PRAKATA PENYUSUN Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Amma ba 'du, segala puji bagi Allah, yang menjadikan segala pujian itu patut bagi karunia-Nya, perlindungan terhadap hukuman-Nya, jalan ke surga-Nya, dan sarana untuk melipatgandakan perlakuan baik-Nya. Dan salawat atas Rasul-Nya, Nabi yang pengasih, suluh umat, yang terpilih dari sumber kebesaran dan keluarga yang lama terhormat, taman segala kemuliaan yang mengasyikkan dan cabang kemuliaan penuh buah dan daun, dan atas para anggota keluarganya yang merupakan lentera-lentera atas kegelapan, perlindungan umat, mercu agama yang gemerlapan dan panji tinggi kebesaran; semoga Allah mencurahkan kepada mereka semua rahmat yang sesuai dengan keutamaan mereka, sebagai pahala atas amal perbuatan mereka dan sesuai dengan kesucian keturunan mereka, selama fajar dan bintang-bintang bercahaya.
Dalam usia remaja, saya mulai menulis buku tentang karakteristik para imam, yang meliputi riwayat tentang kebajikan dan karya-karya utama lisan mereka. Tujuan kompilasi ini telah saya nyatakan pada permulaan buku itu. Di dalamnya saya lengkapi bagian yang bertalian dengan keterangan tentang Amirul Mukminin Ali a.s., tetapi saya tak dapat melengkapi bagian tentang imam-imam lainnya karena halangan waktu. Saya membagi buku itu menjadi beberapa bab dan bagian, dan bagian terakhir terdiri dari ucapan-ucapan singkat Ali a.s., nasihat, kata mutiara dan peribahasa, tetapi bukan khotbah-khotbah panjang dan wacana mendetail.
Sejumlah sahabat dan teman seiman saya, sementara merasa takjub akan ungkapan-ungkapannya yang halus dan indah, mengagumi isi bagian khusus ini, dan menginginkan saya menyempurnakan sebuah buku yang akan meliputi semua bentuk ungkapan Amirul Mukminin, termasuk aneka bahan seperti khotbah, surat, nasihat, akhlak, dan sebagainya, karena mereka yakin bahwa seluruh hasil karya itu akan merupakan hal yang menakjubkan dan mengejutkan tentang kefasihan dan retorika, permata-permata bahasa Arab dan ungkapan-ungkapan cemerlang tentang agama dan dunia —yang selama ini tak terkumpul dalam suatu buku dan tidak terdapat sekaligus dalam satu buku— karena Amirul Mukminin adalah sumber kefasihan (bal?ghah) dan mata air retorika. Melalui dia, kehalusan bal?ghah yang tersembunyi terungkap dan bersinar sehingga mudah dipelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturannya. Setiap pembicara dan orator harus menyusuri jejak-jejaknya, dan setiap khatib yang fasih memanfaatkan ungkapan-ungkapannya.
Walaupun demikian, tiada yang dapat menyamainya; kredit sebagai yang pertama dan terutama tetap ada padanya. Ungkapan-ungkapannya membawa pencerminan pengetahuan Ilahi dan kelezatan ucapan-ucapan Nabi SAWW. Saya mengikuti permintaan mereka, karena saya tahu hal itu akan berarti pahala yang besar, reputasi yang lumayan dan suatu perbenda-haraan imbalan.
Tujuan penyusunan ini ialah mengajukan kebesaran dan keunggulan Amirul Mukminin dalam seni retorika, selain sifat-sifat dan keutamaan yang tak terhitung dan tak terbilang, dan untuk menunjukkan bahwa ia telah menanjak ke puncak tertinggi prestasinya; ia adalah khas di antara para pendahulunya yang ucapan-ucapan mereka dikutip dari sana-sini, sedang ucapan-ucapan Ali sendiri merupakan arus sumber yang terus memancar sedemikian rupa, sehingga tak terhadang dan merupakan khazanah kehalusan yang tak bertara. Karena saya bangga akan jalur ke-turunan saya dari dia, saya merasa gembira mengutip puisi Farazdaq:
"Inilah kakek datukku, wahai Jarir!
Dapatkah Anda mengklaim semisalnya, bila kita bertemu?[i]
Dalam pandangan saya, ungkapan-ungkapan Amirul Mukminin dapat dibagi dalam tiga kelompok; pertama, Khotbah-khotbah dan Perintah, yang kedua Surat-surat, dan yang ketiga Kata-kata Mutiara dan Nasihat. Atas izin Allah, saya telah memutuskan untuk mula-mula menyusun Khotbah-khotbah, kemudian Surat-surat, dan akhirnya Kata-kata Mutiara dan Nasihat, sambil menyediakan suatu bab tersendiri untuk setiap kelompok, dengan meninggalkan halaman-halaman kosong di antara setiap bagian, sehingga apabila ada sesuatu yang tertinggal, dan kemudian diperoleh, dapat disisipkan ke dalamnya, sementara setiap ucapan yang rutin atau sebagai jawaban atas suatu pertanyaan, atau mengandung tujuan yang tidak sesuai dengan setiap pembagiannya, harus dimasukkan dalam kelompok yang paling cocok baginya atau yang pokok persoalannya paling dekat. Dalam kompilasi ini, menyisip masuknya beberapa bagian dan kalimat telah menyebabkan susunannya terasa kacau dan tak tertib. Ini disebabkan karena saya hanya mengumpul ucapan-ucapan cemerlang yang paling representatif, tanpa mengharapkan akan menyusunnya secara teratur.
Keutamaan Amirul Mukminin[ii] yang tidak tertandingi dan tiada yang menyamainya ialah bahwa ucapan-ucapannya tentang ketakwaan, kesalehan, ingatan kepada Allah dan nasihat adalah sedemikian, sehingga bilamana orang mengkajinya tanpa mengingat bahwa ucapan-ucapan itu adalah kata-kata orang yang mempunyai kedudukan besar dan berkuasa serta yang mengendalikan nasib manusia, ia tidak mungkin akan ragu bahwa semua kata-kata itu adalah ucapan orang yang tidak menaruh perhatian kepada apa pun selain kepertapaan, dan tidak ada kegiatan lain kecuali beribadat, yang terlingkup dan terbatas di dalam suatu rumah atau gua di suatu pegunungan di mana ia tidak mendengar apa pun selain gumannya sendiri dan tidak melihat selain dirinya sendiri. la tak akan percaya bahwa kata-kata ini adalah ucapan seseorang yang terjun dalam pertempuran-peitempuran dengan pedang terhunus yang memancung kepala dan menaklukkan para pahlawan musuh, dan kembali dengan pedangnya yang berlumur darah dan cairan hati. Dan meskipun demikian, ia unggul di antara para pertapa dan kepala orang-orang suci. Keistimewaan ini adalah satu dari keutamaan Amirul Mukminin yang mencengangkan, dan dengan itu ia mengumpulkan dalam dirinya sendiri sifat-sifat yang berlawanan dan memadukan aneka ragam kebesaran. Saya sering menyebutkan ini kepada saudara-saudara seiman saya, dan menyebabkan mereka takjub. Sungguh topik ini memang wajar jadi bahan renungan dan pertimbangan.
Dalam kompilasi ini terdapat beberapa ulangan kata-kata atau subjek karena ucapan Amirul Mukminin dikenal sehubungan dengan berbagai bentuk. Kadang-kadang suatu ucapan tertentu terdapat dalam suatu bentuk tertentu dan disalin dalam bentuk itu juga. Sesudah itu, ucapan yang sama terdapat dalam riwayat lain, entah dengan tambahan yang sesuai atau dalam gaya yang lebih menarik. Dalam hal semacam itu, dengan maksud untuk melanjutkan tujuan kompilasi dan untuk memelihara ucapan indah agar tak hilang, diputuskan untuk mengulanginya di bagian lain. Juga terjadi bahwa suatu ucapan tertentu yang telah muncul sebelumnya, tetapi karena keterpencilannya, dimasukkan lagi. Ini karena ketinggalan, bukan disengaja.
Walaupun demikian, saya tidak mengklaim bahwa saya telah mengumpulkan ungkapan-ungkapan Amirul Mukminin dari semua sumber dan bahwa tak ada suatu kalimat atau konstruksi bagaimanapun yang telah tertinggal. Sesungguhnya saya tidak mengabaikan kemungkinan bahwa yang tertinggal mungkin lebih banyak dari yang telah saya kumpulkan, dan yang saya ketahui dan saya gunakan jauh kurang dari apa yang tertinggal di luar capaian saya. Tugas saya ialah menelusuri sekuat kuasa saya, dan pertolongan Allah jualah yang akan memudahkan jalan dan membimbing saya ke tujuan itu, insya Allah.
Setelah selesai pekerjaan saya dalam pengumpulan dan penyusunan naskah ini maka judul yang sesuai baginya adalah Nahjul Bal?ghah, Jalan Kefasihan, karena buku ini akan membukakan pintu kefasihan bagi pembaca dan menyingkatkan pendekatan kepadanya, sedang para sarjana dan siswa akan dapat memenuhi kebutuhannya, sementara ahli retorika maupun pertapa akan mendapatkan pula tujuan-tujuan mereka di dalamnya. Dalam buku ini terdapat wacana yang mengagumkan tentang Keesaan Allah, Keadilan-Nya dan Kesucian-Nya dari jasad dan bentuk, yang akan menghilangkan setiap dahaga (akan pengetahuan), memberikan obat bagi setiap penyakit (kekafiran) dan menyingkirkan setiap keraguan. Saya memohon kepada Allah taufik, perlindungan, dan pertolongannya. Saya memohon perlindungan-Nya terhadap kesalahan hati sebelum kesalahan lidah, dan terhadap kekeliruan bicara sebelum kekeliruan berbuat. Dialah tempat pergantungan saya dan Dialah sandaran saya yang terbaik.
[i] Farazdaq, yang nama aslinya Hamm?n bin Gh?lib, termasuk suku Bani D?rim, adalah seorang penyair terkenal. la biasa bertentangan dengan seorang penyair Arab lainnya yang bernama Jarir bin 'Athiyyah, dan mereka hanya menunjukkan keutamaan masing-masing dalam hal saling mencerca dan menyombong. Syair yang dikutip dari Farazdaq itu adalah satu mata rantai dari rangkaian di mana ia menyampaikan kepada Jarir dengan mengatakan, "Kakek moyangku adalah seperti yang baru Anda dengar itu; sekarang majukanlah kakek moyang Anda, dan apabila ada di antaranya seperti moyang saya, sebutkanlah nama mereka di hadapan kami semua." Dengan mengutipkan kuplet tentang kakek moyangnya sendiri ini, Sayid Radh? menantang setiap orang untuk mengajukan yang serupa dengan mereka, bila ada. Al-Farazdaq hanya mengalamatkannya kepada Jarir, tetapi kutipan itu, di sini, telah menjadi umum dan universal, di mana alamatnya bukan lagi seorang individu, tetapi setiap orang dapat menganggap dirinya sebagai yang ditantang. Walaupun bersifat umum dan universal, tantangan "untuk menyebutkan yang serupa itu" tetap tak bersambut, sebagaimana tantangan Al Quran untuk "mengajukan yang seperti itu."
Sayid Radhi menuding hubungan dan keutamaan ini pada saat yang amat tepat; tak ada kesempatan yang lebih baik dari itu, karena kebesaran pribadi Amirul Mukminin yang dibanggakan telah disebutkan dan mata telah terpukau dan silau pada kecerlangan statusnya, sementara pikiran telah mengakui kemuliaan posisinya. Sekarang hati dengan mudahnya dapat disuruh tunduk di hadapan ketinggian dan kebesaran individu yang bertalian dengannya. Dengan demikian, ketika hati dan pikiran telah cenderung, mata Sayid Radhi yang sadar sastra memalingkan pemandangan kepada dirinya sendiri, karena ia adalah percikan sinar matahari yang limpahan cahayanya menyilaukan mata, dan puncak dari pohon keturunan langsung yang akarnya di bumi dan cabangnya menjulang ke langit. Nah, siapa yang tidak akan terpengaruh oleh hubungan dan keutamaan ini, dan tak mau mengakui kebesaran dan kemuliaannya?
[ii] Di Dunia, jarang didapat orang yang memiliki selain satu atau dua sifat bajik, sifat-sifat lain juga menonjol; jauh lebih langka lagi orang yang merupakan pusat pertemuan semua sifat-sifat yang saling berlawanan, karena setiap temperamen tidak sesuai dengan perkembangan setiap sifat, masing-masing sifat mempunyai tempo tertentu, dan masing-masing kebajikan membutuhkan iklim tertentu, dan hanya sesuai untuk sifat-sifat atau kebajikan yang sesuai dengannya, tetapi di mana ada kontradiksi ketimbang harmoni, kecenderungan alaminya menjadi penghalang dan tidak memperkenankan setiap sifat lainnya untuk tumbuh. Misalnya, kemurahan hati dan kedermawanan menuntut agar seseorang menaruh rasa kasihan dan takwa sehingga bila melihat orang dalam kemiskinan atau kekurangan, hatinya terasa pedih, perasaannya terganggu atas kesengsaraan orang lain. Padahal ketimbang belas kasihan, keberanian dan peperangan menuntut adanya nafsu untuk menumpahkan darah dan membunuh, yang mendorong orang itu masuk ke dalam pertempuran, siap membunuh atau dibunuh. Kedua sifat ini berbeda demikian jauhnya sehingga tidak mungkin memadukan kehalusan dari kemurahan hati ke dalam manifestasi kaku keberanian, sebagaimana keberanian tak dapat diharapkan dari Hatim dan kemurahan hati dari Rustam.
Tetapi, kepribadian Ali bin Abi Thalib a.s. menunjukkan kesesuaian penuh dengan setiap kebesaran, dan selaras sempurna dengan setiap prestasi; tidak ada atribut atau prestasi baik yang tidak ada padanya, tiada jubah kebesaran atau keindahan yang tidak sesuai pada dirinya. Sifat-sifat kemurahan hati dan keberanian yang saling bertentangan terdapat pada dirinya berdamping-dampingan. la menghujan seperti awan dalam kemurahan, ia juga berjuang dengan gagah berani, berdiri dengan kukuhnya bagaikan gunung. Kemurahan hati dan kedermawanan wataknya adalah demikian tingginya sehingga bahkan dalam hari-hari kesusahan dan kelaparan, sebagian besar dari apa saja yang diterimanya sebagai upah kerja kerasnya sehari-hari, dibagi-bagikan di kalangan fakir miskin dan orang yang lapar, dan tak pernah ia membiarkan seorang pengemis meninggalkan pintu rumahnya dengan kecewa.
Demikian berani dan perkasanya sehingga serangan tentara tak dapat menggoyahkan keteguhan kakinya. Ia menang dalam setiap pertempuran; bahkan pejuang yang paling berani tak dapat menyelamatkan nyawanya dalam pertarungan dengan dia. Maka Ibnu Qutaibah menulis dalam Al-Ma'?rif, "Siapa saja yang dihadapinya, tidak berdaya." Orang-orang yang memiliki watak ganas karena keberanian tidak biasa berpikir atau merenung, tidak pula ada kaitannya dengan pandangan dan penilaian jauh, tetapi Ali a.s. mempunyai sifat pemikiran yang derajatnya paling tinggi. Itulah sebabnya maka Asy-Syafi'i mengatakan:
"Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tak pernah terdapat bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya: kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan prestasi amaliah."
Karena hasil pemikirannya yang tepat dan penilaian yang benar maka setelah wafatnya Nabi, ketika orang menasihatinya untuk berperang sambil menjanjikan akan memberikan tentara untuknya, ia menolak nasihat itu. Padahal dalam kesempatan semacam itu dukungan kecil saja pun cukup untuk mendorong orang pemberani tanpa hati; namun pikiran Ali a.s. yang menjangkau jauh segera melihat bahwa apabila pertempuran dilakukan pada saat itu, maka suara Islam akan tenggelam di dalam gemerincing pedang, dan sekalipun kemenangan tercapai, akan dikatakan bahwa kedudukan itu tercapai hanya dengan pedang dan tidak ada hak di dalamnya. Jadi, dengan menahan pedangnya, di satu sisi ia menyediakan perlindungan bagi Islam dan di sisi lainnya ia memnyelamatkan haknya sendiri agar tidak pupus oleh pertumpahan darah.
Bilamana nadi penuh dengan darah berani dan hati penuh dengan api kemarahan dan keberangan, luar biasa sulitnya mengendalikan hawa nafsu balas dendam dengan mengambil jalan memaafkan. Dengan adanya wewenang dan kekuatan, betapa sulitnya memaafkan. Tetapi watak Ali a.s. biasa bersinar pada saat-saat seperti itu; watak pemaafnya bahkan meliputi musuh-musuhnya yang haus darah. Maka, pada akhir Pertempuran Jamal ia membuat maklumat umum bahwa siapa pun yang meninggalkan medan atau mencari perlindungan padanya tidak akan dianiaya; ia membebaskan musuh-musuhnya seperti Marwan bin Hakam dan Abdullah bin Zubair. Dan perlakuannya terhadap ‘Aisyah merupakan manifestasi tanpa tandingan dari kemuliaan dan ketinggian pribadinya --walaupun permusuhan dan pemberontakan ‘Aisyah terang-terangan ditujukan kepadanya--, ia mengirim wanita-wanita berpakaian pria untuk mengawalnya ke Madinah.
Dengan membusanai kedengkian pribadinya sendiri dengan jubah perbedaan mendasar, seseorang bukan saja menipu orang lain tetapi juga membiarkan dirinya sendiri tertipu. Dalam kondisi-kondisi ini situasi yang peka akan timbul sehingga ia tak dapat membedakan dan memisahkan kedengkian pribadinya dengan jubah beda pendapat yang mendasar dan dengan mudahnya mencampuradukkannya, menganggap bahwa ia telah mengikuti perintah Allah, dan dengan jalan ini ia memuaskan dirinya untuk membalas dendam pula. Tetapi, mata Amirul Mukminin yang tajam tak pernah tertipu, tak pernah pula menipu dirinya sendiri. Pada suatu kesempatan, setelah melumpuhkan lawan dalam perang landing, ketika ia menindih dada orang yang telah ditaklukkannya, musuh itu meludahi wajahnya. Sebagai manusia, kemarahannya tentulah bangkit dan tangannya akan bergerak lebih cepat; tetapi, ketimbang mengumbar keberangannya, ia melepaskan lelaki itu agar tindakannya jangan dinodai sentimen pribadi, dan baru membunuhnya setelah kemarahannya mereda.
Tidak ada persamaan dalam pertempuran dan pertarungan dengan kezuhudan dan ketakwaan, karena yang satu menunjukkan keberanian dan keperkasaan, sementara yang lainnya permohonan doa dan penyerahan. Tetapi, Amirul Mukminin merupakan kombinasi unik dari kedua sifat ini. Tangannya yang terikat pada peribadatan sangat aktif di medan tempur, zahid dalam ibadah, mujahid yang giat di medan juang. Pemandangan pada Malam Harir (di Shiffin) membuat akal manusia tercengang dan kagum. Sambil menutup matanya terhadap keganasan di sekitar, ia membeberkan sajadahnya dan menekunkan diri dalam salat dengan penuh kedamaian pikiran dan hati; sementara anak panah sering melayang di atas kepala dan kiri kanannya, ia tetap dalam zikir kepada Allah tanpa takut atau cemas. Setelah menyelesaikan salatnya, ia mengulurkan tangan ke gagang pedang dan terjun ke kancah pertempuran sengit yang tiada taranya dalam sejarah. Keadaan di sekitarnya demikian seru dengan tempik sorak dan jerit serta kegiatan orang yang melarikan diri sehingga bahkan suara-suara yang sampai ke telinga tak dapat dibedakan. Selang sesaat, seruan Allahu Akbar-nya. sendiri mengumandang ke angkasa dan bergema di telinga, dan setiap seruan itu berarti tewasnya seorang musuh. Orang-orang yang menghitung seruan-seruan takbir itu mencatat jumlah sebanyak 523 seruan.
Selera untuk belajar dan mengenal Allah tidak terpadu dengan kegiatan material, tetapi Amirul Mukminin menghiasi majelis-majelis ilmu pengetahuan bersama dengan pertempuran di medan juang; ia mengairi lahan Islam dengan sumber pengetahuan dan kebenaran bersama darah dalam pertempuran.
Di mana terdapat kesempurnaan pengetahuan, pastilah terdapat kekurangan tindakan. Tetapi Amirul Mukminin sama melangkah dalam lapangan pengetahuan dan tindakan amaliah, sebagaimana telah disebutkan dalam syair Asy-Syafi'i di atas.
Misal keselarasan ucapan dan tindakan sangatlah langka, tetapi tindakan Amirul Mukminin mendahului ucapannya, seperti dikatakannya sendiri:
"Wahai, manusia, saya tidak menyuruh Anda melakukan suatu tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukannya mendahului Anda; saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya."
Begitu kita berpikir tentang seorang zahid dan saleh maka kita membayangkan wajah berkerut, karena bagi kesalehan, kekakuan dan kekerasan wajah tak terpisahkan, sehingga membayangkan senyuman di bibir seorang saleh dipandang sebagai dosa. Tetapi, walaupun amat saleh dan zahid, wajah Amirul Mukminin selalu cerah. Kecerahan dan keceriaan wajah selalu nampak pada pandangannya, bibirnya selalu tersenyum. la tak pernah memperlihatkan kerutan di dahinya sebagaimana pertapa yang kering, sehingga bila ada orang tak dapat menemukan suatu cacat padanya maka kecerahan wajah ini justru dipandang sebagai kc-salahannya.
Apabila seseorang berhati ceria dan berwajah gembira, ia tak dapat berkuasa atas orang lain; tetapi, wajah gembira Amirul Mukminin demikian penuh pesona dan keanggunan sehingga tiada mata yang dapat menantangnya. Sekali Mu'awiah secara menggoda mengatakan, "Allah memberkati Ali. la lelaki yang berselara ceria." Lalu Qais bin Sa'd menjawab, "Demi Allah, walaupun bersikap ceria dan berwajah menghibur, ia lebih mempesona dari singa lapar, dan pesona ini di-sebabkan oleh kesalehannya, bukan seperti ketakutan rakyat jelata Suriah kepada Anda."
Di mana ada pemerintahan dan wewenang, di situ ada kelimpahan pelayan dan peralatan mewah, pertanda kebesaran dan kemenonjolan, tetapi masa pemerintahan Amirul Mukminin adalah contoh puncak kesederhanaan. Padanya hanya ada serban yang lusuh sebagai ganti mahkota raja, pakaian bertambalan sebagai ganti jubah kerajaan, dan lantai tanah sebagai ganti mahligai. la tak pernah menyukai kemewahan dan pertunjukan kebesaran lahiriah. Sekali ia sedang lewat berkuda ketika Harb bin Syurahbil ikut berjalan kaki di sampingnya. Amirul Mukminin berkata kepadanya, "Kembalilah, karena berjalan kaki dengan saya (yang berkuda), bagi orang seperti Anda, adalah jelek bagai seorang pemerintah (seperti saya) dan hinaan kepada seorang mukmin (seperti Anda).
Singkatnya, ia pribadi yang demikian cakap dalam berbagai bidang di mana banyak sifat-sifat saling berlawanan tergabung, dan semua atribut yang baik terpusat dalam kecerlangan penuhnya, seakan-akan diri tunggalnya merupakan koleksi beberapa diri, setiap diri adalah potret prestasi yang sangat mengherankan, yang selanjutnya menunjukkan gambaran keutamaan dalam bentuknya yang tak bertara, dan terhadap prestasinya orang kagum dan tercengang.
Seorang penyair Persia mengatakan:
"Wajah kekasihku demikian cantik,
Ketika kupandang dari kepala ke kaki,
Setiap bagian mengundang perhatian,
Mengaku yang paling memikat."
2
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 1 Dalam khotbah ini ia menggambarkan penciptaan bumi dan langit serta kelahiran Adam
Segala puji bagi Allah yang nilai-Nya tak dapat diuraikan oleh para pembicara, yang nikmat-nikmat-Nya tak terhitung oleh para penghitung, yang hak-hak-Nya (atas ketaatan) tak dapat dipenuhi oleh orang-orang yang berusaha menaati-Nya; orang yang tinggi kemampuan akalnya tak dapat menilai, dan penyelam pengertian tak dapat mencapai-Nya; la yang untuk menggambarkan-Nya tak ada batas telah diletakkan, tak ada pujian yang maujud, tak ada waktu ditetapkan, dan tak ada jangka waktu ditentukan. la mengadakan ciptaan dengan kodrat-Nya, menebarkan angin dengan rahmat-Nya, dan mengukuhkan bumi yang goyah dengan batu.
Pangkal agama ialah makrifat tentang Dia, kesempurnaan makrifat (pengetahuan) tentang Dia ialah membenarkan-Nya, kesempurnaan pembenaran-Nya ialah mempercayai Keesaan-Nya, kesempurnaan iman akan Keesaan-Nya ialah memandang Dia Suci, dan kesempurnaan Kesucian-Nya ialah menolak sifat-sifat-Nya, karena setiap sifat merupakan bukti bahwa (sifat) itu berbeda dengan apa yang kepadanya hal itu disifatkan, dan setiap sesuatu yang kepadanya sesuatu disifatkan berbeda dengan sifat itu. Maka barangsiapa melekatkan suatu sifat kepada Allah (berarti) ia mengakui keserupaan-Nya, dan barangsiapa mengakui keserupaan-Nya maka ia memandang-Nya dua, dan barangsiapa memandang-Nya dua, mengakui bagian-bagian bagi-Nya, dan barangsiapa mengakui bagian-bagian bagi-Nya (berarti) tidak mengenal-Nya, dan barangsiapa tidak mengenal-Nya maka ia menunjuk-Nya, dan barangsiapa menunjuk-Nya (berarti) ia mengakui batas-batas bagi-Nya, dan barangsiapa mengakui batas-batas bagi-Nya (berarti) ia mengatakan jumlah-Nya.
Barangsiapa mengatakan "dalam apa la berada", (berarti) ia berpendapat bahwa la bertempat, dan barangsiapa mengatakan "di atas apa la berada" maka ia beranggapan bahwa la tidak berada di atas sesuatu lainnya.
la Maujud tetapi tidak melalui fenomena muncul menjadi ada. la ada tetapi bukan dari sesuatu yang tak ada. la bersama segala sesuatu tetapi tidak dalam kedekatan fisik. la berbeda dari segala sesuatu tetapi bukan dalam keterpisahan fisik. la berbuat tetapi tanpa konotasi gerakan dan alat. la melihat sekalipun tak ada dari ciptaan-Nya yang dilihat. la hanya Satu, sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu yang dengannya la mungkin bersekutu atau yang mungkin la akan kehilangan karena ketiadaannya.
Tentang Penciptaan Alam
la memulai penciptaan dan memulainya secara paling awal, tanpa mengalami pemikiran, tanpa menggunakan suatu eksperimen, tanpa melakukan suatu gerakan, dan tanpa mengalami kerisauan. la memberikan waktunya pada segala sesuatu, mengumpulkan variasi-variasinya, memberikan kepadanya sifat-sifatnya, dan menetapkan corak wajahnya dengan mengetahuinya sebelum menciptakannya, menyadari sepenuhnya batas-batasnya dan kesudahannya, dan menilai kecenderungan dan kerumitannya.
Ketika Yang Mahakuasa menciptakan lowongan-lowongan atmosfer, mengembangkan ruang angkasa dan lapisan-lapisan angin, la mengalirkan ke dalamnya air yang ombak-ombaknya membadai dan yang gelombang-gelombangnya saling melompati. la memuatnya pada angin yang kencang dan badai yang mematahkan, memerintahkannya untuk mencurahkannya kembali (sebagai hujan), memberikan kepada angin kendali atas kekuatan hujan, dan memperkenalkannya dengan batasan-batasannya. Angin meniup di bawahnya sementara air mengalir dengan garang atasnya.
Kemudian Yang Mahakuasa menciptakan angin dan membuat gerakannya mandul, mengekalkan posisinya, mengintensifkan gerakannya dan menyebarkannya menjauh dan meluas. Kemudian la memerintahkan angin itu membangkitkan air yang dalam dan mengintensifkan gelombang laut. Maka angin mengocoknya sebagaimana mengocok dadih dan mendorongnya dengan sengit ke angkasa dengan melemparkan posisi depannya di belakang, dan yang berdiam pada yang terus mengalir, sampai permukaannya terangkat dan permukaannya penuh dengan buih. Kemudian Yang Mahakuasa mengangkat buih ke angin yang terbuka dan cakrawala yang luas dan membuat darinya ketujuh langit dan menjadikan yang lebih rendah sebagai gelombang yang berdiam dan yang di atas sebagai atap yang melindungi dan suatu bangunan tinggi tanpa tiang untuk menopang atau paku untuk menyatukannya. Kemudian la menghiasinya dengan bintang-bintang dan cahaya meteor dan menggantungkan padanya matahari dan bulan yang bercahaya di bawah langit yang beredar, langit yang bergerak dan cakrawala yang berputar.
Tentang Penciptaan Malaikat
Kemudian la menciptakan rongga-rongga di antara langit-langit yang tinggi dan mengisinya dengan segala golongan malaikat-Nya. Sebagian dari mereka dalam bersujud dan tidak bangkit berlutut. Yang lain-lainnya dalam posisi berlutut dan tidak berdiri. Sebagian dari mereka dalam keadaan berbaris dan tidak meninggalkan posisinya. Yang lain-lainnya sedang memuji Allah tanpa menjadi lelah. Tidurnya mata atau tergelincirnya akal, atau kelelahan tubuh atau kelupaan tidak menimpa mereka.
Di antara mereka ada yang bekerja sebagai pembawa risalah-Nya yang terpercaya, yang merupakan lidah-lidah berbicara untuk para nabi-Nya, dan mereka ini yang membawa kesana kemari perintah-perintah dan suruhan-Nya. Di antara mereka ada para pelindung makhluk-makhluk-Nya dan pengawal pintu surga. Di antara mereka ada yang langkah-langkahnya tetap di bumi tetapi lehernya menjulang ke langit, anggota badan mereka keluar dari segala sisi, bahu mereka sesuai dengan tiang-tiang 'Arsy Ilahi, mata mereka tertunduk di hadapannya, mereka membentangkan sayap-sayapnya dan mereka membuat di antara sesama mereka dan semua yang selainnya tirai kehormatan dan layar kekuasaan. Mereka tidak memikirkan Pencipta mereka melalui khayal, tidak memberikan kepada-Nya sifat-sifat makhluk, tidak membataskan-Nya dalam suatu tempat kediaman dan tidak menunjuk kepada-Nya melalui gambaran.
Gambaran tentang Penciptaan Adam
Allah mengumpulkan lempung tanah yang keras, lembut, manis dan asam, yang dicelupkan-Nya ke dalam air dan mengadoninya dengan uap lembab sampai itu menjadi rekat. Darinya ia membuat patung dengan lekukan-lekukan, persendian, anggota dan bagian-bagian. la memadukannya sampai ia mengering untuk waktu tertentu dan jangka waktu yang diketahui. Kemudian la meniupkan ke dalamnya Ruh-Nya sehingga ia mengambilpola manusia dengan pikiran yang mengaturnya, kecerdasan yang digunakannya, anggota badan yang melayaninya, organ-organ yang merigubah posisinya, kebijaksanaan yang membedakan antara yang benar dan salah, rasa dan bau, warna dan jenis. la adalah suatu campuran antara lempung berbagai warna, bahan-bahan rekat, yang berlawanan, yang aneka ragam dan sifat-sifat yang berbeda seperti panas, dingin, lembut dan keras.
Kemudian Allah menyuruh kepada malaikat untuk memenuhi janji-Nya dengan mereka dan memenuhi janji menaati perintah-Nya kepada mereka dengan pengakuan kepada-Nya melalui sujud kepada-Nya dan tunduk kepada kedudukannya yang mulia. Maka Allah berfirman, "Tunduklah kamu kepada Adam!" Maka mereka pun tunduk kecuali iblis." (QS. 2:34; 7:11; 17:61; 18:50; 20:116). Kesombongan mencegah dia dan keburukan mengalahkannya. Maka ia membangga-banggakan penciptaannya sendiri (yang) dari api dan bersikap menghina ciptaan dari lempung. Maka Allah memberikan waktu kepadanya agar ia sepenuhnya patut menerima kemurkaan-Nya, dan melengkapi ujian (pada manusia) dan untuk memenuhi janji (yang telah diberikan-Nya kepada iblis). Maka la berkata, "Sesungguhnya engkau telah diberi waktu sampai pada hari yang diketahui." (QS. 15:37-38; 38:81) Setelah itu Allah menempatkan Adam di suatu rumah di mana la membuat kehidupannya senang dan kediamannya aman, dan la memperingatkannya supaya berhati-hati terhadap iblis dan musuhnya. Lalu musuhnya (iblis) merasa iri atas tinggalnya di surga dan hubungan-hubungannya dengan yang bajik. Maka ia pun mengubah keyakinannya menjadi goyah, dan tekadnya menjadi lemah. Dengan demikian ia mengubah kebahagiaan Adam menjadi ketakutan, dan martabatnya menjadi sesal dan malu. Kemudian Allah memberikan kepada Adam kesempatan untuk bertaubat, mengajarkan kepadanya kata-kata dari Rahmat-Nya, menjanjikan kepadanya untuk kembali ke surga-Nya dan mengirimkannya ke tempat percobaan dan perkembangbiakan keturunan.
Allah Memilih Para Nabi-Nya
Dari antara keturunannya, Allah Yang Mahasuci memilih nabi-nabi dan mengambil janjinya untuk wahyu-Nya dan untuk menyampaikan risalah-Nya sebagai amanat mereka. Dalam perjalanan waktu, banyak orang menyelewengkan amanat Allah dan mengabaikan kedudukan-Nya, dan mengambil serikat bersama-Nya. Iblis memalingkan mereka dari mengenal-Nya dan menjauhkan mereka dari menyembah kepada-Nya. Kemudian Allah mengutus rasul-rasul-Nya dan serangkaian nabi-Nya kepada mereka agar mereka memenuhi janji-janji penciptaan-Nya, untuk mengingatkan kepada mereka nikmat-nikmat-Nya, untuk berhujah kepada mereka dengan tablig, untuk membukakan di hadapan mereka kebajikan-kebajikan dan kebijaksa-naan yang tersembunyi, dan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda Kemahakuasaan-Nya, yakni langit yang ditinggikan di atas mereka, bumi yang ditempatkan di bawah mereka, rezeki yang memelihara mereka, ajal yang mematikan mereka, sakit yang menuakan mereka, dan kejadian susul-menyusul yang menimpa mereka.
Allah Yang Mahasuci tak pernah membiarkan hamba-Nya tanpa nabi diutuskan kepada mereka, atau tanpa kitab yang diturunkan kepada mereka atau argumen yang mengikat atau dalil yang kuat. Para rasul itu tidak merasa kecil karena kecilnya jumlah mereka dan besarnya jumlah yang mendustainya. Di antara mereka ada pendahulu yang akan menyebutkan nama yang akan menyusul atau pengikut yang telah dikenalkan oleh pendahulunya.
Pengutusan Muhammad SAWW
Secara demikian zaman-zaman berlalu dan waktu terus bergulir, ayah pergi sementara putra-putra mereka menggantikannya, sampai Allah mengutus Muhammad SAWW sebagai rasul-Nya, dalam memenuhi janji-Nya dan untuk melengkapi Kenabian-Nya. Janji-Nya telah diambil dari para nabi, tabiat karaktemya termasyhur dan kelahirannya mulia. Manusia bumi pada saat itu terbagi dalam berbagai kelompok, tujuan mereka terpisah dan jalan-jalan mereka beraneka. Mereka menyerupakan Allah dengan ciptaan-Nya atau menggeser nama-nama-Nya atau berpaling kepada yang selain Dia.
Melalui Muhammad SAWW, Allah memandu mereka keluar dari kesalahan, dan dengan usahanya la membawa mereka keluar dari kejahilan. Kemudian Allah memilih Muhammad SAWW dan keturunannya, untuk menemui-Nya, memilihnya untuk kedekatan kepada-Nya sendiri, memandangnya terlalu mulia untuk tinggal di dunia ini, dan memutuskan untuk mengeluarkannya dari tempat percobaan ini. la menariknya kepada Diri-Nya sendiri dengan kemuliaan. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau dan keluarganya.
Al Quran dan Sunah
Tetapi Nabi meninggalkan di antara Anda sesuatu yang sama sebagaimana yang ditinggalkan nabi-nabi lain di antara umat mereka, karena nabi-nabi tidak meninggalkan mereka dalam kegelapan tanpa jalan yang terang dan panji yang tegak, yakni Kitab dari Pencipta Anda yang menjelaskan yang halal dan haram, perintah-perintah dan keutamaan-keutamaannya, yang menasakh dan yang dinasakh, hal-halnya yang halal dan yang wajib, hal-halnya yang khusus dan umum, pelajaran dan amsalnya, yang panjang dan singkatnya, yang jelas dan samamya, mendetailkan singkatan-singkatannya dan menjelaskan yang samamya.
Di dalamnya ada beberapa ayat yang pengetahuan tentangnya diwajibkan,[i] dan yang lain-lainnya yang ketidaktahuan manusia tentangnya dibolehkan. la juga mengandung apa yang nampak sebagai wajib menurut Kitab[ii](2) tetapi nasakhnya disuguhkan oleh sunah Nabi atau apa yang nampak sebagai wajib menurut sunah Nabi tetapi Kitab membolehkan orang tidak mengikutinya. Atau ada yang wajib pada suatu waktu tertentu tetapi tidak sesudahnya. Larangan-larangannya juga berbeda. Ada yang berat, yang mengenainya ada ancaman api (neraka), dan yang lainnya ringan, yang untuk itu terdapat harapan keampunan. Ada pula yang dalam ukuran kecil dapat diterima (bagi Allah) tetapi dapat membesar (bila diteruskan).
Dalam Khotbah yang Sama, tentang Haji
Allah telah mewajibkan Anda berhaji ke Rumah Suci-Nya yang merupakan kiblat bagi manusia yang pergi kepadanya sebagaimana hewan liar atau merpati pergi ke sumber air. Allah Yang Mahasuci menjadikannya pertanda atas ketundukan mereka di hadapan Keagungan-Nya dan pengakuan mereka akan Kemuliaan-Nya. la memilih dari antara ciptaan-Nya orang-orang yang ketika mendengar seruan-Nya menyambutnya dan mem-benarkan sabda-Nya. Mereka berdiri pada posisi para nabi-Nya dan menyerupai para malaikat-Nya yang mengelilingi Mahligai-Nya untuk mendapatkan segala manfaat dari melaksanakan pengabdian kepada-Nya dan bergegas untuk (mendapatkan) keampunan yang telah dijanjikan-Nya. Allah Yang Mahasuci menjadikannya sebagai syiar bagi Islam dan objek penghormatan bagi orang-orang yang berpaling ke situ. la mewajibkan hajinya dan meletakkan klaimnya yang untuk itu la menuntut tanggung jawab Anda untuk melaksanakannya. Dan Allah Yang Mahasuci berfirman, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitulldh yang di Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. " (QS. 3:96) •
[i] "Pangkal agama (din) adalah makrifat tentang Dia." Makna din ialah ketaatan, dan makna populeraya tatanan. Baik dalam makna harfiah, ataupun populer, apabila pikiran kosong dari konsepsi Ketuhanan, tak akan ada masalah ketaatan, tidak ada pula urusan dengan mengikuti suatu aturan. Karena, bila tidak ada tujuan maka tidak ada alasan untuk menuju ke sana; bila tidak ada tujuan yang diharap, tidak akan ada usaha untuk mencapainya. Bagaimanapun, ketika fitrah dan naluri manusia mendekatkannya kepada Yang Mahatinggi, dan rasa taat serta penyerahan merendahkannya di hadapan Tuhan, ia merasa terikat dengan batasan-batasan tertentu, berlawanan dengan kebebasan semena-mena. Batasan-batasan inilah din, yang titik mulanya ialah pengetahuan tentang Allah serta pengakuan atas Wujud-Nya.
Setelah menunjukkan hakikat makrifat atau pengetahuan tentang Allah, Amirul Mukminin menggambarkan pokok-pokok dan syarat-syaratnya. la menganggap bahwa tahap-tahap pengetahuan yang umumnya dianggap sebagai titik pendekatan tertinggi tidaklah mencukupi. la mengatakan bahwa tahap pertamanya ialah dengan fitrah kerinduan kepada yang gaib dan bimbingan hati nurani, atau dengan mendengar dari para penganut agama, terbentuklah dalam pikiran suatu citra tentang Wujud Gaib yang dikenal sebagai Allah. Gambaran ini sesungguhnya adalah pendahulu dari kewajiban berpikir dan merenung serta mencari pengetahuan tentang Dia. Tetapi, orang yang senang bermalas-malas, atau dalam tekanan lingkungannya, tidak melakukan pencarian ini, sehingga walaupun ada tercipta citra semacam itu, citra itu tidak sampai beroleh kesaksian. Dalam hal ini mereka tidak mendapatkan pengetahuan, dan karena mereka tidak sampai pada tahap panyaksian dan pembuktian atas pembentukan citra itu maka pelanggaran mereka itu patut dimintai pertanggungan jawab. Tetapi, orang yang digerakkan oleh kekuatan citra ini maju lebih jauh dan memandang perlu berpikir dan merenungkannya.
Dengan jalan ini ia sampai ke tahap berikut dalam mencapai pengetahuan Ilahi, yakni mencari Yang Maha Pencipta melalui aneka ragam penciptaan dan makhluk, karena setiap gambar merupakan pandu yang kuat menuju kepada penggambarnya, dan setiap akibat merupakan hasil tindakan dari penyebabnya. Apabila ia melemparkan pandangan ke sekitarnya, ia tidak mendapatkan suatu apa pun yang menjadi ada tanpa tindakan si pembuat; ia tak dapat memperoleh suatu jejak langkah tanpa pejalan yang meninggalkan jejak, tiada pula bangunan tanpa pem-bangun. Bagaimana ia dapat memahami bahwa langit biru ini, dengan matahari dan bulan di cakrawala, bumi dengan kelimpahan rumputan dan bunga-bungaan dapat menjadi ada tanpa perbuatan Pencipta. Oleh karena itu, setelah mengamati segala yang ada di dunia dan sistem teratur dari seluruh penciptaan, orang tak dapat menyimpulkan lain kecuali bahwa ada Pencipta atas keanekaragaman dan keberadaan dunia; ini tak mungkin terjadi dari tak ada, tak ada keberadaan muncul dari ketiadaan. Al Quranul Karim menunjukkan penalaran ini,
"Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?" (QS. 14:10)
Tetapi, tahap ini pun tak akan cukup, apabila bukti-bukti adanya Allah ini dicemari oleh kepercayaan akan ketuhanan sesuatu yang lain.
Tahap ketiga, keberadaan-Nya diakui bersama kepercayaan akan Keesaan-Nya, Tauhid. Tanpa ini maka kesaksian akan adanya Allah tak mungkin sempuma; karena, apabila ada kepercayaan akan adanya banyak tuhan, maka la tidak akan Esa, padahal la Esa. Nalarnya, bila ada lebih dari satu tuhan maka akan timbul pertanyaan apakah salah satu darinya, atau mereka semua bersama-sama menciptakan semua ciptaan ini. Apabila salah satu darinya yang menciptakannya maka harus ada sebab yang membedakannya dari yang lain; kalau tidak, ia akan mendapatkan kedudukan istimewa tanpa alasan, yang tak dapat diterima akal. Apabila semua telah menciptakannya secara bersama-sama maka posisinya hanya mempunyai dua bentuk: ia tak dapat melakukan tugasnya tanpa pertolongan dari yang lain, atau ia tidak memerlukan bantuan mereka.
Kasus pertama berarti ia tidak mampu dan memerlukan bantuan pihak lain, sedang kemungkinan kedua berarti bahwa ada beberapa pelaku bersama dari suatu tindakan tunggal, dan kepalsuan tentang keduanya telah ditunjukkan. Apabila kita anggap semua tuhan itu melaksanakan penciptaan dengan saling membagi di antara sesamanya maka dalam hal ini tidak semua ciptaan akan mempunyai hubungan dengan pencipta itu, karena setiap makhluk hanya mempunyai hubungan dengan penciptanya sendiri, padahal setiap makhluk harus mempunyai hubungan yang satu dan sama kepada semua pencipta itu. Sebab, semua ciptaan harus mempunyai hubungan yang satu dan sama kepada semua pencipta itu, karena semua ciptaan, dalam kemampuannya untuk menerima pengaruh, dan semua pencipta, dalam kemampuannya untuk menghasilkan pengaruh, harus sama. Singkatnya, tidak ada jalan kecuali mengakui-Nya sebagai Esa; karena, bila ada banyak pencipta maka tidak akan ada apa pun lainnya, kehancuran pasti menimpa bumi, langit dan segala sesuatu dalam penciptaan. Allah SWT telah mengungkapkan argumen ini dalam kata-kata berikut:
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak-binasa .... (QS. 21:22)
Tahap keempat ialah bahwa Allah harus bebas dari segala cacat dan kekurangan, dan kosong dari jasad, bentuk, gambaran, kesamaan, kedudukan tempat dan waktu, gerak, diam, ketidakmampuan dan ketidaktahuan. Tak mungkin ada kekurangan atau cacat pada Wujud yang sempurna itu, tiada pula yang dapat disamakan dengan Dia, karena sifat cacat itu menurunkan Wujud dari posisi tinggi Pencipta ke posisi rendah ciptaan. Itulah sebabnya maka Keesaan dan Kesucian Allah dari segala kekurangan adalah sama pentingnya.
"Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. dan tidak ada seorang pun yang setara dangan Dia.'" (QS. 112:1-4)
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Mahahalus lagi Mahatahu." (QS. 6:103)
"Makajanganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. 16:74)
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. 42:11) .
Tahap kelima penyempurnaan pengetahuan tentang Dia ialah sifat-sifat itu harus tidak dilekatkan kepada-Nya dari luar, supaya tidak ada kegandaan dalam Keesaan-Nya, dan bila kita menyimpang dari konotasinya yang semestinya tentang Keesaan, kita mungkin jatuh ke dalam jebakan satu dalam tiga dan tiga dalam satu; karena Wujud-Nya bukanlah suatu kombinasi hakikat dan bentuk maka sifat-sifat itu tak dapat melekat pada-Nya seperti bau dalam bunga atau cahaya pada bintang. la adalah sumber segala sifat dan tidak memerlukan perantara untuk perwujudan Sifat-sifat-Nya yang sempuma. la dinamakan Maha Mengetahui karena tanda-tanda pengetahuan-Nya nyata. la dinamakan Mahakuasa karena setiap partikel menunjukkan Kemahakuasaan dan kegiatan-Nya, dan bila pada-Nya disifatkan Kemampuan untuk mendengarkan atau melihat, hal itu disebabkan kepaduan antara seluruh penciptaan dan pengurusannya tidak dapat dilakukan tanpa mendengar atau melihat; tetapi adanya sifat-sifat ini pada-Nya tidak dapat dipandang sama dengan yang ada pada ciptaan, yakni tidaklah la baru dapat mengetahui setelah la beroleh pengetahuan, atau baru berkuasa setelah tenaga masuk ke dalam anggota-Nya, karena mengambil sifat sebagai terpisah dari Wujud-Nya akan mengandung makna ganda, dan di mana ada kegandaan maka keesaan menghilang. Itulah sebabnya Amirul Mukminin menolak ide sifat-sifat sebagai tambahan kepada Wujud-Nya; ia mengajukan Keesaan (Tauhid) dalam maknanya yang sesungguhnya, dan tidak mengizinkan Tauhid dinodai dengan kemajmukan.
Hal ini tidak berarti bahwa sifat-sifat sama sekali tak dapat diatributkan kepada-Nya, karena ini akan memberikan dukungan kepada orang-orang yang meraba-raba di jurang gelap negativisme, sekalipun setiap penjuru dan sudut di seluruh eksistensi melimpah dengan sifat-sifat-Nya dan setiap zarah ciptaan menyaksikan bahwa la mempunyai pengetahuan, la berkuasa, la mendengar, la melihat. la memelihara dan mengizinkan pertumbuhan dengan rahmat-Nya. Maksudnya ialah bahwa bagi Dia tak ada sesuatu yang dapat disarankan sebagai tambahan kepada-nya, karena diri-Nya meliputi sifat-sifat, dan sifat-sifat-Nya bermakna diri-Nya meliputi sifat-sifat. Marilah kita pelajari tema ini dalam kata-kata Imam Ja'far ibn Muhammad ash-Shadiq (as) dengan membandingkannya dengan keimanan akan Keesaan yang ditempuh oleh paham-paham lain, kemudian menilai siapakah pembela konsep Tauhid yang sesungguhnya.
Imam Ja'far Shadiq mengatakan,
"Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi sejak semula telah mempunyai penge-tahuan sebagai Diri-Nya, sekalipun tidak ada sesuatu untuk diketahui, (mempunyai) penglihatan sebagai Diri-Nya, sekalipun tidak ada sesuatu untuk dilihat, (mempunyai) pendengaran sebagai Diri-Nya, sekalipun tiada sesuatu untuk didengar, mempunyai kekuasaan sebagai Diri-Nya, sekalipun tidak ada sesuatu di bawah kekuasaan-Nya. Ketika la menciptakan benda-benda dan obyek pengetahuan menjadi nyata, pengetahuan-Nya menjadi berhubungan dengan yang diketahui, pendengaran dengan yang didengar, penglihatan dengan yang dilihat, dan kekuasaan dengan objek-objeknya." (Syeikh Shaduq, at-Tauhid, hal. 139)
Para imam Ahlulbait sepaham dalam kepercayaan ini, tetapi kalangan mayoritas telah menempuh jalan berbeda dengan menciptakan gagasan pembedaan antara Diri-Nya dan Sifat-sifat-Nya. Asy-Syahristani menulis dalam bukunya Kitab al-Milal wa an-Nihal,
"Menurut Abul Hasan Al-Asy'ari, Allah mengetahui melalui (sifat) tahu, Kuasa melalui kegiatan, berbicara melalui bicara, mendengar melalui pendengaran, dan melihat melalui penglihatan."
Apabila kita memandang sifat-sifat berbeda dan Diri-Nya secara ini, maka akan ada dua alternatif: sifat-sifat itu sudah ada pada-Nya sejak semula atau sifat-sifat itu terjadi kemudian. Apabila sifat-sifat itu sudah ada pada-Nya sejak semula, kita terpaksa mengakui objek-objek itu kekal sejauh sifat-sifat itu, yang semuanya bersaham dengan-Nya dalam kekekalan, tetapi "Mahasuci Allah dari apa yang merekapersekutuan". (QS. 9:31) Apabila kita menganggap bahwa sifat-sifat itu baru terjadi kemudian maka, di samping menundukkan-Nya pada perubahan-perubahan itu, akan berarti pula bahwa sebelum mendapatkan sifat-sifat itu la tidak tahu, tidak kuasa, tidak mendengar, dan tidak melihat, dan ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mendasar.
[ii] Tentang Al Quran, Amirul Mukminin berkata bahwa ia mengandung uraian tentang perbuatan-perbuatan yang halal dan yang haram, seperti firman Allah:
"... padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...." (QS. 2:275)
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa) ...." (QS. 4:103)
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang ter-dapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyatd bagimu." (QS. 2:168)
"Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal kepada Tuhannya.dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.'" (QS. 18:110)
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (QS. 2:44)
"Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. 2:275)
Ia menjelaskan perbuatan-perbuatan yang wajib dan sunah, seperti:
"Apabilah kamu telah menyelesaikan shalat (takut), ingatlah akan Allah di waktu kamu berdiri, duduk atau berbaring, dan bilamana kamu merasa aman (dari musuh) maka dirikanlah shalat (sebagaimana biasa)." (QS. 4:103)
Di sini shalat (mengingat Allah) adalah wajib, sementara bentuk-bentuk lainnya dalam mengingat Allah adalah sunnah. Ia mengandung ayat-ayat yang n?sikh dan mans?kh, seperti masa iddah setelah kematian suami “empat bulan sepuluh hari”, (QS. 2:234) atau yang mans?kh seperti “hingga setahun lamanya tanpa disuruh pindah (dari rumah)”, (QS. 2:240) yang menunjukkan bahwa masa iddah itu harus setahun.
Di tempat-tempat tertentu ia menghalalkan yang haram, seperti, “Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 5:3)
la mengandung perintah-perintah yang khusus dan umum. Khusus ialah perin-tah di mana kata itu menunjukkan keumuman tetapi maknanya terbatas, seperti, "Aku telah melebihkan kamu (Bam Isra'il) atas seisi dunia." (QS. 2:47) Di sini kata dial- 'alamin (seisi dunia) terbatas pada masa tertentu itu, walaupun kata itu umum dalam makna harfiahnya.
Perintah-perintah yang umum ialah perintah yang luas dalam pengertiannya, seperti, "'Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32)
la mengandung pelajaran dan gambaran, seperti:
"Allah menghukum di dunia ini dan yang akan datang, dan di situ terdapat pelajaran." (QS. 79:25-26)
"Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia." (QS. 78:25)
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)”. (QS. 79:26)
“Perkataan yang baik dan pemberian maaflebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun”. (QS. 2:263)
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa." (QS. 2:63)
Maka Kamijadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 2:66)
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (QS. 3:5)
Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS. 47:21)
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa danjanganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. 4:19)
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati." (QS. 2:139)
Terdapat pelajaran di dalamnya bagi orang yang bertakwa kepada Allah." (QS. 3:138)
Ayat yang berisi gambaran misalnya, "Misal orang-orang yang menafkahkan harta bendanya di jalan Allah adalah ibarat sebutir benih yang menumbuhkan lima butir yang masing-masing butir mengandung seratus butir," (QS. 2:261)
la mengandung ayat-ayat yang kh?sh dan '?m. '?m ialah ayat yang tidak mengandung batasan tentang spesifikasi, seperti, "Ingatlah ketika Musa mengatakan kepada kaumnya, 'Allah memerintahkan kamu untuk menyembelih seekor sapi betina.'" (QS. 2:67)
Ayat yang kh?sh ialah ayat di mana penujukannya terbatas, seperti, "bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah maupun mengairi tanaman". (QS. 2:71)
Ada ayat muhkam?t dan mutasy?bih?t di dalamnya. Ayat muhkam?t ialah ayat yang tidak ada kerumitan di dalamnya, seperti, "Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu," (QS. 33:27) sedang ayat mutasy?bih?t ialah yang pengertiannya mengandung komplikasi, seperti, "Yang Rahman yang bersemayam di 'arsy" (QS. 20:5), yang arti lahiriahnya memberi kesan seakan-akan Allah secara jasmani duduk di singgasana padahal maksudnya ialah untuk menekankan wewenang dan kekuasaan-Nya.
Di dalamnya ada perintah-perintah singkat, seperti, "Dirikanlah shalat," (QS. 17:78) dan yang mengandung makna yang mendalam, seperti ayat-ayat yang mengatakan, "Dan tiadalah yang mengetahui takwilnya selain Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya." (QS. 3:7)
Kemudian Amirul Mukminin meluaskan tema ini dalam gaya lain dengan mengatakan bahwa ada beberapa hal di dalamnya yang wajib diketahui, seperti, "Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah." (QS. 47:19), dan ada lain-lain yang tidak perlu diketahui, seperti "alif l?m m?m" (QS. 2:1) dan sebagainya.
la juga mengandung perintah-perintah yang telah diulang-ulang oleh sunah Nabi, seperti, "Tentang perempuan-perempuan kamu yang berbuat zina, ambillah empat saksi laki-laki dan, apabila empat saksi itu datang, kurunglah perempuan itu hingga ajal mengakhiri hidupnya." (QS. 4:15) Hukuman ini berlaku di masa dini Islam, tetapi kemudian diganti dengan rajam dalam hal wanita bersuami.
Di dalamnya ada beberapa perintah yang menasakh perbuatan Nabi, seperti, "Hadapkanlah wajahmu ke Masjidil Haram" (QS. 2:149) yang dengan itu perintah untuk berkiblat ke Baitul Maqdis dinasakh.
la juga mengandung perintah-perintah yang hanya wajib pada masa waktu tertentu, yang sesudahnya perintah itu berakhir, seperti, "Apabila seruan untuk shalat dilakukan pada hari Jumat, maka bergegaslah kamu mengingat Allah." (QS. 62:9) la juga menunjukkan derajat-derajat larangan seperti pembagian dosa dalam yang ringan dan yang berat—yang ringan seperti "katakanlah kepada orang-orang mukmin untuk merendahkan matanya" (QS. 24:30), dan yang berat seperti "barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka imbalannya ialah tinggal di neraka selama-lamanya ". (QS. 4:39) la juga berisi perintah-perintah di mana sedikit pelaksanaannya sudah cukup, tetapi ada kesempatan untuk pelaksanaan lebih jauh, seperti, "Bacalah Al Quran sebanyak yang dapat kamu lakukan dengan mudah. " (QS. 73:20)
Katakanlah kapada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka mena-han pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetaui apa yang mereka perbuat." (QS. 24:30)
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyui uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka danjiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surgu) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. 4:95)
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagi-mu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang ang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yung berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperolehnyu di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 73:20)
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dia Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (QS. 26:9)
3
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 2 Disampaikan Ketika Kembali dari Shiffin
Saya memuji Allah dengan memohon kelengkapan Rahmat-Nya dengan tunduk kepada Keagungan-Nya dan mengharapkan keselamatan dari ber-buat dosa kepada-Nya. Saya memohon pertolongan-Nya karena memerlukan kecukupan-Nya (untuk perlindungan). Orang yang ditunjuki-Nya tidak tersesat, orang yang memusuhi-Nya tidak mendapat perlindungan, orang yang didukung-Nya tidak akan tetap kekurangan. Pujian adalah yang paling berat dari semua yang ditimbang dan paling berharga dari semua yang disimpan.
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Esa. Tidak ada yang menyerupai-Nya. Kesaksian saya telah teruji dalam keterbukaannya, dan hakikatnya adalah iman kami. Kami akan berpegang teguh padanya selama kami hidup dan akan menyimpannya dengan menghadapi azab yang me-nyusul kami karena ia adalah batu fondasi keimanan dan langkah pertama kepada amal saleh dan keridaan Ilahi. la adalah sarana untuk menjauhkan iblis.
Saya juga bersaksi bahwa Muhammad SAWW adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Allah mengutus-Nya dengan agama yang cemerlang, syiar yang efektif, Kitab yang terpelihara, cahaya yang bersinar, nyala yang kemilau, dan perintah yang tegas untuk mengusir keraguan, mengajukan bukti-bukti yang jelas, menetapkan peringatan melalui tanda-tanda, dan memperingatkan akan hukuman. Pada waktu itu manusia telah jatuh ke dalam kemungkaran yang dengan itu tali agama telah diputuskan, tiang-tiang keimanan telah tergoncang, prinsip-prinsip telah dicemari, sistem telah jungkir balik, pintu-pintu sempit, lorong-lorong gelap, petunjuk tidak dikenal, dan kegelapan merajalela.
Allah tidak ditaati, iblis diberi dukungan, dan keimanan telah dilupakan. Akibatnya, tiang-tiang agama runtuh, jejak-jejaknya tak terlihat, lorong-lorongnya telah dirusakkan dan jalan-jalannya telah binasa. Manusia menaati iblis dan melangkah pada jalan-jalannya. Mereka mencari air pada tempat-tempat pengairannya. Melalui mereka lambang-lambang iblis berkibar dan panjinya diangkat dalam kejahatan yang menginjak-injak manusia di bawah tapak kakinya, dan melangkah di atasnya dengan kaki mereka. Kejahatan berdiri (tegak) di atas jari-jari kakinya dan manusia yang tenggelam di dalamnya menjadi bingung, jahil dan terbujuk seakan-akan dalam suatu rumah yang baik[i] dengan tetangga-tetangga yang jahat. Sebagai ganti tidur, mereka terjaga, dan sebagai celaknya adalah air mata. Mereka berada di suatu negeri di mana orang berilmu terkekang (mulut mereka tertutup) sementara orang jahil dihormati.
Dalam khotbah yang sama, Amirul Mukminin a.s. merujuk kepada Ahlul Bayt sebagai berikut:
Mereka adalah pengemban wasiat, tempat berteduh bagi urusan-Nya, sumber pengetahuan tentang Dia, pusat kebijaksanaan-Nya, lembah bagi kitab-kitab-Nya dan bukit bagi agama-Nya. Melalui mereka Allah meluruskan punggung agama yang bengkok dan menyingkirkan gemetar anggota-anggota badannya.
Dalam khotbah yang sama, ia berbicara tentang orang lain sebagai berikut:
Mereka menabur kejahatan, mengairinya dengan tipuan dan menuai kehancuran. Tak seorang pun di antara umat Islam yang dapat dipandang sejajar dengan Keluarga Muhammad SAWW.[ii] Orang yang mendapatkan kenikmatan dari mereka tak dapat dibandingkan dengan mereka. Mereka adalah fondasi agama dan tiang iman. Pelari di depan harus berbalik sementara yang di belakang harus menyusul mereka. Mereka memiliki ciri utama kewalian. Bagi mereka ada wasiat dan warisan (Nabi). Inilah waktunya hak itu kembali kepada pemiliknya dan dialihkan kepada pusat tempat kembalinya. •
[i] Rumah yang baik di sini berarti Makkah, sedang tetangga-tetangga yang buruk berarti kaum kafir Quraisy.
[ii] Tentang keluarga (?l) Nabi, Amirul Mukminin mengatakan bahwa tidak ada orang di dunia ini yang setaraf dengan mereka, tak ada pula orang yang dapat dianggap sama dengan mereka dalam kemuliaan, karena dunia ini penuh dibebani tanggung jawab mereka dan hanya mampu mendapatkan rahmal abadi melalui bimbingan mereka. Mereka adalah batu penjuru dan fondasi agama serta pemelihara kehidupannya dan kelanjutannya. Mereka adalah tiang-tiang pengetahuan dan keimanan yang demikian kuat sehingga dapat menyingkirkan arus dahsyat keraguan dan kecurigaan. Mereka begitu menengah di antara jalan berlebihan dan keterbelakangan sehingga barangsiapa pergi mendahului harus kembali, dan yang tertinggal di belakang harus melangkah maju ke jalan tengah itu, supaya tetap berada di jalan Islam. Mereka mempunyai semua keutamaan yang memberikan keunggulan dalam hak kewalian dan imamah, dan tiada orang lain dalam ummah yang mempunyai hak sebagai pelindung dan wali. Itulah sebabnya Nabi me-maklumkan mereka sebagai para wali dan pelanjutnya.
Tentang wasiat dan kewalian, pensyarah ibn Abil Hadid Al-Mu'tazili menulis bahwa tidak mungkin ada keraguan tentang kekhalifahan Amirul Mukminin, tetapi kewalian tak dapat mencakup kekhalifahan dalam pemerintahan, walaupun mazhab Syi'ah menafsirkannya demikian. Kewalian itu bermakna kewalian dalam pengetahuan. Sekarang, sekiranya menurut dia kewalian diartikan kewalian dalam pengetahuan sekalipun, nampaknya ia tidak berhasil dalam mencapai tujuannya, karena sekalipun dengan penafsiarannya itu, hak untuk menggantikan Nabi tidak berpindah pada seseorang mana pun lainnya. Bilamana disepakati bahwa pengetahuan adalah syarat yang paling hakiki bagi kekhalifahan, karena fungsi ter-penting dari khalifah Nabi ialah pelaksanaan keadilan, penyelesaian masalah hukum-hukum agama, menjelaskan hal-hal yang rumit, dan melaksanakan hukum-hukum agama. Apabila tugas-tugas ini dilepaskan dari khalifah Nabi maka ke-dudukannya akan merosot menjadi pemerintahan duniawi. la tak dapat dipandang sebagai pusat wewenang keagamaan. Oleh karena itu kita harus memisahkan wewenang pemerintahan dari kekhalifahan Nabi, atau menerima kewalian pengetahuan Nabi untuk kesesuaian dengan kedudukan itu.
Interpretasi Ibn Abil Hadid dapat diterima, apabila Amirul Mukminin hanya mengucapkan kalimat ini saja. Tetapi, mengingat bahwa hal itu diucapkan segera setelah pengakuan terhadap Ali sebagai Khalifah, dan baru sesudah itu ada kalimat "hak itu telah kembali kepada pemiliknya", penafsirannya ini nampak tak beralasan. Malah, wasiat Nabi itu tak dapat berarti wasiat apa pun selain kekhalifahan, dan kewalian bukan berarti kewalian dalam harta atau pengetahuan, karena bukan tempatnya untuk menyebutnya di sini. Kewalian itu harus berarti kewalian dalam hak kepemimpinan yang datangnya dari Allah; bukan sekadar atas dasar kekeluargaan tetapi atas dasar sifat-sifat kesempurnaan.
KHOTBAH 3 Dikenal sebagai Khotbah Asy-Syiqsyiqiyyah[i]
Demi Allah, putra Abu Quhafah (Abu Bakar)[ii] membusanai dirinya dengan (kekhalifahan) itu, padahal ia pasti tahu bahwa kedudukan saya sehubungan dengan itu adalah sama dengan kedudukan poros pada penggiling. Air bah mengalir (menjauh) dari saya dan burung tak dapat terbang sampai kepada saya. Saya memasang tabir terhadap kekhalifahan dan melepaskan diri darinya.
Kemudian saya mulai berpikir, apakah saya harus menyerang ataukah menanggung dengan tenang kegelapan membutakan dan azab, di mana orang dewasa menjadi lemah dan orang muda menjadi tua, dan orang mukmin yang sesungguhnya hidup di bawah tekanan sampai ia menemui Allah (saat matinya). Saya dapati bahwa kesabaran atasnya lebih bijaksana. Maka saya mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik di kerongkongan. Saya melihat perampokan warisan saya sampai orang yang pertama menemui ajalnya, tetapi mengalihkan kekhalifahan kepada Ibnu Khaththab sesudah dirinya.
Kemudian ia mengutip syair al-'A'sya':
Hari-hariku kini berlalu di punggung unta (dalam kesulitan)
Sementara ada hari-hari (kemudahan)
Ketika aku menikmati pertemanan Hayyan, saudara Jabir.[iii]
Aneh bahwa selagi hidup ia ingin melepaskan diri dari kekhalifahan, tetapi ia mengukuhkannya untuk yang lainnya setelah matinya. Tiada ragu bahwa kedua orang ini sama bersaham pada puting-puting susunya semata-mata di antara mereka saja. Yang satu ini menempatkan kekhalifahan dalam suatu lingkungan sempit yang alot di mana ucapannya sombong dan sentuhannya kasar. Kesalahannya banyak, dan banyak pula dalihnya kemudian. Orang yang berhubungan dengannya adalah seperti penunggang unta binal. Apabila ia menahan kekangnya, hidungnya akan robek, tetapi apabila ia melonggarkannya maka ia akan terlempar. Akibatnya, demi Allah, manusia terjerumus ke dalam kesemberonoan, kejahatan, kegoyahan dan penyelewengan. Namun demikian saya tetap sabar walaupun panjang-nya masa dan tegarnya cobaan, sampai, ketika ia pergi pada jalan (kematian)nya, ia menempatkan urusan (kekhalifahan) pada suatu kelompok[iv] dan menganggap saya salah satu dari mereka. Tetapi, ya Allah, apa hubungan saya dengan "musyawarah" ini? Di manakah ada suatu keraguan tentang saya sehubungan dengan yang pertama dari mereka sehingga saya sekarang dipandang sama dengan orang-orang ini? Tetapi saya tetap merendah ketika mereka merendah dan terbang tinggi ketika mereka terbang tinggi. Seorang dari mereka menentang saya karena kebenciannya, dan yang lainnya cenderung ke jalan lain karena hubungan perkawinan dan karena ini dan itu, sehingga orang ketiga dari orang-orang ini berdiri dengan dada membusung antara kotoran dan makanannya. Bersamanya sepupunya pun bangkit sam-bil menelan harta Allah[v] seperti seekor unta menelan rumput musim semi, sampai talinya putus, tindakan-tindakannya mengakhiri dirinya dan keserakahannya membawanya jatuh tertelungkup.
Pada waktu itu tak ada yang mengagetkan saya selain kerumunan orang yang maju kepada saya dari setiap sisi seperti bulu tengkuk rubah sehingga Hasan dan Husain terinjak dan kedua ujung baju bahu saya robek. Mereka berkumpul di sekitar saya seperti kawanan kambing. Ketika saya mengambil kendali pemerintahan, suatu kelompok memisahkan diri dan satu kelompok lain mendurhaka, sedang yang sisanya mulai menyeleweng seakan-akan mereka tidak mendengar kalimat Allah yang mengatakan, "Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak in gin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) buini. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. " (QS. 28:83)
Ya, demi Allah, mereka telah mendengarnya dan memahaminya, tetapi dunia nampak berkilau di mala mereka dan hiasannya menggoda mereka. Lihatlah, demi Dia yang memilah gabah (untuk tumbuh) dan menciptakan makhluk hidup, apabila orang-orang tidak datang kepada saya, dan para pendukung tidak mengajukan hujah, dan apabila tak ada perjanjian Allah dengan ulama bahwa mereka tak boleh berdiam diri dalam keserakahan si penindas dan laparnya orang tertindas, maka saya akan sudah melemparkan kekhalifahan dari bahu saya, dan memberikan orang yang terakhir perlakuan yang sama seperti orang yang pertama. Maka Anda akan melihat bahwa dalam pandangan saya dunia Anda ini tidak lebih baik dari bersin seekor kambing.
Dikatakan bahwa ketika Arnirul Mukminin sampai di sini dalam khotbahnya, seorang lelaki dari 'Iraq berdiri dan menyerahkan kepadanya suatu tulisan. Amirul Mukminin melihat (tulisan) itu, dan ketika itu juga Ibn 'Abbas --semoga Allah meridai keduanya-- berkata, "Ya Amirul Mukminin, saya harap Anda lanjutkan khotbah Anda dari mana Anda telah memutuskannya."
Atasnya ia menjawab,
"Wahai Ibn 'Abbas, hal itu seperti uap dengusan seekor unta yang menyembur keluar tetapi (kemudian) mereda."
Ibn 'Abbas berkata bahwa ia tak pernah menyedihkan suatu ucapan sebagaimana atas yang satu ini, karena Amirul Mukminin a.s. tak dapat mengakhirinya sebagaimana diinginkannya.
Sayid Radhi mencatat: Kata-kata dalam khotbah, "seperti penunggang unta" bermaksud menyampaikan bahwa bilamana seorang penunggang unta menarik kendali dengan kaku maka dengan sentakan itu lobang hidungnya akan memar, tetapi apabila ia melonggarkannya padahal unta itu liar, maka unta itu akan melemparkannya di suatu tempat dan akan lepas kendali. Asynaq an-n?qah digunakan bilamana si penunggang menarik kekang dan meninggikan kepala unta. Dalam pengertian yang sama digunakan juga kata syanaqa an-n?qah. Ibnu Sikkit telah menyebutkannya dalam Isl?hul Manthiq. Amirul Mukminin telah mengatakan asynaqa lah? sebagai ganti asynaqaha, karena ia menggunakannya seirama dengan aslasa lah? dan keselarasan hanya dapat dipertahankan dengan mengunakan keduanya dalam bentuknya yang sama. Jadi, Amirul Mukminin menggunakan asynaqa lah? seakan-akan sebagai ganti in rafa'a lah? ra'sah?, yakni "apabila ia menghentikannya dengan menarik kekang".•
[i] Khotbah ini terkenal sebagai Khotbah Asy-Syiqsyiqiyyah dan dipandang sebagai salah satu khotbah Amirul Mukminin yang paling masyhur. Khotbah ini disampaikan di Ar-Rahbah (suatu bagian dari Kufah). Sebagian orang menyangkalnya sebagai ucapan Amirul Mukminin, dan mengatakan bahwa itu dibuat-buat oleh Sayid Radhi (Syarif Radhi) namun para ulama pencinta kebenaran telah menyanggah sangkalan itu. Tidak ada pula dasar untuk penyangkalan itu. Perbedaan pandangan Ali a.s. dalam hal kekhalifahan bukanlah rahasia, sehingga singgungan-singgungan semacam itu tak dapat dipandang sebagai sesuatu yang asing. Dan, peristiwa yang telah disinggung dalam khotbah ini terpelihara dalam catatan-catatan sejarah yang membenarkannya, kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Apabila peristiwa-peristiwa yang sama yang bertaian dengan sejarah dikatakan kembali oleh Amirul Mukminin maka manakah alasan untuk menyangkalinya? Apabila ingatan akan keadaan-keadaan yang tak menyenangkan segera setelah wafatnya Nabi nampak tak terlupakan baginya, tidaklah hal itu harus mengejutkan. Tiada ragu, khotbah ini mengenai prestise tokoh-tokoh tertentu dan mengurangi keyakinan dan kepercayaan kepada mereka. Tetapi, kepercayaan itu tak dapat dipulihkan dengan menolak khotbah ini sebagai ucapan Amirul Mukminin, kecuali apabila peristiwa-peristiwa yang sebenarnya dianalisa dan kebenarannya diungkapkan. Apabila tidak demikian, sekadar menolaknya sebagai ucapan Amirul Mukminin karena mengandung peremehan terhadap individu-individu tertentu, tidaklah berbobot, padahal kritik yang sama telah diriwayatkan oleh sejarawan lain pula. Maka, (Abu 'Utsman) 'Amr Ibnu Bahr Al-J?hizh telah mencatat kata-kata berikut ini dari suatu khotbah Amirul Mukminin, dan kata-kata itu tidak kurang bobotnya daripada kritik dalam Khotbah Asy-Syiqsyiqiyyah.
Yang dua ini meninggal dan yang ketiga bangkit seperti gagak yang keberaniannya terbatas pada perut. Akan lebih baik apabila kedua sayapnya terputus dan kepalanya terlepas.
Alhasil, gagasan bahwa khotbah itu buatan Sayid Radhi adalah jauh dari kebenaran, dan hanya merupakan hasil partisan dan sikap memihak. Sekiranya tuduhan itu merupakan hasil suatu penelitian, haruslah dikernukakan. Bila tidak demikian maka bersikeras pada ilusi penuh hasrat semacam itu tidak mengubah kebenaran, tidak pula kekuatan argumen-argumen yang menentukan akan terpupuskan hanya dengan tidak setuju dan tak senang.
Sekarang, marilah kita lihat kesaksian dari para ulama dan ahli periwayatan yang dengan tegas memandangnya sebagai asli dari Amirul Mukminin, supaya pentingnya secara historis diketahui. Di antara para ulama ini, sebagian hidup sebelum masa Sayid Radhi, sebagian semasa dengannya, dan sebagian sesudah-nya, tetapi mereka semua meriwayatkan melalui isnad mereka sendiri-sendiri.
(1) Ibnu Abil Hadid menuliskan bahwa gurunya Abul Khair Mushaddiq Ibnu Syabib al-Wasiti (m. 605 H.) menyatakan bahwa ia mendengar khotbah ini dari Syeikh Abu Muhammad 'Abdullah Ibnu Ahmad Al-Baghdadi (m. 567 H.) yang dikenal sebagai Ibnu Al-Khasysyab, dan ketika ia sampai di mana Ibnu 'Abbas menyampaikan kesedihannya karena khotbah ini tertinggal tak lengkap, Ibnu Khasysyab mengatakan kepadanya bahwa apabila ia mendengar keluhan sedih Ibnu 'Abbas itu, pastilah ia sudah menanyakan kepadanya apakah ada yang tertinggal pada saudara misannya itu suatu keinginan lain yang tak dipuaskan, karena, kecuali Nabi, ia tidak mengecualikan para pendahulunya maupun para penyusulnya, dan telah mengucapkan semua yang hendak diucapkannya. Maka, mengapa harus ada kesedihan bahwa ia tak dapat mengatakan apa yang diinginkannya? Mushaddiq mengatakan bahwa Ibnu Khasysyab adalah orang yang berhati ceria dan sopan santun. Ketika saya bertanya kepadanya apakah ia juga memandang khotbah itu sebagai buat-buatan, ia menjawab, "Demi Allah, saya percaya itu kata-kata Amirul Mukminin, sebagaimana saya percaya bahwa Anda adalah Mushaddiq Ibnu Syabib." Ketika saya katakan bahwa sebagian orang menganggapnya buatan Sayid Radhi, ia menjawab, "Bagaimana mungkin Radhi dapat mempunyai keberanian demikian atau gaya penulisan seperti itu. Saya telah melihat tulisan-tulisan Radhi dan mengetahui gaya penulisannya. Di mana-mana tiada tulisannya menyerupai yang satu ini. Dan saya telah melihatnya pada buku-buku yang ditulis ratusan tahun sebelum lahirnya Sayid Radhi; dan saya telah melihatnya dalam tulisan-tulisan yang terkenal yang saya tahu ulama dan ahli sastra mana yang mengutip tulisan-tulisan itu. Pada masa itu, bukan saja Radhi, tetapi bahkan ayahnya, Abu Ahmad An-Naqib, belum lahir."
(2) Setelah itu, Ibnu Abil Hadid menulis bahwa ia melihat khotbah ini dalam kompilasi-kompilasi gurunya Abul Qasim ('Abdullah Ibnu Ahmad) al-Balkhi (m. 317 H.). la pemimpin kaum Mu'tazilah dalam masa pemerintahan Muqtadir Billah, sedang masa Muqtadir jauh sebelum lahirnya Sayid Radhi.
(3) la selanjutnya menulis bahwa ia melihat khotbah ini dalam buku Insh?f karya Ibnu Qibah (Abu Ja'far Muhammad Ibnu 'Abdur-Rahman). la murid Abul Qa sim al-Balkhi dan ulama mazhab Syi'ah Imamiah. (Syarh Ibnu Abil Hadid, I, h. 205-206).
(4) Ibnu Maltsam Al-Bahrani (m. 679 H.) menulis dalam syarahnya bahwa ia telah melihat satu salinan khotbah itu yang telah ditulis oleh menteri Muqtadir Billah, Abul Hasan Ali Ibnu Muhammad Ibnu Al-Furat (m. 312 H.) (Syarh al-Bal?ghah, I, h. 252-253).
(5) Allamah Muhammad Baqir al-Majlisi telah meriwayatkan isnad berikut tentang khotbah ini dari kompilasi Syeikh Qutbuddin ar-Rawandi, Minh?jul Bar? 'ah f? Syarh Nahjul Bal?ghah:
"Syeikh Abu Nashr al-Hasan Ibnu Muahammad Ibnu Ibrahim menyampaikan kepada saya dari al-Hajib Abul Wafa' Muhammad Ibnu Badi', al-Husain Ibnu Ahmad Ibnu Badi' dan al-Husain Ibnu al-Husain Ibnu Ahmad Ibnu 'Abdur-Rahman, dan mereka (mendengar) dari al-Hafizh Abu Bakr (Ahmad Ibnu Musa) Ibnu Mardawaih al-Ishbahani (m. 426 H.) dan dia dari al-Hafizh Abul Qasim Sulaiman Ibnu Ahmad ath-Thabarani (m. 360 H.) dan dia dari Ahmad Ibnu Ali al-Abbar dan dia dari Ishaq Ibnu Sa'id Abu Salamah ad-Dimasyqi dan dia dari Khulaid Ibnu Da'laj dan dia dari Atha’ Ibnu Abi Rabah dan dia dari Ibnu 'Abbas." (Biharul Anw?r, edisi pertama, jilid VIII, h. 160-161).
(6) Dalam konteks itu Allamah al-Majlisi menulis bahwa khotbah ini juga termuat dalam kompilasi Abu Ali (Muhammad Ibnu 'Abdul Wahhab) al-Jubba'i (m. 303 H.).
(7) Dalam hubungan dengan otentiknya khotbah ini sendiri, Allamah al-Majlisi menulis:
"Qadhi 'Abdul Jabbar Ibnu Ahmad al-Asadabadi (415 H.), seorang Mu'tazilah yang tegar, menerangkan beberapa ungkapan dari khotbah ini dalam buku Al-Mughni dan berusaha membuktikan bahwa khotbah itu tidak menyerang para khalifah mana pun sebelumnya, tetapi tidak menolak bahwa itu komposisi Amirul Mukminin." (Ibid., h. 161).
(8) Abu Ja'far Muhammad Ibnu Ali, Ibnu Babawaih (m. 381 H.) menulis:
"Muhammad Ibnu Ibrahim Ibnu Ishaq ath-Thalaqani mengatakan kepada kami bahwa 'Abdul 'Aziz Ibnu Yahya al-Jaludi (m. 332 H.) mengatakan kepadanya bahwa Abu 'Abdullah Ahmad Ibnu 'Ammar Ibnu Khalid mengatakan kepadanya bahwa Yahya Ibnu 'Abdul Hamid al-Himmani (m. 228 H.) mengatakan kepadanya bahwa 'Isa Ibnu Rasyid meriwayatkan khotbah ini dari Ali Ibnu Hudzaifah, dan dia dari 'Ikrimah dan dia dari Ibnu 'Abbas." (Ilal asy-Syar?'i, bab XXII, h. 360-361).
(9) Kemudian Ibnu Babawaih mencatat rangkaian isnad berikut:
"Muhammad Ibnu Ali Majilawaih meriwayatkan khotbah ini kepada kami, dan ia mengambilnya dari pamannya Muhammad Ibnu Abil Qasim, dia dari Ahmad Ibnu Abi 'Abdillah (Muhammad Ibnu Khalid) al-Barqi dan dia dari ayahnya dan dia dari Muhammad Ibnu Abi 'UMalr dan dia dari Aban Ibnu 'Utsman dan dia dari Aban Ibnu Taghlib dan dia dari 'Ikrimah dan dia dari Ibnu 'Abbas. ('Ial asy-Syar?'i', I, bab 122, h. 146; Ma'am al-Akhbar, bab 22, h. 361).
(10) Abu Ahmad al-Hasan Ibnu 'Abdillah Ibnu Sa'id al-'Askari (m. 382 H.), yangtergolong ulama besar Sunni, telah menulis syarah dan penjelasan tentang khotbah ini, yang telah dicatat oleh Ibnu Babawaih dalam. 'Ial asy-Syard'i dan Ma 'dni al-Akhb?r.
(11) Sayid Ni'matullah al-Jaza'iri menulis:
"Penulis Kitdb al-Ghardt, Abu Ishaq, Ibrahim Ibnu Muhammad ats-Tsaqafi al-Kufi (m. 283 H.) telah meriwayatkan khotbah ini melalui rangkaian sanad-nya sendiri. Tanggal selesainya menulis buku ini hari Selasa, 13 Syawal 255 H. dan pada tahun itu juga Murtadha al-Musawi lahir. la lebih tua dari saudaranya Sayid RadhT." (Anwar an-Nu 'm?niyyah, h. 37).
(12) Sayid Radhiuddin Abul Qasim Ali Ibnu Musa, Ibnu Thawus al-Husaini al-Hilli (m. 664 H.) telah meriwayatkan khotbah ini dari Kitab al-Gh?r?t dengan rangkaian sanad berikut:
"Khotbah ini diriwayatkan kepada kami oleh Muhammad Ibnu Yusuf, yang meriwayatkan dari Hasan Ibnu Ali Ibnu 'Abdul Karim az-Za'farani, dan ia (meriwayatkan) dari Muhammad Ibnu Zakariyya al-Ghallabi, dan dia dari Ya'qub Ibnu Ja'far Ibnu Sulaiman, dan dia dari ayahnya, dan dia dari kakek-nya, dan dia dari Ibnu 'Abbas." (terjemahan Ath-Thara'if, h. 202)
"(Abul Path Hilal Ibnu Muhammad Ibnu Ja'far) al-Haffar meriwayatkan khotbah ini kepada kami. la meriwayatkan dari Abdul Qasim (Isma'il Ibnu Ali Ibnu Ali) ad-Di'bili, dan dia dari ayahnya, dan dia dari saudaranya Di'bil (Ibnu Ali al-Kuza'i), dan dia dari Muhammad Ibnu Salamah asy-Syami, dan dia dari Zurarah Ibnu A'yan dan dia dari Abu Ja'far Muhammad Ibnu Ali (asy-Syeikh ash-Shaduq), dan dia dari Ibnu 'Abbas." (Al-Amali, h. 137)
(13) Syeikh Mufid (Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu an-Nu'man, m. 413 H.), guru Sayid Radhi, menulis tentang rangkaian sanad khotbah ini:
"Sejumlah periwayat hadis telah meriwayatkan khotbah ini dari Ibnu 'Abbas melalui berbagai isnad." (Al-Irsy?d, h. 135)
(15) 'Alam al-Huda (lambang petunjuk) Sayid Murtadha, kakak Sayid Radhi, telah mencatatnya pada h. 203-204 bukunya Asy-Sydfi.
(16) Abu Manshur ath-Thabarsi menulis:
"Sejumlah perawi telah meriwayatkan tentang khotbah ini dari Ibnu 'Abbas melalui berbagai sanad. Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa ia bersama Amirul Mukminin di ar-Rahbah; ketika percakapan beralih kepada kekhalifahan dan mereka yang telah mendahuluinya sebagai Khalifah, Amirul Mukminin menghembuskan nafas keluhan dan menyampaikan khotbah ini." (Al-Ihtijaj)
(17) Abu al-Muzhaffar Yusuf Ibnu 'Abdillah dan Sibth Ibnu Jauzi al-Hanafi (m. 654 H.) menulis:
"Syeikh kita Qasim an-Nafts al-Anbari meriwayatkan khotbah ini kepada kami melalui rangkaian sanadnya yang berakhir pada Ibnu 'Abbas, yang mengatakan bahwa setelah dilakukan pembaiatan kepada Amirul Mukminin sebagai khalifah, ia sedang duduk di mimbar ketika seorang laki-laki dari hadirin bertanya mengapa ia berdiam diri ketika itu, lalu Amirul Mukminin serta merta mengucapkan khotbah ini." (Tadzkirat Khawashsh al-Ummah, h. 73)
(18) Qadhi Ahmad Ibnu Muhammad, asy-Syihab al-Khafaji (m. 1069 H.) menulis setalian dengan keasliannya:
"Dinyatakan dalam ucapan-ucapan Amirul Mukminin Ali (ra), 'Aneh, selama hayatnya ia (Abu Bakar) hendak melepaskan kekhalifahannya, tetapi ia memperkuat fondasinya untuk orang lain setelah matinya.'" (Syarh Durrat al-Ghawwash, h. 17)
(19) Syeikh 'Ala ad-Daulah as-Simnani menulis:
"Amirul Mukminin SayyidAl-'Arifin Ali a.s. telah menyatakan dalam satu khotbahnya yang cemerlang, "Ini syiqsyiqah yang menyembur keluar". (al-'Urwah li Ahl al-Khalwah wa al-Jalwah, h. 3, naskah di Perpustakaan Nasiriah, Lucknow, India)
(20) Abul Fadhl Ahmad Ibnu Muhammad al-Maldant (m. 518 H.) menulis sehubungan dengan kata syiqsyiqah:
"Satu khotbah Amirul Mukminin terkenal sebagai Khotbah asy-Syiqsyt-qiyyah (khotbah busa unta)." (Majma' al-Amts?l, jilid I, h. 369)
(21) Pada lima belas tempat dalam An-Nihayah, sementara menerangkan kata-kata dari khotbah ini, Abu as-Sa'adat Mubarak Ibnu Muhammad, Ibnu al-Atsir al-Jazari (m. 606 H.) telah mengakuinya sebagai ucapan Amirul Mukminin.
