pilihannya yang tepat. Maka gunakanlah akal sehatmu itu untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Gunakanlah untuk menentukan pilihan yang tepat dan baik sehingga kamu akan bahagia dan selamat di dunia dan khususnya di akhirat kelak. Sebab hanya dengan akal dan ilmu pengetahuan serta kejujuran, kita akan selamat dan memperoleh kenikmatan surga yang abadi kelak. Dan sebaliknya, dengan mengabaikan petunjuk akal, dengan meremehkan ilmu pengetahuan dan dengan tidak berlaku jujur terhadap syariat, seseorang akan terjerumus dan terjerembab ke dalam jurang api neraka jahannam, Na'udzu Billah!

Anak-anakku sekalian!

Di antara fungsi akal yang kalian miliki itu adalah untuk memilah dan memilih apa saja yang baik dan layak untuk kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan kalian. Bahkan melakukan pilihan itu merupakan fitrah dan naluri setiap insan berakal yang tidak dikhususkan bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan saja. Karena anak kecil sekalipun mempunyai naluri itu. Coba saja adikmu yang masih berumur lima tahun, jika kamu berikan beberapa buah apel, atau baju, atau mainan, atau apa saja, dan kamu katakan padanya:"Ambil satu saja, jangan lebih!". Pasti ia akan memilih yang terbaik dan sesuai dengan seleranya, menurut pengetahaun dan pengalamannya.

Bukankah jika kamu pergi ke pasar untuk membeli sepatu, atau celana panjang, atau buah-buahan, atau barang apa saja, kamu pasti memilih yang paling bagus, paling kuat, paling murah, paling menarik dan paling menyenangkan dipakai atau di pandang mata? Bukankah jika seseorang ingin pergi ke kota naik bis, atau pergi ke luar negeri naik pesawat, ia pasti memilih bis atau pesawat yang paling baik, paling murah dan paling aman yang dapat mengantarkannya ke tempat tujuannya dengan selamat?

Jika hal itu sudah begitu jelas, karena memang sangat logis dan bahkan sesuai dengan naluri dan fitrah setiap insan, sehingga tidak seorang pun yang mengingkarinya, tetapi mengapa sebagian besar manusia tidak berhati-hati dalam memilih agamanya yang akan mengatur hidupnya di dunia ini dan menyelamatkannya di akhirat kelak?

Mengapa sebagian manusia tidak melakukan pilihan atau tidak memilih "bahtera" yang ia yakini akan menyelamatkannya dari ombak dan gelombang lautan dalam yang sangat ganas?

Apabila dikatakan kepada mereka:"Ambillah sebuah rumah atau mobil dari sekian puluh rumah atau mobil itu! Tetapi hati-hatilah karena banyak yang sudah rusak!", pasti mereka sangat berhati-hati dalam memilihnya. Dan pasti mereka mengeceknya sedetail mungkin. Bahkan jika ada tembok sebuah rumah yang hanya rompal sebesar sendok saja, pasti mereka mencari yang lainnya yang masih betulbetul mulus. Tetapi mengapa mereka tidak berhati-hati dalam memilih ajaran, aliran atau madzhab dalam agamanya yang jelas-jelas sebagai kendaraan menuju akhiratnya? Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda, bahwa: "………Dan uamtku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Seluruhnya masuk neraka, kecuali satu golongan saja, atau yang 72 golongan akan masuk neraka. Dan hanya satu golongan yang akan masuk surga".

Apakah Rasulullah saw dusta dengan ucapannya itu? Apakah ucapan beliau itu hanya main-main dan sendagurau belaka? Tidakkah ucapan beliau itu, kini menjadi kenyataan?

Jika kamu tidak berhati-hati dalam menjalankan syari'at Islam, bagaimana mungkin kamu akan selamat dari sentuhan dan bisikan setan, bagaimana kamu akan selamat dari jilatan api neraka?

Jika kamu tidak yakin dengan akidah dan berbagai ibadah yang kamu lakukan, bagaimana kamu bisa yakin bahwa akidah dan ibadahmu itu dapat mengantarkanmu sampai ke pintu surga? Jika akidah, keyakinan, pandangan dan berbagai argumen-mu dalam beragama belum terujikan keabsahan dan kekuatannya, bagaimana kamu bisa yakin bahwa keyakinan, pandangan dan argumen-mu itulah yang benar dan yang lainnya salah? Bagaimana pula mereka yang berakidah dan beribadah hanya ikut-ikutan belaka dan sama sekali tidak mempunyai argumen? Sementara mereka larut dan tenggelam dalam berbagai maksiat dan kemungkaran, baik yang disadari maupun yang tidak disadarinya? Jika kamu tidak bersungguh-sungguh dalam beragama dan menjalankan syari'at, tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa agama hanya sebagai "opium" belaka!

Anak-anakku sekalian!

