Abu Hurairah Berbeda Dengan Sahabat lain, Kedudukannya Khusus
Kedudukan Abu Hurairah adalah khusus karena dia dicerca dan dikritik oleh Para Sahabat Besar secara susul menyusul yang tidak pernah terjadi pada para Sahabat lain. Ia dituduh sebagai ‘pembohong’ dan ‘pengoceh’ oleh para Sahabat Besar. Dan anehnya orang suka kepada hadisnya tentang Tuhan yang turun ke ‘langit dunia’, Tuhan yang menciptakan Adam seperti wajah Tuhan dengan tinggi enam putuh hasta, Tuhan yang menaruh kaki di neraka, Nabi Musa yang mengejar batu dengan telanjang bulat, Nabi yang menghancurkan seluruh sarang semut karena digigit oleh seekor semut, sapi dan serigala yang berbicara bahasa Arab, pundipundi ajaib yang diikat di pinggangnya dan mengeluarkan kurma selama dua puluh tahun, hadis membenamkan lalat ke dalam minuman, hadis tidak ada penyakit menular dan ratusan hadis lain yang tidak mungkin dimasukkan ke dalam buku kecil ini.
Ahli sejarah tidak mudah menerima hadis Abu Hurairah. Mereka berkata: ‘Mudah orang berbohong tetapi sukar mempertahankan kebohongan sesudah dituturkan’. Abu Hurairah mestinya menceritakan kepada kita, di mana berada pundipundinya tatkala ia kelaparan di Shuffah. Dalam perang yang mana Rasul Allah menanyakan punditpundinya, mengusap dan memberi makan seluruh pasukan. Bagaimana rasa kurma mukjizat tersebut dan berapa banyak yang dimakan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Dan mengapa dari puluhan ribu Sahabat tidak ada satu pun menceritakan pundipundi Abu Hurairah yang merupakan suatu mukjizat besar.
Mengapa Ali mengatakannya sebagai anggota umat yang paling pembohong? Mengapa ummul muminin menamakan Abu Hurairah sebagai ‘pengoceh tidak karuan’. Mengapa ia mengatakan bahwa Ali dilaknat Allah dan para malaikat serta seluruh ummat manusia di Masjid Kufah?
Bid’ah apa yang dilakukan oleh Ali? Mengapa ia mengatakan bahwa Aisyah hanya sibuk dengan cermin dan tempat celak dan pemoles? Lalu mengapa orang membiarkan ‘Abu Hurairah’ memasuki rumah orang dan mengatakan bahwa seorang anggota keluarganya ‘mati dalam keadaan kafir’ sedang seluruh keluarganya tidak sedikit pun meragukan keislamannya, seperti kisah Abu Hurairah tentang Abu Thalib?
Tatkala ia dikritik karena membawa begitu banyak hadis, ia menceritakan bahwa Rasul Allah membentangkan bajunya dan Abu Hurairah tidak lupa akan hadishadis Rasul Allah. Kalau demikian ia mestinya menceritakan mengapa Rasul mengirimnya ke Bahrain dan tidak menahannya di Madinah untuk mendengarkan hadishadis Rasul Allah yang lain, karena sesudah itu Rasul Allah masih hidup selama dua tahun lagi? Dan mengapa Umar tidak mendudukkannya dalam majelisnya sebagai guru? Mengapa Umar mengatakan ‘Kalau tiada Ali, maka celakalah Umar? Dan bukan ‘Kalau tiada Abu Hurairah maka celakalah ummat Islam?’