(22) Syeikh Muhammad Thahir Patnt, ketika menerangkan kata-kata itu dalam Majma' al-Bihar al-Anwar, membenarkan khotbah ini dari Amirul Mukminin dengan kata-kata, "Ali mengatakan demikian."
(23) Abul Fadhl Ibnu Manzur (m. 711 H.) telah mengakuinya sebagai ucapan Amirul Mukminin, dalam Lisan al-'Arab, jilid XII, h. 54, dengan mengatakan, "Itu adalah busa unta yang mencetus, kemudian mereda."
(24) Majduddln al-Firuzabadt (m. 816/7 H.) telah mencatat kata syiqsyiqah dalam kamusnya (Al-Qdmus, III, h. 251):
"Khotbah asy-Syiqsytqiyyah Ali dinamakan demikian karena ketika Ibnu 'Abbas meminta kepadanya untuk meneruskannya di mana ia telah me-ninggalkannya, ia berkata, "Wahai, Ibnu 'Abbas! Itu busa unta (syiqsyiqah) yang mencetus keluar lalu mereda."
(25) Penyusun Muntahd al-Adab menuliskan:
"Khotbah Asy-Syiqsyiqiyyah Ali diatributkan pada Ali (karramallahu wajhahu)."
(26) Syeikh Muhammad 'Abduh, Mufti Mesir, mengakuinya sebagai ucapan Amirul Mukminin; ia telah menulis keterangannya dalam bukunya Syarh Nahjul Baldghah.
(27) Muhammad Muhyiddm 'Abdul Hamid, guru besar pada Fakultas Bahasa Arab, Universitas al-Azhar, telah menulis anotasi tentang Nahjul Baldghah dengan membubuhkan prakata, di mana ia mengakui semua khotbah yang mengandung pernyataan-pernyataan menyinggung semacam itu sebagai ucapan Amirul Mukminin.
Di hadapan semua penyaksian dan semua bukti yang tak tersangkal ini, tidak ada tempat untuk menganggap bahwa khotbah itu bukan dari Amirul Mukminin dan bahwa itu buatan Sayid Radhi sendiri.
[ii] Amirul Mukminin mengacu pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, sebagai berbusana dengan itu. Ini kiasan biasa. Maka, ketika 'Utsman diminta untuk menyerahkan kekhalifahan, ia menjawab, "Saya tidak akan menanggalkan busana yang telah dipakaikan Allah kepadaku ini." Tiada ragu bahwa Amirul Mukminin tidak mengatributkan "baju kekhalifahan" ini kepada Allah, melainkan kepada Abu Bakar sendiri, karena menurut pandangan ijmak, kekhalifahannya bukanlah dari Allah melainkan urusannya sendiri. Itulah sebabnya Amirul Mukminin mengatakan bahwa Abu Bakar membusanai dirinya sendiri dengan kekhalifahan. la mengetahui bahwa busana ini telah dijahit untuk badannya sendiri, sedang kedudukannya sendiri sehubungan dengan kekhalifahan adalah kedudukan poros pada penggiling yang dapat mempertahankan posisi pusatnya dan tak ada gunanya tanpa itu. Seperti itu pula, ia berpendapat, "Saya adalah sumbu pusat kekhalifahan; bila saya tidak di sana, seluruh sistemnya akan tersesat dari pusatnya. Sayalah yang bertindak sebagai pengawal bagi organisasi dan ketertibannya, dan mengawalnya melewati berbagai kesulitan. Arus pengetahuan mengalir dari dada saya dan mengairinya pada semua sisi. Kedudukan saya tinggi di atas ima-jinasi, tetapi pencari keserakahan duniawi untuk pemerintahan menjadi batu sandungan bagi saya, dan saya harus mengurung diri dalam keterasingan. Kegelapan yang membutakan merajalela di mana-mana, gelap pekat di mana-mana. Yang muda menjadi tua dan yang tua berpisah ke kuburan, tetapi masa menanggung sabar ini tak mau berakhir. Saya terus melihat dengan mata saya penjarahan atas warisan saya dan melihat berlalunya kekhalifahan dari satu tangan ke tangan lain, tetapi saya tetap bersabar, karena tak dapat menghentikan kesewenang-wenangan mereka tanpa sarana."
Perlunya Khalifah dan Cara Pengangkatannya
Setelah Nabi Muhammad (saw) wafat, dibutuhkan adanya pribadi yang mampu mencegah perpecahan umat dan mengawal hukum Islam dari perubahan, pengubahan dan penyelewengan oleh orang-orang yang hendak memenuhi hawa nafsunya. Bila kebutuhan mendesak ini disangkal maka mengapa suksesi Nabi dianggap begitu penting sehingga pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah dipandang lebih utama daripada penguburan Nabi? Bila kebutuhan ini diakui, maka timbul pertanyaan apakah Nabi juga menyadarinya atau tidak. Bila kita anggap beliau tidak menyadarinya dan tidak dapat menilai ada atau tiadanya kebutuhan tersebut, maka hal ini akan merupakan bukti yang sangat kuat untuk menganggap bahwa Nabi tidak memikirkan cara menyetop kejahatan-kejahatan bidah dan hojatan; padahal beliau telah memberikan peringatan-peringatan tentang masaalah ini.
Apabila dikatakan bahwa beliau menyadari kebutuhan akan adanya pribadi tersebut tetapi tidak membereskannya, karena melihat adanya manfaat dengan membiarkannya, maka beliau tidak akan mendiamkannya tanpa menunjukkan manfaat itu dengan jelas; apabila tidak demikian maka mendiamkan masalah tersebut tanpa tujuan merupakan pelanggaran dalam pelaksanaan tugas Kenabian. Apabila ada halangan, haruslah pula diungkapkan. Karena Nabi tidak meninggalkan masalah agama dalam keadaan tidak sempurna maka beliau tidak akan membiarkan masalah ini terbengkalai, melainkan akan mengajukan jalan pemecahan untuk mengamankan agama dari campur tangan orang lain.
Masalahnya sekarang, bagaimana seharusnya pengambilan keputusan pada masa awal tersebut dan apa yang akan dilakukan. Bila keputusan itu berdasarkan konsensus umat maka hal itu tidak mungkin terjadi, karena pada konsensus semacam itu diperlukan adanya persetujuan tiap individu; tetapi mengingat perbedaan temperamen manusia, maka mustahil mereka akan sepakat. Tak ada contoh di masa itu di mana keputusan dapat diambil dengan mufakat tanpa satu pun yang menolak. Maka bagaimana mungkin kebutuhan mendasar semacam itu digantungkan pada terjadinya peristiwa yang mustahil seperti itu, sedangkan kebutuhan itu menyangkut masa depan Islam dan kemaslahatan umat. Oleh karena itu maka akal sehat tidak dapat menerima tolok ukur ini. Tidak ada pula sunah yang selaras dengannya sebagaimana ditulis oleh Qadhi 'AdhuddTn al-'Ijlt dalam Syarh al-Maw?qif:
"Anda seharusnya tahu bahwa kekhalifahan tidak dapat bergantung pada ijmak pemilihan, karena tidak ada argumen yang logis atau sunah yang dapat dijadikan sandaran."
Kenyataannya, tatkala para pembela pemilihan dalam pelaksanaannya sukar mencapai aklamasi, mereka lalu menempuh persetujuan mayoritas dengan mengabaikan minoritas.
Dalam hal semacam ini sering juga terjadi kekuatan jujur ataupun palsu, cara benar atau tidak, mengubah arus pendapat mayoritas dan mengabaikan keutamaan individu dan kebajikan pribadi. Akibatnya, orang yang mampu dan jujur ter-sembunyi, dan yang tidak kompeten maju ke depan. Bila orang berkemampuan tersisih, terhalang oleh ambisi-ambisi pribadi, lalu bagaimana mengharapkan adanya pemilihan orang yang tepat? Sekalipun, misalnya, semua pemberi suara punya kebebasan dan tidak memihak, lidaklah mesti keputusan mayoritas harus benar dan tak tersesat. Pengalaman menunjukkan bahwa setelah keputusan dijalankan, mayoritas lalu berpendapat bahwa keputusannya sendiri ternyata salah. Bila setiap keputusan mayoritas benar, maka keputusannya yang pertama adalah salah, karena keputusan yang menganggapnya salah adalah juga dari mayoritas.
Tentang pendapat bahwa untuk menghindari kekacauan maka tokoh-tokoh umat dibiarkan memilih siapa saja yang mereka sukai, di sini pun pergesekan dan pertengkaran akan merajalela. Karena, di sini juga pemusatan watak manusia untuk satu persetujuan tidaklah mesti, dan tidak dapat juga dikatakan bahwa mereka dapat mengatasi tujuan-tujuan pribadi mereka. Dalam kenyataannya di sini konflik dan benturan akan lebih kuat. Karena, kalau tidak semua, sekurang-kurangnya kebanyakan dari mereka ingin menjadi calon dan akan berusaha dengan segala daya untuk mengalahkan lawannya, dan membuka jalan yang sebaik-baiknya untuk dirinya. Akibat yang tidak dapat dihindarkan ialah pergumulan dan pergolakan.
Kesimpulannya, tidak mungkin menyingkirkan bencana dengan cara ini, dan ketimbang menemukan tokoh yang tepat, umat hanya akan jadi alat untuk me-menuhi ambisi pribadi orang lain. Lagi pula, bagaimana seharusnya tolok ukur orang yang akan memegang tampuk kekuasaan ini? Sebagaimana biasa, siapa saja yang dapat mengumpul beberapa pendukung dan mampu membuat geger dan ribut-ribut dalam suatu pertemuan dengan menggunakan kata-kata keras maka dialah yang dianggap paling tepat sebagai penguasa. Ataukah kemampuan seseorang juga akan dinilai? Bila penilaian kemampuan seseorang ditentukan juga dengan cara pemilihan umum seperti ini, maka kerumitan dan kekacauan serupa akan muncul. Bila ada patokan lain, maka sebagai ganti menilai para pemberi suara seperti itu, mengapa tidak menilai orang yang dipandang pantas untuk kedudukan itu? Selanjutnya berapa banyak tokoh yang dianggap cukup untuk mengambil keputusan? Jelas bahwa sekali patokan ini diambil maka hal ini akan jadi preseden, teladan dan contoh di masa mendatang, dan jumlah orang yang berwenang mengambil keputusan akan jadi patokan juga di masa depan. Qadhi al-'Ajali menulis:
"Malah satu atau dua orang telah cukup menentukan terpilihnya pemimpin, karena kita tahu bahwa para ulama yang tegas dalam agama menganggap cukup pengangkatan Abu Bakar oleh 'Umar dan pengangkatan 'Utsman oleh 'Abdur-Rahman." (Syarh al-Mawaqif, h. 351)
Beginilah riwayat "Pemilihan secara mufakat" di Saqifah Bani Sa'idah dan kegiatan Syura dalam pemilihan 'Utsman: tindakan satu orang telah diberi nama "pemilihan secara mufakat", dan perbuatan satu orang dinamakan majelis syura. Abu Bakar telah memahami kenyataan bahwa pemilihan berarti hanya satu atau dua suara yang akan diatributkan pada rakyat umum yang sederhana. Itulah sebabnya ia mengabaikan tuntutan dengan suara bulat, suara mayoritas atau metode pemilihan melalui majelis yang dipilih, dan ia sendiri mengangkat 'Umar. 'A'isyah pun memandang bahwa membiarkan masalah kekhalifahan pada suara beberapa individu berarti mengundang kekacauan dan kesulitan. la mengirimkan pesan kepada 'Umar menjelang matinya:
"Jangan biarkan umat Islam tanpa pemimpin. Angkatlah seorang khalifah untuk itu dan jangan Anda tinggalkan umat tanpa pewenang, karena apabila tidak demikian saya melihat kekacauan dan kesulitan."
Ketika pemilihan oleh orang yang berwenang terbukti gagal, hal itu ditinggalkan, dan hanya "kekuatan adalah kebenaran" yang menjadi ukurannya—yakni siapa saja yang menundukkan dan menguasai orang lain, diterima sebagai khalifah Nabi dan pelanjutnya yang sebenarnya. Ini prinsip buatan sendiri, padahal ada serangkaian hadis Nabi yang disampaikan pada "Pertemuan 'Asyirah", pada ma-lam Hijrah, pada Perang Tabuk, pada kesempatan menyampaikan surah al-Bara'ah (at-Taubah) dan di Ghadlr Khum. Yang aneh, setiap orang dari khalifah itu di-dasarkan pada pilihan individu, sementara pilihan Nabi sendiri ditolak! Padahal, penunjukan oleh Nabi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri perselisihan, yakni bahwa Nabi sendiri yang semestinya menyelesaikan dan menyelamatkan umat dari kekacauan-kekacauan di masa depan dan menghindarkan pengambilan keputusan di tangan orang-orang yang terlibat dalam tujuan dan maksud-maksud pribadi. Ini prosedur yang tepat yang sesuai dengan nalar dan juga mendapat dukungan hadis-hadis Nabi yang tegas.
[iii] Hayyan Ibnu Samin al-Hanafi al-Yamamah adalah kepala suku Bani Hanifah dan penguasa benteng dan tentara. Jabir adalah nama adiknya, sedang A'sya, yang nama sesungguhnya Malmun Ibnu Qais Ibnu Jandal, adalah sahabat karib dan hidup pantas dan bahagia atas kemurahannya. Dalam bait syair ini ia membandingkan kehidupannya sekarang ini dengan yang sebelumnya, yakni masa ketika ia berkelana mencari nafkah, dengan masa hidup berbahagia bersama Hayyan. Pada umumnya dianggap bahwa Amirul Mukminin mengutip bait ini untuk membandingkan masanya yang kesusahan dengan masa-masa daMal yang dilaluinya dalam asuhan dan perlindungan Nabi, ketika ia bebas dari segala kerisauan dan menikmati kedaMalan mental. Tetapi, mengingat peristiwa ia membuat perbandingan ini, serta pokok bait syair itu, bukanlah penjelasan yang dicari-cari apabila itu dianggap menunjukkan perbedaan antara kedudukan yang tak penting dari orang-orang yang sekarang sedang berkuasa, di masa kehidupan Nabi, dan wewenang dan kekuasaan mereka sesudahnya; yakni, pada masa Nabi tiada perhatian diberikan kepada mereka, karena kepribadian Ali; tetapi, sekarang waktu telah berubah demikian rupa sehingga orang-orang itu menjadi penguasa dunia Islam.
[iv] Ketika 'Umar terluka oleh Abu Lu'lu'ah dan ia melihat bahwa sulit baginya untuk hidup lebih lama lagi, karena luka yang parah itu, ia membentuk suatu komite musyawarah (Syura) dan menunjuk Ali Ibnu Abt Thalib, 'Utsman Ibnu 'Affan, 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf, Zubair Ibnu 'Awwam, Sa'id Ibnu Abi Waqqash dan Talhah Ibnu 'Ubaidillah, seraya mengikat mereka dengan ketentuan bahwa setelah tiga hari sesudah kematiannya, mereka harus memilih salah seorang di antara mereka sendiri sebagai khalifah, sementara untuk tiga hari itu Shuhaib akan bertindak sebagai khalifah sementara.
Ketika menerima instruksi ini, beberapa orang bertanya kepadanya bagaimana pikirannya tentang setiap orang dari mereka itu, untuk memungkinkan mereka berlaku sesuai dengan sorotannya. Karenanya, 'Umar mengungkapkan pandangannya sendiri tentang setiap individu itu. Ia mengatakan bahwa Sa'd bertempramen kasar dan berkepala panas; 'Abdurrahman adalah Fir'aunnya umat; Zubair, apabila disenangkan, adalah seorang mukmin yang sebenarnya, tetapi apabila tidak disenangkan adalah seorang kafir; Thalhah adalah pengejawantahan kebanggaan dan kesombongan, yang apabila dijadikan khalifah ia akan memasang cincin kekhalifahan di jari istrinya, sedang 'Utsman tidak melihat melampaui keluarga-nya. Mengenai Ali, ia terpikat kekhalifahan, walalupun saya tahu hanya ia sendiri yang dapat melaksanakannya pada garis yang benar.
Walaupun demikian pengakuannya, ia menganggap perlu untuk membentuk Syura itu, dan dalam memilih para anggotanya dan meletakkan prosedur kerjanya, ia meyakinkan bahwa kekhalifahan akan mengarah ke mana ia menginginkannya. Maka, seorang yang berkebijaksanaan biasa dapat mengambil kesimpulan bahwa semua faktor keberhasilan 'Utsman terdapat di dalamnya.
Apabila kita perhatikan para anggotanya, kita lihat bahwa, pertama, 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf adalah suami saudara perempuan 'Utsman; berikutnya, Sa'd Ibnu AbT Waqqash, selain menaruh dengki terhadap Ali, adalah teman dan keluarga 'Abdur-Rahman; keduanya tak dapat diharapkan akan menentang 'Utsman.
Yang ketiga, Thalhah Ibnu 'Ubaidillah yang tentangnya Muhammad 'Abduh menulis dalam anotasinya mengenai Nahjul Balaghah:
"Thalhah cenderung kapada 'Utsman, dan sebabnya adalah tak kurang dari ia menentang Ali, karena ia sendiri seorang anggota suku Taim, dan naiknya Abu Bakar pada kekhalifahan telah menciptakan perseteruan antara Bani Taim dan Bani Hasyim."
Mengenai Zubair, sekiranyapun ia memilih Ali, apa gunanya satu suara ini? Menurut pernyataan Thabari, Thalhah tidak hadir di Madinah pada waktu itu, tetapi absennya tidak menghalangi keberhasilan 'Utsman. Malah, sekiranyapun ia hadir, sebagaimana ia akhirnya datang ke Syura itu, dan ia dianggap pendukung Ali, tetap tidak akan meragukan keberhasilan 'Utsman, karena pikiran 'Umar yang cerdik telah menetapkan prosedur bahwa:
"Apabila dua orang menyetujui yang satu, sedang yang dua orang lagi me-nyetujui seorang lainnya, maka 'Abdullah Ibnu 'Umar akan bertindak sebagai penengah. Kelompok yang diperintahkannya harus mamilih khalifah di antara mereka sendiri. Apabila mereka tidak menerima keputusan 'Abdullah Ibnu 'Dinar, maka dukungan harus diberikan kepada kelompok di mana termasuk 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf; tetapi, apabila yang lain-lainnya tidak menyetujuinya maka mereka harus dipancung kepalanya karena menentang keputusan ini." (Thabari, I, h. 2779-2780; Ibnu Atsir, III, h. 67)
Di sini ketidaksepakatan dengan keputusan 'Abdullah Ibnu 'Umar tidak berarti apa-apa, karena ia diarahkan untuk mendukung kelompok yang meliputi 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf. la telah memerintahkan anaknya 'Abdullah, dan Shuhaib, bahwa:
"Apabila orang-orang itu berselisih, Anda harus memihak kepada mayoritas; tetapi apabila ada tiga di antara mereka di satu sisi dan tiga di sisi lainnya, Anda harus memihak pada kelompok di mana termasuk 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf." (Thabari, jilid I, h. 2725, 2780; Ibnu AtsTr, jilid II, h. 51, 67)
Dalam instruksi ini persetujuan mayoritas juga berarti mendukung 'Abdur-Rahman, sebab mayoritas tak mungkin memihak pada siapa pun lainnya, karena lima puluh pedang haus darah telah disiapkan terhadap kelompok lawan, dengan perintah untuk memancung kepala mereka atas keputusan 'Abdur-Rahman. Mata Amirul Mukminin telah membaca pada saat itu juga bahwa kekhalifahan akan berpindah kepada 'Utsman, sebagaimana nampak pada kata-kata berikut ini, yang disampaikannya kepada 'Abbas Ibnu 'Abdul Muththalib:
"Kekhalifahan telah disingkirkan dari kami." 'Abbas bertanya bagaimana ia mengetahuinya. Lalu ia menjawab, '"Utsman juga telah disetarakan dengan saya, dan telah diatur bahwa mayoritas harus didukung; tetapi, apabila dua orang menyetujui yang satu, dan dua lagi menyetujui yang lain, maka dukungan harus diberikan kepada kelompok di mana termasuk 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf. Nah, Sa'd akan mendukung saudara sepupunya 'Abdur-Rahman yang tentu saja adalah suami saudara perempuan 'Utsman." (ibid)
Alhasil, setelah wafatnya 'Umar, pertemuan ini berlangsung di rumah 'A'isyah. Di pintunya berdiri Abu Thalhah al-Anshari dengan lima puluh orang yang telah menghunus pedang di tangannya. Thalhah memulai acara, dan seraya mengundang semua yang lain-lainnya untuk menyaksikan, ia berkata bahwa ia memberikan hak pilihnya kepada 'Utsman. Ini menyinggung harga diri Zubair karena ibunya Safiyyah putri 'Abdul Muthtalib adalah saudara perempuan ayah Nabi. Maka ia memberikan hak suaranya kepada Ali. Sesudah itu Sa'd Ibnu Abi Waqqash memberikan hak suaranya kepada 'Abdur-Rahman. Tinggal tiga anggota Syura yang belum memilih, di antaranya 'Abdur-Rahman Ibnu 'Auf yang mengatakan ia mau melepaskan haknya sendiri untuk dipilih apabila Ali a.s. dan 'Utsman memberikan hak kepadanya untuk memilih seseorang di antara mereka, atau salah satu di antara kedua orang ini harus mendapatkan hak memilih dengan jalan menarik diri dari pencalonan. Ini perangkap di mana Ali telah dilibat dari semua sisi, yakni ia harus meninggalkan haknya sendiri atau mengizinkan 'Abdur-Rahman bertindak semaunya. Yang pertama tak mungkin baginya, yakni melepaskan haknya dan memilih 'Utsman atau 'Abdur-Rahman. Maka, ia berpegang pada haknya, sementara 'Abdur-Rahman melepaskan diri dari pencalonan itu lalu me-megang kekuasaan ini seraya berkata kepada Amirul Mukminin, "Saya membaiat Anda dengan syarat Anda mengikuti Kitab Allah, sunah Nabi dan perilaku kedua Syeikh (Abu Bakar dan 'Umar)." Ali menjawab, "Akan mengikuti Kitab Allah, sunah Nabi dan pendapat saya." Ketika ia memberikan jawaban yang sama seka-lipun pertanyaan itu telah diulang tiga kali, 'Abdur-Rahman berpaling kepada 'Utsman seraya berkata, "Apakah Anda menerima persyaratan ini?" 'Utsman tidak beralasan untuk menolak; maka ia menyetujui persyaratan itu, dan baiat pun dilakukan baginya. Ketika Amirul Mukminin melihat haknya terpijak-pijak demikian, ia berkata:
"Ini bukan hari pertama Anda berlaku menentang kami. Saya hanya harus bersabar. Allah adalah Penolong terhadap segala yang Anda katakan. Demi Allah, Anda tidak membuat 'Utsman menjadi khalifah melainkan dengan harapan bahwa ia akan mengembalikan kekhalifahan kepada Anda."
Setelah mencatat peristiwa Syura (komite musyawarah pengangkatan 'Utsman itu), Ibnu Abil Hadid menulis bahwa ketika pembaiatan telah dilakukan kepada 'Utsman, Ali menegur 'Utsman dan 'Abdur-Rahman dengan mengatakan, "Semoga Allah menaburkan benih perselisihan di antara Anda," dan demikian terjadinya sehingga keduanya bermusuhan sengit, dan 'Abdur-Rahman tak pernah lagi berbicara dengan 'Utsman hingga matinya. Bahkan di ranjang kematiannya ia memalingkan muka ketika melihat 'Utsman.
Melihat peristiwa ini timbul pertanyaan, apakah Syura bermaksud membatasi urusan kepada enam orang, kemudian kepada tiga orang, dan akhirnya hanya pada satu orang saja? Juga, apakah syarat untuk mengikuti perilaku kedua Syeikh untuk kekhalifahan ditetapkan oleh 'Umar, atau hanya sekadar halangan yang diletakkan oleh 'Abdur-Rahman antara Ali a.s. dan kekhalifahan; khalifah yang pertama tidak meletakkan syarat pada waktu mengangkat khalifah yang kedua, yakni bahwa ia harus mengikuti langkah-langkah khalifah yang pertama. Maka, apakah alasan untuk syarat itu di sini?
Namun, Amirul Mukminin telah menyetujui untuk turut serta dalam Syura itu untuk menjauhkan bencana dan untuk menghentikan orang menggunakannya sebagai dalih, sehingga orang-orang lain dibungkamkan dan tak akan dapat meng-aku bahwa mereka sebenarnya akan memilih dia dan bahwa ia sendiri meng-elakkan komite musyawarah itu dan tidak memberikan kesempatan kepada mereka memilihnya.
[v] Tentang pemerintahan khalifah yang ketiga itu, Arnirul Mukminin mengatakan bahwa scgera setelah ia berkuasa, Ban? Umayyah mendapatkan lahan dan mulai menjarahi Baitul Mal (perbendaharaan negara), dan seperti ternak melihat rumput hijau setelah musim kemarau, dengan sembrono mereka mcnyerbu uang milik Allah lalu melahapnya. Akhirnya keserakahan dan nepotisme ini membawanya ke tahap di mana rakyat mengepung rumahnya, membunuhnya dan membuatnya memuntahkan semua yang telah ditelannya.
Malakelola pemerintahan yang terjadi dalam masa ini sedemikian rupa sehingga tiada seorang Muslim yang tak tergugah melihat para sahabat berkcdudukan tinggi dibiarkan terlantar, dilanda kemiskinan dan dikepung kemelaratan, sementara kekuasaan atas Baitul Mal berada di tangan Bani Umayyah, jabatan pemerintahan diduduki orang-orang muda mereka yang tak berpengalaman, hak-hak khusus kaum Muslim mereka kuasai, padang penggembalaan hanya untuk ternak mereka, rumah-rumah dibangun hanya untuk mereka, dan kebun-kebun hanya bagi mereka saja. Apabila ada seseorang merasa belas kasihan kepada orang lain lalu berbicara tentang pelanggaran batas-batas ini, ia diusir dari kota. Penggunaan zakat dan sedekah yang dimaksudkan untuk fakir miskin, dan Baitul Mal yang merupakan hak umum kaum Muslim, dapat dilihat pada gambaran berikut:
(1) Hakam Ibnu Abil 'Ash yang telah diusir oleh Nabi dari Madinah, diizinkan kembali ke kota itu, bukan saja bertentangan dengan sunah Nabi tetapi juga bertentangan dengan perilaku kedua khalifah sebelumnya; ia bahkan diberi tiga ratus ribu dirham dari Baitul Mal. (Ans?b al-Asyr?f, V, h. 27, 28, 125)
(2) Walid Ibnu 'Uqbah yang telah dinaMal munafik dalam Qur'an, dibayari seratus ribu dirham dari Baitul Mal. (Al-'Iqd al-Farid, III, h. 94)
(3) Khalifah itu mengawinkan anak perempunnya Umm Aban dengan Marwan Ibnu Hakam dan memberikan kepada Marwan seratus ribu dirham dari Baitul Mal. (Syarh Ibnu Abil Hadid, I, h. 194-199)
(4) la mengawinkan anaknya 'A'isyah dengan Harits Ibnu Hakam dan memberikan kapada Harits seratus ribu dirham dari Baitul Mal. (ibid)
(5) 'Abdullah Ibnu Khalid diberi empat ratus ribu dirham. (Ibnu Qutaibah, Al-Ma'?rif, h. 84)
(6) la memberikan hak atas khums (pajak keagamaan) dari Afrika, sejumlah lima ratus ribu dinar, kepada Marwan Ibnu Hakam. (ibid)
(6) Kebun Fadak yang tidak diserahkan kepada putri Rasulullah Fathimah az-Zahra' berdasarkan alasan bahwa itu merupakan sedekah umum, diberikan sebagai hadiah kepada Marwan Ibnu Hakam. (ibid)
(7) Mahzur, suatu tempat di area perdagangan Madinah, yang telah dimaklumkan sebagai milik umum oleh Nabi, dihadiahkan kepada Hants Ibnu Hakam. (ibid)
(8) Di padang-padang sekitar Madinah, lak ada unta selain milik Bani Umayyah yang digembalakan. (Syarh Ibnu Abil Hadid, I, h. 199)
(10) Setelah meninggalnya ('Utsman), seratus lima puluh ribu dinar (mala uang mas) dan satu juta dirham (mata uang perak) terdapat di rumahnya. Tak ada batas tanah-tanah yang bebas pajak; dan nilai total harta perkebunan yang dimilikinya di Wadi al-Qura dan Hunain adalah seratus ribu dinar. Di sana terdapat unta dan kuda yang tak terhitung banyaknya. (Muruj adz-Dzahab,I, h. 435)
(11) Famili-famili khalifah memerintah semua kota penting. Di Kuf'ah, Walid Ibnu 'Uqbah adalah gubernurnya. Tetapi ketika dalam keadaan mabuk anggur ia mengimami salat Subuh empat rakaat, bukannya dua, dan rakyat menggugat, la pun dipindahkan. Tetapi, khalifah menggantikkannya dengan seorang munafik, Sa'id bin al-'Ash. Di Mesir 'Abdullah Ibnu Sa'd Ibnu AbT Sarh, di Suriah Mu'awiah Ibnu Abi Sufyan, di Bashrah 'Abdullah Ibnu 'Amir.
4
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 4 Pandangan Jauh Amirul Mukminin dan Keimanannya yang Kukuh
Melalui kami Anda beroleh petunjuk dan mendapatkan kedudukan tinggi, dan melalui kami Anda keluar dari malam gelap. Telinga yang tidak hendak mendengar teriakan mungkin menjadi tuli. Bagaimana mungkin seseorang tetap tuli terhadap teriakan nyaring (Al Quran dan Nabi) akan mendengar suara (saya) yang lemah. Hati yang selalu berdebar (dengan takwa kepada Allah) akan mendapat kedamaian.
Saya selalu mengkhawatirkan dari Anda akibat-akibat pendurhakaan, dan saya telah melihat Anda dibalik busana tipuan. Tirai agama telah membiarkan saya tersembunyi dari Anda, tetapi keikhlasan niat saya meng-ungkapkan Anda kepada saya. Saya berdiri untuk Anda pada jalan kebenaran di antara jalur-jalur di mana Anda saling bertemu tetapi tak ada pemimpin, dan Anda menggali tetapi tidak mendapatkan air.
Hari ini saya akan membuat hal-hal yang bisu ini berkata-kata kepada Anda (yakni gagasan-gagasan dan renungan-renungan saya yang mendalam) yang penuh dengan kekuatan yang menguraikan. Pandangan orang yang meninggalkan saya mungkin tersesat. Saya tak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri,[1] melainkan dia prihatin atas kemenangan orang bodoh dan berkuasanya kesesatan. Sekarang kita berdiri di simpang jaian kebenaran dan kebatilan. Orang yang yakin akan mendapatkan air, tidak merasakan haus. •
[1] Rujukannya kepada Musa, ketika para penyihir dikirimkan untuk menantangnya dan mereka memperlihatkan sihir mereka dengan melemparkan tali dan tongkat ke tanah dan Musa merasa takut. Demikianlah, Al-Qur'an mencatat,
"... terbayang kepada Musa seakun-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musd merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul." (QS. 20:66-68)
Dan Amirul Mukminin berkata bahwa alasan takutnya Musa ketika melihat tali dan tongkat bergerak itu bukanlah demi nyawanya sendiri; ia lakut jangan sampai kaumnya terkesan oleh sihir itu lalu tersesat dan kebatilan beroleh kemenangan karena perbuatan sihir itu. Itulah sebabnya maka Musa tidak dihibur dengan mengatakan bahwa nyawanya aman, tetapi dcngan mcngatakan bahwa ia sebenarnya lebih unggul, dan dakwahnya akan terangkat. Karena ketakutannya adalah atas kekalahan yang hak dan kemenangan yang batil, bukan nyawanya scndiri, hiburan diberikan kepadanya untuk kemenangan yang hak, dan bukan untuk perlindungan tcrhadap nyawanya.
Amirul Mukminin memaksudkan bahwa la pun mempunyai ketakulan yang sama, yakni jangan sampai umat terperangkap dalam jebakan orang-orang ini (Thalhah, Zubair, dan sebagainya) dan tersesat dari jalan yang benar. la tak pernah menghawatirkan kehidupannya sendiri.
KHOTBAH 5 Diucapkan ketika Nabi (saw) wafat dan 'Abbas serta Abu Sufyan ibn Harb menawarkan diri untuk membaiat Amirul Mukminin untuk jabatan khalifah
Wahai manusia![1] Menghindarlah dari gelombang-gelombang bencana dengan bahtera keselamatan, berpalinglah dari jalan perpecahan dan tanggalkanlah mahkota kesombongan. Beruntunglah orang yang bangkit dengan sayap (berkuasa) atau dia dalam kedamaian dan orang lain menikmati ketenteraman. (Kekhalifahan) itu adalah seperti air kabur atau sebagai suatu suapan yang akan mencekik orang yang menelannya. Orang yang memetik buah sebelum matang adalah seperti orang yang menanam di ladang orang.
Apabila saya katakan maka mereka akan menyebut saya serakah akan kekuasaan, tetapi apabila saya berdiam diri mereka akan mengatakan bahwa saya takut mati. Sungguh sayang, setelah segala pasang surut (yang saya alami)! Demi Allah, putra Abu Thalib[2] lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya. Saya mempunyai pengetahuan yang tersembunyi; apabila saya membukakannya, Anda akan gemetar seperti tali yang terulur ke sumur dalam. • --------------------------------------------------------------------------------
[1] Ketika Nabi (saw) wafat, Abu Sufyan tidak berada di Madinah. Dalam perjalanannya kembali ke Madinah ia mendapat berita duka itu. Segera ia mencaritahu siapa yang telah menjadi pemimpin. Kepadanya dikatakan bahwa rakyat telah membaiat Abu Bakar. Ketika mendengar ini, orang yang terkenal sebagai pembuat onar di Arabia ini berpikir dalam-dalam dan akhirnya mendatangi 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib dengan membawa sebuah usul. la berkala kepadanya, "Lihat, dengan liciknya mereka menyerahkan kekhalifahan kepada orang Taim dan merebut hak Bani Hasyim untuk selama-lamanya, dan sesudahnya orang ini akan menempatkan di atas kepala kita seorang yang sombong dari Bani 'Adi. Marilah kita pergi kepada 'Ali ibn Abi Thalib dan meminta kepadanya keluar dari rumahnya dan mengangkat senjata untuk memperoleh haknya." Maka, dengan membawa 'Abbas besertanya ia datang kepada Ali seraya mengatakan, "Berikanlah tangan Anda kepada saya; saya akan rnembaiat Anda, dan apabila seseorang bangkit menentang, akan saya penuhi jalan-jalan Madinah dengan tentara berkuda dan ini'antri." Ini saat yang paling peka bagi Amirul Mukminin. la merasa dinnya sebagai pemimpin sesungguhnya dan pelanjut Nabi, sedangkan seseorang dengan dukungan suku dan partainya seperti Abu Sufyan siap hendak mendukungnya. Satu isyarat sudah cukup untuk menyulut api peperangan. Tetapi, pandangan jauh Amirul Mukminin scrta penilaiannya yang benar menyelamalkan kaum Muslim dari perang saudara! Matanya yang tajam melihal bahwa orang ini hendak memulai suatu perang saudara dengan membangkitkan sikap kesukuan dan keistimewaan darah, sehingga Islam akan terpukul dengan ledakan yang menggoncangnya hingga ke akar-akarnya. Karena itu, Amirul Mukminin menolak anjurannya dan memperingatkannya dengan keras dan mengucapkan kata-kata yang menghentikan perbuatan onar dan tipu daya yang licik, dan memaklumkan sikapnya bahwa baginya hanya ada dua jalan, mengangkal senjata atau duduk diam-diam di rumah. Apabila ia bangkit untuk berperang, tak ada pendukung yang dapat mcnekan kekacauan yang timbul. Satu-satunya jalan yang tertinggal ialah menunggu saat yang sesuai.
Ketenangan Amirul Mukminm pada tahap ini menunjukkan kearifannya yang tinggi dan pandangannya yang jauh. Sekiranya dalam suasana itu Madinah menjadi pusat peperangan, apinya akan membahana di scluruh Arabia. Perselisihan dan pergolakan yang telah mulai di kalangan kaum Muhajirtn dan Anshar akan memuncak, api hasutan kaum munafik akan merajalela, dan bahtera Islam akan terjebak dalam badai sehingga sukar mengimbangkannya. Amirul Mukminin menderita kesusahan dan percobaan, tetapi tidak mengangkat tangannya. Sejarah menyaksikan bahwa selama hidupnya di Makkah, Nabi menanggung scgala macam kesusahan, tetapi beliau tidak mau berbentrokan atau berjuang dengan meninggalkan kesabaran, karena beliau sadar bahwa apabila terjadi peperangan pada tahap itu maka jalan pertumbuhan dan pembuahan Islam akan tertutup. Tentu saja, ketika beliau telah mengumpulkan para pendukung dan penolong yang cukup untuk menekan banjir kejahatan dan menumpas kekacauan, beliau bangkit menghadapi musuh. Demikian pula Amirul Mukminin, dengan mengikuti kehidupan Nabi sebagai suluh petunjuk, ia menahan diri dari adu kekuatan, karena ia menyadari bahwa bangkit menentang musuh tanpa penolong dan pendukung akan menjadi sumber pemberontakan dan kekalahan sebagai ganti keberhasilan dan kemenangan. Karena itu, pada kesempatan ini ia telah menyerupakan hasrat unluk kekhalilahan dengan air keruh atau suapan yang mencekik kerongkongan. Mereka tak dapat menelannya, tak dapai pula memuntahkannya. Yakni, mereka tak dapat mengelolanya, sebagaimana nampak pada kesalahan-kesalahan besar yang mereka lakukan sehubungan dcngan perintah-perintah Islam, tak siap pula melepaskan yang mencekik leher mereka.
Ia mengungkapkan kembali gagasan yang sama ini dengan kata-kata lain, "Apabila saya telah mencoba untuk memetik buah kekhalifahan yang belum masak maka dengan ini kebun buah-buahan akan terkucil dan saya pun tak akan mendapatkan apa-apa, seperti orang-orang ini, yang menanam di kebun orang tetapi tak dapat menjaganya, tak dapat mengairinya pada waktu yang semestinya, tak dapat pula memetik sualu hasil darinya. Kedudukan orang-orang ini, apabila saya mcnyuruh mereka meninggalkannya agar si pemilik dapat menanaminya scndiri dan melindunginya, mereka akan mengatakan betapa serakahnya saya, sedangkan bila saya berdiam diri, mereka mengira saya takut mati. Mereka seharusnya mengatakan kapada saya kapan saya pernah merasa takut atau lari dari medan pertempuran untuk menyelamatkan nyawa, sedang tiap pertarungan kecil atau besar membuktikan keberanian saya dan menjadi saksi atas keberanian dan kesatriaan saya. Orang yang bermain dengan pcdang dan memancung bukit tidak akan takut kcpada maut. Saya begitu akrab dengan maut sehingga bahkan bayi tak akan seakrab itu dengan buah dada ibunya. Perhatikan! Sebab diamnya saya ialah pengetahuan yang telah diletakkan Nabi dalam dada saya. Apabila saya bentangkan itu maka Anda akan bingung dan tercengang. Biarlah beberapa hari berlalu, maka Anda akan mengctahui sebabnya saya tidak bertindak; dan lihatlah dengan mata Anda sendiri jenis manusia macam bagaimana yang akan muncul dalam gelanggang ini dengan nama Islam, dan kerusakan apa yang ditimbulkannya. Diamnya saya ialah karena ini akan terjadi; itu bukan diam tanpa sebab."
Seorang sufi Iran mngatakan, "Diam mengandung arti yang lak dapat disampaikan dcngan kata-kata."
[2] Tentang kematian, Amirul Mukminin berkata bahwa maut begitu dicintainya sehingga bahkan seorang bayi tak sebegitu mau sampai melompat ke sumber makanannya itu sementara ia dalam pangkuan ibunya. Keterlekatan bayi pada buah dada ibunya adalah karena pengaruh dorongan alami, tetapi dikte dorongan alami itu berubah dengan majunya waktu. Ketika masa bayi yang terbatas itu berakhir dan temperamen anak itu berubah, ia bahkan tak ingin melihat apa yang dahulunya begitu akrab baginya, bahkan memalingkan wajah darinya. Tetapi, kecintaan para nabi dan wali uniuk bertemu dengan Allah bersitat mental dan spiritual, dan perasaan mental dan spiritual tidak berubah, tidak pula kelemahan atau kelapukan terjadi padanya. Karena maut adalah sarana dan tangga pertama ke tujuannya maka cinta mereka kepada maut semakin bertambah sehingga kekerasannya menjadi sumber kesenangan bagi mereka, dan kepahitannya terasa sebagai sumber kenikmatan. Cinta mereka kepadanya adalah sebagai cinta orang haus kepada sumber air, atau kerinduan musafir yang tersesat kepada tujuannya. Maka, ketika Amirul Mukminm diciderai oleh serangan fatal 'Abdur-Rahman ibn Muljam, ia berkata, "Saya sebagai seorang pcjalan yang telah mencapai (tujuan), seperti pencari yang sudah mendapatkan (maksud), dan apa yang ada di sisi Allah adalah baik bagi orang yang takwa." Nabi mengatakan bahwa tak ada kesenangan bagi seorang mukmm selain persaiuan dengan Allah.
KHOTBAH 6 Diucapkan ketika dinasihati supaya tidak memburu untuk memerangi Thalhah ibn 'Ubaidillah dan Zubair ibn al-'Awwam[1]
Demi Allah, saya tidak hendak menjadi seperti rubah, yang pura-pura tertidur oleh (bunyi) lemparan batu yang terus-menerus sampai orang yang mencarinya mendapatkannya atau orang yang sedang mengintainya menaklukkannya. Malahan, saya akan selalu menyerang si penyeleweng kebenaran dengan bantuan orang-orang yang maju ke arahnya, dan orang-orang pendosa dan peragu dengan bantuan orang-orang yang mendengarkan dan menaati saya, sampai hari (kematian) saya tiba. Demi Allah, hak-hak saya telah direbut secara terus-menerus sejak hari wafatnya Nabi SAWW hingga hari ini. •
[1] Ketika Amirul Mukminin menunjukkan niat untuk memburu Thalhah dan Zubair, ia dinasihati untuk membiarkan mereka agar ia tidak beroleh bencana dari mereka. Amirul Mukminin mengeluarkan kata-kata ini sebagai jawaban, yang kesimpulannya adalah: "Sampai beberapa lama saya hanya harus menjadi penonton atas hak saya yang direbut orang, dengan berdiam diri. Sekarang, selama saya bernafas, saya akan memerangi mereka agar mereka menanggung akibat perbuatannya. Mereka tidak seharusnya berpikir bahwa saya dapat dikalahkan dengan mudah sebagai dhabu'. Dhabu' (rubah) adalah sejenis binatang berbulu berwarna abu-abu, seperti musang, tetapi lebih gempal, menggali tanah untuk liangnya. Binatang ini mencari makan, terutama berupa hewan-hewan kecil, di malam hari. Nama julukannya ialah Umm 'Amir dan Umm Thuraiq. la juga disebut “'si pelahap” karena memakan dan menelan apa saja yang dapat diperolehanya, seakan-akan mempunyai beberapa perut, dan tak penah merasa kenyang. Juga ia dinamai Na'tsal. Binatang itu sangat pandir dan tolol. Kelambanannya nampak dari mudahnya ia tertangkap. Dikatakan bahwa pemburu mengepung sarangnya dan menyerangnya dengan kaki atau tongkat, dan merayunya dengan lembut, "Tundukkanlah kepalamu, Umm Thuraiq, bersembunyilah, Umm 'Amir." Dengan mengulangi kalimat ini dan menepuk-nepuk tanah, binatang itu bersembunyi di suatu sudut sarang. Kmudian si pemburu berkata, "Umm 'Amir tidak ada liangnya, ia sedang tidur." Ketika mendengarkan ini, ia merentangkan anggota-anggota badannya lalu berpura-pura tidur. Maka pemburu pun memasang tali jerat ke kakinya dan menyeretnya keluar, lalu ia jatuh sebagai pengecut ke dalam tangan si pemburu, tanpa perlawanan.
KHOTBAH 7 Tentang Kaum Munafik
Mereka telah menjadikan setan sebagai majikan atas urusan mereka, dan ia mengambil mereka sebagai mitra.[1] la telah bertelur dan menetaskannya di dada mereka. la menjalar dan merayap dalam pangkuan mereka. la melihat melalui mata mereka, dan berbicara dengan lidah mereka. Secara ini ia memimpin mereka ke perbuatan dosa, dan menghiasi mereka dengan hal-hal kotor sebagai tindakan seseorang yang telah dijadikan mitra oleh setan dalam wilayah kekuasaannya dan berbicara batil melalui lidahnya. •
[1] Amirul Mukminin mengatakan tentang para munaf'ik (yakni orang-orang yang menentangnya sebelum dan setelah kekhalifahannya), bahwa mereka adalah mitra, penolong dan pendukung setan. la telah bersahabat dengan mereka, membuat tempat tinggalnya pada diri mereka, tinggal dalam dada mereka, bcrtelur dan menetaskan anak-anaknya di situ, sementara anak-anak ini melompat dan bermain-main pada pangkuannya tanpa segan. la maksudkan bahwa gagasan-gagasan jahat setan lahir dari dada mereka dan tumbuh dan berkembang di situ. Tak ada kekangan pada mereka, tak ada pula halangan apa pun. la telah demikian meresap ke dalam darah dan bercampur dengan jiwa mcreka sehingga keduanya bersatu sepenuhnya. Sekarang, mata adalah milik mereka telapi penglihatannya adalah penglihatan setan, lidah adalah milik mereka, tetapi kata-katanya adalah kata-kata setan, sebagaimana telah dikatakan Nabi, "Sesungguhnya iblis merembesi keturunan Adam seperti darah." Yakni, sebagaimana peredaran darah tak berhenti, demikian pula keberlanjutan yang cepat dari gagasan-gagasan jahat iblis. Dan ia menarik mereka kepada kejahatan dalam tidur dan jaga, dalam setiap sikap, bangkit atau duduk. la mewarnai mereka dengan celupannya sehingga perkataan dan tindakannya mencerminkan perkataan dan perbuatan setan. Orang-orang yang dadanya bersinar dengan kelimpahan iman mencegah gagasan-gagasan jahat seperti itu: tetapi, sebagian orang siap sedia menyambut kejahatan-kejahatan itu, dan inilah orang-orang yang berselubungkan jubah Islam yang selalu mencari-cari hojatan.
KHOTBAH 8 Dikatakan tentang Zubair pada waktunya yang tepat
Ia mengatakan bahwa ia membaiat kepada saya dengan tangannya tetapi tidak mernbaiat dengan hatinya.[1] Jadi, ia tidak mengakui baiat. Mengenai pengakuannya yang lain dengan hatinya, ia harus mengajukan argumen yang jelas untuk itu. Apabila tidak, maka ia harus kembali ke tempat dari mana ia telah keluar.[2] •
[1] Setelah membaiat (bersumpah atau berjanji setia) kepada Amirul Mukminin, Zubair ibn 'Awwam melanggar baiat itu. Kadang-kadang ia mengajukan dalih bahwa ia terpaksa membaiat dan bahwa baiat yang dipaksakan bukanlah baiat; kadang-kadang ia mengatakan bahwa baiat itu hanya sekadar pertunjukan; hatinya tidak sesuai dengan itu. Seakan-akan ia sendiri mengakui dengan lidahnya kegandaan wajah lahir dan batinnya. Tetapi, dalih ini serupa dengan dalih orang yang murtad setelah menerima Islam, dan untuk mcngelakkan hukuman mengatakan bahwa ia telah menerima agama Islam hanya dengan lidah, tidak di hati. Jelaslah bahwa dalih semacam itu tak dapat dibenarkan, juga tak dapat mengelakkan hukuman dcngan argumen ini. Apabila Zubair mencurigai bahwa 'Utsman dibunuh atas dorongan Amirul Mukminin, kecurigaan ini mestinya telah ada kctika ia menyatakan sumpah setianya dan mengulurkan tangannya untuk membaiat, bukan sekarang setelah harapan-harapannya mengalami frustrasi dan harapan-harapannya mulai nampak muncul dari tempat lain.
[2] Amirul Mukminin menolak pengakuan Zubair secara singkat: Ketika ia mengakui bahwa ia telah membaiat maka ia harus patuh kepada baiatnya hingga ada alasan untuk melanggarnya. Tetapi, bila hatinya tidak sesuai dengan apa yang ia lakukan maka ia harus memberikan bukti. Karena bukti tcntang keadaan hati tidak dapat diajukan, maka penegasan tanpa bukti itu tidak dapat diterima.
KHOTBAH 9 Kekecutan Hati Pasukan Jamal
Mereka[1] mengguntur seperti awan dan bersinar seperti kilat. Tetapi, walaupun adanya kedua hal ini, mereka menunjukkan sifat pengecut. Sedang kami tidak mengguntur sampai kami menyerbu musuh dan tidak pula kami menunjukkan mengalirnya (kata-kata) sampai kami benar-benar menghujani. •
[1] Tentang kaum Jamal (yakni, musuh dalam Perang Jamal), Amirul Mukminin mengatakan bahwa mereka bangkit dengan menggunlur, berteriak-teriak dan menghentak-hentak, tetapi ketika pertarungan terjadi, mereka kelihatan beterbangan sebagai jerami. Pada suatu saat mereka meneriakkan pengakuan-pengakuan dengan suara bcsar bahwa mereka akan melakukan ini dan itu, dan sekarang mereka memperlihatkan sikap begitu pengecut sampai lari dari pertempuran. Tentang dirinya sendiri, Amirul Mukminin mengatakan, "Kami tidak mengancam musuh sebelum pcrtempuran, lidak pula mengucapkan kata-kala sombong, tidak menteror musuh dengan pekikan-pekikan yang tak perlu, karena bukanlah cara orang berani menggunakan lidah ketimbang tangan." Ilulah sebabnya pada kesempatan ini ia mengatakan kepada teman-temannya, "Hati-hatilah terhadap kata-kala berlebihan karena itu pertanda sifat pengecut."
KHOTBAH 10 Pada Perang Jamal ketika menyerahkan panji kepada Muhammad ibn Hanaflah
Hati-hatilah! Setan[1]' telah menghimpun kelompoknya dan mengumpulkan tentara berkuda dan infantrinya. Bersama saya adalah kebijaksanaan. Saya tak pernah menipu dan tidak pula saya tertipu. Demi Allah, saya akan mengisi sepenuh-penuhnya bagi mereka sebuah kantong kulit dari mana hanya saya sendiri akan menimba air. Mereka tak dapat berpaling darinya dan tak dapat pula mereka kembali kepadanya. •
[1] Ketika Thalhah dan Zubair melanggar baiat dan berangkat ke Bashrah bersama 'A'isyah, Amirul Mukmmin mengucapkan kata-kata ini, yang merupakan bagian dari suatu khotbah yang panjang. Ibn Abil Hadid menulis bahwa dalam khotbah ini, "setan" berarti iblis yang scsungguhnya maupun Mu'awiah, karena Mu'awiah secara rahasia bersekongkol dengan Thalhah dan Zubair dan menghasut mereka untuk memerangi Amirul Mukminin; tetapi, rujukan kepada iblis yang sesunguhnya adalah lebih tepat, jelas, dan sesuai dengan situasi dan suasana itu.
KHOTBAH 11 Diucapkan dalam Perang Jamal, ketika Amirul Mukminin menyerahkan panji kepada Muhammad ibn Hanaflah[1]
Gunung-gunung boleh berpindah dari posisinya,[2] tetapi Anda tak boleh berpindah dari posisi Anda. Katupkan gigi-gigi Anda. Pinjamkan kepala Anda kepada Allah. Tancapkan kaki Anda di tanah. Hadapkan mata Anda kepada musuh yang terjauh dan tutuplah mata Anda (pada banyaknya jumlah mereka). Dan teruslah yakin bahwa pertolongan hanyalah dari Allah Yang Mahasuci.
[1] Muhammad ibn Hanafiah adalah pulra Amirul Mukminin, tetapi disebut Ibn Hanafiah menurut nama ibunya, Khaulah binti Ja'far al-Hanafiah menurut sukunya, Bani Hanifah. Ketika penduduk Yamamah dinyatakan murtad, karena menolak membayar zakat, dan dibunuh, kaum wanitanya dibawa ke Madinah, termasuk Khaulah. Ketika sukunya mengelahui, mereka mendckati Amirul Mukminin dan meminta kepadanya untuk menyelamatkan wanita itu dari aib perbudakan dan melindungi kehormatan dan martabat keluarganya. Amirul Mukminin pun membebaskannya setelah membelinya, lalu mengawininya, yang kemudian melahirkan Muhammad.
Kebanyakan sejarawan menulis bahwa nama aslinya Abul Qasim. Penulis Al-Ist?'?b (jilid III, h. 1367-1368, 1370-1372) meriwayatkan dari Abu Rasyid ibn Hafizh az-Zuhri bahwa di antara putra-putra sahabat, ia menemukan empat orang yang dinamakan Muhammad dan ber-laqab Abul Qasim, yakni (1) Muhammad ibn Hanafiah, (2) Muhammad ibn Abu Bakar (3) Muhammad ibn Thalhah, dan (4) Muhammad ibn Sa'd. Setelah itu, ia menulis bahwa nama dan laqab (nama gelar) Muhammad ibn Thalhah diberikan oleh Nabi. Al-Waqidi menuis bahwa nama dan laqab Muhammad ibn Abu Bakar disarankan oleh 'A'isyah. Teranglah, tidak benar nampaknya bila Nabi memberikan nama dan gelar Muhammad ibn Thalhah, karena dari beberapa hadis nampak bahwa Nabi telah mencadangkannya untuk putra Amirul Mukminin, dan ia adalah Muhammad ibn Hanafiah.
Mengenai laqab-nya dikatakan bahwa Nabi telah mengkhususkannya, dan bahwa beliau mengatakan kepada Ali bahwa seorang putra akan dilahirkan bagimu setelah saya, dan saya telah memberikan nama dan laqab-nya, dan setelah itu tidak diizinkan bagi siapa pun dari umat saya untuk mendapatkan nama dan luqub ini sekaligus.
Dengan mengingat pandangan ini, betapa mungkin Nabi memberikan nama dan laqab itu juga kepada seseorang lainnya, padahal pengkhususan berarti tiada lainnya yang juga memilikinya. Lagi pula, sebagian orang mencacat bahwa laqab Ibn Thalhah adalah Abu Sulaiman ketimbang Abul Qasim, dan ini selanjutnya mengukuhkan pendapat kami. Seperti itu pula, apabila laqab Muhammad ibn Abu Bakar berdasarkan nama putranya Qasim, yang termasuk di antara ahli Agama di Madinah, maka apa artinya 'A'isyah menyarankannya? Apabila 'A'isyah menyarankannya bersama dengan namanya, bagaimana maka Muhammad ibn Abu Bakar mentolenrnya kemudian, karena ia telah dibesarkan dalam asuhan Amirul Mukminin, dan kata-kata Nabi itu tak mungkin tersembunyi dari dia. Lagi pula, kebanyakan orang telah mcncatat laqab-nya scbagai Abu 'Abdur-Rahman, yang melemahkan pandangan Abu Rasyid.
Misalkan saja laqab orang-orang itu Abul Qasim, bahkan bagi Ibn Hanatiah sekalipun laqub ini tidak terbukti. Walaupun Ibn Khallikan (dalam Wafay?t al-A'y?n, IV, h. 170) mengacu anak Amirul Mukminin yang dianugerahi Nabi nama Muhammad ibn Hanat'iah, namun Allamah al-Mamaqani (dalam Tanqih al-Maqal, III, bagian I, h. 112) menulis,
"Dalam menerapkan hadis ini pada Mumammad ibn Hanafiah, Ibn Khalakan telah membuat kerancuan, karena putra Amirul Mukminin yang nama dan laqab-nya sekaligus telah dihadiahkan oleh Nabi, dan yang tidak diizinkan bagi siapa pun selainnya, ialah kepada imam terakhir, dan bukan bagi Muhammad ibn Hanatiah; tidak pula laqab Abul Qasim dimapankan baginya. Tetapi, sebagian orang Sunni, yang tidak mengerti maksud Nabi yang sesungguhnya, telah menganggapnya sebagai memaksudkan Ibn Hanatiah."
Bagaimanapun, Muhammad ibn Hanafiah adalah tokoh yang menonjol dalam kesalehan dan takwa, luhur dalam kezuhudan dan ibadah, tinggi dalam pengetahuan dan prestasi, dan mewarisi keberanian ayahnya. Perilakunya dalam peperangan Jamal dan Shiffin telah menciptakan kesan yang hebat di kalangan orang Arab, sehingga bahkan para prajurit terkemuka gentar mendengar namanya. Amirul Mukminin pun merasa bangga atas keberanian dan keperkasaannya, dan selalu menempatkannya di depan dalam setiap pertarungan. Syeikh al-Baha'i telah menulis dalam Al-Kasykul bahwa Ali ibn Abi Thalib menyertakannya dalam pertempuran-pertempuran dan tak mcngizinkan Hasan dan Husain maju ke depan, dan ia biasa mengatakan, "la putra saya, sedang dua putra ini adalah putra Nabi Allah." Ketika seorang Khariji mengatakan kepada Ibn Hanafiah bahwa Ali mendorongnya ke dalam kancah peperangan tetapi menyelamatkan Hasan dan Husain, ia menjawab bahwa ia sendiri sebagai tangan kanan, sedang Hasan dan Husain scbagai kedua mata Ali, dan bahwa Ali melindungi matanya dengan tangan kanannya. Tetapi, 'Allamah al-Mamaqani mehulis dalam Tanqih al-Maq?l bahwa ini bukan jawaban Ibn Hanafiah, melainkan kata-kata Amirul Mukmmin sendin. Ketika dalam Perang Shiffin Muhammad menyebutkan hal ini kepada Amirul Mukminin dengan nada mengeluh, ia menjawab, "Engkau adalah tangan kananku, sedang mereka adalah mataku, dan tangan harus melindungi mata."
Nampaknya, mula-mula Amirul Mukminin telah memberikan jawaban ini, dan kemudian seseorang mungkin telah menyebutkan sesuatu kepada Muhammad ibn Hanafiah, dan ia mengulangi jawaban ayahnya, karena tak mungkin ada jawaban yang lebih fasih dari ini, dan kefasihannya mengukuhkan pandangan bahwa ucapan itu pada asalnya adalah ucapan dari lidah fasih Amirul Mukminin, kemudian digunakan oleh Muhammad ibn Hanafiah. Alhasil, kedua pandangan ini dapat dianggap benar dan tak ada ketidaksesuaian antara keduanya. Bagaimanapun, Muhammad ibn Hanafiah dilahirkan dalam masa pemerintahan Khalifah yang kedua dan meninggal dalam masa pemerintahan 'Abdul Malik ibn Marwan dalam usia enam puluh lima tahun. Ada perbedaan pendapat tentang tempat meninggalnya; sebagian mengatakan MadTnah, sebagian Ailah dan sebagian lagi Tha'if.
[2] Dalam Pertempuran Jamal, ketika Amirul Mukminin mengutus Muhammad ibn Hanafiah ke medan tempur, ia mengatakan kepadanya bahwa ia harus menetapkan dirinya di hadapan musuh sebagai bukit tekad dan ketegasan, sehingga serangan musuh tidak dapat menggeserkannya, dan harus tnenyerang musuh dengan gigi terkatup, sebagaimana ia katakan di tempat lain pula. Kemudian ia mengatakan, "Anakku, pinjamkanlah kepalamu kepada Allah, supaya Anda dapat mencapai kehidupan yang kekal sebagai ganti kehidupan ini, karena untuk barang yang dipinjamkan ada hak untuk mendapatkannya kembali. Oleh karena itu Anda harus berjuang dengan tidak mempedulikan nyawa Anda; bila tak demikian, apabila pikiran Anda melengket pada nyawa Anda, maka Anda ragu-ragu untuk maju ke pertarungan maut; dan itu akan mengatakan tentang reputasi keberanian Anda. Lihatlah, jangan biarkan langkah Anda goyah, karena musuh akan diberanikan oleh langkah yang goyah; langkah yang goyah menguatkan kaki musuh. Jadikan baris terakhir musuh sebagai tujuan Anda, sehingga musuh takut karena keluhuran niat Anda, dan Anda tidak akan merasa lapang dalam merobek mereka, dan gerakan mereka tidak boleh tersembunyi dari Anda. Lihatlah, jangan pedulikan keunggulan mereka dalam jumlah, supaya keberanian Anda tidak menurun." Kalimat ini dapat pula bcrarti bahwa janganlah Anda membuka mata lebar-lebar sampai disilaukan oleh senjata-senjata yang mengkilat, dan musuh mungkin melakukan scrangan dengan mengambil keuntungan dari keadaan itu. Juga ingatlah sclalu bahwa kemenangan adalah dari Allah. "Apabila Allah menolong maka tiada seorang pun dapat mengalahkan Anda." Dari itu, ketimbang mengandalkan sarana material, carilah dukungan dan bantuan-Nya."
Jiku Allah menolong kamu, maka tak ada orang vang dapat mengalahkanmu.... (QS. 3:160)
KHOTBAH 12 Ketika Allah memberikannya kemenangan terhadap musuh pada Perang Jamal, salah seorang sahabatnya berkata pada kesernpatan itu bahwa apabila saudaranya hadir maka ia akan melihat keberhasilan dan kemenangan apa yang telah Allah berikan. Atasnya Amirul Mukminin a.s. berkata, "Apakah saudara Anda menganggap saya sahabat?" la berkata, "Ya." Dan Amirul Mukminin berkata,
Dalam hal itu, ia bersama kami. Malah dalam tentara kita ini bahkan hadir juga orang-orang yang masih berada dalam sulbi lelaki dan rahim perempuan. Tak lama lagi waktu akan membawanya keluar dan keimanan akan menjadi kuat melalui mereka.[1] •
[1] Apabila seseorang kekurangan amal padahal ia mempunyai sarana dan perlengkapan, ini menunjukkan kelemahannya. Tetapi, bila ada halangan di jalan tindakan, atau hayatnya berakhir, sehingga tindakannya tidak sempurna, maka dalam hal itu Allah tidak mengabaikan ganjaran pahalanya, atas dasar bahwa amal itu dinilai dengan niat. Karena niatnya adalah untuk mclaksanakan tindakan itu, maka ia akan diganjari hingga ukuran tertentu.
Amal perbualan semata-mata, mungkin lidak ada ganjarannya, karcna amal dapat meliputi ria atau pura-pura, sedangkan niat tersembunyi pada kedalaman hati. Niat ia tak dapat berpura-pura. Niat baik akan tetap tinggal pada tingkatan yang sama dengan kejujuran, kebenaran, kesempurnaan, ketetapan di mana dia berada, walaupun mungkin tak ada amal, karena suatu halangan. Sekalipun tidak ada kesempatan untuk mewujudkan niat, namun ada hasrat dan gairah dalam hatinya, seseorang patut mendapatkan ganjaran atas dasar perasaan hati. Ini yang disinggung Amirul Mukminin dalam khotbah ini, yakni, "Apabila saudara Anda mencintai saya maka ia akan turut serta dalam ganjaran orang-orang yang mencapai syahadah dalam mendukung kami."
KHOTBAH 13 Mengutuk Penduduk Bashrah[1]
Anda (sebelum ini) adalah tentaranya seorang perempuan dan di bawah komando hewan berkaki empat. Bilamana ia menggerutu, Anda menyambut; dan bilamana ia terluka, Anda melarikan diri. Pribadi Anda rendah dan baiat Anda terputus. Keimanan Anda munafik. Air Anda air payau. Orang yang tinggal bersama Anda dimuati dosa, dan orang yang meninggalkan Anda mendapatkan rahmat Allah. Seakan-akan saya melihat mesjid Anda menonjol, menyerupai anjungan kapal, sedang Allah telah mengirim azab dari atas dan dari bawahnya dan setiap orang yang berada di atasnya tenggelam.[2]
Versi Lain
Demi Allah, kota Anda pastilah akan tenggelam sedemikian rupa sehingga seakan-akan saya melihat mesjidnya seperti bagian atas sebuah kapal atau seekor burung unta yang sedang duduk.
Versi Lain
Seperti dada seekor burung di laut dalam.
Versi Lain
Kota Anda adalah yang paling berbau busuk dari semua kota mengenai lempungnya, yang paling dekat ke air dan yang paling jauh dari langit. la mengandung sembilan dari sepuluh kejahatan. Orang yang memasukinya dikelilingi dengan dosa-dosanya, dan orang yang keluar darinya menikmati keampunan Allah. Nampak seakan-akan saya melihat air melanda tempat kediaman Anda ini hingga tak ada yang dapat dilihat darinya kecuali mesjid yang muncul sebagai dada seekor burung di laut dalam. •
[1] lbn Maitsam menulis bahwa ketika Perang Jamal berakhir maka pada hari ketiga, setelah Amirul Mukminin salat Subuh di mesjid pusat Bashrah, ia berdiri di sisi kanan mihrab sambil bersandar ke dinding dan menyampaikan khotbah ini, di mana ia menggambarkan rendahnya watak orang Bashrah serta kelicikan mereka, yakni bahwa mereka terbakar oleh hasutan orang lain tanpa pertimbangan mereka sendiri, dan menyerahkan pimpinannya kepada seorang perempuan yang melekat pada seekor unta. Mereka minggat setelah menyumpahkan baiat, dan mengambii karakter yang rendah dan watak yang buruk dengan mempraktikkan sikap bermuka dua. Dalam khotbah ini perempuan itu berarti 'A'isyah dan hewan berkaki empat itu unta (jamal) yang menurutnya peperangan ini dinamakan, Perang Jamal.
Asal peperangan itu adalah sebagai berikut. Semasa hidup 'Utsman, 'A'isyah biasa menentang khalifah itu, dan ia berangkat ke Makkah dengan meninggalkannya dalam keadaan terkepung; dengan demikian, ia mempunyai saham dalam pcmbunuhan khalifah itu—yang ekor-ekornya akan disebutkan di suatu tempat yang sesuai. Tetapi, ketika kembalinya dari Makkah ke Madinah ia mendengar dari 'Abdullah ibn Salamah bahwa, setelah wafatnya 'Utsman, telah dilakukan pembaiatan kepada Ali (sebagai Khalifah), ia tiba-tiba berteriak, "Bila baiat telah diberikan kepada Ali, semoga langit runtuh ke bumi. Biarkan aku kembali ke Makkah." la pun mcmutuskan untuk kembali ke Makkah dan mulai berkata, "Demi Allah, 'Utsman telah terbunuh tanpa daya. Tentulah aku akan membalaskan dendam atas darahnya." Ketika melihat perubahan besar ini, Abu Salamah berkata, "Apa yang Anda katakan sedangkan Anda sendiri biasa mengatakan, 'Bunuhlah si Na'tsal itu, ia telah menjadi kafir!" Atasnya la menjawab, "Bukan saja saya, tetapi semua orang biasa berkata demikian; tetapi tinggalkan hal-hal ini dan dengarkanlah apa yang sekarang saya katakan; itu lebih baik dan lebih patut diperhatikan. Adalah aneh bahwa mula-mula ia disuruh bertaubat, tetapi sebelum memberikan kesempatan padanya untuk berbuat demikian, ia telah dibunuh." Atasnya, Abu Salamah membacakan puisi berikut, ditujukan kepadanya.
Anda memulainya, dan kini Anda hendak mengubah dan membangkitkan badai angin dan hujan.
Anda memerintahkan pembunuhannya seraya mengatakan ia telah berbalik kafir.
Kami akui ia dibunuh tetapi atas perintah Anda, dan pembunuh ialah yang menyuruhkannya.
Namun bagaimanapun, langit tak akan runtuh menimpa kita, matahari dan bulan tak akan gerhana.
Sungguh orang telah mcmbaiat dia yang dapat mengusir musuh dengan kekuatan dan keagungan, yang tak membiarkan pedang mendekatinya dan yang mengorakkan buhul tali, yakni menundukkan musuh.
la selalu siap bertarung, dan si mukmin mustahil sama dengan si khianat.
Namun, kelika 'A'isyah sampai ke Makkah dengan semangat untuk membalas dendam, ia mulai membangkitkan rakyat untuk menuntut balas atas darah 'Utsman, dengan menyiarkan cerita-cerita bahwa khalifah ini telah dijadikan korban. Yang pertama-tama menyambut seruan ini ialah 'Abdullah ibn 'Amir Hadhrami, gubernur Makkah di zaman pemerintahan 'Utsman; dan bersamanya Marwan ibn Hakam, Sa'id ibn 'Ash dan orang-orang Bani Umayyah lainnya, bangkit mendukungnya. Sementara itu, Thalhah ibn 'Ubaidillah dan Zubair ibn 'Awwam sampai di Makkah dari Madinah. Dari Yaman Ya'la ibn Munabbih yang telah menjadi gubernur di sana di zaman Khalifah 'Utsman dan bekas Gubernur Bashrah 'Adbullah ibn 'Amir ibn Kuraiz juga tiba. Dengan bergabung mereka lalu mempersiapkan rencana. Pertempuran telah diputuskan, tetapi ada perbedaan pendapat tentang medannya. 'A'isyah menghendaki Madinah sebagai tempat pertempuran, tetapi sebagian menentang dan berpendapat bahwa sulit berurusan dengan orang Madinah; harus dipilih tempat lain sebagai medan. Akhirnya, setelah pembahasan panjang lebar, diputuskan untuk ke Bashrah, karena di sana tak akan kekurangan orang yang akan mendukung perjuangan itu. Akhirnya, dengan dukungan harta 'Abdullah ibn 'Amir yang melimpah ruah, dan tawaran enam ratus ribu dirham serta enam ratus ekor unta oleh Ya'la ibn Munabbih, mereka menyiapkan tentara yang terdiri dari tiga ribu orang, lalu berangkat ke Bashrah.
Ada suatu insiden kecil dalam perjalanan, yang hampir membatalkan 'A'isyah melanjutkan perjalanan. Di suatu tempat ia mendengar anjing menyalak, lalu ia mcnanyakan nama tempat itu pada pengendali unta. Jawabnya, Hau'ab. Ketika mendengar nama ini ia teringat peringatan Nabi ketika beliau mengatakan kepada para istri beliau, "Saya ingin tahu siapa di antara kalian yang akan disalaki anjing di Hau'ab." Maka ia menyadari bahwa ia sendirilah itu; ia menyuruh unta itu duduk, dengan menepuk-nepuknya, seraya mengatakan maksudnya untuk meninggalkan perjalanan itu. Tetapi gagasan para sekutunya mcmbebaskan mereka dari situasi itu. 'Abdullah ibn Zubair bcrsumpah unluk meyakinkannya bahwa tempal ilu bukan Hau'ab, Thalhah menyusulnya, dan uniuk lebih meyakinkannya, juga mengirimkan lima puluh orang untuk memberi kesaksian palsu atasnya. Menghadapi semua orang ini, apa yang dapat dilakukan seorang wanita. Akhirnya mereka berhasil, dan A'isyah melanjutkan perjalanannya dengan gairah yang sama.
Ketika tentara ini sampai di Bashrah, orang mula-mula tercengang melihat hewan tunggangan 'A'isyah. Jariah ibn Qudamah maju seraya berkata, "Wahai, Ummul Mu'minin, pembunuhan 'Utsman merupakan tragedi, tetapi yang lebih besar lagi ialah bahwa Anda telah keluar di atas unta terkutuk ini dan menghancurkan kehormatan dan kemuliaan Anda. Lebih baik Anda kembali." Tetapi, karena peristiwa Hau'ab tak dapat menghalanginya, dan perintah Al-Qur'an, "Dan hendaklah karnu tetap di rumahmu" (QS. 33:33) tak dapat mencegahnya, pengaruh apa yang dapat diberikan suara ini!
Ketika tentara ini berusaha memasuki kota, Gubernur Bashrah, 'Utsman ibn Hunaif, maju untuk menghentikan mereka. Kedua pihak berhadap-hadapan, menghunus pedang dan saling menebas. Ketika sejumlah orang telah tewas dari kedua pihak, 'A'isyah turun tangan dengan pengaruhnya dan kedua kelompok setuju bahwa, hingga tibanya Amirul Mukminin, pemerintahan yang ada boleh diteruskan, dan 'Utsman ibn Hunaif terus pada kedudukannya. Tetapi, baru dua hari kemudian, mereka melakukan serangan di malam hari terhadap 'Utsman ibn Hunaif, membunuh lima puluh orang yang tak bersalah, memukuli 'Utsman ibn Hunaif, menawan dan mengurungnya, mencabuti setiap rambut janggutnya. Kemudian mereka menyerang baitul mal dan menjarahinya, membunuh dua puluh orang di tempat itu juga, dan memancung lima puluh kepala orang yang telah mereka tawan. Sudah itu mereka membongkar gudang gandum, di mana seorang tua terkemuka di Bashrah, Hukaim ibn Jabalah, tak dapat lagi menahan sabar. Ketika sampai di sana bersama beberapa orangnya, ia berkata kepada 'Abdullah ibn Zubair, "Tinggalkan sebagian dari gandum ini untuk penduduk kota. Setelah semua ini, harus ada batas bagi kelaliman. Anda telah menyebarkan pembunuhan dan kerusakan di mana-mana dan mengurung 'Utsman ibn Hunaif. Demi Allah, hcntikan kegiatan-kegiatan penghancuran ini dan bebaskan 'Utsman ibn Hunaif. Tak adakah lagi rasa takut kepada Allah dalam hati kalian?" Ibn Zubair mengatakan, "Ini pemabalasan dendam atas nyawa 'Utsman." Hukaim ibn Jabalah menjawab, "Apakah orang-orang yang telah terbunuh itu pembunuh 'Utsman? Demi Allah, jika aku punya pendukung dan teman, tentulah aku akan membalaskan dendam atas darah muslimin yang telah Anda bunuh tanpa sebab ini." Ibn Zubair menjawab, "Kami tidak akan meninggalkan sedikit pun dari gandum ini, lidak pula 'Utsman ibn Hunaif dibebaskan." Akhirnya pertempuran pecah di antara kedua pihak. Tetapi, bagaimana bebcrapa orang ini akan mcnghadapi kekuatan yang demikian besar itu? Hasilnya, Hukaim ibn Zabalah, putranya Asyraf ibn Hukaim ibn Jabalah, saudara lelakinya Ri'l ibn Jabalah serta tujuh puluh orang anggota sukunya terbunuh. Singkatnya, pembunuhan dan penjarahan merajalela di mana-mana. Tak ada nyawa terjamin, tak ada jalan untuk menyelamatkan kehormatan atau hak milik scscorang.
Ketika Amirul Mukminin diberitahu tentang rombongan yang ke Bashrah itu, ia berangkat untuk menghentikannya, dengan suatu pasukan yang terdiri dari tujuh puluh orang yang telah turut serta dalam Perang Badr dan empal ratus orang dari para sahabat yang mendapat kehormatan hadir dalam Baiat Ridhwan. Ketika tiba di perhentian Dziqar, ia mengirim putranya Hasan a.s. dan 'Ammar ibn Yasir ke Kufah utnuk mengajak rakyatnya berperang. Sebagai hasilnya, walaupun ada rintangan dari Abu Musa al-Asy'ari, tujuh ribu prajurit dari sini bergabung dengan tentara Amirul Mukmmin. la menmggalkan tempai itu setelah mengatur tentara di bawah pimpman berbagai komandan.
Para saksi mata menyatakan, ketika pasukannya sampai ke dekat Bashrah, pertama-tama suatu kontingen kaum Anshar muncul di barisan paling depan; panjinya dipegang oleh Abu Ayyub al-Anshari. Sesudahnya muncul kontingen seribu orang dengan komandan Khuzaimah ibn Tsabil al-Anshari. Kemudian nampak suatu kontingen lain, panji dipegang Qatadah ibn ar-Rabi'. Lalu rombongan seribu orang tua dan muda kelihatan. Di dahi mereka tampak tanda-tanda sujud dan wajah takwa kepada Allah di mukanya, seakan-akan mereka sedang berdiri di hadapan Kemuliaan Ilahi pada Hari Pengadilan. Komandan mcreka menunggang kuda warna gelap, berpakaian putih, berserban hitam dan sedang membaca Al-Qur'an dengan suara keras. Itulah 'Ammar ibn Yasir. Kemudian satu kontingen lain muncul. Pemimpinnya memakai pakaian putih dan berserban hitam. la begitu gagah sehingga semua mata terpusat kepadanya. Ini 'Abdullah ibn 'Abbas. Lalu menyusul suatu kontingen para sahabat Nabi. Pembawa panjinya adalah Qutsam ibn 'Abbas. Kemudian, setelah lewatnya beberapa kontingen, nampak serombongan besar, di mana terdapat sejumlah besar tombak yang menonjol dan bendera-bendera berbagai warna berkibar. Di antaranya, suatu panji yang besar dan megah kelihatan dalam posisi istimewa. Di belakangnya nampak seorang penunggang kuda yang dikawal keanggunan dan keluhuran. Saraf-sarafnya berkembang dengan baik, matanya menunduk. Keanggunan dan kemuliaannya sedemikian rupa sehingga tidak ada orang yang akan menatap mukanya. Inilah singa Allah yang selalu jaya, Ali ibn Abi Thalib a.s. Di kanan dan kirinya Hasan dan Husain a.s. Di depannya Muhammad ibn Hanaiiah bcrjalan dengan langkah-langkah perlahan, membawa panji kejayaan dan kemuliaan, dan di belakangnya orang-orang muda Bani Hasyim, orang Badar, dan 'Abdullah ibn Ja'far ibn Abi Thalib. Kelika tentara itu sampai ke tempat yang bernama Zawiah, Amirul Mukminin turun dari kudanya. Setelah mendirikan salat empat rakaat, ia meletakkan pipinya ke bumi. Ketika ia mengangkat kepalanya, bumi itu basah dengan air mata. Lalu ia mengucapkan kata-kata,
"Wahai Pemelihara bumi, langit dan alam semcsta; ini Bashrah. Penuhilah haribaan kami dengan kebaikannya dan lindungilah kiranya kami dari kejahatannya."
Kemudian ia maju. Di medan pertempuran Jamal di mana musuh tclah berkemah, ia turun. Pertama-tama Amirul Mukminin memaklumkan kepada tentaranya bahwa tiada seorang pun boleh menyerang, tak boleh memulai serangan. Dengan mengatakan ini ia maju ke depan tentara lawan dan mcngatakan kepada Thalhah dan Zubair, "Anda tanyakankah kepada 'A'isyah dengan bersumpah atas nama AHah dan Nabi-Nya, apakah saya tidak bebas dari darah 'Utsman dan apakah saya menggunakan kata-kata yang sama baginya yang biasa Anda gunakan, dan apakah saya menekan Anda unluk membaiat atau Anda mcnyampaikan baiat Anda itu atas kehendak bebas Anda sendiri." Thalhah menjadi jengkel atas kata-kata ini, tetapi Zubair melunak dan Amirul Mukminin berpaling setelah itu, dan memberikan Al-Qur'an kepada Muslim (seorang muda dari suku 'Abd Qais) seraya mengutusnya kepada mereka untuk memaklumkan keputusan Al-Qur'an. Tetapi, keduanya dijadikan sasaran panah, dan orang saleh ini dipenuhi panah mereka. Kemudian 'Ammar ibn Yasir maju untuk mcnasihati mcreka, berusaha mcyakinkan dan mengingatkan mereka akan akibat-akibat peperangan, tetapi kata-katanya pun dijawab dengan panah.
Hingga saat ini Amirul Mukminin tidak mengizinkan menyerang, sehingga musuh semakin berani dan terus menghujankan anak panah. Akhirnya, dengan gugurnya beberapa pejuang yang berani, timbul kecemasan di kalangan barisan Amirul Mukminin, dan orang datang dengan beberapa mayat ke depannya seraya mengatakan, "Wahai, Amirul Mukminin, Anda tidak mengizinkan kami berperang sementara mereka menghujani kami dengan panah. Berapa lama kami dapat mem-biarkan mereka menjadikan kami korban panah dan tinggal berpangku tangan atas pcrbuatan mereka yang semena-mena?"
Atasnya, Amirul Mukminin ada menunjukkan kamarahan, tetapi ia bertindak dengan sabar dan menahan diri. la datang kepada musuh tanpa senjata dan tanpa baju zirah, seraya berseru, "Di mana Zubair?" Mula-mula Zubair ragu untuk maju, tetapi ketika melihat Amirul Mukminin tidak bersejata, ia keluar. Amirul Mukminin berkata kepadanya. "Wahai, Zubair, tentu Anda ingat bahwa pada suatu hari Nabi mengatakan kepada Anda bahwa Anda akan berperang dengan saya, dan kesalahan dan pelanggaran batas ada di pihak Anda." Zubair menjawab bahwa memang beliau telah berkata demikian. Kemudian Amirul Mukminin menanyakan, "Maka, mengapa Anda datang?" la mengatakan bahwa ia telah melupakannya dan apabila ia mengingatnya lebih dini ia tidak akan datang seperti itu. Amirul Mukminin berkata, "Nah, sekarang Anda telah mengingatnya." Lalu ia menjawab, "Ya." Setelah mengatakan ini Zubair langsung pergi kepada 'A'isyah seraya mengatakan kepadanya bahwa ia akan pulang. 'A'isyah menanyakan sebabnya dan ia mengatakan, "Ali telah mengingatkan kepada saya suatu hal yang terlupakan. Saya tersesat, tetapi sekarang saya telah datang kepada jalan yang benar, dan bagaimanapun saya tidak akan berperang melawan 'Ali ibn Abi Thalib." 'A'isyah berkata, "Engkau telah ketakutan kepada pedang putra-putra 'Abdul Muththalib." la mengatakan, "Tidak," dan dengan mengatakan ini ia memalingkan kudanya. Bagaimanapun, adalah menyenangkan bahwa kata-kata Nabi telah mendapat perhatian. Karena di Hau'ab, bahkan ingatan kepada kata-kata Nabi hanya diperhatikan sekilas.
Ketika kembali sctelah percakapan itu, Amirul Mukminin melihat bahwa mereka telah menyerang sayap kiri dan kanan tentaranya. Melihat ini, Amirul Mukminin mengatakan, "Sekarang pembicaraan telah habis. Panggil anak saya Muhammad." Ketika ia datang, Amirul Mukminin berkata, "Putraku, seranglah mereka sekarang." Muhammad menundukkan kepala dan seraya mengambil panji ia maju ke medan pertempuran. Tetapi, anak panah sedang turun dengan derasnya sehingga ia terpaksa berhenti. Ketika Amirul Mukminin melihat ini, ia berseru kepadanya, "Muhammad, mengapa engkau tidak maju?" la menjawab, "Ayah, dalam curahan panah ini tak ada jalan untuk maju. Tunggu sampai curahan panah mereda." la berkata, "Tidak, mendesaklah maju dalam panah dan tombak, dan seranglah." Muhammad ibn Hanafiah maju sedikit, tetapi para pemanah mengepungnya demikian rupa sehingga ia harus menahan langkahnya. Ketika melihat ini suatu kerutan muncul di dahi Amirul Mukminin, dan sambil maju, ia menyentuh punggung Muhammad dengan gagang pedang seraya mengatakan, "Ini akibat nadi ibumu." Dengan mengatakan ini ia mengambil panji dari tangannya, dan sambil menggulung lengan bajunya, ia menyerang demikian sengit sehingga kekacauan timbul di barisan musuh dari ujung ke ujung. Setiap barisan yang dihadapinya porak poranda, ke arah mana saja ia mengarahkan dirinya, tubuh-tubuh nampak berjatuhan dan kepala bergelinding di tapak kuda. Setelah memorakmorandakan barisan-barisan itu, ia kembali ke posisinya semula, lalu berkata kepada Muhammad ibn Hanafiah, "Lihatlah, putraku, pertempuran dilakukan seperti itu." Dengan mengatakan ini ia memberikan panji itu kepadanya dan menyuruh maju kapada musuh dengan satu kontingen Anshar. Musuh juga keluar bergerak dan menimang tombak mereka. Tetapi putra dari ayah yang gagah berani ini tnengacaukan barisan musuh sementara para pejuang lain juga berjaya di medan tempur itu, dengan meninggalkan tumpukan kepala dan tubuh.
Di pihak lawan juga ada nampak semangat dan pengorbanan. Mayat-mayat jatuh saling menindih, tetapi mereka terus berkorban nyawa dengan setia di sckitar unta yang ditunggangi 'A'isyah. Terutama Bani Dhabbah. Walaupun tangan mereka yang memegang kendali unta terputus dari siku, dan dada tertusuk, mereka terus mcnyanyikan nyanyian perang bcrikut ini:
Bagi kami maut lebih manis dari madu
Kami Bani Dhabbah, pemelihara unta
Kami putra maut bila maut tiba
Kami memaklumkan kematian 'Utsman dengan ujung tombak
Kembalikan pemimpin kami Maka berakhirlah itu
Karakler yang rendah dan kejahilan Bani Dhabbah ini dapat dipahami dari satu insiden yang diriwayatkan Mada'ini. la menulis bahwa di Bashrah ada seorang lelaki dengan telinga yang rusak. Ketika ditanyakan scbabnya, ia berkata,
"Saya sedang melihat tubuh-tubuh mati di medan tempur Jamal ketika saya melihat seorang lclaki yang cidera yang kadang-kadang mengangkat kepalanya dan kadang-kadang mcnjatuhkannya kembali ke tanah. Saya mendekat. Lalu, kedua bait berikut ini keluar dari bibirnya:
Ibu kami mendorong kami ke perairan maut yang dalam
Dan tidak kembali sebelum kami minum dengan sempurna
Sial kami manaati Bani Taim
Yang tak lain dari budak lelaki dan perempuan
Saya katakan kepadanya bahwa itu bukan saat membaca syair; seharusnya ia mengingat Allah dan mengucapkan kalimah syahadat. Ketika saya mengatakan ini, ia melihat saya dengan pandangan marah dan mengucapkan cercaan yang keras seraya mengatakan, 'Engkau meminta saya mengucapkan syahadat, ketakutan pada saat terakhir dan menunjukkan kecemasan.' Saya tercengang mendengar ini dan memutuskan untuk kembali tanpa mengatakan apa-apa lagi. Ketika ia melihat saya sedang berbalik, ia berkata, 'Tunggu! Demi engkau, saya bersedia mengucapkannya, tetapi ajari saya!' Ketika saya mendekat untuk mengajarinya kalimah, ia meminta saya lebih mendekat. Ketika saya lebih dekat, ia menggigit kuping saya dan tidak melepaskannya hingga ia menyobeknya dari akarnya. Saya tidak merasa pantas untuk menganiaya orang yang sedang menhadapi ajalnya, dan ketika saya akan kembali dengan mencerca dan mengutuknya, ia meminta kepada saya untuk mendengarkan satu hal lagi. Saya setuju, kalau-kalau ia mempunyai keinginan yang tak dipenuhi. la mengatakan bahwa ketika saya akan kembali kepada ibu saya dan ia bertanya siapa yang telah menggigit kuping saya, saya harus mengatakan bahwa itu dilakukan oleh 'Umair ibn Ahlab ad-Dhabbi yang telah tertipu oleh seorang wanita yang ingin menjadi komandan kaum mukmin.