Ketahuilah, bahwa hidup ini tidak main-main! Tidak ada orang lain yang akan menyelamatkanmu dari ganasnya gelombang kehidupan ini. Tidak ada seorang pun yang akan menyelamatkan dan membahagiakan dirimu di hari akhirat kelak, kecuali dirimu dan usahamu sendiri dengan gigih dan sungguh-sungguh! Karena itu, berhatihatilah dalam beragama dan menjalankan syariat! Jangan main-main! Janganlah hanya ikut-ikutan belaka. Kalian berbeda dengan kerbau atau sapi yang dicocok hidungnya dan diajak kemana saja ikut!

Gunakanlah akal sehat kalian mumpung-mumpung masih muda!

Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Ibnu Mas'ud:[22]

"Wahai ibnu Mas'ud, apabila kamu ingin melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah dengan ilmu pengetahuan dan akal. Sekali-kali janganlah kamu melakukan suatu pekerjaan tanpa perhitungan (tadbir) dan akal. Karena sesungguhnya Allah Swt berfirman: "Dan janganlah kamu seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali".[23]

Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda: "Lakukanlah suatu pekerjaan sebagaimana seseorang yang mengetahui dengan yakin bahwa ia akan dikenakan sangsi jika salah dan akan mendapatkan balasan baik jika benar".[24]

Peranan Para Wanita di Zaman Nabi Saw

Telah disebutkan bahwa peranan para wanita di zaman Imam Mahdi af. kelak sama seperti peranan para wanita di zaman Rasulullah Saw. Maka, ada baiknya jika kita menilik peranan mereka di zaman Rasulullah Saw. Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa mereka bekerja mengobati orang-orang yang terluka serta merawat orang-orang yang sakit. Tampaknya tugas ini hanyalah beberapa contoh saja dari peranan mereka di zaman Nabi. Karena, mereka juga memiliki aktivitas lainnya yang juga akan dijalankan oleh para wanita di zaman Imam Mahdi af. nanti. Imam Shadiq as. bersabda, “Pada zaman Imam Mahdi af, para wanita akan menjalankan berbagai tugas yang telah dilakukan di zaman Rasulullah Saw.”

Dalam berbagai peperangan di zaman Nabi Saw, para wanita melakukan berbagai tugas, seperti mengirimkan makanan kepada para prajurit Islam, memasak makanan, menjaga perangkat perang para prajurit, menyiapkan obat-obatan, mengirimkan bahan-bahan pokok, merawat dan memperbaiki persenjataan, memindahkan para korban perang, ikut serta dalam peperangan pertahanan, memberikan semangat kepada para prajurit untuk maju ke medan perang, memberikan semangat dalam pertempuran … dan lain sebagainya.

Karena Imam Shadiq as. telah menyerupakan para wanita pengikut Imam Mahdi af. di akhir zaman, seperti para wanita di zaman Rasulullah Saw., maka ada baiknya kita membahas aktivitas yang dilakukan para wanita di zaman beliau. Beberapa wanita yang pernah melakukan pekerjaan mulia itu adalah:

 Ummu Athiyah. Ia pernah ikut serta dalam tujuh peperangan. Ia juga sering mengobati orang-orang yang terluka.[40] Ummu Athiyah pernah berkata, “Salah satu tugasku adalah menjaga perangkat perang para prajurit.”[41]

 Ummu A’marah (Nasibah). Keberaniaannya yang sangat menakjubkan di perang Uhud membuat Rasulullah Saw. selalu memujinya.[42]

 Ummu Abiyah. Ia adalah salah satu dari enam wanita yang pernah berangkat menuju benteng Khaibar. Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka, “Atas perintah siapa kalian datang ke sini?” Ummu Abiyah berkata, “Karena kami melihat kemarahan yang nampak di wajah beliau, kami berkata: ‘Kami datang dengan membawa obat-obatan untuk mengobati orang-orang yang terluka.’ Lalu Rasulullah Saw. mengizinkan kami untuk tinggal di sana. Ummu Abiyah juga mengatakan, “Pekerjaan kami adalah mengobati orang-orang yang terluka dan menyiapkan makanan.”

 Ummu Aiman. Ia aktif mengobati orang-orang yang terluka dalam peperangan.[43]

 Hamannah. Ia bertugas mengantarkan air kepada orangorang yang terluka lalu mengobati mereka. Ia telah kehilangan suami, sedangkan saudaranya dalam medan pertempuran.[44]

 Rabi’ah putri Ma’adz. Ia selalu mengobati orang-orang yang terluka.[45] Ia berkata, “Kami pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan kami memindahkan para korban perang ke Madinah.”

