Hadis Sepuluh Masuk Surga
Hadis ini menyangkut sepuluh orang yang telah dinyatakan akan masuk surga (sepuluh yang mendapat kabar gembira masuk surga), yang dilaporkan oleh Sa’id bin Zaid, ipar Umar bin Khaththab, di zaman Mu’awiyah. Baiklah kita ikuti riwayat munculnya hadis ini di zaman ‘pengucilan’ Ali bin Abi Thalib ini.
Said meninggal dunia tahun 51 H/671 M. Di tahun itu juga Mu’awiyah membunuh Hujur bin ‘Adi bersama dua belas kawankawannya. Ibnu Atsir meriwayatkan bahwa pemulanya ialah Mughirah bin Syu’bah, gubernur yang diangkat Mu’awiyah di Kufah, melaknat Ali dan Hujur membantahnya. Pada tahun 40 H/660 M, Mughirah bin Syubah digantikan oleh Ziyad bin Abih yang mengejar dan menganiaya siapa saja yang tidak mau mencerca Ali bin Abi Thalib.
Hadis ini timbul pada masa itu, dengan lafal: ‘Pada suatu ketika, di masjid (Kufah), seseorang telah menyebut (melaknat pen.) Ali bin Abi Thalib. Maka berdirilah Said bin Zaid seraya berkata: ‘Aku bersaksi dengan nama Rasul Allah saw bahwa sesungguhnya aku mendengar beliau bersabda, ‘Sepuluh orang masuk surga: Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin ‘Auf’. Kemudian orang bertanya, ‘Siapa yang kesepuluh?’ Setelah ditanyakan berkalikali, ‘Sa’id bin Zaid’ menjawab, ‘Aku’. Dalam lafal yang lain, nama Abu Ubaidah bin al ‘Jarrah disebut, sedang Nabi tidak dimasukkan.
Dalam kemelut seperti itu, Said bin Zaid’ telah bertindak sangat berani. Orangorang yang disebut oleh ‘Sa’id bin Zaid’ sudah tepat. Abu Bakar, Umar dan Abu ‘Ubaidah pernah bergesekan dengan Ali, mengepung dan hendak membakar rumah ‘penghulu wanita mu’minin’ Fathimah, ‘meskipun Fathimah ada di dalam’, sebagaimana nanti akan terbaca dalam peristiwa Saqifah. Utsman adalah dari marga Umayyah, marganya Mu’awiyah. Thalhah dan Zubair memerangi Ali dalam perang Jamal. Ali menyebut mereka sebagai kelompok Nakitsun, yaitu kelompok yang membatalkan baiat, karena mereka berdua merupakan orangorang pertama yang membaiat Ali, tetapi kemudian berbalik memeranginya. Sa’d bin Abi Waqqash tidak mau membaiat Ali setelah Utsman meninggal dunia. Abdurrahman bin ‘Auf meskipun kemudian menyesal pernah mengancam akan membunuh Ali dengan pedang, bila Ali tidak membaiat Utsman dalam Syura yang dibentuk oleh Umar. Dengan cerdiknya, ‘Sa’id’ memasukkan nama Ali untuk mencegah para penguasa mengutuk Ali di mimbarmimbar seluruh desa dan kota dan secara tidak langsung berusaha menyelamatkan kaum Syi’ah agar tidak dibantai seperti Hujur. Dan untuk menyelamatkan dirinya, ‘ia’ memasukkan namanya pula. Hadis ini, ditinjau dari segi sejarah, tidak dapat ditafsirkan lain dari itu. Hadis yang merupakan ‘pemberontakan’ terhadap penguasa yang zalim seperti ini, tidak dapat dikatakan salah, tetapi tidak juga dapat dikatakan benar. Riwayat di atas kemungkinan besar dibuat orang dengan mengatas namakan Sai’id bin Zaid.
Imam Malik, misalnya, meriwayatkan: Rasul Allah saw bersabda kepada para Syuhada’ Perang Uhud: ‘Aku menjadi saksi mereka (bahwa mereka telah mengorbankan nyawa mereka) di jalan Allah’. Dan berkatalah Abu Bakar ashShiddiq: ‘Wahai Rasul Allah, bukankah kami saudara saudara mereka? Kami memeluk Islam seperti mereka, dan kami berjihad seperti mereka berjihad!’. Dan Rasul Allah menjawab: ‘Ya, tetapi aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan sesudahku’. Dan menangislah Abu Bakar sambil berkata: ‘Apakah kami akan masih hidup sesudahmu?
Perawi ‘sepuluh orang masuk surga’ tidak menceritakan kepada kita dalam hubungan apa Rasul Allah saw menyampaikan hadis ini, dan siapa saja yang ikut mendengarkan.
Dan mengapa Sa’id, misalnya, tidak berdiri di depan massa yang sedang mengepung rumah Utsman yang berakhir dengan pembunuhan khalifah ketiga itu dan mengatakan kepada mereka hadis yang penting ini?
Mengapa Sa’id bin Zaid, misalnya, tidak menasihati Abdullah bin Umar agar membaiat Ali tatkala terjadi pembaiatan terhadap Ali sesudah Utsman terbunuh, karena bagaimanapun juga Ali termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga oleh Rasul Allah? Malah membaiat Mu’awiyah, Yazid dan ‘Abdul Malik serta Hajjaj bin Yusuf?