Ketika kilauan sinar pedang berakhir, ribuan orang tewas, ratusan Bani Azd dan Banl Dhabbah tewas karena memegang kendali unta itu. Amirul Mukminin memerintahkan, "Bunuhlah unta itu, karena ia setan." Seraya mengatakan ini ia menyerang demikian kerasnya sehingga jeritan "Damai!" dan "Perlindungan!" muncul dari mana-mana. Ketika ia sampai ke dekat unta itu, ia memerintahkan Bujair ibn Duljah supaya segera membunuh unta itu. Bujair menyerangnya dengan sangat dahsyat, sehingga unta itu jatuh sekarat. Bcgitu unta itu jatuh, tentara lawan mclarikan diri dan tandu yang memuat 'A'isyah tertinggal sendiri tanpa pengawal. Para sahabat Amirul Mukminin membenahi tandu itu dan, atas perintah Amirul Mukminin. Muhammad ibn Abu Bakar mengawal 'A'isyah ke rumah Shafiah binti Harits.
Pertempuran ini dimulai 10 Jumadil Akhir 36 H. di siang hari dan berakhir di sore hari itu juga. Dari 22.000 tentara Amirul Mukminin, 1.070—menurut suatu versi lain 500—orang gugur sebagai syuhada'; sedang dari tentara 'A'isyah yang berjumlah 30.000, tewas 17.000, dan ucapan Nabi, "Kaum yang menyerahkan urusan (negara)-nya kepada wanita, tak akan makmur," sesuai sepenuhnya. (Al-Imarnah wa as-Siyasah; Al-'Iqd al-Fand; at-Tdrikh ath Thabari)
[2] Ibn Abil Hadtd menulis bahwa, sebagaimana diramalkan Amirul Mukminin, Bashrah dua kali dilanda banjir—sekali di masa al-Qadir Billah dan sekali dalam pemerintahan al-Qa'irn ibn Amrillah, dan keadaan banjir begitu dahsyat sehingga seluruh kota terendam dalam air, tetapi ujung puncak mesjid muncul di atas permukaan air sebagai seekor burung yang duduk di sisi dadanya.
5
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 14 Ini juga dalam mengutuk penduduk Bashrah
Bumi Anda dekat ke laut dan jauh dari langit. Akal Anda telah menjadi ringan dan pikiran Anda konyol. Anda menjadi sasaran panah, suapan untuk pemakan dan mangsa bagi pemburu. •
KHOTBAH 15 Setelah mengambil kembali hadiah-hadiah tanah yang diberikan 'Utsman, ia berkata:
Demi Allah, sekalipun misalnya saya mendapatkan bahwa dengan uang (yang dikorupsi dari Baitul Mal) itu perempuan-perempuan telah dikawinkan, atau budak-budak perempuan telah dibeli (dan dibebaskan), saya akan mengambilnya kembali, karena luaslah lapangan dalam pelaksanaan keadilan, dan orang yang merasa sulit untuk bertindak adil akan lebih sulit lagi mengurusi ketidakadilan. •
KHOTBAH 16 Diucapkan saat pembaiatan kepadanya di Makkah
Tanggung jawab atas apa yang saya katakan terjamin, dan saya bertanggung jawab untuk itu. Orang yang telah melihat dengan jelas hukuman-hukuman percontohan (yang diberikan Allah kepada kaum-kaum) di masa lalu, dicegah oleh takwa untuk jatuh ke dalam keragu-raguan. Hendaklah Anda ketahui bahwa kesukaran-kesukaran yang menimpa Anda sama dengan yang terjadi ketika Nabi SAWW mula-mula diutus. Demi Allah yang mengutus Nabi dengan iman dan kebenaran, Anda akan dijungkirkan dengan keras, digoncang dengan pahitnya seperti dalam menampi, dan diaduk sepenuhnya seperti dengan mengayok dalam belanga, sehingga orang-orang Anda yang rendah menjadi tinggi dan yang tinggi menjadi rendah, yang di belakang akan sampai ke depan dan yang di depan akan menjadi terbelakang. Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan, dan saya telah di-beritahu tentang peristiwa ini dan tentang waktu ini. Berhati-hatilah, dosa adalah seperti kuda binal yang di punggungnya penunggangnya telah ditempatkan dan kekangnya telah dilepaskan, sehingga mereka akan melonjat dengan tunggangannya ke dalam neraka, sementara takwa adalah seperti kuda-kuda yang terlatih yang di punnggungnya para penunggung di-tempatkan dengan kendali di tangannya sehingga mereka akan membawa penunggangnya ke surga. Ada kebenaran dan kebatilan, dan ada para pengikut untuk masing-masingnya. Apabila kebatilan yang mendominasi, hal itu telah terjadi di masa lalu; dan apabila kebenaran menurun, itu pun telah terjadi. Kadang terjadi bahwa sesuatu yang berlamban-lamban di belakang menjadi terkemuka, "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. " (QS. 29:43)
Sayid Radhi mencatat: Dalam pembicaraan kecil ini, ada lebih banyak keindahan daripada yang dapat dinilai, dan besarnya ketakjuban yang ditimbulkan olehnya lebih daripada penilaian yang diberikan kepadanya. Walaupun telah saya nyatakan, ini mengandung banyak aspek kefasihan tak dapat diungkapkan, tak ada orang yang menjangkau kedalamannya, dan tak ada orang yang dapat memahami apa yang akan saya katakan, kecuali apabila ia telah mencapai seni ini dan mengenal detail-detailnya. "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. 29:43)
Dari Khotbah yang Sama
Orang yang memandang surga dan neraka, tidak mempunyai tujuan lain. Orang yang berusaha dan bertindak dengan cepat, berhasil, sedang pencari yang lamban dapat pula menaruh harapan; dan orang yang kekurangan amal menghadapi kehancuran di neraka. Di kanan dan kiri ada jalan-jalan yang menyesatkan. Hanya jalan tengah yang merupakan jalan yang benar. Pada jalan ini ada Kitab Abadi dan sunah Nabi SAWW. Darinya sunah tersebar dan kepadanyalah tempat kembali.
Orang yang mengaku (sebaliknya) runtuh, dan orang yang mengada-adakan kebatilan akan kecewa. Orang yang melawan kebenaran dengan wajahnya akan beroleh kehancuran.[i] Cukuplah kejahilan bagi orang yang tidak mengenal dirinya. Orang yang berakar kuat dalam takwa tidak binasa,[ii] dan perkebunan suatu kaum yang berdasarkan takwa tidak akan kehabisan air. Sembunyikanlah diri Anda dalam rumah Anda dan perbaikilah diri Anda. Taubat ada di belakang Anda. Orang hanya harus memuji Allah dan menyalahkan dirinya sendiri. •
[i] Dalam beberapa versi, kata-kata man abda shafhatahu lil haqqi halaku" (barangsiapa menentang hak dengan wajahnya maka celakalah ia) disusul kata-kata: "'inda jahalatin-nas". Dalam hal ini arti kalimat itu menjadi "orang tegak yang menghadapi kebenaran, mati dalam penilaian orang yang jahil".
[ii] Takwa adalah penamaan bagi hati dan jiwa yang dipengaruhi kebenaran Ilahi, sehingga jiwanya yang penuh takwa kepada Allah menambah ibadahnya kepada-Nya. Tidak mungkin hati akan penuh dengan takwa kepada Allah tanpa diterjemahkan ke dalam peribadatan dan amal saleh. Dan karena peribadatan dan penyerahan din memperbaiki hati dan membersihkan jiwa maka kebersihan hati bertambah dengan meningkatnya peribadatan. Itulah sebabnya maka takwa, dalam Al-Qur'an, kadang-kadang berarti takut, kadang-kadang berarti kebersihan hati dan jiwa. Dengan demikian firman Allah: "Wa iyyaya fattagun" (dan hanya kepada-Ku-lah karnu harus bertakwa, QS. 2:41), takwa berarti takut, sedang dalam ayat: "ittaqullah haqqa tugatihi" (Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya) (QS. 3:102), takwa berarti peribadatan dan ketaatan, dan dalam ayat Wa yakhsya-l?ha wa yattaghi fa ul?'ika humul-fa'izun (Dan barang-siapa yang taal kepada Allah dan bertakwa kepuda-Nya, maka mereka itu adalah orang-nrang vang mendapM kemenangan) (QS. 24:52), takwa berarti kejernihan jiwa dan kebersihan hati.
Dalam hadis-hadis, takwa dibagi atas tiga tingkat. Tingkat pertama, ialah bahwa seseorang harus menurut perintah-perintah dan menghindari larangan. Tingkat kedua adalah menuruti hal-hal yang sunah (dianjurkan) dan menghindari hal-hal yang makruh atau tidak disukai. Tingkat ketiga, seseorang harus juga menghindari hal-hal yang dibolehkan bila ragu. Tingkat pertama adalah untuk orang biasa, yang kedua bagi orang yang mulia dan yang ketiga bagi orang yang berkemuliaan tinggi.
Tidak ada dosa bagi orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan vang rnereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) berlakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuak kebajikan. (QS. 5:93)
Amirul Mukminm mengatakan bahwa hanya amal yang didasarkan pada takwa yang dapal bcrtahan dan bahwa amal akan berkembang serta berbuah bila diairi takwa, karena ibadat hanya bermakna bila dilakukan dengan penyerahan diri. Allah berfirman:
"Apakah orang-orang yung mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepadu Allah, dan keridaan(-Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yung mendirikan bangunannva di tepi jurang yang runtuh, lulu bangunannya itu jaluh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahanam?" (QS. 9:109)
Dengan kata lain, tiap kepercayaan yang tidak berdasarkan pengctahuan dan keyakinan adalah seperti bangunan yang didirikan tanpa fondasi, tak akan kokoh, sedang amal tanpa takwa, adalah seperti tanaman yang layu karena kekurangan air.
KHOTBAH 17 Tentang orang-orang yang metninta dispensasi keadilan di kalangan penduduk, tetapi tak pantas untuk itu
Di antara semua manusia, yang paling nista di hadapan Allah ada dua orang.[1] Yang satu ialah yang mengabdi pada hawa nafsunya. la menyimpang dari jalan Allah dan senang berbicara tentang bidah dan mengundang ke jalan salah. Karena itu ia merupakan gangguan bagi orang-orang yang terpikat padanya, ia sendiri tersesat dari petunjuk orang-orang yang mendahuluinya, menyesatkan orang-orang yang mengikutinya dalam hidupnya atau setelah matinya, membawa beratnya dosa-dosa orang lain dan terjaring dalam amal buruknya sendiri.
Yang lainnya adalah orang yang memungut kejahilan. la bergerak di kalangan orang jahil, tidak merasakan tebalnya bencana, dan buta akan maslahat kedamaian. Orang-orang yang menyerupai manusia menamakannya orang berilmu, tetapi tidaklah ia berilmu. la keluar di pagi dini untuk mengumpulkan hal-hal yang tidak adanya lebih baik ketimbang kelimpahannya, sampai saat ia telah memuaskan hausnya dari air tercemar dan mendapatkan hal-hal yang tak bermakna.
la duduk di antara manusia sebagai hakim yang bertanggung jawab atas segala yang membingungkan orang lain. Apabila suatu masalah yang bermakna ganda diajukan kepadanya, ia memberikan argumen-argumen gombal tentang itu menurut kehendaknya sendiri dan membuat keputusan berdasarkannya. Dengan demikian ia terjaring dalam bingungnya keraguan seperti dalam jaringan laba-laba, dengan tidak mengetahui apakah ia benar atau salah. Apabila ia benar ia takut kalau-kalau ia keliru, sedang apabila ia salah ia berharap bahwa ia benar. la jahil, mengembara dalam keadaan tersesat dalam kejahilan dan menunggang kendaraan tanpa tujuan sambil bergerak dalam kegelapan. la tidak berusaha untuk mendapatkan hakikat pengetahuan. la menyebarkan hadis-hadis seperti angin menebarkan daunan kering.
Demi Allah, ia tak mampu menyelesaikan masalah yang datang kepadanya dan tak patut untuk jabatan yang ditugaskan kepadanya. Apa saja yang tidak diketahuinya dipandangnya tak patut diketahui. la tak menyadari bahwa apa yang di luar jangkauannya berada dalam jangkauan orang lain. Apabila sesuatu tidak jelas padanya, ia berdiam diri atasnya, karena ia tahu akan ketidaktahuannya sendiri. Nyawa-nyawa yang melayang menangisi keputusan-keputusannya yang tak adil, dan harta (yang telah dibagikan) menggerutu terhadapnya.
Saya mengeluh kepada Allah tentang orang-orang yang hidup jahil dan mati tersesat. Bagi mereka tak ada yang lebih tak berharga daripada Al-Qur'an apabila ia dibaca sebagaimana mestinya, dan tak ada yang lebih berharga daripada Al-Qur'an apabila ayat-ayatnya dipindahkan dari tem-patnya; tak ada yang lebih keji daripada kebajikan dan tak ada yang lebih bajik daripada kemungkaran. •
[1] Amirul Mukminin menganggap dua golongan orang sebagai orang-orang yang paling dibenci Allah dan yang terburuk di antara manusia. Yang pertama adalah orang-orang yang salah jalan bahkan dalam ajaran-ajaran mendasar dan sibuk menyiarkan kemungkaran. Yang kedua, orang-orang yang meninggalkan Al-Qur'an dan sunah dan menetapkan keputusan melalui khayalan mereka. Mercka menciptakan lingkaran penganut dan mempopulerkan hukum keagamaan yang mercka ada-adakan sendiri. Kesesatan dan kesalahan dari orang-orang semacam itu tidak hanya terbatas pada diri mereka sendiri; benih kesesatan yang mereka taburkan berbuah dan tumbuh menjadi pohon besar yang memberikan tempat perlindungan kepada orang-orang sesat, dan kesesatan ini terus berlipat ganda. Dan karena justru orang-orang inilah sumber yang sesungguhnya maka beratnya dosa-dosa orang lain juga tertumpuk di pundak mereka scbagaimana dikatakan Al-Qur'an, "Dan sesungguhnya mereku akan mernikul beban (dosa) mereku, dan bebun-baban (dosa ang lain) di samping beban-beban mereka sendiri.... " (QS. 29:13)
KHOTBAH 18 Amirul Mukminin berkata dalam melecehkan perbedaan pendapat di kalangan ulama
Bilamana suatu masalah diajukan kepada seseorang di antara mereka,[i] ia menyampaikan penilaian atasnya dari khayalannya. Bilamana masalah yang tepat seperti itu diajukan kepada orang lain, ia menyampaikan keputusan yang berlawanan. Kemudian hakim-hakim ini pergi kepada kepala yang telah mengangkat mereka, dan ia mengukuhkan semua keputusan itu, walaupun Tuhan mereka Satu (dan sama), Nabi mereka satu (dan samaj, Kitab mereka (Al-Qur'an) satu (dan sama). Apakah karena Allah memerintahkan mereka untuk berbeda dan mereka menaati-Nya, ataukah la melarang mereka tetapi mereka melanggar-Nya? Atau (apakah) Allah mengirimkan agama yang tak sempurna dan meminta mereka menolong menyempurnakannya? Atau mereka mitra-Nya dalam urusan itu sehingga merupakan bagian kewajiban mereka untuk menetapkannya dan la harus menyetujuinya? Atau, apakah Allah Yang Mahasuci mengirimkan agama yang sempurna tetapi Nabi tak mampu menyampaikannya dan menyerahkannya (kepada manusia)? Nyatanya, Allah Yang Mahasuci berkata, "Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab" (QS. 6:38), dan mengatakan bahwa satu bagian Al-Qur'an membenarkan bagian yang lainnya, dan bahwa tak ada pertentangan di dalamnya, sebagaimana dikatakan-Nya, "Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. " (QS. 4:82)
Sesungguhnya bagian luar Al-Qur'an menakjubkan dan bagian dalamnya mendalam (makna-maknanya). Keajaiban-keajaibannya tak akan pernah lenyap, halnya yang menakjubkan tak akan pernah habis, dan kerumitan-kerumitannya tak dapat diterangkan kecuali melaluinya (Al-Qur'an) sendiri. •
[i] Ada perbedaan pendapat, di mana tak ada argumen yang jelas tentang suatu hal dalam hukum agama, apakah sesungguhnya ada perintah tentang itu atau tidak. Pandangan yang dianut Abul Hasan al-Asy'ari dan gurunya Abu Ali al-Jubba'i ialah bahwa dalam kasus semacam itu Allah tidak menetapkan suatu jalan tindakan tertentu, melainkan la memberikan tugas untuk menemukannya dan menetapkan suatu keputusan (fatwa) kepada para ahli hukum, sehingga apa saja yang mereka pandang haram akan ditentukan sebagai haram dan apa saja yang mereka anggap halal akan dihalalkan. Dan apabila seseorang mempunyai satu pandangan dan yang lainnya mempunyai pandangan lain maka akan ada keputusan sebanyak pandangan yang ada, dan masing-masing darinya akan merupakan yang final. Misalnya, apabila seorang ulama berpendapat bahwa tape gandum haram dan pandangan ahli hukum lain menganggapnya halal, maka sesungguhnya itu haram dan sekaligus halal. Ini berarti bahwa bagi seseorang yang menganggapnya haram, penggunaannya akan haram, sedang bagi yang lain penggunaannya halal. Tentang hal (teori ketepatan) ini, Muhammad ibn 'Abdil Karim asy-Syahristani menulis:
"Sekelompok teoritisi berpendapat bahwa dalam urusan-urusan di mana ijtihad diterapkan, tak ada pandangan yang tertentu tentang boleh atau tidaknya, dan yang dihalalkan serta yang diharamkan darinya, melainkan apa saja yang dipegangi mujtahid adalah perintah Allah, karena penegasan pandangan Allah tergantung pada keputusan mujtahid. Apabila tidak demikian maka tak akan ada keputusan sema sekali. Dan menurut pandangan ini, setiap mujtahid benar dalam pandangannya. (al-Milal wa an-Nihal, h. 98)
Dalam hal ini si mujtahid dianggap kebal dari kesalahan, karena suatu kesalahan dapat dianggap terjadi bilamana suatu langkah yang diambil bertentangan dengan realitas; tetapi, di mana tidak ada realitas keputusan, kesalahan tak akan ada maknanya. Selain ini, si mujtahid dapat dipandang sebagai bebas dari kesalahan apabila dipandang bahwa Allah, yang menyadari akan segala pandangan yang nampaknya mungkin akan diambil, telah menetapkan ketentuan final sebanyak itu yang sebagai akibatnya setiap pandangan yang bertalian dengan suatu ketetapan semacam itu, atau bahwa Allah telah menjamin bahwa pandangan-pandangan yang diambil oleh mutjahid tidak akan melewati apa yang telah ditetapkan-Nya, atau bahwa secara kebetulan pandangan setiap orang dari mereka, pada kesudahannya, berhubungan dengan suatu ketentuan yang telah ditetapkan.
Namun, mazhab Imamiah mempunyai teori lain, yakni bahwa Allah tidak memberikan hak kepada siapa pun untuk menetapkan hukum, tidak pula membawahkan suatu urusan kepada pandangan si mujtahid, juga tidak berpendapat bahwa, dalam hal perbedaan pendapat, la telah menetapkan banyak ketetapan yang sesungguhnya. Tentu saja, apabila si mujtahid tak dapat sampai pada suatu ketetapan yang riil maka pandangan yang diambilnya setelah penelitian dan penyelidikan, cukup baginya dan para pengikutnya untuk berbuat sesuai dengan itu. Perintah semacam itu adalah perintah yang terlihat, yang merupakan suatu substitusi bagi perintah yang sesungguhnya, karena ia berusaha sedapat-dapatnya untuk menyelami lautan dalam dan meneliti dasarnya, tetapi ketimbang muatiara ia hanya mendapatkan kerang. la tidak mengatakan bahwa para pelaksana harus menerimanya sebagai mutiara atau harus dihargai sebagai mutiara. Adalah urusan lain bila Allah yang memperhatikan usaha-usaha itu menghargainya separuh dari itu sehingga usaha itu tidak menjadi sia-sia dan semangatnya tidak padam.
Apabila teori ketetapan diambil, maka setiap keputusan (fatwa) tentang hukum dan setiap pandangan harus dianggap benar seperti telah dituliskan MaibudzT dalam Faw?tih,
Dalam hal ini pandangan yang diambil oleh al-Asy'ari benar. Dari itu, pendapat-pendapat yang berlainan harus semuanya benar. Hati-hatilah, jangan berpendapat buruk tentang para faqih, dan jangan membuka lidah Anda untuk menyalahkan mereka.
Bilamana teori-teori yang saling bertentangan dan berselisih dianggap bernar, adalah aneh mengapa perbuatan beberapa orang individu yang mencolok di-terangkan sebagai kekeliruan keputusan, karena kekeliruan keputusan oleh si mujtahid sama sekali tak dapat dibayangkan. Apabila teori ketepatan itu benar maka tindakan Mu'awiah dan 'A'isyah harus dianggap benar; tetapi, apabila perbuatan mereka dapat dipandang salah maka kita harus sepakat bahwa ijtihad pun dapat salah, dan bahwa teori ketepatan adalah salah. Maka masih harus diputuskan dalam konteksnya sendiri apakah ciri kewanitaan tidak mengganggu keputusan 'A'isyah, atau apakah itu adalah temuan (yang salah) dari Mu'awiah atau sesuatu yang lain. Bagaimanapun, teori ketepatan ini dikemukakan untuk menutupi kesalahan-kesalahan dan memberikan padanya jubah ketetapan Allah, supaya tidak akan ada halangan untuk mencapai tujuan-tujuan dan tidak pula seseorang akan mampu berbicara menentang setiap kebatilan.
Dalam khotbah ini Amirul Mukminin mengacu kepada orang-orang yang menyeleweng dari jalan Allah, yang dengan menutup mata dari cahaya, meraba-raba dalam kegelapan khayalan, membuat agama menjadi korban pandangan dan pen-dapat mereka, memaklumkan pendapat-pendapat baru mereka, mengeluarkan keputusan-keputusan dengan khayalan mereka sendiri, dan menimbulkan akibat-akibat yang menyesatkan. Atas dasar teori ketepatan, mereka memandang semua keputusan yang menyeleweng dan saling bertentangan ini sebagai dari Allah, seakan-akan masing-masing dari ketentuan mereka mewakili wahyu Ilahi sehingga ketetapan mereka tak mungkin salah dan mustahil mereka tersandung.
Maka Amirul Mukminin menyalahkan pandangan ini dengan mengatakan bahwa:
(1) Bilamana Allah Esa, Kitab (Al-Qur'an) satu, dan Nabi satu dan sama, maka agama (yang diikuti) harus satu pula. Dan bila agama satu, betapa mungkin ada ketetapan yang saling selisih tentang suatu urusan, karena hanya mungkin ada perbedaan dalam suatu keputusan bila si penetap keputusan itu telah melupakannya, atau lalai, atau tidak sadar, atau ia dengan sengaja berhasrat terlibat dalam kemelut itu, padahal Allah dan Nabi-Nya suci dari semua itu. Oleh karena itu maka perbedaan-perbedaan itu tak dapat diatributkan pada Allah dan Rasul-Nya, melainkan hasil pemikiran dan pendapat-pendapat orang yang cenderung untuk membengkokkan gari-garis agama dengan perbuatan-perbuatan khayali mereka.
(2)Apakah Allah melarang penyelewengan-penyelewengan ini atau memerintahkannya. Apabila la telah memerintahkannya, di mana perintah itu? Tentang hal larangannya, Al-Qur'an mengatakan:
"... Katakanlah, 'ApakahAllah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakannya saja terhadap Allah?'" (QS. 10:59)
Yakni, segala sesuatu yang tak sesuai dengan perintah Ilahi adalah buat-buatan, yang dilarang dan diharamkan. Bagi para pengada-ada, di akhirat, tak akan ada keberuntungan atau keberhasilan, tidak pula kemakmuran dan kebaikan. Firman Allah,
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengadakan ke-bohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. 16:116)
(3) Sekiranya Allah telah meninggalkan agama sebelum sempurna, setengah jalan, karena la menginginkan supaya manusia membantu-Nya dalam menyempuraakan tatanan agama dan turut beserta-Nya dalam tugas penepatan hukum, maka kepercayaan ini jelas syirik. Apabila la mengirimkan agama-Nya dalam bentuk sempurna, tentulah Nabi telah gagal menyampaikannya sehingga ruangan itu ditinggalkan kepada orang lain untuk menerapkan khayalan dan pendapat. Ini, semoga dijaukan Allah, akan berarti kelemahan Nabi dan kekeliruan pilihan Allah.
(4) Allah telah mengatakan dalam Al-Qur'an bahwa la tidak meninggalkan apa pun dalam Kitab itu dan telah menjelaskan semua dan setiap urusan. Sekarang, apabila suatu ketetapan diukir berlentangan dengan Al-Qur'an maka itu di luar tatanan keagamaan, dan dasarnya tidak bertumpu pada pengetahuan dan persepsi, atau Al-Qur'an dan sunah. tetapi merupakan pendapat dan penilaian pribadi seseorang, yang tak dapat disarnakan dengan agama dan keimanan.
(5)Al-Qur'an adalah basis dan sumber agama, dan sumber hukum syariat. Apabila hukum syariat bcrbeda-beda maka akan ada pcrbcdaan pada sumbernya; dan apabila ada perbedaannya maka la tak dapat dianggap sebagai sabda Ilahi. Bilamana iiu sabda Ilahi, hukum syariat tak mungkin berbeda-beda; tak mungkin menerima semua keputusan yang berbeda-beda dan saling bertentangan, yang benar dan khayali. dan menganggapnya sebagai ketelapan Al-Qur'an.
KHOTBAH 19 Amirul Mukminin sedang menyampaikan ceramah di mimbar ketika Asy'ats ibn Qais[i] menyatakan keberatan seraya berkata, "Hai Amirul Mukminin, hal ini tidak bagi Anda melainkan terhadap Anda."[ii] Amirul Mukminin melihat kepadanya seraya berkata:
Bagaimana Anda mengetahui apa yang bagi saya dan apa yang terhadap saya? Kutukan Allah dan yang lain-lainnya atas Anda. Anda penenun dan anak dari penenun. Anda anak seorang kafir dan Anda sendiri seorang munafik. Anda pernah ditawan oleh kaum kafir dan sekali oleh kaum Muslim, tetapi kekayaan dan asal-usul Anda tak dapat menyelamatkan Anda dari keduanya. Orang yang berusaha agar kaumnya menjadi umpan pedang, dan mengundang maut dan kehancuran bagi mereka, pantas dibenci kerabat dekat, dan kerabat yang jauh tidak akan mempercayainya.
Sayid Radhi mencatatbahwa orang ini pernah ditawan ketika dia masih kafir dan juga ketika dia sudah masuk Islam. Tentang kata-kata Amirul Mukminin bahwa orang itu menjerumuskan kaumnya sendiri untuk dipancung, itu berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada Asy'ats ibn Qais dalam pertarungan dengan Khalid ibn Watid di Yamamah, di mana ia menipu kaumnya dan membuat siasat licik sampai Khalid menyerang mereka. Setelah kejadian itu kaumnya menjulukinya Urfun-Na?r dalam dialek mereka berarti pengkhianat. •
[i] Nama aslinya Ma'di Karib, laqab-nya Abu Muhammad. Tetapi, karena rambutnya yang acak-acakan, ia lebih dikenal sebagai al-Asy'ats (si rambut acak). Setelah pengutusan Nabi, ketika ia ke Makkah bersama sukunya, Nabi meng-undang dia dan sukunya untuk menerima Islam. Namun, mereka semua berpaling tanpa seorang pun masuk Islam. Setelah Hijrah, ketika Islam telah mapan dan jaya, dan wakil-wakil mulai berdatangan ke Madinah dalam jumlah besar, ia pun datang menghadap Nabi bersama Bani Kindah, dan menerima Islam. Penulis Al-lsti'ab mengatakan bahwa setelah wafatnya Nabi, orang ini berpaling lagi jadi kafir; tetapi, di masa Khalifah Abu Bakar, ketika Abu Bakar ia dibawa kembali ke Madinah sebagai tawanan, ia menerima Islam lagi, walau kini pun Islamnya hanya pura-pura. Demikianlah, Syekh Muhammad 'Abduh menulis dalam syarahnya tentang Nahjul Balaghah,
"Sebagaimana 'Abdullah ibn 'Ubay ibn Salul adalah sahabat Nabi, al-Asy'ats adalah sahabat 'Ali, dan keduanya adalah orang munafik kelas tinggi."
la kehilangan sebelah matanya dalam perang Yarmuk. Ibn Qutaibah memasukkannya ke dalam daftar orang yang bermata satu. Saudara perempuan Abu Bakar, Umm Farwah binti Abi Quhafah, janda al-Azdi dan kemudian istri Tarrum ad-Darimi, kawin ketiga kalinya dengan al-Ays'ats ini. Tiga putra lahir darinya, yakni Muhammad, Isma'il dan Ishaq. Menurut buku-buku biografi, istrinya itu pun bermata satu. Ibn Abil Hadid mengutip pernyataan berikut ini dari Abul Faraj di mana orang ini nampak terlibat dalam pembunuhan Ali a.s.,
"Pada malam pembunuhan itu Ibn Muljam datang kepada Asy'ats ibn Qais dan keduanya menyendiri ke sudut mesjid lalu duduk di situ. Ketika Hujr ibn 'Adi lewat pada sisi itu ia mendengar Asy'ats berkata kepada Ibn Muljam, "Cepatlah sekarang, atau cahaya fajar akan menggaibkan Anda." Ketika men-dengar ini Hujr berkata kepada Asy'ats, "Hai Mata Satu, engkau bersiap-siap membunuh 'Ali," dan bersegera kepada 'Ali ibn Abi Thalib. Tetapi, Ibn Muljam telah mendahuluinya dan menyerang 'Ali dengan pedang. Ketika Hujr berpaling, orang berteriak, 'Ali telah dibunuh'."
Putrinyalah yang membunuh Imam Hasan a.s. dengan meracuninya. Mas'udi menulis bahwa,
"Istrinya (istri Hasan), Ja'dah binti Asy'ats, meracuninya sementara Mu'awiah bersekongkol dengannya bahwa apabila ia (Ja'dah) dapat meracuni Hasan, maka ia (Mu'awiah) akan membayarnya seratus ribu dirham dan akan mengawinkannya dengan putranya Yazid." (Muruj adz-Dzahab, jilid II, h. 450)
Putranya Muhammad ibn al-Asy'ats aktif dalam mencurangi Muslim ibn 'Aqil di Kufah dan dalam penumpahan darah Imam Husain di Karbala'. Namun, ia termasuk di antara perawi hadis dari Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan ibn Majah.
[ii] Setelah pertempuran Nahrawan, ketika Amirul Mukminin sedang berbicara di mesjid Kufah tentang akibat-akibat buruk "Arbitrasi" (Tahkim) di Shiffin, seorang laki-laki berdiri seraya berkata, "Wahai Amirul Mukminin, pertama Anda menentang kami mengenai Tahkim itu, tetapi kemudian Anda mengizinkannya. Kami tak dapat mengerti mana di antara kedua ini yang lebih benar dan patut." Ketika mendengar ini, Amirul Mukminin menepuk tangan seraya berkata, "Inilah ganjaran bagi orang yang melepaskan pandangan yang kukuh," yakni, inilah hasil perbuatan Anda sendiri karena Anda telah meninggalkan keteguhan dan kecermatan dan mendesakkan Tahkim." Tetapi, Asy'ats salah paham. la mengira Amirul Mukminin menyiratkan bahwa "kecemasan saya adalah karena menerima arbitrasi itu". Maka ia pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, ini tidak akan menguntungkan Anda, melainkan merugikan Anda sendiri." Atasnya Amirul Mukminin berkata dengan kasar,
"Apa yang Anda ketahui tentang yang akan saya katakan, dan apa yang kamu mengerti tentang apa yang menguntungkan saya atau merugikan saya? Engkau "penenun" (hayik) dan anak si "penenun" yang dibesarkan oleh orang-orang kafir dan seorang munafik. Kutuk Allah dan segala yang ada di dunia ini menimpamu."
Para pensyarah telah menulis beberapa sebab mengapa Amirul Mukminin menyebut Asy'ats si "penenun". Sebab yang pertama ialah karena ia dan ayahnya, sebagaimana kebanyakan penduduk di tempat kelahirannya, melakukan kerajinan menenun kain. Maka untuk mengacu kerendahan pekerjaannya ia disebut "penenun". Orang Yaman mempunyai mata pencarian lain pula, namun terutama profesi ini yang mereka lakukan. Dalam menggambarkan pekerjaan tnereka, Khalid ibn Shafwan telah menyebutkannya,
"Apa yang dapat saya katakan tentang suatu kaum yang di antara mereka hanya ada penenun, penyamak kulit, pemelihara dan penunggang keledai .... Tikus membanjiri mereka, dan seorang wanita memerintah mereka." (Al-Bayan wa at-Tabyin, I, h. 130)
Sebab yang kedua, "hiy?kah" berarti berjalan dengan miring ke kiri atau ke kanan. Karena kesombongan dan tipu daya, orang ini biasa berjalan sambil meng-hentakkan bahunya dan memiringkan badannya, maka ia disebut "h?yik".
Sebab yang ketiga—dan ini yang lebih nyata dan jelas—bahwa ia disebut "penenun" untuk menunjukkan ketololannya dan kerendahannya, karena setiap orang yang rendah dipribahasakan sebagai "penenun". Ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa ketololan mereka telah menjadi peribahasa, dan tak ada yang sampai mendapatkan status peribahasa tanpa ciri khas. Nah, Amirul Mukminin menggunakannya; tak perlu lagi argumen atau penalaran selanjutnya.
Sebab yang keempat adalah bahwa dengan ini dimaksud orang yang bersekongkol melawan Allah dan Nabi-Nya dan menyiapkan jaringan rekayasa, ciri khas penghianatan. Maka, dalam Was?'il asy-Syi'ah, XII, h. 101, dinyatakan,
"Disebutkan di hadapan Imam Ja'far ash-Shadiq a.s. bahwa si "penenun" terkutuk, ketika ia menerangkan bahwa "penenun" bermakna orang yang mengada-ada terhadap Allah dan Nabi."
Setelah kata "penenun", Amirul Mukminin menggunakan kata munafik, dan tak perlu penjelasan lagi untuk menekankan kedekatan artinya. Maka, atas basis kemunafikan dan penyembunyian kebenaran ini ia memaklumkannya sebagai patut mendapat kutukan Allah dan semua lainnya, karena Allah SWT bersabda,
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turun-kan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitdb, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat." (QS. 2:159)
Setelah Amirul Mukminin mengatakan bahwa "Engkau tak dapat mengelakkan keaiban sebagai tawanan ketika engkau kafir, tidak pula aib ini terbebas darimu setelah engkau menerima Islam, dan engkau tertawan." Waktu masih kafir, peristiwa tertawannya terjadi sebagai berikut. Ketika suku Bani Murad membunuh ayahnya, Qais, ia (Asy'ats) mengumpulkan para prajurit Banl Kindah dan membagi mereka dalam tiga kelompok. Satu kelompok ia pimpin sendiri, sedang yang lainnya ia serahkan kepada pimpinan Kabs ibn Hani' dan al-Qasy'am ibn Yazid al-Arqam, lalu berangkat untuk mengahadapi Bani Murad. Tetapi celakanya, ketimbang Bani Murad, ia menyerang Bani Harits ibn Ka'b. Akibatnya, Kabs ibn Hani' serta Qasy'am ibn Yazid tewas, dan Asy'ats tertawan hidup-hidup. Akhirnya ia dibebaskan dengan membayar tebusan tiga ribu unta. Dalam kata-kata Amirul Mukminin, "Kekayaan atau kelahiranmu tak dapat menyelamatkanmu dari kedua-duanya," acuan bukan kepada fidyah (uang pembebasan) yang sesungguhnya, karena sebenarnya ia telah dibebaskan dengan pembayaran uang tebusan; maksud-nya ialah bahwa kelimpahan kekayaan, kedudukan dan martabat dalam sukunya, tak dapat menyelamatkan dia dari aib, dan ia tak dapat melindungi dirinya dari tertawan.
Peristiwa tertawannya yang kedua ialah setelah wafatnya Nabi Muhammad (saw), ketika timbul pemberontakan di kawasan Hadhramaut. Untuk melawannya, Khalifah Abu Bakar menulis surat kepada gebernur di tempat itu, Ziyad ibn Labid al-Bayadi al-Anshari bahwa ia harus mendapatkan baiat dan menerima zakat dan sedekah dari rakyat. Keika Ziyad ibn Labid mendatangi suku Bani 'Amr ibn Mu'awiah untuk mengumpulkan zakat, ia sangat tertarik pada seekor unta betina milik Syaithan ibn Hujr yang amat bagus dan besar. la melompat ke atas punggungnya dan mengambilnya. Syaithan ibn Hujr tidak mau melepaskannya dan mengatakan kepadanya untuk mengambil unta lainnya sebagai gantinya, tetapi Ziyad tak mau. Syaithan menyuruh panggil saudara lelakinya al-'Abda' ibn Hujr untuk mendukungnya. Ketika tiba, ia pun berbicara, tetapi Ziyad bersikeras pada pendiriannya dan sama sekali tak mau melepaskan unta betina itu. Akhirnya kedua bersaudara itu menghadap kepada Masruq ibn Ma'di Karib untuk meminta bantuan. Masruq pun menggunakan pengaruhnya supaya Ziyad meninggalkan unta betina itu, tetapi ia menolak dengan tegas. Masruq menjadi galak dan melepaskan ikatan unta betina itu lalu menyerahkannya pada Syaithan. Ziyad menjadi berang lalu mengumpulkan orang-orangnya, bersiap untuk berperang. Di sisi lain, Bani Wali'ah pun berkumpul untuk menghadapi mereka, tetapi tak dapat me-ngalahkan Ziyad, dan terpukul dengan parahnya. Kaum wanita mereka dibawa dan harta mereka dijarah. Akhiraya orang-orang yang selamat terpaksa meminta perlindungan Asy'ats. Asy'ats menjanjikan bantuan, dengan syarat bahwa ia harus diakui sebagai pemimpin di daerah itu. Orang-orang itu setuju atas syarat ini dan penobatannya pun dilakukan dengan khimat dan resmi. Setelah wewenangnya diakui, ia menyiapkan pasukan lalu berangkat untuk memerangi Ziyad.
Sementara itu Abu Bakar telah menulis surat kepada pemimpin Yaman, Muhajir ibn Abl Umayyah, untuk pergi membantu Ziyad dengan pasukan. Muhajir datang dengan kontingennya lalu mereka berhadap-hadapan. Mereka menghunus pedang lalu mulai bertempur di az-Zurqan. Pada akhirnya Asy'ats melarikan diri dari pertempuran dengan membawa orangnya yang tersisa ke benteng an-Nujair. Pasukan Ziyad dan Muhajir mengepung benteng itu. Asy'ats berpikir, berapa lama ia dapat tinggal terkurung dalam benteng dengan perlengkapan dan orangnya yang kurang itu; ia lalu memikirkan suatu jalan untuk meluputkan diri. Pada suatu malam, secara sembunyi-sembunyi, ia keluar dari benteng itu lalu menemui Ziyad dan Muhajir dan bersekongkol dengan mereka bahwa apabila mereka memberikan perlindungan kepada sembilan anggota keluarganya maka ia akan membukakan pintu benteng itu. Mereka menerima ketentuan itu dan memintanya menuliskan nama kesembilan orang termaksud. la menulis nama kesembilan orang itu lalu menyerahkannya kepada mereka, tetapi dalam kepandiran tradisionalnya ia lupa menuliskan namanya sendiri pada daftar itu.
Setelah membereskan ini, ia mengatakan kepada orang-orangnya bahwa ia telah mendapatkan perlindungan bagi mereka dan supaya pintu benteng dibuka. Ketika pintu gerbang terbuka, pasukan Ziyad menyerbunya. Mereka mengatakan bahwa kepada mereka telah dijanjikan perlindungan, yang dijawab tentara Ziyad bahwa itu salah, dan bahwa Asy'ats hanya meminta perlindungan atas sembilan orang anggota keluarganya, yang nama-namanya ada pada mereka. Singkatnya, delapan ratus orang terbunuh dan tangan beberapa orang perempuan terpotong putus, sedang, sesuai pembicaraan, sembilan orang dibebaskan. Tetapi, kasus Asy'ats sendiri menjadi rumit. Akhirnya diputuskan bahwa ia harus dikirimkan dengan terbelenggu kepada Abu Bakar, yang akan memutuskan kasusnya.
la dikirimkan ke Madinah dalam belenggu bersama seribu orang perempuan tawanan. Dalam perjalanan, para kerabat dan lain-lainnya, lelaki dan perempuan, melimpahkan kutukan kepadanya. Perempuan-perempuan itu menamakannya penghianat dan orang yang menjerumuskan kaumnya sendiri kepada tebasan pedang. Siapa lagi penghianat yang lebih besar? Namun, ketika tiba di Madinah, Abu Bakar membebaskannya, dan pada kesempatan itu ia dikawinkan dengan Umm Farwah.
KHOTBAH 20 Tentang Kematian dan Mengambil Pelajaran darinya
Andaikan Anda dapat melihat apa yang telah dilihat oleh orang-orang di kalangan Anda yang telah mati, Anda akan bingung dan susah. Pada waktu itu Anda akan mendengarkan dan menaati; tetapi apa yang telah mereka lihat masih ditabiri dari Anda. Tak lama lagi tabir akan dirobek-robek. Kepada Anda telah diperlihatkan, asal Anda melihat, dan kepada Anda telah diperdengarkan, asalkan Anda mendengarkan; dan Anda telah diberi petunjuk, asalkan Anda menerima petunjuk. Saya berkata kepada Anda dengan benar. Anda telah dipanggil dengan nyaring oleh contoh-contoh (yang mangandung pelajaran) dan diperingatkan melalui pokok yang penuh peringatan. Setelah para rasul Ilahi (malaikat), hanya manusia yang dapat menyampaikan risalah dari Allah. (Maka apa yang akan saya sampaikan adalah dari Allah). •
KHOTBAH 21 Nasihat Supaya Tetap Ringan di Dunia ini
Tujuan Anda berada di depan Anda. Di belakang Anda adalah saat (kematian Anda) yang mendorong Anda terus maju. Ringankan diri Anda dan susullah (yang di depan). Akhir Anda sedang ditunggu oleh awal Anda.
Sayid Radhi berkata: Apabila ucapan 'Ati ditimbang dengan ucapan mana pun, kecuali kata-kata Allah dan Nabi SAWW, ucapan itu akan terbukti lebih berat dan lebih unggul dalam segala segi. Misalnya, kata-kata Ali, "ringankan diri dan susullah" adalah ungkapan yang paling ringkas yang pernah terdengar dengan makna paling besar yang terkandung di dalamnya. Betapa luas artinya dan betapa jernih sumber kearifannya! Kami telah menunjukkan kebesaran dan padat maknanya frasa ini dalam buku kami Khasha'ish
KHOTBAH 22 Tentang Orang-orang yang Menuduhnya Membunuh 'Utsman
Hati-hatilah! Iblis telah mulai menghasut pasukannya dan telah mengumpulkan tentaranya agar kelaliman mencapai puncaknya dan kebatilan kembali kepada kedudukannya. Demi Allah, mereka tidak menyalahkan saya dengan sebenarnya, tidak pula mereka berlaku adil antara saya dan diri mereka sendiri. Mereka menuntut pada saya suatu hak yang mereka sendiri tinggalkan, dan darah yang mereka sendiri tumpahkan.[i] Sekiranya saya bersekutu dengan mereka dalam hal itu, maka mereka pun bersaham di dalamnya. Tetapi, apabila mereka melakukan itu tanpa saya, mereka harus menghadapi akibatnya. Hujah mereka yang terbesar (terhadap saya) adalah (sesungguhnya) terhadap mereka sendiri. Mereka menyusu dari ibu yang telah kering, dan menghidupkan bidah yang telah mati. Alangkah mengecewakan si penantang (ke pertempuran). Siapakah penantangnya dan untuk apa ia dijawabi? Saya gembira bahwa hujah Allah telah disempurnakan di hadapan mereka dan la tahu (semua) tentang mereka. Apabila mereka menolak (untuk menaati), saya akan menawarkan kepada mereka mata pedang yang cukup sebagai penyembuh kebatilan dan pendukung kebenaran. Aneh, mereka mengirimkan pesan kepada saya supaya maju kepada mereka untuk bertarung dengan lembing dan bersiap untuk bertarung dengan pedang. Semoga perempuan-perempuan berkabung atas mereka. Saya tak pernah takut untuk bertarung atau diancam dengan per-tempuran. Saya berkeyakinan penuh iman pada Tuhan saya dan saya tak ragu dalam agama saya. • --------------------------------------------------------------------------------
[i] Ketika Amirul Mukminin dituduh terlibat dalam pembunuhan 'Utsman, ia menyampaikan khotbah ini untuk menolak tuduhan itu. la mengatakan tentang orang-orang yang menuduhnya, "Para pembalas dendam ini tak dapat mengatakan bahwa saya adalah pembunuhnya dan bahwa orang lain tidak turut serta di dalam-nya. Tak dapat pula mereka memalsukan peristiwa-peristiwa yang telah disaksikan dengan mengatakan bahwa mereka tak ada urusannya dengan itu. Maka mengapa mereka menaruh saya sebagai yang lerdepan dalam pembalasan dendam ini? (Bila demikian) dengan saya pun mereka harus memasukkan diri mereka sendiri juga. Bagaimana mereka dapat melepaskan diri dari hukuman ini? Persoalannya yang sebenarnya ialah bahwa mereka menuduh saya dengan tujuan agar saya berlaku sama dengan mereka menurut kebiasaan mereka. Tetapi, tidak seharusnya mereka mengharapkan saya menghidupkan kembali bidah para pemerintahan sebelumnya. Tentang pertarungan, tak pernah saya takut bertempur, tidak juga sekarang. Allah mengetahui niat saya dan la pun tahu bahwa orang-orang yang bangkit dengan dalih untuk membalas dendam itu sendirilah pembunuhnya."
Maka, sejarah sependapat bahwa orang-orang yang melakukan pembunuhannya ('Utsman) dengan hasutan dan bahkan mencegah penguburannya di pekuburan Muslim dengan melempari peti jenazahnya dengan batu, adalah juga orang-orang yang menuntut pembalasan dendam atas darahnya. Sehubungan dengan ini, nama-nama Thalhah ibn 'Ubaidillah, Zubair ibn 'Awwam dan 'A'isyah adalah di puncak daftarnya, karena pada kedua kesempatan itu usaha mereka terlihat dengan jclas. Ibn Abil Hadid menulis bahwa, "Orang-orang yang telah menulis tentang pembunuhan 'Utsman menyatakan bahwa pada hari pembunuhannya, Thalhah memakai tabir di wajahnya untuk menyamarkan dirinya dari mata kaumnya dan menembak-nembakkan panah ke rumah 'Utsman."
Dan sehubungan dengan ini, ia menulis tentang gagasan-gagasan Zubair,
"Para sejarawan telah menyatakan pula bahwa Zubair mengatakan, 'Bunuhlah 'Utsman. la telah mengubah agama Anda.' Kata orang, 'Putra Anda sedang berdiri di pintu dan menjaganya,' dan ia menjawab, 'Walaupun anak saya hilang, tetapi 'Utsman harus dibunuh. 'Utsman akan terbaring sebagai bangkai di Shirath besok.'" (Syarh Nahjul Balaghah, h. 35-36).
Tentang 'A'isyah, Ibn 'Abdi Rabbih menulis,
"Ketika Mughirah ibn Syu'bah datang kepada 'A'isyah, lalu ia ('A'isyah) berkata, "Hai, Abu Abdillah. Saya ingin kiranya Anda telah bersama saya pada Hari Jamal; betapa panah-panah menembus haudaj (tandu di punggung unta) saya sehingga sebagiannya mengenai tubuh saya." Mughirah mengatakan, "Saya berhasrat kiranya salah satu darinya telah membunuh Anda." 'A'isyah berkata, 'Semoga Allah menaruh kasihan kepada Anda; mengapa demikian?' la (Mughirah) menjawab, 'Supaya itu merupakan suatu tebusan atas apa yang Anda lakukan terhadap 'Utsman."' (Al- 'lqd al-Farid, jilid 4, h. 294).
KHOTBAH 23 Tentang Menjauhi Iri Hati dan Berlaku Buruk terhadap Karib Kerabat
'Amma ba 'du, sesungguhnya perintah Ilahi turun dari langit seperti tetesan hujan, membawa kepada setiap orang apa yang ditentukan baginya, baik berlimpah atau sedikit. Maka apabila seseorang di antara Anda sekalian melihat pada saudaranya banyak keturunan atau kekayaan, hal itu tak boleh menyebabkan fitnah padanya. Selama seorang Muslim tidak melakukan perbuatan yang apabila terbuka ia harus menundukkan matanya (karena malu) dan yang dengan itu orang rendah diberanikan, ia seperti penjudi yang mengharapkan bahwa tarikan pertama panahnya akan memberikan keuntungan kepadanya dan juga menutupi kerugiannya sebelumnya.
Demikian pula, seorang Muslim yang bebas dari kedurhakaan mengharapkan satu dari dua hal yang baik: panggilan Allah, dan dalam hal itu apa saja yang diberikan Allah adalah baik baginya; atau rezeki Allah. la telah mempunyai anak dan harta, sedang iman dan kehormatannya ada bersamanya. Sesungguhnya harta dan anak-anak adalah kebun dunia ini, sedang amal kebajikan adalah kebun untuk dunia yang akan datang. Kadang-kadang Allah menggabungkan semua itu pada satu orang.
Ingatlah kepada Allah terhadap apa yang telah diperingatkan-Nya kepada Anda, karena la telah menyuruh Anda untuk bertakwa kepada-Nya dan terus takut kepada-Nya sampai tak ada dalih yang diperlukan untuk itu. Beramallah tanpa pamer atau niat untuk didengar, karena apabila seseorang beramal demi seseorang selain Allah maka Allah akan mengalihkan dia kepada orang itu. Kami memohon kepada Allah (untuk mengaruniakan kepada kita) kedudukan para syahid, sahabat orang berke-bajikan dan persahabatan dengan para nabi.
Wahai manusia, sesungguhnya tak seorang pun (meski ia kaya) dapat berbuat tanpa kerabatnya dan bantuan tangan dan lidahnya. Hanya merekalah dukungannya dari belakang yang dapat menjauhkan kesukaran darinya, dan merekalah yang paling baik kepadanya apabila kesengsaraan menimpanya. Kenangan yang baik yang Allah pelihara di antara manusia lebih baik daripada harta yang diwarisi orang lain dari dia.
Dari Khotbah yang Sama
Lihatlah! Apabila seseorang di antara Anda sekalian mendapatkan kerabat Anda dalam keadaan perlu atau dalam kelaparan, ia tak boleh menolak untuk menolongnya dengan apa yang tidak akan menambah apabila pertolongan ini tidak diberikan, dan tidak akan berkurang dengan menafkahkannya sedemikian itu. Barangsiapa menahan tangannya dari (menolong) kerabatnya, ia hanya menahan satu tangan, tetapi pada saat ia memerlukan, banyak tangan tertahan dari menolong dia. Orang yang berperangai manis dapat mempertahankan cinta kaumnya untuk selamanya.
Sayid Radhi mencatat: Dalam Khotbah ini ghafirah berarti banyak, berlimpah-limpah; kata ini berasal dari ungkapan Arab Jammul-ghafir atau Jama'ul ghafir yang berarti kerumunan padat. Dalam beberapa versi sebagai ganti ghaffrah muncul 'afwatan. 'Afwah berarti bagian yang baik atau pilihan dari sesuatu. Dikatakan Akaltu afwatath-tha'am, yang berarti Saya telah memakan makanan pilihan. Man yaqbidh yadahu 'an 'asyfratihi (Barangsiapa menahan tangannya dari kerabatnya) dan seterusnya, menunjukkan betapa indahnya makna kalimat ini. Amirul Mukminin memaksudkan bahwa orang yang tidak menolong kerabatnya sendiri hanya menahan tangannya; tetapi, bilamana ia memerlukan bantuan, simpati dan dukungan mereka maka ia tidak akan mendapatkan simpati dan pertolongan dari sekian banyak tangan mereka. •
6
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 24 Mengajak Orang Berjihad
Demi hidup saya, tidak akan ada penghormatan bagi seseorang dan tak akan ada pengendoran dari saya dalam bertarung melawan orang yang melawan hak atau meraba-raba dalam kesesatan. Wahai hamba-hamba Allah, takwalah kepada Allah dan larilah dari kemurkaan-Nya, dan carilah perlindungan pada belas kasih-Nya. Melangkahlah di jalan yang telah diletakkan-Nya bagi Anda dan tegaklah pada apa yang telah disuruh-Nya pada Anda. Dalam hal itu 'Ali akan berdiri sebagai jaminan bagi keberuntungan Anda pada akhirnya, walaupun Anda mungkin akan mendapatkannya segera (di dunia ini). •
KHOTBAH 25 Ketika Amirul Mukminin menerima berita yang susul-menyusul bahwa Mu'awiah sedang menduduki kota-kota,[i] dan para perwiranya sendiri di Yaman—yakni 'UbaiduIlah ibn 'Abbas dan Sa'id ibn Niniran—datang kepadanya setelah dikalahkan oleh Busr ibn Abi Arthat, ia sangat cemas akan kelambanan orang-orangnya sendiri dalam jihad dan penentangan mereka terhadap pandangannya. Setelah naik ke mimbar, ia berkata:
Tak ada [yang tertinggal pada saya] selain Rufah yang dapat saya tarik dan saya ulurkan (yang sepenuhnya berada di tangan saya). [Wahai Kufah] apabila begini keadaan Anda, angin puyuh terus bertiup melewati Anda maka mungkin Allah menghancurkan Anda.
Kemudian ia menggambarkan dengan bait seorang penyair,
Wahai 'Amr! Demi hidup ayahmu yang baik, saya hanya menerima segigitan kecil dari lemak [yang tersisa] di belanga ini.
Saya diberitahu bahwa Busr telah menaklukkan Yaman. Demi Allah, saya mulai berpikir tentang orang-orang ini, bahwa dalam waktu singkat mereka akan merenggut seluruh negara melalui persatuan mereka atas dasar kebatilan mereka dan perpecahan Anda (tentang hak Anda sendiri), serta perpisahan dan kedurhakaan Anda atas imam Anda dalam urusan hak; ketaatan mereka kepada pemimpin mereka dalam kebatilan, pemenuhan mereka atas amanat majikan mereka, dan pengkhianatan Anda; pekerjaan baik mereka bagi kota-kota mereka dan (perbuatan) bencana Anda. Andaipun saya menugaskan Anda menjaga sebuah mangkuk kayu, saya khawatir Anda akan melarikan diri dengan gagangnya.
Ya Allah, Tuhanku, mereka letih dengan saya dan saya letih dengan mereka. Tukar mereka bagi saya dengan yang lebih baik, dan tukarlah saya bagi mereka dengan yang lebih buruk. Ya Allah, larutkanlah hati mereka seperti garam larut dalam air. Demi Allah, saya berhasrat kiranya saya hanya mempunyai seribu orang berkuda Bani Firas ibn Ghanm (seperti kata sang penyair):
Bila kaupanggil, mereka datang padamu Berkuda seperti awan musim panas.
(Sesudah itu Amirul Mukminin turun dari mimbar)
Sayid Radhi berkata: Dalam syair ini kata armiyah adalah bentuk jamak dari ra/77/yyang berarti "awan", sedang ham?m di sini berarti musim panas, karena gerakannya yang cepat, karena tidak mengandung air sedang awan (biasa) bergerak pelan karena bermuatan air. Awan ini biasanya muncul dalam musim dingin (di Tanah Arab). Dengan puisi ini si penyair bermaksud menyampaikan bahwa bilamana mereka dipanggil untuk dimintai pertolongan mereka datang dengan cepat, dan ini terkandung pada baris pertama, "Bila kaupanggil mereka akan datang padamu". •
[i] Setelah Tahkim (arbitrasi), kedudukan Mu'awiah menjadi stabil. la mulai memikirkan usaha merebut kota-kota Amirul Mukminin dan memperluas wilayahnya. la mengirimkan tentaranya ke berbagai daerah untuk mendapatkan baiat mereka dengan paksaan. Sehubungan dengan ini, ia mengutus Busr ibn Abi Arthat ke Hijaz, dan orang ini menumpahkan darah ribuan orang tak berdosa dari Hijaz hingga Yaman, membakar hidup-hidup suku demi suku, bahkan membunuh anak-anak, sehingga dua putra 'Ubaidullah ibn 'Abbas, Gubernur Yaman, dibantai di depan ibu mereka, Juwairiah binti Khalid ibn Qarazh al-Kinaniyyah.
Ketika Amirul Mukminin mengetahui pembantaian dan pembunuhan ini, ia hendak mengutus suatu kontingen untuk menumpasnya, tetapi karena pcrtempuran yang terus-menerus, rakyat telah lesu dan tidak bersemangat untuk itu. Melihat keengganan mereka untuk berjuang, Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini di mana ia membangkitkan semangat dan harga diri mereka dan mendorong mereka untuk jihad dengan menggambarkan kepada mereka kelaliman musuh dan kekurangan mereka sendiri. Akhirnya Jariah ibn Qudamah as-Sa'di menyambut seruannya dan dengan membawa tentara sebanyak dua ribu orang ia berangkat untuk memburu Busr dan mengubernya keluar dari wilayah Amirul Mukminin.
KHOTBAH 26 Arabia Sebelum Diutusnya Nabi
Allah mengutus Muhammad SAWW sebagai pemberi peringatan bagi seisi dunia dan sebagai pengemban amanat wahyu-Nya, sementara Anda, pen-duduk Arabia, mengikuti agama yang paling buruk dan Anda berke-diamanan di antara batu-batu kasar dan ular-ular berbisa. Anda meminum air kotor dan makan makanan najis. Anda saling menumpahkan darah dan tidak mempedulikan kekerabatan. Berhala-berhala terpasang di antara Anda dan dosa melekat pada Anda.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Saya melihat dan mendapatkan bahwa tidak ada pendukung bagi saya kecuali keluarga saya; maka saya hindarkan mereka dari terjerumus ke dalam kematian. Saya terus menutup mata saya walaupun kelilipan. Saya minum walaupun kerongkongan terteguk. Saya bersabar walaupun susah bernapas dan walaupun harus menelan jadam sebagai makanan.
Bagian dari Khotbah yang Sama
la tidak membaiat sampai ia membuatnya setuju bahwa ia akan membayarkan harganya padanya. Tangan si pembeli [baiat] ini tidak akan berhasil dan perjanjian dari si penjual mungkin menghadapi kehinaan. Sekarang Anda harus mengangkat senjata untuk berperang, dan mengatur perlengkapan untuk itu. Nyalanya telah meninggi dan sinarnya telah me-ningkat. Berpakaianlah dengan kesabaran karena [kesabaran] itu adalah sarana terbaik bagi kemenangan.[1] •
[1] Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini sebelum berangkat ke Nahrawan. Khotbah ini terdiri dari tiga bagian. Pada bagian yang pertama ia menggambarkan kondisi Tanah Arab sebelum Kenabian; bagian kedua merujuk keadaan-keadaan yang memaksanya berdiam diri. Pada bagian ketiga ia menggambarkan pembicaraan dan keputusan antara Mu'awiah dan 'Amr ibn 'Ash. Terjadinya pembicaraan dan penyelesaian ini ketika Amirul Mukminin mengutus Jarir ibn 'Abdillah al-Bajali kapada Mu'awiah untuk mendapatkan baiat.
Gubernur Suriah itu menahan Jarir dengan dalih untuk memberikan jawaban. Sementara ia mulai menyelidiki sejauh mana rakyat Suriah mendukungnya dengan membangkitkan semangat balas dendam atas darah 'Utsman, ia bermusyawarah dengan saudaranya 'Utbah ibn Abi Sufyan. 'Utbah menyarankan, "Apabila dalam hal ini 'Amr ibn 'Ash dihubungi, ia akan menyelesaikan banyak kesulitan dengan kecerdikannya. Tetapi, ia tak akan mudah bersedia untuk menguatkan kekuasaan Anda apabila untuk itu ia tidak dibayari dengan apa yang diinginkannya. Apabila Anda telah bersedia untuk itu maka akan ternyata bahwa dia penasihat dan penolong yang terbaik." Mu'awiah menyukai saran ini. la myuruh panggil 'Amr ibn "'Ash lalu membicarakan hal itu, dan akhiraya diputuskan bahwa ia akan menuntut balas atas darah 'Utsman dengan menuduh Amirul Mukminin bertanggung jawab atasnya. Sebagai imbalan ia akan menjadi Guberaur Mesir, dan bahwa dalam keadaan bagaimanapun ia tak akan membiarkan kekuasaan Mu'awiah di Suriah terganggu. Sesuai dengan itu, keduanya menepati dan memenuhi perjanjian itu.
KHOTBAH 27 Menyuruh Orang Berjihad
Jihad adalah salah satu pintu surga yang telah dibukakan Allah bagi sahabat-sahabat-Nya yang utama. la adalah baju takwa dan perisai pelindung dari Allah, dan perisai terpercaya-Nya. Barangsiapa meninggalkannya maka Allah membusanainya dengan busana kehinaan dan baju bencana. la ditendang dengan hina dan ejekan, dan hatinya ditirai dengan layar [kelalaian]. Hak akan diambil dari dia karena meninggalkan jihad. la akan menderita kehinaan, dan keadilan ditolak baginya.
Perhatikanlah, saya memanggil Anda untuk memerangi kaum ini, malam dan siang, secara rahasia dan terbuka, dan menyuruh Anda me-nyerang mereka sebelum mereka menyerang Anda, karena, demi Allah, tak ada kaum yang telah diserang di jantung rumah-rumah mereka, me-lainkan mereka menerima kehinaan. Tetapi Anda meninggalkannya kepada orang lain dan mengabaikannya sampai kehancuran menimpa Anda dan kota-kota Anda diduduki. Orang berkuda Bani Ghamid[i] telah sampai ke Anbar dan membunuh Hassan ibn Hassan al-Bakari. Mereka telah menyingkirkan orang berkuda Anda dari garnisun itu.
Saya telah diberitahu bahwa setiap dari mereka melecehkan perempuan Muslim dan perempuan-perempuan lain yang dalam perlindungan Islam, dan mengambil perhiasan mereka dari kaki, tangan, leher, dan telinga, dan mereka tak dapat melawannya kecuali dengan mengucapkan ayat, Inna lillahi wa inna ilaihi raji 'un. Kemudian mereka kembali dengan bermuatan kekayaan, tanpa luka atau kehilangan nyawa. Apabila seorang Muslim mati kesedihan setelah semua ini, ia tak boleh disalahkan; bahkan ada pembenaran baginya di hadapan saya.
Betapa aneh! Demi Allah, hati saya terbenam melihat persatuan kaum itu dalam kebatilan mereka, dan perpecahan Anda dari hak Anda. Celaka dan kesedihan menimpa Anda. Anda telah menjadi sasaran ke mana panah ditembakkan. Anda sedang dibunuh dan Anda tidak membunuh. Anda diserang, tetapi Anda tidak menyerang. Allah sedang didurhakai dan Anda menyetujuinya. Bilamana saya meminta Anda untuk bergerak menentang mereka di musim panas, Anda katakan bahwa udaranya panas, tangguhkan kami sampai panas mereda. Bilamana saya perintahkan Anda untuk maju dalam musim dingin, Anda katakan sangat dingin, berikan kami waktu sampai dingin menghilang dari kami. Ini semua hanyalah dalih untuk mengelakkan panas dan dingin, karena apabila Anda melarikan diri dari panas dan dingin, Anda akan melarikan diri (dalam ukuran lebih besar) dari peperangan.
Wahai Anda yang menyerupai manusia laki-laki, bukan laki-laki; akal Anda adalah akal anak-anak dan pikiran Anda adalah pikiran gadis pingitan. Saya berhasrat kiranya tidak melihat dan mengenal Anda. Demi Allah, perkenalan ini telah menimbulkan rasa malu dan mengakibatkan penyesalan. Semoga Allah memerangi Anda; Anda telah mengisi hati saya dengan nanah dan memuat dada saya dengan keberangan. Anda membuat saya meminum tegukan-tegukan penuh kesedihan satu demi satu. Anda meremukkan nasihat-nasihat saya dengan tidak menaati, dan meninggalkannya sedemikian rupa sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang. Allah memberkati mereka! Adakah seseorang di antara mereka lebih berani dalam peperangan dan lebih berpengalaman dalam hal ini daripada saya. Saya bangkit untuk itu sebelum saya berusia dua puluhan, dan di sini saya berada, setelah menyeberangi [usia] enam puluh; tetapi tak ada pandangan bagi orang yang tidak ditaati.•
[i] Setelah Perang Shiffin, Mu'awiah menyebarkan pembunuhan dan perlumpahan darah di mana-mana, dan menjarahi kota-kota dalam wilayah Amirul Mukminin. Sehubungan dengan ini ia menugaskan Sufyan ibn 'Auf al-Ohamidi dengan pasukan berkekuatan enam ribu orang untuk menyerang Hait, Anbar dan Mada'in. Mula-mula ia tiba di Mada'in, tetapi ketika melihatnya sudah kosong ditinggalkan, ia terus ke Anbar. Di situ ada ditempatkan lima ratus tentara Amirul Mukminm sebagai penjaga, tetapi mereka tak dapat bertahan terhadap serangan tentara Mu'awiah itu. Hanya seratus orang yang bersiteguh pada posisi mereka dan berjuang sekuat kuasanya, tetapi dengan pengerahan scmua tentara musuh dan melakukan serangan besar, pasukan kecil itu tak mampu. Pemimpinnya Hassan ibn Hassan al-Bakri terbunuh bersama tiga puluh tentaranya. Ketika selesai per tempuran, musuh itu merampoki Anbar dengan merajalela dan meninggalkan kota itu dalam keadaan rusak binasa.
Ketika Amirul Mukminin menerima berita tentang serangan itu, ia naik ke mimbar dan meminta rakyat berjihad untuk menghantam musuh. Tetapi, tidak ada sambutan. la turun dari mimbar dengan perasaan muak dan cemas, lalu berangkat menghadapi musuh dengan berjalan kaki. Ketika rakyat melihat hal ini, harga diri dan rasa malu mereka tergugah, dan mereka pun turut serta. Amirul Mukminin berhenti di an-Nukhailah. Rakyat lalu mengelilinginya dan meminta kepadanya untuk kembali pulang, karena mereka saja sudah cukup untuk menghadapi musuh itu. Karena desakan mereka luar biasa, Amirul Mukminin menyetujuinya. Sa'ld ibn Qais al-Hamdani maju dengan pasukan delapan ribu orang. Tetapi, Sufyan ibn 'Auf al-GhamidT telah pergi, sehingga Sa'id kembali tanpa pertarungan. Ketika Sa'id tiba di Kufah, Amirul Mukminin begitu sedih dan gelisah di hari-hari itu, sampai ia tidak ke mesjid, melainkan duduk di lorong rumahnya (yang menghubungkan jalan masuk ke mesjid) lalu menulis khotbah ini dan memberikannya kepada budaknya Sa'd untuk membacakannya kepada orang banyak. Ini versi Ibn Abil Hadid. Tetapi, al-Mubarrad (al-Kamil, I, h. 104-107) meriwayatkan dari 'Ubaidullah ibn Hafsh at-Taimi, bahwa Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini di suatu tempat ketinggian di Nukhailah. Ibn Maitsam lebih menyukai pendapat ini.
KHOTBAH 28 Tentang Fananya Dunia dan Pentingnya Akhirat
Kemudian daripada itu, sesungguhnya dunia ini telah memalingkan punggungnya dan memaklumkan perpisahannya, sementara dunia yang akan datang telah muncul ke depan dan memaklumkan mendekatnya. Sekarang adalah hari persiapan sedang besok adalah hari perlombaan. Tempat yang dituju ialah surga sedang tempat tempat kembali adalah neraka. Tak adakah seseorang yang akan bertaubat atas kesalahannya sebelum kematiannya? Atau, tak adakah seseorang yang hendak berbuat kebajikan sebelum hari ujian?
Ingatlah, Anda berada di hari-hari harapan dan di baliknya berdiri kematian. Barangsiapa beramal dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya. Tetapi, orang-orang yang tidak beramal dalam masa harapannya sebelum datang ajalnya, amalnya adalah sia-sia dan kematiannya adalah suatu kemudaratan baginya. Berhati-hatilah dan beramallah dalam masa ketertarikan sebagaimana Anda berbuat dalam masa kengerian. Berhati-hatilah, saya belum melihat seorang yang menghasratkan surga tertidur, dan tidak pula seorang yang merasa ngeri akan neraka terlelap.
Ingatlah, orang yang baginya hak tidak bermanfaat, akan menderita sengsara dari kebatilan, dan orang yang tidak dikukuhkan oleh petunjuk akan terbawa oleh kesesatan ke arah kehancuran. Berhati-hatilah, Anda telah diperintahkan untuk maju dan telah dibimbing bagaimana membekali perjalanan itu. Sungguh, hal yang paling menakutkan yang saya khawatirkan tentang Anda sekalian ialah mengikuti hawa nafsu dan memperpanjang harapan. Berbekallah untuk diri Anda dari dunia ini yang akan menyelamatkan Anda besok (pada Hari Pengadilan).
Sayid Radhi berkata: Apabila mungkin ada ucapan yang akan menyeret leher orang ke penolakan dunia ini dan memaksanya beramal bagi dunia yang akan datang, inilah khotbahnya. Khotbah ini cukup untuk memutuskan orang dari keterjaringan oleh harapan dan memicu api dakwah (untuk kebajikan) dan peringatan (terhadap kemungkaran). Kata-katanya yang paling menakjubkan dalam khotbah ini ialah, "Hari ini adalah persiapan sedang esok adalah hari perlombaan. Tempat yang dituju adalah surga sedang tempat kutukan adalah neraka," karena selain kehalusan kata-katanya, kebesaran maknanya, perumpamaan yang benar dan gambaran yang faktual, ada rahasia-rahasia yang menakjubkan dan siratan-siratan yang halus di dalamnya.
Dalam ucapannya bahwa tempat yang dituju ialah surga dan tempat kutukan adalah neraka, ia menggunakan dua patah kata yang berlainan untuk membawa dua makna. Untuk surga ia menggunakan perkataan "tempat yang dituju" (sabaqah), tetapi untuk neraka kata-kata itu tidak digunakan. Orang menuju ke suatu tempat yang disukainya dan dihasrat-kannya, dan ini hanya tepat bagi surga. Neraka tidak mengandung daya tarik sehingga orang tak suka menuju ke sana; kami memohon perlindungan Allah darinya. Neraka tidak pantas disebut sebagai "yang dituju". Amirul Mukminin a.s. menggunakan kata "tempat kembali" (ghaliyah) yang menyiratkan makna kediaman terakhir di mana orang sampai ke sana karena terpaksa, dalam sedih, cemas ataupun senang, mau atau tidak mau. Kata ini mampu menyampaikan kedua makna. Namun, ia harus diambil dalam pengertian mashfr atau ma'al, yakni tempat per-hentian terakhir. Ayat AI-Qur'an, "Katakanlah, bersenanglah-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu (mashirakum) adalah (neraka)."(QS. 14:30). Di sini sabqatakum yakni "tempatyang Anda tuju" sebagai ganti kata mashfrukum. sama sekali tak akan tepat. Pikirkan dan renungkanlah itu, dan lihatlah betapa menakjubkan siratan batinnya dan betapa jauh kedalamannya berjalan serasih dengan keindahan. Ucapan Amirul Mukminin umumnya memang demikian. Dalam beberapa versi, kata sabgah ditunjukkan sebagai subqah, yang digunakan untuk meng-ganjari pemenang dalam perlombaan. Namun, kedua makna ini saling berdekatan; suatu hadiah bukanlah bagi suatu perbuatan yang tidak diinginkan, melainkan untuk kinerja yang baik dan terpuji. •
KHOTBAH 29 Tentang Orang yang Berdalih di Masa Jihad
Wahai manusia, badan Anda bersama-sama, tetapi hasrat Anda cerai-berai. Percakapan Anda melunakkan batu yang keras sedang tindakan Anda menarik musuh kepada Anda. Pengakuan Anda dalam majelis Anda bahwa Anda akan melakukan ini dan itu, tetapi ketika pertempuran mendekat Anda berkata (kepada perang) untuk "berpalinglah Anda" (yakni larilah). Apabila seseorang memanggil Anda (untuk menolong), seruan itu tidak dipedulian. Dan orang yang berlaku keras pada Anda, hatinya tidak akan beroleh lipuran. Dalih-dalihnya salah seperti dalih penghutang yang tak mau membayar. Orang yang nista tak dapat mencegah kelaliman. Hak tak dapat dicapai tanpa usaha. Mana rumah selain rumah Anda ini yang harus dilindungi? Dan dengan pemimpin (imam) mana Anda pergi berperang sepeninggal saya? Tertipulah orang yang telah Anda tipu sementara.
Demi Allah, orang yang berhasil dengan Anda hanya menerima panah-panah yang tak berguna. Anda seperti panah-panah patah yang dilemparkan kepada musuh. Saya sekarang dalam kedudukan yang tidak mengukuhkan pandangan Anda dan tidak berharap akan dukungan Anda, tidak pula menantang musuh melalui Anda. Ada apa dengan Anda? Apa penyakit Anda? Apa obat Anda?Kalangan lain juga adalah manusia berbentuk seperti Anda (tetapi amat berbeda dalam karakter). Akan adakah pembicaraan tanpa pengetahuan, kelalaian tanpa kesalehan dan keserakahan akan sesuatu yang bukan hak?[i]
[i] Setelah pertempuran Nahrawan, Mu'awiah mengutus Dhahhak ibn Qais al-Fihri dengan pasukan empat ribu orang ke Kufah dengan tujuan mengadakan keonaran di daerah itu, membunuh siapa saja, merajalela dalam pertumpahan darah dan penghancuran, supaya Amirul Mukminin gelisah dan tak tenteram pikjrannya. Dhahhak berangkat untuk maksud itu, dan dengan menumpahkan darah orang-orang tak berdosa serta menyebarkan kehancuran di mana-mana, ia sampai ke Tsa'labiyyah. Di sini ia menyerang suatu kafilah haji dan merampok semua hak milik mereka. Kemudian di Quthquthanah ia membunuh kemenakan 'Abdullah ibn Mas'ud, sahabat Nabi, 'Amr ibn 'Uwais ibn Mas'ud, bersama para pengikutnya. Secara itu ia menimbulkan kekacauan dan pertumpahan darah di mana-mana. Ketika Amirul Mukminin mengetahui kejahatan dan bencana ini, ia memanggil orang bertempur untuk menghentikan vandalisme ini, tetapi nampaknya orang-orang mengelak untuk bertempur. Muak karena kelengahan dan tak adanya semangat mereka, ia naik ke mimbar lalu mengucapkan khotbah ini, di mana ia membangkitkan rasa malu dan mengajak mereka untuk tidak mengelak dari peperangan, melainkan bangkit untuk melindungi negara mereka sebagai orang berani, tanpa menggunakan dalih-dalih yang salah dan lemah. Akhirnya, Hujr ibn 'Adl al-Kindi bangkit dengan pasukan empat ribu orang untuk menghadapi musuh dan mendapatkannya di Tadmur. Hanya terjadi suatu pertarungan kecil antara kedua pihak, dan ketika malam tiba Dhahhak melarikan diri dengan hanya sembilan belas orangnya tewas. Di pasukan Hujr dua orang syahid.
KHOTBAH 30 Mengungkapkan Fakta tentang Pembunuhan 'Utsman[1]
Apabila saya telah memerintahkan pembunuhannya maka saya adalah pembunuhnya, tetapi apabila saya telah menegah orang lain membunuhnya maka saya adalah penolongnya. Kedudukannya sedemikian rupa sehingga sekarang orang yang menolongnya tak dapat mengatakan bahwa ia lebih baik daripada orang yang meninggalkannya. Saya akan mengajukan ke hadapan Anda perkaranya. la memperkaya diri dan menyalahgunakannya. Anda memprotes atasnya dan berbuat melampaui batas di dalamnya. Pada Allah terletak keputusan yang sesungguhnya antara si pengambil hak orang dan si pemrotes. •
[1] 'Utsman adalah Khalifah Bani Umayyah yang pertama; ia menduduki kekhalifahan pada 1 Muharam 24 H. dalam usia tujuh puluh tahun. Setelah berkuasa penuh atas urusan kaum Muslim selama dua belas tahun, ia tewas di tangan mereka pada 18 Zulhijah 35 H. dan dimakamkan di Hasysy Kaukab.
Suatu kenyataan yang tak tersangkal, pembunuhan 'Utsman adalah akibat kelemahannya dan perbuatan keji para pejabatnya. Bila tidak demikian maka tak ada alasan bahwa kaum Muslim akan sepakat membunuhnya, sementara beberapa orang dari keluarganya mendukung dan membelanya. Kaum Muslim tentulah ada menenggang rasa terhadap usianya, kedudukannya yang senior, harkat dan keistimewaannya sebagai sahabat Nabi, tetapi cara dan perbuatannya begitu merusak suasana sehingga nampaknya tak ada orang bersedia untuk menaruh simpati dan memihak kepadanya. Penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan terhadap para sahabat Nabi tingkat tinggi telah menimbulkan suatu gelombang kepedihan dan keberangan di kalangan suku-suku Arab. Masing-masingnya berang dan melihat kesombongan dan perbuatan buruk mereka dengan mata menghina. Penghinaan terljadap Abu Dzarr menyinggung kehormatan dan menyingkirkan Bani Ghifar serta suku-suku yang berkaitan dengannya. Pemukulan tak manusiawi terhadap 'Abdullah ibn Mas'ud menyebabkan Bani Hudzail dan sekutu-sekutunya tersinggung. Pematahan rusuk 'Ammar ibn Yasir, menjauhkan Bani Makhzum, dan sekaitan dengannya juga suku Bani Zuhrah menaruh kebencian. Karena persekongkolan untuk membunuh Muhammad ibn Abu Bakar, timbul kebencian besar Bani Taim.
Kaum Muslim di kota-kota lain juga sudah melimpah dengan keluhan karena perbuatan para pejabat yang karena mabuk harta dan pengaruh kemewahan melakukan apa saja dan menghancurkan siapa saja yang mereka kehendaki. Mereka tak takut akan hukuman dari pusat, juga tak cemas akan pengusutan. Rakyat sedang bingung untuk melepaskan diri dari cengkeraman penindasan, tetapi tak seorang pun yang mau memperhatikan jerit kesakitan dan keresahannya. Rasa benci sedang meningkat tinggi, tetapi tak ada perhatran untuk meredakannya.
Para sahabat Nabi pun telah muak atasnya. Mereka melihat bahwa kedamaian telah hancur, pemerintahan jungkir balik dan wajah Islam sedang diubah. Kaum miskin dan kelaparan merindukan remah-remah roti kering sementara Bam Umayyah bergelimang dalam kemewahan. Khalifah telah dijadikan alat untuk membuncitkan perut dan sarana untuk menumpuk harta. Akibatnya, mereka pun tidak tinggal diam dalam menyiapkan lahan untuk membunuhnya. Malah, justru karena surat-surat dan pesan mereka maka rakyat Kufah, Bashrah dan Mesir berkumpul di MadTnah. Memperhatikan kelakuan rakyat Madinah. 'Utsman menulis surat kapada Mu'awiah,
"Amma ba 'du, pastilah rakyat Madinah telah menjadi murtad, telah mengubah keimanan menjadi pembangkangan dan memutuskan baiat. Maka kirimkanlah kepada saya para prajurit Suriah dengan kuda-kuda yang cepat dan kuat."
Kebijakan yang ditempuh Mu'awiah ketika menerima surat ini pun memberikan sorotan tentang keadaan para sahabat Nabi. Sejarawan Thabari menulis tentang ini:
"Ketika surat ini sampai ke Mu'awiah, ia merenungkannya dan menganggap buruk apabila ia secara terburu menentang para sahabat Nabi, karena ia mengetahui akan kesepakatan pendapat mereka."
Melihat keadaan ini maka menganggap pembunuhan 'Utsman sebagai akibat kebangkitan sesaat atau perasaan sementara dan memandangnya sebagai suatu pembangkangan samalah artinya dengan menutupi kenyataan, karena semua faktor oposisi terhadapnya terdapat di Madinah itu sendiri, sedang orang-orang yang datang dari luar telah berkumpul untuk mengusahakan pemulihan kesusahan mereka atas penggilan orang Madtnah ini. Tujuan mereka hanya sekadar perbaikan keadaan, bukan pembunuhan atau pertumpahan darah. Apabila keluhan-keluhan mereka telah didengar maka tak akan terjadi peristiwa berdarah itu.
Yang terjadi ialah sebagai berikut. Rakyat Mesir yang telah muak dengan penindasan dan kesewenang-wenangan 'Abdullah ibn Sa'id ibn Abi Sarh, saudara angkat 'Utsman, pergi ke Madmah dan berkemah di lembah Dzakhusyub dekat kota. Mereka mengutus seorang lelaki membawa surat yang meminta kepada 'Utsman supaya kelaliman dihentikan, cara-cara yang ada supaya diubah, dan supaya ia bertaubat untuk masa depannya. Tetapi, ketimbang memberikan jawaban, 'Utsman menyuruh orang ini pergi dari rumahnya, dan tidak merasa perlu memperhatikan tuntutan-tuntutan mereka. Atasnya, orang-orang dari Mesir itu masuk ke kota dan mengangkat suara terhadap kesombongan dan sikap keras kepala itu, seraya mengeluh kepada penduduk tentang perilaku itu, di samping kelebihan-kelebihan lain. Sementara itu, dari Kufah dai Bashrah banyak orang telah tiba pula dengan membawa keluhan-keluhan mereka. Setelah bergabung, mereka maju dengan dukungan penduduk Madmah lalu mengurung 'Utsman dalam rumahnya, walaupun ia tidak terhalang untuk pergi pulang ke mesjid. Tetapi, dalam khotbahnya pada hari Jum'at pertama setelah peristiwa itu, ia mencela keras orang-orang ini dan bahkan mengutuk mereka. Rakyat itu menjadi marah sampai melemparinya dengan kerikil, yang menyebabkan ia kehilangan kontrol sampai jatuh dari mimbar. Setelah beberapa hari, masuk keluarnya ke mesjid pun dicegah. Ketika 'Utsman melihat keadaan memburuk sejauh itu, ia meminta dengan sangat kepada Amirul Mukminin untuk mencari jalan menyelamatkannya dan membubarkan rakyat menurut cara bagaimanapun yang dapat diusahakannya. Amirul Mukminin mengatakan, "Dengan ketentuan-ketentuan apa dapat saya meminta mereka pergi bilamana tuntutan-tuntutan mereka benar?" 'Utsman mengatakan, "Anda saya beri hak dalam hal ini. Ketentuan-ketentuan apa pun yang Anda selesaikan dengan mereka, saya akan terikat kepadanya." Maka Amirul Mukminin pun menemui orang-orang Mesir lalu berbicara dengan mereka. Mereka setuju untuk kembali ke Mesir dengan syarat bahwa kelaliman harus dihapus, Muhammad ibn Abu Bakar dijadikan Gubernur Mesir, dan Ibn Abi Sarh dipindhkan dari sana. Amirul Mukminin kembali dan menyampaikan tuntutan mereka kepada 'Utsman, yang menerimanya tanpa ragu-ragu seraya mengatakan bahwa untuk mengatasi ekses-ekses itu diperlukan waktu. Amirul Mukminin menunjukkan bahwa untuk hal-hal yang mengenai Madinah tak perlu penundaan. Namun, untuk tempat-tempat lain dapat diberikan waktu selama pesan Khalifah dapat sampai ke sana. 'Utsman mengatakan bahwa untuk Madmah pun diperlukan waktu tiga hari. Setelah pembicaraan dengan orang-orang Mesir, Amirul Mukminin pun menyetujuinya pula dan menganggapnya sebagai tanggung jawabnya. Mereka pun bubar atas sarannya. Sebagian dari mereka ke Mesir bersama Muhammad ibn Abu Bakar, sebagian lagi ke lembah Dzakhusyub dan menginap di sana, dan seluruh persoalan berakhir.
Pada keesokan harinya Marwan ibn Hakam berkata kepada 'Utsman, "Keadaan baik, orang-orang itu telah pergi, tetapi untuk menghentikan orang-orang datang dari kota-kota lain, Anda harus mengeluarkan suatu pernyataan supaya mereka tidak datang secara begini dan tinggal dengan tenteram di tempat mereka, dan pernyataan bahwa beberapa orang yang berkumpul di Madmah ada mendengar pembicaraan tak bertanggung jawab, tetapi ketika mereka mengetahui bahwa segala yang mereka dengar itu tidak benar, maka mereka telah merasa puas lalu kembali." 'Utsman tidak hendak mengatakan kebohongan yang terang-terangan itu, tetapi Marwan merayunya hingga ia menyetujuinya, dan di Mesjid Nabi, ia berkata,
"Orang-orang Mesir itu telah mendengar beberapa kabar tentang khalifah, dan ketika sadar bahwa semua itu tak beralasan dan salah, mereka kembali ke kota-kota mereka."
Baru saja ia mengatakan ini timbul keributan di Mesjid, dan orang-orang mulai berteriak kepada 'Utsman, "Bertaubatlah, takutlah kepada Allah. Kebohong-an apa yang Anda katakan itu?" 'Utsman bingung dalam keributan itu dan terpaksa bertaubat. la berpaling ke kiblat, menyatakan penyesalan di hadapan Allah, lalu kembali ke rumahnya.