 Ummu Ziyad. Ia adalah salah seorang dari enam wanita yang pernah ikut serta dalam perang Khaibar.[46]

 Ummayah binti Qais. Ia memeluk Islam setelah peristiwa hijrah. Ia berkata, “Aku bersama beberapa wanita Bani Gaffar mendatangi Rasulullah Saw. dan kami berkata, “Kami bersedia untuk membantu Anda dan pergi ke Khaibar untuk mengobati orang-orang yang terluka.” Kemudian dengan gembira Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah! Semoga Allah membantu kalian.”[47]

 Layla Ghifariyah. Ia mengatakan, “Dahulu aku sering pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan di sana aku mengobati orang-orang yang terluka.”[48]

 Ummu Sulaim. Ia mengantarkan air untuk para prajurit di perang Uhud. Meskipun dalam keadaan hamil, ia tetap ikut dalam perang Hunain.[49]

 Mu’adzah Ghifariyah. Ia merawat orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.[50]

 Ummu Sanan Aslamiyah. Ketika ingin berangkat ke perang Khaibar, ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Aku ingin pergi bersamamu dan mengobati orang-orang yang terluka di medan perang serta membantu para pejuang. Aku akan menjaga perangkat perang mereka dan mengantarkan air untuk mereka.” Rasulullah Saw bersabda: “Baiklah. Pergilah bersama istriku, Ummu Salamah.”[51]

 Fatimah Zahra as. Muhammad bin Musalamah berkata, “Pada peristiwa perang Uhud, para wanita bertugas mencari air. Fatimah as. juga bersama mereka.[52] Para wanita memikul makanan di punggungnya, lalu mengobati orang-orang yang terluka dan memberikan air kepada mereka.”[53]

 Ummu Sulaith. Umar bin Khattab berkata, “Ummu Sulaith sering membawakan air untuk kami di perang Uhud dan ia juga memperbaiki peralatan perang.”[54]

 Nasibah. Ia pernah ikut serta dalam perang Uhud bersama suami dan kedua anaknya. Ia membawa air lalu memberikannya kepada para pejuang. Ketika perang menjadi semakin sengit, ia pun ikut berperang, sampai menanggung dua belas luka sayatan pedang.[55]

 Anisah. Pada peristiwa perang Uhud, ia menghampiri Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah! Anakku, Abdullah bin Salamah, adalah pejuangmu di perang Badar dan kini ia telah gugur di perang Uhud. Aku ingin membawanya ke Madinah, lalu aku memakamkannya di sana supaya dekat dengan rumahku, sehingga aku dapat merasa tenang dengannya.” Rasulullah Saw. Mengizinkannya. Ia membawa jenazah anaknya bersama satu lagi pria yang syahid, bernama Majdar bin Ziyad lalu melilitnya dengan suatu kain. Ia membawa mereka berdua ke Madinah dengan unta.[56]

Inilah peranan para wanita di zaman Rasulullah saw. yang beliau pimpin sendiri. Mungkin bantuan yang dipersembahkan oleh para wanita tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengerahan kekuatan militer seoptimal mungkin. Dengan tujuan tersebut para wanita di zaman Imam Mahdi af. akan menjalankan peran yang sama pula.

Pada zaman pemerintahan Imam Mahdi af. maupun sebelumnya, para wanita melakukan peran lainnya seperti: menyadarkan umat manusia akan bahaya Dajal.

Abu Sa’id Khudri berkata, “Setiap kali Dajal berniat menuju ke suatu tempat, sebelum ia sampai ke sana, seorang perempuan yang bernama Luaibah (Thayibah) datang ke tempat tersebut terlebih dahulu. Lalu berkata, ‘Dajal sedang mendatangi kalian! Jauhilah dia dan berhati-hatilah terhadap akibat perbuatannya!’”[57] []

Bab 2

SANG PEMIMPIN KEBANGKITAN

Kita telah mengupas beberapa hal mengenai revolusi dan kebangkitan Imam Mahdi af. Pada bagaian ini, kita akan membahas karakteristik jasmani dan rohani beliau berdasarkan penjelasan berbagai riwayat.

A- Karakteristik Jasmani

1. Usia dan Wajah

Imran putra Hashin berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Jelaskan kepadaku seperti apa Al-Mahdi dan bagaimana karakteristiknya?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah keturunanku, tubuhnya sekuat tubuh Bani Israil.[58] Ia akan bangkit ketika umatku mengalami kesulitan. Wajahnya mirip dengan wajah orang Arab. Dari postur tubuhnya, ia tampak seperti orang yang berumur 40 tahun. Wajahnya bagaikan bulan yang bersinar. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kebatilan dan kezaliman. Ia akan memimpin selama dua puluh tahun dan membuka (menguasai) kota-kota kekufuran seperti: Constantinopel, Roma dan kota-kota lainnya.’”[59]

Imam Hasan Mujtaba as. bersabda, “Allah Swt. Memanjangkan umur Al-Mahdi di zaman keghaibannya. Setelah itu, dengan kekuasaan Allah Swt. yang tidak terbatas, beliau muncul dengan wajahnya yang muda, seperti lelaki yang berusia kurang dari empat puluh tahun.”[60]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, orang-orang akan mengingkarinya dan tak seorang pun yang bergegas memenuhi panggilannya, kecuali orang-orang yang telah disumpah oleh Allah di alam Dzar.[61] Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda dan gagah.”[62]

Marawi bertanya kepada Imam Ridha as., ‘Apa tanda-tanda yang dimiliki Imam Mahdi ketika ia muncul nanti?’ Imam menjawab, ‘Tandanya adalah umurnya tua sekali, tetapi kelihatan masih muda. Sehingga ketika seseorang melihat dirinya beranggapan bahwa ia masih berumur empat puluh tahun, atau bahkan kurang dari empat puluh tahun. Tanda yang lain adalah, perjalanan waktu tidak membuatnya tua dan ia akan terus seperti itu sampai ajalnya tiba.’”[63]