Mengapa tidak menasihati ummu’lmu’minin Aisyah dan menyampaikan hadis itu agar ia tidak memerangi Ali dan agar menetap di rumahnya sebagaimana diperintahkan AlQur’an?
Mengapa pula Thalhah dan Zubair dimasukkan ke dalam sepuluh masuk surga dan bukan, misalnya, Abu Dzarr alGhifari dan Hamzah paman Rasul? Mengapa pula Sad bin Abi Waqqash dimasukkan ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan misalnya Miqdad atau Abu Ayyub at Anshari?
Begitu pula Abu Ubaidah bin alJarrah, seorang penggali kubur di Madinah dimasukkan pula ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan, misalnya Salman alFirisi?
Meskipun menyesal di kemudian hari Sa’d bin Abi Waqqash tidak mau membaiat Imam Ali sedang Rasul mengatakan bahwa ‘barangsiapa tidak mengenal imam pada zamannya, ia mati dalam keadaan jahiliah’. Dan hadis ini diakui sebagai hadis shahih di semua mazhab?
Apakah surga ini hanya diperuntukkan bagi para khalifah dan mereka. yang ikut dalam pergolakan kekuasaan dan bukan orangorang seperti ‘Ammar bin Yasir, Miqdad, Abu Dzarr al Ghifari atau Salman alFarisi?
Lagi pula dalam AlQur’an, Allah SWT telah berfirman
:
“Dan barangsiapa melalukan amal kebajikan, lakilaki maupun perempuan, sedang ia orang beriman, mereka itu masuk surga”.
(AnNisa’: 124)
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surgasurga yang mengalir sungaisungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buahbuahan dalam surgasurga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu.” mereka diberi buahbuahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteriisteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.”
(AlBaqarah: 25)
“Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal.”
(AtTaubah: 21)
“Sesungguhnya orangorang yang beriman dan mengerjakan amalamal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghunipenghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.”
(Hud: 23)
“Sesungguhnya Allah memasukkan orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surgasurga yang di bawahnya mengalir sungaisungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
(AlHajj: 14)
“Adapun orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.”
(AsSajdah: 19)
“Supaya Dia memasukkan orangorang mukmin lakilaki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahankesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.”
(AlFat’h: 5)
“Seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayatayat Allah yang menerangkan supaya Dia mengeluarkan orangorang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surgasurga yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.”
(Ath Thalaq: 11)
“Allah menjanjikan kepada orangorang mukmin, lelaki dan perempuan, surga yang dibawahnya mengalir sungaisungai, kekal mereka di dalamnya, dan tempattempat yang bagus di surga ‘Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.”
(AtTaubah: 72)
Rasul Allah juga telah bersabda: Jibril datang kepadaku dan berkata: ‘Sampaikanlah kabar gembira kepada umatmu, bahwa barang siapa meninggal dunia tanpa menyerikatkan sesuatu kepada Allah SWT, maka ia akan masuk surga’. Aku bertanya: ‘Hai, Jibril, meskipun ia pernah mencuri dan berzina?
Jibril menjawab, ‘Betul’ (sampai tiga kali). Akhirnya Jibril menjawab, ‘Betul, meskipun ia peminum minuman keras.
Nabi juga bersabda: Sampaikanlah kabar gembira, bahwa barangsiapa mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah secara tulus, maka ia akan masuk surga.
Nabi iuga bersabda: “Sesungguhnva Allah SWT telah menjanjikan kepadaku bahwa Ia akan memasukkan ke dalam surga 70.000 (ada yang mengatakan 700.000) orang dari umatKu tanpa hisab.”
Rasul Allah juga berkata: “Ali dan Syi’ahnya masuk surga”.
Hadis seperti ini banyak diriwayatkan.
Juga hadis shahih lainnya, seperti Shuhaib, Shahabat Rasul yang orang Roma, masuk surga, Bilal Sahabat dari Habasyah, masuk surga, Salman yang dari Persia masuk surga, Hasan dan Husain masuk surga, ‘Amr bin Tsabit masuk surga, Tsabit bin Qais dan berpuluhpuluh lainnya yang tidak mungkin disebut disini. Yang masuk surga tidak dapat dibatasi pada mereka yang berhasil menduduki kekhalifahan atau yang ikut dalam pergolakan politik dan tidak dapat dibatasi pada sepuluh orang. Alangkah banyaknya umat Muhammad yang akan masuk surga.
Law, dapatkah orangorang yang akan masuk surga ini, termasuk para Sanabat, berbuat salah? Tidak ada satu ayat pun yang mengatakan sebaliknya. Tiada sebuah hadis pun yang mengatakan bahwa para Sahabat atau Ibuibu Kaum Mu’minin (ummahat almuminin) tidak dapat berbuat salah. Kemudian, apakah penghormatan kita kepada para Sahabat atau para Ibu Kaum Mu’minin akan berkurang dengan menulis sejarah sebagaimana adanya? Tidak, kita akan tetap menghormati para Sahabat dan para Ibu Kaum Mu’minin sebagaimana mestinya. Ibu kita adalah tetap ibu yang kita hormati, andaikata pun dia berbuat salah kepada anaknya sendiri. Ali bin Abi Thalib mengatakan demikian terhadap ummu’lmu’minin Aisyah. Hisab dan pengampunan ada pada Allah.