Rupanya, setelah peristiwa inilah Amirul Mukminin menasihati 'Utsman, "Anda seharusnya secara terbuka menyatakan taubat atas perbuatan Anda yang sudah-sudah supaya kebangkitan ini mereda untuk selamanya. Bila tidak, jika besok datang orang-orang dari tempat lain maka Anda akan merangkul leher saya lagi untuk menyelamatkan diri dari mereka." Akibatnya, ia mengucapkan pidato di Mesjid Nabi di mana, sambil mengakui kesalahan-kesalahannya, ia menyatakan taubat dan bersumpah akan selalu berhati-hati di waktu-waktu yang akan datang. la mengatakan kepada rakyat bahwa setelah ia turun dari mimbar, wakil-wakil mereka supaya menemuinya; ia akan menyingkirkan kesusahan serta memenuhi tuntutan mereka. Untuk itu rakyat serentak menyambut perbuatannya itu dan mencuci bersih parasaan jengkel mereka dengan banyak air mata.
Ketika ia tiba di rumah, Marwan meminta izin untuk mengatakan sesuatu kepadanya, tetapi istrinya, Na'ilah binti Farafishah, menghalangi. Menghadapi Marwan, ia berkata, "Demi Allah, diamlah engkau. Engkau hanya akan mengatakan sesuatu yang akan menyebabkan kematiannya. Marwan tersinggung lalu menjawab, "Anda tak berhak dalam urusanini. Anda putri dari si lelaki yang hingga matinya tak tahu bagaimana cara berwudu." Na'ilah menjawab dengan berang, "Engkau salah, engkau menuduh secara palsu. Sebelum mengatakan sesuatu tentang ayah saya seharusnya engkau melirik dulu ke wajah ayahmu. Kalau tidak menenggang rasa pada orang tua itu, saya akan mengatakan hal-hal yang akan membuat orang gemetar tetapi akan mengukuhkan setiap kata-kata saya."
Ketika 'Utsman melihat bahwa percakapan ini akan memanjang, ia menghentikan mereka dan meminta Marwan mengatakan kepadanya apa yang dikehendakinya. Marwan mengatakan, "Apa gerangan yang telah Anda katakan di Mesjid, dan taubat apa yang Anda sampaikan? Menurut pendapat saya, bertahan pada dosa adalah seribu kali lebih baik daripada pernyataan taubat itu, karena betapa besar pun dosa yang belipat ganda, selalu ada kesempatan untuk bertaubat, tetapi taubat karena paksaan bukanlah taubat. Anda telah mengatakan apa yang Anda katakan, tetapi sekarang lihatlah akibat-akibat pengumuman terbuka ini; gerombolan orang sekarang ada di pintu rumah Anda. Nah, majulah dan penuhilah tuntutan mereka." 'Utsman lalu mengatakan, "Saya telah mengatakan apa yang telah saya katakan, sekarang engkau urusilah orang-orang itu. Saya tak mampu mengurusi mereka." Setelah mendapatkan persetujuan tersirat itu, Marwan keluar dan mengatakan kepada orang-orang itu, "Mengapa kamu berkumpul di sini? Apakah kamu bermaksud akan menyerang atau untuk mengacau? Ingatlah, tidak mudah bagi kamu merebut kekuasaan dari tangan kami. Keluarkan gagasan dari hatimu bahwa kamu akan menundukkan kami. Kami tak dapat ditundukkan oleh siapa pun. Bawalah pergi wajah-wajah hitam kamu dari sini. Semoga Allah menggaibkan dan menghina kamu."
Ketika rakyat melihat perubahan wajah dan gambaran yang lain ini, mereka bangkit dengan penuh kemarahan dan keberangan lalu pergi langsung kepada Amirul Mukminin Ali dan menyampaikan semua peristiwa ini. Ketika mendengar ini, Amirul Mukminin marah dan langsung pergi kepada 'Utsman seraya berkata kepadanya, "Subhdnallah. Betapa buruknya perilaku Anda terhadap kaum Muslim. Anda telah meninggalkan keimanan demi seorang lelaki yang tak beriman dan tak berakhlak, dan Anda telah kehilangan semua pikiran sehat. Setidak-tidaknya Anda harus menghormati dan memandang janji Anda sendiri. Apa sebabnya maka dengan dukungan Marwan Anda telah menyisih dengan mata tertutup. Ingatlah, ia akan melemparkan Anda ke sumur yang begitu gelap sehingga tak mungkin lagi Anda keluar daii situ. Anda telah menjadi hewan pemikul beban Marwan sehingga ia dapat menunggangi Anda sesuka hatinya. Di waktu-waktu yang akan datang saya tidak lagi akan mencampuri urusan Anda, tidak pula saya akan me-ngatakan apa-apa kepada rakyat."
Setelah mengatakan semua itu, Amirul Mukminin kembali, dan Na'ilah mendapatkan kesempatan lalu berkata kepada 'Utsman, "Tidakkah saya katakan kepada Anda untuk melepaskan diri dari Marwan; bila tak demikian maka ia akan menodai Anda, yang tak akan terhilangkan walaupun dengan segala usaha. Nah, apakah gunanya mendengarkan segala kata-kata orang yang sama sekali tidak disukai rakyat dan hina di mata mereka? Usahakan supaya 'Ali menyetujui; ingatlah bahwa memulihkan urusan yang kacau adalah di luar kemampuan Anda mau-pun Marwan." 'Utsman terkesan dengan kata-kata ini, lalu mengirm orang memanggil Amirul Mukminin ('Ali), tetapi ia menolak. Tidak ada kepungan di sekitar 'Utsman, tetapi ia bingung karena malu. Dengan muka mana ia akan keluar dari rumah? Tetapi, tak ada jalan selain keluar. Karenanya ia keluar diam-diam dalam gelap malam dan setiba di tempat Amirul Mukminin ia mengeluh tentang tidak berdayanya dia, mengajukan alasan-alasan dan berusaha meyakinkan bahwa ia akan menepati janji, tetapi Amirul Mukminin berkata, "Anda berjanji di Mesjid Nabi di hadapan semua orang, tetapi janji itu dipenuhi seperti itu; ketika rakyat pergi kepada Anda, mereka ditolak, bahkan hinaan dilemparkan kepada tnereka. Bila begini keadaan Anda yang telah dilihat dunia, maka bagaimana dan atas dasar apa saya dapat mempercayai suatu perkataan Anda kelak'? Jangan mengharap-kan sesuatu dari saya sekarang. Saya tidak bersedia menerima tanggung jawab atas nama Anda. Ambillah jalan mana pun yang Anda kehendaki, dan tempuh-ah jalan mana saja yang Anda pilih." Setelah pembicaraan ini, 'Utsman kembali dan mulai menyalahkan Amirul Mukminin atas semua kekacauan yang menimpa dirinya dan bahwa ia tidak melakukan apa-apa walaupun ia mampu melakukan segalanya.
Di sisi ini hasil pertaubatannya sama sebagaimana dahulunya. Sekarang mari-lah kita lihat sisi lainnya. Setelah melewati Hijaz, di suatu tempat bernama Ailah di pantai Laut Merah, Muhammad ibn Abu Bakar dan rombongan melihat seorang penunggang unta yang berusaha melarikan untanya secepat mungkin seakan-akan dikejar musuh. la mengatakan bahwa ia budak 'Utsman. Ketika ditanya ke mana ia hendak pergi, ia menjawab hendak ke Mesir. Ditanya tentang kepada siapa ia akan pergi, ia menjawab, kepada Gubernur. Orang-orang itu mcngatakan bahwa Gubernur Mesir ada bersama mereka. Maka, kepada siapa ia akan pergi? la me-ngatakan akan pergi kepada Ibn Abi Sarh. Ketika ditanya apakah ia membawa surat, ia menyangkalnya. Mereka menanyakan untuk maksud apa ia akan ke sana. la menjawab tak tahu. Salah seorang mengatakan bahwa pakaiannya harus di-periksa. Ketika diperiksa, tak ditemukan apa-apa. Kinanah ibn Bisyr at-Tujibt mengatakan, "Periksalah kantong airnya." Orang berkata, "Biarkan dia, betapa mungkin ada surat dalam air." Kinanah mengatakan, "Anda tak tahu betapa liciknya permainan orang-orang itu." Akhirnya, kantong airnya dibuka dan diperiksa. Di dalamnya terdapat suatu pipa dari timah, dan di dalam pipa itu terdapat sepucuk surat. Ketika dibuka dan dibaca, di dalamnya tertera perintah Khalifah, "Bilamana Muhammad ibn Abu Bakar dan rombongannya sampai kepada Anda, maka dari antara mereka bunuhlah si anu dan si anu, tahanlah si anu dan si anu, dan masukkan si anu dan si anu ke dalam penjara, tetapi hendaklah Anda tetap pada jabatan Anda." Ketika membaca ini, semuanya tercengang dan saling memandang dalam kebingungan.
Sekarang, meneruskan perjalanan ke Mesir sama artinya dengan maju ke mulut maut. Karena itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa serta budak itu. Setiba di sana, mereka meletakkan surat itu di hadapan para sahabat Nabi. Siapa saja yang mendengar peristiwa itu tercengang, dan tiada seorang pun yang tidak mencerca 'Utsman. Kemudian beberapa sahabat Nabi pergi kepada 'Utsman bersama orang-orang ini dan menanyakan meterai siapa yang tertera pada surat itu. 'Utsman menjawab bahwa itu meterainya sendiri. Mereka menanyakan tulisan siapa itu. la mengatakan itu tulisan sekretarisnya. Mereka menanyakan budak siapa itu. la menjawab bahwa itu budaknya. Mereka menanyakan hewan siapa yang ditungganginya. la menjawab bahwa itu milik pemerintah. Mereka menanyakan siapa yang mengirimnya. la menjawab tak tahu. Orang-orang itu lalu mengatakan, "Subhanallah. Semuanya kepunyaan Anda tetapi Anda tak tahu siapa yang mengirimkannya. Apabila Anda begitu tak berdaya, Anda tinggalkanlah kekhalifahan ini dan menyingkirlah darinya, supaya datang orang lain yang dapat mengatur urusan kaum Muslim." la menjawab "Tak mungkin saya menanggalkan baju kekhalifahan yang telah dipakaikan Allah kepada saya. Tentu saja saya akan bertaubat." Orang-orang berkata, "Mengapa Anda bicara tentang bertaubat yang telah diingkari pada hari ketika Marwan mewakili Anda di pintu rumah Anda, dan segala yang kurang telah dilengkapi oleh surat ini. Tinggalkanlah kekhalifahan! Apabila saudara-saudara karni mengahalangi jalan kami, kami akan menggeserkannya; apabila mereka bersedia untuk berkelahi, kami pun mau berkelahi. Tangan kami tidak kaku, dan pedang kami tidak tumpul. Apabila Anda memandang kaum Muslim sama dan menegakkan keadilan, serahkan Marwan kepada kami supaya dapat kami menanyainya atas kuasa dan dukungan siapa ia hendak mempermainkan nyawa mahal kaum Muslim dengan menulis surat ini." Tetapi, ia menolak tuntutan ini dan tak mau menyerahkan Marwan kepada mereka, yang karenanya orang mengatakan bahwa surat itu telah ditulis atas suruhannya.
Bagaimanapun, keadaan yang sedang membaik sebelumnya, sekarang menjadi buruk dan memang semestinya akan demikian; karena, walaupun waktu yang dahulunya dijanjikan telah lewat, keadaannya tepat sama sebagaimana sebelumnya, tiada sedikit pun perubahan telah terjadi. Akibatnya, orang-orang yang tertinggal di lembah Dzakhusyub, untuk melihat hasil pertaubatan 'Utsman, maju lagi seperti banjir dan menyebar di jalan-jalan Madinah, dan dengan menutup perbatasan dari setiap sisi, mereka mengepung rumahnya.
Sementara pengepungan ini, seorang sahabat Nabi, Niyar ibn 'lyad, ingin bicara dengan 'Utsman; ia pergi ke rumahnya lalu memanggilnya. Ketika 'Utsman menengok keluar dari atas, Niyar berkata, "Wahai, 'Utsman, demi Allah, serahkan kepada kami kekhalifahan ini dan selamatkanlah kaum Muslim dari pertumpahan darah." Sementara ia bicara, salah seorang pendukung 'Utsman membidik dan membunuhnya dengan panah. Rakyat menjadi berang dan menyerukan bahwa pembunuh Niyar harus diserahkan kepada mereka. 'Utsman mengatakan bahwa tak mungkin ia akan menyerahkan pendukungnya sendiri kepada mereka.
Sikap keras kepala itu adalah ibarat pengipas api, dan dalam puncak kemarahan beberapa orang membakar pintu rumahnya dan mendesak maju untuk masuk, sementara Marwan ibn Hakam, Sa'id ibn 'Ash dan Mughirah ibn al-Akhmas bersama dengan kontingen-kontingen mereka, menghantam para pe-ngepung itu, lalu pembunuhan dan pertumpahan darah mulai di pintu rumahnya. Rakyat hendak memasuki rumahnya, tetapi mereka terdorong mundur. Sementara itu ' Amr ibn Hazm al-Anshari yang rumahnya bertetangga dengan 'Utsman membuka pintu rumahnya seraya menyerukan supaya maju ke situ. Maka, melalui rumah itu para pengepung memanjat ke bumbungan rumah 'Utsman lalu turun dari sana seraya menghunus pedang. Baru terjadi sedikit perkelahian—kecuali orang-orang keluarga 'Utsman—para pencintanya dan Bani Umayyah lari ke jalan-jalan Madinah, dan beberapa orang bersembunyi di rumah Umm Habibah binti Abi Sufyan (saudara perempuan Mu'awiah). Yang tertinggal semuanya terbunuh bersama 'Utsman karena membelanya hingga saat berakhir. (Ibn Sa'd, ath-Thabaq?t, III, Bagian I, h. 50-58; ath-Thabari, Tar?kh, I, h. 2998-3025; Ibn Atsir, al-Kamil, III, h. 167-180; Ibn Abil Hadid, II, 144-161).
Pada pembunuhannya, beberapa penyair menulis elegi. Berikut ini satu syair oleh Abu Hurairah:
Sekarang orang hanya punya satu kesedihan, tetapi saya mempunyai dua (kesedihan): Kehilangan kantong uang saya dan kematian 'Utsman.
Setelah melihat peristiwa-peristiwa itu, sikap Amirul Mukminin menjadi jelas. Yakni, ia tidak mendukung kelompok yang menghasut pembunuhan 'Utsman, dan ia tak dapat digolongkan pada orang-orang yang mendukung dan membelanya; ketika ia melihat bahwa apa yang telah dikatakan tidak dijalankan, ia berlepas tangan.
Bilamana kedua pihak dilihat pada saat itu, di antara orang-orang yang ber-lepas tangan dari mendukung 'Utsman, nampak 'A'isyah, dan orang-orarjg di antara sepuluh orang yang mubasysyarun bil-jannah (yang telah diberitakan sebelumnya akan masuk surga, menurut versi yang populer, yang tak benar), yang pada saat itu masih hidup, dari antara mereka yang ambil bagian dalam komite Syura (yang dibentuk untuk memilih khalifah), Anshar, Muhajirin awal, orang-orang yang dahulu turut serta dalam Perang Badr, dan lain-lain tokoh menonjol dan terkemuka, sementara di pihak 'Utsman hanya nampak budak khalifah itu dan beberapa orang dari BanT Umayyah. Apabila orang-orang seperti Marwan dan Sa'id ibn 'Ash tak dapat dianggap mengungguli para Muhajirtn awal, maka tindakan mereka pun tak dapat dianggap mengatasi perbuatan-perbuatan Muhajirin awal itu. Lagi, apabila ijmak (konsensus pendapat) bukan sarana untuk peristiwa-penstiwa khusus saja, maka akan sukar untuk mempertanyakan kesepakatan melimpah dari para sahabat itu.
KHOTBAH 31 Sebelum dimulainya Pertempuran Jamal, Amirul Mukminin mengutus 'Abdullah ibn 'Abbas kepada Zubair untuk menasihatinya supaya kembali taat. la berkata kepadanya pada kesempatan itu:
Jangan menemui Thalhah. Apabila Anda menemuinya, akan Anda dapati dia seperti lembu jantan liar yang tanduknya dipalingkan ke arah telinganya. la menunggangi hewan tunggangan yang garang dan mengatakan bahwa (hewan) itu telah dijinakkan. Tetapi temuilah Zubair karena ia ber-perangai lembut. Katakan kepadanya bahwa sepupu pihak ibu Anda mengatakan, "Nampaknya seakan-akan di Hijaz Anda mengenalnya tetapi ketika tiba di xlraq sini Anda berubah menjadi orang orang asing sepenuhnya. Alhasil, apakah penyebab dari semua ini?"
Sayid Radhi berkata: Kalimat yang terakhir dari Khotbah ini, fama 'ada minna bada, hanya pernah terdengar dari Amirul Mukminin saja. •
KHOTBAH 32 Tentang Pelecehan Dunia, dan tentang Golongan-golongan Manusia
Wahai manusia, kita dilahirkan dalam masa yang penuh penyimpangan dan tak bersyukur, di mana orang bajik dianggap jahat dan orang lalim terus maju merajalela. Kita tidak memanfaatkan apa yang kita ketahui dan tidak menemukan apa yang tidak kita ketahui. Kitak tidak takut akan bencana, sampai ia menimpa.
Manusia terbagi dalam empat golongan. Di antara mereka adalah orang yang tercegah melakukan kejahatan hanya karena kedudukannya yang rendah, tak punya sarana dan papa dari kekayaan.
Kemudian, ada orang yang telah menghunus pedangnya, terang-terangan berbuat kejahatan, mengumpulkan orang berkuda dan pejalan kaki dan mengabdikan dirinya untuk mendapatkan harta, memimpin pasukan, naik ke mimbar dan menghancurkan agamanya. Betapa buruknya transaksi yang Anda izinkan, (kenikmatan) dunia ini menjadi harga bagi diri Anda sendiri sebagai ganti dari apa yang ada di sisi Allah untuk Anda.
Dan di antara mereka ada orang yang mencari (manfaat) dunia ini melalui amal perbuatan yang dianggap untuk dunia yang akan datang, tetapi tidak mencari (kebaikan) dunia yang akan datang dengan beramal di dunia ini. la menjaga tubuhnya agar tetap tenang (dalam martabat), mengayun langkah-langkah pendek, mengangkat jubahnya, menghiasi tubuhnya untuk penampilan berwibawa, dan menggunakan hubungan pura-puranya dengan Allah sebagai sarana untuk berbuat dosa.
Dan ada orang yang kelemahannya dan ketiadaan sarananya telah menahannya dari menguasai negeri-negeri. Ini membuat kedudukannya rendah, lalu ia menamakannya kepuasan dan ia membusanai dirinya dengan jubah zuhud padahal tak pernah ada hubungannya dengan sifat-sifat ini.
Kemudian masih ada sedikit orang yang ingatan akan kembalinya (kepada Allah di Hari Kiamat) membuat matanya menunduk, dan takut akan kebangkitan di akhirat mengalirkan air matanya. Sebagian dari mereka ketakutan dan menjauh (dari dunia ini) dan menyendiri; sebagian takut dan menyerah; sebagian diam seakan-akan diberangus; sebagian berdoa dengan khusyuk, sebagian terlanda sedih dan pedih yang telah dikurung oleh ketakutan dalam ketiadaan dan kehinaan telah mengapaninya, sehingga mereka berada dalam lautan pahit, mulut mereka tertutup dan hati mereka memar. Mereka berkhotbah sampai lelah, mereka ditindas sampai mereka terhina, dan mereka dibunuh sampai jumlah mereka tinggal sedikit.
Dunia di mata Anda haruslah lebih kecil daripada kulit ranting akasia dan percaan kain dari bulu domba. Carilah pelajaran dari orang-orang yang mendahului Anda sebelum orang-orang yang menyusuli Anda mengambil pelajaran dari Anda, dan menjauhlah darinya dengan menyadari keburukannya karena ia bahkan meninggalkan orang yang lebih tertaut padanya ketimbang Anda.
Sayid Radhi berkata: Beberapa orang yang tak tahu mengatributkan khotbah ini pada Mu'awiah, tetapi ini adalah ucapan Amirul Mukminin. Tak seharusnya ada keraguan tentang hal itu. Perbandingan apa yang ada antara emas dan lempung atau air manis dan air pahit? Ini ditunjukkan oleh pemandu yang mahir dan kritikus yang ahli, 'Amr ibn Bahr aklahizh, yang telah menyebutkan Khotbah ini dalam bukunya al-Bayan wa At-Tabyin (jilid II, h. 59-61). la juga menyebutkan siapa yang mengatributkannya kepada Mu'awiah, dan kemudian ia menyatakan bahwa khotbah itu paling sesuai sebagai pidato Ali dan paling sesuai dengan caranya menggolongkan manusia dan informasi tentang kelaliman, kehinaan, kekhawatiran dan ketakutan mereka. (Di sisi lain) kita tak pernah mendapatkan Mu'awiah berbicara tentang kehidupan zuhud atau para 'abid (yang ahli ibadah). •
KHOTBAH 33 ' Abdullah ibn' Abbas mengatakan, ketika Amirul Mukminin berangkat untuk memerangi penduduk Bashrah, ia tiba dengan rombongannya di Dziqar dan melihatnya sedang menisik sepatu. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya, "Berapa harga sepatu ini?" Saya (Ibn 'Abbas) katakan, "Sekarang ia tak berharga." la lalu berkata, "Demi Allah, ia lebih berharga bagi saya daripada mernerintah atas Anda, kalau bukan karena saya harus menegakkan hak dan menyingkirkan kebatilan."
Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad SAWW ketika tak seorang pun di antara orang Arab membaca Kitab atau mengakui kenabian. Beliau membimbing manusia sampai beliau membawa mereka kepada kedudukan (yang benar) dan keselamatan. Maka lembing-lembing (yakni perwira) mereka menjadi lurus dan kondisi mereka menetap.
Demi Allah, saya berada di baris depan (memerangi jahiliahl sampai lenyap. Saya tidak menunjukkan kelemahan atau sifat pengecut. Perjalanan hidup saya juga seperti itu. Tentulah saya akan merobek kebatilan sehingga yang hak keluar dari sisanya.
Apa (penyebab konflik) yang ada antara saya dan orang Quraisy? Demi Allah, saya telah bertempur dengan mereka ketika mereka telah tersesat. Saya akan (tetap) sama bagi mereka sekarang sebagaimana saya bagi mereka kemarin.
Demi Allah, orang Quraisy hanya menaruh dendam pada kami karena Allah mengutamakan kami (Nabi dan keturunannya) atas mereka. Maka kami telah memperkenankan mereka ke dalam wilayah kami, yang atasnya mereka menjadi seperti yang dikatakan penyair terdahulu:
Demi hidupku, kamu minum susu segar setiap pagi,
Dan (terus) makan gandum bergiling halus dan mentega;
Kami memberikanmu kemuliaan yang tak kau punyai sebelumnya;
Dan melindungimu dengan kuda-kuda bangsawan dan lembing-lembing berwarna coklat yang kuat.[1] •
[1] Si penyair bermaksud mengatakan bahwa kondisi kehidupan orang tersebut, dari sisi pandang moral dan material, lebih buruk di masa lampau, dan bahwa si penyair dan sukunya telah memberikan kepadanya sarana-sarana yang terbaik untuk menjalani kehidupannya. Tetapi, sebagai hasil dari kondisi yang diperbaiki itu, ia sama sekali lupa diri, melupakan keadaannya di masa lampau dan berpikir bahwa ia memiliki jenis kehidupan ini sejak dahulu.
Sekarang, Amirul Mukminin hendak menyampaikan gagasan yang sama ke-pada orang Quraisy sebagaimana yang dikatakan Fathimah (as) putri Nabi dalam pidatonya mengenai Fadak:
(Wahai manusia), Anda telah berada di tepi jurang neraka .... (QS. 3:103), Anda tak berharga seperti seteguk air. Anda sedikit seperti segelintir orang serakah dan sekelumit orang tergopoh-gopoh. Anda sama hinanya dengan debu di bawah tapak kaki. Anda peminum air keruh. Anda memakan kulit yang tak disamak. Anda terhina dan terkutuk. Tetapi Allah menyelamatkan Anda melalui ayah saya, Muhammad SAWW."
7
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 34 Dalam mempersiapkan orang unluk berperang melawan orang Suriah (Syam),[1] Amirul Mukminin berkata:
Celaka bagi Anda. Saya telah capai mencela Anda. Apakah Anda me-nerima kehidupan duniawi ini sebagai ganti kehidupan yang akan datang? Atau kehinaan sebagai ganti kehormatan? Bilamana saya mengundang Anda berjihad melawan musuh Anda, mata Anda berputar seakan-akan Anda berada dalam cengkeraman maut, dalam ketidaksadaran di saat-saat terakhir. Permohonan saya tidak Anda pahami, dan Anda hanya teipukau. Seakan-akan hati Anda dipengaruhi kegilaan sehingga Anda tidak mengerti. Anda telah menghilangkan kepercayaan saya untuk selamanya. Tidaklah Anda merupakan suatu dukungan bagi saya untuk diandalkan, bukan pula sarana bagi kehormatan dan kemenangan. Anda ibarat unta-unta yang kehilangan pelindungnya, sehingga apabila mereka dikumpulkan dari satu sisi mereka tersebar menjauh dari sisi lain.
Demi Allah, betapa buruk Anda untuk menyulut api perang. Musuh berkomplot melawan Atida tetapi Anda tidak berkomplot (melawan musuh). Perbatasan (negeri) Anda sedang berkurang, tetapi Anda tidak berang atas-nya. Orang-orang yang melawan Anda tidak tidur, tetapi Anda tak peduli. Demi Allah, orang-orang yang meninggalkan urusan kepada orang lain akan ditundukkan. Demi Allah, saya mengira bahwa apabila pertempuran berkecamuk dan maut melanglang di atas Anda, Anda akan memutuskan diri menjauh dari putra Abu Thalib seperti memutuskan kepala dari badan.[2]
Demi Allah, orang yang memungkinkan lawannya menguasainya sedemikian itu sampai menyingkirkan dagingnya fdari tulangnya), meremukkan tulang-tulangnya dan menyayat-nyayat kulitnya sampai kecil-kecil, berarti bahwa kelemahannya besar dan hatinya yang dikelilingi sisi-sisi dadanya lemah. Anda mungkin menjadi seperti itu apabila Anda menghendaki. Tetapi bagi saya, sebelum saya membiarkannya, saya akan menggunakan pedang bermata tajam saya al-Musyrafiyyah yang akan menebas tulang-tulang kepala dan menerbangkan tangan dan kaki. Sesudah itu, Allah akan melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Wahai manusia, saya berhak atas Anda dan Anda berhak atas diri saya. Hak Anda atas diri saya, yaitu saya menasihati Anda, memberikan apa yang menjadi hak Anda secara penuh, mengajari Anda supaya Anda tidak tetap bodoh, dan mengajari Anda akhlak yang akan Anda laksanakan. Hak saya atas Anda adalah pemenuhan (kewajiban) baiat, mengharapkan yang baik dalam kehadiran atau ketidakhadiran saya, menyambut apabila saya tnemanggil Anda, dan menaati apabila saya memerintah Anda. •
[1] Kata Syam (Suriah) digunakan unuk kawasan luas yang dikuasai kaum Muslim saat itu. Wilayah itu meliputi Suriah, Lebanon dan Palestina sekarang. Ibu kotanya Damaskus (Damsyik). Kata Syam atau Suriah dalam buku ini mengandung pengertian yang luas itu.
[2] Ungkapan ini digunakan untuk "pemutusan" yang tak mungkin dipulihkan lagi. Penulis Durrah Najafiyyah telah mengutip beberapa pendapat tentang keterangan maknanya.
(i) Pendapat Ibn Duraid tentang makna kata itu, "Sebagaimana kepala yang terputus mustahil dipadukan lagi, demikian pula kamu mustahil akan bersatu lagi dengan saya setelah kamu meninggalkan saya."
(ii) Al-Mufadhdhal mengatakan, ar-Ra's (kepala) adalah nama orang dan nama sebuah desa di Suriah, Baitur-Ra's, yang dinamakan menurut nama orang itu. Ar-Ra's meninggalkan kampung halamannya dan tak pernah kembali ke desanya; sctelah itu timbul peribahasa, "Anda pergi seperti ar-Ra's."
(iii) Salah satu pengertiaannya ialah, "Sebagaimana persendian tulang kepala yang terlepas tak dapat dipulihkan, demikian pula Anda tak akan bersatu dengan saya setelah memutuskan diri dari saya."
(iv) Dikatakan pula bahwa kalimat ini mengandung pengertian perpisahan secara sempurna, putus sama sekali. Setelah mengutip pengertian ini dari Syarh Syaikh Quthbuddin ar-Rawandi, pensyarah Ibn Abil Hadid menulis bahwa pengertian ini tidak benar, karena apabila kata ra's bermakna kcseluruhan maka ia tak didahuiui oleh huruf alifdan larn (al-, ar-).
(v) Kalimat itu juga dianggap bermakna bahwa "Anda akan lari dari saya seakan-akan untuk menyelamatkan kepala Anda." Di sampig ini, satu dua arti lain juga telah dikatakan, tetapi karena jauh maka kami abaikan.
Pertama-tama ungkapan ini digunakan oleh scorang filosof Arab, Akhtam ibn Shaifi, kctika mengajarkan persatuan dan persaudaraan kepada anak-anaknya. La mengatakan,
Wahai, anak-anakku. Janganlah kamu memutuskan diri pada saat bencana, seperti pemutusan kepala, karena setelah itu kamu tak akan bersatu lagi.
KHOTBAH 35 Amirul Mukminin berkata setelah Tahkim,[1]
Segala puji hanya bagi Allah, walaupun waktu telah membawa (bagi kita) petaka yang meremukkan dan kejadian yang besar. Dan saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan tak ada bersama-Nya sesuatu selain Dia Sendiri, dan Muhammad (saw) adalah hamba dan pesuruh-Nya.
'Amma ba'du, sesungguhnya orang yang durhaka kepada penasihat yang penuh belas kasih, yang berpengetahuan dan pengalaman, menimbulkan kekecewaan dan mengakibatkan penyesalan. Saya telah memberikan kepada Anda perintah-perintah saya tentang tahkim itu, telah saya sampaikan ke hadapan Anda pandangan saya yang tersembunyi. Saya berhasrat kiranya pandangan Qashir[2] telah diterima; tetapi Anda menolaknya seperti lawan yang kasar dan pemberontak yang durhaka sampai si penasihat sendiri jatuh dalam keraguan tentang nasihatnya dan latu api (kecerdasannya) berhenti memberi nyala api. Sebagai akibatnya, kedudukan saya dan kedudukan Anda menjadi seperti yang dikatakan si penyair Bani Hawazin,
Kuberikan perintahku di Mun'arajil-Liwa,
Tetapi tidak kaulihat baiknya nasihatku,
Hingga menjelang tengah hari berikutnya (ketika sudah terlambat).[3] •
[1] Ketika semangat orang Suriah telah patah oleh pedang-pedang ganas orang 'Iraq dan serangan-serangan yang tak berkeputusan pada Malam al-Harir menjatuhkan moralnya dan mengakhiri aspirasi-aspirasinya, 'Amr ibn 'Ash menyarankan siasat licik kepada Mu'awiah supaya mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak dan berteriak-teriak mendesak untuk menggunakannya sebagai hakam seraya mengatakan, sebagian orang akan berusaha menghentikan peperangan dan sebagian lagi hendak meneruskannya. Dengan demikian maka kita memecah belah mereka dan akan dapat menangguhkan peperangan sampai pada kesempatan lain." Sesuai dengan saran itu, mushaf-mushaf Al-Qur'an diangkat pada ujung tombak. Hasilnya, sebagian orang yang tak berpikir membuat huru-hara dan berseru serta menimbulkan perpecahan dan kekacauan di kalangan tentara, dan perjuangan kaum Muslim yang terkicuh mereda setelah hampir mencapai kemenangan. Tanpa memahami sesuatu, mereka mulai menjerit-jerit menghendaki keputusan Al-Qur'an atas peperangan.
Melihat Al-Qur'an dijadikan alat siasat licik, Amirul Mukminin mengatakan, "Wahai, manusia. Janganlah kamu terjebak dalam penipuan dan kelicikan ini. Mereka menggunakan rancangan ini untuk mengelakkan aibnya kekalahan. Saya mengenal watak setiap orang dari mereka. Mereka bukan penganut Al-Qur'an dan tidak bertindak menurut perintah Al-Qur'an. Demi Allah, janganlah kamu terjebak dalam tipu daya mereka. Teruskan dengan tekad dan berani, dan baru berhenti setelah mengalahkan musuh yang sedang sekarat." Namun, siasat licik kebatilan telah bekerja. Orang-orang itu mengambil sikap membangkang dan memberontak. Mis'ar ibn Fadaki at-Tamimi dan Zaid ibn Husain ath-Tha'i, masing-masing dengan pasukan sebesar 20.000 orang, menghadapi Amirul Mukminin seraya berkata, "Hai, 'Ali. Apabila Anda tidak menyambut seruan Al-Qur'an, kami akan memperlakukan Anda seperti kami memperlakukan 'Utsman. Segeralah akhiri pertempuran, dan tunduklah kepada keputusan Al-Qur'an."
Amirul Mukminin berusaha sekuat kuasanya untuk menyadarkan mereka, tetapi iblis telah berdiri di hadapan mereka berjubahkan mashaf Al-Qru'an. la tidak mengizinkan mereka untuk berbuat demikian, dan mereka memaksa Amirul Mukminin mengutus seseorang untuk memanggil Malik ibn Harits al-Asytar dari medan pertempuran. Karena terpaksa, Amirul Mukminin mengirim Yazid ibn Hanf' memanggil Malik.
Ketika Malik mendengar perintah ini, ia menjadi bingung, seraya berkata, 'Tolong katakan kepadanya, ini bukan saat untuk meninggalkan posisi. la bolch menunggu sebentar saat saya menghadapnya dengan berita kemenangan." Ibn Hani' menyampaikan pesan itu sekembalinya, tetapi orang-orang berteriak bahwa tentulah Amirul Mukminin telah menyampaikan pesan rahasia kepadanya. Amirul Mukminin mengatakan bahwa tak ada kesempatan baginya untuk menyampaikan suatu pesan rahasia. Segala yang dikatakannya dilakukan di hadapan mereka.
Orang-orang itu mengatakan bahwa Ibn Hani' harus diutus lagi, dan apabila Malik menunda kedatangannya maka Amirul Mukminin akan kehilangan nyawa. Amirul Mukminin menyuruh lagi Ibn Hani dan menyampaikan pesan bahwa telah terjadi pemberontakan; ia harus kembali dalam keadaan bagaimanapun. Maka Ibn Hani' pergi lagi lalu mengatakan kepada Malik, "Apakah Anda lebih mencintai kemenangan atau nyawa Amirul Mukminin? Kalau nyawanya lebih Anda cintai, Anda harus melepaskan tangan dari pertempuran lalu pergi kepadanya." Dengan meninggalkan kesempatan untuk menang, Malik berangkat menghadap Amirul Mukminin dengan sedih dan kecewa. Kekacauan pun berkecamuk. la membantah orang-orang itu dengan sangatnya, tetapi mereka tak dapat diperbaiki lagi.
Maka diputuskanlah bahwa setiap pihak harus menunjuk seorang hakam supaya mereka menyelesaikan persoalan kekhalifahan itu menurut Al-Qur'an. Dari pihak Mu'awiah telah diputuskan 'Amr ibn 'Ash. Dari pihaknya, orang-orang itu mengajukan Abu Musa al-Asy'ari. Melihat pilihan yang salah ini, Amirul Mukminin mengatakan, "Karena Anda tidak menerima pendapat saya tentang tahkim, sekurang-' kurangnya sekarang Anda menyetujui untuk tidak mengangkat Abu Musa se-bagai hakam. la bukan orang yang amanat. Di sini ada 'Abdullah ibn 'Abbas, dan di sini ada Malik al-Asytar. Pilihlah seorang di antara mereka." Tetapi, mereka tak mau mendengarkannya, dan bersikeras pada Abu Musa. Amirul Mukminin akhir-nya mengatakan, "Nah, lakukanlah sesuka Anda. Tidak lama lagi Anda akan memakan tangan Anda sendiri karena kebatilan Anda."
Setelah pengangkatan hakam, setelah surat persetujuan ditulis, imbuhan "Amirul Mukminin" pada nama 'Ali ibn Abt Thalib juga tertulis. 'Amr ibn 'Ash mengatakan, "Ini harus dihapus. Apabila kami memandangnya sebagai Amirul Mukminin, mengapa peperangan ini harus dilakukan?" Mula-mula Amirul Mukminin menolak untuk menghapusnya, tetapi setelah mereka sama sekali tak mau menerima, ia menghapusnya seraya mengatakan, "Peristiwa ini sama dengan peristiwa di Hudaibiah, ketika orang-orang kafir bersikeras bahwa kata 'Rasulullah' bersama nama Nabi Muhammad harus dihapus, dan Nabi menghapusnya." Mendengar ini 'Amr ibn 'Ash marah dan mengatakan, "Apakah Anda memperlakukan kami sebagai orang kafir?" Amirul Mukminin berkata. "Pada hari apa Anda mempunyai suatu hubungan dengan kaum mukmin dan kapan Anda telah menjadi pendukung mereka?"
Bagaimanapun, setelah penyelesaian ini, orang-orang bubar. Setelah bermusyawarah, kedua hakam memutuskan bahwa dengan menyingkirkan 'Ali maupun Mu'awiah dari kekhalifahan, rakyat akan diberi hak memilih siapa saja yang mereka sukai.
Ketika tiba saat pengumumannya, diadakan suatu pertemuan di Daumatul Jandal. Yang terletak antara 'Iraq dan Suriah, kemudian kedua hakam itu tiba pula di sana untuk memaklumkan keputusan tentang nasib umat Islam. Secara licik, 'Amr ibn 'Ash berkata kepada Abu Musa, "Saya merasa tak pantas mendahului Anda. Anda lebih tua dalam tahun dan usia, karena itu Andalah yang mula-mula menyampaikan maklumat itu." Abu Musa menyerah pada kata-kata pujiannya lalu keluar dengan bangganya serta berdiri di hadapan hadirin. Kepada mereka ia berkata, "Wahai kaum Muslim, kami telah besama-sama menyelesaikan bahwa 'Ali maupun Mu'awiah harus dimakzulkan dan hak memilih khalifah diserahkan kepada rakyat. Mereka akan memilih siapa saja yang mereka kehendaki." Setelah mengatakan ini, ia duduk.
Sekarang giliran 'Amr ibn 'Ash, lalu ia berkata, "Hai, kaum Muslim. Anda telah mendengar bahwa Abu Musa telah menyingkirkan 'Ali ibn Abi Thalib. Saya pun menyetujuinya. Tentang Mu'awiah, tidak ada persoalan akan menyingkirkan dia. Karena itu saya tetapkan dia pada kedudukan itu."
Setelah ia mengatakan ini, serentak terdengar teriakan di mana-mana. Abu Musa berteriak sekuat-kuatnya bahwa itu tipu daya licik, seraya mengatakan kepada 'Amr ibn 'Ash, "Engkau telah menipu, dan ibaratmu adalah seperti anjing yang apabila kau muati sesuatu ia akan menjulurkan lidah, apabila engkau tinggalkan ia akan menjulurkan lidah." 'Amr ibn "'Ash menjawab, "Ibaratmu adalah seperti keledai yang dimuati buku." Bagaimanapun, siasat licik 'Amr ibn 'Ash efektif dan kaki goyah Mu'awiah dikuatkan kembali.
Inilah ringkasan riwayat Tahkim yang dasarnya dilandaskan pada Al-Qur'an dan sunah. Tetapi, apakah itu kepulusan Al-Qur'an, ataukah itu hasil tipu daya licik yang selalu digunakan manusia duniawi untuk mempertahankan kekuasaan mereka? Dapatkah lembaran-lembaran sejarah ini dijadikan obor penyuluh bagi masa depan? Pantaskah Al-Qur'an dan sunah digunakan sebagai alat untuk keuntungan untuk mendapatkan kekuasaan duniawi?
Ketika Amirul Mukminin mendapatkan berita tentang hasil yang menyedih-kan ini, ia naik ke mimbar dan mengucapkan khotbah, yang setiap patah katanya merupakan kesedihan dan kesusahan dan pada saat yang sama menyinarkan pikir-an sehatnya, kebenaran pandangannya dan kearifannya yang menjangkau jauh.
[2] Ini peribahasa yang digunakan bilamana nasihat seseorang dilolak, kemudian disesali. Dasar kenyataannya ialah sebagai berikut. Penguasa al-Hirah, yakni Jadzimah al-Abrasy, membunuh penguasa al-Jazirah yang bernama 'Amr ibn Zharib, lalu putrinya az-Zabba' dijadikan penguasa Jaztrah itu. Segera setelah az-Zabba' naik tahta, ia menyusun rencana untuk menuntut balas atas darah ayahnya. la mengirim pesan kepada Jadzimah bahwa ia tak dapat mengurus negaranya sendirian dan bahwa apabila ia dapat menjadi teman pelindungnya dengan jalan menerima-nya sebagai istri maka ia akan bersyukur. Jadzimah merasa amat sangat bangga atas lamaran ini, lalu bersiap-siap untuk ke Jazirah dengan seribu orang berkuda. Budaknya, Qashir, menasihatinya sungguh-sungguh bahwa itu hanya suatu tipuan dan siasat, dan supaya ia jangan menjerumuskan diri ke dalam bahaya. Tetapi, pikirannya telah begitu tertutup sehingga ia tak dapat memikirkan mengapa az-Zabba' sampai memilih pembunuh ayahnya sebagai teman hidupnya. Bagaimana-pun, ia berangkat. Ketika ia sampai di perbatasan Jazirah, tentara az-Zabba' hadir untuk menyambutnya, namun az-Zabba' sendiri tidak memberikan sambutan khusus atau ucapan hangat selamat datang. Melihat keadaan itu, Qashir merasa curiga lagi lalu menasihati Jadzimah untuk kembali, namun semakin dekat ke tujuan scmakin terbakar nafsunya. la tidak mempedulikan nasihat itu, dan melangkah lebih jauh memasuki kota. Segera setelah tiba di sana, ia dibunuh. Ketika Qashir melihat ini, ia mengatakan, "Andaikan nasihat Qashir diikuti!" Sejak itu peribahasa ini berlaku.
[3] Penyair Bani Hawazin ialah Duraid ibn ash-Shimmah. la menulis syair ini setelah saudaranya, 'Abdullah ibn ash-Shimmah, meninggal. Dasar faktanya ialah bahwa 'Abdullah bersama saudaranya memimpin serangan terhadap dua kelompok Bani Jusyam dan Bant Nashr, keduanya dari suku Hawazin, dan melarikan banyak unta. Waktu kembali, ketika mereka hendak beristirahat di Mun'arajil-Liwa, Duraid mengatakan tak bijaksana untuk berhenti di situ karena mungkin musuh menyerang dari belakang, tetapi 'Abdullah tak setuju, lalu berhenti di sana. Akibatnya, begitu mulai malam, musuh menyerang dan membunuh 'Abdullah di situ. Duraid juga luka, tetapi ia berhasil lolos. Sesudah itulah ia menulis beberapa syair, dalam salah satu di antaranya ia merujuk kehancuran sebagai akibat penolakan terhadap nasihatnya.
KHOTBAH 36 Memperingatkan Orang Nahrawan[1] tentang Nasib Mereka
Saya peringatkan Anda bahwa Anda akan terbunuh di tikungan dari daerah rendah ini sementara Anda tidak mempunyai alasan yang jelas di hadapan Allah, dan tanpa pewenang yang terang bersama Anda. Anda telah datang dari rumah-rumah Anda dan kemudian perintah Ilahi menjaring Anda. Saya telah menasihati Anda terhadap tahkim itu tetapi, Anda menolak nasihat saya seperti lawan dan menentang, sampai saya palingkan gagasan-gagasan saya ke arah keinginan Anda. Anda adalah kelompok yang kepala-kepalanya kosong dari kecerdasan dan akal. Semoga Anda tak berayah (Laknat Allah bagi Anda). Saya tidak membiarkan Anda dalam suatu petaka dan saya tidak menghendaki kemudaratan bagi Anda. •
[1] Penyebab peperangan Nahrawan adalah sebagai berikut. Setelah Tahkim (Arbitrasi), ketika Amirul Mukminin kembali ke Kufah, orang-orang yang paling menuntut diterimanya Tahkim mulai mengatakan bahwa menunjuk siapa pun selain Allah sebagai hakam (arbirator) adalah perbuatan murtad dan bahwa dengan menerima Tahkim itu Amirul Mukminin telah menjadi murtad. Akibatnya, dengan memutarbalikkan makna' "Tiada wewenang selain dari Allah", mereka meyakinkan kaum Muslim yang sederhana dan polos untuk menganut paham mereka, dan dengan memisahkan diri dari Amirul Mukminin mereka berkemah di Hantra dekat Kufah. Ketika mendengar tentang rencana persekongkolan mereka, Amirul Mukminin mengutus Sha'sha'ah ibn Suhan al-'Abdi dan Ziyad ibn an-Nadhr al-Harits menemani Ibn 'Abbas mendatangi mereka dan kemudian Armrul Mukminin sendiri ke sana dan membubarkan mereka setelah mengadakan pembicaraan.
Ketika orang-orang itu sampai ke Kufah, mereka mulai menyebarkan kabar bahwa Amirul Mukminin telah melanggar persetujuan Tahkim dan bahwa ia telah siap lagi memerangi Suriah. Ketika Amirul Mukminin mendengar ini, ia me-nyangkalinya; karena itu, orang-orang ini bangkit memberontak dan berkemah sekitar dua puluh kilo dari Baghdad di suatu daerah rendah terusan yang dinamakan Nahrawan.
Sementara itu, setelah mendengar keputusan Tahkim, Amirul Mukminin bangkit untuk memerangi pasukan Suriah dan menulis surat kepada orang Kharijt bahwa keputusan yang disepakati kedua hakam itu mengikuti nafsu hati ketimbang Al-Qur'an dan sunah, dan tak dapat diterimanya, dan bahwa karena itu ia telah memutuskan untuk memerangi mereka dan bahwa kaum KharijT harus mendukungnya untuk menentang musuh. Tetapi, orang Khariji memberikan kepadanya jawaban ini, "Ketika Anda menerima Tahkim itu, menurut pandangan kami Anda telah murtad. Apabila Anda mengakui kemurtadan Anda dan bertaubat, kami akan memikirkan hal ini dan akan memutuskan apa yang harus kami lakukan."
Dari jawabannya Amirul Mukminin mengerti bahwa pembangkangan dan kesesatan mereka sudah sangat parah. Mengharapkan sesuatu dari mereka sekarang adalah sia-sia. Karenanya, dengan mengabaikan mereka, ia berkemah di lembah Nukhailah dengan tujuan untuk maju ke Suriah. Amirul Mukminin mengatakan agar mereka meninggalkan orang Nahrawan itu sebagaimana adanya; mereka harus ke Suriah dahulu, baru kemudian membereskan orartg Nahrawan itu. Orang mengatakan bahwa mereka akan siap menaati perintahnya dengan segala daya mereka, baik ia menuju ke sini atau ke sana. Tetapi, sebelum tentara itu bergerak, berita berdatangan bahwa kaum Khariji memberontak, dan bahwa mereka telah membantai Gubernur Nahrawan, 'Abdullah ibn Khabbab ibn Aratt dan budak perempuannya serta anak dalam kendungannya, dan setelah membunuh tiga orang wanita dari Bani Tayyi' dan Umm Sinan asy-Shaudawiyyah. Amirul Mukminin mengutus Harits ibn Murrah al-'Abdi untuk menyelidikinya tetapi ia pun dibunuh oleh mereka.
Karena pemberontakan mereka sudah sampai ketingkat ini, mestilah ini dibereskan. Karenanya, tentara itu menuju ke Nahrawan. Ketika tiba di sana, Amirul Mukminin menyampaikan pesan bahwa orang-orang yang telah membunuh 'Abdullah ibn Khabbab al-Aratt dan kaum wanita yang tak berdosa supaya diserahkan untuk menerima hukuman. Mereka menjawab bahwa mereka membunuh orang-orang itu secara bersama-sama dan mereka memandang halal menumpahkan darah semua orang yang memihaknya. Sekalipun sudah demikian sikap mereka, Amirul Mukminin masih belum memulai pertempuran. la mengirim Abu Ayyub al-Anshari dengan suatu pesan damai.
Abu Ayyub berkata kepada mereka, "Barangsiapa datang ke bawah panji ini atau memisahkan diri dari pihaknya lalu pergi ke Kufah atau al-Mada'in, ia akan diampuni tanpa diperiksa. Sebagai hasilnya, Farwah ibn Naufal al-Asyja'i mengatakan bahwa ia tidak tahu mengapa mereka berperang dengan Amirul Mukminin. Dengan mengatakan ini ia berpisah bersama lima ratus orang. Begitulah, kelompok demi kelompok memisahkan diri, sebagian di antaranya bergabung dengan Amirul Mukminin. Yang tertinggal berjumlah empat ribu orang. Menurut riwayat dari Thabari, jumlah mereka 2.800. Orang-orang ini sama sekali tidak mau mendengarkan suara kebenaran dan telah siap untuk membunuh atau dibunuh.
Amirul Mukminin melarang tentaranya untuk memulai, tetapi orang-orang Khariji itu memasang anak panah, menghunus pedang dan mematahkan dan membuang sarung pedangnya. Hingga pada tahap ini pun Amirul Mukminin masih memperingatkan mereka tentang akibat buruk dari peperangan, dan khotbah ini adalah tentang peringatan dan teguran itu.
Tetapi, mereka demikian bergairah sampai meloncat menyerbu pasukan Amirul Mukmmin dengan serentak. Serangan ini begitu sengitnya sehingga tentara pejalan kaki tergoncang. Tetapi, tentara ini segera mengukuhkan posisinya sehingga serangan panah dan tombak tak dapat membubarkan mereka dari kedudukannya, lalu segera membersihkan kaum KharijJ itu sehingga, kecuali sembilan orang yang melarikan diri, semuanya tewas. Hanya delapan orang tentara Amirul Mukminin yang gugur. Pertempuran ini terjadi 9 Shafar 38 H.
KHOTBAH 37 Ucapan Amirul Mukminin yang seperti Khotbah. Tentang Keteguhannya dalam Agama dan yang Terdahulu Beriman
Saya melaksanakan kewajiban ketika orang lain kehilangan keberanian (untuk melakukannya), dan saya maju ke depan ketika orang lain menyembunyikan diri. Saya bicara ketika orang lain tinggal membisu. Saya bertindak dengan cahaya Ilahi ketika orang lain tinggal berdiri. Saya yang paling lembut di antara mereka dalam suara, tetapi yang tertinggi dalam maju ke depan. Saya berpegang erat-erat pada kendalinya (cahaya Ilahi) dan menerapkan diri saya semata-mata pada sumpahnya, seperti gunung yang tak tergeserkan oleh hembusan angin dan tidak tergoyangkan oleh badai. Tak ada orang yang dapat menemukan kesalahan pada saya, tak ada pula seorang pembicara yang dapat berbicara buruk tentang saya. Yang rendah adalah dalam pandangan saya pantas mendapatkan kehormatan sampai saya mengamankan haknya baginya, sementara yang kuat adalah dalam pandangan saya letnah sampai saya mengambil hak (orang lain) dari dia. Kami rida dengan takdir yang ditentukan Allah dan menyerah kepada perintah Allah. Apakah Anda berpikir bahwa saya akan berkata dusta atas nama Rasulullah SAWW? Demi Tuhan, sesungguhnya saya orang pertama yang membenarkannya, maka saya tidak akan menjadi orang pertama yang berbohong atas namanya. Saya melihat kepada diri saya dan mendapatkan bahwa ketaatan saya mendahului baiat saya, sementara perjanjian saya dengan beliau merupakan suatu beban di pundak saya. •
KHOTBAH 38 Tentang Penamaan Syubhah (Keraguan) dan Pelecehan terhadap Orang Ragu
Ragu dinamakan ragu karena ia menyerupai kebenaran. Dan bagi para pencinta Allah, keyakinan mereka melayani mereka sebagai cahaya, dan arah jalan yang benar (itu sendiri) melayani sebagai pemandu; sementara musuh-musuh Allah, di saat ragu, berseru kepada kesesatan dalam kegelapan ragu, dan pemandu mereka adalah kebutaan (akal). Orang yang takut akan kematian tak dapat melepaskan diri darinya, tak dapat pula orang yang takut kepada kehidupan yang kekal akan mendapatkannya. •
KHOTBAH 39 Pelecehan terhadap Orang yang Takut Bertempur
Saya berhadapan dengan manusia yang tidak menaati bila saya perintahkan, dan tidak menyahut bila saya memanggilnya. Celakalah Anda! Apa yang Anda nantikan untuk bangkit pada Jalan Allah? Tidakkah iman menggabungkan Anda bersama-sama atau rasa malu membangunkan Anda? Saya berdiri di antara Anda sambil berteriak, tetapi Anda tidak mendengarkan perkataan saya, dan tidak menaati perintah-perintah saya, sampai keadaan menunjukkan akibat-akibat buruknya. Tak ada darah yang dapat ditebus melalui Anda, dan tak ada maksud yang dapat dicapai dengan Anda. Saya memanggil Anda untuk menolong saudara-saudara Anda, tetapi Anda membuat kebisingan seperti unta yang sakit perut, dan menjadi terlepas seperti unta yang berpunggung tipis. Kemudian suatu kontingen lemah yang goyah datang kepada saya dari antara Anda sekalian "seolah-olah mereka dihalau menemui maut, sedang nereka melihatnya". (QS. 8:6).[1]
Sayid Radhi berkata: Perkataan Amirul Mukminin, mutadza'ib [jBvn, bergerak atau kacauj, sebagaimana mereka katakan, "Tadza'abat ar-rih", yakni angin bertiup secara kacau. Seperti itu pula serigala disebut dzi'b karena gerakannya yang kacau. •
[1] Mu'awiah mengirimkan satu kontingen yang terdiri dari dua ribu tentara di bawah pimpinan Nu'man ibn Basyir untuk menyerang 'Ainut-Tamr. Tempat ini adalah basis pertahanan Amirul Mukminin dekat Kufah, di bawah pimpinan Malik ibn Ka'b al-Arhabi. Ada seribu pejuang di bawah komandonya, tetapi pada saat itu hanya seratus orang yang berada di sana. Ketika Malik melihat pasukan musuh sedang menuju ke sana, ia meminta bantuan rakyat, tetapi hanya tiga ratus orang yang berscdia. Karenanya, Amirul Mukminin merasa jengkel dan mengucapkan khotbah ini mencela mereka. Ketika Amirul Mukminin tiba di rumahnya setelah menyampaikan khotbah itu, 'Adi ibn Hatim ath-Tha'i datang lalu mengatakan, "Wahai, Amirul Mukminin, seribu orang Bani Tha'i berada di bawah pimpinan saya. Apabila Anda katakan, saya akan mengirimkan mereka ke sana. Amirul Mukminin berkata, "Nampaknya tak baik kalau hanya rakyat dari satu suku saja yang menghadapi musuh itu. Anda siapkanlah pasukan Anda di Lembah an-Nukhailah." Sesuai dengan itu, ia ke sana lalu meminta rakyat berjihad. Di samping Bant Tha't telah berkumpul pula seribu prajurit lain. Mereka masih sedang bersiap-siap untuk berangkat ketika datang berita dari Malik ibn Ka'b bahwa tak perlu lagi bantuan, karena ia telah berhasil mengusir musuh itu.
Sebabnya, Malik telah mengutus 'Abdullah ibn Hawalah al-'Azdi secara terburu-buru kepada Qarazhah ibn Ka'b al-Anshari dan Mikhnaf ibn Sulaim al-'Azdi sehingga bila terjadi kelambatan datangnya dukungan dari Kufah maka ia dapat beroleh bantuan pada saatnya dari sini. 'Abdullah mendatangi keduanya, tetapi tak memperoleh bantuan dari Qarazhah. Namun, Mikhnaf ibn Sulaim men-dapatkan lima puluh orang di bawah pimpinan 'Abdur-Rahman ibn Mikhnaf dan mereka sampai kepada Malik menjelang malam. Hingga saat itu kedua ribu tentara musuh itu tak dapat menaklukkan seratus orang tentara Malik. Ketika Nu'man melihat kelima puluh orang yang baru datang itu, ia mengira bahwa pasukan-pasukan mereka telah mulai berdatangan, sehingga ia melarikan diri dari medan pertempuran. Bahkan dalam pengundurannya, Malik menyerang mereka dari belakang dan menewaskan tiga orang.
KHOTBAH 40 Ketika Amirul Mukminin a.s. Mendengar Seruan Orang Khawarij bahwa La hukma itla lillah
Kalimat itu benar tetapi (yang mereka anggap sebagai) artinya adalah salah. Benarlah bahwa keputusan hanya pada Allah, tetapi orang-orang ini me-ngatakan (tugas) pemerintahan hanya pada Allah. Nyatanya tak ada jalan lepas bagi manusia dari penguasa, baik ataupun buruk. Orang-orang mukmin beramal (baik) dalam pemerintahannya, sementara orang kafir menikmati manfaat (duniawi) di dalamnya. Dalam pemerintahan itu Allah akan membawa segala sesuatu ke tujuan. Melalui si penguasa pajak dikumpulkan, musuh diperangi, jalan-jalan dilindungi, dan hak orang lemah diambil dari orang kuat, sampai orang bajik menikmati kedamaian dan diberi perlindungan dari (penindasan) si jahat.
Suatu Versi Lain
Ketika Amirul Mukminin mendengar teriakan orang Khariji tentang keputusan itu, ia berkata,
Saya sedang mengharapkan keputusan Allah atas Anda.
Kemudian ia melanjutkan,
Mengenai pemerintahan yang baik, orang saleh beramal baik di dalamnya, sementara dalam pemerintahan buruk orang jahat menikmati sampai waktunya habis dan kematian menjemputnya. •
KHOTBAH 41 Mengutuk Pengkhianatan
Sungguh, pemenuhan janji adalah kembaran kebenaran. Saya tidak mengetahui perisai yang lebih baik (terhadap serangan dosa) daripada itu. Orang yang menyadari realitas bahwa ia akan kembali (ke akhirat), tak pernah berkhianat. Kita berada di suatu masa ketika orang memandang pengkhianatan sebagai kebijaksanaan. Di hari-hari ini orang jahil menamakannya hebatnya kecerdikan. Ada apa dengan mereka? Semoga Allah menghancurkan mereka. Orang yang telah mengalami tebal tipisnya kehidupan, mendapatkan dalih-dalih untuk mencegahnya dari perintah dan larangan Allah, tetapi mengabaikannya walaupun mampu (untuk menaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah), sedang orang yang tak mempunyai kendali agama menangkap kesempatan (dan menerima dalih-dalih untuk tidak mengikuti perintah Allah). •
KHOTBAH 42 Tentang Hasrat Hati dan Harapan yang Diulur
Wahai manusia, yang paling saya takuti tentang Anda ada dua hal: bertindak menurut hawa nafsu dan mengulurkan harapan. Mengenai bertindak menurut hawa nafsu, ini mencegah kebenaran; dan mengenai penguluran harapan, hal itu membuat orang melupakan dunia akhirat. Anda harus tahu bahwa dunia ini sedang bergerak dengan cepat' dan tak ada yang tertinggal darinya kecuali zarah-zarah terakhir, seperti ampas dari sebuah mangkuk yang telah dikosongkan seseorang. Berhati-hatilah, dunia akhirat sedang mendekat, dan kedua-duanya mempunyai putra-putra, yakni pengikut. Anda harus menjadi putra-putra akhirat karena di Hari Pengadilan setiap putra akan melekat pada ibunya. Hari ini adalah hari beramal dan tak ada perhitungan, tetapi hari esok adalah hari perhitungan dan tak akan ada (kesempatan untuk) beramal.
Sayid Radhi berkata, "al-hadzdza" berarti cepat, tetapi sebagian orang membacanya "jadzdza". Menurut versi ini maka artinya ialah bahwa siklus penikmatan duniawi itu akan segera berakhir. •
KHOTBAH 43 Setelah Aniirul Mukminin mengirim Jarfr ibn 'Abdillah al-Bajali ke Mu'awiah (untuk mendapatkan baiat), beberapa sahabatnya menganjurkan supaya bersiap untuk berperang dengannya. Pada saat itu ia berkata:
Persiapan saya untuk berperang dengan orang Suriah sementara Jarir masih di sana, akan menutup pintu bagi Suriah dan mencegah penduduknya dari beramal baik (membaiat) apabila mereka berniat melakukannya. Tetapi, saya telah menetapkan suatu batas waktu bagi Jarir, yang setelah itu ia tidak akan tinggal (di Suriah) tanpa tipuan atau pembangkangan. Pandangan saya memihak kepada kesabaran, maka tunggulah sebentar. (Sementara itu) saya bukan tak suka (bila) Anda bersiap-siap.
Saya telah mengamati urusan ini dengan sempurna dari segala sisi, tetapi saya tidak mendapatkan suatu jalan, kecuali perang atau kekufuran. Sesungguhnya telah ada sebelum ini seorang penguasa umat yang menimbulkan hal-hal (tak-Islami) yang baru dan memaksa rakyat untuk berbicara. Maka mereka bicara, kemudian bangkit, dan sesudah itu mengubah seluruh sistem. •
KHOTBAH 44 Ketika Mashqalah ibn Hubairah[1] asy-Syaibani melarikan diri kepada Mu'awiah karena ia telah membeli beberapa orang tawanan dari Bani Najiyah dari seorang pejabat Amirul Mukminin, tetapi ketika pejabat itu menagih harganya, ia mengelak dan membelot ke Suriah, Amirul Mukminin berkata:
Semoga Allah memperburuk Mashqalah. la bertindak seperti bangsawan, tetapi melarikan diri seperti seorang budak. Sebelum pengagumnya dapat berbicara (tentang dia), ia membungkamnya, dan sebelum pemujinya dapat membuktikan perbuatan-perbuatan mulianya, ia menutup mulut mereka. Apabila ia telah tinggal, kami akan mengambil dari dia apa yang dapat dibayarkannya dengan mudah dan menunggu sisanya sampai uangnya bertambah. •
[1] Setelah Tahkim (arbitrasi), kaum Khariji bangkit, seorang lelaki Khariji dari Bani Najiah bernama al-Khirrit ibn Rasyid an-Naji berdiri dan menghasut lalu berangkat ke Mada'in dengan suatu kelompok yang membunuh dan menjarah. Amirul Mukminin mengirim Ziyad ibn Khashafah dengan tiga ratus orang untuk menghalangi mereka. Kedua pasukan itu bertemu di Mada'in dan bertempur dengan pedang. Pertarungan baru mulai ketika malam tiba, dan pertempuran terpaksa dihentikan. Pagi harinya pasukan Ziyad melihat ada lima mayat Kharijt terbaring di medan, sedang pasukan mereka telah meninggalkan medan pertempuran. Melihat hal ini, Ziyad berangkat ke Bashrah bersama pasukannya. Di sana ia ketahui bahwa kaum Khariji telah pergi ke Ahwaz. la tak maju terus karena pasukannya terlalu kecil, seraya memberitahukan Amirul Mukminin tentang hal itu. Amirul Mukminin memanggilnya pulang dan mengirimkan Ma'qil ibn Qais ar-Riyahi dengan dua ribu prajurit berpengalaman ke Ahwaz dan menulis surat kepada Gubernur Bashrah, 'Abdullah ibn 'Abbas, supaya mengirimkan dua ribu pasukan pedang untuk membantu Ma'qil. Sesuai dengan itu, kontingen dari Bashrah juga bergabung dengan mereka di Ahwaz, dan setelah mengorganisasinya secara mestinya, mereka bersiap menyerang musuh. Tetapi, al-Khirrit maju terus bersama pasukannya ke bukit Ramhurmuz. Orang-orang ini juga mengikuti-nya dan menemukannya di dekat perbukitan itu. Keduanya mengatur pasukan lalu saling menyerang. Hasil pertempuran ini, 370 orang Khariji tewas di medan pertempuran sementara yang lainnya melarikan diri. Ketika Ma'qil memberitahukannya kepada Amirul Mukminin, ia mengarahkan untuk mengejar dan menghancurkan kekuatan mereka supaya tak kuasa bangkit lagi. Ketika mendengar perintah ini, Ma'qil maju terus dan menemukan mereka di pantai Teluk Persia, di mana al-Khirrit mendapatkan kerja sama rakyat dan anggota pasukan baru dan mengumpulkan kekuatan yang lumayan.
Ketika Ma'qil tiba dari sana, ia mengangkat bendera perdamaian dan memaklumkan bahwa orang-orang yang telah berkumpul dari sana sini supaya menyingkir. Mereka tidak akan diganggu. Efek maklumatnya, kecuali komunitasnya sendiri, semuanya meninggalkannya. la mengatur orang-orangnya itu lalu memulai pertempuran, tetapi para prajurit gagah dari Bashrah dan Kufah menunjukkan kehebatannya dalam menggunakan pedang sehingga dalam waktu singkat 170 orang pemberontak itu tewas sementara Nu'man ibn Suhban ar-Rasibi bertarung dengan al-Khirrit (ibn Rasyid an-Naji) dan akhirnya menjatuhkan dan membunuhnya. Segera sesudah jatuhnya, musuh kehilangan pegangan lalu melarikan diri. Setelah itu Ma'qil mengumpulkan semua orang lelaki, perempuan dari kalangan mereka pada suatu tempat. Orang-orang Muslim dibebaskan setelah mengucapkan sumpah setia. Orang-orang yang telah murtad diajak masuk Islam lagi. Akibatnya, selain seorang Kristen tua, semuanya dibebaskan dengan menganut Islam. Kemudian ia membawa bersamanya orang-orang Kristen Bani Najiah yang turut dalam pemberontakan itu bersama keluarga mereka. Ketika Ma'qil sampai di Ardasyir Khurrah (di Iran), para tawanan ini meratap dan menangis di depan gubernurnya, Mashqalah ibn Hubairah asy-Syaibani, dan memohon dengan merendah kepadanya agar berbuat sesuatu untuk membebaskan mereka. Mashqalah mengirim pesan kapada Ma'qil melalui Dzuhl ibn al-Harits untuk menjual para tawanan itu kepadanya. Ma'qil setuju lalu menjual para tawanan itu kepadanya seharga 500.000 dirham seraya mengatakan supaya segera mengirimkan uangnya kepada Amirul Mukminin. la mengatakan bahwa ia langsung akan mengirimkan angsuran pertama, dan angsuran berikutnya akan segera menyusul. Ketika Ma'qil menemui Amirul Mukminin, ia melaporkan semua peristiwa itu kepadanya. Amirul Mukminin membenarkan tindakannya lalu menunggu uang itu untuk beberapa waktu, tetapi Mashqalah membisu seakan-akan tak ada suatu urusan dengannya. Akhirnya Amirul Mukmmin mengutus seseorang kepadanya dengan pesan untuk membayar harganya atau datang sendiri ke Kufah. Atas perintah Amirul Mukminin, ia datang ke Kufah, dan ketika ditanyai ia membayar 200.000 dirham, tetapi untuk mengelakkan pembayaran 300.000 dirham sisanya, ia membelot kepada Mu'awiah, yang mengangkatnya menjadi Gubernur Thabaristan. Ketika Amirul Mukminin mengetahui hal ini, ia mengatakan kata-kata seperti dalam khotbah itu. Isinya ialah, "Apabila ia tinggal, kami akan mempertimbangkan tuntutan mengenai harga itu, dan akan menanti perbaikan kondisi ckonominya, tetapi ia melarikan diri sebagai budak setelah mempertunjukkan perbuatan pamer. Pembicaraan tentang kehebatannya baru saja mulai ketika orang mulai membicarakan kehinaan dan kerendahannya."
KHOTBAH 45 Tentang Kebesaran Allah dan Kerendahan Dunia
Segala puji bagi Allah yang dari belas kasih-Nya tak ada orang kehilangan harapan, yang dari nikmat-nikmat-Nya tak ada orang yang tak mendapatkan, yang dari keampunan-Nya tak ada orang yang kecewa, dan yang ibadat kepada-Nya tak ada yang terlalu tinggi."
Dunia ini adalah suatu tempat yang fana dan penghuninya akan meninggalkannya. la manis dan hijau. la bergegas kepada pencarinya dan bertaut pada hati si pemandang. Maka tinggalkanlah dia dengan perbekalan terbaik yang dapat Anda peroleh, dan jangan meminta di sini lebih banyak dari yang cukup, dan jangan menuntut darinya lebih dari kebutuhan hidup. •
KHOTBAH 46 Ketika Amirul Mukminin memutuskan maju Suriah (asy-Syam), ia berkata:
Ya Allah, Tuhanku, hamba memohon perlindungan-Mu dari kesukaran perjalanan, dan kesusahan perjalanan pulang, dari pemandangan harta dan manusia yang merusak. Ya Allah, Engkau adalah sahabat dalam perjalanan dan Engkau adalah yang ditinggal untuk (melindungi) keluarga. Tak ada selain Engkau yang dapat menggabungkan keduanya, karena yang ditinggal pergi tak dapat menjadi teman dalatn perjalanan, dan yang menjadi teman perjalanan tak dapat ditinggal pergi pada saat yang sama.
Sayid Radhi berkata: Bagian yang lebih awal dari Khotbah ini berhubungan dengan ucapan Nabi SAWW, tetapi Amirul Mukminin a.s. telah melengkapinya dengan sangat tepat dengan menambahkan kalimat-kalimat yang sangat fasih di bagian akhir. Tambahan itu adalah dari "Tak ada selain Engkau yang dapat menggabungkan" dan seterusnya. •
KHOTBAH 47 Tentang Bencana Menimpa Kufah
Wahai Kufah, seakan-akan saya melihat Anda tenggelam seperti kulit bersamak dari pasar 'Ukkazh,[1] Anda akan dicukur oleh petaka dan ditunggangi malapetaka. Tentulah saya tahu[2] bahwa apabila seorang lalim berniat jahat bagi Anda, Allah akan menimpakannya dengan kecemasan dan melemparinya dengan seorang pembunuh (mengirim seseorang untuk membunuhnya). •
[1] Di Zaman jahiliah biasa diselenggarakan suatu pasar tahunan di Makkah. Namanya 'Ukkazh di mana banyak diperdagangkan kulit yang telah disamak. Kemudian kulit samakan diatributkan pada pasar itu. Di samping jual beli, pertemuan kesusastraan juga dilaksanakan, dan orang-orang Arab biasa menarik kekaguman dengan membacakan karya-karya mereka. Setelah Islam, karena adanya pertemuan jemaah haji yang lebih baik, pasar itu lenyap.
[2] Ramalan Amirul Mukminin itu terpenuhi kata demi kata. Dunia melihat betapa orang-orang yang melakukan kelaliman dan penindasan sewenang-wenang itu menghadapi kesudahan yang tragis, dan kehancuran mereka disebabkan oleh penumpahan darah dan pembunuhan yang mereka lakukan. Akhir kesudahan ibn Abih (anak dari ayah yang tak diketahui), ketika ia hendak mengucapkan pidato untuk mencemari Amirul Mukminin, ia tiba-tiba jatuh lumpuh, dan sejak itu tak pernah dapat meninggalkan pembaringannya. 'Ubaidillah ibn Ziyad, yang melakukan pcrtumpahan darah di sana, terserang penyakit kusta dan akhirnya tewas tcrbunuh oleh sebilah pedang ganas. Kekejaman al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi mengakibatkan nasib celaka. Ular menjalar masuk ke dalam perutnya, yang menyebabkan kematiannya setelah menanggung sengsara yang sangat. 'Umar ibn Hubairah al-Fazart mati sctelah lama menderita. Khalid ibn 'Abdillah al-Qasri menderita dalam penjara dan dibunuh dengan cara yang sangat buruk. Mush'ab ibn Zubair dan Yaztd ibn Muhallab ibn Abi Shufrah juga terbunuh dengan pedang.
KHOTBAH 48 Diucapkan Ketika Sedang Menuju Suriah
Segala puji bagi Allah ketika malam membentang dan menjadi gelap, dan segala puji bagi Allah bilamana bintang bersinar dan terbenam. Dan segala puji bagi Allah yang nikmat-Nya tak terbayar.
Amma ba'du, saya telah mengirim barisan depan[1] dan telah memerintahkan mereka tinggal di tepian Sungai sampai tiba perintah saya (selanjutnya) kepada mereka. Niat saya ialah menyeberangi air ini sampai ke tempat kecil kediaman manusia yang tinggal di sisi-sisi (Sungai) Tigris dan membangkitkan mereka untuk maju ke arah musuh dan menjadikannya pasukan pembantu bagi Anda.
Sayid Radhi berkata: Di sini dengan milth?t Amirul Mukminin a.s. memaksudkan arah ke mana ia telah memerintahkan orang-orang itu berkemah, yaitu tepian Sungai Efrat; milthat digunakan untuk tepian sungai walaupun makna harfiahnya adalah tanah datar; sedangkan dengan nutfah ia maksudkan air Sungai Efrat, suatu ungkapan yang mencengangkan. •
[1] Amirul Mukminm menyampaikan khotbah ini ketika ia berkcmah di Lcmbah an-Nukhailah pada hari Rabu, 5 Syawal 37 H, dalam perjalanannya ke Shiffin. Barisan depan yang dimaksudkan ialah 12.000 orang yang telah dikirimkannya lebih dahulu ke Shiffin di bawah komando Ziyad ibn an-Nadhr dan Syuraih ibn Hani, sementara pasukan kecil Mada'in yang disebutkannya adalah suatu kontingen yang terdiri dari 1.200 orang yang telah datang menjambut seruan Amirul Mukminin.
KHOTBAH 49 Tentang Kebesaran dan Kemuliaan Allah
Segala puji bagi Allah yang mengetahui semua hal yang tersembunyi, dan kepada-Nya semua hal yang terbuka memandu. la tak dapat dilihat oleh mata, tetapi mata yang tidak melihat-Nya tak dapat menyangkali-Nya, sedang pikiran yang mengukuhkan maujud-Nya tak dapat melihat-Nya. la demikian tinggi daJam kemuliaan sehingga tak ada yang lebih tinggi dari Dia. Tetapi kemuliaan-Nya tidak menjauhkan Dia dari segala ciptaan-Nya, tidak pula kedekatan-Nya menjadikan mereka setara dengan Dia. la tidak memberitahukan kepada pikiran (manusia) tentang batas sifat-sifat-Nya, la tidak mencegahnya untuk mendapatkan pengetahuan yang hakiki tentang Dia. Maka, la adalah sedemikian sehingga semua tanda keberadaan menyaksikan bagi Dia sampai pikiran yang menolak pun mempercayai-Nya. Mahatinggi Allah di atas segala yang digambarkan oleh orang-orang yang menyerupakan Dia dengan sesuatu, atau yang menyangkali Dia. •
KHOTBAH 50 Campuran antara Hak dan Batil
Basis terjadinya fitnah adalah hawa nafsu yang diperturuti dan perintah yang ditambah-tambahkan (bid'ah). Hal itu bertentangan dengan Kitab Allah. Orang bekerjasama tentangnya sekalipun ia bertentangan dengan Agama Allah. Apabila kebatilan murni dan tak bercampur dengan yang hak, ia tak akan tersembunyi dari orang-orang yang mencarinya. Dan apabila yang hak murni dan tidak bercampur dengan yang batil, orang-orang yang menaruh kebencian kepadanya akan dibungkamkan. Namun, yang dilakukan ialah sesuatu diambil dari sini dan sesuatu diambil dari sana, dan keduanya bercampur. Pada tahap ini iblis menaklukkan teman-temannya, dan yang melepaskan diri hanyalah mereka yang sebelumnya telah diberi Allah kebajikan. •
KHOTBAH 51 Di Shiffin, ketika tentara Mu'awiah menyerbu sebagian tentara Amirul Mukminin dan menduduki tepian Sungai Efrat dan mencegah mereka mengambil airnya, Amirul Mukminin berkata:
Mereka sedang meminta pada Anda suapan-suapan pertempuran.[1] Maka Anda (harus memilih apakah Anda) tinggal dalam kehinaan dan kedudukan yang paling rendah, atau membasahi pedang Anda dengan darah dan memuaskan haus Anda dengan air. Kematian yang sebenarnya ialah kehidupan dalam taklukan, sedang kehidupan yang sesungguhnya ialah mati sebagai penakluk. Mu'awiah sedang memimpin sekelompok kecil pemberontak dan telah membiarkan mereka dalam gelap tentang kenyataan sesungguh-nya, sehingga mereka telah menjadikan dada mereka sasaran kematian.
[1] Amirul Mukminin tiba di Shiffin ketika Mu'awiah sudah menempatkan empat puluh ribu orangnya di tepian Sungai untuk menutup jalan ke tempat air, sehingga hanya orang Suriah yang dapat mengambil airnya. Ketika pasukan Amirul Mukminin turun ke sana, mereka melihat bahwa tak ada tempat persediaan air kecuali di tempat itu. Bila ada lainnya, sukar dicapai karena harus melintasi bukit-bukit. Amirul Mukminin mengutus Sha'sha'ah ibn Shuhan al-'Abdi kapada Mu'awiah dengan permintaan untuk membuka jalan ke air itu. Mu'awiah menolak. Di sisi ini pasukan Amirul Mukminin kesulitan air. Ketika Amirul Mukminin melihat situasi itu, ia berkata, "Bangkitlah dan dapatkan air dengan pedang." Maka, orang-orang yang kehausan ini menghunus pedang, me-masang busur dan dengan membubarkan orang Mu'awiah, mereka langsung me-nuju sungai dan menyingkirkan penjaganya lalu menduduki tempat itu.
Sekarang, orang-orang Amirul Mukminin menginginkan pembalasan agar tiada seorang Suriah pun boleh mengambil air di situ, biar mereka semua mati kehausan. Tetapi, Amirul Mukminin mengatakan, "Apakah Anda sekalian hendak mengambil langkah-langkah yang sama kejinya seperti yang diambil orang-orang Suriah itu? Jangan menghalangi siapa pun menggunakan air. Barangsiapa hendak minum, boleh minum, dan barangsiapa mau mengambilnya, boleh mengambil." Maka, walaupun air itu dikuasai tentara Amirul Mukminin, setiap orang diberi kebebasan untuk mengambil air.
KHOTBAH 52 (Khotbah ini telah muncul sebelumnya, tetapi karena ada perbedaan antara kedua versinya maka kami kutip lagi.) Pokoknya ialah kejatuhan dunia serta ganjaran dan hukuman di akhirat
Berhati-hatilah, dunia sedang menggulung dan telah memaklumkan perpisahannya. Ihwalnya yang dikenal telah menjadi asing dan ia sedang bergerak mundur dengan cepat. la sedang memajukan penghuninya kepada kehancuran dan menggiring para tetangganya kepada kematian. Hal-halnya (kenikmatannya) yang manis telah menjadi asam, dan hal-halnya yang jernih telah tercemar. Akibatnya, yang tertinggal darinya hanyalah seperti air sisa dalam sebuah bejana atau seteguk air dalam ukuran. Apabila seseorang kehausan meminumnya, dahaganya tak terpuaskan.
Wahai hamba-hamba Allah, bersiaplah untuk keluar dari dunia ini yang bagi penghuninya kebusukan telah ditetapkan, dan (berhati-hatilah) agar hasrat hati tak menaklukkan Anda, jangan pula Anda menganggap tinggalnya Anda di dunia ini akan lama. Demi Allah, apabila Anda berteriak seakan unta betina yang telah kehilangan anakjiya, mendekut seperti bunyi merpati, bergumam seperti pertapa yang khusyuk dan ber-paling kepada Allah dengan meninggalkan kekayaan Anda dan anak-anak sebagai sarana untuk mendapatkan kedekatan kepada-Nya dan kedudukan tinggi di sisi-Nya, atau keampunan dosa yang telah diliput Kitab-Nya dan dicatat oleh malaikat-malaikat-Nya, maka semua itu masih kurang dari ganjaran yang saya harapkan bagi Anda, atau hukuman-Nya yang saya takutkan menimpa Anda.
Demi Allah, apabila hati Anda larut sepenuhnya dan mata Anda me-numpahkan air mata darah untuk hidup di dunia ini selama dunia ini ada, dalam keadaan demikian pun amal Anda tak dapat membayar nikmat-Nya yang besar atas Anda dan atas pemberian petunjuk-Nya pada Anda kepada keimanan.
Gambaran tentang 'Idul-Qurban serta Sifat-sifat Hewan Kurban Hewan yang sepenuhnya cocok untuk kurban, telinganya harus tegak dan matanya sehat. Apabila telinga dan matanya sehat maka hewan kurban itu sehat dan sempuma, sekalipun tanduknya patah atau ia berjalan menyeret kaki ke tempat pengurbanan.
Sayid Radhi mengatakan: Di sini tempat kurban berarti tempat penyembelihan. •
KHOTBAH 53 Tentang Baiat
Mereka berlomba kepada saya sebagai unta berlomba ketika tiba di tempat perairan setelah dilepas ikatan kakinya, sampai saya berpikir bahwa mereka akan membunuh saya atau saling membunuh di hadapan saya. Saya pikirkan ini lahir batin, tetapi saya tidak mendapatkan jalan kecuali saya berkelahi melawan mereka atau menolak segala sesuatu yang telah dibawa oleh Muhammad SAWW; saya dapati bahwa menghadapi peperangan lebih mudah bagi saya daripada menghadapi azab, dan kesulitan dunia ini lebih mudah daripada kesulitan di akhirat. •
KHOTBAH 54 Ketika Amirul Mukminin menunda untuk mengizinkan mereka bertempur di Shiffin, ia berkata:
Tentang perkataan Anda apakah (penundaan) ini adalah karena ketidak-sukaan saya pada kematian, maka demi Allah saya tidak peduli apakah saya maju kepada maut atau maut maju kepada saya. Tentang kesan Anda bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh kekhawatiran saya tentang orang Suriah, demi Allah saya tidak menunda perang walaupun sehari, kecuali dalam harapan bahwa suatu kelompok mungkin bergabung dengan saya, mendapatkan petunjuk melalui saya dan melihat cahaya pada saya dengan mata mereka yang lemah. Ini lebih saya cintai daripada membunuh mereka dalam keadaannya yang sesat, walaupun mereka akan memikul dosa mereka sendiri. •
KHOTBAH 55 Tentang Ketabahan di Medan Pertempuran
Bersama Nabi Allah kami dahulu berperang melawan orangtua kami, putra, sandara dan paman kami, dan ini meneruskan kami dalam iman, dalam penyerahan, dalam mengikuti jalan yang benar, dalam kesabaran atas pedihnya sakit dan dalam perjuangan kami melawan musuh. Seorang dari pihak kami dan seorang dari musuh saling bertarung seperti orang-orang penuh semangat bertanding tentang siapa yang akan membunuh lainnya; kadang-kadang orang kami mengalahkan lawan, dan kadang-kadang musuh mengalahkan orang kami.
Ketika Allah melihat kebenaran kami, la mengirim kehinaan kepada musuh kami dan mengirimkan pertolongan-Nya kepada kami sampai Islam menjadi kukuh fseperti untal dengan leher di tanah dan beristirahat di tempatnya. Demi hidup saya, sekiranya kami juga berlaku seperti Anda, tak ada tiang agama [kita] yang mungkin didirikan, tak dapat pula pohon keimanan menumbuhkan daun. Demi Allah, tentulah Anda sekarang akan memerah darah kami (ketimbang susu) dan pada akhirnya Anda akan menghadapi hal memalukan.[1] •
[1] Ketika Muhammad ibn Abu Bakar tclah tcrbunuh, Mu'awiah mengutus 'Abdullah ibn ;Amir al-Hadhrami ke Bashrah untuk menghasut orang Bashrah menuntut balas atas terbunuhnya Khalifah 'Utsman, karena kecenderungan alami kebanyakan penduduk Bashrah, terutama Bani Tamim, kepada 'Utsman.
Sesuai dengan itu ia tinggal bersama Bani Tamim. Saat itu 'AbduIlah ibn 'Abbas telah pergi ke Kufah untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Muhammad ibn Abu Bakar dengan meninggalkan Ziyad ibn 'Ubaid (ibn Abih) sebagai penggantinya. Ketika suasana di Bashrah mulai mcmburuk, Ziyad memberitahukan kepada Amirul Mukminin tentang segala kenyataan itu. Amirul Mukminin berusaha untuk menyiapkan Bani Tamim di Kutah, tetapi mereka sama sekali merribungkam, tak menjawab. Ketika Amirul Mukminin melihat kelemahan dan aib ini pada mereka, ia menyampaikan bahwa, "Di masa Nabi, kami tidak melihat apakah orang terbunuh dengan tangan kami adalah famili atau bukan; siapa saja yang menentang Kebenaran, kami siap menghadapinya. Sekiranya kami pun telah bertindak serampangan atau tidak berbuat sesuatu seperti Anda, agama tak akan berakar dan Islam tak akan makmur."
Karena rangsangan ini, A'yan ibn Dhabt'ah al-Mujasyi'i menyiapkan dirinya. Tetapi, ketika sampai di Bashrah ia dibunuh orang. Setelah itu Amirul Mukminin mengutus Jariah ibn Qudamah as-Sa'di dengan lima puluh orang Bant Tamim. Mula-mula ia berusaha keras untuk membujuk sukunya sendiri, tetapi ketimbang mengikuti jalan yang benar, mereka bersikeras, mencerca dan berkelahi. Lalu Jariah memanggil Ziyad dan suku 'Azd untuk tnembantunya. Segera setelah mereka tiba, 'Abdullah ibn al-Hadhrami juga tiba dengan orang-orangnya. Kedua pihak menggunakan pedang untuk beberapa saat, tetapi akhirnya Ibn Hadhramt lari dengan tujuh puluh orang lalu berlindung di rumah Sabil as-Sa'di. Jariah tidak melihat jalan lain kecuali membakar rumah itu. Ketika api berkobar, mereka keluar mencari keselamatan tetapi tak dapat lolos. Sebagian dari mereka mati tertindih dinding sementara yang lainnya terbunuh.