Imam Shadiq as. bersabda, “Secara pasti, wali Allah (Imam Mahdi af.) akan hidup seratus dua puluh tahun seperti Ibrahim Al-Khalil as. Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda, bagaikan orang yang berumur 30 tahun.”[64]

Sebenarnya, umur beliau termasuk dari perkara-perkara yang ghaib. Jadi, tidak ada batasan tertentu seberapa lama beliau akan hidup. Tetapi, karena sebagian orang di zaman dahulu terbatas dengan budaya mereka, maka seringkali umur Imam Mahdi af. dibandingkan dengan umur Nabi Ibrahim as.

Almarhum Majlisi menuturkan, “Barangkali yang dimaksud oleh Imam adalah umur kepemimpinan beliau. Mungkin juga sebenarnya usia beliau hanya seratus dua puluh tahun, tetapi Allah Swt. memanjangkannya.”

Imam Mahdi af. kelak akan muncul dengan fisik yang masih segar dan gagah, yakni di pertengahan dan di akhir masa mudanya.[65]

Mengenai umur Imam Mahdi af. ketika beliau muncul, terdapat pendapat lain. Arthat berkata, “Imam Mahdi af. berumur enam puluh tahun.”[66] Ibnu Hammad berkata, “Imam Mahdi af. berumur 18 tahun.”[67]

2. Ciri-ciri Tubuh

Abu Bashir berkata kepada Imam Shadiq as., “Aku mendengar dari ayah Anda bahwa Imam Zaman af. memiliki dada yang lapang dan pundak yang lebar.” Imam berkata, “Wahai Abu Muhammad! Ayahku menggunakan pakaian perang Rasulullah Saw. Tetapi, pakaian tersebut terlalu besar baginya, hingga bagian bawah menyentuh tanah. Pakaian itu akan pas dengan tubuh Al-Mahdi, sebagaimana cocok dengan tubuh Rasulullah Saw. Pada bagian bawahnya terlihat pendek, sehingga orang-orang yang melihatnya mengira bahwa pakaian tersebut diikat.”[68]

Rayyan bin Shilat bertanya kepada Imam Ridha as., “Apakah Anda Shahibul Amr?” Beliau menjawab, “Ya, aku adalah Shahibul Amr. Tetapi, aku bukan Shahibul Amr yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman telah memenuhi dunia. Bagaimana aku menjadi Shahibul Amr yang sedemikian rupa sedangkan engkau sendiri melihat kelemahan tubuhku? Dia adalah orang yang berusia tua, tetapi terlihat masih muda ketika muncul. Ia memiliki tubuh yang gagah dan kuat. Seandainya dia mengulurkan tangannya kepada suatu pohon yang paling besar, dia mampu untuk mencabutnya. Ketika dia berteriak di antara pegunungan, maka batu-batu akan pecah dan berpindah dari tempatnya.

Dia juga memiliki tongkat Nabi Musa as. dan cincin Nabi Sulaiman as.’”[69]

B. Kesempurnaan Akhlak

Sebagaimana para Imam lainnya, Imam Mahdi af. memiliki kesempurnaan akhlak yang mulia. Karena, para Imam adalah manusia sempurna dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Kebaikan akhlak mereka mencapai deraja tertinggi.

Imam Ridha as. bersabda, “Imam Mahdi af. adalah orang yang paling pandai, paling sabar, dan paling bertakwa. Daripada semua manusia, ia adalah orang yang paling dermawan, paling berani dan paling utama ibadahnya.”[70]

1. Takut kepada Allah

Ka’ab berkata, “Rasa takut dan kekhusyukan Imam Mahdi af. terhadap Allah seperti burung elang terhadap kedua sayapnya.”[71] Mungkin yang dimaksud oleh Ka’ab, meskipun elang merupakan burung yang kuat, tetapi kekuatannya bertumpu kepada kedua sayapnya. Ketika kedua sayapnya tidak menolongnya untuk terbang, maka ia akan terjatuh ke tanah. Meskipun Imam Mahdi af. adalah seorang pemimpin yang paling kuat di dunia, tetapi kekuatan tersebut berasal dari Allah Swt. Jika sekali saja Allah tidak memberikan pertolongan kepadanya, maka beliau tidak bisa melakukan apa-apa.

Oleh karena itu, Imam Mahdi sangat takut dan khusuk di hadapan Allah.

Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Thawus[72] , kekhusyukan Imam Mahdi af. diibaratkan seperti kedua ujung sebuah tombak. Kecepatan tangan dan ketelitian seseorang dalam melemparkan tombak, bergantung pada kedua ujung tombak tersebut. Bagaikan kedua sayap, jika sedikit saja bengkok, maka seseorang tidak akan dapat melemparkan tombak dengan tepat.

Barangkali maksudnya adalah kekuatan Imam Mahdi af. datang dari Allah, dan beliau bergantung kepada pertolonganNya.