Abu Hurairah mengatakan bahwa kaum Muhajirin jauh dari Rasul Allah karena sibuk dengan perdagangan mereka di pasar dan kaum Anshar sibuk dengan urusan mereka. Dengan kata lain setiap orang dari kaum Muhajirin yang awal dan terdahulu serta setiap orang dari kaum Anshar sedang sibuk berdagang atau mengurus harta mereka. Orang meragukan hadis Abu Hurairah ini karena Allah telah memberi peringatan kepada umat manusia dengan firmanNya yang berbunyi: ‘Orangorang lakilaki yang tiada menjadi lalai mengingat Allah oleh perniagaan atau bertukar barang dagangan’. Dan orang yakin bahwa para Sahabat tidak akan lalai terhadap firman Allah SWT tersebut. Abu Hurairah seharusnya menceritakan di mana Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Salman alFarisi, ‘Ammar bin Yasir, Miqdad, Abu Dzarr dan lainlain? Apakah mereka juga sedang sibuk berdagang? Bukankah hari pasar adalah hari Kamis dan hanya sedikit yang berdagang? Dan bukankah paling sedikit Abu Dzarr, Miqdad dan ‘Ammar bin Yasir hampir selalu berada di masjid? Dan bukankah Abu Hurairah sendiri mengatakan bahwa di Shuffah saja sudah berdiam tujuh puluh orang, lalu sedang di mana mereka itu? Dan seperti dikatakannya sendiri bahwa mereka, termasuk Abu Hurairah, ‘tidak ada yang mengenakan jubah (rida’, baju luar yang lepas), tapi hanya mengenakan izar (semacam selendang) atau kisa’ (baju) yang dilingkarkan ke leher mereka’, lalu mengapa yang lainlain tidak membentangkan bajubaju mereka?
Dan catatan yang kuat menunjukkan bahwa tidak semua Sahabat sibuk dengan harta milik mereka. Misalnya Salman alFarisi yang oleh Rasul Allah disebut sebagai anggota ahlu’lbait (ia tinggal bersama keluarga Rasul dan masuk keluar rumah bebas seperti rumahnya sendiri, pen). Dan Rasul pernah berkata mengenai Salman: ‘Andaikata addin berada di bintang kejora (tsurayya) akan dapat dicapai oleh Salman dan kaumnya’. Dan Aisyah berkata tentang Salman: ‘Salman selalu duduk bersama Rasul Allah, sendirian ia menemani Rasul Allah sampai malam dan hampir saja ia mengalahkan kami’. Dan berkata Ali: ‘Sesungguhnya Salman alFarisi seperti Luqman alHakim, ia mengetahui ilmu dari awal sampai akhir. Lautan ilmu yang tidak mengering’.
Bila ada perintah Rasul Allah agar jemaah membentangkan bajunya maka semua orang yang hadir di masjid, paling sedikit para penghuni Shuffah akan berebut membentangkan baju mereka untuk mendapatkan kemuliaan dari Rasul Allah saw. Ia mengatakan bahwa ia miskin dan hanya memiliki sepasang baju, tentu banyak orang lain yang mempunyai lebih banyak baju akan mendahuluinya.
Abu Hurairah seharusnya menceritakan kepada kita bagaimana dengan hadis Rasul Allah yang didengarnya sebelum peristiwa tersebut, yang menurut Abu Hurairah tidak dapat diingatnya karena dia pelupa. Lalu bagaimana ia mengetahui hadis dan peristiwa yang terjadi dari tahun 8 H/629 M sampai wafatnya Rasul Allah dan peristiwa yang terjadi selama dua puluh tahun sebelum ia bertemu dengan Rasul?
Abu Hurairah seharusnya menceritakan kepada kita mengapa Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali tidak mendudukkan Abu Hurairah di dalam majelis mereka sebagai tempat bertanya tentang hadis? Malah mencercanya dan Umar mengancam akan memukulnya bila ia meriwayatkan hadis?
Ia seharusnya menceritakan juga apakah ingatannya khusus diberikan Allah untuk mengingat hadis dan tidak untuk mengingat ayat AlQur’an. Kalau daya ingat bersifat umum, dan memang seharusnya demikian, mengapa Utsman tidak memasukkannya sebagai salah seorang penghimpun lembaranlembaran catatan AlQur’an? Halhal seperti ini seharusnya diterangkan oleh Abu Hurairah.
Lalu mengapa orang mempertahankan hadis Abu Hurairah? Hal ini merupakan misteri dan terjadi juga pada agama lain. Sukar juga dipahami sebagaimana, manusia itu sendiri adalah makhluk yang sukar dipahami.