8
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 56 Amirul Mukminin berkata kepada para sahabatnya tentang Mu'awiah
Segera setelah saya, akan muncul pada Anda seorang lelaki dengan mulut lebar dan perut besar. la akan menelan apa saja yang diperolehnya dan akan menaruh serakah atas apa yang tidak diperolehnya. Anda harus membunuhnya tetapi (saya tahu) Anda tidak akan membunuhnya. la akan me-merintahkan Anda untuk mencerca saya dan menyangkali saya. Tentang cercaan, Anda boleh mencerca saya karena hal itu berarti penyucian bagi saya dan penyelamatan bagi Anda. Mengenai penyangkalan, Anda tak boleh menyangkali saya karena saya dilahirkan dalam agama fitrah dan mendahului dalam menerimanya maupun dalam hijrah.[1] •
[1] Tentang apa yang disinggung Amirul Mukminin dalam khotbah ini, scbagian orang mengira Ziyad ibn Abih, sebagian berpendapat al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi dan sebagian berpendapat Mughirah ibn Syu'bah. Tetapi kebanyakan pensyarah menganggapnya Mu'awiah, dan ini tepat, karena sifat-sifat yang digambarkan Amirul Mukminin sepenuhnya tepat bagi Mu'awiah sendiri. Sekali Nabi SAWW menyuruh memanggilnya dan kepada beliau dilaporkan bahwa Mu'awiah sedang sibuk makan. Kemudian kedua dan ketiga kali diutus seorang untuk memanggilnya, tetapi ia membawa kabar yang sama. Karena itu Nabi berkata, "Semoga Allah tak pernah memuaskan perutnya." Karena sumpah ini maka apabila ia telah capek makan, ia akan mengatakan, "Singkirkanlah! Demi Allah, saya belum kenyang, tetapi saya telah capek dan muak." Begitu pula, pencemarannya terhadap nama baik Amirul Mukirunin dan memerintahkan para pejabatnya untuk itu merupakan fakta-fakta yang diterima bulat oleh sejarah sehingga tak mungkin disangkal. Sehubungan dengan ini kata-kala yang demikian keji digunakan di mimbar mesjid sehingga Allah dan Rasul-Nya pun terkena. Demikianlah, Ummul Mu'mimn Salamah menulis kepada Mu'awiah, "Pastilah orang-orang Anda mencemari Allah dan Rasul, dan ini adalah karena Anda me-lemparkan cercaan kepada 'Ali dan orang-orang yang mencintainya, sedangkan saya menyaksikan bahwa Allah dan Rasul-Nya mencintainya." (ul-'lqd al-Farid, III, h. 131).
Umar ibn 'Abdul 'Aziz mengakhiri kebiasaan mencerca Ali, dan mengajukan kalimat ini scbagai. pengganti kalimat cercaan nu,
"Sesungguhnva Allah menvuruh (kamu) berbuat adil dan bajik dan memberi kepada karib kerabat dan mencegah kejelekan dan kemungkaran dan pemberontakan; la menasihati kamu supaya kamu ingat. " (QS. 16:90)
Dalam Khotbah ini Amirul Mukminin telah memberi perintah untuk membunuhnya atas dasar perintah Nabi, "Apabila kamu melihat Mu'awiah di mimbarku, bunuhlah dia." (Kitab ash-Shiffin, h. 243-248; Syarh Ibn Abil Hadid. I, h. 348; Tarikh al-Baghdad. XII, h. 181; Mizan al-I’tidal, II, h. 128; Tahdzib al-Tahdzib, II, h. 428; V, h. 110: VII, h. 324).
KHOTBAH 57 Kepada kaum Khariji, Amirul Mukminin berkata:
Semoga badai menyusul Anda sementara tak ada di antara Anda yang akan membenahi Anda. Setelah menerima iman dan berjihad bersama Rasulullah SAWW, akankah saya menyaksikan kekafiran saya. "Tersesatlah aku bila demikian, dan tiadalah aku termasuk golongan yang mendapat bimbingan. " (QS. 6:56). Karena itu, kembalilah Anda ke tempat Anda yang celaka, kejahatan Anda, dan kembali pada jejak-jejak tumit Anda. Pastilah akan Anda dapati, sesudah saya, kehinaan yang melimpah dan pedang tajam dan tradisi yang akan ditempuh oleh para penindas sebagai suatu norma ter-hadap Anda.[1] •
Sayid Radhi berkata: Dalam kata-kata "wa la bagiya minkum abirun" [sementara tak ada di antara Anda orang yang akan membenahi Anda), yang digunakan Amirul Mukminin, kata abir dengan huruf ba' dan r?' itu diambil dan ungkapan Arab "rajulun abirun" yang berarti orang yang memangkas pohon kurma dan memperbaikinya. Dalam satu versi kata itu adalah atsir dan artinya ialah "pembawa berita"; menurut pendapat saya, ini lebih sesuai, seakan-akan Amirul Mukminin bermaksud mengatakan bahwa tak akan ada orang lagi yang tertinggal untuk menyampaikan kabar. Dalam satu versi kata itu muncul sebagai abiz dengan zai yang berarti orang yang melompat. Orang yang mati disebut juga abiz. •
[1] Sejarah menunjukkan bahwa setelah Amirul Mukminin, kaum Khariji menghadapi segala macam aib dan kehinaan. Di mana saja mereka mengangkat kcpala untuk mengadakan kekacauan, mereka dihadapi dengan pedang dan tombak. Demikianlah Ziyad ibn Abih dan 'Ubaidillah ibn Ziyad, al-Hajjaj ibn Yusuf, Mush'ab ibn Zubair dan al-Muhallab ibn Abi Shufrah tidak meninggalkan apa pun dalam menumpas mereka dari muka bumi. Terutama Muhallab yang memburu mereka selama sembilan belas tahun, memusnahkan mereka dengan sempurna dan baru berhenti setelah menyelesaikan penghancurannya.
Thabari menulis bahwa ketika sepuluh ribu orang Khariji berkumpul di Sila wa Silibra (nama sebuah bukit di Ahwaz), Muhallab menghadapi mereka dengan demikian tegarnya sehingga ia membunuh tujuh ribu orang Khariji, sementara tiga ribu orang yang tersisa lari ke Kirman untuk menyelamatkan diri. Tetapi ketika Gubernur Persia mengetahui kegiatan-kegiatan pernberontakan mereka, ia mengepung mereka di Sabur dan membunuh banyak di antara mereka di situ juga. Yang tertinggal lari ke Isfahan dan Kirman. Di sana mereka mulai membentuk suatu kontingen tentara lalu maju ke Kufah melalui Bashrah. Harits ibn Abi Rabt'ah al-Makhzumi dan 'Abdur-Rahman ibn Mikhnaf' al-Azdi bersiap dengan enam ribu prajurit untuk menghentikan kemajuan mereka, dan mengusir mereka keluar perbatasan Irak. Dengan jalan demikian pertempuran yang beruntun menghancurkan sama sekali kekuatan militer mereka dan mengusir mereka dari kota-kota sehingga terpaksa mengembara di gurun-gurun. Sesudah itu pun, ketika mereka bangkit dalam kelompok-kelompok, mereka dihancurkan. (Tarikh ath-Thabari, II, h. 580-591; Ibn Atsir, IV, h, 196-206).
KHOTBAH 58 Ketika Amirul Mukminin menyatakan maksud untuk memerangi kaum Khariji, kepadanya dikatakan bahwa mereka telah menyeberangi sungai. Maka ia pun berkata:
Tempat jatuhnya mereka adalah di sisi sungai itu. Demi Allah, bahkan tak sampai sepuluh dari mereka yang akan luput dari kematian, sementara di pihak Anda bahkan tak sampai sepuluh orang yang akan terbunuh.[1]
Sayid Radhi berkata: Dalam Khotbah ini nutfah mengandung arti Sungai Efrat; bagi air, ini adalah ungkapan yang paling bagus walaupun airnya banyak. •
[1] Ramalan ini tak dapat dikatakan sebagai hasil kecerdasan dan pandangan jauh, karena mata yang berpandangan jauh mungkin meramalkan kemenangan atau kekalahan dan memperkirakan hasil peperangan, tetapi mengatakan tentang jumlah yang tepat dari orang-orang yang terbunuh pada masing-masing pihak terletak di luar kemampuan mereka. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang dapat mengungkapkan tabir masa depan yang gaib dan melihat pemandangan yang akan datang dengan matanya dan melihat sketsa-sketsa yang masih akan muncul pada lembaran masa depan dengan pertolongan mata pengetahuan yang dimilikinya sebagai imam. Sesuai dengan itu, peristiwa terjadi tepat sebagaimana telah dikatakan ahli waris pengetahuan Nabi ini, dan dari kalangan Khariji, selain sembilan orang, semuanya tewas. Dua di antara mereka melarikan diri ke 'Oman, dua ke Sajistan, dua ke Kirman, dan dua ke al-Jazirah, sementara seorang lari ke Tall Mauzan. Hanya delapan orang dari pihak Amirul Mukminin yang gugur.
KHOTBAH 59 Ketika dikatakan kepada Amirul Mukminin bahwa kaum Kharijl telah tewas seluruhnya, ia berkata:
Demi Allah, tidak, belum. Mereka masih berada dalam sulbi lelaki dan rahim perempuan. Bilamana saja seorang pemimpin muncul dari kalangan mereka, ia akan dipancung sampai yang terakhir dari mereka akan berubah menjadi pencuri dan perampok.[1] •
[1] Ramalan Amirul Mukminin ini ternyata benar kata demi kata. Setiap pemimpin kaum Khariji yang bangkit, tewas terbunuh. Beberapa dari pemimpin mereka yang terbunuh dengan ganas kami sebutkan di bawah ini.
(1) Nafi’ ibn Azraq al-Hanafi. Kelompok Khariji yang terbesar, yakni al-Azariqah, dinamakan menurut namanya. la terbunuh oleh Salamah al-Bahili dalam pertarungan dengan tentara Muslim ibn 'Ubais.
(2) Najdan ibn 'Amir. Sekte Khariji an-Najadat al-'Adziriyyah mengambil nama dari dia. la dibunuh oleh Abu Fudaik al-Khariji.
(3) 'Abdullah ibn Ibad at-Tamimi. Sekte Ibadiyyah dinamakan menurut namanya. la terbunuh dalam pertarungan dengan 'Abdullah ibn Muhammad ibn 'Athiyyah.
(4) 'Abu Baihas Haisham ibn ibn Jabir adh-Dhuba'i. Sekle Baihasiyyah dinamakan dari namanya. 'Utsman ibn Hayyan al-Murri, Gubernur Madtnah, memotong tangan dan kakinya, kemudian membunuhnya.
(5) 'Urwah ibn Udayyah at-Tamimi. la dibunuh oleh Ziyad ibn Abih dalam masa pemerintahahan Mu'awiah.
(6) Qathari ibn Fuja'ah al-Mazini at-Tamimi. Ketika bertarung dengan tentara Sufyan ibn Abrad al-Kalbl di Thabaristan, Saurah ibn al-Hurr ad- Darimi membunuhnya.
(7) 'Abu Bilal Mirdas ibn Udayyah at-Taimi, terbunuh dalam pertarungan dengan 'Abbas ibn Akhdhar al-Mazini.
(8) Syaudzab al-Kharijt al-Yasykuri terbunuh dalam pertarungan dengan Sa'id ibn 'Amr al-Harasyi.
(9) Hautsarah ibn Wada' al-Asadi terbunuh di tangan seorang lelaki dari Bani Thayyi'.
(10) Al-Mustaurid ibn 'Ullafah at-Taiml dibunuh oleh Ma'qil ibn Qais ar-Riyahi dalam pemerintahan Mu'awiah.
(11) Syabib ibn Yazid asy-Syaibani mati dibenamkan ke dalam sungai.
(12) 'lmran ibn Harits ar-Rasibi terbunuh dalain pertempuran Dulab.
(13) Zahhaf ath-Tha'i terbunuh dalam pertempuran dengan Bani Thahiah.
(14) Quraib ibn Murrah al-Azdt juga terbunuh dalam pertempuran dengan Bani Thahiah.
(15) Zubair ibn Ali as-Salithi at-Tamimi terbunuh dalam pertarungan dengan 'Attab ibn Warqa' ar-Riyahi.
(16) 'Ali ibn Basyir ibn Mahuz al-Yarbu'i dibunuh oleh al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi.
(17) 'Ubaidillah ibn Basyir terbunuh dalam pertarungan dengan Muhallab ibn Abi Shufrah dalam pertempuran Dulab.
(18) Abu al-Wazi' ar-Rasibi mati tertimpa tembok yang dijatuhkan seorang dari Bani Yasykur.
(19) 'Abdu Rabbih ash-Shaghir terbunuh dalam pertempuran dengan Muhallab ibn Abi Shufrah.
(20) Al-Walid ibn Tharif asy-Syaibani terbunuh dalam pertarungan dengan Yazid ibn Mazyad asy-Syaibani.
(21-24) 'Abdullah ibn Yahya al-Kindi, Mukhtar ibn 'Auf al-Azdi (Abu Hamzah asy-Syari), Abrahah ibn ash-Shabbah dan Balj ibn 'Uqbah al-Asadi. Mereka terbunuh oleh 'Abdul Malik ibn 'Athiyyah as-Sa'di di masa pemerintahan Marwan ibn Muhammad (khalifah Bani Umayyah yang terakhir).
KHOTBAH 60 Amirul Mukminin juga berkata:
Jangan tnembunuh kaum Kharijt sesudah saya,[1] karena orang yang mencari yang hak tetapi tidak menemukannya tidak sama dengan orang yang mencari kebatilan dan mendapatkannya (yangdimaksudnya adalah Mu'awiah dan kaumnya).
Sayid Radhi berkata: Yang dimaksud Amirul Mukminin ialah Mu'awiah dan orang-orangnya. •
[1] Alasan menghentikan orang memerangi kaum Khariji ialah bahwa Amirul Mukminin jelas-jelas melihat bahwa sesudahnya wewenang dan kekuasaan akan jatuh ke tangan orang-orang yang tak tahu akan makna jihad yang sesungguhnya dan yang akan menggunakan pedang hanya untuk memelihara kekuasaannya. Dan ada orang yang bahkan melebihi kaum Khariji dalam mencerca dan mencemari Amirul Mukminin. Maka, orang-orang zalim tidak berhak memerangi orang yang salah. Lagi pula, orang-orang yang dengan sengaja menempuh jalan tatil tidak dapat diizinkan memerangi orang-orang yang salah karena kekeliruan. Jadi, kata-kata Amirul Mukminin menjelaskan kenyataan bahwa kesesatan kaum Kharijt tidak disengaja melainkan karena pengaruh iblis. Mereka keliru menganggap salah sebagai benar lalu bersikeras padanya. Pada sisi lain, posisi kesesatan Mu'awiah dan kalangannya lain; mereka menolak kebenaran dengan menyadari bahwa itu sebenarnya mcmang benar, dan mcnyukai kebatilan sebagai tata perilaku mereka dengan mengetahui sepenuhnya bahwa itu mcmang sebenarnya batil. Kesembronoan mereka dalam urusan keagamaan telah mencapai tahap yang tak dapat lagi dipandang sebagai akibat salah paham, tak dapat pula ditutupi dengan jubah kckeliruan penilaian. Karena, secara terang-terangan mereka melanggar batas-batas ketentuan agama dan tidak mempedulikan perintah Nabi (saw) tetapi mengikuti kehendak mereka sendiri. Maka Ibn Abil Hadid menulis (dalam Syarh Nahjil Balaghah, V, h. 130), ketika sahabat Nabi, Abu ad-Darda' melihat peralatan dari emas dan perak yang digunakan Mu'awiah, ia mengatakan bahwa ia telah mendengar Nabi berkata, "Orang yang minum dari wadah emas dan perak akan merasakan nyala api neraka dalam perutnya," Mu'awiah mengatakan, "Saya tidak mclihat suatu kcburukan di dalamnya." Demikian pula, mengakui Ziyad ibn Abih sebagai saudara scayahnya mcnurut maunya sendiri merupakan suatu pengabaian total terhadap perintah Nabi; mencerca para anak cucu Nabi di mimbar, melanggar batas-batas syariat, menumpahkan darah orang-orang yang tak bersalah dan menempatkan diri di atas kaum Muslim (dengan mengaku Khalifah) adalah keji dan membuka jalan kepada kejahatan dan kekafiran; dengan scmua itukita tak dapat mcngatributkannya sebagai salah paham. Mengatakan demikian sama saja dengan menutup mata lcrhadap kenyataan.
KHOTBAH 61 Ketika ia diperingati akan kemungkinan terbunuh melalui tipuan, Amirul Mukminin berkata:
Ada perisai kuat dari Allah yang melindungi saya. Ketika ajal saya tiba, perisai itu akan menyingkir dari saya dan menyerahkan saya kepada maut. Pada saat itu panah tak akan meleset dan luka tak akan sembuh. •
KHOTBAH 62 Dunia sebagai Tempat Sementara
Berhati-hatilah! Dunia ini adalah tempat dari mana perlindungan tak dapat dicari kecuali sementara berada di dalamnya. Tindakan yang dilakukan semata-mata untuk dunia ini tak dapat menjamin keselamatan. Manusia dicoba di dalamnya melalui cobaan. Apa yang telah diambilnya di sini bagi kesenangan duniawi, akan diambil darinya (dengan kematian) dan ia akan ditanyai tentangnya. Dan segala (perbuatan baik) yang telah mereka capai untuk akhirat, akan didapatkannya di sana dan tinggal dengannya. Bagi orang cerdas, dunia ini laksana bayangan—sesaat ia terbentang dan meluas tetapi segera ia mengerut dan menciut. •
KHOTBAH 63 Tentang Fananya Dunia
Wahai para hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah dan berbekallah untuk kematian Anda dengan amal kebajikan. Belilah kenikmatan abadi dengan kesenangan dunia yang fana. Bersiaplah untuk perjalanan itu karena Anda sedang digiring; dan persiapkanlah diri Anda untuk kematian, karena ia sedang melanglang di atas Anda. Jadilah manusia yang bangun bila dipanggil, dan yang mengetahui bahwa dunia ini bukanlah tempat kediaman, dan karena itu tukarkanlah dia [dengan akhirat].
Sesungguhnya Allah tidak menciptakan Anda tanpa tujuan dan tidak meninggalkan Anda sebagai tak berguna. Tak ada sesuatu antara seseorang di kalangan Anda dengan surga atau neraka melainkan kematian yang pasti menimpanya. Hidup yang dipersingkat setiap saat dan sedang digerogot oleh waktu harus dipandang sangat singkat. Hal yang tersetnbunyi, yakni kematian, yang sedang digiring (kepada Anda) oleh dua gejala yang selalu baru, siang dan malam, pastilah cepat mendekat. Musafir yang sedang mendekat dengan keberhasilan atau kegagalan (yakni kematian) patut memerlukan perbekalan yang terbaik. Karena itu, sementara Anda di sini, dapatkanlah perbekalan dari dunia ini yang akan menjadi perisai bagi Anda di hari esok (di Hari Pengadilan).
Dari itu, setiap orang harus bertakwa kepada Allah, harus menasihati dirinya, harus mengirimkan mendahului(nya) taubatnya, dan harus mengalahkan hawa nafsunya, karena kematiannya tersembunyi dari dia, hawa nafsunya menipunya, dan iblis dijadikan atasannya dan ia akan menghias dosa menjadi indah baginya sehingga ia melakukannya, dan mendorongnya untuk menunda taubat sampai hawa nafsunya membuatnya paling lalai. Kasihan bagi orang lalai yang hidupnya sendiri akan menjadi saksi ter-hadap dirinya dan hari-harinya sendiri (yang dilewatkan dalam dosa) akan mengantarkannya kepada hukuman.
Kami memohon kepada Allah Ta'ala semoga la menjadikan kami dan Anda sekalian seperti orang yang tidak disesatkan kenikmatan, yang tak ada yang dapat menahannya dari berlaku taat kepada Allah, dan yang tidak ditimpa malu dan sedih setelah mati. •
KHOTBAH 64 Tentang Sifat-sifat Allah
Segala puji bagi Allah yang bagi-Nya satu kondisi tidak mendahului yang lainnya sehingga la menjadi Yang Awal sebelum menjadi Yang Akhir, atau la Zhahir sebelum menjadi Bathin. Segala yang disebut satu, kecuali Dia, adalah sebenarnya kecil (dalam jumlah), dan setiap yang mulia selain Dia adalah rendah; setiap yang kuat selain Dia adalah lemah, setiap majikan selain Dia adalah hamba.
Setiap yang tahu selain Dia adalah pencari pengetahuan. Setiap yang kuasa selain Dia adalah kadang-kadang berkuasa dan kadang-kadang tak mampu. Setiap pendengar selain Dia adalah tuli terhadap suara ringan sedang suara nyaring menulikannya dan suara-suara jauh menjauh dari dia. Setiap pelihat selain Dia adalah buta terhadap warna-warna tersembunyi dan benda-benda halus. Setiap yang zahir selain Dia tak tersembunyikan, sedang setiap yang batin selain Dia tak dapat menjadi zahir.
la tidak menciptakan apa yang diciptakan-Nya untuk memperkuat kekuasaan-Nya, tidak pula (rasa) takut akan akibat waktu, bukan untuk mencari pertolongan terhadap serangan dari lawan yang setara, atau mitra sombong atau lawan yang membenci. Sebaliknya, semua makhluk dipelihara oleh-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya yang rendah. la tidak tinggal terbatas dalam sesuatu sehingga dapat dikatakan bahwa la berada di dalamnya, tidak pula la terpisah dari sesuatu apa pun sehingga dapat dikatakan bahwa la jauh darinya. Penciptaan atas apa yang dimulai-Nya atau pengurusan atas apa yang dikuasai-Nya tidak melelahkan-Nya. Tak ada ketidakmampuan bagi Dia terhadap apa yang diciptakan-Nya. Tak mungkin terjadi kekeliruan pada-Nya dalam apa yang ditetapkan-Nya dan diputuskan-Nya. Tetapi keputusan-Nya pasti, pengetahuan-Nya tegas, ke-kuasaan-Nya melimpah. la diharapkan pada waktu susah dan la ditakuti bahkan pada waktu senang. •
KHOTBAH 65 Di hari-hari Shiffin Amirul Mukminin a.s. berkata kepada para sahabatnya
Wahai jamaah muslimin! Jadikanlah takwa kepada Allah syiar kehidupan Anda. Busanailah diri Anda dengan kedamaian pikiran, dan katupkanlah geraham Anda karena hal itu membuat pedang meleset dari tengkorak. Lengkapkanlah perisai Anda dan goyanglah pedang Anda di sarungnya sebelum menghunusnya. Hadapkan mata Anda kepada musuh. Gunakan kedua ujung lembing Anda dan pukullah (musuh) dengan pedang, sambil mengingat bahwa Anda berada di hadapan Allah dan bersama sepupu Nabi. Ulangi serangan Anda dan malulah untuk melarikan diri, karena hal itu memalukan bagi keturunan yang akan datang dan api (pembalasan) di Hari Pengadilan. Berikan hidup Anda dengan sukarela dan hadapilah kematian dengan enteng. Berhati-hatilah atas massa besar ini, dan kemah yang telah didirikan, dan bidiklah pada pusatnya, karena iblis sedang bersembunyi di sudutnya. la telah mengulurkan tangannya dan telah menahan kakinya ke belakang untuk raelarikan diri. Teruslah bersabar sampai cahaya Kebenaran menjadi fajar atas diri Anda.
"Padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu." (QS. 47:35) •
KHOTBAH 66 Setelah wafatnya Nabi SAWW, ketika sampai berita kepada Amirul Mukminin a.s. tentang kejadian di Saqifah Bani Sa'idah,[1] ia bertanya apakah yang dikatakan kaum Anshar. Dikatakan kepadanya bahwa mereka meminta satu pemimpin dari kalangan mereka dan satu dari kalangan lain. Amirul Mukminin berkata:
Mengapa Anda tidak berhujah bahwa Nabi SAWW telah berwasiat bahwa kalangan Anshar yang baik harus diperlakukan dengan baik dan yang buruk harus dimaafkan.
Orang berkata: Apakah dalam argumen ini yang membantah mereka?
Amirul Mukminin berkata: Apabila pemerintahan di tangan mereka maka tak akan ada wasiat bagi mereka.
Kemudian ia berkata: Apa yang dihujahkan orang Quraisy?
Orang berkata: Mereka berhujah bahwa mereka termasuk pada (pohon) silsilah Nabi SAWW.
Lalu Amirul Mukminin berkata: Mereka berhujah dengan pohon tetapi mengabaikan buah-buahnya. •
[1] Dari apa yang terjadi di Saqifah Bani Sa'idah nampak bahwa argumen terbesar serta basis keberhasilan Muhajirin atas kaum Anshar adalah karena mereka kaum kerabat Nabi maka tak ada orang lain yang berhak atas jabatan khalifah. Atas dasar ini saja kaum Anshar sedia meletakkan senjata mereka di hadapan tiga orang Muhajirin, dan mereka ini berhasil mendapatkan kekhalifahan dengan mengajukan keistimewaan turunannya. Maka, sehubungan dengan penstiwa Saqifah, Thabari menulis bahwa ketika kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah untuk membaiat Sa'd ibn 'Ubadah, entah bagaimana, Abu Bakar, 'Umar dan Abu 'Ubaidah ibn Jarrah juga mendapat bisikan dan sampai ke sana. 'Umar telah merencanakan sesuatu untuk kesempatan ini. la bangkit hendak bicara, tetapi Abu Bakar menghentikannya, lalu ia sendiri berdiri. Setelah memuji Allah dan hijrahnya kaum Muhajirln serta terdahulunya mereka dalam Islam, ia berkata,
"Merekalah yang pertama-tama menyembah Allah dan menerima keimanan kepada Allah dan sahabat serta karib kerabat Nabi. Karena itu maka mereka saja yang pantas akan kekhalifahan. Barangsiapa bentrokan dengan mereka (berarti) melanggar batas."
Ketika Abu Bakar selesai berpidato, Hubab ibn al-Mundzir berdiri dan sambil berpaling kepada orang Anshar ia berkata, "Wahai kaum Anshar, jangan berikan kendali Anda ke tangan orang lain. Penduduk berada di bawah urusan Anda. Anda adalah orang-orang terhormat, mempunyai harta, suku dan pertemuan. Apabila Muhajirin mengungguli Anda dalam beberapa hal, Anda pun mengatasi mereka dalam beberapa hal. Anda memberikan mereka tempat berlindung di rumah-rumah Anda. Anda pejuang Islam. Dengan pertolongan Anda Islam berdiri di kaki sendiri. Di kota Anda salat dapat didirikan dengan merdeka. Selamatkan diri Anda dari perpecahan dan bersikeraslah pada hak Anda dengan bersatu. Apabila Muhajirin tak menyetujui hak Anda, katakan kepada mereka agar ada satu pemimpin dari kita dan satu pemimpin dari mereka."
Baru saja Hubab duduk setelah mengatakan hal itu, 'Umar bangkit seraya mengatakan,
"Tak mungkin ada dua pemimpin di satu saat. Demi Allah, orang Arab tak akan menyetujui Anda sebagai kepala negara, karena Nabi bukan berasal dari Anda. Pastilah orang Arab tidak akan keberatan bila kekhalifahan diserahkan kepada orang yang di dalam rumahnya Nabi beristirahat, sehingga pemimpin itu harus pula dari rumah itu juga. Barangsiapa berselisih dengan hujah yang jelas, supaya diajukan. Barangsiapa bentrokan dengan kami dalam hal we-wenang dan kepemimpinan Muhammad SAWW maka ia bersandar kepada yang batil, pendosa dan akan jatuh ke dalam kehancuran.
Setelah 'Umar, Hubab berdiri lagi lalu berkata kepada Anshar, "Lihatlah. Bersikeraslah pada sikap Anda dan janganlah pedulikan pendapat orang ini atau pendukungnya. Mereka hendak memijak-mijak hak Anda. Apabila mereka tak setuju, kembalikan dia dan mereka dari kota Anda dan ambillah kekhalifahan itu. Siapa lagi selain Anda yang lebih berhak atasnya?"
Ketika Hubab selesai, 'Umar mengejeknya. Terjadi penggunaan kata-kata kasar dari kedua pihak, dan keadaan mulai memburuk. Melihat hal ini, Abu 'Ubaidah ibn Jarrah berbicara dengan maksud untuk mendinginkan kaum Anshar dan membujuk mereka ke pihaknya, "Wahai, Anshar! Anda adalah orang yang mendukung kami dan menolong kami dalam setiap hal. Janganlah sekarang Anda mengubah jalan Anda dan janganlah Anda meninggalkan perilaku Anda." Tetapi, orang Anshar tak mengubah pendiriannya. Mereka telah bersedia utnuk membaiat Sa'd dan orang sedang hendak mendekatinya ketika seorang lelaki dari suku Sa'd, Basyir ibn 'Amr al-Khazraji, berdiri seraya berkata, "Tiada ragu, kami maju berjihad dan mendukung agama, tetapi tujuan kami berbuat demikian adalah untuk keridaan Allah dan untuk menaati Nabi-Nya. Tak pantas bagi kita untuk mengaku lebih unggul dan membuat kekacauan dalam soal kekhalifahan. Muhammad SAWW berasal dari suku Quraisy dan mereka mempunyai hak yang lebih besar dan lebih sesuai untuk itu." Baru saja Basyir mengucapkan kata-kata itu, terjadilah perpecahan di kalangan Anshar, dan 'Umar dan Abu 'Ubaidah memutuskan untuk mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar. Mereka baru hendak maju untuk itu ketika Basyir mula-mula mengulurkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan sesudah itu 'Umar dan Abu 'Ubaidah pun membaiat. Kemudian orang sesuku dengan Basyir datang membaiat seraya menginjak-injak Sa'd ibn 'Ubadah.
Selama waktu itu Amirul Mukminin sedang sibuk mempersiapkan permandian dan penguburan Nabi. Ketika kemudian ia mendengar tentang pertemuan di Saqifah dan mengetahui bahwa Muhajinn telah menang atas kamu Anshar, dengan mengajukan bahwa mereka adalah dari suku Nabi, ia mengucapkan kalimat indah bahwa mereka berargumen dengan pohon keturunan itu tetapi mengabaikan buahnya, yaitu para anggota keluarga beliau. Yakni, apabila kaum Muhajirin mengaku berhak karena garis keturunan Nabi, bagaimana mungkin orang-orang yang merupakan buah itu diabaikan? Aneh bahwa Abu Bakar yang berhubungan dengan Nabi pada tujuh generasi ke atas, dan 'Umar yang berhubungan dengan beliau pada sembilan generasi, dapat dianggap sebagai keluarga Nabi, sedang ia sendiri, sepupu pertama, disangkal statusnya sebagai saudara.
KHOTBAH 67 Ketika Amirul Mukminin a.s. menunjuk Muhammad ibn Abu Bakar[1] menjadi Gubernur Mesir dan ia disergap dan dibunuh, Amirul Mukminin berkata:
Saya berniat hendak mengirim Hasyim ibn 'Utbah ke Mesir, dan sekiranya saya telah melakukannya maka ia tidak akan memberi jalan bagi lawan-lawan, dan tidak akan memberi kesempatan kepada mereka (untuk menaklukkannya). Ini tanpa (maksud) mencela Muhammad ibn Abu Bakar, karena saya mencintainya dan telah membesarkannya. •
[1] lbu Muhammad ibn Abu Bakar adalah Asma' binti 'Umais, yang dikawini Amirul Mukminin setelah wafatnya Abu Bakar. Dari itu, Muhammad dibesarkan dalam asuhan Amirul Mukminin dan menerima tata perilakunya. Amirul Mukminin pun mencintainya dan memandangnya sebagai putranya, dan sering mengatakan, "Muhammad adalah putra saya dari Abu Bakar." la dilahirkan dalam perjalanan Haji Perpisahan Nabi (Haji Wada') dan meninggal sebagai syahid pada 38 H. dalam usia 28 tahun.
Ketika menjadi khalifah, Amirul Mukminin telah memilih Qais ibn Sa'd ibn 'Ubadah sebagai Gubernur Mesir, tetapi keadaan berkembang demikian rupa sehingga ia menariknya lalu menggantikannya dengan Muhammad ibn Abu Bakar. Di Mesir, Qais tak mau mengambil langkah menghadapi kelompok 'Utsman, tetapi Muhammad berpendapat lain. Setelah sebulan, ia mengirimkan pesan kepada mereka bahwa apabila mereka tak mau menaatmya maka ia tak akan dibiarkan mereka tinggal di Mesir. Sebab itu, orang-orang ini menyusun suatu front untuk menentangnya, dan melibatkan diri dalam kegiatan rahasia, tetapi segera ketahuan. Setelah Tahkim, mereka mulai mengadakan kekacauan dengan slogan pembalasan dendam, yang mencemarkan udara Mesir. Ketika Amirul Mukminin mengetahui keadaan yang memburuk ini, ia menyerahkan jabatan gubernur itu kepada Malik ibn Harits al-Asytar dan mengirimkannya ke sana supaya dapat menekan unsur-unsur pemberontakan dan menyelamatkan pemerintahan di sana sebelum menjadi lebih buruk. Tetapi, ia tak luput dan rancangan licik kaum Umayyah dan terbunuh dengan racun dalam perjalanannya ke sana. Dengan demikian maka Muhammad ibn Abu Bakar tetap duduk sebagai Gubernur Mesir.
Dalam hal ini perbuatan 'Amr ibn 'Ash setalian dengan Tahkim mengingatkan Mu'awiah akan janjinya. Maka, ia memberikan kepadanya enam ribu prajurit dan mengirimkannya untuk menyerang Mesir. Ketika Muhammad ibn Abi Bakar mengetahui kedatangan pasukan musuh, ia menulis surat kepada Amirul Mukminin meminta bantuan. Amirul Mukminin menjawab akan segera mengumpulkan bantuan untuknya, tetapi sementara itu ia harus memobilisasi pasukannya sendiri. Muhammad mengerahkan empat ribu orang di bawah panjinya dan membaginya menjadi dua bagian. Satu bagian dipimpinnya langsung, dan lainnya diserahkan kepada Kinanah ibn Bisyr at-Tujibi seraya memerintahkannya maju untuk menghalangi musuh. Mereka berhenti dan berkemah ketika berbagai pihak musuh mulai menyerang, tetapi mereka menghadapinya dengan gagah berani. Akhirnya Mu'awiah ibn Hudaij al-Sakuni al-Kindi menyerang dengan kekuatan penuh. Orang-orang ini tidak lari melainkan menghadapinya dengan kokoh hingga gugur sebagai syuhada'. Akibat kekalahan ini, anak buah Muhammad ibn Abu Bakar ketakutan dan melarikan diri meninggalkannya. Merasa sendirian, Muhammad bersembunyi di suatu tempat di gurun. Tetapi, musuh mendapat kabar tentang itu melalui seseorang yang mengikuti jejaknya ketika ia sedang hampir mati kehausan. Muhammad meminta air tetapi orang-orang kejam itu tidak mau memberikannya, bahkan membunuhnya dalam keadaan hampir mati kehausan itu. Mayatnya mereka masukkan ke dalam perut keledai mati dan membakarnya.
Malik ibn Ka'b al-Arhabi telah meninggalkan Kufah menuju ke Mesir dengan dua ribu tentara, tetapi sebelum tiba di sana, Mesir telah diduduki musuh.
KHOTBAH 68 Dalam menasihati sahabat-sahabatnya, Amirul Mukminin a.s. berkata:
Berapa lama saya harus memberikan kepada Anda sekalian tenggang rasa fseperti] yang diberikan kepada unta berpunuk cekung, atau kepada pakaian bekas pakai yang bila ditisik di satu sisi robek di sisi lain? Bilamana baris depan pasukan Suriah mendekati Anda, setiap orang dari Anda menutup pintunya dan menyembunyikan diri seperti kadal di lobangnya atau seperti rubah di liangnya. Orang yang didukung oleh rakyat seperti Anda harus menderita kehinaan, dan orang yang memanah dengan dukungan Anda adalah seperti ia melepas panah yang patah di ujung maupun di pangkal. Di dalam halaman, Anda sangat banyak, tetapi di bawah panji Anda cuma sedikit. Saya tahu apa yang akan dapat memperbaiki Anda dan bagaimana kebengkokan Anda dapat diluruskan. Tetapi saya tidak akan memperbaiki keadaan Anda dengan mengotori diri saya sendiri. Allah akan menghinakan wajah-wajah Anda. Anda tidak mengetahui yang hak seperti Anda mengetahui yang batil, dan tidak membatilkan yang batil sebagaimana Anda membatilkan yang hak. •
KHOTBAH 69 Dikatakan pada pagi hari ketika Amirul Mukminin a.s. diserang dengan pedang yang mematikan
Saya sedang duduk ketika tidur menyusuli saya. Saya melihat Rasulullah SAWW muncul di hadapan saya, lalu saya berkata, "Ya Rasulullah, betapa besar kebengkokan dan permusuhan yang harus saya hadapi dari manusia." Rasulullah SAWW menjawab, "Mohonlah (kepada Allah) agar keburukan menimpa mereka." Tetapi saya katakan, "Semoga Allah akan menggantikan mereka bagi saya dengan yang lebih baik, dan menggantikan saya bagi mereka dengan yang lebih buruk."
Sayid Radhi mengatakan: al-Awad berarti kebengkokan, dan ladad berarti permusuhan, dan ini ungkapan yang sangat fasih. •
KHOTBAH 70 Dalam Mengutuk Orang 'Iraq
Amma ba'du. Wahai rakyat 'Iraq![1] Anda seperti perempuan hamil yang pada saat genap masa kehamilan melahirkan anak mati, dan suaminya juga mati, dan masa menjandanya panjang, dan hanya kerabat jauh yang mewariskannya. Demi Allah, saya tidak datang kepada Anda atas kemauan saya sendiri. Saya datang kepada Anda karena terpaksa oleh keadaan. Saya telah mengetahui bahwa Anda mengatakan 'AII berkata bohong. Semoga Allah memerangi. Anda. Terhadap siapa saya berbohong? Apakah terhadap Allah? Bahkan saya adalah yang pertama beriman kepada-Nya. Apakah terhadap Nabi-Nya SAWW? Tetapi saya adalah orang pertama yang mem-benarkannya. Pastilah tidak. Demi Allah, itu suatu ungkapan yang Anda gagal menilainya, dan Anda tak mampu untuk itu. Celaka bagi Anda. Saya akan memberikan ukuran-ukuran ungkapan bagus ini, bebas dari segala biaya. Saya berhasrat kiranya ada wadah yang cukup baik untuk menampungnya.
"Dan sesungguhnya kamu akan mengetahuinya setelah beberapa waktu lagi." (QS. 38:88) •
[1] Setelah Tahkim, ketika orang 'Iraq menunjukkan keseganan dan tanpa semangat untuk membalas serangan-serangan Mu'awiah yang berkelanjutan, Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini, menyalahkan dan mencela mereka yang tertipu di Shiffin dan menyerupakan mereka dengan perempuan yang mempunyai lima sifat sebagai berikut:
1) Pertama, ia hamil. Ini berarti orang-orang ini mempunyai kemampuan penuh untuk berjuang, dan bukan dari wanita mandul yang tak dapat diharapkan apa-apa.
2) Kedua, ia telah menyempurnakan masa kehamilan. Yakni, mereka melewati semua tahap sulit dan telah mendekati tujuan akhir, kemenangan.
3) Ketiga, ia dengan sengaja menggugurkan anaknya. Yakni, setelah mendekati kemenangan, mereka merosot ke Tahkim (Arbitrasi) itu, dan sebagai ganti mencapai tujuan yang dirindukan, menghadapi kekecawaan.
4) Keempat, masa jandanya panjang. Yakni, mereka jatuh ke dalam keadaan seakan-akan mereka tidak mempunyai pelindung dan sedang mengembara menjauh tanpa pemimpin.
5) Kelima, Para penerusnya nanti adalah orang-orang jauh. Yakni, penduduk Syria yang tak ada hubungannya dengan mereka akan menguasai mereka.
KHOTBAH 71 Di sini Amirul Mukminin a.s. menjelaskan bagaimana mengucapkan salawat atas Nabi SAWW
Ya Allah, Tuhanku, Pembentang permukaan (bumi) dan Pemelihara (ke-utuhan) seluruh langit, Pencipta hati menurut fitrahnya, kirimkanlah kiranya salawat yang terbaik dan berkat yang terus berlipat ganda kepada Muhammad, hamba dan Nabi-Mu yang terakhir dari mereka yang mendahului(nya), dan pembuka bagi apa yang tertutup, pemaklum kebenaran dengan sebenarnya, penolak kekuatan-kekuatan batil dan penghancur serangan kesesatan. Karena beliau dibebani (tanggung jawab kenabian) maka beliau memikulnya atas perintah-Mu, maju kepada kehendak-Mu, tanpa mengendurkan langkah atau kelemahan tekad, mendengarkan wahyu-Mu, memelihara perjanjian-Mu, maju ke depan dalam menyebarkan perintah-perintah-Mu, sampai beliau menyalakan api bagi pencarinya dan menerangi jalan bagi yang meraba-raba dalam gelap.
Hati menggapai petunjuk melalui beliau setelah ditunggangi kesusahan. Beliau memperkenalkan dengan jelas tanda-tanda petunjuk dan ajaran-ajaran yang bersinar. Beliau pengemban amanat-Mu yang terpercaya, pe-nyimpan perbendaharaan ilmu-Mu, saksi-Mu pada Hari Pengadilan, utusan kebenaran-Mu, dan Rasul-Mu kepada manusia. Tuhanku, sediakanlah kira-nya tempat yang luas baginya di bawah naungan-Mu dan hadiahilah kiranya beliau dengan kebaikan berlimpah-limpah oleh kemurahan-Mu.
Ya Allah, Tuhanku, berikanlah kiranya ketinggian pada bangungan beliau, tinggikanlah kedudukan beliau di sisi-Mu, berikanlah kiranya kesempurnaan kepada sinar cahaya beliau, dan sempurnakanlah cahayanya baginya. Dalam ganjaran bagi pelaksanaan kenabian-Mu, karuniailah beliau agar kesaksiannya diakui dan ucapannya disukai karena bicaranya adil, dan keadilannya tegas dan jelas. Tuhanku, tempatkanlah kiranya kami dan beliau bersama-sama dalam kebahagiaan hidup, nikmat yang berkelanjutan, kepuasan hasrat, ketenteraman hidup, kedamaian pikiran, dan hadiah-hadiah kehormatan.?
KHOTBAH 72 Amirul Mukminin a.s. berkata tentang Marwan di Bashrah. Ketika Marwan ditawan pada Hari Jamal, ia meminta kepada Hasan dan Husain untuk membelanya di hadapan Amirul Mukminin a.s. la pun dibebaskan. Pada waktu mereka berkata, "Ya Amirul Mukminin, ia ingin membaiat Anda," ia a.s. berkata:
Apakah ia tidak membaiat saya setelah pembunuhan 'Utsman? Sekarang saya tidak memerlukan baiatnya, karena baiatnya adalah dengan tangan seorang Yahudi. Apabila ia membaiat saya dengan tangannya, ia akan melanggarnya dalam waktu singkat. Ya, ia akan mencari kekuasaan secepatnya seperti seekor anjing menjilat hidungnya, dan keempat putranya juga akan berkuasa. Rakyat akan menghadapi hari-hari sulit melalui dia dan anak-anaknya.[1] •
[1] Marwan ibn Hakam adalah kemenakan dan menantu 'Utsman. Karena badannya yang kurus tinggi ia dijuluki "Khaith Bathil" (benang kebatilan). Ketika 'Abdul Malik ibn Marwan membunuh 'Amr ibn Sa'id al-Asydaq, saudaranya Yahya ibn Sa'id mengatakan,
Wahai, putra-putra Khaith Bathil (benang kebatilan), kamu telah memainkan penipuan pada 'Amr, dan orang-orang seperti kamu membangun rumahnya (kekuasaan) di atas penipuan dan penghianatan.
Walaupun ayahnya al-Hakam ibn Abi al-'Ash telah menerima Islam pada saat terbukanya Makkah, tetapi kelakuan dan perbuatannya sangat menyakiti hati Nabi. Karenanya Nabi mengutuknya. Beliau mengatakan, "Celaka akan menimpa umal-ku dari keturunan orang ini." Akhirnya, karena intrik-intriknya yang semakin meningkat, Nabi mengusirnya dari MadTnah ke lembah Wajj di Tha'if, dan Marwan pun ikut besertanya. Nabi tak mengizinkan mereka kembali lagi ke Madinah selama hidup beliau. Abu Bakar dan 'Umar pun berbuat demikian. Tetapi, 'Utsman memanggil mereka dalam tnasa pemerintahannya, dan mengangkat Marwan pada jabatan yang demikian tinggi seakan-akan kendali kekhalifahan berada di tangannya. Setelah itu keadaannya nampak senang; pada saat matinya Mu'awiah ibn Yazid, ia menjadi Khalifah kaum Muslim. Tetapi, baru memerintah selama sembilan bulan delapan belas hari, ia mati sementara istrinya menduduki bantal di atas kepalanya; ia tak melepaskan bantal itu sehingga ia mati.
Keempat anak lelaki yang disinggung Amirul Mukminin itu ialah anak-anak 'Abdul Malik ibn Marwan, yakni Walid, Sulaiman, Yazid, dan Hisyam, yang menjadi Khalifah susul-menyusul dan mewarnai lembaran sejarah dengan riwayat mereka. Sebagian pensyarah memandang rujukan ini kepada anak-anak Marwan sendiri yang bernama 'Abdul Malik, 'Abdul 'Aziz, Bisyr dan Muhammad. Di antara mereka, 'Abdul Malik menjadi Khalifah tetapi 'Abdul 'Aziz menjadi Gubernur Mesir, Bisyr Gubernur 'Iraq dan Muhammad menjadi Gubernur al-Jazirah.
KHOTBAH 73 Ketika orang memutuskan untuk membaiat kepada 'Utsman, Amirul Mukminin a.s. berkata:
Tentulah Anda telah mengetahui bahwa saya yang paling berhak dari semua orang lain atas kekhalifahan. Demi Allah, selama urusan kaum Muslim tinggal utuh dan tak ada kelaliman di dalamnya kecuali atas diri saya, saya akan berdiam diri sambil mencari ganjaran untuk itu (dari Allah) dan sambil menjauh dari tarikan-tarikan dan godaan-godaan yang Anda perebutkan. •
KHOTBAH 74 Ketika ia mendengar bahwa Mu'awiah menyalahkannya membunuh 'Utsman, ia berkata:
Pengetahuan Bani Umayyah tentang saya tidak menghalangi mereka menuduh saya, tidak pula terdahulunya saya (dalam menerima Islam) menjauhkan orang-orang jahil ini dari menyalahkan saya. Peringatan Allah lebih fasih dari lidah saya. Saya lawan orang-orang yang memutuskan hubungan dengan iman dan penentang mereka yang ragu-ragu. Ketidak-pastian harus ditempatkan di hadapan Al-Qur'an, Kitab Allah (untuk penjernihan), dan manusia akan dibalasi menurut apa yang ada di dalam hati mereka. •
KHOTBAH 75 Tentang Khotbah dan Nasihat
Semoga Allah memberkati orang yang mendengarkan hikmah dan menahannya, bilamana ia diundang ke jalan yang benar ia mendekatinya; ia mengikuti seorang pemimpin (dengan memegang ikat pinggangnya) dan menemukan keselamatan, mempertahankan Allah di hadapan matanya, dan takut akan dosa-dosanya, berbuat amal dengan tulus, dan berbuat bajik, menerima perbendaharaan dari ganjaran Ilahi, menjauhi kemungkaran, bertujuan (baik) dan memetik ganjaran, melawan hawa nafsunya dan menolak harapan-harapan (palsu), menjadikan kesabaran sarana kepada keselamatannya dan takwa (sebagai) bekal bagi kematiannya, menunggang di jalan kehormatan dan bersiteguh pada jalan kebenaran, memanfaatkan waktunya dengan baik dan bergegas kepada tujuan dengan membawa bersamanya bekal amal (baik). •
KHOTBAH 76 Tentang Bani Umayyah
Bani Umayyah mengizinkan saya sedikit warisan Muhammad SAWW. Demi Allah, apabila saya hidup, saya akan merabuang mereka sebagaimana pembantai menyingkirkan debu dari keratan daging yang ditutupi demu.
Sayid Radhi mengatakan: Dalam satu versi bagi al-widzamut-taribah (keratan daging yang berdebu) telah ditunjukkan kata-kata at-turabul-wadzimah (tanah yang melekat pada sekerat daging). Yakni kata keadaan menggantikan kata benda yang disifati, dan bagi kata benda yang disifati digunakan kata keadaan. Dan dengan kata layufawwiqunani' Amirul Mukminin a.s. menyiratkan bahwa mereka mengizinkan dia sedikit demi sedikit seperti seekor unta betina dapat diperahi sedikit, dan kemudian anaknya boleh mengisap susu sedemikian sehingga kelak menjadi siap untuk diperahi pula. Dan al-widzam adalah bentuk jamak dari wadzamah yang berarti keratan perut atau hati yang jatuh di tanah kemudian debunya disingkirkan. •
KHOTBAH 77 Doa Amirul Mukminin
Ya Allah, Tuhanku, ampunilah kiranya aku (dalam) apa yang Kau ketahui tentang aku lebih dari yang kutahu. Apabila aku kembali kepada dosa-dosa, Engkau kembali kepada keampunan. Tuhanku, ampuni aku (atas) apa yang telah kujanjikan kepada diriku tetapi tiada Kaudapati pemenuhannya dalam diriku. Tuhanku, ampuni aku (atas) apa yang dengan itu aku mencari kedekatan kepada-Mu dengan lidahku tetapi hatiku melawan dan tidak melaksanakannya. Tuhanku, ampunilah kerdipan mata, ucapan buruk, hawa nafsu hati dan kekeliruan bicara. •
KHOTBAH 78 Ketika Amirul Mukminin memutuskan untuk pergi bertempur melawan kaum Khaiji,[1] seseorang berkata, "Apabila Anda berangkat pada saat ini maka, menurut astrologi, saya khawatir Anda tidak akan berhasil mencapai tujuan Anda." Atasnya Amirul Mukminin berkata:
Apakah Anda berpikir bahwa Anda dapat mengatakan saat ketika seseorang pergi dan tak ada bencana yang akan menimpanya, atau dapat memberitahukan tentang waktu bila seseorang pergi akan tertimpa bencana? Barangsiapa membenarkan ini berarti ia membatilkan Al-Qur'an, dan tidak mempedulikan Allah dalam mencapai tujuan yang dihasratkannya dan dalam menjauhkan yang tak disukai. Anda mengatakan ini supaya orang yang bertindak berdasarkan apa yang Anda katakan akan memuji Anda ketimbang Allah, karena menurut paham keliru Anda, Anda telah membimbingnya tentang saat di mana ia akan mendapatkan manfaat dan menjauhi kerugian.
Kemudian Amirul Mukminin maju ke arah orang-orang itu seraya mengatakan: Wahai manusia! Berhati-hatilah mempelajari ilmu perbintangan, kecuali yang dengan itu Anda mencari petunjuk (arah) di darat atau di laut, karena hal itu menjurus kepada tenung, dan seorang astrolog adalah seorang penenung, sedang si penenung adalah seperti penyihir, penyihir seperti kafir, dan si kafir akan berada di neraka. Majulah Anda dengan asma Allah. •
[1] Ketika Amirul Mukminin memutuskan akan ke Nahrawan untuk menekan pemberontakan kaum Khariji, 'Afif ibn Qais al-Kindi berkata kepadanya, "Saat ini tidak baik. Apabila Anda bertolak saat ini maka ketimbang kemenangan dan keberhasilan, Anda akan mengalami kekalahan dan ditaklukkan." Tetapi Amirul Mukminin tidak mempedulikan tanggapan itu, lalu memerintahkan tentara maju saat itu juga. Hasilnya, kaum Khariji menderita kekalahan yang sangat jelas; dari sembilan ribu tentara mereka hanya sembilan orang yang selamat karena melarikan diri, yang lainnya semua tewas.
Amirul Mukminin telah berhujah bahwa astrologi salah atau tak tepat, dalam tiga hal. Pertama, apabila para astrolog itu diterima sebagai benar maka itu akan berarti penyangkalan terhadap Al-Qur'an, karena astrolog mengaku tahu akan hal-hal tersembunyi di masa depan dengan melihat binlang-bintang, sementara Al-Qur'an mengatakan,
Katakanlah: "Tiada sesuatu apa pun di langit atau di bumi yang mengetahui yang gaib kecuali Allah .... "(QS. 27:65)
Kedua, bahwa menurut konscpsinya, astrolog mempercayai bahwa ia dapat mengetahui maslahat dan mudaratnya dengan mengetahui masa depan. Dalam hal itu ia akan tak peduli untuk berpaling kepada Allah, dan mengandalkan diri sendiri semata-mata adalah semacam kekafiran, yang mengakhiri harapannya kepada Allah. Ketiga, apabila ia berhasil dalam suatu tujuan maka ia akan memandang keberhasilan karena pengetahuannya sebagai astrolog. Akibatnya, ia akan memuji dirinya sendiri ketimbang kepada Allah, dan akan mengharapkan bahwa siapa saja yang dibimbingnya akan bersyukur kepadanya ketimbang kepada Allah. Poin-pom ini tidak berlaku bagi pendapat astrologi sejauh dipercayai bahwa penemuan astrolog itu hanya bersifat pengaruh yang dapat berubah menurut kehendak Allah. Konpetensi yang dicapai oleh banyak ulama kita dalam astrologi adalah benar atas dasar bahwa mereka tidak memandang pendapat itu final.
KHOTBAH 79 Setelah pertempuran Jamal,[1] Amirul Mukminin a.s. berkata tentang wanita
Wahai manusia! Perempuan berkekurangan dalam iman, kekurangan dalam pembagian, dan kekurangan dalam akal. Kekurangan dalam iman karena pantangan mereka dari shalat dan puasa dalam masa haidnya. Kekurangan dalam akal adalah karena kesaksian dua perempuan sama dengan satu laki-laki. Berhati-hatilah Anda bahkan dari antara mereka yang (dikabarkan sebagai yang) baik. Jangan Anda mengikuti mereka (secara membuta) sekalipun dalam hal-hal yang baik supaya mereka tidak menyeret Anda kepada kemungkaran. •
[1] 'Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini setelah kerusakan yang ditimbulkan oleh Perang Jamal. Karena kerusakan itu adalah akibat mengikuti perintah seorang wanita dengan membuta, dalam khotbah ini ia menggambarkan kekurangan fisik wanita serta sebab dan akibatnya. Demikianlah, kelemahan mereka yang pertama ialah selama beberapa hari dalam sebulan mereka tak boleh salat dan puasa, dan larangan beribadah ini sendiri merupakan tanda kekurangan mereka dalam agama. Walaupun makna iman yang sesungguhnya ialah pem-benaran hati dan keyakinan batin, namun secara kias hal itu pun mengandung makna tindakan dan watak. Karena perbuatan adalah pantulan keimanan maka tindakan dan watak itu juga merupakan bagian dari iman. Maka, diriwayatkan dari Imam 'AII ibn Musa ar-Ridha a.s. bahwa:
Iman adalah pembenaran oleh hati, ikrar dengan lidah dan tindakan dengan anggota badan.
Kelemahan yang kedua ialah kecenderungan alamiya tidak mengizinkan penggunaan pikiran mereka sepenuhnya. Alam telah memberikan kepada mereka kecenderungan berpikir yang sesuai dengan bidang kegiatan mereka yang me-nuntun mereka dalam kehamilan, melahirkan, mengasuh anak dan urusan rumah tangga. Atas dasar kelemahan ini, status kesaksian mereka tidak disamakan dengan kesaksian pria, sebagaimana sabda Allah,
... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari dua orang lelaki. Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa yang seorang lagi mengingatkannya .... (QS. 2:282)
Kelemahan yang ketiga ialah bagian mereka dalam warisan setengah dari bagian warisan lelaki,
Allah mensyaratkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan. (QS. 4:11)
Ini menunjukkan kelemahan wanita. Karena penyebab bagiannya dalam warisan hanya setengah ialah tanggung jawab nafkah untuk wanita terletak pada lelaki. Karena kedudukan lelaki ialah pemberian nafkah dan pengurusan wanita, maka jelaslah posisi lelaki yang memberi nafkah dan mengurusi kebutuhan wanita itu.
Setelah menggambarkan kelemahan-kelemahan alami mereka itu, Amirul Mukminin menunjukkan buruknya mengikuti mereka secara membuta dan batil. la mengatakan itu bukan setalian dengan hal-hal yang buruk saja; sekaitan dengan hal baik pun tak seharusnya dilakukan menurut hasrat mereka. Orang harus menyadari perbuatan yang baik itu karena baiknya, dan bahwa kesenangan atau keinginan mereka tak ada hubungannya dengan itu. Apabila mereka (wanita) merasa bahwa kesenangan mereka telah menjadi tujuan di dalamnya, berangsur-angsur mereka akan semakin menuntut dan menginginkan agar mereka ditaati dalam hal-hal yang bagaimanapun buruknya; akibatnya ialah kehancuran dan keruntuhan, sebagaimana dikatakan Syekh Muhammad 'Abduh mengenai pan-dangan Amirul Mukminin ini,
Amirul Mukminin telah mengatakan suatu hal yang sesuai dengan pengala-man berabad-abad.
9
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 80 Tentang Berkhotbah dan Memberi Nasihat
Wahai manusia! Zuhud adalah mengurangkan hawa nafsu, mensyukuri nikmat, dan menjauhi larangan. Apabila hal ini mungkin maka (sekurang-kurangnya) larangan-larangan itu tak akan menaklukkan kesabaran Anda. Kenikmatan jangan melupakan syukur Anda. Allah telah menyempurnakan dalih-dalih di hadapan Anda melalui argumen-argumen yang terang, bercahaya, dan kitab-kitab terbuka dan cerah. •
KHOTBAH 81 Tentang Dunia dan Penduduknya
Secara bagaimana saya akan menggambarkan dunia ini, yang permulaannya adalah kesedihan dan akhirnya adalah kehancuran?[1] Perbuatan yang dilakukan di sini harus dipertanggungjawabkan sedang bagi yang haram ada hukumannya. Yang kaya di sini menghadapi bencana dan yang miskin mendapatkan kesedihan. Orang yang serakah atasnya tidak mendapatkannya. Apabila seseorang menjauh darinya maka ia maju kepadanya. Apabila seseorang melihat melaluinya, ia akan menganugerahinya pemandangan, tetapi barangsiapa menaruh matanya padanya maka ia akan membutakannya.
Sayid Radhi berkata: Apabila seorang pemikir merenungkan frasa Amirul Mukminin, waman abshara biha bashsharathu (orang yang melihat melaluinya, akan diberinya penglihatan) maka ia akan mendapatkan di dalamnya makna yang sangat menakjubkan dan arti yang menjangkau jauh, yang maksudnya sukar dinilai dan tujuannya sukar dipahami. Khususnya bila ia menggabungkannya dengan frasa Amirul Mukminin, "waman abshara ilaiha, a'mathu" (apabila seseorang menaruh matanya atasnya, ia akan membutakannya) ia akan mendapatkan perbedaan antara "abshara biha"dan "abshara laha", jelas, cerah, menakjubkan dan bercahaya.
[1] “Dunia berawal dengan derita dan berakhir dengan kehancuran.” Kalimat ini mengandung kebenaran yang dikemukakan Al-Qur'an,
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. 90:4)
Memang, sejak dari rahim ibu yang sempit hingga ke alam semesta yang luas, perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia tidak berakhir. Ketika mula-mula merasakan kehidupan, ia tertutup dalam penjara yang demikian sempit di mana ia tak dapat menggerakkan anggota atau pun membalikkan badannya. Ketika ia terlepas dari lingkungan yang sempit dan melangkah di dunia ini, ia harus me-lewati berbagai kesulitan yang tak terhitung jumlahnya. Mula-mula ia tak dapat bicara dengan lidahnya untuk mengungkapkan kesusahan dan kepahitannya, anggota badannya tak punya tenaga untuk memenuhi kebutuhannya. Hanya tangisan dan air mata yang dapat mengungkapkan kebutuhannya dan menyalurkan kesulitan dan kesusahannya. Setelah melewati masa ini, ketika ia memasuki tahap belajar, di mana-mana suara teguran dan penyalahan menyambutnya. Selama itu nampaknya ia ketakutan. Ketika ia terbebas dari masa penyerahan ini, ia dikerubungi kecemasan hidup berkeluarga dan nafkah, kadang-kadang pertarungan dengan musuh, kadang-kadang perjuangan dengan pasang surutnya kehidupan.
kadang-kadang serangan penyakit, dan kadang-kadang terpukul karena masalah anak-anak, sampai usia tua mendekatinya dengan isyarat kelemahan dan tak berdaya, dan akhirnya ia mcngucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dengan rasa takut dan sedih.
Setelah Amirul Mukminin berkata tentang dunia ini, bahwa dalam perbuatan-perbuatan dunia yang halal ada masalah pertanggungjawaban dan dalam perbuatan-perbuatannya yang haram ada hukuman. Akibatnya, bahkan kegembiraan yang menyenangkan pun mengandung kepahitan. Apabila ada harta dan uang berkelimpahan di dunia ini maka manusia berada dalam badai kecemasan sehingga ia kehilangan rasa damai dalam jiwanya. Apabila kekurangan dan miskin, ia selalu merindukan kekayaan. Orang yang terpaut pada dunia ini, hawa nafsu dan keinginannya tak mengenal batas. Dunia ini sebagai pantulan bayangan. Apabila Anda lari mengejarnya maka ia pun lari menjauh, tetapi apabila Anda meninggalkannya dan melarikan diri darinya maka ia akan mengikuti Anda. Begitu pula, apabila seseorang tidak mengejar dunia ini, dunia mengejarnya. Maknanya ialah bila orang mematahkan cengkeraman keserakahan dan ketamakan, dan melepaskan diri dari hasrat-hasrat yang buruk dari dunia ini, ia pun akan mendapatkan kesenangan-kesenangan dari dunia ini dan tak akan kehilangan dunia ini. Oleh karena itu, orang yang meninjau dunia ini dari atas permukaannya dan mengambil pelajaran dari kemungkinan-kemungkinan dan kejadian-kejadiannya, dan melalui aneka ragamnya serta perubahan-perubahannya, akan mendapat pengetahuan tentang Kekuasaan Allah, Kebijakan dan Kearifan, Rahman dan Rah!m-Nya, Kepandaian dan Kemampuan-Nya memelihara, matanya akan melihat kecerlangan dan pemandangan yang sesungguhnya. Sebaliknya, orang yang semata-mata hanyut dalam aneka rona dunia ini serta perhiasannya, akan kehilangan dirinya dalam kegelapan dunia. Itulah sebabnya Allah melarang manusia memandang dunia ini seperti itu,
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golnngan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobui mereku dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah baik dan kekal. (QS. 20:131)
KHOTBAH 82 Khotbah ini disebut al-Gharra' dan merupakan salah satu khotbah Amirul Mukminin yang paling menakjubkan
Segala puji bagi Allah Yang Tinggi di atas segala sesuatu, dan dekat (ke-pada ciptaan) melalui karunia-Nya. la pemberi segala ganjaran dan keutamaan, dan pembuang segala bencana dan kesulitan. Saya memuji-Nya atas segala rahmat-Nya yang berkelanjutan dan kemurahan-Nya yang banyak. Saya beriman kepada-Nya sebagai Yang Pertama dari segalanya, dan Yang Maujud. Saya mencari petunjuk pada-Nya karena la dekat dan la adalah Pemandu. Saya mencari pertolongan-Nya karena ia Kuasa dan Perkasa. Saya bergantung pada-Nya karena la Pemberi kecukupan dan Penopang. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad (saw) adalah hamba-Nya, pesuruh-Nya dan Nabi-Nya. la mengutusnya untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, untuk membela ajaran-Nya dan untuk menyampaikan peringatan-peringatan-Nya (terhadap hukuman yang kekal).
Menyuruh Orang Bertakwa
Wahai hamba-hamba Allah! Saya nasihati Anda untuk bertakwa kepada Allah yang telah melengkapi perumpamaan dan telah menetapkan batas waktu kehidupan Anda. la telah memberikan kepada Anda pakaian[1] untuk menutupi dan la telah menyebarkan bagi Anda rezeki Anda. la telah mengelilingi Anda dengan pengetahuan-Nya. la telah menetapkan ganjaran. la telah menganugerahkan Anda dengan nikmat yang banyak dan pemberian yang luas. la telah memperingatkan Anda melalui hujah yang menjangkau jauh, dan la telah menghitung Anda menurut angka-angka. la telah menetapkan bagi Anda usia (untuk hidup) di tempat ini sebagai ujian dan rumah pendidikan.
Anda berada dalam ujian di dunia ini dan akan dihisab atasnya. Sesungguhnya dunia ini adalah tempat pengairan yang kotor dan sumber minuman yang berlumpur.
Penampilannya menarik dan isinya merusak. la adalah tipuan yang tersamar, bayangan yang akan lenyap, tiang yang bengkok. Ketika orang yang menghinanya mulai menyukainya dan orang yang tak mengenalnya merasa puas dengannya, maka ia bangkit dan menghentakkan kakinya (dalam kegembiraan), menjeratnya dalam jeratnya, menjadikannya sasaran panah-panahnya, dan melingkarkan di lehernya tali kematian yang membawanya ke kubur sempit dan tempat yang menakutkan untuk menunjukkan kepadanya tempat kediamannya dan balasan atas perbuatan-perbuatannya. Ini berlangsung dari generasi ke generasi. Tidaklah maut berhenti merenggut nyawa, tidak pula yang tertinggal hidup menjauhkan diri dari berbuat dosa.
Kematian dan Kebangkitan
Mereka saling berlomba dan maju berkelompok-kelompok ke tujuan dan tempat pertemuan akhir kematian, ketika urusan tertutup, dunia mati dan kebangkitan (kiamat) mendekat. Allah akan mengambil mereka dari sudut-sudut kubur, sarang-sarang burung, liang-liang binatang dan pusat-pusat kematian.[2] Mereka bergegas memenuhi perintah-Nya dan bergegas ke tempat yang telah ditetapkan untuk tempat kembalinya yang terakhir, kelompok demi kelompok, diam, berdiri, dan berbaris-baris. Mereka berada dalam pandangan Allah Yang Maha Melihat dan akan mendengar yang memanggilnya.
Mereka memakai busana tak berdaya dan baju penyerahan dan ke-rendahan. (Pada saat itu) tipu muslihat akan lenyap, hawa nafsu akan terputus, hati akan tenggelam diam-diam, suara-suara akan terpotong, keringat akan menyumbat kerongkongan, ketakutan akan meningkat dan telinga akan berkumandang dengan suara-suara mengguntur dari penyeru yang memanggil ke arah pengadilan terakhir, hadiah balasan, penjatuhan hukuman dan pembayaran ganjaran.
Keterbatasan Hidup
Manusia telah diciptakan sebagai bukti kekuasan(-Nya), dibesarkan dengan wewenang, mereka dimatikan melalui sengatan sakit dan dimasukkan ke dalam kubur di mana mereka berubah menjadi remah-remah. Kemudian mereka akan dibangkitkan satu demi satu, diganjari balasan dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, masing-masing secara terpisah. Mereka telah diberi waktu untuk mencari keselamatan, telah ditunjuki jalan yang benar dan telah diberi kesempatan untuk hidup dan menuntut kebajikan; kegelapan ragu telah disingkirkan, dan mereka telah dibebaskan di masa hidup ini sebagai tempat belajar agar mereka membuat persiapan untuk perlumbaan di Hari Pengadilan, untuk mencari tujuan dengan berhati-hati, untuk mendapatkan waktu yang diperlukan untuk mengambil manfaat dan menyediakan bekal bagi tempat kediaman yang berikut.
Tiada Kebahagiaan Tanpa Takwa
Betapa pantas gambaran ini dan betapa mujarab nasihat dan peringatan ini apabila diterima oleh hati yang suci, telinga yang terbuka, pandangan yang kukuh dan kecerdasan yang tajam. Takutlah kepada Allah seperti orang yang mendengarkan (nasihat baik) dan tunduk kepadanya, bilamana ia berbuat dosa ia mengakuinya; bilamana ia merasa takut, ia berbuat kebajikan; bilamana ia diingatkan ia bergegas ke arah (perbuatan baik); bila-mana ia percaya, ia melakukan perbuatan bajik; bilamana ia dimintai untuk mengambil pelajaran (dari kejadian-kejadian dunia), ia mengambil pelajaran; bilamana ia diminta untuk menolak, ia berpantang (dari kejahatan); dan bilamana ia menjawab seruan (Allah), ia bersandar (kepada-Nya); bilamana ia berpaling kembali (kepada kejahatan), ia bertaubat; bilamana ia mengikuti ia meneladani, dan bilamana ditunjuki (jalan yang benar), ia melihatnya.
Orang semacam itu sibuk mencari kebenaran dan menghindari (kejahatan dunia) dengan menjauhinya. la mengumpul bekal (amal baik) bagi dirinya, menyucikan batinnya, membangun untuk dunia akhirat, dan membawa perbekalan untuk hari perpisahannya, mengingat perjalanannya, keperluannya dan letak kebutuhannya. la mengirimkannya mendahuluinya untuk tempat kediamannya (di akhirat).
Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah dengan mengingat sebab mengapa la menciptakan Anda, dan takutlah kepada-Nya sejauh yang disuruh-Nya kepada Anda. Jadikanlah diri Anda pantas me-nerima apa yang telah dijanjikan-Nya kepada Anda, dengan meyakini kebenaran janji-Nya dan memelihara rasa takut akan Hari Pengadilan.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Mengingatkan Manusia tentang Nikmat Allah
la membuat telinga bagi Anda untuk memelihara apa yang penting, mata untuk melihat sebagai ganti kebutaan, dan anggota badan yang terdiri dari berbagai bagian (yang lebih kecil), yang lengkungannya sebanding dengan pembentukan bangunnya dan panjang usianya, dan juga tubuh yang menopang dirinya, dan hati yang sibuk mencari makanannya, di samping nikmat-nikmat besar lain, anugerah-anugerah bagi yang membutuhkan dan kubu-kubu keamanan. la telah menetapkan bagi Anda usia yang tidak Anda ketahui. la telah menahan bagi Anda peninggalan dari manusia-manusia yang telah berlalu untuk pendidikan Anda. Orang-orang itu bersenang-senang sepenuhnya dan sama sekali tidak dihalangi. Maut men-jangkaunya sebelum (pemuasan) hawa nafsunya, yang darinya maut memisahkannya. Mereka tidak mempersiapkan diri selagi tubuh mereka sehat, dan tidak mengambil pelajaran selagi masa muda.
Apakah orang-orang yang masih muda ini menunggu hingga saat bungkuk di hari tua, dan orang-orang yang menikmati tubuh yang sehat menunggu saat sakit-sakitan, dan orang-orang yang hidup ini menunggu saat kematian? Ketika saat perpisahan mendekat dan saat perjalanan tiba, dengan perihnya kesedihan dan kebingungan, penderitaan dari kesusahan dan tercekiknya oleh liur, dan waktu tiba untuk memanggil kerabat dan sahabat untuk menolong mengubah letak tubuhnya di tempat tidur. Maka dapatkah saat itu karib kerabat menghentikan kematian, atau dapatkah para wanita yang berkabung membawa perbaikan? la malah akan ditinggalkan sendiri di liang yang terbatas pada sudut sempit kuburnya.
Kulitnya dirobek-robek seluruhnya oleh serangga, dan tubuhnya yang bugar hancur dan membusuk. Badai menyingkirkan jejak-jejaknya dan bencana bahkan menghapus tanda-tandanya. Badan-badan yang bugar berubah menjadi kurus dan layu, dan tulang-tulang telah menjadi lapuk. Ruh dibebani dengan beratnya dosa dan baru menjadi sadar akan hal-hal yang gaib. Tetapi sekarang, amal baik tak dapat ditambah lagi, tidak dapat pula kejahatan ditebus dengan bertaubat. Bukankah Anda putra, ayah, saudara dan kerabat dari orang-orang yang telah mati itu, dan tidakkah Anda akan menyusul langkah mereka dan melewati jejak mereka? Tetapi hati masih tidak tergugat, tak peduli akan petunjuk, dan bergerak pada jalur yang salah, seakan-akan yang dialamati adalah orang lain, dan seakan-akan jalan yang benar ialah mengumpulkan perolehan duniawi.
Persiapan untuk Hari Pengadilan
Dan ketahuilah bahwa Anda harus melewati titian di mana langkah-langkah goyah, kaki mudah terpeleset, dan ada bahaya mengancam pada setiap langkah. Bertakwaiah kepada Allah sebagai takwa orang bijaksana yang pikiran tentang (dunia akhirat) telah mengalihkannya dari hal-hal lain, takwa (kepada Allah) telah menimpa tubuhnya dengan nyeri dan kesusahan, keterlibatannya dalam salat malam telah mengubah bahkan tidurnya yang singkat menjadi jaga, harapan (akan ganjaran abadi) membuatnya terus haus di siang hari, zuhud telah memotong hawa nafsunya, dan mengingat Allah selalu menggerakkan lidahnya. la menanggung takut di hadapan bahaya. la mengelakkan jalan-jalan yang tak rata dan menyukai jalan-jalan yang terang. la menempuh jalan terdekat untuk mencapai tujuannya, hawa nafsu tidak menggeser pemikirannya dan keanekaragaman tidak membutakan matanya. la menikmati tidur nyenyak dan menjalani harinya dengan bahagia karena kebahagiaan dari berita gembira dan kesenangan nikmat (yang abadi).
la melewati lorong hidup dunia ini secara terpuji. la sampai ke dunia akhirat dengan kebajikan. la bergegas (ke arah kebajikan) karena takut (akan kejahatan). la bergerak cepat di siang hari (kehidupan di dunia ini). la mengabdikan dirinya dalam mencari (kebaikan abadi), ia lari dari kejahatan. Sepanjang hari ini ia ingat akan hari esok, dan ia terus melihat ke masa depan. Sesungguhnya surga adalah ganjaran dan hasil usaha yang terbaik, sedang neraka adalah hukuman dan penderitaan yang pantas. Allah adalah Pembalas dan Penolong yang terbaik, dan Al-Qur'an adalah hujah dan penentang yang terbaik.
Peringatan Terhadap Iblis
Saya wasiati Anda sekalian agar takut kepada Allah yang tidak meninggalkan dalih terhadap apa yang telah diperingatkan-Nya, telah mengerahkan hujah (untuk petunjuk) tentang jalan (yang benar) yang telah ditunjukkan-Nya. la telah memperingatkan Anda tentang musuh yang menyelinap ke dalam hati Anda dan secara mencuri-curi berkata ke telinga Anda, dan dengan demikian menyesatkan dan menimbulkan kerusakan, membuat janji-janji (palsu) dan menahan Anda dalam kesan-kesan yang batil. la menyuguhkan dosa-dosa jahat dalam bentuk menarik, dan me-nunjukkan bahkan kejahatan parah sebagai cahaya. Ketika ia telah menipu para sejawatnya dan menghambur-hamburkan janji, ia mulai mencari kesalahan pada apa yang ia perkenalkan sebagai baik, dan raemandang berat apa yang telah ditunjukkannya sebagai enteng, dan mengancam terhadap yang telah ditunjukkannya sebagai aman.
Bagian dari Khotbah yang Sama Mengenai Penciptaan Manusia
Dan lihatlah manusia yang telah diciptakan Allah dalam rahim yang gelap dan lapisan-lapisan tirai dari mani yang melimpah, kemudian gumpalan yang tak berbentuk, kemudian janin, kemudian bayi yang menetek, kemudian menjadi anak, kemudian menjadi orang muda yang telah berkembang penuh. Kemudian la memberinya hati dengan ingatan, lidah untuk berkata-kata dan mata untuk melihat, agar ia dapat mengambil pelajaran (dari apa yang di sekitarnya) dan memahaminya dan mengikuti nasihat dan menjauhi kejahatan.
Ketika ia telah dapat tegak berdiri sebagaimana layaknya dan menyamai yang lain, ia membanggakan diri dan kebingungan. la menarik berember-ember hawa nafsunya, tenggelam dalam memenuhi keinginan untuk kesenangannya dari dunia dan tujuan-tujuannya (yang kotor). Tidak ia takut akan kejahatan apa pun, tidak pula ia ngeri akan suatu peringatan, ia mati jenuh dengan kejahatan-kejahatannya. la melewatkan kehidupannya yang singkat dengan memburu sampah. la tidak mendapatkan ganjaran, tidak pula memenuhi suatu kewajiban. Penyakit yang mematikan men-jangkaunya sementara ia masih sedang mengumbar hawa nafsu dan ia pun bingung karenanya. la melewatkan malam dengan terjaga dalam kesusahan dan kesedihan dan nyerinya sakit dan keluhan dalam kehadiran saudara-saudara kandung, ayah yang mencintai, ibu yang meratap, sudara perempuan yang menangis, sementara ia sendiri dalam keresahan yang menggalau, derita yang dahsyat, tangisan menakutkan, sakit yang mencekik, nyeri oleh penderitaan dan taring maut yang melemaskan.
Setelah itu ia dibungkus dengan kain kafan sementara ia tinggal diam dan menyerah sepenuhnya kepada orang lain. Kemudian ia ditempatkan di atas papan dalam keadaan sedemikian rupa setelah ia diinjak-injak oleh kesulitan dan dikuruskan oleh penyakit. Kumpulan orang muda dan saudara-saudara yang datang menolong mengusungnya ke rumah kesepi-annya di mana seluruh hubungan dengan pengunjung terputus. Setelah itu orang-orang yang mengiringinya pergi dan orang-orang yang menangisinya pun kembali lalu ia didudukkan dalam kuburnya untuk (menjawab) pertanyaan yang mengerikan dan ujian yang mudah menggelincirkan. Bencana besar dari tempat itu ialah air panas dan masuknya ke dalam neraka, nyala api abadi dan kobaran yang pekat. Tak ada waktu istirahat, tak ada senggang untuk santai, tak ada kekuatan untuk mencegah, tak ada kematian untuk hiburan dan kelegaan, dan tak ada tidur untuk membuatnya melupakan kepedihan, melainkan terbaring di bawah berbagai jenis kematian dan hukuman saat-demi-saat. Kami berlindung kepada Allah.
Pelajaran dari Orang Mati
Wahai hamba-hamba Allah! Di mana orang-orang yang diberi usia (lanjut) dan menikmati kemewahan? Mereka diajari dan mereka mengerti; mereka diberi waktu dan mereka melewatkannya dengan sia-sia, mereka diberi kesehatan dan mereka lupa (akan kewajibannya). Kepada mereka diberi waktu panjang funtuk hidup), diberi rezeki yang banyak, diberi peringatan akan hukuman yang menyedihkan dan diberi janji ganjaran yang besar. Anda harus menjauhi dosa yang mengantarkan kepada kerusakan, dan kejelekan yang menarik kemurkaan (Allah).
Wahai manusia yang mempunyai mata dan telinga dan kesehatan dan kekayaan! Adakah suatu tempat perlindungan, suatu perhentian keamanan, atau persembunyian, atau kesempatan untuk melarikan diri atau jalan kembali (ke dunia ini)? Bila tidak maka "rnengapa kainu rnasih berpaling" (QS. 6:95; 10:34; 35:3; 40:62) dan ke mana Anda akan meraba-raba dan ke mana Anda akan bergerak? Dengan apa Anda telah ditipu? Sesungguhnya bagian setiap orang dari Anda sekalian dari bumi ini hanyalah sepotong tanah yang sama dengan sosok dan ukuran tubuh Anda di mana ia akan terbaring pada pipinya dengan ditutupi debu. Sekarang adalah kesempatan untuk berbuat.
Wahai hamba-hamba Allah! Sejak leher masih bebas dari jerat, dan jiwa pun tak terbelenggu, sekarang Anda mempunyai waktu untuk mencari petunjuk; Anda dalam keadaan bertubuh senang, Anda dapat berkumpul dalam pertemuan, sisa hidup berada di hadapan Anda, Anda mempunyai kesempatan besar untuk berbuat menurut kemauan, Anda mempunyai kesempatan untuk bertaubat, dan (Anda berada dalamj suasana damai. (Tetapi Anda harus bertindak) sebelum Anda terburu oleh keadaan sempit dan sedih, atau ketakutan dan kelemahan, sebelum mendekatnya maut yang ditunggu dan sebelum diambil oleh Yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Sayid Radhi berkata: Diriwayatkan bahwa ketika Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini, orang-orang mulai gemetar, air mata mereka mengalir dan hati mereka ketakutan. Sebagian orang menamakan khotbah ini Khuthbah a/-Ghurra'(K.botbah yang Cemerlang). •
[1] Allah telah melengkapi setiap makhluk dengan pakaian alami yang merupakan sarana untuk melindunginya dari panas dan dingin. Maka sebagian hewan ditutupi dengan bulu dan sebagian memakai wol. Tetapi tingkat akal manusia yang tinggi dan sifat malu dan kehormatannya menuntut keistimewaan dibanding dengan makhluk lain. Sebagai akibatnya, untuk memeiihara kemuliaan ini ia telah diajari cara menutupi tubuhnya. Karena dorongan alami inilah maka ketika menyadari keadaannya Adam mulai menutupi tubuhnya dengan daun-daunan.
"... Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga .... " (QS. 7:22)
[2] Maksudnya, Allah akan membangkitkan kembali semua manusia yang telah mati, sekalipun mereka telah dimakan binatang buas dan larut dalam tubuh hewan itu. Tujuannya ialah untuk menyangkal pandangan para filosof yang berpendapat bahwa kebangkitan dari ketidakberadaan adalah mustahil dan karena itu mereka tak percaya akan kebangkitan fisik. Argumen mereka, singkatnya, ialah bahwa suatu benda yang kehilangan keberadaannya disebabkan oleh kematian tidak akan kembali hidup lagi. Konsekuensinya, setelah kehancuran dunia ini maka kembalinya makhluk-makhluk untuk hidup lagi adalah mustahil. Tetapi kepercayaan itu tak benar, karena bertebarannya bagian-bagian (tubuh) itu tidak berarti ketidak-beradaannya, sehingga memadukan lagi bagian-bagian itu tidak berarti kebangkitan dari ketidakberadaan. Sebaliknya, bagian-bagian konstituen yang terpisah dan berserakan terus berada dalam suatu bentuk. Tentu saja, dalam hubungan ini keberatan itu mengandung suatu kekuatan. Bilamana semua orang harus dibangkitkan dalam bentuknya sendiri maka dalam hal seorang manusia telah dimakan oleh manusia lain akan mustahil untuk membangkitkan salah satu dari keduanya dengan seluruh bagian konstituennya, karena hal ini akan melibatkan kekurangan bagian-bagian pada orang yang telah memakan orang itu.
Terhadap ini para ahli metafisik menjawab bahwa pada semua orang terdapat konstituen-konstituen yang hakiki dan yang lain-lain tidak hakiki. Konstituen-konstituen hakiki tetap konstan sejak awal hingga akhir kehidupan dan tidak mengalami perubahan, dan kebangkitan sehubungan dengan konstituen-konstituen hakiki itu tidak akan menimbulkan kekurangan pada orang yang telah memakan orang itu.
KHOTBAH 83 Tentang 'Amr ibn 'Ash
Saya heran akan putra Naghibah yang mengatakan tentang saya di kalangan orang Suriah bahwa saya seorang pecanda dan bahwa saya senang melucu dan bersenang-senang. la bicara batil dan mengatakan dosa. Ingatlah, pembicaraan yang terburuk ialah pembicaraan yang tak benar. la berkata dan berdusta. la mengemis dan bersikeras, tetapi bila seseorang meminta padanya, ia kikir. la mengkhianati sumpah dan mengabaikan persaudaraan.
Bilamana dalam suatu pertempuran, ia mengatur dan memerintah, tetapi hanya sebatas pedang tidak bertindak. Bila saat itu tiba, kelicikan besarnya ialah bertelanjang di hadapan lawannya.[1] Demi Allah, ingatan akan kematian telah menjauhkan saya dari senda gurau dan canda, sedang kelupaannya akan akhirat mencegah dia berkata benar. la tidak membaiat kepada Mu'awiah tanpa maksud, melainkan dengan syarat bahwa ia harus membayar harganya, dan memberikan kepadanya suatu hadiah karena meninggalkan agama. •
[1] Di sini Amirul Mukminin merujuk peristiwa ketika "si penakluk Mesir" 'Amribn 'Ash, menunjukkan "keberanian" dengan mempertunjukkan kemaluannya. Ini terjadi dalam peperangan Shiffin. Ketika ia sedang bertarung dengan Amirul Mukminin, ia bertelanjang untuk mengelakkan pukulan pedang. Melihat hal itu, Amirul Mukminin memalingkan wajahnya dan membiarkan nyawanya. Penyair Arab terkenal, Farazdaq, mengatakan tentang ini,
Tiada baiknya menyingkirkan kesulitan dengan aib
Seperti 'Amr ibn 'Ash mempertunjukkan kemaluannya.
Bahkan dalam perbuatan memalukan ini bukanlah 'Amr ibn 'Ash sendiri yang menemukan kelicikan itu. la hanya meniru seorang lain sebelumnya. Yang pertama menggunakan siasat licik yang aib ini ialah Thalhah ibnAbi Thalhah yang menyelamatkan dirinya dalam Perang Uhud dengan bertelanjang di hadapan Amirul Mukminin dan menunjukkan "siasat" itu kepada orang lain. Selain 'Amr ibn 'Ash, kelicikan aib ini pun telah dilakukan oleh Busr ibnAbi Arthat untuk menyelamatkan dirinya dari pedang Amirul Mukminin. Setelah melakukan perbuatan yang disaksikan orang ini, Busr pergi kepada Mu'awiah, dan Mu'awiah mengingatkan perbuatan 'Amr ibn'Ash untuk menghilangkan rasa malu Busr, "Oh, Busr. Bukan apa-apa. Tak perlu malu untuk itu, mengingat perbuatan 'Amribn 'Ash sebelum Anda."
KHOTBAH 84 Tentang Kesempurnaan Alluh dan Pemberian Nasihat
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada serikat bagi-Nya. Yang Mahaawal, yang tak ada sesuatu sebelum Dia. la Yang Akhir, yang tiada batas bagi-Nya. Khayalan tak dapat menjangkau sesuatu dari sifat-Nya. Hati tak dapat menyimpulkan tentang Dia. Uraian dan pembagian tak dapat diterapkan pada-Nya. Mata dan hati dan tak dapat meliput Dia.
Sebagian dari Khotbah yang Sama
Wahai para hamba Allah! Ambillah pelajaran dari bahan-bahan pelajaran yang berguna dan petunjuk yang bersinar. Cermatlah mengikuti tanda-tanda peringatan yang jelas. Ambillah manfaat dari khotbah dan nasihat. Seakan-akan cakar kematian telah tertekan kepada Anda, hubung-an harapan dan hasrat telah terputus, urusan sulit telah menimpa Anda dan perjalanan Anda adalah menuju tetnpat ke mana setiap orang mesti pergi, yakni maut. "Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang (malaikat) pengiring dan seorang (rnalaikat) penyaksi. " (QS. 50:21) Peng-giring menggiringnya ke arah kebangkitan sementara saksi menyediakan bukti tentang perbuatannya.