2. Kezuhudan

Imam Shadiq as. bersabda, “Mengapa kalian terburu-buru dengan kedatangan Al-Mahdi? Allah mengetahui bahwa makanannya adalah makanan yang keras dan tidak enak. Makanannya adalah roti yang terbuat dari gandum jelek. Pemerintahannya adalah pemerintahan pedang dan kematian di bawah bayangan pedang.”[73] Utsman bin Hammad berkata, “Aku pernah hadir pada acara

majlis Imam Shadiq as. Pada suatu saat, datang seseorang dan berkata kepada Imam, ‘Imam Ali as. mengenakan pakaian kasar yang harganya hanya empat dirham. Tetapi, engkau mengenakan pakaian yang mahal harganya!’ Imam menjawab, ‘Imam Ali as. menggunakan pakaian seperti itu pada suatu

zaman, di mana tidak ada yang mencaci orang untuk berpakaian demikian. Sebaik-baiknya pakaian suatu zaman adalah pakaian yang dipakai orang-orang di zaman itu. Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian seperti milik Imam Ali as. dan ia akan meniru beliau dalam kekuasaannya.’”[74]

C. Pakaian

Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan pakaian khusus yang akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika ia muncul. Terkadang disebutkan bahwa ia akan memakai pakaian Rasulullah Saw. Terkadang juga dikatakan bahwa beliau akan mengenakan pakaian Nabi Yusuf as.

Ya’qub bin Syu’aib menuturkan, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Apakah kalian ingin aku beritahu mengenai pakaian apa yang kelak akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika muncul nanti?’ Ia berkata, ‘Ya, aku ingin tahu hal itu.’ Imam meminta sebuah kotak, lalu membukanya. Setelah itu beliau mengeluarkan sebuah pakaian yang di bagian lengannya terdapat bekas darah.

“Imam kembali bersabda, ‘Inilah pakaian Rasulullah Saw. yang pernah beliau kenakan saat perang Uhud. Ketika itu empat giginya patah. Imam Mahdi akan bangkit dengan menggunakan pakaian ini.’ Aku mencium pakaian tersebut dan meletakkan bekas darah itu di mataku, kemudian Imam mengambilnya.”[75]

Mufadhal bin Umar bercerita, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Tahukah engkau apa pakaian Nabi Yusuf as.?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Imam kembali bersabda, ‘Ketika Nabi Ibrahim as. dilemparkan ke dalam api, Jibril membawakan sebuah pakaian, lalu memakaikannya ke tubuh beliau, sehingga beliau aman dari panas dan dingin. Ketika ajalnya hampir tiba, ia meletakkan pakaian itu dalam sebuah tempat kecil yang terdapat doa di dalamnya dan menggantungkannya di lengan anaknya; Ishak as. Ia memberikan kepada anaknya, Yakub as. Ketika Yusuf as. lahir, Yakub menggantungkannya di lengan Yusuf as. Yusuf as. mengalami berbagai macam peristiwa, hingga suatu hari ia menjadi penguasa Mesir. Ketika Yusuf mengeluarkan pakaian tersebut dari tempat itu, Yakub as. mengenal baunya dan berkata, ‘Sungguh aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)’[76] Dan itu adalah sebuah pakaian yang diturunkan dari surga.’”

Mufadhal kembali bertanya, ‘Semoga aku menjadi tebusanmu! Pakaian itu berada di tangan siapakah?’ Beliau menjawab, ‘Berada di tangan pemiliknya; pakaian itu ada di tangan Al-Mahdi ketika ia muncul nanti.’ Imam kemudian melanjutkan perkataannya, ‘Setiap nabi yang meninggalkan suatu warisan berupa pengetahuan atau selainnya, maka sesungguhnya semua itu sampai di tangan Rasulullah Saw.’”[77]

D. Senjata

Rasulullah Saw. bersabda kepada Imam Ali as., “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul dan masa pemerintahannya berlangsung, ia memegang sebuah pedang lalu diseru, ‘Wahai wali Allah! Berjuanglah dan bunuh musuh-musuhmu!’”[78]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian Rasulullah Saw. yang pernah dipakai oleh beliau di saat perang Uhud. Ia juga akan memakai sorban beliau. Ia juga memegang pedang Dzulfiqar milik Rasulullah Saw. dan selalu menghunuskannya selama delapan bulan untuk membunuh orang-orang tak beragama.”[79]

Jabir Ja’fi menuturkan, “Imam Baqir as. bersabda, ‘Al-Mahdi (af.) akan muncul di Mekah di antara rukn dan maqam, bersama tiga ratus tiga belas kawannya. Ia bangkit dengan ajaran Rasulullah Saw. dan bendera serta senjatanya. Ketika itu, terdengar suara seruan dari langit Mekah dengan nama Wilayah yang memanggil nama beliau. Seluruh umat manusia di dunia mendengar suara itu dan namanya sebagaimana nama Rasulullah Saw.’”[80]

E. Memahami Wajah

Salah satu kekhususan yang dimiliki oleh Imam Mahdi af. adalah beliau mampu memahami batin semua orang hanya dengan melihat wajahnya. Ia mampu membedakan orang yang baik dan yang tidak. Dengan pengetahuan tersebut, beliau mengetahui pelaku kezaliman dan kerusakan kemudian menumpasnya.