Sebagian dari Khotbah yang Sama tentang Surga
Di surga ada kelas-kelas tinggi dan berbagai tempat kediaman. Batasnya tak pernah berakhir. Barangsiapa tinggal di dalamnya tak akan pernah mau meninggalkannya. Barangsiapa yang dikaruniai kediaman abadi di dalamnya tidak akan menjadi tua, dan penghuninya tak akan mengalami kekurangan. •
KHOTBAH 85 Tentang Mempersiapkan Diri untuk Akhirat dan Mengikuti Perintah Allah
Allah mengetahui hal-hal yang tersembunyi dan memahami perasaan-perasaan batin. la meliputi segala sesuatu. la menaklukkan segala sesuatu dan menguasai segala sesuatu. Hendaklah setiap orang di antara Anda sekalian mengerjakan apa yang harus dilakukannya selama hari-hari kehidupannya sebelum datangnya maut, selagi hari luangnya sebelum hari sibuk, selagi bernafas sebelum terburu oleh kelemasan, hendaklah ia menyediakan bagi dirinya dan untuk perjalanannya, dan mengumpul bekal dari tempat persinggahannya untuk tempat kediamannya. Maka ingatlah akan Allah, wahai manusia, tentang apa yang telah la minta kepada Anda dalam Kitab-Nya untuk diperhatikan, dan tentang hak-hak-Nya yang telah la amanatkan kepada Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci tidak menciptakan Anda dengan sia-sia dan tidak meninggalkan Anda tanpa kendali, dan tidak pula membiarkan Anda dalam kejahilan dan kegelapan. la telah membataskan apa yang harus Anda tinggalkan, mengajarkan kepada Anda tentang amal perbuatan Anda, menetapkan ajal Anda, me-nurunkan kepada Anda Al-Qur'an yang menerangkan segala sesuatu, dan membuat Nabi-Nya hidup di kalangan Anda selama waktu panjang sampai la menyelesaikan baginya dan bagi Anda pesan yang dikirimkan melalui Al-Qur'an, yakni agama yang diridai-Nya, dan menjelaskan melalui beliau perbuatan baik dan perbuatan buruknya, larangan-larangan dan perintah-perintah-Nya.
la telah menyampaikan argumen-argumen dan alasan-alasannya pada Anda. la mengajukan kepada Anda janji-janji-Nya dan memperingatkan Anda akan hukuman yang keras. Karena itu maka Anda harus memperbaiki diri selama hari-hari sisa Anda dan berlaku sabarlah di hari-hari ini. Hari-hari ini lebih sedikit dibandingkan dengan banyak hari di mana Anda telah menunjukkan kelalaian dan ketidakpedulian terhadap peringatan. Jangan biarkan waktu menguasai diri Anda, karena ia akan menempatkan Anda di jalan orang-orang zalim dan janganlah (hidup) seenaknya karena ini akan mendorong Anda kepada dosa.
Wahai hamba Allah! Penasihat yang terbaik bagi dirinya sendiri ialah orang yang paling taat kepada Allah. Tertipulah orang yang menipu dirinya sendiri. Diirilah orang yang keimanannya selamat. Beruntunglah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain, dan celakalah orang yang menjadi mangsa hawa nafsunya. Hendaklah Anda ketahui bahwa kemunafikan yang paling kecil pun adalah seperti syirik, dan berkawan dengan orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah kunci kepada kelalaian agama, dan adalah tempat kedudukan iblis.
Berjaga-jagalah terhadap kepalsuan (dusta) karena kepalsuan bertentangan dengan keimanan. Orang yang jujur berada di ketinggian penyelamatan dan khormatan, sedang si pembohong berada di tepi kehinaan dan kenistaan. Janganlah menaruh iri hati, karena iri hati memakan iman sebagaimana api menelan kayu kering. Jangaplah mendengki, karena dengki adalah pengikis (kebajikan). Dan ketahuilah bahwa hawa nafsu melalaikan akal, mengubah ingatan menjadi lalai. Anda harus membatilkan hawa nafsu karena ia merupakan tipuan, dan orang yang dikuasai hawa nafsu berada dalam tipuan. •
KHOTBAH 86 Sifat-sifat Orang Mukmin
Wahai hambarhamba Allah! Yang paling dicintai Allah ialah orang yang diberi Allah kemampuan (untuk bertindak) melawan hawa nafsunya, sehingga batinnya (larut) dalam kesedihan dan zahirnya terliput dalam takut. Lampu petunjuk bernyala dalam hatinya. la telah menyediakan pelipur untuk hari yang akan menimpanya. la memandang yang jauh sebagai dekat kepada dirinya, dan memandang yang sukar sebagai yang ringan. la menengok dan melihat; ia mengingat (Allah) dan memperbesar (tempo) amal-annya. la meminum air segar yang jalan ke sumbernya telah dimudahkan. Maka ia minum sepuasnya dan mengambil jalan yang rata. la telah menanggalkan busana nafsu dan melepaskan kecemasan, kecuali satu kecemasan yang khas baginya. la selamat dari kesesatan dan perkawanan dengan orang yang mengikuti hawa nafsunya. la telah menjadi kunci bagi pintu-pintu petunjuk, dan gembok bagi pintu-pintu kehancuran.
la telah melihat jalannya dan berjalan di atasnya. la mengetahui tiang (petunjuk)nya dan telah menyeberangi airnya yang dalam. la telah berpegang pada topangan yang paling terpercaya dan tali yang paling kuat. la berada di tingkat keyakinan yang seperti cerahnya matahari. la telah menetapkan dirinya bagi Allah Yang Mahasuci, karena melaksanakan perbuatan-perbuatan yang paling luhur dengan menghadapi segala yang menimpanya dan dengan mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk itu. la lampu dalam kegelapan. la penghalau semua kebutaan, kunci kepada yang gelap, penyingkir semua keruwetan, dan pandu di gurun-gurun yang luas. Bila ia bicara ia memahamkan, sedang bila ia diam maka amanlah berlaku demikian. la melakukan segala sesuatu semata-mata bagi Allah, maka Allah pun menjadikannya milik-Nya sendiri. Maka, ia seperti tambang keimanan (kepada)-Nya, dan sebagai batang di bumi-Nya. la telah mewajibkan dirinya (mengikuti) keadilan.
Langkah pertama dari keadilannya ialah penolakan hawa nafsu hatinya. la menggambarkan hak dan berbuat sesuai dengan itu. Tak ada kebaikan yang tidak ditujunya, tak ada pula kemungkinan tempat (kebajikan) dari Al-Qur'an yang tidak dicarinya. Karena itu, Al-Qur'an adalah pandu dan pemimpinnya. la turun bila Al-Qur'an menurunkan beratnya, dan ia diam di mana Al-Qur'an mendiamkannya.
Ciri-ciri Orang Bukan Mukmin
Sementara orang (jenis) lain adalah orang yang menamakan dirinya berilmu tetapi tidak berilmu. la mengumpul-ngumpulkan kejahilan dari orang jahil, dan kesesatan dari orang tersesat. la memasang bagi manusia jerat dari tali-tali penipuan dan ucapan-ucapan tak benar. la mengambil (pengertian) Al-Qur'an menurut pandangannya sendiri dan hak menurut hawa nafsunya. la membuat orang merasa selamat dari dosa-dosa besar dan meremehkan kejahatan-kejahatan yang parah. Katanya ia menunggu (kejelasan) atas keraguan, tetapi ia tetap tercelup di dalamnya, katanya ia menjauh dari bidah padahal sesungguhnya ia terbenam di dalamnya. Bentuknya adalah manusia, tetapi hatinya binatang. la tak mengenal pintu petunjuk untuk diikuti maupun pintu kesesatan untuk dijauhi. Mereka adalah mayat-mayat hidup.
Tentang 'ltrah (Keturunan) Nabi
"Maka ke manakah kamu akan pergi" (QS. 81:26) dan "mengapa kamu masih berpaling?" (QS. 6:95; 10:34; 35:3; 40:62) Tanda-tanda (petunjuk) adalah jelas, petunjuk (kebajikan) adalah jelas, dan menara (cahaya) telah ditetapkan. Ke mana Anda disesatkan dan betapa Anda meraba-raba, padahal pada Anda ada ‘itrah Nabi? Mereka adalah kendali kebenaran, pertanda keimanan dan lidah kebenaran; maka tempatkanlah mereka pada sebaik-baik kedudukan sebagaimana yang Anda berikan pada Al-Qur'an, dan datanglah kepada mereka (untuk memuaskan dahaga petunjuk) sebagai unta haus mendekati sumber air.
Wahai manusia, ambillah ucapan Nabi terakhir,[1] bahwa barangsiapa yang mati di antara kami, tidaklah ia mati; dan yang membusuk (setelah mati) di antara kami sesungguhnya tidaklah ia membusuk. Janganlah Anda katakan apa yang tidak Anda mengerti, karena kebanyakan dari hak ialah dalam apa yang Anda tolak. Terimalah argumen orang terhadap Anda yang kepadanya Anda tidak mempunyai argumen. Itulah saya. Tidakkah saya berbuat di hadapan Anda berdasarkan tsagal yang lebih besar (yakni Al-Qur'an) dan tidakkah saya memelihara di kalangan Anda tsagal yang lebih kecil (yakni 'itrah Nabi).[2] Saya menetapkan di antara Anda panji keimanan, dan saya mengajarkan kepada Anda batas-batas yang halal dan yang haram. Saya membusanai Anda dengan busana keselamatan dengan keadilan saya, dan membentangkan bagi Anda (permadani) kebajikan dengan kata dan perbuatan saya.
Saya menunjukkan kepada Anda akhlak yang tinggi melalui diri saya sendiri. Janganlah Anda menggunakan khayalan Anda tentang apa yang tak terlihat oleh mata Anda atau yang tak terpikirkan oleh akal Anda.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Bani Umayyah
Hingga manusia mulai berpikir bahwa dunia terpaut pada Bani Umayyah, akan mencurahkan kamaslahatan-kemaslahatan pada mereka, dan mengantarkan mereka kepada sumber-sumbernya yang jernih untuk mengairi, dan bahwa cambuk dan pedang mereka akan disingkirkan dari rakyat. Barangsiapa berpikir demikian maka ia salah. Tetapi ada beberapa tetes dari kenikmatan hidup yang akan mereka isap untuk sementara kemudian mereka muntahkan seluruhnya. •
[1] Ucapan Nabi ini adalah bukti yang tegas bahwa kehidupan setiap orang Ahlulbait lidak berakhir, dan bahwa kematian yang zahir tidak mengubah hidup mereka, walaupun akal manusia tak mampu memahami keadaan dan kejadian dari kehidupan itu. Ada banyak kebenaran di atas dunia inderawi yang masih tak terpahami oleh akal manusia. Siapa dapat mengatakan betapa di liang kubur yang sempit di mana bernapas pun mustahil, manusia akan ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir? Demikian pula, apa arti kehidupan syuhada' di jalan Allah, yang tidak mempunyai daya indera maupun gerakan, yang tak dapat melihat dan mendengar? Walaupun mereka nampaknya mati bagi kita, Al-Qur'an menyatakan mereka hidup.
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenamya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. " (QS. 2:154)
Dan di bagian lain Al-Qur'an mengatakan tentang kehidupan mereka,
"Janganlah kamu mengira bakwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (QS. 3:169)
Bilamana pembatasan telah ditempatkan pada akal dan lidah bahkan dalam hal para syahid umumnya sehingga mereka tidak boleh dinamakan mati, dan tak boleh memandang mereka sebagai mati, betapa pula para individu yang lehernya tersedia bagi pedang, dan mulutnya bagi racun, tidak akan hidup untuk selama-lamanya.
Tentang jasad mereka, Amirul Mukminin telah mengatakan bahwa dengan berlalunya masa tak ada tanda ketuaan atau kebusukan terjadi pada jasad mereka; mereka tetap dalam keadaan yang sama di mana mereka gugur sebagai syahid. Tidak ada sesuatu yang ganjil di dalamnya, karena jasad yang mati terpelihara melalui sarana material yang masih ada di dalamnya. Bilamana mungkin demikian melalui sarana material, apakah di luar kekuasaan Pencipta untuk memelihara terhadap perubahan dan pembusukan kepada siapa yang telah dianugerahi-Nya kehidupan yang kekal? Maka, tentang syuhada' Perang Badr, Nabi bersabda,
Kafanilah mereka bahkan dengan luka dan darahnya yang mengalir, karena bila mereka bangkit pada Hari Pengadilan darah akan memancar dari kerongkongan mereka.
[2] Ats-Tsagal al-akbar bermakna Al-Qur'an, sedang ats-tsaqal al-ashghar bermakna Ahlulbait, yakni keluarga Nabi, sebagaimana dalam ucapan Nabi, "Se sungguhnya aku meninggalkan kepada kamu dua barang yang sangat berharga," yang rujukannya adalah Al-Qur'an dan Ahlulbait. Ada beberapa alasan dalam penggunaan kata tsaqal ini. Pertama, tsaqal berarti kotak musafir, yang selalu dijaga dengan cermat, karena sangat diperlukan. Kedua, kata itu berarti barang yang sangat bcrharga: dan karena sangat penting, manusia wajib mengikuti perintah-perintah Al-Qur'an dan amal perbuatan para Ahlulbait. Karena itu maka keduanya disebut "barang yang amat berharga". Karena Allah telah membuat pengaturan bagi perlindungan atas Al-Qur'an dan Ahlulbait hingga hari kiamat maka keduanya disebut tsaqalain (dua barang yang sangat berharga). Maka sebelum Nabi SAWW berpulang ke Rahmatullah, beliau memaklumkannya sebagai milik beliau yang sangat berharga dan memerintahkan umat untuk memeliharanya. Ketiga, disebut tsaqalain sekaitan dengan kesucian dan nilanya yang tinggi itulah maka Ibnu Hajar al-Haitsami menulis,
Nabi (saw) menamakan Al-Qur'an dan keturunan beliau staqalain karena tsaqal berarli barang yang murni, suci, dan terpelihara, dan masing-masing dari keduanya itu sesungguhnya demikian; masing-masing dari padanya adalah khazanah ilmu Ilahi dan sumber hikmah serta perintah-perintah agama. Karena itu Nabi menghendaki manusia mengikuti keduanya dan bersiteguh kepadanya, dan mengambil ilmu darinya. Di antara keduanya, yang paling berhak atas keterpautan adalah imam dan alim dari Ahlulbait Nabi, yakni 'Ali ibn Abi Thalib (karamallahu wajhahu), karena wawasan ilmunya yang besar dan banyak, yang telah kami gambarkan. (Ash-Shawa'iq al-Muhriqah, h. 90)
Karena dalam maknanya yang nyata Nabi telah mengatributkan Al-Qur'an kepada Allah, dan Ahlulbait pada diri beliau, maka sesuai dengan kcdudukan alaminya Al-Qur'an disebul sebagai tsaqal yang lebih besar sedang Ahlulbait sebagai tsaqal yang lebih kecil. Selain dari itu maka dari sisi pandang yang akan diikuti, keduanya setara dan dari sisi pandang kegunaan dalam pembinaan karakter tak akan ada masalah dalam status pihak yang bicara (Ahlulbait) lebih tinggi daripada yang diam (Al-Qur'an).
KHOTBAH 87 Tentang Pembagian Umat dalam Golongan-golongan
Amma ba 'du, sesungguhnya Allah tidak mematahkan leher seseorang tirani yang lalim di dunia ini sebelum memberikan kepadanya waktu dan kesempatan, dan tidak memulihkan tulang patah dari suatu umat sebelum la menimpakan cobaan dan kesusahan kepada mereka. Bahkan penderitaan dan kesengsaraan lebih kecil yang masih akan menimpa Anda atau telah menimpa 'Anda cukuplah untuk memberikan pelajaran. Tidak setiap yang mempunyai hati itu cerdas, dan tidak setiap yang berpendengaran mendengar, dan tidak setiap yang berpenglihatan melihat.
Saya heran, dan tidak ada alasan mengapa saya tak akan heran, tentang kesalahan kelompok-kelompok ini yang telah memperkenalkan perubahan pada hujah-hujah keagamaan, yang tidak berjalan pada jejak langkah nabi mereka, tidak pula mengikuti perbuatan washi (pemegang wasiat). Mereka tidak percaya akan yang gaib dan tidak menjauhkan kenistaan. Mereka berbuat atas keragu-raguan dan melangkah di (jalan) hawa nafsu. Bagi mereka kebaikan ialah apa saja yang mereka pandang baik, dan ke-mungkaran ialah apa saja yang mereka anggap mungkar. Andalan mereka untuk menyelesaikan kesusahan adalah pada diri mereka sendiri. Kepercayaan mereka berkenaan dengan hal-hal yang meragukan adalah pada pendapat mereka sendiri, seakan-akan setiap orang dari mereka adalah imam dirinya sendiri. Apa saja yang ditetapkannya sendiri dianggapnya telah diambil melalui sumber-sumber yang patut diandalkan dan faktor-faktor yang kuat. •
KHOTBAH 88 Tentang Nabi
Allah mengutus Nabi ketika misi para nabi lainnya telah berhenti dan manusia sedang tertidur selama waktu panjang. Kejahatan sedang mengangkat kepala, semua urusan sedang dalam perpecahan dan dalam api peperangan, sementara dunia kosong dari cahaya, dan penuh dengan tipu daya terang-terangan. Daun-daunnya telah menjadi kuning, dan tak ada harapan bagi buahnya, sementara air telah ke bawah bumi. Menara petunjuk telah lenyap dan tanda-tanda kehancuran telah muncul. la keras terhadap manusianya dan membelalak ke wajah pencarinya. Buahnya adalah fitnah dan makanannya adalah bangkai. Busana batinnya adalah ketakutan sedang busana lahir adalah pedang.
Maka, ambillah pelajaran, wahai hamba-hamba Allah, dan ingatlah bahwa (kejahatan) di mana ayah-ayah dan saudara-saudara Anda terlibat, dan yang untuk itu mereka harus bertanggung jawab. Demi hidupku, waktu Anda tidak jauh di belakang mereka, tak panjang masa atau abad yang merentang antara Anda dan mereka, tidak jauh pula Anda dari saat Anda berada dalam sulbi mereka.
Demi Allah, apa saja yang dikatakan Nabi kepada mereka, di sini saya katakan yang sama kepada Anda, dan apa saja yang Anda dengar hari ini tidaklah berbeda dengan apa yang mereka dengar kemarin. Mata yang terbuka bagi mereka dan hati yang dibuat bagi mereka waktu itu, sama seperti yang diberikan kepada Anda saat ini. Demi Allah, kepada Anda tidak dikatakan apa pun yang tidak mereka ketahui, dan Anda tidak diberi apa-apa yang tidak diberikan kepada mereka. Sesungguhnya Anda telah ditirnpa oleh suatu malapetaka (seperti unta betina) yang tali hidungnya bergerak ke sana kemari dan yang tali pengikatnya longgar. Maka dalam keadaan bagaimanapun orang-orang penipu ini tidakJah semestinya menipu Anda, karena hal itu hanyalah bayangan panjang yang waktunya telah tertentu. •
10
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 89 Sifat-sifat Allah dan Nasihat
Segala puji bagi Allah yang dikenal tanpa dilihat, Yang menciptakan tanpa merenungkan, Yang selalu ada sejak ketika tak ada langit dengan kubah-kubah, tanpa ada tirai dengan pintu-pintu agung, tanpa malam gelap, tanpa lautan damai, tanpa gunung-gunung dengan jalan-jalan yang lebar, tanpa jalan-jalan mengkelok, tanpa bumi dari lantai-lantai yang terbentang, tanpa makhluk-makhluk yang mengandalkan diri sendiri. la Pengasal penciptaan dan Rajanya. la Tuhan dari penciptaan dan pemberi rezekinya. Matahari dan bulan bergerak tetap dalam mengikuti kehendak-Nya. Mereka mem-buat setiap barang segar menjadi tua dan setiap yang jauh menjadi dekat.
la membagikan rezeki mereka dan menghitung amal mereka, jumlah nafas mereka, pandangan mereka yang tersembunyi, dan segala yang tersimpan dalam dada mereka. la mengetahui tempat-tempat tinggal mereka dan tempat terakhir mereka dalam sulbi dan kandungan hingga mereka mencapai ajalnya.
Hukumannya pada musuh adalah keras walaupun la Maha Pengasih, dan cinta-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya luas, walaupun hukuman-Nya keras. la menaklukkan orang yang hendak mengatasi-Nya. la mengaibkan orang yang hendak menentang-Nya dan menguasai orang yang memusuhi-Nya. la memberi kepada orang yang meminta kepada-Nya. la cukup bagi orang yang bersandar kepada-Nya. la memberi pahala kepada orang yang bersyukur kepada-Nya.
Wahai, hamba-hamba Allah, timbanglah diri Anda sebelum Anda ditimbang, dan perhitungkanlah diri Anda sebelum Anda diperhitungkan. Bernafaslah sebelum lemasnya tenggorokan. Taatlah sebelum Anda digiring dengan kasar. Ketahuilah bahwa apabila orang tidak menolong dirinya dalam bertindak sebagai pensihat dan pemberi peringatan bagi dirinya sendiri maka tiada orang lain yang dapat (dengan efektif) menjadi penasihat dan pemberi peringatan baginya. •
KHOTBAH 90 KHOTBAH ini dikenal sebagai Khotbah Tengkorak (Khotbah al-Asyb?h),[1] dan salah satu yang berkedudukan tertinggi di antara khotbah-khotbah Amirul Mukminin. Mas'adah ibn Shadaqah meriwayatkan dari Imam Ja'far ibn Muhammad ash-Shadiq a.s. seraya mengatakan, "Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini dari mimbar (mesjid) Kufah ketika seseorang bertanya kepadanya, 'Hai, Amirul Mukminin, gambarkanlah Allah bagi kami sedemikian rupa sehingga kami dapat membayangkan bahwa kami melihat Dia dengan mata sehingga cinta dan pengetahuan kami mengenai Dia dapat bertambah. Amirul Mukminin marah karena (permintaan si penanya) itu dan memerintahkan kaum Muslim berkumpul di Mesjid. Demikian banyak muslimin berkumpul di Mesjid sehingga tempat itu penuh sesak. Amirul Mukminin naik ke mimbar sementara ia masih dalam keadaan marah dan ronanya berubah. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya serta memohon salawat-Nya atas Nabi, ia berkata:
Gambaran tentang Allah
Segala puji bagi Allah yang penolakan untuk memberikan dan kepelitan tidak menjadikan kaya, dan kemurahan dan kedermawanan tidakmenjadikan miskin, walaupun setiap orang yang menyerahkan akan kehilangan (sebanyak yang diberikan), kecuali Dia, dan walaupun setiap orang kikir disalahkan karena kekikirannya. la menolong melalui nikmat yang bermanfaat dan pemberian yang melimpah, dan anugerah. Semua ciptaan bergantung kepada-Nya (dalam rezeki).[2] la telah menjamin kehidupan mereka dan telah mengatur rezeki mereka. la telah menyediakan jalan bagi orang-orang yang berpaling kepada-Nya dan orang-orang yang mencari apa yang ada pada-Nya. la sama pemurah tentang apa yang diminta dari-Nya maupun tentang apa yang tidak diminta pada-Nya. la yang Awal yang bagi-Nya tiada 'sebelum', sehingga mustahil ada apa pun sebelum-Nya. la yang Akhir yang tidak ada 'sesudah' sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. la mencegah bola mata dari memandang atau melihat-Nya. Waktu tidak berubah bagi-Nya, sehingga mustahil mengakui suatu perubahan keadaan mengenai Dia. la tidak berada di suatu tempat sehingga mustahil ia berpindah (dari satu tempat ke tempat yang lain).
Apabila la memberikan semua yang dimuntahkan tambang-tambang di bukit-bukit, atau emas, perak, mutiara, dan potongan-potongan karang yang dimuntahkan kerang di lautan, hal itu, akan mempengaruhi kemurahan-Nya, tidak pula akan mengurangi jumlah yang la miliki. (Sesungguhnya) la masih mempunyai khazanah nikmat berkelimpahan yang tak akan berkurang dengan permintaan hamba-hamba-Nya, karena lalah Wujud Yang Pemurah; (Diaj permintaan para peminta tidak memiskinkan dan tidak pula ketekunan para pemohon membuat (Dia) menjadi kikir.
Sifat-sifat Allah seperti Digambarkan Al-Qur'an
Maka lihatlah, wahai penanya, bataskanlah diri pada sifat-sifat-Nya yang telah digambarkan Al-Qur'an dan carilah cahaya dari sinar petunjuk-nya. Tinggalkan kepada Allah pengetahuan yang telah didesakkan setan untuk Anda cari, yang tidak disuruh Al-Qur'an untuk Anda cari, dan tidak ada pula jejaknya dalam perbuatan atau ucapan Nabi SAWW dan para pemimpin (imam) petunjuk lainnya. Ini batas ujung hak Allah atas Anda. Ketahuilah bahwa orang-orang yang bersiteguh dalam ilmu adalah orang-orang yang menahan diri dari membuka tirai-tirai yang mendustakan yang gaib, dan pengakuan mereka akan ketidaktahuan tentang detail-detail dari hal-hal gaib yang tersembunyi mencegah mereka dari meraba-raba lebih jauh. Allah memuji mereka karena pengakuan mereka bahwa mereka tak mampu mendapatkan pengetahuan yang tidak diperkenankan kepada mereka. Mereka tidak mendalami pembahasan atas apa yang tidak disuruh kepada mereka tentang mengenal Dia dan mereka menamakannya keteguhan. Puaslah dengan ini dan janganlah membatasi Kebesaran Allah menurut ukuran akal Anda sendiri, agar Anda tidak termasuk orang yang dibinasakan.
la Mahakuasa, sehingga bilamana khayalan menembakkan panahnya untuk memahami ujung kekuasaan-Nya, dan pikiran, dengan membebaskan diri dari bahaya-bahaya pemikiran jahat, berusaha mendapatkan-Nya dalam kedalaman kerajaan-Nya, dan hati berhasrat untuk menangkap hakikat dari sifat-sifat-Nya, dan lowongan akal menembus ke balik penggambaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang wujud-Nya, menyeberangi lobang gelap perangkap kegaiban dan memusatkan kepada-Nya, maka la akan mengembalikan mereka. Mereka akan kembali dengan kalah dengan mengakui bahwa hakikat pengetahuan-Nya tidak dapat dipahami oleh usaha-usaha serampangan semacam itu, tak dapat pula setitik pun kemuliaan dari kehormatan-Nya memasuki pengertian para pemikir.
Tentang Ciptaan Allah
Ia mengawali penciptaan tanpa suatu contoh yang mungkin diikuti-Nya, dan tanpa suatu contoh yang disediakan oleh suatu pencipta yang diketahui yang ada sebelum-Nya. la menunjukkan kepada kita kerajaan dari kekuasaan-Nya, dan hal-hal menakjubkan yang berbicara tentang kebijaksanaan-Nya. Pengakuan dari hal-hal yang diciptakan bahwa wujud mereka adalah karena Dia, menyadarkan kita bahwa argumen telah disediakan tentang mengenal Dia (sehingga tak ada alasan untuk menentang-nya). Tanda-tanda kekuasaan penciptaan-Nya dan panji kebijaksanaan-Nya tersedia pada hal-hal menakjubkan yang la ciptakan. Segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya adalah hujah yang membenarkan-Nya dan petunjuk menuju kepada-Nya. Bahkan benda yang membungkam seakan-akan berkata, dan petunjuknya kepada Pencipta adalah jelas.
Saya bersaksi bahwa orang yang menyerupakan Engkau dengan keterpisahan anggota-anggota badan, atau dengan memadukan ujung-ujung jasadnya, tidaklah mengenalkan batinnya dengan pengetahuan tentang Engkau, dan hatinya tidak mendapat keyakinan bahwa tiada serikat bagi-Mu. Seakan-akan ia belum mendengar para pengikut (yang salah) yang raenyangkali dewa-dewa mereka dengan mengatakan, "Demi Allah, sungguh kita dahulu dalam kesesatan yang nyata, karena kita mernpersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam" (QS. 26:97-98) Salahlah mereka yang menyerupakan Engkau dengan berhala-berhala mereka, dan membusanai-Mu dengan busana para makhluk dengan khayalan mereka, menyifatkan kepada-Mu bagian-bagian badan dengan pikiran mereka sendiri, dan memandang Engkau seperti makhluk-makhluk berbagai jenis, melalui pekerjaan akalnya. Saya bersaksi bahwa barangsiapa menyamakan Engkau dengan apa pun dari antara cipataan-Mu (maka ia) mengambil saingan bagi-Mu, dan barangsiapa mengambil saingan bagi-Mu adalah kafir, sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam ayat-ayat-Mu yang tak meragukan dan yang ditunjukkan oleh tanda dari hujah-hujah-Mu yang jelas. (Saya pun bersaksi bahwa) Engkau Allah yang tak dapat dibataskan dalam (belenggu) pikiran sehingga mengakui perubahan keadaan dengan memasuki khayalannya, tidak pula dalam belenggu akal sehingga menjadi berbatas dan (menjadi) obyek perubahan.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Kesempurnaan Terbesar dalam Ciptaan Allah
la telah menetapkan batas-batas atas segala sesuatu yang la ciptakan dan telah mengukuhkan batas-batas itu, dan la telah menetapkan bekerjanya, dan membuat bekerjanya halus. la telah menetapkan arahnya dan (arah) itu tidak melanggar batas-batas kedudukannya, tidak pula kekurangan untuk mencapai akhir tujuannya. la tidak membangkang bilamana diperintahkan untuk bergerak atas kehendak-Nya; dan betapa mungkin ia membangkang padahal segala sesuatu diperintah oleh kehendak-Nya. la pembuat aneka ragam hal tanpa menggunakan khayalan, tanpa dorongan gerak hati, yang tersembunyi pada-Nya, tanpa (penggunaan) suatu eksperimen yang diambil dari pasang surutnya waktu, dan tanpa suatu mitra yang dapat membantu-Nya dalam menciptakan hal-hal yang menakjubkan.
Demikianlah penciptaan disempurnakan dengan perintah-Nya, dan ciptaan itu tunduk dengan taat kepada-Nya dan menjawab seruan-Nya. Kemalasan seorang pemalas atau keengganan seorang pencari dalih tidak menghalanginya dari berbuat demikian. Demikianlah la meluruskan lekukan-lekukan dan menetapkan batas-batasnya. Dengan kekuasaan-Nya la menciptakan hubungan dalam bagian-bagiannya yang saling bertentang-an dan memadukan faktor-faktor kesamaan. Kemudian la memisahkan mereka dalam aneka ragam yang berbeda dalam batas-batas, jumlah, sifat dan bentuk. Semua ini adalah ciptaan baru. la mengukuhkannya dan mem-bentuknya menurut kehendak-Nya dan mengadakannya.
Bagian dari Khotbah yang Sama Mengandung Gambaran tentang Langit
la mengatur rendah dan tingginya rongga-rongga langit. la menggabungkan luas dan patahan-patahannya dan memadukannya bersama-sama. la memudahkan pendekatan kepada ketinggiannya bagi mereka (malaikat) yang turun dengan (membawa) perintah-Nya dan mereka (malaikat) yang naik dengan amal perbuatan makhluk-makhluk. la memanggilnya ketika masih (dalam bentuk) kabut. Serentak hubungan sendi-sendinya berpadu. Kemudian Allah membuka pintu yang tertutup dan menempatkan para penjaga meteor pada rongga-rongganya, dan menahannya dengan tangan-Nya (kekuasaan-Nya) agar tak jatuh dalam keluasan udara.
la memerintahkannya supaya tetap diam menaati perintah-perintah-Nya. la menjadikan mataharinya (sebagai) pertanda bagi cerah harinya, dan bulan sebagai pertanda bagi gelap malamnya. Kemudian la menggerakkannya pada orbit-orbitnya dan mengatur kecepatan gerakannya dalam tahap-tahap dari jalan-jalannya untuk membedakan dengan bantuannya antara malam dan siang, dan supaya perhitungan tahun dapat diketahui dengan gerakan-gerakannya yang tetap. Kemudian la menggantungkan dalam kekuasaannya langit dan memasang padanya hiasannya yang terdiri dari permata-permata terang dan bintang-bintang yang laksana lampu. la menembakkan pada para pendengar sembunyi-sembunyi panah-panah meteor yang terang. la menggerakkannya pada jalannya dan menjadikannya bintang-bintang tetap, bintang-bintang bergerak, bintang-bintang yang menurun, bintang-bintang tak menyenangkan dan bintang-bintang mujur.
Bagian dari Khotbah yang Sama Berisi Gambaran tentang Malaikat
Kemudian Allah Yang Mahasuci menciptakan untuk menghuni langit-Nya dan menghunikan lapisan yang tinggi dari kerajaan-Nya makhluk-makhluk-Nya yang (jenis) baru, yaitu para malaikat. Dengan malaikat itu la mengisi lobang dari rongga-rongganya dan menghunikan mereka pada keluasan lingkungannya. Di antara lobang-lobang dari rongga-rongga ini menggema suara-suara malaikat yang menyucikan-Nya dalam lingkungan kemuliaan, (di balikj tabir-tabir persembunyian dan dalam tabir keagungan-Nya. Dan di balik gema-gema yang memekakkan telinga ini ada sinar cahaya yang menantang mendekatnya penglihatan kepadanya, dan karenanya penglihatan tertahan, kecewa atas keterbatasannya.
la menciptakannya dalam berbagai bentuk dan dengan ciri-ciri yang beragam. Mereka bersayap. Mereka menyucikan keagungan dari kebesaran-Nya. Mereka tidak mengaku-akui bagi dirinya sendiri keahlian-Nya yang terwujud dalam penciptaan. Tidak pula mereka mengaku telah menciptakan sesuatu di mana la tiada bandingnya. "Sebenarnya mereka itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan; mereka itu tidak rnendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. " (QS. 21:26-27) la menjadikan mereka pengemban amanat dari wahyu-Nya dan mengirimkan mereka kepada nabi-nabi sebagai pemegang perintah dan larangan-Nya. la telah mengebalkan mereka terhadap goyangan keraguan. Maka tiada satu pun dari mereka tersesat dari jalan kehendak-Nya. la telah menolong mereka dengan bantuan dan telah meliputi hati mereka dengan kerendahan dan kedamaian. la telah membukakan bagi mereka pintu-pintu penyerahan kepada Kemuliaan-Nya. la telah menetapkan bagi mereka menara-menara terang sebagai tanda-tanda Keesaan-Nya. Beratnya dosa tidak membebani mereka, dan perputaran siang dan malam tidak meng-gerakkan mereka. Keraguan tidak menyerang dan memanah keteguhan iman mereka. Keragu-raguan tidak menyerang basis-basis keyakinan mereka. Percikan api kebencian tidak menyala di antara mereka. Ke-takjuban tidak memudarkan sekadar pengetahuan tentang Dia yang dimiliki hati mereka, atau kebesaran dan hebatnya keagungan-Nya yang menetap dalam dada mereka. Pikiran waswas tidak menyandar ke arah mereka untuk mempengaruhi khayalan mereka dengan kelalaian mereka sendiri.
Di antara mereka ada yang dalam bentuk awan-awan berat, atau di puncak gunung-gunung tinggi, atau dalam kesuraman dari gelap yang menyergap. Dan ada yang kakinya telah menembus perbatasan-perbatasan bumi yang terendah. Kaki-kaki ini adalah seperti bendera putih yang me-nerobos ke dalam semesta angin yang luas. Di bawah mereka bertiup angin ringan yang menahan mereka hingga ke atas ujung-ujungnya yang terakhir.
Kesibukan dalam menyembah-Nya telah membuat mereka tak peduli, dan kesungguhan iman mereka telah menjadi seperti penghubung antara mereka dengan pengetahuan mengenai Dia. Mereka menghasratkan dari Dia, tidak dari yang lain-lain. Mereka telah mengecap manisnya pengetahuan-Nya dan telah meminum dari cangkir cinta-Nya yang memuaskan. Akar-akar dari takwa kepada-Nya telah tertanam pada kedalaman hati mereka. Mereka telah membungkukkan punggung mereka yang lurus dengan menyembah-Nya. Lamanya munajat dan amat dekatnya mereka tidak menyingkirkan mereka dari tali takwa mereka.
Mereka tidak berlaku sombong sampai menonjol-nonjolkan amal mereka. Kerendahan mereka di hadapan kemuliaan Tuhan tidak mengizinkan mereka memuliakan kebajikan mereka sendiri. Kelesuan tidak menimpa mereka sekalipun penderitaannya panjang. Kerinduan mereka (kepada-Nya) tidak berkurang sehingga mereka (tidak) berpaling dari harapan pada Pemelihara mereka. Ujung lidah mereka tidak mengering karena doa yang terus-menerus. Keterlibatan (dalam urusan lain) tidak mengenai mereka sampai menjadikan suara (nyaring) mereka kepada-Nya mejadi lemah. Bahu mereka tidak terkilir dalam sikap sembahyang. Mereka tidak menggerakkan leher mereka (ke sana sini) untuk kesenangan dalam melanggar perintah-Nya. Ketololan dari kelalaian tidak menentang tekad mereka untuk berusaha, dan tipu daya hawa nafsu tidak mengalahkan keberanian mereka.
Mereka memandang Penguasa Mahligai sebagai simpanan untuk hari kebutuhan mereka. Karena cinta mereka (kepada-Nya), mereka berpaling kepada-Nya, sekalipun yang lain-lain berpaling kepada makhluk-makhluk. Mereka tidak mencapai batas akhir dari peribadatan kepada-Nya. Keinginan mereka yang penuh gairah untuk menyembah-Nya tidak memalingkan mereka kecuali ke sumber-sumber dari hati mereka sendiri, sumber-sumber yang tidak pernah kosong dari harapan dan takut kepada-Nya. Takwa tak peraah meninggalkan mereka sehingga mereka (tak) mungkin mengendur dalam usaha-usaha mereka, tidak pula coba-cobaan menjerat mereka sehingga mereka (tidak) mungkin lebih menyukai pencarian yang enteng ketimbang usaha (yang sungguh-sungguh).
Mereka tidak memandang besarnya amal mereka di waktu lalu; sekiranya mereka telah memandangnya besar maka takut mereka (akan) sudah menghapus harapan-harapan di hati mereka. Mereka tidak berselisih (di antara sesama mereka) tentang Pemelihara mereka sebagai akibat kekuasaan iblis atas mereka. Buruknya perpisahan antara sesama tidak membubarkan mereka. Benci dan saling dengki tidak menguasai mereka. Jalan-jalan kegoyangan tidak memecah mereka. Perbedaan tingkat keberanian tidak menjadikan mereka terpecah. Demikianlah mereka, para pengabdi keimanan. Tiada kebengkokan (pikiran), tiada kelebihan-kelebihan, tiada kelambanan, tiada kelesuan memutuskan mereka dari talinya. Tiada titik yang paling kecil di langit melainkan ada malaikat bersujud (kepada Allah) atau (sibuk) dalam melaksanaan (perintah-perintah-Nya) dengan cepat. Dengan penyembahan yang lama pada Pemelihara mereka, mereka meningkatkan pengetahuan mereka, dan kemuliaan Pemelihara mereka ber-tambah dalam hati mereka.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Bumi dan Pembentangannya di Atas Air
Allah membentangkan bumi pada ombak-ombak yang membadai dan menggelora dan kedalaman laut-laut yang membengkak di mana ombak-ombak berbentrokan dengan sesamanya dan bergelombang tinggi saling melompati. Mereka mengeluarkan uap seperti unta betina pada saat birahinya. Maka gemuruh air yang memadai ditundukkan oleh bobot bumi; ketika bumi menekannya dengan dadanya, gejolak pancarannya mereda; dan bilamana bumi menggulung atasnya dengan tulang-tulang bahunya, air mereda dengan merendah. Maka setelah gelora dari gelombangnya ia menjadi jinak dan takluk, dan menjadi suatu tawanan yang patuh dalam belenggu kehinaannya, sementara bumi membentangkan diri dan menjadi padat dalam kedalaman airnya yang membadai. (Dengan cara ini) bumi mengakhiri kesombongan, takabur, kedudukan tinggi dan keunggulan air, dan memberangus keberanian dari alirannya. Akibatnya, ia berhenti dari mengalirnya yang membadai dan mereda setelah bergelombang.
Ketika kegelisahan air mereda di bawah sisi bumi, dan di bawah bobot gunung-gunung tinggi dan agung yang diletakkan pada bahunya, Allah mengalirkan tnata air dari puncak-puncaknya yang tinggi dan membagi-bagikannya melalui lapangan-lapangan dan tempat-tempat yang rendah, dan meredakan gerakan mereka dengan batu-batu yang tetap dan puncak-puncak gunung tinggi. Kemudian gemetarnya berhenti karena penembusan gunung-gunung dalam (berbagai) bagian permukaannya, dan karena mereka telah ditetapkan di tempat-tempat kedalamannya, dan berdirinya mereka pada lapangan-lapangannya. Lalu Allah menciptakan keluasan antara bumi dan langit, dan menyediakan angin yang bertiup untuk penghuninya. Kemudian la mengarahkan penghuni-penghuninya untuk menyebar ke seluruh tempat-tempat yang sesuai. Sesudah itu la tidak membiarkan jejak-jejak bumi yang gersang di mana bagian-bagian tinggi ketiadaan sumber air dan di mana sungai-sungai tak memperoleh jalannya, tetapi menciptakan awan yang mengambang yang menghidupkan tempat-tempat yang gersang dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
la membuat awan yang besar dengan mengumpulkan semua awan, dan ketika air terkumpul di dalamnya dan kilat mulai berpijar pada sisi-sisinya dan pijar-pijar itu berlanjut di bawah awan-awan yang berat, la menurunkan hujan lebat. Awan bergantung ke arah bumi dan angin selatan memerahnya hingga mencurahkan airnya seperti unta betina membungkuk untuk diperahi. Ketika awan tunduk ke bumi dan menyerahkan semua air yang dibawanya, Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di tanah datar, dan semak belukar di bukit-bukit kering. Sebagai hasilnya, bumi merasa senang dihiasi dengan kebun-kebunnya dan mengagumi busananya dari tumbuhan lembut dan hiasan-hiasan kembangnya. Allah menjadikan semua ini sarana rezeki bagi manusia, dan makanan bagi hewan. la telah membuka jalan-jalan raya dalam keluasaannya dan telah menegakkan menara-menara (petunjuk) bagi orang-orang yang melangkah pada jalan-jalan rayanya.
Tentang Penciptaan Manusia dan Pengutusan Nabi
Ketika la telah membentangkan bumi dan menetapkan perintah-perintah-Nya, la memilih Adam a.s. sebagai yang terbaik dalam ciptaan-Nya dan menjadikannya manusia-Nya yang pertama. la menghunikannya di surga dan mengatur makanannya di sana, dan juga menunjukkan apa-apa yang dilarang-Nya. la mengatakan kepadanya bahwa menuju ke situ berarti melanggar perintah-Nya dan membahayakan kedudukannya sendiri. Tetapi, Adam melakukan apa yang dilarang baginya, sebagaimana telah diketahui Allah sebelumnya. Akibatnya, Allah menurunkannya setelah fmenerima) taubatnya, untuk (menghuni) bumi-Nya dengan keturunannya, dan menjadi bukti dan hujah bagi-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya.
la mengatur rezeki[3] dengan kelimpahan dan kekurangan. la membagi-bagikannya secara sempit maupun melimpah. la melakukannya dengan adil untuk menguji barangsiapa yang la kehendaki, dengan kemakmuran atau dengan kekurangan, dan melalui itu la menguji rasa syukur dan ketabahan orang kaya dan orang miskin. Kemudian la memasangkan kelimpahan dengan susahnya kemiskinan, keamanan dengan kepedihan, bencana dan kesenangan, nikmat dengan pahitnya kesedihan. la menciptakan masa-masa yang tetap dan menjadikannya panjang atau singkat dan lebih awal atau akhir, dan mengakhirinya dengan kematian. la membuat maut mampu menarik tali usia dan memotongnya hingga putus.
la mengetahui[4] rahasia-rahasia orang yang menyembunyikannya, rahasia percakapan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya, dalam perasaan batin orang-orang yang terlibat menurutkan dugaan-dugaan, kepastian-kepastian yang mapan, kerdipan mata, kandungan batin dan kedalaman-kedalaman gaib. la juga mengetahui apa yang hanya dapat didengar oleh lobang-Iobang telinga yang membungkuk, kediaman semut di musim panas dan kediaman serangga di musim dingin, gema ratapan perempuan yang meratap dan bunyi langkah-langkah. la juga mengetahui tempat-tempat di kedalaman-kedalaman pelepah daun di mana buah tumbuh, tempat persembunyian hewan, yaitu gua-gua di gunung-gunung dan lembah, lobang persembunyian nyamuk di batang-batang pohon dan rerumputannya, titik berkuncupnya daun di cabang-cabang, titik menetesnya mani melalui jalur-jalur sulbi, awan-awan kecil yang naik dan awan-awan amat besar, tetesan hujan dalam awan-awan tebal, zarah-zarah debu yang ditaburkan oleh topan melalui baju mereka, gari-garis yang dihapus oleh banjir hujan, gerakan-gerakan serangga dan bukit pasir, sarang makhluk-makhluk bersayap pada tebing-tebing gunung dan nyanyian oleh burung-burung berkicau dalam kegelapan tempat-tempat mengeramnya.
Dan la tahu segala sesuatu yang telah disimpan oleh kerang mutiara dan tertutup di bawah ombak samudra, semua yang tersembunyi di bawah kegelapan malam dan semua yang disinari cahaya siang, gerak semua lidah, kediaman setiap makhluk hidup, bobot setiap zarah, sedu sedan setiap hati yang bersedu, dan segala sesuatu di bumi, seperti buah pohon atau daun yang jatuh, atau tempat mengendapnya mani, atau membekunya darah atau gumpalan darah dan perkembangan hidup janin.
Atas semua itu la tidak mendapat kesulitan, dan tak ada halangan merintangi-Nya dalam pemeliharaan apa yang la ciptakan, dan tak ada pula kelesuan atau kesedihan menghalangi-Nya dari menetapkan perintah dan mengurus makhluk-makhluk, pengetahuan-Nya menembusi mereka, dan mereka termasuk dalam perhitungan-Nya. Keadilan-Nya meliputi mereka semua, dan kemurahan-Nya meliputi mereka, sekalipun mereka tak memenuhi apa yamg menjadi hak-Nya.
*** Ya Allah, Tuhanku, patut bagi-Mu gambaran yang bagus dan penghormatan yang tertinggi. Apabila hasrat diarahkan kepada-Mu, Engkau adalah yang terbaik untuk dihasrati. Apabila harapan diletakkan kepada-Mu, Engkau adalah yang termulia untuk diharapi. Ya Allah, Tuhanku, Engkau telah menganugerahi hamba kekuatan sehingga hamba tidak memuja siapa pun selain Engkau, dan hamba tidak memuji siapa pun selain Engkau. Hamba tidak mengarahkan pujian hamba kepada yang lain, yang merupakan sumber-sumber kekecewaan dan pusat-pusat keraguan. Engkau telah menjauhkan lidah hamba dari memuji manusia dan memuji makhluk-makhluk yang diciptakan dan dipelihara. Ya Tuhanku, setiap pemuji mempunyai hak akan ganjaran dan imbalan pada siapa yang dipujinya. Sesungguhnya hamba telah berpaling kepada-Mu dengan mata hamba pada perbendaharaan rahmat-Mu dan khazanah keampunan.
Ya Tuhanku, di sini berdiri orang telah mengesakan Engkau dengan keesaan yang menjadi hak-Mu, dan yang tidak memandang siapa pun yang patut akan pujian dan pujaan ini selain Engkau. Keinginan hamba kepada-Mu adalah sedemikian sehingga tiada selain kemurahan-Mu yang dapat memenuhi kekurangannya, dan tidak ada yang memberikan kebutuhannya kecuali kekusaan dan kemurahan-Mu. Maka karuniakanlah kami di tempat ini kehendak-Mu dan bebaskan kami dari menadahkan tangan pada siapa pun selain Engkau. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 68:8) •
[1] Khotbah ini dinamakan Khotbah al-Asybah. Asyb?h adalah bentuk jamak dari syabah yang berarti kerangka, karena mengandung gambaran tentang malaikat dan makhluk-makhluk lain maka ia dinamakan demikian.
Alasan kemarahannya kepada si penanya ialah bahwa permintaannya tidak berhubungan dengan kewajiban syariat dan di luar batas kapasitas manusia.
[2] Allah Yang Menjamin Rezeki dan Memberi Kehidupan sebagaimana di-firmankan-Nya,
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi mdainkan Allahlah yang memberi rezekinya." (QS. 11:6)
Kedudukan-Nya sebagai Pemberi Rezeki berarti bahwa la menyediakan jalan-jalan atau kemudahan untuk hidup dan beroleh rezeki, dan mengizinkan setiap orang bagian yang sama di hutan, gunung, sungai, tambang dan di bumi yang luas, dan memberikan kepada setiap orang hak untuk memanfaatkannya. Karunia dan nikmat-Nya tidak hanya terbatas pada seseorang tertentu, dan tidak pula pintu rezeki-Nya tertutup bagi seseorang. Maka firman Allah,
"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS. 17:20)
Apabila seseorang tidak berusaha mendapatkan hal-hal itu karena kemalasan atau kelengahan, tidaklah mungkin rezeki akan sampai ke pintu rumahnya. Allah telah menyediakan meja dengan berbagai jenis makanan, tetapi untuk menda-patkannya perlulah orang mengulurkan tangannya. la telah menyimpan mutiara di dasar laut, tetapi perlu menyelam untuk mengeluarkannya. la telah mengisi gunung-gunung dengan intan permata serta batu-batu berharga, tetapi semua itu tak dapat dimiliki tanpa menggali batu. Bumi mengandung khazanah pertumbuhan tetapi manfaat tak dapat ditarik darinya tanpa menabur benih. Tumpukan bahan makanan terletak bertaburan di empat penjuru bumi, tetapi semua itu tak dapat dikumpulkan tanpa bersusah payah melakukan perjalanan. Maka firman Allah,
"... maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya .... " (QS. 67:15)
Allah menyediakan rezeki tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk mencari reseki dan bahwa rezeki harus mencari jalan kepada kita. Dia pemberi rezeki bermakna bahwa la telah memberikan kepada bumi sifat untuk pertumbuhan, la mengirimkan hujan dari awan untuk pertumbuhan, menciptakan buah-buahan, sayuran dan gabah. Semua ini dari Allah, tetapi untuk mendapatkannya diperlukan usaha manusia. Barangsiapa berusaha akan memetik manfaat dari usahanya, dan barangsiapa tak mau berusaha akan menghadapi akibat kelengahan dan kemalasannya. Sekaitan dengan itu Allah berfirman,
"Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang tdah diusahakannya." (QS. 53:39)
Tatanan alam semesta terkait pada pepatah, "Menaburlah dan petiklah." Salah apabila kita mengharapkan panen tanpa menabur, mengharapkan hasil tanpa usaha. Anggota badan dan indera diberikan semata-mata supaya aktif. Demikianlah maka Allah memerintahkan kepada Maryam,
"Dan goyanglah pangkalpohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah." (QS. 19:25-26)
Allah menyediakan sarana rezeki itu bagi Maryam. Tetapi la tidak memetik buah kurma dari pohon itu lalu meletakkannya di pangkuan Maryam. Sebabnya, sejauh berhubungan dengan produksi makanan itulah urusan-Nya. Karena itu la membuat pohon kurma itu hijau, memberikan buah kepadanya dan mematangkan buah itu. Tetapi, ketika tiba tahap memetik, la tidak mencampuri. la hanya meng-ingatkan kepada Maryam akan pekerjaannya, yakni ia sekarang harus meng-gerakkan tangannya untuk mendapatkan makanannya.
Lagi, apabila penyediaaan rezeki oleh Allah berarti bahwa segala sesuatu diberikan oleh-Nya dan diterima dari Dia maka apa saja yang akan diperoleh dan dimakan seseorang halal baginya, baik ia mendapatkannya dengan mencuri, menyogok, menindas atau memaksa, karena hal itu akan berarti perbuatan Allah dan makanannya diberikan oleh-Nya, di mana ia tidak mempunyai kehendak bebas; dan segala sesuatu berada di luar batas tindakan bebas maka tidak akan ada masalah halal atau haram untuk itu, dan tak ada pula di situ sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Ada masalah halal dan haram yang mengandung makna tindakan manusia, sehingga dapat dipertanyakan apakah hal itu diperoleh secara halal atau haram. Tentu saja di mana la tidak menganugerahkan kekuasaan untuk rnencari nafkah, la mengambil tanggung jawab sendiri untuk menyediakan rezeki. Sebagai akibatnya, la mengambil urusan tentang memberi makan janin di rahim ibu, dan rezeki itu mencapai si janin sesuai dengan keperluan dan kcbutuhannya. Tetapi. ketika bayi yang baru luhir iiu me-masuki dunia luas. dan beroleh tenaga untuk menggerakkan anggota badannya. maka ia tak dapat memperoleh makanannya dari sumber tanpa menggerakkan bibirnya untuk mengisap susu.
[3] Dalam mengelola urusan dunia ini Allah telah menghubungkan akibat dengan sebab tindakan manusia, yang sebagai hasilnya kemampuan bertindak dalam diri manusia tidak tinggal diam, sama sebagaimana la telah membuat tindakan-tindakan itu bergantung pada kehendak-Nya sendiri, sehingga manusia tidak harus mengandalkan kemampuannya bertindak dan melupakan Penciptanya. Ini masalah antara kehendak di antara dua kehendak dalam kontroversi "kehendak bebas atau keterpaksaan". Sebagaimana hukum alam yang universal berlaku di alam semesta, demikian pula produksi dan distribusi makanan juga disediakan dalam seperangkat peraturan tertentu di bawah kekuasaan perintah Allah dan usaha manusia. Dan ini kurang lebih bergantung pada proporsi usaha manusia dan tujuan pengaturan Ilahi. Karena la Pencipta sarana rezeki, dan kekuasaan mencari makanan juga telah dianugerahkan oleh-Nya, kemiskinan atau kelebihan rezeki telah diatributkan kepada-Nya, karena la telah menetapkan berbagai ukuran sendiri-sendiri untuk rezcki dengan mempertimbangkan perbedaan dalam usaha dan tindakan dan kebaikan bagi makhluk-makhluk itu. Di suatu lempal ada kemiskinan dan di suatu tempat ada kelimpahan, di suatu tempat ada kesusahan sedang di lcmpat lain ada kesenangan, seseorang menikmati kesenangan sementara sese-orang lain sedang menderila kesukaran dan kekurangan. AI-Qur'an mengatakan,
"Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Dia mengetahui segala sesualu. " (QS. 42:12)
Dalam Khotbah 23 Amirul Mukminin merujuk hal itu dcngan mengatakan,
"Perintah Ilahi turun dari langit ke bumi dengan apa yang telah ditentukan bagi setiap orang, baik lebih ataupun kurang, sebagaimana tetesan hujan."
Jadi, ada proses dan cara tertentu bagi kemanfaatan hujan, yakni bahwa uap naik dari laut dengan kandungan air, yang tcrsebar di langit dalam bentuk awan gelap kemudian mengeluarkan air itu dalam tetesan-tetesan sampai membentuk garis-garis yang tcratur. Air ilu mengairi lahan dengan sempurna dan selanjutnya berkumpul di area-area rcndah sehingga yang haus dapat meminumnya, hewan-hewan dapat memanfaaikannya dan lahan-lahan kering dapal diairi dengannya. Begiru pula, Allah telah menyediakan scgala sarana rezeki, tetapi rahmat-Nya mengikuti cara tertentu di mana tak pernah ada scdikit pun penyimpangan. Demikianlah firman Allah.
"Dan tidak ada sesuutu pun melainkun padu sisi Kumilah khuzunahnya, dan Kami tiduk menurunkannya melainkan dengan ukuran vang tertentu." (QS. 15:21)
Apabila keserakahan manusia melebihi hatasnya, maka sebagaimana kelebihan hujan merusak tanaman sebagai ganti mcnumbuhkan dan membesarkannya, demikian pula kelimpahan bahan-bahan keperluan hidup akan menjadikan manusia lupa kepada Allah dan membangkang scrta berlaku durhaka.
"Dan jika Allah melupcmgkan rezeki kepadu hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui bulas di nnika bumi, letapi Allah menurunkan upu vang dikehendaki-Nya dengan ukuran sesungguhnya. Dia Maha Mengetahui (keaduan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. " (QS. 42:27)
Sebagaimana berhentinya hujan membuat tanah kering dan membunuh hewan-hewan, demikian pula dengan menutup sarana rezeki maka umat manusia akan hancur dan tak akan tertinggal sarana kchidupan dan rezeki. Sesuai dengan itu Allah berfirman,
"Atau siapakuh dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya ...?" (QS. 67:21)
Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengctahui telah menetapkan pengaturan rezeki berdasarkan garis-garis yang moderat dan proporsional, dan untuk menekankan pentingnya rezeki dan pemeliharaan dan menjaga agar manusia saling berhubungan, la telah memperkenalkan perbcdaan dalam pembagian rezeki. Kadang-kadang distribusi yang berbeda dan tak sama ini bcrkaitan dengan perbedaan usaha manusia, dan kadang-kadang merupakan akibat dari pengaturan menyeluruh alam semesta dan kebijaksanaan Ilahi. Dengan kemiskinan dan kekurangan la menguji orang miskin dalam kesabaran dan ketabahan, dalam kelimpahan dan kekayaan ada ujian keras pada orang kaya untuk bersyukur dan memcnuhi hak-hak orang lain, yakni apakah orang kaya memenuhi tuntutan orang miskin, dan apakah ia peduli lerhadap orang susah atau tidak. Kadang-kadang akan ada bahaya terhadap harta kekayaan dan kadang-kadang ada ketakutan akan kemiskinan dan kesusahan.
Akibatnya, banyak orang yang akan lebih puas dan berbahagia karena tak punya kckayaan. Bagi mereka kesusahan dan kekurangan itu jauh lebih baik daripada kekayaan yang mungkin merenggut kesenangan dan kedamaian mereka. Lagi pula kadang-kadang kekayaan ini sendiri, yang dianggap orang lebih ber-harga daripada kehidupan, menjadi penyebab hilangnya nyawa seseorang. Se-lanjutnya, telah terlihat, sejauh tak ada kekayaan, karakter seseorang tak tercela, kehidupan tak bernoda, tetapi pada saat harta kekayaannya berubah melimpah, perilakunya memburuk, karakternya menjadi salah, dan muncul kejelekan minum khamar, kerumunan perempuan cantik dan kumpulan penyanyi dan musik. Dalam hal semacam itu tidak adanya kekayaan merupakan rahmat. Namun, karena tak menyadari tujuan-tujuan Allah, manusia berteriak; dan karena terpengaruh oleh kesusahan sejenak, ia mengeluh, tanpa menyadari berapa banyak kejahatan dan kejelekan yang mungkin akan menumpuk disebabkan oleh kekayaan yang di-idamkannya. Oleh karena itu, apabila kekayaan menghasilkan kemudahan maka kemiskinan merupakan penjaga karakter.
[4] Kefasihan Amirul Mukminin dalam menggambarkan sifat-sifat Allah Yang Mahatahu, dan kata-kata mulia dengan apa ia menggambarkan sifat pengetahuan-Nya, tak dapat tidak mengesankan pikiran lawan yang paling sengit sekalipun. Maka Ibn Abil Hadid menulis,
"Apabila Aristoteles, yang percaya bahwa Tuhan hanya mengetahui alam semesta dan tidak mengetahui hal-halnya yang khusus, mendengar khotbah ini, hatinya pun akan cenderung, bulu romanya akan tegak berdiri, dan pikir-annya akan mengalami perubahan dramatis. Tidakkah Anda lihat kecerahan, kekuatan, keluhuran, kejayaan, kesungguhan, dan kematangan pidato ini?
Selain sifat-sifat itu, ada kemanisan, keindahan rona, kehalusan, dan kemulusan di dalamnya. Saya belum pernah mendapatkan suatu ucapan yang setara dengan itu; yang dapat menandinginya hanyalah kata-kata Allah. Dan tak aneh, karena ia adalah kuncup dari pohon yang sama (Nabi Ibrahim, puncak Tauhid), suatu aliran dari sungai yang sama dan suatu pantulan dari cahaya yang sama." (Syarh Nahjul Balaghah, VII, h. 23-24)
Orang-orang yang menganggap bahwa Allah hanya memiliki pengetahuan menyeluruh, berargumentasi bahwa karena detail-detail mengalami perubahan, mempercayai bahwa Dia memiliki pengetahuan tentang detail yang berubah-ubah akan memestikan perubahan dalam pengetahuan-Nya. Karena pengetahuan-Nya sama dengan wujud-Nya, wujud-Nya akan harus dipandang sebagai obyek per-ubahan; akibatnya, la akan harus dipandang sebagai yang telah menjadi ada. Secara ini la akan kehilangan sifat selalu ada sejak qadim. Pandangan seperti itu batil dan sangat menipu, karena perubahan dalam obyek pengetahuan hanya dapat mengantarkan kepada perubahan pada yang mengetahui, bilamana dianggap bahwa yang mengetahui itu sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang perubahan-perubahan itu. Tetapi, karena semua bentuk perubahan amat jelas bagi-Nya maka tak ada alasan bahwa dengan perubahan dalam obyek-obyek penge-tahuan la pun harus dianggap berubah-ubah; sesungguhnya perubahan itu terbatas pada obyek pengetahuan dan tidak mempengaruhi pengetahuan itu sendiri.
KHOTBAH 91 Ketika orang-orang memutuskan untuk membaiat Amirul Mukminin setelah pembunuhan 'Utsman,[1] ia berkata:
Tinggalkan saya dan carilah orang lain. Kita sedang menghadapi suatu hal yang mempunyai (beberapa) wajah dan warna, yang tak dapat ditahan hati dan tak dapat diterima akal. Awan sedang menggelantung di langit, dan wajah-wajah tak dapat dibedakan. Anda seharusnya tahu bahwa apabila saya menyambut Anda, saya akan raemimpin Anda sebagaimana saya ketahui, dan tidak akan memusingkan apa pun yang mungkin dikatakan atau dicercakan orang. Apabila Anda meninggalkan saya maka saya sama dengan Anda. Mungkin saya akan mendengarkan dan menaati siapa pun yang Anda jadikan pengurus urusan Anda. Saya lebih baik bagi Anda sebagai penasihat ketimbang seorang kepala. •
[1] Setelah pembunuhan 'Utsman, kursi kekhalifahan tertinggal kosong, dan kaum Muslim mulai melihat kepada Ali a.s. yang berperangai damai, kukuh pada prinsip, dan perilakunya telah banyak mereka saksikan selama masa panjang itu. Akibatnya, mereka berduyun-duyun menyerbunya untuk menyampaikan baiat kepadanya seperti musafir tersesat melihat tujuannya. Mereka menyerbu kc arah-nya, sebagaimana dicatat sejarawan Thabari,
"Orang maju berdesakan-desakan kepada Ali seraya mengatakan, 'Kami hendak membaiat kepada Anda dan Anda melihat kekacauan apa yang menimpa Islam dan kita sedang dicoba tentang kerabat Nabi.'" (T?r?kh, I, h. 3066, 3067, 3076)
Tetapi Amirul Mukminin menolak permohonan mereka. Karenanya rakyat berteriak-teriak dengan kacau dan berseru dengan nyaring, "Hai Abu Hasan, apakah Anda tidak menyaksikan kehancuran Islam atau melihat datangnya banjir kerusuhan dan bencana? Apakah Anda tidak takut kepada Allah?" Namun demikian Amirul Mukminin tidak menunjukkan kesediaan untuk menyetujuinya, karena ia melihat bahwa eiek dari suasana yang terjadi setelah wafatnya Nabi telah menguasai hati dan pikiran rakyat; keakuan dan hawa nafsu untuk kekuasaan telah berakar di hati mereka, pikiran mereka telah dipengaruhi materialisme, dan mereka telah terbiasa memperlakukan pemerintah sebagai sarana untuk mendapatkan maksud mereka. Sekarang mereka hendak mematerialkan dan mempermainkan kekhalifahan Ilahi pula. Dalam keadaan itu mustahil mengubah mentalitas atau mengalihkan arah temperamen mereka. Selain dari itu, ia pun melihat bahwa rakyat harus mendapatkan waktu lebih panjang untuk berpikir agar kelak mereka tidak mengatakan bahwa baiat mereka telah diberikan di bawah kebutuhan temporer dan pemikiran sewaktu dan tanpa pemikiran matang, tepat sebagaimana gagasan 'Umar tentang kekhalifahan pertama, yang muncul dalam pernyataannya,
"Kekhalifahan Abu Bakar terjadi tanpa dipikirkan, tetapi Allah menyelamat-kan kita dari bencananya. Apabila seseorang mengulangi hal semacam itu, ia harus dibunuh. (al-Bukhari ash-Shahih, VIII, h. 210-211; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, I, h. 55; Thabarf, I, h. 1822; Ibn Atsir, II, h. 327; Ibn Hisyam, IV, h. 308-309; Ibn Katsir, V, h. 246)
Singkatnya, ketika desakan mereka meningkat melampaui batas, Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini, di mana ia menjelaskan bahwa "Apabila Anda menghendaki saya demi tujuan-tujuan duniawi Anda, maka saya tidak siap melayani sebagai alat Anda. Tinggalkan saya dan pilihlah seseorang lain yang mungkin memenuhi tujuan Anda. Anda telah melihat kehidupan masa lalu saya bahwa saya tidak bersedia mengikuti apa pun selain Al-Qur'an dan Sunah, dan tidak akan melepaskan prinsip ini untuk mendapatkan kekuasaan. Apabila Anda memilih seseorang lain, saya akan menghormati hukum negara dan konstitusi sebagaimana warga yang suka damai. Tidak pernah saya mencoba memecah kehidupan kolektif kaum Muslim dengan menghasut untuk memberontak. Hal yang sama akan terjadi sekarang. Malah, justru demi memelihara kebaikan bersama, sampai saat ini saya memberikan nasihat yang benar, saya tak akan enggan untuk berbuat sama seperti itu. Apabila Anda biarkan saya dalam kedudukan yang sama, hal itu adalah lebih baik bagi tujuan duniawi Anda, karena dalam hal itu saya tidak memegang kekuasaan untuk menghalangi urusan duniawi Anda dan menciptakan rintangan terhadap keinginan hati Anda. Tetapi, jika Anda telah bertekad untuk membaiat kepada saya, ingatlah bahwa apabila Anda menger-nyitkan dahi atau berbicara menentang saya maka saya akan memaksa Anda me-langkah pada jalan yang benar, dan dalam hal kebenaran saya tidak akan peduli terhadap siapa pun. Apabila Anda hendak membaiat walaupun dengan ketentuan ini, Anda boleh memuaskan kehendak Anda."
Kesan yang telah dibentuk oleh Amirul Mukminin tentang orang-orang ini sesuai sepenuhnya dengan kejadian-kejadian di kemudian hari. Ketika orang-orang yang telah membaiat dengan motif-motif duniawi tidak berhasil dalam tujuannya, mereka kemudian membelot dan bangkit melawan pemerintahannya dengan tuduhan-tuduhan palsu.
KHOTBAH 92 [1] Tentang Penumpasan Kaum Khariji, Kejahatan-kejahatan Kaum Umayyah, dan Luasnya Pengetahuan Amirul Mukminin
Amma ba'du, segala puji dan puja bagi Allah. Wahai manusia, saya telah mengeluarkan mata pendurhakaan. Tiada orang selain saya yang maju ke arahnya ketika kegelapannya sedang membengkak dan kegilaannya parah. Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya,[2] karena, demi Allah yang kehidupan saya dalam tangan-Nya, apabila Anda menanyai saya antara sekarang dan Hari Pengadilan, atau tentang kelompok yang akan memandu seratus orang dan juga menyesatkan seratus orang, akan saya katakan kepada Anda siapa yang memaklumkan gerak majunya, siapa yang menggiringnya di depan dan siapa yang menggiringnya di belakang, tahap-tahap di mana hewan tunggangannya akan berhenti atau beristirahat dan tempat tinggal akhirnya, dan siapa di antara mereka akan terbunuh dan siapa yang akan mati wajar.
Ketika saya telah mati (kelak), keadaan sulit dan peristiwa-peristiwa yang menyedihkan akan menimpa Anda, banyak orang yang seharusnya bertanya akan berdiam diri dengan mata yang tunduk, sedang orang yang seharusnya menjawab akan kehilangan keberanian. Ini akan terjadi di suatu saat ketika peperangan akan menimpa Anda dengan segala kesukaran, dan hari-hari akan demikian sukar bagi Anda, sehingga Anda akan merasakannya panjang karena kesukaran, hingga Allah memberikan kemenangan kepada orang-orang bajik yang tertinggal di antara Anda.
Ketika kejahatan datang, mereka mengacaukan (yang hak dengan yang batil) dan ketika mereka lenyap, mereka meninggalkan peringatan. Mereka tak dapat diketahui di saat mendekati, tetapi dikenali di saat kembali. Mereka bertiup seperti bertiupnya angin, menyerang beberapa kota dan membiarkan yang lainnya.
Ingatlah bahwa bencana yang buruk bagi Ai.da di mata saya ialah bencana Bani Umayyah, karena bencana itu buta dan menciptakan kegelapan pula. Melandanya umum tetapi akibat buruknya adalah bagi orang-orang tertentu. Orang yang tetap berpandangan cerah di dalamnya akan tertimpa kesedihan, dan orang yang tetap buta di dalamnya akan menjauhi kesedihan itu. Demi Allah, Anda akan mendapatkan, Ban! Umayyah se-sudah saya adalah orang yang terburuk bagi Anda, seperti unta betina tua pembangkang yang menggigit dengan mulutnya, memukul dengan kaki depannya, raenendang dengan kaki belakangnya, dan menolak untuk diperahi susunya. Mereka akan tetap menguasai Anda sehingga mereka hanya akan meninggalkan di antara Anda orang-orang yang bermanfaat bagi mereka atau orang-orang yang tidak merugikan mereka. Petaka mereka akan berlanjut hingga permintaan tolong Anda pada mereka menjadi seperti permintaan tolong oleh budak pada tuannya, atau pengikut kepada pemimpinnya.
Bencana mereka akan menimpa Anda seperti ketakutan bermata jahat dan perpecahan jahiliah, di mana tak akan terlihat menara petunjuk atau suatu tanda (keselamatan). Kami Ahlulbait bebas dari kejahatan, dan kami tidak termasuk kalangan orang yang akan melahirkannya. Setelah itu, Allah akan melenyapkannya dari Anda seperti disingkirkannya kulit (dari daging) melalui orang yang menghinakan mereka, menyeretnya dari leher, mem-buat mereka minum dari cangkir-cangkir penuh (kesukaran), tidak meng-ulurkan kepada mereka sesuatu selain pedang dan tidak membusanai mereka selain dengan ketakutan. Pada saat itu orang Quraisy akan meng-hasratkan, (meskipun) dengan membayarkan dunia dan semua isinya, untuk mendapatkan saya, sekalipun hanya satu kali dan sekadar ukuran waktu menyembelih unta, supaya saya dapat menerima dari mereka (semua) dari apa yang sebagiannya saya minta sekarang tetapi tidak mereka berikan. •
[1] Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini setelah pertempuran Nahrawan. Dalam khotbah ini arti bencana (fitnah) meliputi pertempuran yang dilakukan di Bashrah, Shifffn, dan Nahrawan, karena wataknya berbeda dengan pertempuran-pertempuran Nabi. Di sana pihak lawan adalah kaum kafir sedang di sini konfrontasi adalah terhadap mereka yang wajahnya bertopeng Islam. Karena itu orang ragu-ragu dan mengatakan mengapa mereka harus berperang dengan orang-orang yang menyerukan azan dan mendirikan salat. Maka Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari tidak ikut serta dalam Perang Shiffin sampai gugurnya 'Ammar ibn Yasir sebagai syahid, yang membuktikan bahwa pihak lawan adalah pendurhaka. Demikian pula, kehadiran para sahabat seperti Thalhah dan Zubair yang termasuk dalam "sepuluh oramg yang telah diramalkan masuk surga" di pihak 'A'isyah di Bashrah, dan tanda-tanda bekas sujud di dahi orang Khariji di Nahrawan dan salat serta ibadat menciptakan kebingungan dalam pikiran. Dalam keadaan ini, yang mempunyai keberanian untuk bangkit melawan mereka hanya orang-orang yang menyadari rahasia-rahasia hati dan keimanan mereka yang sesungguhnya. Adalah karena persepsi Amirul Mukminm yang khas dan keberanian rohaninya maka ia bangkit melawan mereka, dan membenarkan hadis Nabi,
"Setelah saya, Anda akan memerangi pelanggar janji (kaum Jamal), penindas (kaum Suriah) dan penyeleweng (Khariji)." (al-Hakim, al-Mustadrak ala ash-Shahihain, III, h. 139, 140; ad-Durr al-Mantsur, VI, h. 18; al-Isti'ab, III, h. 1117; Usd al-G?dbah, IV, h. 32-24; Tarikh al-Baghdadi, VIII, h. 340; XIII, h. 186, 187; Ibn 'Asakir, at-Tarikh, V, h. 41; Ibn Katsir, at-Tarikh, VII, 304, 305, 306; Majma' az-Zaw?'id, VII, h. 238; IX, h. 235; Syarh al-Mawdhib, III, h. 316-317; Kanz al-'Ummal, VI, h. 72, 82, 88, 155, 391, 392; VIII, h. 215)
[2] Setelah Nabi, tak ada orang selain Amirul Mukminin dapat mengajukan tantangan, "Tanyakanlah apa saja yang hendak Anda tanyakan." Ibn 'Abdil Barr dalam Jami' Bay?n al-'Ilm wa Fadhlihi, I, h. 58 dan dalam al-Isti'ab, III, 1103; Ibn al-Atsir dalam Usd al-Ghabah, IV, h. 22; Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah, VII, h. 46; as-Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa', h. 171; dan Ibn Hajar al-Haitsami dalam as-Sawa'iq al-Muhriqah, h. 76, telah menulis bahwa "Tak ada di antara para sahabat Nabi yang pernah mengatakan, 'Tanyakanlah kepada saya apa yang hendak ada tanyakan,' kecuali 'Ali ibn Abi Thalib." Namun, di antara orang selain para sahabat Nabi ada beberapa nama yang muncul dalam sejarah yang mengucapkan tantangan semacam itu, seperti Ibrahim ibn Hisyam al-Makhzumi, Muqatil ibn Sulaiman, Qatadah ibn Di'amah, 'Abdur-Rahman (Ibn al-Jauzi) dan Muhammad ibn Idris asy-Syafi’i dan lain-lain, tetapi setiap orang dari mereka ini terpaksa menghadapi penghinaan dan menarik kembali tantangan-nya. Tantangan ini hanya dapat disodorkan oleh orang yang mengetahui hakikat dunia semesta dan menyadari kejadian-kejadian yang akan datang. Amirul Mukminin yang merupakan pintu kepada pengetahuan Nabi SAWW sebagaimana adanya, adalah satu-satunya orang yang tak pernah kelihatan tak mampu men-jawab pertanyaan di saat mana pun, sedemikian rupa sehingga Khalifah 'Umar ibn Khaththab mengatakan, "Saya memohon perlindungan Allah dari kesulitan yang untuk menyelesaikannya 'Alt tidak ada." Seperti itu pula, ramalan Amirul Mukminin tentang masa depan terbukti benar kata demi kata dan merupakan penunjuk kepada pengetahuannya yang luas, baik mengenai kehancuran Bani Umayyah atau timbulnya kaum Khariji, peperangan dan penghancuran oleh kaum Tartar, banjir Bashrah atau keruntuhan Kufah. Singkatnya, karena kejadian-kejadian itu merupakan realitas sejarah maka tak ada alasan mengapa tantangan Amirul Mukminin ini harus dianggap mengherankan.
11
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 93 Puji-pujian Allah kepada Nabi
Mahasuci Allah yang puncak-puncak keberanian tak dapat mendekati-Nya dan kehalusan pikiran tak mungkin mendapatkan-Nya. la adalah yang Pertama yang tiada batas bagi-Nya di mana la terisi di dalamnya, tak ada akhir di mana la akan berhenti.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi
Allah terus menyimpan para nabi di tempat penyimpanan yang terbaik dan menempatkan mereka pada tempat yang terbaik untuk didiami. la menggerakkan mereka susul-menyusul dari kakek moyang yang pilihan kepada kandungan-kandungan yang suci. Bilamana seorang pendahhulu di antara mereka mati, si pelanjut bangkit demi agama Allah.
Tentang Nabi dan 'ltrah-nya
Hingga kemuliaan dari Allah Yang Mahasuci Mahatinggi ini sampai kepada Muhammad SAWW. Allah mengeluarkan beliau dari sumber-sumber asal yang paling terpilih dan tempat-tempat penanaman yang paling mulia, yakni (garis) pohon yang sama dari mana ia mengeluarkan para nabi lain dan dari mana la memilih para pengemban amanat-Nya. Keturunan Muhammad adalah keturunan yang terbaik, kerabatnya adalah kerabat yang terbaik, dan silsilahnya adalah pohon (silsilah) yang terbaik. Pohon itu tumbuh dalam kemuliaan dan bangkit dalam keutamaan. la mempunyai cabang-cabang dan buah-buah yang tak terdekati.
Beliau adalah imam dari semua yang takwa, dan cahaya bagi orang-orang yang mencari petunjuk. Beliau adalah lampu yang apinya bernyala, bintang yang cahayanya bersinar, dan latu yang percikan apinya terang. Perilaku beliau lurus, perangai beliau memberi pptunjuk, bicara beliau tegas, dan keputusan beliau adil. Allah mengutus beliau setelah senggang dari para nabi sebelumnya, ketika manusia telah jatuh dalam kesesatan perbuatan dan kebodohan. Allah menaruh belas kasihan kepada Anda.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Anda! Beramallah menurut petunjuk-petunjuk yang jelas, karena jalan itu lurus dan menuju ke rumah keselamatan, sementara Anda (masih) di tempat mencari keridaan Allah dan mempunyai waktu dan kesempatan. Kitab-kitab (amal perbuatan Anda) terbuka dan pena (para malaikat) sibuk (mencatat amal perbuatan Anda) sementara badan Anda sehat, lidah bebas, taubat diterima dan amal baik diberi pengakuan. •
KHOTBAH 94 Tentang Manusia di Saat Pengutusan Nabi dan Tindakan Beliau Sekaitan dengan Penyiaran Risalahnya
Allah mengutus Nabi di saat manusia sedang tersesat dalam kebingungan dan sedang bergerak ke sana sini dalam kejahatan. Hawa nafsu telah menyelewengkan mereka dan tipu daya telah menyimpangkan mereka. Kejahilan yang amat sangat telah membuat mereka menjadi tolol. Mereka dibingungkan oleh ketidakpastian hal-hal dan kejahatan jahiliah. Kemudian Nabi SAWW berusaha sebaik-baiknya dalam memberikan kepada mereka nasihat yang tulus; beliau sendiri berjalan di jalan yang benar dan memanggil (mereka) kepada kebijaksanaan dan nasihat yang baik. •
KHOTBAH 95 Memuji Nabi
Segala puji bagi Allah, Yang Awal yang tiada sesuatu sebelum-Nya, dan Yang Akhir, yang tiada sesuatu sesudah-Nya. la Zahir yang tiada sesuatu di atas-Nya, dan Batin, yang tiada sesuatu lebih dekat dari Dia.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi
Tempat kediaman beliau adalah yang terbaik dari segala tempat, dan asal beliau yang termulia dari segala asal di dalam tambang kemuliaan dan buaian keselamatan. Hati orang-orang yang bajik cenderung kepada beliau dan kendali mata telah dipalingkan kepada beliau. Melalui beliau Allah menguburkan saling dengki dan memadamkan api durhaka, melalui beliau la memberikan kepada mereka kasih sayang seperti bersaudara dan me-misahkan orang-orang yang dahulu bersama-sama (karena kekafiran). Melalui beliau la memuliakan yang rendah dan merendahkan yang mulia (kafir). Bicaranya terang dan diamnya (menunjukkan) seperti lidah. •
KHOTBAH 96 [1] Menegur Sesama Sahabatnya
Walaupun Allah memberikan waktu kepada si penindas, ia tak akan luput dari tangkapan-Nya. Allah mengawasinya pada jalur perjalanannya dan pada kedudukan yang melemaskan kerongkongan.
Demi Allah yang hidupku dalam kekuasaan-Nya, orang-orang ini (Mu'awiah dan orang-orangnya) akan menguasai Anda; bukan karena mereka lebih berhak dari Anda, melainkan bergegasnya mereka menuju kepada yang salah bersama pemimpin mereka, dan kelambanan Anda tentang hak saya funtuk diikuti). Orang takut akan penindasan oleh para penguasa mereka, sementara saya takut akan penindasan oleh rakyat saya.
Saya memanggil Anda, tetapi Anda tak datang. Saya memperingatkan Anda, tetapi Anda tak mendengarkan. Saya memanggil Anda secara rahasia maupun terbuka, tetapi Anda tidak menjawab. Saya berikan kepada Anda nasihat yang tulus, tetapi Anda tidak menerimanya. Apakah Anda hadir sebagai tak hadir, dan budak sebagai tuan? Saya bacakan kepada Anda pokok-pokok kebijaksanaan, tetapi Anda berpaling darinya, dan saya nasihati Anda dengan nasihat yang menjangkau jauh, tetapi Anda menjauh darinya. Saya bangkitkan Anda untuk berjihad terhadap orang durhaka, tetapi sebelum saya mencapai akhir bicara saya, saya lihat Anda bubar seperti anak-anak Saba'.[2] Anda kembali ke tempat-tempat Anda dan saling menipu dengan nasihat Anda. Saya luruskan Anda di pagi hari, tetapi Anda kembali kepada saya di petang hari (dalam keadaan) bengkok seperti belakang busur. Si pelurus telah letih sementara yang diluruskan sudah tak dapat diperbaiki.
Wahai, orang-orang yang badannya hadir tetapi akalnya tak hadir dan keinginan-keinginanya bertebaran. Para penguasa mereka sedang dalam ujian. Pemimpin Anda menaati Allah, tetapi Anda membangkanginya; sedang pemimpin orang Suriah membangkangi Allah, tetapi mereka menaatinya. Demi Allah, saya ingin Mu'awiah bertukaran dengan saya seperti dinar dengan dirham sehingga ia mengambil dari saya sepuluh di antara Anda dan memberikan kepada saya satu dari mereka.
Wahai penduduk Kufah, saya telah mengalami dalam diri Anda tiga hal dan dua lainnya: Anda tuli walaupun Anda bertelinga, bisu walaupun bercakap, buta walaupun bermata. Anda bukan pendukung yang sebenarnya dalam pertempuran, dan bukan pula sahabat yang dapat diandalkan dalam kesedihan. Semoga tangan Anda dilumuri tanah. Wahai (manusia) yang seperti unta yang gembalanya telah menghilang, apabila mereka dikumpulkan dari satu sisi, mereka bertebaran dari sisi lain. Demi Allah, saya melihat Anda dalam khayalan saya bahwa apabila peperangn menjadi sengit dan tindakan sedang penuh gerak, Anda akan lari dari putra Abu Thalib seperti perempuan yang menjadi telanjang di depan. Sesungguhnya saya berada pada petunjuk yang jelas dari Tuhan saya dan pada jalan Nabi saya, dan saya berada pada jalan yang benar yang saya ikuti secara teratur.
Tentang Keluarga Nabi
Tengoklah anggota keluarga Nabi. Bertautlah pada arahan mereka. Ikuti langkah mereka, karena mereka tak pernah membiarkan Anda tanpa petunjuk, dan tak akan pernah melemparkan Anda ke dalam kehancuran. Apabila mereka duduk, duduklah Anda, dan apabila mereka bangkit, bangkitlah Anda. Janganlah mendahului mereka, karena dengan itu Anda akan tersesat, dan jangan ketinggalan di belakang mereka karena dengan itu Anda akan runtuh.
Saya telah melihat para sahabat Nabi, tetapi saya tak menemukan seseorang yang menyerupai mereka. Mereka mengawali hari dengan debu di rambut dan wajah (dalam kesukaran hidup) dan melewatkan malam dalam sujud dan berdiri dalam salat. Kadang-kadang mereka letakkan fsujudkan) dahi mereka, dan kadang-kadang pipi mereka. Dengan ingatan akan kebangkitan, mereka nampak seakan berdiri di atas bara menyala. Nampak seakan di antara mata mereka ada tanda-tanda seperti lutut kambing, akibat sujud yang lama. Bilamana nama Allah disebutkan, air mata mereka mengalir deras hingga kerah baju mereka basah. Mereka gemetar karena takut akan hukuman dan harapan akan pahala, seperti pohon gemetar pada hari angin topan. •
[1] Dalam suasana yang telah diciptakan setelah wafatnya Nabi SAWW, Ahlulbait tidak mendapatkan jalan kecuali tinggal terkucil, sehingga dunia tidak mengenal kualitas mereka yang sesungguhnya dan tidak mengenal ajaran-ajaran dan prcsiasi mereka. Meremehkan serta menjauhkan mereka dari wewenang telah dipandang sebagai pengabdian terbesar bagi Islam. Apabila kesalahan-kesalahan 'Utsman yang nyata-nyata tidak memberikan kesempatan kepada kaum Muslim untuk bangun dan membuka mata mereka maka lak akan ada baiat kepada Amirul Mukminin, dan para penguasa duniawi akan menempuh jalan yang sama sebagai-mana yang diikuti selama ini. Tetapi, semua orang yang dapat disebutkan namanya untuk tujuan itu tidak berani maju karena kekurangan mereka sendiri, sementara Mu'awiab duduk di ibu kotanya jauh dari pusat. Dalam keadaan ini tak ada orang selain Amirul Mukminin yang dapat dipandang. Karena itu maka mata rakyat memandang kepadanya, dan orang yang sama itu juga, yang dengan mengikuli angin telah membaiat orang lain, meloncat kepadanya unluk membaiat. Walaupun demikian, baiat itu tidak berarti bahwa mereka memandang kekhalifahannya sebagai menurut ketentuan Allah dan ia sebagai imam yang wajib dilaali, melainkan atas prinsip mereka sendiri yang dikcnal sebagai demokrasi alau prinsip musyawarah. Namun, ada satu kelompok yang membaiat kepadanya sebagai kewajiban agama dan memandang kekhalifahannya sebagai ketentuaan Allah. Sebaliknya, mayoritas memandangnya sebagai pemerintah sebagaimana para khalifah lainnya, dan mengingat hal-hal terdahulu, memandangnya pada tahap orang biasa setelah tiga khalifah itu. Karena rakyat, tcnlara dan pcgawai sipil tclah mendapatkan kesan dari kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan para khalifah sebelumnya, dan tenggelam dalam cara-cara mereka. Kapan saja mereka mendapatkan sesuatu yang bertentangan dengan kesukaan mereka maka mereka mengoceh dan memberungut, mengelak dari peperangan dan siap untuk bangkit dalam pambangkangan dan pemberontakan. Selanjutnya, sebagaimana orang-orang yang dahulu berjuang dalam jihad bersama Nabi, ada beberapa orang pencari duniawi dan yang lainnya pencari akhirat, di sini pun tidak kurang manusia duniawi. yang pada lahirnya bersama Amirul Mukminin. tetapi sesungguhnya mereka mempunyai hubungan dengan Mu'awiah, yang telah menjanjikan kepada sebagian dari mereka kedudukan dan telah mengulurkan kepada yang lainnya godaan harta. Menganggap mereka sebagai para syi'ah (pengikut) Aniirul Mukminin dan menyalahkan Syi'ah karena alasan ini sama halnya dengan menutup mata lerhadap kenyataan, karena kepercayaan orang-orang ini sama dengan orang-orang yang memandang Amirul Mukminin sebagai yang keempat dalam rangkaian ini. Ibn Abil Hadid menyoroti kepercayaan orang-orang ini dalam kata-kata yang jelas,
"Barangsiapa mengamati dengan teliti peristiwa-perisliwa di masa kekhalitahan Amirul Mukminin, la akan mengetahui bahwa Airurul Mukminin tclah dihentikan karena orang-orang yang mengetahui kedudukannya yang scsungguhnya sangatlah sedikit, dan mayorilas yang mengerumun tidak mengandung kcpercayan tcntang dia sebagaimana yang diwajibkan. Mereka mengutamakan para khalifah sebelumnya atas dia dan berpegangan bahwa lolak ukur keutamaan adalah kekhalifahan, dan dengan cara ini orang-orang yang dalang kemudian mengikuti para pendahulu itu dan berhujah apabila para pcndahulu itu lidak mengetahui bahwa para khalifah sebelumnya ilumempunyai ke-lebihan atas Amirul Mukminin maka mereka tidak akan memilihnya ketimbang 'Ali. Malah orang-orang itu mengenal dan menganggap Amirul Mukminin hanya sebagai warga dan rakyat biasa. Kebanyakan dari orang-orang yang berjuang bersamanya berbuat dcmikian atas dasar prestise atau sikap partisan orang Arab, bukan atas dasar agama atau kcunanan." (Syarh Nahjul Balaghah, VII. h. 72)
[2] Keturunan Saba' ibn Yasyjub ibn Ya'rub ibn Qahthan dikenal sebagai suku Saba'. Ketika orang-orang ini mulai mendustakan nabi-nabi kemudian meng-goncangkan mereka, Allah mengirim banjir kepada mereka sehingga kebun-kebun mereka tenggelam dalam air dan mereka meningalkan rumah dan harta mereka untuk berdiam di berbagai kota. Peribahasa ini timbul dari peristiwa itu, dan sekarang dikenakan bilamana orang bertebaran seperti itu sehingga tak ada harapan akan bergabung lagi.