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, tidak ada seorang pun yang tersisa di dunia kecuali beliau mengetahuinya; apakah ia termasuk orang yang saleh ataukah orang yang zalim maupun perusak.”[81]

Beliau juga bersabda, “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul, ia akan mengenal musuh-musuhnya dari wajah mereka. Pada waktu itu juga ia dan kawan-kawannya akan menangkap dan menumpas mereka.”[82]

Imam kembali bersabda, “Ketika Qaim Ali Muhammad Saw. (Imam Mahdi af.) muncul, berkat kekuatan yang dimilikinya, ia dapat membedakan antara kawan dan lawan.”

Mu’awiyah Dahani bertanya kepada Imam Shadiq as. mengenai ayat, ‘Orang-orang yang berdosa dikenal dengan wajah mereka, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka’[83] . Imam Shadiq as. bersabda, ‘Wahai Mu’awiyah! Apa yang dikatakan orang lain mengenainya?’ Ia menjawab, ‘Mereka mengira Allah akan mengetahui para pendosa dari raut wajah dan tubuhnya di Hari Kiamat. Lalu, rambutnya akan ditarik dan kakinya akan dipegang, kemudian dilemparkan ke dalam api.’ Imam bersabda, ‘Apa perlunya Allah melihat raut wajah mereka agar mengetahui apakah ia pendosa atau tidak, padahal Dia sendiri yang telah menciptakan mereka?’ Dahani bertanya, ‘Lalu apa makna ayat ini?’ Beliau menjawab, ‘Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, Allah memberinya ilmu untuk memahami wajah. Lalu beliau memerintahkan pasukannya untuk memegang kepala dan kaki orang-orang jahat dan membunuhnya dengan pedang.’”[84]

Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan zaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang kendali langit dan bumi.

Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.

Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi Yang Dijanjikan.

F. Keramat Imam Mahdi af.

Pada Akhir zaman, semua orang menanti berdirinya suatu pemerintahan yang adil dan melayani rakyat. Tetapi, tak jarang mereka merasa pesimis terhadap berdirinya suatu pemerintahan demikian. Mereka tidak lagi bersedia mendengarkan ucapan berbagai kelompok dan partai. Mereka juga tak yakin ada seseorang yang mampu mengembalikan kondisi dunia menjadi teratur seperti sediakala.

Oleh karena itu, setiap yang mengaku bahwa dirinya akan merubah dunia dan mengembalikan keteraturannya harus memiliki kekuatan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Demi membuktikan hal ini, diperlukan keramat maupun mukjizat. Maka, ketika Imam Mahdi af. muncul, ia melakukan beberapa perbuatan luar biasa yang menunjukan keramatnya. Ia dapat memerintahkan burung yang sedang terbang di langit untuk turun ke tanah dan hinggap di tangan beliau. Ia juga mampu menancapkan kayu yang kering ke dalam tanah tandus, lalu menjadi hijau dan tumbuh mengeluarkan ranting dan daun.

Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan zaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang kendali langit dan bumi.

Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.

Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi Yang Dijanjikan.

Adakalanya keramat-keramat tersebut sengaja diperlihatkan kepada para prajuritnya, sehingga meningkatkan keimanan mereka. Terkadang ia tunjukkan kepada musuh-musuhnya, juga orang-orang yang meragukannya, agar mereka bersedia mengimaninya.

Kini, mari kita membahas beberapa keramat Imam Mahdi af.

1. Burung yang Berbicara

Imam Ali as. bersabda, “Dalam perjalanannya, Imam Mahdi bertemu dengan salah seorang sayid yang bernama Hasani dengan dua belas ribu pasukannya. Hasani berusaha untuk mengajak Imam Mahdi af. berdebat dan beranggapan bahwa dirinya lebih pantas untuk memimpin. Imam Mahdi af. berkata kepadanya, ‘Aku adalah Al-Mahdi.’ Hasani menuntut, ‘Apakah engkau memiliki tanda dan bukti supaya aku dapat membaiatmu?’ Imam Mahdi af. memberikan isyarat kepada seekor burung yang sedang terbang, lalu burung itu pun turun dan hinggap di tangannya. Kemudian dengan izin Allah, burung itu membuka mulutnya dan berbicara seraya bersaksi akan kebenaran Imam Mahdi af.

Supaya Sayid Hasani lebih yakin, Imam Mahdi menancapkan kayu kering ke atas tanah. Lalu, kayu itu berubah menjadi hijau dan mengeluarkan batang serta daun. Tak lama kemudian, ia mengambil sebuah batu, lalu ia meremas dengan tangannya dan batu itu pun remuk seketika.