KHOTBAH 97 Penindasan Bani Umayyah
Demi Allah, mereka akan terus seperti ini sehingga tidak akan tertinggal perbuatan haram di hadapan Allah melainkan mereka akan menghalalkannya, dan tidak ada janji setia melainkan mereka melanggarnya, dan sehingga tidak akan tertinggal rumah dari bata atau kemah bulu domba melainkan kelaliman mereka alan memasukinya. Perbuatan buruk mereka akan menistakan mereka, sehingga dua kelompok orang pengaduh yang menangis akan bangkit, yang satu menangisi agamanya dan yang satu dunianya, dan pertolongan dari salah satu dari Anda kepada salah satu dari mereka adalah seperti pertolongan budak kepada tuannya, yakni ketika ia hadir ia menaatinya, tetapi ketika tuan itu jauh ia menggunjingnya. Yang tertinggi di antara Anda dalam kesedihan adalah ia yang mempunyai keimanan yang terbaik kepada Allah. Apabila Allah memberikan kepada Anda keselamatan, terimalah itu, dan apabila Anda dimasukan ke dalam kesukaran, bersabarlah atasnya, karena sesungguhnya kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa. •
KHOTBAH 98 Tentang Berpantang Dunia dan Pasang Surut Waktu
Kami memuji Allah atas apa yang telah terjadi, dan memohon pertolongan-Nya dalam urusan kami atas apa yang akan terjadi, dan kami memohon kepada-Nya untuk keselamatan dalam iman, sebagaimana juga kami memohon kepada-Nya bagi keselamatan tubuh kanii.
Wahai, hamba-hamba Allah! Saya nasihati Anda untuk menjauh dari dunia ini, yang (segera) akan meninggalkan Anda sekalipun Anda tidak menghendaki perpisahannya, dan yang akan membuat jasad Anda tua sekalipun Anda menghendakinya tetap segar. Ibarat Anda dan ibaratnya adalah seperti para musafir yang berjalan menempuh suatu jarak dan kemudian seakan-akan mereka menempuhnya dengan cepat atau mereka menuju kepada suatu tanda dan segera mencapainya. Betapa pendek jarak ke tujuan itu apabila orang (langsung) menuju ke sana dan mencapainya. Dan betapa pendek tahapan orang yang hanya mempunyai satu hari yang tak dapat dilampauinya sementara seorang penunggang yang cepat sedang mengusirnya di dunia ini hingga ia berpisah darinya.
Maka janganlah Anda mendambakan kemuliaan dunia dan kebangga-annya, dan janganlah merasa senang atas kecantikan dan kenikmatannya, jangan pula meratapi kerugian dan kemalangannya, karena kemuliaan dan kebanggaan akan berakhir, sedang kecantikan dan kenikmatannya akan lenyap, dan kerusakan dan kemalangannya akan berlalu. Setiap masa di dalamnnya mempunyai akhir dan setiap makhluk hidup di dalamnya akan mati. Tidakkah ada peringatan bagi Anda dalam peninggalan para pendahulu dan pembuka mata serta pelajaran dalam (pengalaman) para kakek moyang Anda, apabila Anda berpikir?
Tidakkah Anda melihat bahwa para pendahulu Anda tidak kembali, dan para penyusul yang masih hidup tidak tinggal? Tidakkah Anda melihat bahwa manusia dunia berlalu pagi dan petang dalam berbagai keadaan? Maka, (di suatu tempatj mayat ditangisi, seseorang dihiburi, seseorang terjungkal dalam kesedihan, seseorang bertanya tentang sakit, seseorang melewatkan nafasnya yang terakhir, seseorang merindukan dunia sementara maut sedang mencarinya, seseorang lupa tetapi ia tidak dilupakan (oleh maut), dan pada jejak langkah para pendahulu itu berjalan orang-orang yang masih hidup.
Berjaga-jagalah! Pada saat melakukan perbuatan-perbuatan jahat, ingatlah akan perusak kegembiraan, perusak kesenangan, pembunuh hasrat fyakni maut). Carilah pertolongan Allah untuk memenuhi hak-hak yang wajib kepada-Nya, dan untuk (bersyukur kepada-Nya) atas nikmat-nikmat dan kebaikan-Nya yang tak terhitung banyaknya. •
KHOTBAH 99 Tentang Nabi dan Keturunan Beliau
Segala puji bagi Allah yang menyebarkan nikmat-Nya kepada seluruh ciptaan, dan mengulurkan tangan kemurahan-Nya di antara mereka. Kami memuji Allah dalam semua urusan-Nya, dan mencari pertolongan-Nya untuk memenuhi semua hak-Nya. Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Dia, dan bahwa Muhammad SAWW adalah hamba dan rasul-Nya. la mengutus beliau untuk menjelaskan perintah-perintah-Nya dan berbicara tentang ingatan kepada-Nya. Sesuai dengan itu, beliau memenuhinya dengan amanatnya, dan beliau berpulang sementara pada jalan yang benar.
Beliau meninggalkan di antara kita panji kebenaran. Barangsiapa pergi lebih jauh (mendahului)nya ia pergi tanpa iman; barangsiapa tertinggal di belakang, hancur. Barangsiapa bersiteguh padanya akan bergabung (dengan yang benar). Pandunya adalah singkat kata, lambat langkah, dan cepat bila bangkit. Ketika Anda telah membungkukkan leher Anda di hadapannya dan menunjuk kepadanya dengan jari Anda, maut akan terjadi dan akan membawanya pergi. Mereka akan hidup sesudahnya selama Allah menghendaki hingga memunculkan bagi Anda orang yang akan mengumpulkan dan menyatukan Anda setelah perpecahan Anda. Jangan menaruh harapan pada yang tidak datang ke depan,[1] dan janganlah putus harapan pada yang bertirai, karena mungkin satu dari kedua kaki si bertirai tergelincir sementara yang lainnya mungkin tetap bersiteguh, sehingga keduanya kembali ke posisi dan bersiteguh.
Awaslah! Contoh luarnya Muhammad SAWW adalah ibarat bintang-bintang di langit. Ketika satu bintang terbenam, yang lainnya limbul. Maka kedudukan Anda adalah di mana rahmat Allah pada Anda telah disempurnakan dan la telah menunjukkan kepada Anda apa yang dahulu Anda inginkan. •
[1] Maknanya ialah bahwa apabila untuk semenlara waktu harapan-harapan Anda tidak terpenuhi, seharusnya Anda lidak kecewa. Keadaan mungkin membaik, rintangan-rintangan yang menghalangi perbaikan mungkin tersingkir dan kcadaan mungkin terselesaikan sebagaimana yang Anda inginkan.
KHOTBAH 100 Tentang Pasang Surut Waktu
Ia (Allah) adalah Yang Awal sebelum setiap yang pertama, dan Yang Akhir setelah semua terakhir. Keawalan-Nya memestikan bahwa tidak ada awal (lain) sebelum Dia, dan keakhiran-Nya memestikan bahwa tidak ada akhir lain sesudah Dia. Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, secara terbuka maupun rahasia, dengan hati maupun dengan lidah.
Wahai manusia, janganlah melakukan kejahatan melawan saya, terbujuk untuk membangkangi saya, dan janganlah berkerlingan mata di antara sesama Anda ketika Anda mendengar saya. Demi Allah Yang menumbuhkan benih dan meniupkan angin, apa saja yang saya sampaikan kepada Anda adalah dari Nabi. Tidaklah si penyampai (risalah Ilahi, yakni Nabi) berdusta, tidak pula si pendengarnya salah paham.
Nah, seakan-akan saya melihat seorang tersesat[1] yang sedang berteriak-teriak di Suriah dan telah menaruh panjinya di pinggiran Kufah. Ketika mulutnya akan terbuka penuh, pembangkangannya menjadi keras dan langkah-langkahnya di bumi akan menjadi berat (dan lalim) lalu kekacauan (yang tercipta karenanya) akan mengiris rakyat dengan gigi-giginya, dan peperangan akan terjadi dengan (segala) gelombangnya, siang akan menjadi keras dan malam penuh susah payah. Maka ketika tanaman tumbuh dan berdiri pada batang, uapnya muncul dan petirnya bersinar, panji-panji para pemberontak yang menyesatkan akan membakar dan menjangkau seperti malam yang menggelap dan laut yang bergelombang. Ini dan berapa banyak badai lainnya akan merobek Kufah dan badai akan menyapunya, dan segera kepala-kepala akan bertumbuk dengan kepala, tanaman yang berdiri akan dituai dan tuaian akan dihancurkan. •
[1] Sebagian orang menganggapnya Mu'awiah, yang lain menganggapnya 'Abdul Malik ibn Marwan.
KHOTBAH 101 Tentang Pokok yang Sama—Hari Keadilan
Di hari Allah akan mengumpulkan para pendahulu dan yang kemudian, berdiri dengan taat untuk pengambilan tanggung jawab dan untuk imbalan atas amal perbuatan. Keringat akan mengalir hingga ke mulut mereka seperti kendali, sementara bumi akan gemetar di bawah mereka. Yang dalam keadaan terbaik di antara mereka adalah orang yang telah mendapatkan tempat istirahat bagi kakinya dan tempat yang terbuka bagi nafasnya.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Kekacauan yang Akan Datang
Kekacauan-kekacauan itu adalah seperti malam yang gelap. Kuda tidak akan tahan untuk (menghadapijnya, tidak pula panji-panji akan kembali. Mereka akan mendekat dengan kendali lengkap dan siap dengan pelana. Pemimpin mereka akan menggiring mereka dan si penunggang akan mendesak (mereka). Para pengacau itu adalah orang-orang yang serangannya keras. Orang-orang yang memerangi mereka demi Allah adalah orang-orang yang rendah menurut perkiraan orang sombong, tidak dikenal di bumi tetapi terkenal di langit. Celakalah bagi Anda, Bashrah, ketika suatu tentara pembawa bala dari Allah akan menimpa Anda tanpa (membangkitkan) debu jeritan. Penduduk Anda saat itu akan menghadapi kematian keji dan kelaparan yang mengerikan. •
KHOTBAH 102 Tentang Zuhud dan Takwa kepada Allah
Wahai manusia! Pandanglah dunia seperti orang yang berpantang darinya, dan menjauh darinya. Demi Allah, ia akan segera menjadi tak berpenghuni, dan menyebabkan kesedihan kepada yang senang dan aman. Yang berpaling dan pergi darinya tak pernah kembali, sedang yang mungkin akan datang tidak diketahui atau diduga. Kesenangannya bercampur dengan kesedihan. Di dalamnya keteguhan manusia cenderung kepada kelemahan dan kelesuan. Kebanyakan dari yang menyenangkan Anda di sini hendaklah tidak menyesatkan Anda, karena yang akan menolong Anda hanya sedikit.
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada orang yang merenungkan dan mengambil pelajaran darinya, dan ketika ia mengambil pelajaran ia mencapai pencerahan. Segala yang ada di dunia ini segera akan tak ada lagi, sedang segala yang akan ada di dunia berikut sudah ada. Setiap yang dapat dihitung akan berlalu. Setiap yang akan datang harus dianggap akan muncul dan setiap yang akan muncul harus dianggap sudah dekat.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Sifat-sifat Orang Berilmu
Berilmulah orang yang mengetahui nilainya. Cukuplah bagi seseorang untuk tetap jahil apabila ia tidak mengenal nilainya. Sesungguhnya orang yang paling dibenci di hadapan Allah ialah orang yang ditinggalkan Allah sendirian. la tersesat dari jalan yang benar, dan bergerak tanpa petunjuk. Apabila ia dipanggil kepada perkebunan dunia ini, ia giat, tetapi apabila ia dipanggil ke perkebunan akhirat ia enggan. Seakan-akan untuk apa yang ia giat adalah wajib baginya sedang segala yang untuk itu ia enggan tidak dituntut darinya.
Bagian dari Khotbah yang Sama Mengenai Waktu-waktu yang Akan Datang
Akan datang suatu waktu di mana hanya mukmin yang tidur (tak giat) yang akan selamat (seperti orang yang) apabila ia hadir ia tidak dikenal tetapi apabila ia tak hadir ia tak dicari. Mereka inilah lampu-lampu petunjuk dan panji-panji perjalanan malam. Mereka tidak menyebarkan fitnah, tidak membuka rahasia, tidak pula memfitnah. Mereka adalah orang-orang yang (baginya) Allah akan membukakan pintu-pintu rahmat-Nya dan akan menjauhkan dari mereka kesulitan-kesulitan hukuman-Nya.
Wahai, manusia! Suatu waktu akan datang kepada Anda ketika Islam akan terbalik seperti suatu wadah dengan segala isinya. Wahai, manusia! Allah telah melindungi Anda dari kemungkinan perlakuan keras atas Anda, tetapi la tidak meluputkan Anda dari ujian. Allah Yang Mahamulia dari segala pembicara telah mengatakan,
"Sesunguhnya di dalam ini adalah tanda-tanda dan Kami hanya menguji (manusia). " (QS. 23:30)
Sayid ar-Radhi berkata: Mengenai kata-kata Amirul Mukminin "kullu mu'minin nuwamah" (setiap mukmin yang tidur), ia maksudkan orang yang sedikit dibicarakan dan tidak menyebabkan keburukan. Dan kata "al-masayih"adalah jamak dari "misyah", yakni orang yang menyebarkan kekacauan di antara manusia melalui kejahatan dan fitnah. Dan kata "al-madz?y?’” adalah jamak dari "midzy?'" yakni orang yang mendengar suatu keburukan tentang seseorang lalu menyebarkannya dan berteriak-teriak tentang itu. Dan "al-budzur" adalah jamak dari "budz?r", yakni orang yang keterlaluan dalam ketololan dan berbicara kosong. •
KHOTBAH 103 Tentang Keadaan Manusia Sebelum Pengutusan Nabi dan Pelaksanaan Nabi dalam Penyebarkan Risalah
Amma ba'du, sesungguhnya Allah mengutus Muhammad SAWW sebagai nabi, sementara tiada seorang di antara orang Arab membaca Kitab maupun mengakui kenabian atau wahyu. Beliau harus memerangi orang-orang yang membangkangi beliau, bersama orang-orang yang mengikuti beliau, yang mengantarkan mereka pada keselamatan dan bergegas dengan mereka agar maut tidak mendahului mereka. Bilamana seseorang yang letih mengeluh atau orang yang menderita berhenti, beliau berdiri menopangnya hingga beliau mendapatkan tujuan baginya, kecuali yang terburuk yang padanya sama sekali tidak ada kebajikan. Pada akhirnya beliau menunjukkan kepada mereka tujuan mereka dan membawa mereka ke tempat-tempat (penyelamatan) mereka. Akibatnya, urusan mereka terus bergerak dan gilingan tangan mereka mulai berputar (yakni mendapatkan kekuatan), tombak mereka menjadi lurus.
Demi Allah, saya termasuk di antara pengawal belakangnya hingga mereka berbalik pada sisi mereka dan bergerombol dalam tali mereka. Saya tak pernah menunjukkan kelemahan atau kurang berani, tak pernah saya berkhianat atau menjadi lesu. Demi Allah, saya akan memisahkan yang salah sampai saya mengambil langsung dari sayap-sayapnya.
Sayid Radhi berkata: Saya telah mengutip suatu bagian terpilih dari khotbahnya sebelum ini, tetapi karena saya mendapstkan dalam riwayat bahwa bagian ini, sedikit banyak, berbeda dari yang sebelumnya, saya merasa perlu mengutipnya lagi.?
KHOTBAH104 Dalam Memuji Nabi SAWW
Lalu Allah mengutus Muhammad SAWW sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, yang terbaik di alam semesta sebagai anak dan yang tersuci sebagai orang dewasa, yang paling suci dari yang disucikan dalam perangainya, yang paling dermawan di antara mereka yang didekati karena kedermawanan.
Tentang Bani Umayyah
Dunia ini tidak nampak manis kepada Anda dalam kesenangan-kesenangannya, dan Anda tidak mendapatkan susunya, kecuali setelah menemukannya bilamana kendali hidungnya sedang terseret dan tali pelana kulitnya longgar. Bagi orang-orang tertentu, barang-barang haramnya adalah ibarat cabang-cabang lengkung (sarat dengan buah) sedang barang-barang halalnya jauh, tak terjangkau. Demi Allah, Anda akan mendapatkannya seperti suatu bayangan panjang hingga pada suatu waktu yang tertentu. Maka bumi ada beserta Anda tanpa rintangan atau halangan, dan tangan Anda di dalamnya terulur sementara tangan-tangan para pemimpin dijauhkan dari Anda. Pedang-pedang Anda terayun di atas mereka sementara pedang-pedang mereka tertahan dari Anda.
Ingatlah bahwa bagi setiap darah (yang tertumpah) ada suatu pembalas dendam, dan bagi setiap hak ada penuntut. Pembalas dendam bagi darah kita adalah seperti hakim bagi tuntutannya sendiri, sedang Allah, apabila seseorang mencari-Nya, la tidak mengecewakannya, dan yang melarikan diri dari-Nya tak mungkin luput. Saya bersumpah demi Allah, wahai Bani Umayyah, segera Anda akan melihatnya (yakni milik Anda) dalam tangan orang-orang lain dan di rumah musuh-musuh Anda. Ketahuilah bahwa mata yang melihat paling baik ialah yang pandangannya mengangkat kebajikan, dan ketahuilah bahwa telinga yang mendengar paling baik ialah yang mendengar nasihat yang baik dan menerimanya.
Tentang Fungsi Para Imam
Wahai manusia, ambillah cahaya dari nyala lampu khatib yang mengikuti apa yang dikhotbahkannya, dan timbalah air dari sumur yang telah dibersihkan dari debu.
Wahai hamba-hamba Allah, jangan mengandalkan kejahilan Anda, jangan mematuhi hawa nafsu Anda, karena orang yang tinggal di tempat ini adalah seperti orang yang tinggal pada tepian tanggul yang terbongkar oleh air yang membawa keruntuhan di punggungnya dari satu bagian ke bagian lain mengikuti pandangannya yang ia ubah-ubah (satu demi satu). la hendak mempertautkan apa yang tak dapat bertaut, dan mengumpulkan apa yang tak dapat berkumpul. Maka takutlah kepada Allah dan janganlah Anda menempatkan keluhan-keluhan Anda di hadapan dia yang tak dapat memulihkan kesedihan Anda; jangan pula membatalkan dengan pendapatnya apa yang telah diwajibkan bagi Anda.
Sesungguhnya tidak ada kewajiban pada imam kecuali apa yang telah dikembangkan kepadanya dari Allah, yakni membawa peringatan, berusaha dalam nasihat yang baik, membangkitkan sunah, menerapkan hukuman atas orang yang harus dihukum, dan memberikan bagian kepada yang berhak. Maka bergegaslah Anda kepada pengetahuan sebelum tumbuhan-nya mengering dan sebelutn Anda sendiri berpaling dari mencari pengetahuan pada orang-orang yang mengetahuinya. Cegahlah orang lain dari yang haram dan pantangkanlah itu dari diri Anda sendiri, karena Anda telah diperintahkan untuk mencegah (diri) sebelum mencegah (orang lain).?
KHOTBAH 105 Tentang Islam
Segala puji bagi Allah yang menegakkan Islam dan memudahkannya bagi orang-orang yang mendekatinya, dan memberikan kekuatan kepada tiang-tiangnya terhadap setiap orang yang mencoba untuk mengalahkannya. Maka Allah menjadikannya (sumber) kedamaian bagi orang yang ber-pegang kepadanya, aman bagi yang memasukinya, hujah bagi yang ber-bicara tentangnya, saksi bagi yang berjuang dengan pertolongannya, cahaya bagi yang mencari cahaya darinya, pengertian bagi yang membekalinya, kebijaksanaan bagi yang menggunakannya, tanda (petunjuk) bagi yang melihatnya, penglihatan bagi yang bertekad, pelajaran bagi yang mencari nasihat, keselamatan bagi yang membenarkannya, keyakinan bagi yang mempercayainya, kesenangan bagi yang mengamanatkan, dan perisai bagi yang sabar.
Itulah yang paling terang dari semua jalan, yang paling jelas bagi semua lintasan. la mempunyai menara-menara yang mulia, jalan-jalan yang cemerlang, lampu-lampu yang menyala, lapangan mulia kegiatan, dan tujuan yang tinggi. la mempunyai kumpulan kuda pacu. la didekati dengan gairah. Para penunggangnya mulia. Pembenaran (Allah, Nabi, dan lain-lain) adalah jalannya, amal baik adalah menaranya, maut adalah ujungnya; dunia ini adalah gelanggang pacuan, Hari Pengadilan adalah kuda-kudanya, dan surga adalah titik pendekatannya.
Dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi
Nabi menyalakan obor-obor bagi pencari, dan memasang tanda-tanda terang bagi yang terhalang. Maka beliau adalah pengemban amanat-Mu yang terpercaya, saksi-Mu pada Hari Pengadilan, utusan-Mu sebagai rahmat, dan rasul kebenaran-Mu sebagai belas kasih. Ya Allah, Tuhanku, bagikanlah kepada beliau saham keadilan-Mu, dan pahalai beliau berlipat ganda kebaikan dari kelimpahan-Mu. Ya Allah, Tuhanku, tinggikanlah bangunan beliau di atas bangunan orang lain, muliakanlah beliau ketika datang kepada-Mu, muliakan kedudukan beliau di hadapan-Mu, berikan kedudukan yang mulia, dan hadiahilah beliau kejayaan dan keutamaan, dan bawalah kiranya kami (pada Hari Pengadilan) di antara golongannya, dengan tiada merasa malu, tiada menyesal, tiada penyeleweng, tiada pelanggar janji, tiada penyesat, tiada pemimpin sesat, tiada yang terbujuk.
Sayid Radhi berkata: Khotbah ini telah muncul sebelumnya tetapi kami mengulanginya karena perbedaan antara kedua versi.
Bagian dari Khotbah yang Sama Ditujukan kepada Para Pengikutnya
Dengan karunia Allah kepada Anda, Anda telah mendapatkan ke-dudukan di mana bahkan budak perempuan Anda dimuliakan, tetangga Anda diperlakukan dengan baik. Bahkan orang yang terhadapnya Anda tidak mempunyai keutamaan atau kewajiban, memuliakan Anda. Bahkan orang-orang yang tidak mengkhawatirkan serangan dari Anda atau tidak berwewenang atas Anda, merasa takut kepada Anda. Anda sekarang melihat janji-janji Allah dilanggar, tetapi tidak merasa berang, padahal Anda mengoceh dan merengut atas dilanggarnya adat nenek moyang Anda. Urusan Allah telah datang kembali kepada Anda, tetapi Anda telah menyerahkan tempat Anda kepada para pelalim dan melemparkan kepada mereka tanggung jawab Anda, dan menempatkan urusan Allah di tangan mereka. Mereka bertindak dalam keraguan dan melangkah dalam (memenuhi) hawa nafsu. Demi Allah, sekalipun mereka mencerai-beraikan Anda di bawah setiap bintang, Allah pasti akan mengumpulkan Anda pada hari yang akan menjadi paling buruk bagi mereka. •
KHOTBAH 106 Diucapkan pada suatu hari dalam Perang Shiffin
Saya telah melihat larinya Anda dan kecerai-beraian Anda dari barisan. Anda dikepung oleh orang-orang yang kasar dan rendah serta Badui-badui Suriah, padahal Anda adalah para pemuka Arab dan puncak keutamaan, dan memiliki kehormatan sebagai unta berhidung tinggi dan berponok besar. Keluhan dada saya hanya dapat mereda ketika saya akhirnya melihat Anda mengepung mereka seperti mereka mengepung Anda, dan melihat Anda mengeluarkan mereka dari posisinya sebagaimana mereka telah mengeluarkan Anda, membunuh mereka dengan panah dan menyerang mereka dengan tombak sehingga barisan depan mereka dapat jatuh ke belakang, sama seperti unta haus yang telah dipalingkan dari tempat minumnya dan disingkirkan dari wadah-wadah airnya. •
KHOTBAH 107 Ini Salah Satu Khotbah tentang Pasang Surutnya Waktu
Segala puji bagi Allah Yang Maujud di hadapan ciptaan-Nya karena ada-nya mereka sendiri. Yang nampak di hati mereka karena bukti yang terang; yang menciptakan tanpa merenungkan—karena merenungkan tidaklah patut kecuali bagi yang mempunyai organ pemikir, sedang la tidak mempunyai organ pemikir dalam diri-Nya. Pengetahuan-Nya telah membelah isi rahasia-rahasia gaib dan meliputi dasar dari kepercayaan-kepercayaan yang dalam.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi SAWW
Allah memilih beliau dari pohon silsilah para nabi, dari cahaya, dari dahi keagungan, dari bagian yang terbaik lembah al-Bathha', dari lampu-lampu bagi kegelapan dan dari sumber-sumber kebijaksanaan.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Nabi adalah ibarat tabib yang berkelana yang telah menyiapkan obat-obatannya dan memanaskan peralatannya. Beliau menggunakannya bilamana timbul keperluan untuk menyembuhkan hati yang buta, telinga yang tuli, dan lidah yang kelu. Beliau menelusuri dengan obatnya tempat-tempat kelalaian dan tempat-tempat kebingungan.
Menyalahkan Muslimin
Mereka (manusia) tidak mengambil cahaya dari cahaya kebijaksanaannya dan tidak pula menghasilkan nyala dari latu percikan ilmu. Maka dalam hal ini mereka adalah seperti ternak merumput dan batu keras. Namun, hal-hal yang tersembunyi telah muncul bagi mereka yang melihat, wajah kebenaran telah menjadi jelas bagi pengelana, saat yang mendekat telah mengangkat tabir dari wajahnya, dan tanda-tanda telah muncul bagi mereka yang mencarinya.
Ada apa dengan saya! Saya melihat Anda hanyalah jasad-jasad tanpa jiwa dan jiwa tanpa jasad, pengabdi tanpa kebaikan, pedagang tanpa ke-untungan, bangun tetapi tidur, hadir tapi tak nampak, melihat tetapi buta, mendengar tetapi tuli, dan berbicara tetapi bisu.
Saya melihat bahwa kesesatan telah berdiri pada pusatnya dan menyebar (ke mana-mana) melalui benih-benihnya. la menimbang Anda dengan bobotnya dan membingungkan Anda dengan ukurannya. Pemimpinnya adalah orang buangan dari masyarakat. la bersiteguh dalam kesesatan. Maka pada hari itu tak ada di antara Anda yang akan tertinggal kecuali sebagai kerak dalam belanga atau debu yang tertinggal setelah menyapu suatu buntelan. la akan mengikis Anda sebagaimana terkikisnya kulit (hewan), dan memijak Anda sebagaimana dipijaknya tuaian, dan mematuk si mukmin seperti burung mematuk gabah besar di antara gabah kecil.
Ke mana jalan-jalan ini akan membawa Anda, (ke mana) kegelapan menyesatkan Anda, dan (ke mana) kepalsuan menipu Anda? Dari mana Anda dibawa dan ke mana Anda digiring? Bagi setiap masa ada suatu catatan, dan setiap orang yang absen harus kembali. Maka dengarkanlah pemimpin suci Anda dan hadirkanlah hati Anda. Apabila ia berbicara kepada Anda hendaklah Anda bangun. Perintis harus berkata benar kepada rakyatnya, harus memadukan akalnya dan memelihara kehadiran pikiran. la telah menjelaskan kepada Anda urusan itu sebagaimana jelasnya lubang jahitan, dan mengikisnya sebagaimana dikikisnya getah (dari ranting).
Bagaimanapun juga, yang salah telah menempatkan dirinya pada tempat-tempatnya, dan kejahilan telah menunggang hewan tunggangannya. Kekacauan telah meningkat, sedang seruan kebajikan tertekan. Waktu telah memukul seperti hewan buas yang menelan, dan kebatilan sedang berteriak-teriak seperti unta setelah berdiam diri. Manusia telah menjadi bersaudara dalam berbuat buruk, telah melupakan agama, bersatu dalam berbicara bohong tetapi saling membenci dalam urusan kebenaran.
Apabila demikian halnya, anak lelaki akan menjadi sumber kemarahan (ketimbang kesejukan mata bagi orang tua) dan hujan menjadi penyebab kepanasan, yang jahat akan melimpah dan yang baik akan berkurang. Manusia di zaman ini akan menjadi serigala, para pemimpin akan menjadi binatang buas, golongan menengah rakus, sedang yang miskin (hampir) mati. Kebenarn akan menurun, kebatilan membubung, kasih sayang akan diakui dengan lidah tetapi manusia saling bertengkar dalam hati. Penzinaan akan menjadi kunci kepada silsilah, sementara kesucian akan langka, dan Islam akan digunakan terbalik sebagai kulit. •
KHOTBAH 108 Tentang Kekuasaan Allah
Segala sesuatu menyerah kepada-Nya dan segala sesuatu berada karena Dia. la adalah kepuasan setiap orang miskin, kemuliaan orang yang rendah, tenaga bagi yang lemah, dan perlindungan bagi yang tertindas. Barangsiapa bicara, la mendengar bicaranya, dan barangsiapa diam, la mengetahui rahasianya. Pada DiaIah rezeki setiap yang hidup, dan kepada-Nya kembali barangsiapa yang mati.
(Ya, Allah) Mata tidak melihat-Mu untuk dapat mengetahui-Mu, tetapi Engkau ada di hadapan para penggambar ciptaan-Mu. Engkau tidak mencipta karena kesepian, tidak Engkau membuatnya untuk keuntungan. Orang yang Engkau tangkap tak dapat menjauh dari-Mu. Orang yang mem-bangkangi-Mu tidak mengurangi wewenang-Mu, dan orang yang menaati-Mu tidak menambah kekuasaan-Mu. Orang yang tidak menyetujui keputusan-Mu tak dapat memalingkannya, dan orang yang berpaling dari perintah-Mu tak dapat berbuat tanpa Engkau. Setiap rahasia adalah terbuka di hadapan-Mu, dan bagi-Mu setiap absen adalah kehadiran.
Engkau kekal, tak ada akhir bagi-Mu. Engkau adalah tujuan tertinggi, tiada pelarian luput dari-Mu; Engkau adalah (titik kepulangan) yang dijanjikan, dari mana tiada keselamatan kecuali pada-Mu. Dalam tangan-Mu gembok setiap makhluk, dan kepada-Mu tempat kembali semua wujud yang hidup. Mahamulia Engkau! Betapa agung ciptaan-Mu yang kami lihat, tetapi betapa kecil keagungan ini di sisi kekuasaan-Mu. Betapa menakjubkan kerajaan-Mu yang kami lihat, tetapi betapa sederhananya ini dibanding apa yang tersembunyi dari kami dari wewenang-Mu. Betapa luas nikmat-Mu, tetapi betapa kecilnya dibanding nikmat dunia akhirat.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Malaikat
Engkau (ya, Allah) membuat malaikat tinggal di langit-Mu dan menempatkan mereka tinggi di atas dari bumi-Mu. Mereka mempunyai pengetahuan yang paling banyak tentang Engkau dan seluruh ciptaan-Mu, yang paling takwa kepada-Mu, dan yang paling dekat kepada-Mu. Mereka tak pernah berdiam dalam sulbi, tak pernah tertahan dalam kandungan. Mereka tidak diciptakan "dari air yang hina (air mani)". (QS. 32:8; 77:20). Mereka tidak bertebaran oleh pasang surutnya waktu. Mereka berada pada tempat-tempatnya (yang berbeda) dari Engkau dan dalam kedudukan mereka di dekat-Mu. Hasrat mereka berpusat kepada-Mu. Ibadah mereka kepada-Mu banyak. Kelalaian mereka dari perintah-Mu sedikit. Apabila mereka saksikan apa yang tersembunyi tentang Engkau, mereka akan menganggap perbuatan mereka sangat kecil dan mengecam diri mereka sendiri dan akan menyadari bahwa mereka tidak menyembah Engkau menurut hak-Mu untuk disembah dan tidak menaati-Mu sebagaimana hak-Mu untuk ditaati.
Tentang Nikmat dan Petunjuk Allah dan Orang yang Tak Bersyukur
Mahasuci Engkau, Pencipta, Yang Disembah, karena pengadilan-Mu yang baik atas makhluk-makhluk-Mu. Engkau menciptakan rumah (surga) dan menyediakan di dalamnya (keperluan) untuk bersenang-senang, minum, makan, pasangan, pelayan, tempat, sungai, kebun dan buah-buahan. Kemudian Engkau kirimkan seorang rasul yang mengundang ke sana, tetapi orang-orang tidak menyambut penyeru itu, tidak merasa yakin atas apa yang Engkau yakinkan kepada mereka, tidak pula menunjukkan gairah atas apa yang Engkau kehendaki bagi mereka agar mereka gairahi. Mereka meloncati bangkai (dunia ini), mendapatkan malu dengan memakannya dan menjadi bersatu dalam mencintainya.
Bilamana orang mencintai sesuatu, barang itu membutakannya dan memabukkan hatinya. Kemudian ia melihat, tetapi dengan mata yang sakit, mendengar tetapi dengan telinga tak mendengar. Hawa nafsu telah memutuskan akalnya, dan dunia telah mematikan hatinya, sementara pikirannya penuh menghasratkannya. Akibatnya, ia menjadi budaknya dan (budak dari) setiap orang yang turut bersaham di dalamnya. Ke mana saja (hawa nafsu) itu berpaling, ia berpaling kepadanya; dan ke mana saja (hawa nafsu) itu maju, ia maju kepadanya. la tidak dihentikan oleh suatu penahan dari Allah, tidak pula mengambil nasihat dari setiap khatib. Ia melihat orang-orang yang tertangkap dalam kelalaian dari mana tiada jalan mundur dan tiada pula jalan kembali.
Tentang Maut
Segala sesuatu yang mereka abaikan telah menimpa mereka, perpisahan dengan dunia yang dianggapnya aman telah datang kepada mereka, dan mereka telah mendapati di dunia akhirat apa yang telah dijanjikan kepada mereka. Segala yang telah menimpa mereka tak dapat digambarkan. Kepedihan maut dan kesedihan karena kehilangan (dunia ini) telah mengepung mereka. Akibatnya, anggota mereka menjadi lesu dan roma wajah mereka berubah. Kemudian maut meningkatkan perjuangannya atas mereka.
Pada seseorang maut berdiri antara dia dan kemampuannya berbicara, walaupun ia berbaring di kalangan rakyatnya, melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, dengan penuh akal dan kecerdasan. la kemudian memikirkan tentang bagaimana ia menyia-nyiakan hidupnya dan dalam fkegiatan) apa ia melewatkan waktunya. la teringat akan kekayaan yang telah dikumpulkan ketika ia telah membutakan diri dalam mencarinya dan mendapatkannya dari sumber-sumber yang jujur dan yang kotor. Sekarang akibat dari mengumpulkannya telah menyusul. la siap untuk meninggalkannya. (Harta) itu akan tertinggal bagi mereka yang di belakangnya. Mereka akan menikmatinya dan mengambil manfaat darinya.
Itu akan menjadi pendapatan mudah bagi orang-orang lain, tetapi suatu beban di bahunya, dan orang itu tak dapat meluputkan diri darinya. Atasnya ia akan menggigit tangannya dengan gigi karena malu atas apa yang terungkap kepadanya tentang halnya di saat matinya. la tidak akan mengakui apa yang dirakusinya di hari-hari masa hidupnya dan akan menginginkan agar orang yang iri kepadanya dan merasa cemburu kepadanya karena semua itu telah menumpuknya ketimbang dia.
Maut akan terus mempengaruhi badannya hingga kupingnya pun akan berlaku seperti lidahnya (dan tidak berfungsi lagi). Maka ia akan terbaring di antara kaumnya, tidak berbicara dengan lidah dan tidak mendengar dengan telinga. la akan memutar-mutar pandangannya pada wajah-wajah mereka, memperhatikan gerakan-gerakan lidah mereka, tetapi tidak mendengar mereka berbicara. Kemudian maut akan meningkatkan kekuasaannya atasnya, dan pandangannya akan diambil oleh maut sebagaimana telinganya telah diambil, dan roh akan berpisah dari badannya. Maka ia akan menjadi bangkai di antara kaumnya sendiri. Mereka akan merasa sunyi dari dia dan menjauh dari dia. la tidak akan menyertai orang yang berkabung dan menyambut orang yang memanggil. Maka mereka akan membawa dia ke suatu tempat kecil di tanah dan menyerahkan dia ke dalamnya untuk (menghadapi) amal perbuatannya. Mereka berhenti mengunjungi dia.
Tentang Hari Pengadilan
Hingga segala apa yang tertulis seperti diperintahkan mendekati akhirnya, urusan menyempurnakan batas-batasnya yang telah ditentukan, yang kemudian bergabung dengan yang mendahului, dan segala yang dikehendaki Allah terjadi dalam bentuk kebangkitan dari ciptaan-Nya. Kemudian la akan menggoncangkan langit dan membelahnya. la akan menggempakan bumi dan menggoncangkannya. la akan mencabut gunung-gunung dan menyerakkannya. Mereka akan saling bertumbuk karena takjub akan keagungan-Nya dan ketakutan akan Kemuliaan-Nya.
la akan mengeluarkan setiap orang yang ada di dalamnya. la akan menyegarkan mereka setelah mereka keletihan, dan mengumpulkan mereka setelah mereka terpisah. Kemudian la akan memisahkan mereka untuk ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang tersembunyi dan tindakan-tindakan rahasia. Lalu la akan membagi mereka menjadi dua kelompok, mengganjari yang satu dan menghukum yang lain. Mengenai orang yang taat, la akan mengganjari mereka dengan kedekatan-Nya dan akan me-nempatkan mereka selamanya dalam rumah-Nya dari mana orang-orang yang menghuninya tidak keluar. Kedudukan mereka tidak akan mengalami perubahan, takut tidak melanda mereka, keluhan tidak akan menimpa mereka, bahaya tidak akan mengenai mereka, dan perjalanan tidak akan memaksa mereka (dari tempat ke tempat).
Tentang orang-orang yang ahli maksiat, la akan menempatkan mereka di tempat yang terburuk, akan mengikat tangan mereka ke kuduk, mengikat jambul rambut dengan kaki dan akan memakaikan mereka baju aspal dan membusanai mereka dengan nyala api. Mereka akan berada dalam hukuman yang panasnya keras, pintu akan ditutup bagi penghuninya—dalam api yang penuh dengan jeritan dan nyala yang bangkit serta suara-suara ketakutan. Penghuninya tidak bergerak darinya, tahanannya tidak dapat dibebaskan dengan tebusan, dan belenggunya tidak dapat diputuskan. Tidak ada usia tertentu bagi rumah ini untuk dapat musnah, tak ada pula masa bagi kehidupannya yang dapat berlalu.
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi
Beliau memperlakukan dunia ini dengan aib dan memandangnya rendah. Beliau menganggapnya hina dan membencinya. Beliau menyadari bahwa AJlah menjauhkannya dari beliau dengan (suatu) maksud, dan menyebarkannya kepada orang-orang lain dengan jalan menghinanya. Oleh karena itu, beJiau tetap menjauh darinya dengan hatinya, mengucilkan ingatan kepadanya dari pikirannya, dan menghasrat agar perhiasannya akan selalu tersembunyi dari matanya sehingga beliau tidak akan beroleh suatu pakaian darinya atau berharap akan menetap di dalamnya. Beliau menyampaikan dari Allah hujah (terhadap dosa), memanggil (manusia) ke surga sebagai pembawa berita gembira.
Tentang Keturunan Nabi
Kami adalah pohon kenabian, tempat perhentian RisaJah (Ilahi), tempat turunnya malaikat, tambang ilmu dan sumber kebijaksanaan. Para pendukung dan pencinta kami menantikan rahmat, sementara musuh kami dan yang membenci kami menantikan kemurkaan. •
KHOTBAH 109 Tentang Islam
Sarana yang terbaik bagi para pencari kedekatan dengan Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi untuk mencari kedekatan ialah beriman kepada-Nya dan rasul-Nya, berjuang pada jalan-Nya, karena itulah puncak tinggi Islam, dan (beriman) kepada kalimatul-ikhlash (ungkapan kesucian Ilahi) karena itulah watak yang adil, dan mendirikan salat karena (salat) itu adalah (basis) ummah, membayar zakat karena zakat (itu) adalah kewajiban yang fardu, berpuasa pada bulan Ramadan karena hal itu adalah perisai terhadap hukuman, menjalani haji ke Baitullah dan umrahnya karena kedua perbuatan ini membasmi kemiskinan dan mencuci dosa, menghormati kekerabatan karena hal itu meningkatkan kekayaan dan usia panjang, memberi sedekah secara rahasia karena hal itu menutupi kekurangan, memberikan sedekah secara terbuka karena hal itu melindungi diri dari kematian yang buruk, dan berbuat baik (kepada orang) karena hal itu menyelamatkan dari kedudukan yang aib.
Tentang Al-Qur'an dan Sunah
Teruskan zikir (ingatan) kepada Allah karena hal itu adalah ingatan yang terbaik, dan berhasratlah kepada apa yang telah la janjikan kepada orang-orang takwa, karena janji-Nya adalah janji yang paling benar. Melangkahlah pada jalan nabi Anda karena itulah jalan yang paling utama. Ikutilah sunah Nabi karena itulah yang paling benar dari semua perilaku.
Pelajarilah Al-Qur'an karena ia adalah hujah yang paling adil, dan pahamilah ia dengan sempurna karena ia adalah kembang hati yang terbaik. Carilah kesembuhan dengan cahayanya, karena ia adalah obat bagi hati. Bacalah ia dengan indah karena ia adalah riwayat yang paling indah. Sesungguhnya orang berilmu yang tidak beramal bertindak sesuai dengan pengetahuannya adalah ibarat orang jahil yang tak berakal yang tidak terlepas dari kejahilan; tetapi pada yang berilmu, tuntutan Allah lebih besar dan kesedihan lebih melekat, dan ia lebih patut disalahkan di hadapan Allah.
12
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 110 Peringatan tentang Dunia
Amrna ba 'du, sesungguhnya saya menakutkan Anda dari dunia ini karena ia manis dan hijau, dikelilingi oleh hawa nafsu, dan disukai karena kenikmatannya yang segera. la menggugah rasa takjub dengan hal-hal kecil, dan berhiaskan harapan-harapan (palsuj serta dihiasi dengan tipuan. Kenikmatannya tidak bertahan dan nestapanya tak dapat dielakkan. la menipu, memudaratkan, berubah-ubah, akan musnah, akan aus, akan hancur, akan habis dan akan rusak. Bilamana ia mencapai ujung hawa nafsu dari orahg-orang yang cenderung kepadanya dan merasa bahagia dengannya, kedudukan itu hanyalah apa yang dikatakan Allah Yang Mahasuci dan Maha-tinggi di dalam Al-Qur'an,
"... seperti air yang Kami turunkan dari langit, dan tumbuhan di bumi bercampur dengannya, kemudian ia menjadi tunggul yang kering yang diserakkan angin; karena Allah berkuasa atas segala sesuatu. " (QS. 18:45)
Tak ada orang beroleh kenikmatan dari dunia ini melainkan air mata kemudian datang kepadanya, dan tak ada orang yang mendapatkan kesenangannya di depan melainkan menghadapi kesulitan di belakang. Tak ada yang menerima hujan gerimis kemudahan di dalamnya melainkan ia mendapat curahan hujan lebat kepedihan atasnya. Hanyalah pantas dari dunia ini bahwa di pagi hari ia mendukung seseorang tetapi di petang hari ia tidak mengenalnya. Apabila satu sisi darinya manis dan menyenangkan, sisi lainnya pahit dan menyedihkan.
Tak ada orang yang mendapatkan kenikmatan dari kesegarannya melainkan ia harus menghadapi kesulitan dari bencananya. Tak ada orang yang akan melewati petang hari di bawah sayap keselamatannya melainkan pagi harinya akan berada di bawah ujung bulu sayap ketakutan. la menipu, dan semua yang ada di dalamnya adalah tipuan. la akan musnah dan semua yang ada di atasnya akan musnah. Tiada kebaikan dalam rezekinya melainkan takwa. Barangsiapa mengambil sedikit darinya, ia mengumpulkan banyak dari apa yang akan memberikan keselamatan baginya, sedang yang mengambil banyak darinya mengambil banyak dari apa yang menghancurkannya. la akan segera berpisah dari yang dikumpulkannya. Berapa banyak orang yang bersandar kepadanya tetapi ia menyedihkan mereka; (berapa banyak orangj merasa damai dengannya tetapi ia menjungkirkan mereka; berapa banyak orang yang bergengsi tetapi ia menjadikan mereka rendah, dan berapa banyak orang yang bangga tetapi ia menjadikannya hina.
Wewenangnya berubah-ubah. Kehidupannya kotor. Air sejuknya pahit. Manisnya adalah jadam. Makanannya adalah racun. Sarananya lemah, hidup di dalamnya terbuka kepada maut; yang sehat di dalamnya terbuka kepada sakit. Kerajaannya fmungkin akanj direnggut. Yang kuat di dalamnya (mungkin akan) dikalahkan, dan yang kaya (mungkin akan) tertimpa malapetaka. Tetangga di dalamnya (mungkin akan) dirampoki.
Tidakkah Anda (tinggal) di rumah orang-orang yang sebelum Anda, yang berusia lebih panjang, berjejak yang lebih baik, berhawa nafsu yang lebih besar, yang berjumlah lebih banyak dan mempunyai tentara yang lebih besar? Betapa mereka mengabdikan diri kepada dunia dan bagaimana mereka menunjukkan rasa lebih senang kepadanya! Kemudian mereka meninggalkannya tanpa bekal yang dapat menyampaikan mereka ke tujuan atau punggung (hewan tunggangan) untuk membawa mereka.
Apakah Anda mendapat kabar bahwa dunia pernah cukup bermurah hati untuk memberikan tebusan bagi mereka, atau memberikan suatu dukungan, atau memberikan kepada mereka kawan yang baik? la malah menimpakan kepada mereka kesulitan-kesulitan, membuat mereka lesu dengan malapetaka, menganiaya mereka dengan bencana, menelungkupkan mereka pada hidung, metnijak mereka di bawah tapak kakinya, dan me-nolong pasang surutnya waktu terhadap mereka. Kami telah melihat keanehan pada orang-orang yang pergi mendekatinya, mendapatkannya dan menggunakannya, hingga mereka berpisah darinya untuk selamanya. Apakah ia memberikan kepada mereka suatu bekal selain kelaparan, atau membuat mereka tinggal selain pada tempat-tempat sempit, atau memberikan kepada mereka cahaya selain kegelapan, atau memberikan kepada mereka sesuatu selain penyesalan pada akhirnya? Apakah ini yang banyak Anda minta atau Anda puas dengannya, atau ke arah mana Anda merasa tamak? Betapa buruknya kediaman ini baginya; ia tak mencurigai (seperti ituj dan tidak merasa takut padanya!
Seharusnya Anda tahu, sebagaimana Anda tahu, bahwa Anda akan meninggalkannya dan berpisah darinya. Sementara di dalamnya, ambillah pelajaran dari orang-orang yang menyombongkan diri, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami", (QS. 41:15) tetapi mereka dibawa ke kuburnya, namun bukan sebagai penunggang. Mereka kemudian ditinggalkan di kubur, tetapi bukan sebagai tamu. Kubur dibuatkan bagi mereka dari permukaan tanah. Kafan mereka terbuat dari tanah. Tulang-tulang tua dijadikan tetangga mereka. Mereka adalah tetangga yang tidak menyambut pemanggil dan tidak pula menjauhkan kesukaran, tidak juga mempedulikan orang yang berkabung.
Apabila mereka mendapatkan hujan, mereka tidak bahagia. Mereka bersama-sama, tetapi masing-masing terpisah. Mereka berdekatan tetapi tidak saling melihat. Mereka dekat tetapi tidak bertemu. Mereka sabar dan tidak mempunyai kebencian. Mereka jahil, dan kedengkian mereka telah padam. Tidak ada ketakutan terhadap kesusahan dari mereka dan tidak ada harapan bahwa mereka akan menjauhkan (kesusahan). Mereka telah menukarkan punggung (permukaan) bumi dengan perutnya (bagian dalam), kelapangan dengan kesempitan, keluarga dengan kesepian, cahaya dengan kegelapan. Mereka telah datang kepadanya (dunia ini) sebagaimana mereka meninggalkannya, dengan kaki telanjang dan badan telanjang. Mereka berpisah darinya dengan amal perbuatan mereka, kepada kehidupan yang melanjut dan rumah yang abadi, sebagaimana telah dikatakan Allah,
"Sebagaimana Kami mernulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti, sesungguhnya Kamilah yang akan rnelaksanakannya. " (QS. 21:104) •
KHOTBAH 111 Tentang Malaikat Maut dan Ruh yang Berpisah
Apakah Anda merasa apabila malaikat maut memasuki sebuah rumah, atau apakah Anda melihat bilamana ia mengambil nyawa seseorang? Bagaimana ia mencabut nyawa dari janin di dalam kandungan ibunya? Apakah ia mencapainya melalui suatu bagian dari badannya, atau ruh menjawab panggilannya dengan izin Allah? Atau, apakah ia tinggal bersamanya di dalam rahim ibu? Betapa orang yang tak sanggup menggambarkan suatu makhluk seperti ini akan menggambarkan Allah! •
KHOTBAH 112 Tentang Dunia ini dan Manusianya
Saya peringatkan Anda tentang dunia karena ia adalah kediaman yang tak tetap. la bukan rumah untuk tempat merumput. la telah menghias diri dengan tipuan dan menipu dengan hiasannya. la adalah rumah yang rendah di hadapan Allah. Maka la mencampur yang halalnya dengan haramnya, kebaikannya dengan keburukannya, kehidupannya dengan matinya, dan manisnya dengan pahitnya. Allah tidak menjauhkannya bagi pencinta-Nya, tidak pula la kikir dengan itu kepada musuh-musuh-Nya. Kebaikannya jarang. Keburukannya selalu siap. Koleksinya akan mengecil. Wewenangnya akan direbut. Kediamannya akan menghadapi kesepian. Apakah yang baik dalam rumah yang runtuh seperti bangunan yang jatuh, atau dalam usia yang berakhir ketika perbekalan habis, atau dalam waktu yang berlalu seperti berjalan?
Masukkanlah segala apa yang telah diwajibkan Allah pada Anda dalam permintaan Anda. Mintalah kepada-Nya pemenuhan atas apa yang la minta Anda melakukannya. Buatlah telinga Anda mendengar seruan kematian sebelutn Anda dipanggil oleh maut. Sesungguhnya hati orang-orang yang sederhana menangis di dunia ini sekalipun mereka mungkin tertawa (pada lahirnyal, dan kesedihan mereka bertambah walaupun nampaknya mereka bahagia. Kebencian mereka bagi diri mereka sendiri banyak, walaupun mereka mungkin diiri karena rezeki yang diberikan kepada mereka. Ingatan akan maut telah lenyap dari hati Anda, sementara harapan-harapan palsu hadir pada diri Anda. Maka dunia ini telah menguasai Anda lebih dari dunia yang akan datang, dan akhir yang segera (dari dunia ini) telah menjauhkan Anda dari akhir yang jauh (dari kehidupan yang akan datang). Anda bersaudara dalam agama Allah. Watak yang kotor dan kesadaran yang buruk telah memisahkan Anda. Akibatnya, Anda tidak saling (membantu) memikul beban, tidak pula saling menasihati, tidak pula saling memberi, tidak juga saling mencinta.
Ada apa dengan Anda, sehingga Anda merasa puas dengan sedikit yang Anda peroleh dari dunia ini, sementara banyak dari dunia yang akan datang yang terhapus dari Anda tidak menyedihkan Anda? Yang sedikit dari dunia ini yang (untuk itu) Anda menderita sakit demikian banyaknya sehingga ia menjadi nampak pada wajah Anda, dan dalam ketiadaan sabar Anda atas apa saja yang diambil dari Anda, seakan dunia ini adalah kediaman Anda yang kekal, dan seakan kekayaannya menetap pada Anda selama-lamanya. Tak ada yang mencegah seseorang di antara Anda untuk mengungkapkan kepada temannya kekurangan-kekurangan yang ia takuti, kecuali ketakutan bahwa teman itu juga akan mengungkapkan kepadanya kecelaan yang sama. Anda telah memutuskan bersama-sama dalam meninggalkan dunia yang akan datang dan mencintai dunia ini. Agama Anda telah menjadi sekadar menjilat dengan lidah, seperti pekerjaan orang yang telah menyelesaikan pekerjaannya dan mendapatkan kepuasan dari majikannya. •
KHOTBAH 113 Tentang Zuhud, Takwa kepada Allah dan Pentingnya Persediaan Bekal untuk Kehidupan Akhirat
Segala puji bagi Dia yang membuat pujian diikuti oleh rahmat, dan rahmat diikuti dengan syukur. Kami memuji-Nya atas nikmat-Nya. Kami mencari pertolongan-Nya terhadap hati-hati ini yang lamban menaati apa yang dianjurkan kepada mereka tetapi cepat kepada apa yang ditegah dari mereka. Kami mencari keampunan dari apa yang diliputi pengetahuan-Nya dan dipelihara catatan-Nya yang tiada membiarkan apa pun, dan catatan yang tidak meninggalkan sesuatu pun. Kami beriman kepada-Nya seperti iman orang yang telah melihat yang gaib dan telah mencapai ganjaran yang dijanjikan—iman yang kesuciannya mencegah dari kepercayaan akan se-kutu bagi Allah, dan yang keyakinannya menyingkirkan keraguan.
Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, Yang tiada serikat bagi-Nya; dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, semoga Allah memberi salawat dan salam kepada beliau dan keturunannya. Kedua penyaksian ini meninggikan ucapan dan mengangkat amal. Neraca di mana mereka akan ditempatkan tidak akan ringan, sementara neraca dari mana mereka disingkirkan tidak akan menjadi berat.
Menganjurkan Manusia Bertakwa
Wahai para hamba Allah! Saya nasihati Anda supaya bertakwa kepada Allah yang merupakan bekal (bagi dunia akhirat) dan bersama itu kembalinya Anda. Bekal itu akan membawa Anda (ke tujuan) dan kembalinya akan beruntung. Orang yang terbaik, yang mampu membuat manusia mendengarkan, telah memanggil ke arahnya, dan pendengar yang terbaik telah mendengarkannya. Maka si penyeru telah memaklumkan dan si pendengar telah mendengarkan dan mencamkan.
Wahai para hamba Allah! Sesungguhnya takwa kepada Allah telah menyelamatkan para pencinta Allah dari hal-hal yang haram dan memberikan pada hati mereka ketakutan kepada-Nya hingga malam-malam mereka dilewatkan dalam jaga dan siang mereka dalam haus. Maka mereka mendapatkan hiburan melalui kesusahan dan banyak pengairan melalui haus. Mereka memandang maut dekat dan karenanya mereka bergegas kepada amal perbuatan (baik). Mereka menolak hawa nafsunya dan dengan demikian mereka menahan maut daiam penglihatannya.
Kemudian, dunia ini adalah tempat kehancuran, percobaan, perubahan dan pelajaran. Tentang kehancuran, waktu telah menekan busurnya (agar siaga) dan panahnya tidak meleset, lukanya tak akan sembuh; ia menimpakan maut kepada yang hidup, kepada yang sehat dengan sakit, dan kepada yang aman dengan kesedihan. la adalah pemakan yang tak pernah kenyang dan peminum yang hausnya tak terpuaskan. Tentang percobaan, orang mengumpulkan apa yang tidak dimakannya dan membangun di mana ia tidak tinggal. Kemudian ia pergi kepada Allah Yang Mahatinggi tanpa membawa kekayaan atau memindahkan bangunan itu.
Tentang perubahan-perubahannya, Anda melihat orang yang patut dikasihani menjadi forang yang) diiri, dan orang yang patut diiri menjadi yang patut dikasihani. Ini adalah karena harta telah pergi dan petaka telah datang kepadanya. Tentang pelajarannya, seorang sampat ke dekat (pewujudan) hawa nafsunya ketika (tiba-tiba) ajalnya memutuskannya; kemudian nafsu tidak tercapai sedang penghasratnya tidak diselamatkan. Mahasuci Allah, betapa menipunya kesenangan dunia, betapa menghauskan pemenuhan dahaganya, dan betapa panas naungannya. Maut yang mendekat tak dapat disuruh pulang, yang pergi tak akan kembali. Mahasuci Allah, betapa dekat yang hidup kepada yang mati, karena ia akan segera menemuinya, dan betapa jauhnya yang mati dari yang hidup karena ia telah pergi darinya.
Sesungguhnya tak ada yang lebih buruk selain hukumannya, dan tak ada yang lebih baik selain ganjarannya. Di dunia ini segala sesuatu yang didengar lebih baik dari yang dilihat, sedang tentang segala sesuatu dari dunia yang akan datang, yang dilihat lebih baik dari yang didengar. Maka Anda seharusnya puas dengan mendengar ketimbang melihat, dan dengan kabar dari yang gaib. Anda harus mengetahui bahwa yang sedikit di dunia ini tetapi banyak di akhirat lebih baik daripada yang banyak di dunia ini tetapi sedikit di akhirat. Dalam berapa banyak hal, yang sedikit lebih menguntungkan sedang yang banyak menyebabkan kerugian.
Sesungguhnya apa yang telah diperintahkan kepada Anda lebih luas dan apa yang dilarang dari Anda, dan yang halal bagi Anda lebih banyak dari yang dilarang. Maka tinggalkanlah apa yang kurang detni yang banyak, dan yang terbatas demi yang amat luas. Allah telah menjamin rezeki Anda dan telah memerintahkan Anda untuk beramal. Maka dari itu, memburu apa yang telah dijamin bagi Anda tidak seharusnya diutamakan atas yang pelaksanaannya telah diperintahkan kepada Anda.
Tetapi, demi Allah, sesungguh-sungguhnya keraguan telah mengambil alih dan kepastian telah dihancurkan, dan nampaknya seakan-akan apa yang telah dijaminkan kepada Anda adalah wajib bagi Anda dan apa yang diwajibkan kepada Anda telah disingkirkan dari Anda. Maka, bergegaslah kepada amal (baik) dan takutilah mendadaknya maut, karena kembalinya usia tak dapat diharapkan, sedang kembalinya rezeki dapat diharapkan. Apa saja yang luput dari rezeki hari ini dapat diharapkan besok dengan bertambah, tetapi segala yang hilang dari waktu kemarin, tak dapat diharapkan kembalinya hari ini. Harapan hanya boleh pada apa yang akan datang, sedang tentang apa yang telah berlalu hanya ada kekecewaan. Maka, "Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-sebenar takwa kepada-Nya; danjanganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. 3:102) ?
KHOTBAH 114 Meminta Hujan
Ya Allah, Tuhanku! Sesungguhnya bukit-bukit kami telah kering dan bumi kami telah berdebu. Ternak kami kehausan dan kebingungan dalam lingkungannya. Mereka meratap sebagai meratapnya ibu-ibu atas (kematian) putra mereka. Mereka telah kelelahan akan pergi ke padang dan menghasratkan tempat minumnya. Ya Allah, Tuhanku! Kasihanilah rintihan dari yang merintih, dan kerinduan dari yang merindu. Ya Allah, Tuhanku! Kasihanilah atas kebingungan mereka dan lalu-lalang mereka, dan rintihan mereka di pelataran-pelatarannya.
Ya Allah, Tuhanku! Kami datang kepada-Mu ketika tahun-tahun kemarau telah mengerumuni kami seperti (kawanan) unta kurus, dan awan hujan telah meninggalkan kami. Engkau adalah harapan bagi yang terlanda derita, dan pertolongan bagi yang mencari. Kami berseru kepada-Mu ketika manusia telah kehilangan harapan, awan telah ditolakkan dan ternak telah mati, janganlah kiranya mencekam kami atas perbuatan kami dan janganlah mencengkam kami karena dosa-dosa kami, dan sebarkanlah belas kasihan-Mu kepada kami melalui awan hujan, penguncupan karena hujan, tumbuh-tumbuhan yang menakjubkan, dan hujan lebat dengan apa semua yang mati beroleh kehidupan lagi dan semua yang telah hilang kembali lagi.
Ya Allah, Tuhanku! Berikanlah hujan dari-Mu yang akan menghidupkan, memuaskan, sempurna, tersebar luas, suci, membawa berkat, melimpah dan menguatkan. Tumbuhannya akan subur, cabang-cabangnya penuh buah dan daun-daunnya hijau. Dengan itu Engkau menguatkan yang lemah di antara makhluk-makhluk-Mu dan menghidupkan kembali yang mati di antara kota-kota-Mu.
Ya Allah, Tuhanku! Berikanlah hujan dari-Mu yang akan menutupi tanah-tanah tinggi kami dengan tumbuhan hijau, sungai-sungai mengalir, sekitar kami menghijau, buah-buahan kami subur, ternak kami makmur, daerah kami yang membentang luas diairi, dan daerah-daerah kering kami mendapatkan manfaatnya, dengan berkat-Mu yang mahaluas dan anugerah-Mu yang tak terukur pada alam semesta-Mu yang kesedihan, dan hewan-hewan-Mu yang tak dijinakkan. Dan curahkanlah hujan kepada kami yang membasahkan, menerus dan lebat; di mana satu putaran hujan berbentrokan dengan yang lainnya, dan satu tetesan hujan mendorong yang lainnya (menjadi hujan yang berkelanjutan), janganlah kiranya petirnya menipu, janganlah awannya tanpa hujan, awan-awan putihnya tidak bertebaran dan hujan tidak ringan, sehingga yang terlanda kelaparan hidup subur lagi dengan berkatnya. Sesungguhnya Engkau mencurahkan hujan setelah umat kehilangan harapan, dan membentangkan rahmat-Mu, karena Engkau adalah Pemelihara yang patut dipuji.
Sayid Radhi berkata: Ungkapan-ungkapan yang menakjubkan dari khotbah ini: kata-kata Amirul Mukminin "inshâhat jibâlunâ" berarti gunung-gunung retak karena kekeringan. Dikatakan "inshâhats-tsaub" bilamana pakaian robek. Dikatakan "inshâhan-nabtu" atau "shâha" atau "shawwaha" apabila tumbuhan layu dan mengering.
Kata-katanya "wa hâmat dawâbbuna" berarti menjadi haus, sedang "huyâm " berarti haus.
Kata-katanya "hadâbirus-sinîn ". Ini jamak dari "hidbâr", yang berarti unta yang telah dikuruskan oleh melangkah. Jadi, Amirul Mukminin menyerupakan dengan yang seperti itu, atau unta, tahun di mana kekeringan itu terjadi. Penyair Arab, Dzu ar-Rummah telah berkata:
Unta-unta kurus ini di tempat-tempat mereka
Menghadapi kesukaran-kesukaran dan hanya bergerak
Ketika kami membawa mereka ke suatu tempat kering.
Kata-katanya "wa Iâ gaza'in rabâhuhâ". Di sini "al-qaza"' berarti penggalan-penggalan kecil awan yang bertebaran di mana-mana.
Kata-katanya "wa Iâ syaffânin dzihâbuhâ" berarti "wa Iâ dzâta syaffânin dzihâbuhâ"; "asy-syaffân" berarti angin dingin dan "adz-dzihâb" berarti hujan ringan. la meninggalkan kata "dzâta" dari sini karena pendengar mengetahuinya. •
KHOTBAH 115 Tentang Kesusahan yang Akan Timbul di Hari Pengadilan
Allah mengutus (Nabi) sebagai penyeru kepada Kebenaran dan saksi atas makhluk. Nabi menyampaikan pesan-pesan Allah tanpa bermalas-malas dan tanpa kekurangan, dan beliau memerangi musuh-musuh beliau tanpa lesu dan tanpa berdalih. Beliau paling utama di antara orang-orang yang takwa dan yang berkemampuan melihat semua yang mendapat petunjuk.
Bagian dari Khotbah yang Sama Mengeluh tentang Orang-orangnya
Apabila Anda ketahui apa yang saya ketahui tentang yang gaib, yang tertutup dari Anda, tentulah Anda telah pergi ke tempat terbuka sambil meratap dan memukul-mukul diri Anda dalam kesedihan, dan Anda akan sudah meninggalkan harta Anda tanpa penjagaan baginya atau gantian apa pun terhadapnya. Maka setiap orang akan mengurus dirinya sendiri tanpa memperhatikan siapa pun lainnya. Tetapi Anda telah melupakan apa yang diingatkan kepada Anda dan merasa aman dari apa yang telah diperingatkan kepada Anda. Akibatnya, gagasan-gagasan Anda tersesat dan urusan Anda tercerai-berai.
Saya berhasrat kiranya Allah menyebabkan perpisahan antara saya dan Anda, dan memberikan kepada saya orang-orang yang lebih berhak berada bersama saya ketimbang Anda. Demi Allah, mereka adalah kaum yang bergagasan penuh berkah, kebijaksanaan yang bertahan, dan pembicaraan yang benar. Mereka menjauh dari durhaka. Mereka melangkah maju pada jalan (Allah) dan berlari di jalan tinggi. Akibatnya, mereka mencapai kehidupan akan datang yang abadi dan kemuliaan yang lapang.
Hati-hatilah! Demi Allah, seorang laki-laki tinggi yang bergaya melenggang dari Bani Tsaqif akan ditempatkan di atas Anda. la akan memakan habis tanaman-tanaman Anda dan melarutkan lemak Anda. Maka, wahai Aba Wadzahah, itukah semuanya?
Sayid Radhi berkata: "Al-wadzahah" berarti "al-khunfusâ’ (kembang kotoran). Dalam kalimat ini Amirul Mukminin merujuk kepada Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi dan ia mengalami insiden dengan "al-Khunfusa', yang tak perlu diceritakan di sini.* •
* Detail insiden ini ialah bahwa pada suatu hari al-Hajjâj berdiri untuk salat ketika al-Khunfusâ' maju kepadanya. Al-Hajjaj mengulurkan tangannya untuk menghentikannya tetapi ia menggigitnya sehingga tangan itu bengkak dan akhirnya ia mati karenanya.
Ibn Abil Hadid telah menulis bahwa "al-wadzahah" berarti kotoran hewan yang tertinggal pada ekornya, dan nama julukan ini dimaksudkan untuk menghinanya.
KHOTBAH 116 Menolak Orang Kikir
Anda tidak membelanjakan harta pada jalan Dia Yang memberikannya, tidak pula Anda mempetaruhkan nyawa Anda demi Dia Yang menciptakannya. Anda menikmati kehormatan melalui Allah di antara makhluk-makhluk-Nya. Anda harus mengambil pelajaran dari hal Anda menempati tempat-tempat dari orang-orang yang sebelum Anda dan dari perpisahan dengan saudara-saudara Anda yang terdekat. •
KHOTBAH 117 Dalam Memuji Sahabat-sahabatnya yang Setia
Anda adalah pendukung Kebenaran dan saudara dalam iman. Anda adalah perisai pada hari pembalasan, dan pengemban amanat (saya) di antara orang-orang lainnya. Dengan dukungan Anda saya menghantam orang yang melarikan diri, dan mengharapkan ketaatan dari dia yang maju. Oleh karena itu, ulurkan kepada saya dukungan yang bebas dari tipuan dan suci dari keraguan, karena, demi Allah, sayalah yang paling disukai dari semua orang. •
KHOTBAH 118 Amirul Mukminin mengumpulkan rakyat dan memerintahkan mereka berjihad, tetapi mereka lama diam.[1] Lalu ia mengatakan: "Ada apa dengan Anda? Apakah Anda telah menjadi bisu?" Sekelompok dari mereka menjawab, "Waliai, Amirul Mukminin, apabila Anda maju, kami akan pergi bersama Anda." Atasnya Amirul Mukminin berkata:
Apa yang telah terjadi pada Anda? Mungkin Anda tidak terbimbing dengan lurus atau tidak diturijuki jalan yang benar. Haruskah dalam keadaan seperti ini saya maju pergi? Sesungguhnya, pada saat ini salah satu dari yang berani dan satria di antara Anda yang saya pilih harus pergi. Tidak patut bagi saya meninggalkan tentara, kota, baitul mal, pajak bumi, pelaksanaan keadilan di kalangan muslimin dan mengurusi tuntutan dari para pengaduh, dan mengikuti satu pasukan sesudah lainnya bergerak di sini dan di sana seperti panah tak berbulu bergerak dalam wadah anak panah.
Saya adalah poros gilingan. la berputar pada saya sementara saya tetap dalam kedudukan saya. Segera setelah saya meninggalkannya, pusat perputarannya akan terganggu dan batunya yang bawah pun akan terganggu. Demi Allah, itu satu nasihat yang paling buruk. Demi Allah, sekiranya saya tidak mengharapkan kematian syahid oleh pertarungan saya dengan musuh—dan pertemuan saya dengan dia telah ditentukan—maka tentulah saya sudah mengambil pengangkut saya dan pergi dari Anda dan akan tidak mencari Anda selama utara dan selatan berbeda.
Tak ada manfaat dalam banyaknya jumlah Anda, karena tak adanya persatuan hati Anda. Saya telah menaruh Anda pada jalan yang terang di mana tiada seorang pun akan lenyap kecuali yang lenyap dengan sendirinya. Barangsiapa bersiteguh padanya akan mencapai surga, dan yang menyimpang akan pergi ke neraka. •
[1] Setelah pertempuran Shiffin, ketika pasukan Mu'awiah mulai menyerang berbagai tempat dalam wilayah Amirul Mukminin, ia meminta kepada orang-orang 'Iraq untuk mencegah mereka, tetapi mereka menolak dengan dalih bahwa mereka akan mengikuti dia apabila ia sendiri maju. Karena itu ia mcngucapkan pidato ini, dan menjelaskan batasan-batasannya, bahwa apabila ia sendiri keluar maka tak mungkin mengurusi urusan negara, dan bahwa serangan-serangan musuh telah dimulai pada semua sisi. Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin membiarkan pusat tanpa pengawalan. Tetapi, apalah yang dapat diharapkan dari orang-orang yang mengubah kemenangan di Shiffin menjadi kekalahan dan membuka pintu bagi serangan-serangan ini.
KHOTBAH 119 Tentang Kebesaran Ahlulbait dan Pentingnya Syariat Islam
Demi Allah, saya mempunyai pengetahuan tentang penyampaian pesan, pemenuhan janji dan tentang seluruh ungkapan. Kami Ahlulbait mempunyai pintu-pintu kebijaksanaan dan cahaya pimpinan. Ingatlah bahwa jalan-jalan agama adalah satu, dan jalan-jalannya lurus. Orang yang mengikutinya mencapai dan mendapatkan (tujuan). Orang yang menjauh darinya tersesat dan mendapat penyesalan.
Beramallah demi hari yang untuk itu perbekalan disimpan, dan ketika niat-niat akan diuji. Apabila pikiran seseorang yang ada padanya sendiri tidak menolongnya, kecerdasan (orang lain) yang jauh darinya lebih tak bermanfaat. Takutilah api yang nyalanya keras, yang rongganya dalam, yang busananya besi dan minumannya nanah berdarah. Hati-hatilah! Nama baik[1] seseorang yang dipelihara oleh Allah Yang Mahamulia di antara manusia adalah lebih baik daripada kekayaan yang diwariskan oleh orang-orang yang tidak akan memujinya. •
[1] Apabila seseorang menafkahkan sesuatu dalam masa hidupnya maka orang yang menerimanya akan merasa wajib (berterima kasih) kepadanya. Tetapi, apabila kekayaan diambil dengan kekerasan maka yang mengambilnya tidak merasa berkewajiban kepadanya, tidak pula ia akan memujinya. Demikian pula halnya dengan orang yang mati. Penggantinya berpikir bahwa segala yang telah ditinggalkannya adalah hak mereka, dan mereka harus menerimanya. Dalam hal ini tak ada kewajiban darinya untuk diakui. Tetapi, apabila ia telah melakukan suatu kebaikan dengan kekayaan itu, namanya akan tertinggal dan orang pun akan memujinya. Sebuah syair Parsi mengatakan:
Berbahagialah orang yang diingat baik setelah ia pergi,
karena tak ada selain nama yang tertinggal setelah mati.
KHOTBAH 120 Seorang lelaki di antara para sahabat Amirul Mukminin berdiri seraya berkata, "Hai Amirul Mukminin, mula-mula Anda melarang kami dari bertahkim, dan setelah itu memerintahkannya. Kami tak tahu mana dari keduanya yang lebih sesuai." Amirul Mukminin memukulkan satu tangan ke tangan lain lalu berkata:
Ini upah orang yang melanggar baiat. Demi Allah, ketika saya memerintahkan Anda untuk menaati tahkim, saya telah memimpin Anda ke suatu hal yang tidak diinginkan di mana Allah telah memerintahkan kebaikan. Sekiranya Anda telah bersabar, tentu saya sudah membimbing Anda; apabila Anda telah terbungkuk, saya sudah meluruskan Anda. Ini adalah jalan yang paling pasti. Tetapi, dengan siapa dan kepada siapa? Saya menghendaki pengobatan dari Anda, tetapi ternyata Anda adalah penyakit saya, seperti pencabut duri dengan duri ketika ia mengetahui bahwa duri itu membengkok ke arahnya (duri itu) sendiri.
Tuhanku, para tabib telah mengecewakan keluhan sakit fatal ini dan penimba air telah letih dengan tali dari sumur ini. Di mana mereka yang diundang kepada Islam dan telah menerimanya?[1] Mereka membaca Al-Qur'an dan memutuskan sesuai dengan itu. Mereka disuruh bertempur dan mereka melompat fke sana) seperti unta-unta betina meloncat ke arah anak-anaknya. Mereka mencabut pedang mereka dari sarungnya dan keluar ke dunia dalam kelompok dan barisan. Sebagian dari mereka gugur dan sebagian tetap hidup. Berita baik tentang keluputan dari maut tidak menyenangkan mereka, tidak pula mereka mendapatkan ucapan turut berduka-cita tentang orang yang mati. Mata mereka telah putih dengan menangis. Perut mereka telah menipis karena berpuasa. Lidah mereka telah kering karena (terus) berdoa. Warna mereka telah pucat karena jaga. Wajah mereka mengandung debu takwa karena Allah. Ini para sahabat saya yang telah pergi. Kita seharusnya dibenarkan apabila kita merasa rindu pada mereka dan menggigit tangan kita dalam perpisahan mereka.
Sesungguhnya iblis telah memudahkan jalan-jalannya bagi Anda dan hendak mengorakkan ikatan agama satu demi satu untuk menyebabkan perpecahan di antara Anda, ketimbang persatuan. Menjauhlah dari gagasan dan rayuan jahatnya, dan terimalah nasihat baik dari orang yang menawar-kannya kepada Anda, dan peliharalah itu dalam pikiran Anda. •
[1] Walaupun semua yang berjuang di bawah panji-panji Amirul Mukminin disebut Syi'ah Ali, namun hanya mereka yang mempunyai air mata, wajah pucat, ayat Al-Qur'an di lidah, gairah agama di hati, keteguhan di kakinya, tekad dan keberanian dalam jiwanya, dan kesabaran dan ketabahan dalam pikiran, yang dalam pengertian sesungguhnya patut dinamakan Syi'ah Ali. Ini adalah orang-orang yang perpisahannya menimbulkan perasaan Amirul Mukminin muncul dalam bentuk keluhan melalui nafas, sementara nyala api perpisahan membakar hati dan jiwanya. Inilah orang-orang yang meloncat ke arah maut seperti orang beringas, dan tidak merasa bahagia apabila mereka tak mati (syahid). Malah, semboyan hati mereka adalah seperti yang dikatakan seorang fakir Persi,
"Kami malu mengapa kami masih hidup."
Hanya orang yang memiliki kecerlangan sitat-sifat ini, walaupun sedikit, yang dapat disebut Ahlulbait Nabi atau Syi'ah 'Ali; bila tidak demikian maka kata itu telah kehilangan makna dan dirampoki kemuliaannya oleh penyalahgunaan. Menurut riwayat, Amirul Mukminin melihat sekelompok orang lelaki di pintu rumahnya lalu bertanya kepada Qanbar siapa mereka itu, dan ia menjawab bahwa mereka itu syi'ah-nya ('Ali). Ketika mendengar ini dahi Amirul Mukminin berkerut seraya mengatakan, "Mengapa mereka dinamakan Syi'ah'.'" Atasnya Qanbar bertanya apakah tanda-tanda Syi'ah, dan Amirul Mukminin menjawab:
Perut mereka tipis karena lapar,
lidah mereka kering karena haus,
mata mereka suram karena menangis.
KHOTBAH 121 Ketika orang-orang Khariji bersikeras menolak Tahkim, Amirul Mukminin pergi ke barisan mereka seraya berkata:
Apakah Anda semua hadir di Shiffin?[1]
Mereka menjawab bahwa sebagian dari mereka ada, tetapi sebagian tidak. Amirul Mukminin berkata:
Maka berbagilah Anda dalam dua kelompok. Satu (kelompok) yang hadir di Shiffin, dan yang lain (kelompok) yang tidak hadir di sana, supaya dapat saya berbicara kepada masing-masingnya menurut yang saya anggap cocok.
Kemudian ia berbicara kepada orang-orang itu:
Berhentilah berbicara dan tenanglah untuk mendengarkan apa yang saya katakan. Palingkan hati Anda kepada saya. Barangsiapa yang kami mintai bukti, haruslah ia memberikannya menurut pengetahuannya tentang itu.
Kemudian ia bercakap-cakap lama dengan mereka, di mana ia berkata:
Ketika mereka telah mengangkat Al-Qur'an dengan cara menipu, licik, pura-pura dan mengicuh, tidakkah Anda mengatakan, "Mereka adalah saudara-saudara kita dan teman kita dalam menerima Islam. Mereka menghendaki kita berhenti bertempur dan meminta perlindungan melalui Kitab Allah Ta'ala. Pendapat kami ialah menyetujui mereka dan mengakhiri kesusahan mereka." Lalu saya katakan kepada Anda, "Dalam urusan ini bagian lahirnya adalah iman tetapi bagian dalamnya adalah permusuhan. Permulaannya adalah belas kasihan, sedang akhirnya adalah penyesalan. Karenanya, Anda harus bersiteguh pada sikap Anda, dan tetap teguh di jalan Anda. Anda harus menekankan gigi Anda (meletakkan seluruh kekuatan Anda) dalam jihad dan tak boleh mempedulikan teriakan orang yang berteriak itu.[2] Apabila ia dijawabi maka ia akan menyesatkan, tetapi apabila ia dibiarkan (tak menjawab), ia akan terhina."
Maka ketika hal tahkim ini dilakukan, saya dapati Anda menyetujuinya. Demi Allah, sekiranya saya telah menolaknya, itu bukanlah wajib bagi saya, Tidak pula Allah akan menimpakan dosanya kepada saya. Dan demi Allah, sekarang setelah saya menerimanya, saya sendiri orang yang berhak yang harus diikuti, karena sesungguhnya Al-Qur'an bersama saya. Saya tak pernah meninggalkannya sejak saya menerima persahabatannya. Kami bersama Nabi dalam pertempuran di mana orang-orang yang terbunuh adaJah ayah, anak, saudara dan saling berfamili. Walaupun demikian, setiap kesusahan dan kesukaran hanya meningkatkan iman kami, langkah kami pada jalan yang benar, dalam penyerahan kepada pemerintah (llahi) dan dalam ketabahan menanggung sakitnya luka.
Sekarang kita terpaksa harus memerangi sesama saudara kita dalam Islam karena penyelewengan, kecurangan, keraguan dan penakwilan (yang salah) telah masuk mencemari Islam. Namun, apabila kita dapati suatu jalan di mana Allah mungkin mengumpulkan kita semua dari keadaan kita yang tak tertib ini, yang dengan itu kita dapat saling mendekat dalam kebersamaan apa saja yang tertinggal di antara kita, kami akan menerimanya dan akan mengesampingkan segala sesuatu lainnya. •
[1] lbn Abil Hadid menulis bahwa khotbah ini meliputi tiga bagian yang tidak padu satu sama lainnya, karena Sayid Radhi memilih beberapa bagian dari khotbah Amirul Mukminin dan tidak mencatat bagian-bagian lainnya, sehingga kesinambungan ucapan tak terpelihara. Maka, satu bagian berakhir pada "apabila ia dibiarkan tak berjawab ia akan terhina", yang lainnya pada "dan dalam ketabahan sakitnya menanggung luka", dan yang ketiga berlanjut hingga ke akhir khotbah.
[2] Rujukannya ialah kepada Mu'awiah atau 'Amr ibn "Ash.
KHOTBAH 122 Amirul Mukminin berkata kepada para pengikutnya di medan pertempuran Shiffin tentang mendukung yang lemah dan berhati kecil dalam pertempuran
Barangsiapa di antara Anda yang merasa bersemangat dalam pertempuran dan mendapatkan seseorang di antara rekannya berkecil hati, haruslah menyingkirkan (musuh) dari (rekan)-nya itu sama sebagaimana ia akan menyingkirkannya dari dirinya sendiri, karena keunggulan yang dipunyainya atas yang lain; sebab, apabila Allah telah menghendakinya, maka tentulah la sudah membuat orang itu juga seperti dia. Sesungguhnya maut adalah pencari yang cepat. Yang sabar tak luput darinya, pelari tak dapat menantangnya. Kematian yang terbaik ialah mati syahid. Demi Allah yang di tangan-Nya terletak (kekuatan) anak Abu Thalib, pastilah seribu pukulan pedang atas diri saya lebih enak bagi saya daripada mati di ranjang dalam keadaan tidak taat kepada Allah.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Seakan-akan saya melihat Anda mengeluarkan suara-suara seperti bunyi desau kadal. Anda tidak mencari hak-hak Anda sendiri, tidak pula Anda bertahan melawan penindasan. Anda telah dibiarkan bebas di jalan. Orang yang bergegas (ke dalam pertempuran) mendapatkan keselamatan, sedang yang tertinggal dengan ragu-ragu, mendapatkan kehancuran
KHOTBAH 123 Menyuruh Pengikutnya Berperang[1]
Tempatkan orang yang berzirah di depan dan tahanlah orang yang tak berzirah di belakang. Katupkan gigi Anda kuat-kuat karena hal itu akan menggelincirkan pedang dari tulang kepala Anda, dan menepis sisi tombak, karena fhal) itu akan mengubah arah sisi tajamnya. Tundukkan mata karena hal itu menguatkan jiwa dan menenteramkan hati. Matikan suara-suara karena (Hal) ini akan menjauhkan hilangnya semangat.
Jangan biarkan panji Anda menunduk, dan jangan tinggalkan dia sendirian. Jangan memberikannya pada siapa pun kecuali para pemberani dan pembela kehormatan di antara Anda, karena hanya mereka yang tabah menanggung timpaan kesulitan; mereka mengelilingi panji-panji dan mengawalnya dari kedua sisi, belakangnya dan depannya. Mereka tidak berpisah dari dia agar mereka tidak menyerahkannya (kepada musuhj. Mereka tidak pergi mendahuluinya agar tidak meninggalkannya sendirian. Setiap orang berurusan dengan lawannya dan juga membantu temannya dengan jiwanya sendiri, dan tak boleh meninggalkan lawan kepada temannya agar lawannya sendiri maupun lawan temannya tidak bergabung terhadapnya.
Demi Allah, sekalipun Anda melarikan diri dari pedang hari ini, Anda tak akan aman dari pedang dunia lain. Anda adalah yang paling terkemuka di kalangan orang Arab dan tokoh-tokoh besar. Sesungguhnya dalam melarikan diri terdapat kemurkaan Allah, kenistaan yang tak ada hentinya dan malu yang langgeng. Dan sesungguhnya seorang pelarian tak akan memperpanjang hidupnya, tak akan datang sesuatu menghalangi antara dia dan hari (kematian)-nya. Siapakah yang akan pergi kepada Allah seperti orang haus pergi ke air? Surga terletak di bawah ujung-ujung tombak. Sekarang reputasi (tentang keberanian mujahid) akan diuji.
Demi Allah, saya lebih kepingin menemui mereka (dalam pertempuran) daripada (keinginan) mereka untuk (kembali ke) kampung halamannya. Ya, Tuhanku, apabila mereka menolak kebenaran, bubarkanlah kelompok mereka, pecahkan kata-kata (pendapat) mereka dan hancurkanlah mereka karena dosa-dosanya.
Mereka tidak akan bergeser dari pendiriannya sehingga serangan tombak yang berkelanjutan menyebabkan penembusan (luka-luka) yang melaluinya angin boleh berlalu, dan kenanya pedang-pedang memotong tengkorak, membelah tulang-tulang dan memutuskan lengan-lengan dan kaki, hingga mereka diserang oleh kontingen demi kontingen, dan diserang oleh detasemen-detasemen yang disusul oleh cadangan-cadangan untuk dukungan, sehinggsa kota-kota mereka terserang terus-terusan oleh pasukan demi pasukan, dan hingga kuda-kuda memijak-mijak bahkan ujung-ujung bumi, jalur hewan-hewan dan padang-padangnya.