Dengan melihat beberapa keramat tersebut, Sayid Hasani itu percaya bahwa ia adalah Al-Mahdi. Dia bergabung dengan Imam Mahdi af. dan mempersembahkan pasukannya. Lalu Imam Mahdi af. menjadikannya sebagai komandan pasukan garis depan.”[85]

2. Makanan dan Minuman yang Keluar dari Tanah

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul di Mekah dan hendak berangkat menuju Kufah, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman. Ketika itu, Imam Mahdi af. membawa sebuah batu yang pernah digunakan oleh Nabi Musa as. untuk mengeluarkan dua belas mata air dari tanah. Setiap kali berhenti berjalan untuk istirahat, ia menggunakan batu itu untuk mengeluarkan mata air dari tanah. Setiap orang yang lapar akan menjadi kenyang dengan meminum air itu, dan setiap orang yang haus dapat melepas rasa haus dengan meminumnya.

Seperti ini makanan dan minuman selalu tersedia bagi pasukannya sampai ia sampai ke kota Najaf. Di sana ia meletakkan batu itu di atas tanah lalu dari tanah keluar air dan susu yang dapat mengenyangkan setiap orang yang lapar.”[86]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika al-Qaim (af.) muncul, ia membawa bendera Rasulullah Saw., cincin Nabi Sulaiman as., batu, dan tongkat Nabi Musa as. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman untuk diri mereka dan hewan kendaraannya.

Sebagian orang, ada yang ragu dan berkata, ‘Ia ingin membuat kita celaka dan membunuh hewan kendaraan kita dengan membiarkannya kelaparan!’ Akhirnya mereka pun berangkat memulai perjalanan. Setibanya di suatu tempat, Imam Mahdi af melemparkan batu yang dibawanya, lalu muncul makanan, minuman, dan rumput-rumputan dari tanah tersebut. Kemudian pasukannya memanfaatkan makanan dan minuman itu sampai mereka tiba di kota Najaf.”[87]

3. Melipat Bumi dan Tanpa Bayangan

Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, bumi menjadi terang dengan cahaya Ilahi, dan akan berputar cepat di bawah kedua kakinya (ia mampu menempuh jarak yang jauh dengan cepat). Dialah orang yang tidak memiliki bayangan.”[88]

4. Kendaraan

Imam Baqir as. berkata kepada seseorang yang bernama Surah, “Zulkarnain memiliki ikhtiar untuk memilih di antara kedua awan; awan yang keras dan yang tidak keras. Ia memilih awan yang tidak keras, dan awan yang keras disimpan untuk Imam Mahdi af.”

Kemudian Surah bertanya, “Apa yang dimaksud awan keras?” Imam menjawab, “Ia adalah awan yang di dalamnya terdapat petir dan kilat. Imam Mahdi af. akan menaiki awan itu dan dengannya ia terbang ke langit melewati tujuh langit dan tujuh bumi, yaitu lima bumi yang ditinggali dan dua bumi yang hancur.”[89]

Imam Shadiq as. bersabda, “Allah telah memberikan ikhtiar kepada Zulkarnain untuk memilih di antara dua awan; awan yang keras dan awan yang tidak keras. Zulkarnain memilih awan yang tidak keras, yakni awan yang tidak ada kilat dan petir di dalamnya. Seandainya ia memilih awan yang keras, ia tidak akan diizinkan untuk menggunakannya. Karena, awan itu disimpan untuk Al-Mahdi.”[90]

5. Zaman Lambat Berputar

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Zaman af. muncul, ia bergerak menuju Kufah. Di sana, ia akan memimpin selama tujuh tahun, di mana setiap tahunnya sama seperti sepuluh tahun yang kalian rasakan. Setelah itu, Allah melakukan apa yang dikehendaki.” Kemudian, seseorang bertanya, “Bagaimana bisa tahun menjadi panjang dan lama?” Imam menjawab, “Allah memerintahkan tata surya (dan malaikat yang mengaturnya) untuk bergerak dengan lambat. Dengan demikian, hari-hari dan tahun kalian akan menjadi lambat.”

Orang itu kembali berkata, “Banyak orang yang mengatakan bahwa ketika tata surya melambatkan gerakannya sedikit saja, maka semua akan hancur.” Imam menjawab, “Ini adalah ucapan kaum Dahri (sepaham materialis) yang mengingkari Allah. Tetapi, orang Islam (yang meyakini keberadaan Tuhan penguasa alam semesta) tidak mengutarakan ucapan tersebut.”[91]

6. Kekuatan Takbir

Mengenai penguasaan Constantinople di tangan Imam Mahdi af., Ka’ab menuturkan, “Imam Mahdi af. menancapkan benderanya di atas tanah. Lalu, mencari air untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Tetapi, air menjauh dari beliau. Imam mengambil benderanya dan berjalan mendekati air hingga menuju suatu tempat. Kemudian ia menancapkan benderanya ke tanah, lalu memanggil pasukannya seraya berkata, “Wahai umat manusia! Allah telah membelah lautan untuk kalian, sebagaimana telah membelahnya bagi Bani Israil.” Pasukan Imam Mahdi af melewati lautan yang terbelah, mereka bergerak menuju kota Constantinople. Pasukan beliau meneriakkan takbir, hingga dinding-dinding bangunan kota itu bergetar.

Untuk kedua kalinya mereka meneriakkan takbir dan dinding-dinding kota itu bergetar kembali. Untuk ketiga kalinya mereka meneriakkan takbir, dinding-dinding yang berada di antara dua belas menara pengawas runtuh.”[92]

Rasulullah Saw. bersabda, “… Al-Mahdi akan sampai di kota Constantinople. Pada zaman itu, benteng di tempat tersebut memiliki tujuh dinding. Imam Mahdi af. mengucapkan tujuh takbir, lalu dinding-dinding itu runtuh. Banyak orang-orang yang mati dan banyak juga yang memeluk Islam.”[93]

Mengenai hal ini, Imam Ali as. bersabda, “… kemudian AlMahdi (af.) dan pasukannya melanjutkan perjalanan. Tidak ada satu pun benteng Romawi yang terlewatkan. Hanya dengan mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dinding-dinding benteng itu hancur. Akhirnya, mereka sampai di dekat kota Constantinople. Lalu, mereka mengucapkan beberapa takbir, kemudian teluk yang berada di dekat kota itu mengering dan dinding-dinding bangunan kota roboh.[94] Tak lama kemudian mereka bergegas menuju kota. Sesampainya di sana, mereka mengucapkan tiga takbir. Seketika, kota itu hancur bagaikan pasir yang ditiup oleh angin lebat.”[95]

7. Melintasi Air

Imam Shadiq as. bersabda, “Ayahku menuturkan bahwa pada saat al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul … ia mengirim pasukannya menuju kota Constantinople. Ketika sampai di sebuah teluk, mereka menulis beberapa kalimat di atas kulit kakinya masing-masing. Dengan cara ini, mereka mampu melangkah di atas air. Ketika orang-orang Romawi melihat peristiwa tersebut, mereka saling berkata, ‘Jika prajurit AlMahdi seperti ini, lalu seperti apa Al-Mahdi itu sendiri?’ Lalu, mereka membukakan pintu supaya pasukan Imam Mahdi af. dapat memasuki kota dan memimpin di sana.”[96]

8. Menyembuhkan Orang Sakit

Imam Ali as. bersabda, “… Al-Mahdi (af.) akan mengibarkan benderanya dan menampakkan berbagai mukjizatnya. Dengan izin Allah, ia akan melakukan sesuatu dari yang tidak terjadi sebelumnya. Ia akan menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Lepra dan menghidupkan orang-orang yang mati, juga mematikan orang-orang yang hidup.”[97]

9. Tongkat Nabi Musa as.

Imam Baqir as. bersabda, “Tongkat Nabi Musa as. mulanya adalah milik Nabi Adam as. lalu berpindah ke tangan Nabi Syu’aib as., kemudian ke tangan Musa bin Imran as. Tongkat tersebut kini berada di tangan kami, dan aku melihatnya masih hijau, seperti baru diambil dari pohonnya. Ketika ada yang bertanya kepada tongkat itu, ia akan menjawab pertanyaannya. Sesungguhnya tongkat itu disiapkan untuk al-Qaim (Imam Mahdi af). Apa pun yang dilakukan oleh Musa as. akan dilakukan juga oleh al-Qaim. Apa pun yang diperintahkan kepada tongkat itu, ia akan melakukannya. Kapanpun tongkat itu dilemparkan, ia akan menelan sihir-sihir jahat.”[98]

10. Seruan Awan

Imam Shadiq as. bersabda, “Al-Mahdi (af.) akan muncul di akhir zaman. Awan berada di atas kepala beliau. Kemana pun ia pergi, awan tersebut mengikutinya. Awan itu selalu melindungi beliau dari terik mentari yang panas, seraya berseru dengan jelas, ‘Inilah Al-Mahdi.’”[99]

Imam as. juga bersabda, “Tak ada satu pun mukjizat yang dimiliki para Nabi yang tidak dapat dilakukan oleh Imam Mahdi af. Allah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepadanya, supaya hujjah menjadi sempurna.”[100] []

DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN 1

Najmuddin Thabasi 1

Penerjemah: Muhammad Habibi 1

PRAKATA PENERBIT 2

PENDAHULUAN 5

Bab 1 KEBANGKITAN IMAM MAHDI 11

A. Berita Kemunculan Imam Mahdi af 14

B. Bendera Kebangkitan 16

C. Suka Cita Umat Manusia 17

D. Lepas dari Belenggu Penindasan 19

E. Peran Para Wanita dalam Revolusi Imam Mahdi af 21

Biografi Singkat Para Wanita Mulia 24

Peranan Para Wanita di Zaman Nabi Saw 37

Bab 2 42

SANG PEMIMPIN KEBANGKITAN 42

A- Karakteristik Jasmani 42

1. Usia dan Wajah 42

2. Ciri-ciri Tubuh 46

B. Kesempurnaan Akhlak 47

1. Takut kepada Allah 47

2. Kezuhudan 49

C. Pakaian 50

D. Senjata 52

E. Memahami Wajah 53

F. Keramat Imam Mahdi af 56