Sayid Radhi berkata: ad-da'q" berarti pijakan, misalnya Taduqqu 'l-khuyulu bi hawâfirihâardhahum" (Kuda-kuda memijak bumi dengan kukunya). "Nawahini ardhihim" berarti tanah-tanah saling berhadapan; di-katakan, "manazilu bani fulanin tatanâharu" yang berarti "rumah si polan dan si anu saling berhadapan". •
[1] Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini pada Perang Shiffin. Pertempuran itu terjadi tahun 37 H. 656 M.), antara Amirul Mukminin dan Gubernur Suriah, Mu'awiah, untuk apa yang dinamakan membalas dendam atas kematian Khalifah 'Utsman. Tetapi penyebab sebenarnya hanyalah karena Mu'awiyah, yang telah lama menjadi Gubernur Suriah yang otonom sejak diangkat Khalifah 'Umar, tidak mau kehilangan jabatannya itu dengan membaiat kepada Amirul Mukminin 'Ali ibn Abi Thalib. la hendak mempertahankan keutuhan wewenangnya dengan mengeksploitasi pembunuhan Khalifah 'Utsman. Peristiwa-peristiwa di hari-hari kemudian membuktikan bahwa setelah mengamankan pemerintahan ia tidak mengambil suatu langkah nyata untuk membalaskan darah 'Utsman, dan sama sekali tak pernah berbicara tentang para pembunuh 'Utsman.
Walaupun Amirul Mukminin menyadari sejak semula bahwa peperangan akan tak terelakkan, ia masih terus berusaha menyadarkan Mu'awiah.
Pada hari Senin 12 Rajab 36 H., setelah kembali ke Kufah dari Perang Jamal, Amirul Mukminin mengutus Jarir ibn 'AbduIlah al-Bajali ke Mu'awiah di Damsyik dengan membawa sepucuk surat di mana ia mengatakan bahwa kaum Muhajirin dan Anshar telah membaiatnya dan Mu'awiah pun harus membaiat kepadanya dahulu baru kemudian mengajukan kasus pembunuhan 'Utsman kepadanya supaya Amirul Mukminin dapat menjatuhkan keputusan berdasarkan Al-Qur'an dan sunah. Tetapi Mu'awiah menahan Jarir dengan berbagai alasan, dan setelah berunding dengan 'Amr ibn al-'Ash, ia membangkang dengan dalih kasus pembunuhan 'Utsman. Dengan Baniuan orang-orang penting di Suriah ia me yakinkan rakyat yang tak mengetahui persoalan, bahwa tanggung jawab pembunuhan 'Utsman terpikul pada 'Ali, dan bahwa Ali memberi semangat dan melindungi para pengepung 'Utsman. Sementara itu ia menggantungkan baju 'Utsman yang berlumur darah serta potongan jari-jari istrinya Na'ilah binti al-Farafishah di mimbar mesjid jamik Damsyik di mana sekitar 70.000 orang Suriah berikrar untuk membalaskan dendam atas darah 'Utsman. Setelah berhasil membangkitkan emosi rakyat Suriah sehingga mereka bertekad bulat untuk mengorbankan nyawa, ia mendapatkan baiat mereka demi membalas dendam atas pembunuhan 'Utsman, lalu ia bersiap untuk berperang. Sesudah itu ia memperlihatkan semua hal itu kepada Jarir lalu mengirimkannya kembali ke Kufah dalam keadaan malu. Ketika Amirul Mukminin mendengar tentang hal ini dari Jarir, ia terpaksa bangkit menghadapi Mu'awiah. la memerintahkan Malik ibn Habib al-Yarbu'i untuk mengerahkan pasukan di Lembah al-Nukhailah. Sehubungan dengan itu, orang dari sekitar Kufah datang ke sana dalam kelompok-kelompok besar sehingga jumlahnya melebihi 80.000 orang. Mula-mula Amirul Mukminin mengirimkan kontingen depan sebesar 8.000 di bawah komando Ziyad ibn an-Nadhr al-Haritsi dan pasukan 4.000 orang di bawah pimpinan Syuraih ibn Hani al-Haritsi ke Suriah. Setelah berangkatnya kontingen depan ini, Amirul Mukminin sendiri berangkat ke Suriah memimpin sisa tentara itu, pada hari Rabu 5 Syawal. Setelah keluar perbatasan kota Kufah, ia mendirikan salat lohor dan setelah berkemah di Dair Abi Musa, (sungai) Nahr Nars, Qubat Qubbin, Babil, Dair Ka'b, Karbala', Sabat, Baburasini, al-Anbar dan al-Jazirah ia tiba di ar-Riqah. Penduduk tempat ini menyukai 'Utsman, dan di tempat inilah Simak ibn Makhtamah al-Asadi bertengkar dengan 800 orangnya. Orang-orang itu telah berangkat dari Kufah untuk bergabung dengan Mu'awiah setelah membelot dari Amirul Mukminin. Ketika melihat pasukan Amirul Mukminin, mereka membongkar jembatan Sungai Efrat supaya pasukan Amirul Mukminin tak dapat menggunakannya untuk menyeberang. Tetapi, dengan ancaman Malik ibn al-Harits al-Asytar an-Nakha'i mereka ketakutan, dan setelah berunding di antara sesamanya mereka memperbaiki lagi jembatan itu dan Amirul Mukminin melewatinya dengan tentaranya. Di seberang sungai itu ia melihat Ziyad dan Syuraih sedang berhenti di sana bersama pasukan mereka karena keduanya mengambil jalan darat. Ketika sampai di sana mereka dapati bahwa Mu'awiah sedang maju dengan tentaranya ke Sungai Efrat, dan karena berpikir bahwa mereka tidak akan mampu menghadapinya, mereka berhenti di sana sambil menunggu Amirul Mukminin. Ketika mereka memberikan alasan kepada Amirul Mukminin mengapa mereka berhenti di situ, Amirul Mukminin menerima alasannya lalu mengirimnya ke depan. Ketika mereka sampai di Sur ar-Rum, mereka mendapatkan bahwa Abu al-A'war as-Sulami sedang berkemah di sana dengan tentaranya. Keduanya melaporkan hal ini kepada Amirul Mukminin, lalu ia mengirim Malik al-Haritsi al-Asytar untuk menyusul mereka sebagai Komandan sambil mengingatkannya supaya tidak memulai pertempuran melainkan berusaha menasihati mereka dan memberitahukan kepada mereka keadaan yang sebenarnya sedapat mungkin.
Ketika tiba di sana Malik al-Asytar berkemah agak jauh dari situ. Pertempuran mungkin akan meletus setiap saat, tetapi ia tidak mengganggu pihak lainnya dan tidak pula ia mengambil langkah yang mungkin memulai pertempuran. Tetapi Abu al-A'war menyerang secara tiba-tiba di malam hari yang atasnya mereka menghunus pedang untuk memukulnya mundur. Bentrokan itu terjadi beberapa lamanya tetapi akhirnya Abu al-A'war melarikan diri di malam hari. Karena pertempuran telah dimulai, segera setelah fajar, seorang komandan pasukan 'Iraq, Hasyim ibn 'Uqbah al-Mirqal az-Zuhri, datang menghadapinya di medan tempur. Dari pihak lain datang pula suatu kontingen, dan api pertempuran pun berkecamuk. Pada akhirnya Malik al-Asytar menantang Abu al-A'war bertarung dengannya, tetapi yang ditantang ini tak berani menghadapinya dan di sore hari Malik al-Asytar maju.dengan pasukannya. Keesokan harinya Amirul Mukminin sampai di sana dengan pasukannya lalu berangkat ke Shifffn bersama kontingen depannya dan pasukan-pasukan lainnya.
Mu'awiah telah lebih dahulu tiba di sana dan telah mendirikan basisnya. la juga telah menempatkan pengawal di Sungai Efrat dan telah mendudukinya. Ketika tiba di sana Arnirul Mukminin menyampaikan kepadanya untuk menyingkirkan pasukan pengawalnya dari Sungai Efrat itu, tetapi Mu'awiah menolaknya. Karenanya pasukan 'Iraq menghunus pedang lalu menyerang dan merebut tempat di sungai itu. Setelah itu Amirul Mukminin mengutus Basytr ibn 'Arnr al-Anshari, Sa'id ibn Qais al-Hamdani dan Syabats ibn Ribi’ at-Tamimi kepada Mu'awiah untuk memperingatkannya tentang akibat-akibat peperangan dan mengajaknya membaiat. Tetapi jawabannya adalah bahwa mereka sama sckali tidak akan mengabaikan darah 'Utsman dan sekarang hanya pedang yang dapat menjadi perantara mereka.
Akibatnya, dalam bulan Zulhijah 36 H. kedua pihak memutuskan untuk berperang dan para prajurit dari masing-masing pihak keluar untuk berhadapan di medan. Yang memasuki medan dari pihak Amirul Mukminin adalah Hujr ibn 'Adi al-Kindi, Syabats ibn Ribi’ at-Tamimi, Khalid ibn al-Mu'ammar, Ziyad ibn an-Nadhr al-Haritsi, Ziyad ibn Khashafah at-Taimi, Sa'id al-Hamdani, Qais ibn Sa'd al-Anshari, dan Malik al-Asytar an-Nakha'i. Dari pihak Suriah, 'Abdur-Rahman ibn Khalid ibn Walid al-Makhzumi, Abu al-A'War as-Sulami, Habib ibn Maslamah al-Fihri, 'Abdullah ibn Dzil-Kala' al-Himyari, 'Ubaidullah ibn 'Umar ibn Khaththab, Syurahbil ibn Simth al-Kindi, dan Hamzah ibn Malik al-Hamdani.
Ketika bulan Zulhijah berakhir, pertempuran harus dihentikan karena tibanya bulan Muharam 37 H. Tetapi pada 1 Safar pertempuran berlanjut dan kedua belah pihak mengatur barisannya saling berhadapan dengan pedang, lembing dan persenjataan lain. Di pihak Amirul Mukminin, Malik al-Asytar memimpin pasukan berkuda dan 'Ammar ibn Yasir memimpin pasukan infantri Kufah, sedang Sahl ibn Hunaif al-Anshari memimpin pasukan berkuda dan Qais ibn Sa'd memimpin infantri asal Bashrah. Panji tentara diberikan kepada Hasyim ibn 'Utbah. Di tentara Suriah, sayap kanan dipimpin Ibn Dzil-Kala' sedang kontingen sayap kiri dikomandoi Habib ibn Maslamah, pasukan berkuda dipimpin 'Amr ibn al-'Ash dan pasukan infantri dikomandoi adh-Dhahhak ibn Qais al-Fihri.
Pada hari pertama, Malik al-Asytar memasuki medan pertempuran dengan pasukannya, sedang di pihak Mu'awiah Habib ibn Maslamah datang dengan pasukannya, dan pertempuran sengit pun berkecamuk sepanjang hari.
Keesokan harinya Hasyim ibn 'Utbah tampil dengan pasukan di pihak Amirul Mukminin sedang Abu al-A'war muncul dengan pasukan infantri pihak Mu'awiah. Pasukan berkuda berhadapan dengan pasukan berkuda, infantri dengan infantri.
Hari ketiga, 'Ammar ibn Yasir dan Ziyad ibn an-Nadhr tampil dengan pasukan berkuda dan infantri, sedang pasukan besar pihak Mu'awiah dipimpin 'Amr ibn al-'Ash. Ziyad menyerang pasukan berkuda sedang Malik al-Asytar menyerang pasukan infantri Mu'awiah dengan sengitnya sehingga pasukan Mu'awiah mulai kehilangan pijakan, tak dapat bertahan lalu kembali ke perkemahan.
Hari keempat, Muhammad ibn al-Hanafiah tampil di medan dengan pasukannya. Dari pihak Mu'awiah tampil 'Ubaidullah ibn 'Umar al-Khaththab dan pertempuran berlangsung keras.
Hari kelima, 'Abdullah ibn 'Abbas memimpin tentara Amirul Mukminin sedang Walid ibn 'Uqbah ibn Abi Mu’ith menghadapinya. 'Abdullah ibn 'Abbas melancarkan serangan dengan sangat ulet dan berani dan memberikan pukulan keras sehingga lawannya mundur meninggalkan medan.
Hari keenam, Qais ibn Sa'd al-Anshari rnaju menghadapi pasukan Ibn Dzil-Kala' dan pertempuran sengit berkecamuk. Banyak tentara gugur pada kedua pihak. Malam memisahkannya.
Hari ketujuh Malik al-Asytar berhadapan dengan Habib ibn Maslamah dan pertempuran berlangsung hingga tengah hari.
Hari kedelapan Amirul Mukminin sendiri maju dengan tentaranya dan serangan dilakukan di seluruh medan pertempuran yang berlangsung amat sengit. Kemudian Amirul Mukminin menantang Mu'awiah, lalu Mu'awiah, disertai 'Amr ibn al-'Ash datang agak mendekat. Amirul Mukminin berkata kepadanya, "Marilah hadapi aku. Biarlah barangsiapa yang membunuh lawannya kelak menjadi penguasa." 'Amr ibn al-'Ash lalu berkata kepada Mu'awiah, "Ali benar. Beranikanlah diri Anda dan hadapilah dia." Mu'awiah menjawab, "Saya tidak sedia menyia-nyiakan nyawa saya atas godaanmu." Sambil berkata demikian ia mundur. Ketika Amirul Mukminin melihatnya mundur ia tersenyum lalu mundur pula. Keberanian Amirul Mukminin dalam serangannya di Shifffn merupakan keperkasaan yang luar biasa. Bila saja ia keluar menantang di medan pertempuran, barisan lawannya menjadi kacau balau, dan bahkan petarung perkasa mengelak untuk menghadapmya. Itulah sebabnya maka dalam beberapa kesempatan ia maju ke medan dengan pakaian yang berbeda agar tidak dikenali lawan, supaya ada yang berani menghadapinya. Sekali 'Arar ibn Ad-ham dari pihak Mu'awiah bertarung dengan 'Abbas ibn Rabi'ah ibn al-Harits ibn 'Abdul Muththalib. Mereka bertarung dengan alot dan tak ada yang jatuh, sampai 'Abbas melihat bahwa sambungan pada baju zirah lawannya longgar. Dengan pukulan mendadak ia menusuk sisi itu dengan pedangnya, dan kemudian ia menyerang sambungan-sambungan lainnya yang longgar. Kemudian, dengan tujuan yang sebenarnya ia menyerang dengan pedangnya langsung ke dadanya. Melihat ini orang menyerukan takbir. Mu'awiah kaget karena seruan itu dan setelah mengetahui bahwa 'Arar ibn Ad-ham telah terbunuh, ia lalu berseru meminta siapa yang berani membalaskan dendam kematian 'Arar itu dengan membunuh 'Abbas ibn al-Harits. Beberapa orang tentara berkuda yang kelelahan dari kalangan suku Lakhm datang menantang 'Abbas. 'Abbas mengatakan bahwa ia akan datang setelah meminta izin imamnya, lalu ia pergi kepada Amirul Mukminin untuk meminta izin. Amirul Mukminin menahannya, memakai baju 'Abbas, dan sambil menunggang kuda tunggangan 'Abbas ia masuk ke medan pertempuran. Karena mengira dia 'Abbas, orang-orang Lakhm berkata, "Jadi, Anda telah mendapatkan izin imam Anda." Sebagai jawabannya Amirul Mukminin membaca ayat,
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu. " (QS. 22:39)
Maka datanglah satu orang dari pihak lawannya sambil berteriak seperti gajah, menyerbu dengan mengamuk, tetapi Amirul Mukminin mengelakkan pukulannya lalu menetakkan pedangnya ke punggung penyerang itu sehingga badannya terputus dua. Mulanya dikira orang bahwa pukulan pedang itu sia-sia, tetapi ketika kuda tunggangannya melompat, tubuh itu jatuh dalam dua bagian. Setelah itu seorang lagi datang tetapi ia pun tewas dalam sekejap. Kemudian Amirul Mukminin menantang orang lain, tetapi dari pukulan pedangnya lawan mengetahui bahwa ialah Amirul Mukminin dalam pakaian 'Abbas, dan tak ada lagi yang berani menghadapinya.
Pada hari kesembilan, sayap kanan di bawah komando 'Abdullah ibn Budail dan sayap kiri di bawah pimpinan 'Abdullah ibn 'Abbas. Pasukan di tengahnya dipimpin langsung oleh Amirul Mukminin. Di pihak Mu'awiah Habib ibn Maslamah memimpin pasukan Suriah. Ketika kedua barisan berhadap-hadapan, para pemberani menghunus pedang mereka dan saling menyerang dengan ganas seperti singa buas, dan pertempuran berkecamuk di seluruh medan. Panji sayap kanan tentara Amirul Mukminin berada di tangan Bani Hamdan. Bila seseorang gugur, yang lainnya mengambil panji itu. Pertama-tama Kuraib ibn Syuraih memegangnya. Ketika ia gugur Syurahbil ibn Syuraih mengambilnya, lalu Martsad ibn Syuraih, kemudian Hubairah ibn Syuraih, kemudian Yarim ibn Syuraih, kemudian Sumail ibn Syuraih dan setelah gugurnya keenam orang bersaudara itu, panji dipegang berturut-turut oleh Sufyan, 'Abd lalu Kuraib, ketiganya putra Zaid, dan semuanya gugur. Setelah itu panji dipegang oleh dua bersaudara, 'Umair dan al-Harits ibn Basyir, dan setelah keduanya gugur pula, panji itu dipegang Wahb ibn Kuraib. Pada hari ini perhatian lebih besar pasukan Mu'awiah tertuju ke sebelah kanan, dan serangannya demikian sengitnya sehingga pasukan pihak Amirul Mukminin terpukul mundur. Hanya 300 orang yang tertinggal bersama komandannya, 'Abdullah ibn Budail. Melihat keadaan ini, Amirul Mukminin menyuruh Malik al-Asytar untuk memanggil mereka kembali dan menantang mereka ke mana mereka melarikan diri. "Apabila hari-hari kehidupan telah habis, mereka tak dapat mengelakkan maut dengan melarikan diri." Sekarang, kekalahan sayap kanan itu pastilah berpengaruh pada sayap kiri. Karena itu Amirul Mukminin pergi ke sayap kiri lalu maju ke depan, memaksa melewati barisan lawan, yang atasnya seorang budak Bani Umayyah berkata kepadanya, "Semoga Allah mematikan saya apabila saya tak dapat membunuh Anda hari ini." Mendengar ini, budak Amirul Mukminin yang bernama Kaisan melompat kepadanya dan terbunuh olehnya. Ketika mengetahui ini Amirul Mukminin memegang budak Bani Umayyah itu di baju zirahnya, mengangkatnya lalu memBaniingnya dengan keras sehingga semua persediannya hancur, yang atasnya Imam Hasan a.s. dan Muhammad al-Hanafiah maju lalu membunuhnya. Sementara itu, setelah dipanggil Malik al-Asytar dan menggugah rasa malunya, orang-orang yang tadinya mundur lalu kembali dan sekali lagi menyerang hingga musuh mundur sedang mereka maju sampai ke tempat di mana 'Abdullah ibn Budaii sedang dikepung musuh. Ketika melihat orang-orangnya sendiri datang, ia menjadi lebih berani lalu tnenyerang kemah Mu'awiah dengan pedang terhunus. Malik al-Asytar berusaha mencegahnya tetapi tak berhasil. Setelah membunuh tujuh orang Suriah, ia sampai ke kemah Mu'awiah. Ketika Mu'awiah melihatnya di dekatnya, ia memerintahkan orang melemparinya dengan batu, dan orang Suriah pun mengeroyok dan membunuhnya. Ketika Malik al-Asytar melihat hal itu ia maju dengan para pejuang Bani Hamdan dan Bani Madzhij untuk menyerang Mu'awiah dan mengacaukan para pengawal yang mengelilinginya. Ketika tinggal satu lapis lagi dari lima lingkaran pengawalnya yang harus dipatahkan, Mu'awiah menunggang kudanya untuk melarikan diri, tetapi berhenti lagi setelah diberi semangat oleh seseorang.
Di sisi lain medan, pertempuran gegap gempita sedang berlangsung dari ujung ke ujung oleh pedang 'Ammar ibn Yasir dan Hasyim ibn 'Utbah. Dari sisi mana saja 'Ammar lewat, para sahabat Nabi berkumpul di sekitarnya lalu membuat paduan sedemikian rupa sehingga kehancuran menyebar di seluruh barisan musuh. Ketika Mu'awiah melihat mereka maju, ia mengerahkan pasukan segar untuk menghadapinya. Tetapi 'Ammar terus menunjukkan kegagahannya dalam badai pedang dan lembing. Akhirnya Abu al-'Adziyah al-Juhani mengenainya dengan lembingnya, lalu Ibn Hawi (Jaun as-Saksiki) maju dan membunuhnya. Matinya 'Ammar ibn Yasir menimbulkan kegemparan di barisan Mu'awiah, karena Nabi telah bersabda, "'Ammar akan terbunuh di tangan kalangan pendurhaka." Maka sebelum ia gugur sebagai syahid, Dzul Kala' telah berkata kepada 'Amr ibn al-'Ash, "Saya melihat 'Ammar di pihak 'Ali; kitakah orang-orang pendurhaka itu?" 'Amr ibn al-'Ash meyakinkan dia bahwa pada akhirnya 'Ammar ibn Yasir akan bergabung dengan mereka, tetapi ketika ia terbunuh di pihak Ali, pihak pendurhaka terungkap dan tak ada lagi interpretasi lain. Walaupun demikian, Mu'awiah mengatakan kepada orang Suriah, "Kita tidak membunuh 'Ammar, melainkan Ali membunuhnya karena ia membawanya ke medan pertempuran." Ketika Amirul Mukminin mendengar kalimat licik itu, ia berkata, "Apabila demikian maka Nabilah yang membunuh Hamzah karena beliau membawanya ke pertempuran Uhud." Hasyim ibn 'Utbah juga gugur dalam pertempuran itu. la terbunuh oleh al-Harits ibn Mundzir at-Tanukhi. Setelah gugurnya, panji dipegang oleh putranya 'Abdullah.
Ketika para pejuang yang amat pemberani itu telah tiada, Amirul Mukminin berkata kepada orang suku Hamdan dan Rabi'ah, "Bagi saya, Anda adalah ibarat perisai dan lembing. Bangkitlah dan berilah pelajaran kepada para pendurhaka itu." Maka 12.000 pejuang dari suku Rabi'ah dan Hamdan bangkit dengan pedang terhunus. Panji dipegang oleh Hudhain ibn al-Mundzir. Ketika memasuki barisan musuh, mereka menggunakan pedang sedemikian rupa sehingga kepala-kepala berjatuhan, tubuh-tubuh bergelimpangan dan di kedua pihak mengalir darah. Dan serangan para jago pedang ini tidak berhenti hingga hari menjelang berakhir dengan segala kehancurannya dan kegelapan turun dibawa oleh malam yang menakutkan yang dalam sejarah dikenal sebagai Malam al-Harir, di mana dencingan senjata, derap kaki kuda dan pekik jerit orang Suriah menimbulkan perhalian sedemikian rupa sehingga suara-suara lain yang sampai ke telinga tak terdengar. Di pihak Amirul Mukminin, slogannya yang menghancurkan kebatilan mem-bangkitkan gelombang keberanian dan keperkasaannya sambil menggetarkan hati musuh. Pertempuran telah mencapai puncaknya. Kantong panah para pemanah telah kosong. Batang-batang lembing telah patah. Pertempuran tangan berlangsung dengan pedang, dan mayat-mayat tertumpuk; menjelang pagi, jumlah yang tewas melebihi 30.000 orang.
Pada hari kesepuluh, orang-orang Amirul Mukminin menunjukkan moral yang sama. Di sayap kanan Malik al-Asytar memegang komando dan di sayap kiri 'Abdullah ibn 'Abbas. Serangan-serangannya berlangsung seperti tentara baru. Tanda-tanda kekalahan nampak pada orang Suriah, dan mereka sudah hendak meninggalkan medan dan melarikan diri. Pada saat itu lima ratus mashaf Al-Qur'an diangkat di ujung lembing tentara Mu'awiah, yang mengubah seluruh wajah pertempuran. Pedang-pedang berhenti bergerak, senjata penipuan berhasil, dan jalan terbuka bagi berkuasanya kebatilan.
Dalam pertempuran ini 45.000 tentara Suriah tewas sementara 25.000 tentara 'Iraq gugur. (Kitab Shiffin oleh Nashr ibn Muzahim (m. 212 H.) dan Tarikh ath-Thabari, jilid I, h. 3256-3349.)
13
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 124 Tentang Kaum Khariji dan Pandangannya tentang Tahkim
Kami tidak mengambil manusia, melainkan kami mengambil Al-Qur'an (menjadi) pentahkim. Al-Qur'an adalah sebuah Kitab, bersampul, di antara dua sampul, dan ia tidak bercakap-cakap. Karena itu maka perlu ada juru bicara. Hanya manusia yang dapat menjadi juru bicara itu. Ketika orang-orang itu mengundang kita untuk mengambil Al-Qur'an sebagai pentahkim di antara kita, kita tidak boleh menjadi pihak yang berpaling dari Kitab Allah, karena Allah telah bersabda,
"Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul. (QS. 4:59)
Rujukan kepada Allah berarti bahwa kita memutuskan menurut Al-Qur'an, sedang rujukan kepada Rasul berarti bahwa kita mengikuti sunah beliau. Oleh karena itu, apabila tahkim dilakukan dengan sebenarnya melalui Kitab Allah (Al-Qur'an) maka kamilah yang sebenarnya paling berhak dari semua manusia atas kekhalifahan; atau apabila itu dilakukan dengan sunah Rasul maka kamilah yang amat lebih disukai daripada mereka.
Mengenai pertanyaan Anda mengapa saya merenggangkan waktu antara saya dan mereka berkenaan dengan tahkim itu, saya lakukan itu agar orang-orang yang tak tahu dapat mendapatkan (kebenaran) dan orang yang telah mengetahui dapat berpegang dengan kuat padanya. Mungkin, sebagai hasil perdamaian ini, Allah memperbaiki keadaan orang-orang ini, dan mereka tak akan tertangkap di kerongkongan dan tidak akan menjadi pendurhaka sebagaimana dahulunya, sebelum penunjukan kebenaran. Sesungguhnya manusia yang terbaik di hadapan Ailah ialah yang paling berhasrat untuk bertindak menurut kebenaran, sekalipun hal itu menyebabkan kesulitan dan kesusahan, ketimbang (bertindak) menurut yang batil, meskipun memberikan keuntungan dan peningkatan.
Maka, ke manakah Anda sedang disesatkan dan dari mana Anda telah dibawa (ke dalam keadaan itu)? Bersiap-siaplah untuk maju menghadapi orang-orang yang telah menyeleweng dari yang hak dan tidak melihatnya, telah terlibat dalam perbuatan batil dan tidak diperbaiki. Mereka jauh dari Kitab dan berpaling dari jalan (yang benar). Anda tak terpercaya untuk diandalkan, tidak pula Anda pemegang kehormatan untuk dianuti. Anda sangat buruk dalam menyulut api peperangan. Celakalah Anda! Saya terpaksa memikul banyak kecemasan dari Anda. Suatu hari saya memanggil Anda (untuk berjihadj dan suatu hari saya berbicara kepada Anda secara rahasia; Anda bukanlah manusia merdeka yang sesungguhnya pada saat panggilan itu, bukan pula sahabat yang dapat dipercaya pada saat berbicara secara rahasia. •
KHOTBAH 125 Ketika Amirul Mukminin digunjingi karena menunjukkan persamaan dalam pembagian (dari pembagian baitul mal) ia berkata:
Apakah Anda memerintahkan saya supaya saya mencari dukungan dengan penindasan atas orang-orang yang ke atas mereka saya telah ditempatkan? Demi Allah, saya tidak akan berbuat demikian selama dunia bergerak, dan selama satu bintang memimpin lainnya di langit. Bahkan seandainya itu adalah milik saya, saya akan membagikannya secara sama di antara mereka; lalu mengapa tidak ketika harta itu milik Allah? Ingatlah, sesungguhnya pemberian harta tanpa hak atasnya adalah penyia-nyiaan dan petnborosan. Perbuatan itu mengangkat pelakunya di dunia ini, tetapi merendahkannya di akhirat. (Perbuatanj itu memuliakan dia di hadapan orang, tetapi mengaibkannya di sisi Allah. Apabila seorang lelaki memberikan hartanya kepada orang-orang yang tidak berhak atasnya atau yang tak patut untuknya, Allah menghapus rasa terima kasih mereka kepadanya, dan cinta mereka pun akan (tertuju) pada orang lain. Maka apabila ia jatuh ke hari-hari buruk dan memerlukan pertolongan mereka, mereka akan ternyata sebagai teman yang terburuk dan sahabat yang hina. •
KHOTBAH 126 Tentang Kaum Khawarij
Kalaupun Anda tak berhenti mempercayai bahwa saya telah salah dan tersesat, mengapa maka Anda menganggap bahwa kalangan pengikut Nabi Muhammad (saw) umumnya telah tersesat seperti saya, dan menuduh mereka dengan kesalahan saya, dan menganggap mereka kafir karena dosa-dosa saya? Anda memanggul pedang dan menggunakannya dengan benar ataupun salah. Anda mengacaukan orang yang telah berbuat dosa dengan yang tidak. Anda tahu bahwa Nabi merajam pezina yang terlindung (yang telah kawin), kemudian beliau juga menyembahyanginya dan mengijinkan para pelanjutnya mewarisi dari dia. Beliau memotong (tangan) pencuri dan mencambuki pezina yang tak terlindung (yang belum kawin), tetapi setelah itu mengizinkan bagian mereka dari pampasan dan mengawini wanita Muslim. Jadi, Nabi menuntut mereka bertanggung jawab atas dosa mereka dan juga menaati perintah Allah tentang mereka, tetapi tidak melarang mereka atas haknya yang diberikan Islam, tidak pula menyingkirkan nama mereka dari para pengikutnya.
Sesungguhnya Anda adalah yang terburuk dari semua orang dan (Anda) adalah orang yang telah ditempatkan iblis pada garis-garisnya dan dijerumuskan ke dalam negerinya yang tanpa jalan. Sekaitan dengan saya, dua kalangan manusia akan hancur, yakni yang mencintai saya berlebih-lebihan dan cinta (berlebihan) itu membawanya keluar dari kebenaran, dan yang membenci saya berlebih-lebihan lalu kebencian membawanya jauh dari kebenaran. Orang yang terbaik sekaitan dengan saya ialah yang pada jalan tengah. Maka beradalah dengan dia dan beradalah dengan mayoritas besar (Muslimin) karena tangan (perlindungan) Allah adalah pada pemeliharaan persatuan. Hendaklah Anda berhati-hati terhadap perpecahan karena yang terasing dari kawanan domba adalah (mangsa) serigala.
Hati-hatilah; barangsiapa menyeru ke jalan itu, bunuhlah dia, sekalipun ia di bawah serban saya ini. Sesungguhnya kedua pentahkim itu ditunjuk untuk menghidupkan kembali apa yang dihidupkan oleh Al-Qur'an, dan menghancurkan apa yang dihancurkan Al-Qur'an. Menghidupkan kembaii berarti bersatu atasnya (dalam suatu urusan) dan menghancurkarmya berarti berpecah dalam suatu urusan. Apabila Al-Qur'an menggiring kita kepada mereka, kita harus mengikuti mereka; dan apabila Al-Qur' an menggiring mereka kepada kita, mereka harus mengikuti. Semoga Anda tak berayah! (Celakalah Anda), saya tidak menyebabkan suatu petaka kepada Anda, tidak pula saya menipu Anda dalam hal apa pun, tiada pula saya men-ciptakan suatu kebingungan. Kelompok Anda sendiri telah menyarankan secara serentak menyetujui kedua orang itu dan kami mengikat mereka supaya mereka tidak akan melanggar Al-Qur'an, tetapi mereka menyeleweng darinya dan mengabaikan hak, walaupun keduanya mengenalnya. Perbuatan batil ini adalah titah hati mereka dan dengan demikian mereka melangkah di atasnya, walaupun kita telah menentukan bahwa dalam bertahkim dengan adil dan berpegang lekat pada kebenaran, mereka akan menjauhi kejahatan pandangan mereka sendiri, (tetapi karena hal ini telah terjadi, hadiahnya tak pantas kita terima). •
KHOTBAH 127 Tentang Kejadian-kejadian Penting di Bashrah
Hai, Ahnaf! Seakan-akan saya melihat dia sedang maju dengan suatu tentara yang tak berdebu dan tak berisik, tak ada pula gemerincing kekang, tiada juga (bunyi) kuda mereka yang mendekat. Mereka memijak-mijak bumi dengan kakinya seakan-akan kaki mereka adalah kaki burung unta.
Sayid Radhi berkata: Amirul Mukminin menunjuk kepada pemimpin orang Negro (shahibuz-Zanj),* Kemudian Amirul Mukminin berkata:
Celaka bagi Anda (penduduk Bashrah) yang menghuni jalan-jalan dan menghiasi rumah-rumah yang bersayap seperti sayap rajawali, dan ber-belalai seperti belalai gajah; mereka adalah orang-orang yang apabila seseorang terbunuh di antaranya, ia tidak ditangisi, dan apabila seseorang hilang ia tidak dicari. Saya membalikkan dunia ini pada wajahnya, hanya menilainya menurut nilainya (yang rendah), dan memandangnya dengan sebelah mata yang patut baginya.
Bagian dari Khotbah yang Sama Mengenai orang Turki (Mongol)
Saya dapat melihat suatu kaum yang wajahnya seperti perisai yang diliputi kulit yang diserut kasar.[1] Mereka berpakaian sutra dan bulu domba, dan mencintai kuda-kuda yang hebat. Pembunuhan dan pertumpahan darah oleh mereka akan terjadi dengan bebas, hingga yang terluka akan berjalan di atas yang mati, dan jumlah orang yang melarikan diri kurang dari yang tertawan.
Seorang di antara sahabatnya berkata kepadanya, "Wahai, Amirul Mukminin, Anda telah diberi pengetahuan tentang hal-hal yang gaib. Atasnya Amirul Mukminin tertawa seraya mengatakan kepada orang yang termasuk suku Bani Kalb itu:
Wahai, Saudara Kalb! Ini bukanlah pengetahuan tentang hal-hal yang gaib;[2] hal-hal ini telah diperoleh dari beliau (Nabi) yang mengetahuinya. Pengetahuan tentang yang gaib berarti pengetahuan tentang Hari Kebangkitan, dan hal-hal yang diliput Allah dalam ayat,
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang HariKiarnat. (QS. 31:34)
Oleh karena itu, hanya Allah yang mengetahui apa yang ada dalam kandungan, apakah lelaki atau perempuan, buruk atau bagus, pemurah atau kikir, jahat atau saleh, dan siapa yang menjadi bahan bakar untuk neraka dan siapa yang akan menjadi sahabat para nabi di surga. Inilah pengetahuan gaib yang tak diketahui siapa pun selain Allah. Semua yang lainnya adalah yang pengetahuannya disampaikan Allah kepada Nabi-Nya, dan beliau menyampaikannya kepada saya serta mendoakan saya agar dada saya dapat menampungnya dan rusuk saya dapat menahannya. •
* Ali ibn Muhammad dilahirkan di desa Warzanin di pinggiran kota Rai (di Iran), dan termasuk sekte Kkariji Azariqah. la mengaku sayid (turunan Nabi) dengan memperkenalkan dirinya sebagai Muhammad ibn Ahmad al-Mukhtafi ibn 'lsa ibn Zaid ibn 'Ali ibn al-Husain ibn 'AIi ibn Abi Thalib, tetapi para ahli silsilah dan biografi tidak menerima pengakuannya sebagai sayid dan telah memberikan nama ayahnya sebagai Muhammad ibn 'Abdur-Rahman ketimbang Muhammad ibn Ahmad. 'Abdur-Rahman ibn Ahmad berasal dari suku 'Abd al-Qais dan dilahirkan oleh seorang wanita budak asal Sindi.
'Ali ibn Muhammad bangkit sebagai pengacau tahun 255 H. (868 M.) dalam masa pemerintahan al-Muhtadi Billah, dan penduduk pedesaan Bashrah bersekutu dengannya dengan janji akan diberi uang, harta dan kebebasan. la memasuki Bashrah pada 17 Syawal 255 H., membunuh dan merampok. Hanya dalam dua hari ia menewaskan 30.000 orang laki-laki, perempuan dan anak-anak dan melakukan penindasan, pertumpahan darah, kebengisan dan kebuasan. la membongkar rumah-rumah, membakar mesjid, dan setelah pembunuhan yang berkelanjutan dan pemusnahan selama 14 tahun, ia sendiri terbunuh dalam bulan Safar 270 H. di masa pemerintahan Muwaffaq Billah. Lalu rakyat pun luput dari perbuatan pemusnahannya.
Ramalan Amirul Mukminin adalah salah satu dari ramalan-ramalan yang menunjukkan pengetahuannya akan hal-hal yang tak nampak. Detail-detail tentaranya yang diberikan oleh Amirul Mukminin, yakni tak ada ringkik kuda, tak ada bunyi gerakan senjata di dalamnya, merupakan fakta sejarah. Sejarawan Thabari menulis bahwa ketika orang ini sampai ke dekat al-Karkh (suatu sektor di Baghdad) dengan maksud mengacau, orang di situ menyambutnya, dan seorang lelaki menghadiahinya seekor kuda yang untuknya tak dapat diperoleh kekang walaupun dicari ke mana-mana. Akhirnya ia menungganginya dengan menggunakan seutas tali sebagai kendalinya. Demikian pula, di masa itu hanya ada tiga pedang dalam pasukannya—satu padanya sendiri, satu pada 'Ali ibn Aban al-Muhallabi, dan satu lagi pada Muhammad ibn Salm, tetapi kemudian mereka menambah beberapa senjata lagi dengan menjarah.
[1] Ramalan Amirul Mukminin ini ialah tentang serangan kaum Tartar (Mongol) yang berasal dari gurun Mongolia di barat laut Turkistan. Suku-suku yang setengah liar ini hidup dengan menjarah, membunuh dan menghancurkan. Mereka biasa berperang di antara sesamanya dan menyerang daerah-daerah tetangganya. Masing-masing suku mempunyai pemimpinnya sendiri yang harus bertanggung jawab atas perlindungan bagi anggota sukunya. Jenghis Khan (Temujin) yang merupakan salah satu kepala suku yang berkuasa dan sangat gagah berani bangkit untuk mengorganisasi suku-suku yang terpecah belah itu untuk bersatu. Walaupun mulanya ditentang, ia berhasil menaklukkan mereka melalui keberanian dan kecerdikannya. Setelah mengumpulkan sejumlah besar rakyat di bawah panjinya, ia bangkit di tahun 606 H. (1208 M.) seakan badai lalu terus menguasai kota-kota dan menghancurkan penduduk hingga ia menaklukkan wilayah-wilayah sampai Cina Utara.
Ketika wewenangnya telah mapan, ia menawarkan perjanjian penyelesaian dengan 'Ala'uddin Kharazm Syah, penguasa negara tetangga Turkistan, dan melalui utusan ditetapkanlah suatu perjanjian dengannya bahwa para pedagang Tartar akan diperkenankan mengunjungi negerinya untuk berdagang, dan nyawa serta harta mereka tidak akan diganggu. Selama beberapa waktu mereka berdagang dengan bebas tanpa takul. Tetapi pada suatu ketika ‘Ala’uddin menuduh mereka melakukan kegiatan mata-mata, lalu merampas harta mereka dan me-nyuruh kepala suku Atrar membunuh mereka. Ketika Jenghis Khan mendengar tentang pelanggaran janji dan pembunuhan para pedagang Tartar itu, matanya berapi-api, tubuhnya gemetar karena berang. la mengirimkan pesan kepada ‘Ala’uddin supaya mengirimkan kembali barang-barang para pedagang Tartar itu dan menyerahkan kepadanya pemimpin Suku Atrar yang membunuh mereka. 'AIa'uddin yang sedang gila kuasa tidak mempedulikannya. Dengan pandangan picik ia bahkan membunuh utusan Jenghis Khan. Jenghis Khan kehilangan sabar. la bangkit dengan pedang di tangan, dan para pejuang Tartar menyerbu Bukhara dengan pasukan berkudanya. 'Ala'uddin keluar dengan 400.000 prajurit untuk menghadapinya, tetapi tak mampu menahan serangan pasukan Tartar yang tak berkeputusan. Setelah kalah hanya dalam beberapa serangan, ‘Ala’uddin lari ke Nisyabur menyeberangi sungai Jatarxes (Sihun). Orang Tartar menghancurkan Bukhara dan meratakannya dengan tanah. Mereka meruntuhkan sekolah-sekolah, mesjid, membakar rumah-rumah, membunuh laki-laki dan perempuan tanpa pilih bulu. Tahun berikutnya mereka menyerbu Samarkand dan menhancurkannya sama sekali. Setelah larinya 'Ala'uddin, putranya Jalaluddm Kharazm Syah mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Orang Tartar memburunya pula, dan selama sepuluh tahun ia lari dari satu tempat ke tempat lainnya tetapi -tidak jatuh ke tangan mereka. Akhirnya ia manyeberangi sungai keluar dari kerajaannya. Dalam waktu itu orang Tartar berusaha keras untuk menghancurkan negeri yang berpenduduk dan memusnahkan manusia. Tak ada kota yang luput dari kehancuran dan tak ada penduduk yang lepas dari penindasannya. Ke mana saja mereka pergi, mereka mengacaukan kerajaan, menumbangkan pemerintahan, dan dalam waktu singkat mereka memapankan kekuasaannya di bagian utara Asia.
Ketika Jenghis Khan mati 622 H. (1224 M.). putranya Ogedei Khan menggantikannya. la mencari Jalaluddin dan berhasil membunuhnya di tahun 628 H. (1230 M). Setelah dia, Mongka Khan, putra anak Jenghis Khan yang lain, naik tahta. Setelah Mongka Khan, Kubilai Khan menggantikannya atas sebagian negeri dan kekuasaan atas Asia jatuh kepada saudaranya, Hulagu Khan. Setelah pembagian atas seluruh wilayah di antara para cucu Jenghis Khan, Hulagu Khan berpikir untuk menaklukkan wilayah-wilayah Islam. Ketika itu penganut mazhab Hanafi di Khurasan (Iran Timur) yang sedang bermusuhan dengan penganut mazhab Syafi’i, mengundangnya untuk menyerang Khurasan. Maka ia pun memimpin serangan ke Khurasan. Kalangan Hanafi yang berpikir bahwa mereka akan selamat dari serangan orang Tartar, membukakan gerbang kota. Tetapi orang Tartar tidak membeda-bedakan penganut mazhab Hanafi atau Syafi'i; mereka membunuh tanpa pilih bulu. Setelah membunuh sebagian besar penduduknya, mereka mendudukinya. Perselisihan penganut Hanafi dan Syafi'i membuka pintu baginya untuk menaklukkan 'Iraq. Akibatnya, setelah menaklukkan Khurasan, keberaniannya meningkat, dan di tahun 656 H. (1258 M). ia menyerbu Baghdad pada hari 'Asyura dengan membawa pertumpahan darah dan kehancuran. Orang Tartar terus dalam kesibukan membunuh selama empat puluh hari. Sungai darah mengalir di jalan-jalan dan semua lorong dipenenuhi mayat. Ratusan ribu orang menjadi umpan pedang sementara Khalifah Musta'shim Billah diinjak-injak sampai mati. Hanya orang-orang yang bersembunyi dalam sumur atau tempat-tempat di bawah tanah hingga tak kelihatan yang selamat dari maut. Itulah ke-hancuran Baghdad yang menggoncang kekhalifahan 'Abbasiah hingga ke akar-akarnya sampai tenggelam sama sekali.
Beberapa orang sejarawan menimpakan kesalahan atas kehancuran itu pada Ibn al-'Alqami (Abu Thalib, Muhammad ibn Ahmad al-Baghdadi), menteri Khalifah Musta'shim Billah, dengan mengajukan bahwa ia tergerak oleh orang Syi'ah pada umumnya dan karena kehancuran sektor al-Khark (dalam kota Baghdad), lalu ia mengundang Hulagu Khan melalui menteri Hulagu Khan yang ulama besar, Nashiruddin Muhammad ibn Muhammad ath-Thusi, untuk menyerbu Baghdad. Sekiranyapun demikian, tidak mungkin mengabaikan kenyataan sejarah bahwa sebelumnya Khalifah Nasir Lidinillah telah menginisiatifkan gerakan untuk menyerang wilayah-wilayah Muslim. Ketika para Syah Kharazm menolak untuk mengakui kekuasaan khalifah itu, ia mengirim pesan kepada Jenghis Khan untuk menyerbu Kharazm; dari situ orang Tartar mengerti bahwa tidak ada persatuan dan kerjasama di kalangan kaum Muslim. Setelah itu kaum Hanafi mengundang Hulagu Khan untuk menghancurkan kaum Syafi'i yang menyebabkan orang Tartar beroleh kekuasaan atas Khurasan, dan mempersiapkan diri untuk menyerbu Baghdad. Dalam keadaan demikian, sekadar menganggap Ibn al-'Alqami sebagai penyebab kehancuran Baghdad dan mengabaikan perbuatan Nasir Lidinillah dan perseteruan antara kaum Hanafi dan Syafi'i akan berarti menutup-nutupi fakta. Faktanya, penyebab kehancuran Baghdad adalah justru penaklukan Khurasan, yang penggeraknya yang sesungguhnya adalah para penduduk penganut Hanafi di situ. Dengan penaklukan inilah Hulagu Khan menjadi berani untuk menyerbu pusat Islam itu; tak mungkin hanya disebabkan oleh pesan satu orang maka ia menyerbu sebuah ibu kota tua seperti Baghdad, yang kekuatan dan kebesarannya telah membangkitkan kekaguman dan ketakutan di dalam hati sebagian besar dunia.
[2] Mengetahui hal-hal tersembunyi pada tahap pribadi tidaklah sama dengan dikaruniai Allah pengetahuan tentang suatu hal dan menyampaikannya kepada orang lain. Pengetahuan tentang ha)-hal yang akan datang yang dimiliki para nabi dan wali mereka peroleh melalui ajaran dan pemberitahuan Allah. Hanya Allah yang memiliki pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Tentu saja la menyampaikan pengetahuan ini kepada siapa yang la kehendaki. Maka la berfirman,
"(Dia adalah Tuhanj Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada senrang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridai-Nyu ...." (QS. 72:26-27)
Amirul Mukminin pun menerima pengetahuan tentang waktu yang akan datang mclalui ajaran Nabi atau ilham dari Allah; kata-kata Amirul Mukminin itu merupakan buktinya. Tentu saja kadang-kadang tidak patut atau tidak bijaksana untuk mcngungkapkan hal-hal tcrtentu dan dibiarkan saja berada di balik tirai. Kemudian tak ada seorang pun akan mengetahuinya sebagaimana firman Allah,
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nyalah pengetahuun tentang Hari Kiumat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dulum rahim. Dun tiuda seorang pun yung dapat mengetahui (dengan pusti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun vang dupat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetuhui lugi Maha Mengenal. " (QS. 31:34)
KHOTBAH 128 Tentang Takaran dan Timbangan, Kefanaan Dunia dan Keadaan Manusianya
Hai para hamba Allah! Anda dan segala yang Anda inginkan dari dunia ini adalah seperti tamu-tamu dengan waktu menginap yang tertentu, dan seperti orang berhutang yang akan dituntut untuk membayar. Hidup menjadi semakin singkat sementara catatan amal perbuatan terpelihara. Banyak pengikhtiar sedang menyia-nyiakan (usahanya) dan banyak di antara orang-orang yang berusaha keras sedang menuju kepada kerugian. Anda berada dalam masa di mana langkah-langkah kebajikan sedang bergerak mundur, langkah-langkah keburukan sedang bergerak maju, dan iblis sedang meningkat dalam gairahnya untuk menghancurkan manusia. Inilah waktu yang perlengkapannya kuat, perangkap-perangkapnya telah disebarkan, dan mangsanya telah menjadi mudah (ditangkap).
Lemparkan pandangan Anda kepada orang-orang di mana saja Anda kehendaki; Anda akan melihat entah orang miskin yang sedang menderita kemiskinan, atau orang kaya yang mengabaikan Allah walaupun nikmat Allah (diberikan) atasnya, atau orang tamak yang memperbanyak hartanya dengan menginjak-injak kewajiban kepada Allah, atau orang bingung yang menutup telinganya terhadap segala nasihat. Di manakah orang-orang baik Anda, di manakah orang-orang bajik Anda? Di manakah orang Anda yang berjiwa luhur dan dermawan? Di manakah orang-orang Anda yang menjauhi penipuan dalam perdagangannya dan tetap suci dalam perilakunya? Tidakkah mereka semua telah berangkat dari dunia hina, fana dan menyusahkan ini? Tidakkah Anda telah ditinggalkan di antara orang-orang yang hanya seperti sampah dan demikian rendah sehingga bibir mengelak menyebut mereka dan tak bergerak bahkan untuk mengutuk kedudukan mereka yang rendah?
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali." (QS. 2:156)
Bencana telah muncul dan tak ada seorang yang melawan dan mengubahnya, tiada pula yang mencegah atau berhenti darinya. Apakah Anda, dengan sifat-sifat ini, mengharapkan untuk mendapatkan kediaman suci di sisi Allah dan untuk dipandang sebagai pencinta-Nya yang setia? Sayang! Allah tak dapat ditipu tentang surga-Nya, dan keridaan-Nya tak dapat diperoleh selain dengan ketaatan kepada-Nya. Semoga Allah melaknat orang-orang yang menasihatkan kebaikan tetapi mereka sendiri menjauh darinya, orang-orang yang mencegah orang lain dari kemungkaran tetapi mereka sendiri melakukannya. •
KHOTBAH 129 Diucapkan ketika Abu Dzarr diasingkan ke Rabadzah[1]
Wahai, Abu Dzarr! Anda menunjukkan kemarahan atas nama Allah, oleh karena itu (Anda) mempunyai harapan pada-Nya yang demi Dia Anda marah. Orang takut kepada Anda dalam hal (maksiat) dunia mereka, sementara Anda menghawatirkan mereka demi keimanan Anda. Maka tinggalkanlah kepada mereka apa yang karenanya mereka merasa takut kepada Anda, dan menjauhlah dari mereka dengan membawa apa yang Anda khawatirkan mereka tentangnya. Betapa besar mereka membutuhkan Anda atas apa yang Anda tegahkan dari mereka, dan betapa tak peduli Anda kepada apa yang mereka sangkalkan dari Anda. Anda akan segera mengetahui siapa yang beruntung besok (di Hari Pengadilan) dan siapa yang lebih diiri. Sekalipun langit dan bumi ini ditutup bagi seseorang, sedang ia takwa kepada Allah, maka Allah akan membukakannya baginya. Hanya kebenaran yang akan menarik Anda, sedang kebatilan akan menolak Anda. ApabiJa Anda telah menerima tarikan-tarikan duniawi mereka, tentulah mereka telah mencintai Anda, dan apabila Anda telah mengambil bagian di dalamnya maka tentulah mereka sudah memberikan tempat perlindungan kepada Anda. •
[1] Abu Dzarr al-Ghifari bernama asal Jundab ibn Junadah. la penghuni Rabadzah yang merupakan sebuah desa kecil di sebelah timur Madinah. Kelika ia mula-mula mendengar tentang seruan Nabi, ia pergi ke Makkah; dan setelah bertanya-tanya, ia menemui Nabi dan menerima Islam. Karena itu kaum kafir Quraisy menimpakan kepadanya segala jenis kesukaran dan penderitaan. Tctapi ia tetap labah. Di antara orang yang menerima Islam, ialah yang ketiga, keempat atau kelima. Bersama dengan terdahuiunya masuk Islam, sikap zuhud dan takwanya demikian linggi sehingga Nabi mengatakan,
"Di antara umatku, Abu Dzarr adalah seperti 'lsa putra Maryam dalam hal zuhud dan takwa."
Dalam pemerintahan Khalifah 'Umar, Abu Dzarr pergi ke Suriah dan dalam masa pemcrintahan 'Utsman juga ia tinggal di sana. Di sana ia bekerja memberi nasihat, berdakwah, memperkenalkan kepada umat tentang kebesaran para anggota keluarga Nabi dan memben petunjuk kepada manusia ke jalan yang benar. Jejak-jejak Syi'ah sekarang di Suriah dan Jabal 'Amil (Lebanon utara) adalah hasil dakwah dan kegiatannya dan buah benih yang ditaburkannya. Gubernur Suriah, Mu'awiah, tidak menyukai perilaku Abu Dzarr dan sangat benci akan kritik-kritiknya yang terbuka dan sebutannya tentang penimbunan uang dan kegiatan-kegiatan 'Utsman yang salah. Tetapi ia tak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya ia menulis surat kepada 'Utsman bahwa apabila ia membiarkannya tinggal di sana lebih lama maka ia akan membangkitkan rakyat melawan khalifah. Atasnya 'Utsman menulis kepada Mu'awiyah supaya Abu Dzarr didudukkan di atas unta tak berpelana dan dikirim ke Madinah. Sesuai perintah itu Abu Dzarr dikirimkan ke Madinah. Ketika tiba di Madinah ia melanjutkan dakwahnya tentang kesalehan dan kebenaran. la mengingatkan orang akan masa Nabi dan menahan mereka dari berpamcr ala raja-raja. 'Utsman merasa sangat jengkel karenanya dan berusaha membatasi dia berbicara. Pada suatu hari ia memanggilnya seraya berkata, "Saya tclah mengetahui bahwa Anda ke sana ke mari menyebarkan bahwa Nabi berkata,
'Bilamana Bani Umayyah akan menjadi tiga puluh, mereka akan memandang kota-kota Allah sebagai milik mereka, hamba-hamba-Nya sebagai budak mereka, dan agamanya alat dari pengkhianatan mereka'.
Abu Dzarr mengatakan bahwa ia telah mendengar Nabi mengatakannya. 'Utsman mengatakan bahwa ia berdusta dan menanyakan pada orang-orang lain apakah ada seseorang di antara mereka telah mendengar hadis itu, dan semua mengatakan tidak. Abu Dzarr lalu berkata supaya pertanyaan diajukan kepada Amirul Mukminin 'AIi ibn Abi Thalib (as). Amirul Mukminin dipanggil dan ditanyai tentang itu. la mengatakan bahwa memang benar demikian dan bahwa Abu Dzarr telah mengatakan yang sebenarnya. 'Utsman menanyakan atas dasar apa ia memberi kesaksian atas kebenaran hadis itu. Amirul Mukminin menjawab bahwa ia telah rnendengar Nabi mengatakan,
"Tak ada pembicara di bawah langit atau di atas bumi yang lebih jujur dari Abu Dzarr."
Karena itu 'Utsman tak dapat berbuat apa-apa. Apabila ia mempcrtahankan bahwa Abu Dzarr pendusta maka itu berarti bahwa ia membatilkan Nabi. Karena itu ia berdiam diri walaupun sangat jengkel, karena ia tak dapat membantahnya. Di sisi lain, Abu Dzarr berbicara tentang perampasan harta kaum Muslim secara tcrbuka, dan bilamana la melihat 'Utsman ia membaca ayat,
"... Dan orang-orang vang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, puda hari dipanaskan emas perak itu dulam neraku jahanam, lalu diseterika dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, 'lnilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) harta yang kamu simpan itu'." (QS. 9:34-35)
'Utsman menjanjikan uang kepadanya, tetapi ia tak dapat menjaring orang merdeka ini dalam jaringan emasnya. Lalu ia menempuh jalan penindasan, tetapi ini pun tak dapat menghentikan lidahnya yang berkata benar. Akhirnya 'Utsman memerintahkannya meninggalkan Madinah untuk pergi ke Rabadzah, dan mengutus Marwan—putra Hakam yang dahulu diasingkan Nabi—untuk mengusirnya keluar Madinah. Pada saat itu juga ia mengeluarkan perintah yang tak manusiawi bahwa tak seorang pun boleh berbicara atau mengantarnya pergi. Tctapi Amirul Mukminin, Imam Hasan, Imam Husain, 'Aqil ibn Abi Thalib, 'Abdullah ibn Ja'far dan 'Ammar ibn Yasir tidak mempedulikan larangan itu dan mengantarnya pergi. Amirul Mukminin mengucapkan kalimat-kalimat tersebut di atas pada kesempatan itu.
Di Rabadzah Abu Dzarr terpaksa menjalani kehidupan yang sangat sukar. Di sinilah putranya, Dzarr, dan istrinya telah meninggal, dan domba serta kambing yang dipeliharanya juga mati. Dari anak-anaknya hanya seorang perempuan yang tertinggal, yang sama memikul kelaparan dan kesukarannya. Ketika rezekinya sudah habis sama sekali dan hari-hari lewat tanpa makanan, si anak berkata kepada Abu Dzarr, "Ayah, berapa lama kita akan bertahan seperti ini. Kita harus ke suatu tempat untuk mencari rezeki." Abu Dzarr membawanya berangkat ke gurun. la bahkan tak dapat beroleh daun-daunan. Akhirnya ia kelelahan lalu duduk di suatu tempat. Kemudian ia mengumpulkan pasir, dan sambil menaruh kepalanya di atas pasir itu, ia berbaring. Segera ia mulai meregang, matanya berputar dan sakitnya maut menerkamnya.
Ketika si anak melihat keadaan ini, ia bingung seraya berkata, "Ayah, apabila Anda meninggal di belantara luas ini, bagaimana saya akan menguburkan Anda sendirian?" la menjawab, "Jangan bingung. Nabi telah mengatakan kepada saya bahwa saya akan mati dalam keadaan tak berdaya dan bcberapa orang 'Iraq akan mengurus penguburan saya. Sctelah saya mati, Anda tutupi saya dengan selembar kain kemudian duduklah di jalur jalan. Apabila ada kafilah lewat di jalan itu katakanlah bahwa sahabat Nabi, Abu Dzarr, telah meninggal." Lalu, setelah mati-nya, putrinya pergi duduk di tepi jalan. Setelah beberapa saat lewatlah satu kafilah di mana termasuk Malik ibn al-Harits al-Asytar an-Nakha'i, Hujr ibn 'Adi ath-Tha'i, 'Alqamah ibn Qais an-Nakha'i, Sa'sa'ah ibn Shuhan al-'Abdi, al-Aswad ibn Yazid an-Nakha'i, dan lain-lain, yang semuanya empat belas orang. Ketika mereka mendengar tcntang wafatnya Abu Dzarr, mereka terkejut akan kematiannya yang tak berdaya. Mereka menghentikan hewan angkutannya dan menunda perjalanan untuk melakukan pcnguburan. Malik al-Asytar memberikan selembar kain untuk kafannya. Kain itu seharga empat ribu dirham. Setelah upacara dan penguburannya, mcreka pergi. Ini terjadi dalam bulan Zulhijah 32 H.
KHOTBAH 130 Dasar-dasar Penerimaan Kekhalifahan dan Sifat-sifat Pemimpin dan Pemerintah
Wahai (manusia dengan) pikiran-pikiran yang berbeda dan hati yang terpecah, yang jasadnya hadir, tetapi akalnya tidak. Saya akan memimpin Anda (dengan damai) kepada kebenaran, tetapi Anda melarikan diri darinya seperti kambing-kambing dan biri-biri lari dari auman singa. Betapa sukarnya bagi saya mengungkapkan kepada Anda rahasia-rahasia keadilan, atau meluruskan lengkungan kebenaran.
Ya Allah, Tuhanku! Engkau mengetahui bahwa apa yang kami lakukan bukanlah untuk mencari kekuasaan, bukan pula untuk memperoleh sesuatu dari kehampaan dunia. Melainkan kami hendak memulihkan ayat-ayat agama-Mu dan mengantarkan kemakmuran ke kota-kota-Mu agar orang-orang yang tertindas di antara hamba-hamba-Mu selamat, dan perintah-perintah-Mu yang telah dilalaikan dapat ditegakkan. Ya Allah, Tuhanku! Saya adalah yang pertama bersandar (kepada-Mu) dan yang mendengarkan dan menjawab (seruan Islam). Tak ada seseorang mendahului saya dalam salat, selain Nabi.
Pastilah Engkau mengetahui bahwa orang yang mengemban tanggung jawab kehormatan, kehidupan, (pelaksanaan) pampasan, perintah-perintah hukum dan kepemimpinan muslimin, tak boleh seorang tamak, karena keserakahannya akan mengincar kekayaan mereka; tidak pula jahil agar ia tidak menyesatkan mereka dengan kejahilannya; tidak berperilaku kasar agar tidak menjauhkan mereka dengan keberangannya; tak boleh berlaku lalim dengan kekayaan yang dengan demikian lebih menyukai satu kelompok atas kelompok lain; tak boleh ia menerima suapan sementara membuat keputusan, karena (dengan demikian) ia mengorbankan (orang lain) dan menghalangi mereka tanpa kesudahan; tak boleh pula mengabaikan sunah karena (dengan berbuat demikian) ia akan menghancurkan rakyat. •
KHOTBAH 131 Peringatan tentang Mati dan Nasihat
Kami memuji Dia atas segala apa saja yang la ambil atau la berikan, atas apa saja yang la timpakan kepada kami atau apa saja yang la cobai kami dengannya. la mengetahui segala yang gaib dan melihat segala yang tersembunyi. la mengetahui apa yang dikandung dada dan disimpan mata. Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Dia dan bahwa Muhammad (saw) telah dipilih-Nya dan diutus-Nya, kesaksian yang diberikan secara ter-sembunyi dan terbuka, dengan hati dan lidah.
Sebagian dari Khotbah yang Sama
Demi Allah, sesungguhnya itu realitas, bukan gurauan; kebenaran, bukan kepalsuan. Itu tak lain dari maut. Pemanggilnya memperdengarkan dirinya dan kusirnya sedang bergegas. Mayoritas manusia tak boleh mengicuh Anda. Anda telah melihat orang-orang yang hidup sebelum Anda, menumpuk kekayaan, menakuti kemiskinan dan merasa aman dari akibat-akibat (buruk)-nya, kepanjangan usia nafsu-nafsunya dan jauhnya dari kematian. Maka, bagaimana maut menjemput mereka, mengeluarkan mereka dari kampung halamannya dan mengambil mereka dari tempat keamanannya. Mereka diusung di peti mayat, orang sibuk tentang mereka satu demi satu, rnemikul mereka dengan bahunya dan menopang mereka dengan tangannya.
Tidakkah Anda menyaksikan orang-orang yang melibatkan diri dalam hasrat-hasrat yang berjangkauan jauh, membangun gedung-gedung yang kuat, menumpuk banyak kekayaan, tetapi rumah-rumah mereka menjadi kuburan, dan apa-apa yang mereka kumpulkan menjadi puing-puing. Harta kekayaan mereka berpindah pada para ahli waris, dan pasangan mereka beralih pada orang-orang yang datang setelah mereka. Mereka (sekarang) tak dapat menambah amal baik mereka, tak dapat pula memohon rahmat (Allah| sehubungan dengan perbuatan buruk. Oleh karena itu, orang yang mengisi hatinya dengan takwa kepada Allah, mencapai kedudukan di depan dan amal perbuatannya berhasil. Bersiap-bersiaplah Anda untuk itu, dan berbuatlah sedapat-sedapat Anda untuk surga. Sesungguhnya dunia ini tidaklah dijadikan tempat untuk kediaman yang kekal bagi Anda. Tetapi (dunia) ia diciptakan sebagai jalan persinggahan agar Anda dapat mengambil darinya perbekalan Anda bagi rumah abadi (di surga). Bersiap-siaplah untuk keberangkatan dari sini dan dekatkanlah hewan tunggangan Anda untuk berangkat. •
KHOTBAH 132 Kemuliaan Allah
Dunia ini dan dunia akhirat telah menyerahkan kendalinya kepada-Nya, dan langit dan bumi telah melemparkan kuncinya kepada-Nya. Pohon-pohon yang rimbun merunduk kepada-Nya pagi dan petang, dan menghasilkan bagi-Nya api yang menyala dari cabang-cabangnya, dan atas perintah-Nya, mengubah makanannya sendiri menjadi buah-buah yang masak.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Al-Qur'an
Kitab Allah ada di antara Anda. la berbicara dan lidahnya tidak gagap. la adalah rumah yang tiang-tiangnya tidak roboh, dan kekuatan yang para pendukungnya tak terkalahkan.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Nabi
Allah mengutus Nabi setelah suatu senjang dari nabi-nabi sebelumnya ketika (ada) banyak pembicaraan (di antara manusia). Dengan beliau Allah menyudahi rangkaian para nabi dan mengakhiri wahyu. Beliau kemudian berjuang bagi-Nya melawan orang-orang yang berpaling dari Dia dan yang menyekutukan yang lain-lain dengan-Nya.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Dunia ini
Sesungguhnya dunia ini adalah akhir pemandangan orang buta (mental) yang tak melihat apa-apa di baliknya. Pandangan seorang penglihat (yang memandang dengan mata pikirannya) menembusi dan menyadari bahwa rumah (yang sesungguhnya) adalah di balik dunia ini. Karena itu si melek hendak keluar darinya, sedang si buta hendak memasukinya. Si penglihat mengumpul perbekalan darinya (untuk dunia akhirat) sementara si buta mengumpulkan perbekalan untuk dunia ini sendiri.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Suatu Peringatan
Hendaklah Anda ketahui bahwa seorang lelaki menjadi jenuh dan lesu dengan segalanya kecuali kehidupan, karena ia tak mendapatkan bagi dirinya suatu kesenangan dalam kematian. Seperti itulah kehidupan bagi hati yang mati, pemandangan bagi mata yang buta, pendengaran bagi telinga yang tuli, pemuasan dahaga bagi si haus dan (hal) itu mengandung kecukupan dan keamanan yang lengkap.
Kitab Allah ialah yang melaluinya Anda melihat, Anda berbicara dan Anda mendengar. Bagiannya yang satu berbicara bagi bagiannya yang lain, dan satu bagian membenarkan yang lainnya. (Kitab) itu tidak menciptakan perselisihan tentang Allah, dan tidak pula ia menyesatkan pengikutnya sendiri dari (jalan) Allah. Anda tergabung dalam saling benci dan dalam menanam rerumputan pada kotoran Anda (yakni, untuk menutupi debu batin dengan penampilan lahir yang baik). Anda tulus antara sesama Anda dalam kecintaan Anda pada hawa nafsu, dan mengandung saling permusuhan dalam memperoleh harta. Ruh jahat (iblis) telah membingungkan Anda dan menipu serta menyesatkan Anda. Saya memohon perlindungan Allah bagi diri saya dan bagi Anda. •
KHOTBAH 133 Diucapkan ketika Khalifah 'Umar ibn Khaththab meminta nasihat Amirul Mukminin tentang keikutsertaan dirinya dalam perjalanan tentara ke wilayah Romawi (Empirium Byzantin)[1]
Allah telah menetapkan bagi para pengikut agamanya untuk memperkuat perbatasan dan menyembunyikan tempat-tempat rahasia. Allah menolong mereka ketika mereka sedikit dan tak dapat melindungi diri mereka sendiri. Dia hidup dan tak akan mati. Apabila Anda sendiri mau maju menghadapi musuh dan bertempur dengan mereka lalu tertimpa suatu kesulitan, tak akan ada tempat perlindungan bagi kaum Muslim selain kota-kota mereka yang jauh, tak ada pula tempat ke mana mereka akam kembali. Oleh karena itu Anda harus mengutus ke sana seseorang yang berpengalaman dan mengirimkan bersamanya orang berperilaku baik yang berniat baik. Apabila Allah menganugerahkan kemenangan, maka inilah yang Anda kehendaki. Apabila sebaliknya, Anda akan merupakan dukungan bagi rakyat dan tempat kembali bagi kaum Muslim. •
[1] Tentang Amirul Mukminin, sebagian orang mengambil sikap aneh. Di satu sisi dikatakan bahwa ia tak mengenal politik praktis, tak mengetahui cara pe-merintahan, dan menunjukkan pemberontakan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu Bani Umayyah untuk berkuasa sebagai akibat kelemahan pemerintahan Amirul Mukminin. Di sisi lain, banyak digembar-gemborkan tentang berbagai kesempatan ketika para khalifah masa itu meminta nasihat Amirul Mukminin dalam urusan Negara yang penting-penting mengenai peperangan dengan kaum kafir. Tujuannya dalam hal ini bukanlah untuk menunjukkan kebenarannya berpikir dan menilai, atau kearifannya yang mendalam, melainkan untuk menunjukkan bahwa lerdapat persatuan dan kesesuaian di antara dia dan para khalifah pendahulunya sehingga perhatian tidak tertuju kepada fakta bahwa dalam bcberapa urusan mereka berselisih dan bahwa saling benlrok juga terjadi. Sejarah menunjukkan bahwa Amirul Mukminin memang mempunyai perbedaan prinsip dengan para khalifah itu, dan tidak semua langkah mereka disetujuinya. Dalam Khotbah asy-Syiqsyiqiyyah ia mengungkapkan dalam kata-kata nyaring perbedaan pendapat dan kemarahannya pada pemerintahan mereka masing-masing. Walaupun demikian, perbedaan itu tidak berarli bahwa ia tidak memberikan petunjuk-petunjuk yang benar dalam permasalahan kolcktif Islam. Lagi, karakter Amirul Mukminin demikian tinggi sehingga tak seorang pun dapat membayangkan bahwa ia akan mengelak memberikan nasihat mengenai kesejahteraan bersama atau kepentingan umum. Itulah sebabnya maka walaupun ada perbedaan prinsip, ia dimintai nasihat. Ini menun-jukkan kebesaran pribadi dan ketepatan pemikiran dan penilaiannya.
Demikianlah pula tabiat Nabi (saw) yang menonjol. Walaupun kaum kafir menolak pengakuan kenabiannya, mereka mengakui beliau sebagai pengemban amanat terbaik dan tidak meragukan sifat amanatnya. Malah dalam masa-masa bentrokan dan pertentangan pun mereka mengamanatkan harta mereka tanpa lakut atau curiga bahwa harta itu akan diselewengkannya. Demikian pula, Amirul Mukminin menduduki posisi yang demikian tinggi dalam hal amanat dan kepercayaan sehingga kawan maupun lawan percaya akan kebenaran nasihatnya. Maka, perilaku Nabi menunjukkan ketinggian sifat amanat beliau, dan tak dapat di-simpulkan darinya bahwa ada kesesuaian timbal balik antara beliau dan kaum kafir—karena amanat mempunyai tempatnya sendiri sementara perselisihan Islam dan kafir mempunyai tempat lain. Demikian pula, walaupun ada perselisihan dengan para khalifah itu, Amirul Mukminin dipandang sebagai pelindung kepentingan umat dan pcngawal kesejahteraan dan kemakmuran Islam. Maka, bilamana kepentingan umat terlibat, ia dimintai nasihat, dan ia memberikan nasihatnya yang tidak miring dengan menempatkan dirinya di atas tujuan pribadi dan berpegang pada hadis Nabi yang maksudnya bahwa "Orang yang dimintai nasihat adalah orang yang mengemban amanat." Tidak pernah ia membiarkan kebatilan atau kepalsuan ikut campur.
Dalam peristiwa pertempuran Palestina, Khalifah 'Umar meminta nasihatnya tentang keikutsertaannya. Pada waktu itu, terlepas dari persoalan apakah pendapatnya sesuai dengan perasaan 'Umar atau tidak, ia mengingat prestise dan keberadaan Islam dan menasihatinya untuk tinggal di tempatnya dan mengutus ke medan pertempuran itu orang lain yang berpengalaman, mengenal seni perang, karena perginya orang yang tidak berpengalaman akan merugikan prestise Islam yang telah mapan, dan pesona terhadap kaum Muslim yang telah ada sejak masa Nabi akan lenyap. Sebenarnya dalam kepergian Khalifah 'Umar ke sana Amirul Mukminin melihat tanda-tanda ancaman kekalahan. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa demi kepentingan Islam ia harus menahannya seraya menunjukkan pandangannya dalam kata-kata bahwa, "Apabila Anda terpaksa harus mundur dari medan pertempuran, hal itu bukan saja akan merupakan kekalahan pribadi Anda, tetapi kaum Muslim akan kehilangan semangat olehnya dan meninggalkan medan pertempuran dan bertebaran ke mana-mana, karena dengan perginya komandan meninggalkan medan maka tentara akan kehilangan pijakan. Lagi pula, dengan adanya pusat tanpa khalifah, tak akan ada harapan untuk beroleh Baniuan selanjutnya dari garis belakang yang akan memelihara keberanian para pejuang."
Inilah nasihat yang diajukan sebagai bukti saling sesuainya kedua orang itu, padahal nasihat ini disampaikan demi prestise dan kehidupan Islam, yang lebih penting bagi Amirul Mukminin ketimbang kepentingan mana pun lainnya. Bagi dia tak ada kehidupan individu tertentu yang begitu dicintainya sebingga untuk itu ia mungkin memberikan nasihat supaya jangan ikut dalam pertempuran (jihad).
KHOTBAH 134 Terjadi suatu pertukaran kata antara 'Utsman ibn 'Affan dan Amirul Mukminin ketika Mughirah ibn al-Akhnas[1] berkata kepada 'Utsman bahwa ia akan menghadapi Amirul Mukminin atas namanya, yang atasnya Amirul Mukminin berkata kepada Mughirah:
Wahai, anak dari yang terkutuk dan tak berketurunan, dan yang pohonnya tidak berakar maupun bercabang. Apakah Anda akan menghadapi saya? Demi Allah, Allah tidak memberikan kemenangan kepada orang yang Anda dukung, tidak pula akan mampu mendirikan orang yang Anda angkat. Menjauhlah dari kami. Semoga Allah menjauhkan Anda dari tujuan Anda. Maka lakukanlah apa saja yang Anda sukai. Semoga Allah tak akan mengasihani Anda bila Anda mengasihani saya. •
[1] Mughirah ibn Akhnas ats-Tsaqafi termasuk di antara pembela 'Utsman ibn 'Affan; ia putra saudara perempuan ayah 'Utsman. Saudaranya, Abul Hakam ibn Akhnas lerbunuh di tangan Amirul Mukminin pada Pertempuran Uhud, dan karenanya ia menaruh dengki kepadanya. Ayah Mughirah adalah salah seorang dari mereka yang menerima Islam ketika jatuhnya Makkah tetapi terus memelihara kemunafikan dalam hatinya. Itulah sebabnya maka Amirul Mukminin menyebutnya si terkutuk, dan ia menyebutnya tak punya keturunan karena orang yang berputra seperti Mughirah patut disebut tak berputra.
14
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 135 Tentang Ketulusan Maksudnya Sendiri dan Dukungan Kaum Tertindas
Baiat Anda kepada saya bukanlah tanpa pikir,[1] tak sama pula kedudukan saya dan kedudukan Anda. Saya mencari Anda demi Allah, tetapi Anda mencari saya untuk maslahat Anda sendiri. Wahai manusia, sokonglah saya, walaupun bukan hasrat hawa nafsu Anda. Demi Allah, saya akan membalaskan dendam bagi kaum teraniaya atas kaum penganiaya, dan akan memasang tali di hidung si penindas dan menyeretnya ke sumber kebenaran, sekalipun ia mungkin menaruh dendam karena itu. •
[1] Di sini Amirul Mukminin menunjukkan pandangan 'Umar ibn Khathlhab mengenai pembaiatan Abu Bakar di Saqifah ketika 'Umar berkata, "Marilah saya jelaskan ini kepada Anda, bahwa pembaiatan pada Abu Bakar adalah suatu kesalahan tanpa pikir (faltah) tetapi Allah menyelamatkan kita dari keburukannya. Karena itu maka barangsiapa (berniat) bertindak seperti iiu, haruslah Anda bunuh ...." (Shahih Bukhdri, VIII, h. 211; as-Sirah an-Nabawiyyah Ibn Hisyam, IV, h. 308-309; at-Târikh ath-Thabari, I, h. 1822; al-Kamil Ibn Atsir, II, h. 327; at-Târikh Ibn Katsir, V, h. 345-346; al-Musnad Ahmad ibn Hanbal, I, h. 55; as-Sirah al-Halabiyyah, III, h. 388, 392; al-Anshab al-Baladzuri, V, h. 15; al-Tamhid al-Baqilani, h. 196; Syarh Ibn Abil Hadid, II, h. 24)
KHOTBAH 136 Tentang Thalhah dan Zubair
Demi Allah, mereka tidak mendapatkan suatu hal yang tak baik pada saya, tidak pula mereka berbuat adil antara saya dengan mereka sendiri. Sungguh, mereka sekarang menuntut suatu hak yang telah mereka abaikan, dan darah yang telah mereka tumpahkan sendiri. Sekiranya saya turut serta dengan mereka dalam hal itu maka mereka pun mempunyai bagian di dalamnya, tetapi bila mereka melakukannya tanpa saya maka tuntutan mereka itu haruslah terhadap mereka sendiri. Langkah pertama dari keadilan mereka haruslah mereka menetapkan keputusan terhadap diri mereka sendiri. Saya mempunyai akal dalam diri saya.
Saya tak pernah mencampuradukkan hal-hal, tidak pula hal-hal itu nampak pada saya sebagai tercampur aduk. Sesungguhnya, inilah kelompok pemberontak itu di mana ada si orang dekat (Zubair), bisa kalajengking ('A'isyah) dan keraguan yang menutupkan tabir (pada fakta). Tetapi hal itu jelas, dan yang salah telah digoncang dari fondasinya. Lidahnya telah berhenti mengucapkan bencana. Demi Allah, saya akan mempersiapkan bagi mereka suatu waduk dari mana hanya saya sendiri akan menimba air, Mereka tak akan dapat minum dari suatu tempat lain.
Sebagian dari Khotbah yang sama
Anda maju kepada saya sambil berteriak, "Baiat, baiat", seperti unta-unta betina yang beranak meloncat kepada anak mereka. Saya menahan tangan saya, tetapi Anda menariknya kepada Anda. Saya menarik kembali tangan saya, tetapi Anda menyeretnya. Ya Allah, Tuhanku! Kedua orang ini telah mengabaikan hak-hak saya dan telah berlaku lalim kepada saya. Mereka telah memutuskan baiatnya kepada saya dan membangkitkan orang menentang saya. Orakkanlah oleh-Mu apa yang telah mereka kencangkan, dan janganlah menguatkan apa yang telah mereka tenun. Sebelum pertempuran, saya meminta kepada mereka supaya bersabar dalam baiat dan memperlakukan mereka dengan tenggang rasa, tetapi mereka mengecilkan nikmat dan menolak (untuk mengambil jalan) keselamatan. •
KHOTBAH 137 Mengacu Peristiwa yang Akan Datang
Ia hendak memalingkan hawa nafsunya ke (jalan) petunjuk, sementara orang hendak memalingkan petunjuk kepada hawa nafsu, dan ia hendak memalingkan pandangan mereka ke arah Al-Qur'an, sementara orang hendak memalingkan Al-Qur'an kepada pendapat mereka.
Sebagian dari Khotbah yang Sama
(Sebelum Penganjur Kebajikan ini,[1] urusan akan membusuk) hingga peperangan akan berkecamuk di antara Anda dengan kekuatan penuh, menonjolkan giginya; dengan tetek penuh dengan susu manis, tetapi dengan puting yang asam. Hati-hatilah, itu akan terjadi besok, dan hari esok itu akan segera datang dengan hal-hal yang tidak Anda ketahui. Orang yang berkuasa, bukan dari kerumunan ini, akan menegur orang-orang yang dahulu ditetapkan karena perbuatan buruk mereka, dan bumi akan menumpahkan perbendaharaan isinya dan melemparkan kuncinya ke hadapannya dengan raudah. la akan menunjukkan kepada Anda jalan perilaku yang adil dan menghidupkan lagi Al-Qur'an dan sunah yang telah menjadi tak bernyawa (di kalangan manusia).
Sebagian dari Khotbah yang Sama
Seakan-akan saya melihatnya, dia (si penganjur Kejahatan)[2] sedang berteriak di Suriah dan sedang mengulurkan panji-panjinya ke sekitar Kufah. la membungkuk kepadanya seperti menggigitnya unta betina. la telah menutupi tanah dengan kepala-kepala. Mulutnya terbuka lebar dan Ipijakan) jejak kakinya di bumi telah menjadi berat. Majunya luas dan serangannya sengit.
Demi Allah, ia akan menyerakkan Anda di sepanjang bumi hingga hanya sedikit dari Anda yang tertinggal, seperti celak di mata. Anda akan terus seperti ini hingga orang-orang Arab kembali kepada kesadarannya. Oleh karena itu Anda harus bersiteguh pada jalan yang telah mapan, tanda-tanda yang terang dan waktu dini yang mengandung kebajikan yang langgeng dari kenabian. Hendaklah Anda ketahui bahwa iblis membuat jalan-jalannya mudah agar Anda mengikutinya pada tumitnya. •
[1] Ramalan Amirul Mukminin ini mengenai munculnya Imam Kedua Belas, Abul Qasim Muhammad ibn Hasan al-Mahdi (as).
[2] Ini merujuk 'Abdul Malik ibn Marwan yang menjadi penguasa di Suriah setelah ayahnya, Marwan ibn Hakam, dan kemudian, setelah terbunuhnya Mukhtar ibn Abi 'Ubaid ats-Tsaqafi dalam pertarungan dengan Mush'ab ibn Zubair, ia pcrgi ke 'Iraq. la bentrokan dengan pasukan Mush'ab dekat Dairul Jatsallq di pinggiran kota Kufah. Setelah mengalahkannya, ia memasuki Kufah dengan jaya dan mengambil baiat dari penduduknya. Kemudian ia mengirimkan al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi ke Makkah untuk memerangi 'Abdullah ibn Zubair. Hajjaj mengepung Makkah dan membomnya dengan batu dan menumpahkan darah ribuan orang tak berdosa. la membunuh 'Abdullah ibn Zubair dan menggantung mayatnya di tiang gantungan. la melakukan penumpasan yang menegakkan bulu roma.
KHOTBAH 138 Pada Waktu Panitia Syura (setelah Meninggalnya 'Umar ibn Khathtab)
Tiada seorang yang mendahului saya dalam mengundang orang kepada kebenaran, dan memberikan pertimbangan kepada keluarga dan melaksanakan kemurahan hati. Maka, dengarkanlah kata saya, dan peliharalah apa yang saya katakan. Boleh jadi Anda akan segera melihat setelah hari ini bahwa atas urusan ini pedang-pedang akan dihunus dan janji-janji akan dilanggar sedemikian rupa sehingga beberapa di antara Anda akan menjadi pemimpin rakyat yang tersesat dan pengikut orang yang jahil. •
KHOTBAH 139 Tentang Menggunjing dan Membicarakan Keburukan Orang Lain[1]
Orang-orang yang tidak berbuat dosa dan telah dianugerahi keselamatan (dari dosa) harus menaruh belas kasihan pada pendosa dan orang yang tak taat lainnya. Rasa syukur harus selalu menjadi kegemaran mereka yang paling besar, dan (hal) itu harus mencegah mereka dari (mencari-cari ke-salahan) orang lain. Bagaimana tentang si penggunjing yang menyalahkan saudaranya dan mencari-cari kesalahannya? Apakah ia tidak mengingat bahwa Allah telah menyembunyikan dosa-dosa yang dilakukannya padahal dosa-dosa itu lebih besar dari dosa-dosa saudaranya yang ditunjukkannya? Bagaimana ia dapat menjelek-jelekkannya tentang dosa-dosanya padahal ia sendiri telah berbuat dosa yang seperti itu? Sekalipun ia tidak berbuat dosa yang serupa itu, tentulah ia telah berbuat dosa-dosa yang lebih besar. Demi Allah, sekalipun ia tidak melakukan dosa-dosa besar tetapi me-lakukan dosa-dosa kecil, pembeberannya atas dosa-dosa orang itu sendiri merupakan dosa besar.
Wahai hamba Allah, jangan cepat membeberkan dosa seseorang karena ia mungkin dimaafkan atasnya, dan janganlah Anda merasa aman sekalipun atas suatu dosa kecil karena mungkin Anda dihukum karenanya. Oleh karena itu, setiap orang dari Anda sekalian yang mengetahui tentang kesalahan-kesalahan orang lain hendaklah ia tidak membeberkannya mengingat apa yang diketahuinya tentang kesalahan-kesalahannya sendiri, dan hendaklah ia tetap sibuk dalam bersyukur bahwa ia telah selamat dari hal di mana orang lain terjerumus. •
[1] Kebiasaan mencari-cari kesalahan orang dan menggunjing telah menjadi demikian lumrah sekarang sehingga bahkan perasaan akan keburukannya telah lenyap. Dan sekarang kalangan tinggi tnaupun rendah tidak berpantang darinya. Dan kedudukan tinggi mimbar serta kesucian mesjid tidak mencegahnya. Bilamana beberapa orang teman berkumpul maka pokok percakapan dan perhatian tertuju kepada pembicaraan tentang kesalahan-kesalahan lawan mereka disertai bumbu-bumbunya, dan orang mendengarkannya dengan penuh perhatian. Walaupun si pencari kesalahan itu sendiri terlibat dalam kesalahan-kesalahan yang dilihatnya pada orang lain, namun ia tak mau kesalahananya sendiri dibeberkan. Dalam kasus semacam itu, harusnya ia bertenggang rasa dan menjauhkan diri dari mencari-cari kesalahan orang lain dan melukai perasaannya. la harus bertindak sesuai dengan peribahasa, "Jangan Anda lakukan terhadap orang lain apa yang Anda tak mau diperlakukan kepada Anda".
Menggunjing didefmisikan sebagai membeberkan kesalahan sesama mukmin dengan niat untuk mencemarkannya sedemikian rupa sehingga merangsang kemarahannya, baik dengan kata-kata, tindakan, siratan atau saran. Sebagian orang menganggap gunjingan hanya meliputi yang palsu atau yang bertentangan dengan kenyataan. Menurut mereka itu, menceritakan apa yang telah dilihat atau didengar secara tepat sebagaimana adanya, bukanlah menggunjing. Tetapi sebenarnya menggunjing adalah justru mcnyampaikan fakta-fakta; apabila tidak benar menurut fakta maka hal itu berarti menuduh secara batil dan menyalahkan secara lalim, fitnah. Diriwayatkan dari Nabi saw kata-kata berikut,
Nabi berkata, "Tahukah Anda apa menggunjing itu?" Orang berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Kemudian beliau berkata, "Menggunjing berarti bahwa Anda berkata tentang saudara Anda suatu hal yang menyakiti-nya." Seseorang berkata, "Tetapi bagaimana kalau yang saya katakan tentang dia itu memang benar?" Nabi menjawab, "(Dinamakan) menggunjing hanya bilamana hal itu sesungguhnya benar; bila tidak maka Anda memfitnahnya."
Ada banyak penyebab orang terjerumus ke dalam perbuatan menggunjing. Kadang-kadang orang melakukannya dengan sadar dan kadang-kadang secara tidak sengaja. Abu Hamid al-Ghazali telah menguraikan penyebab-penyebab itu secara mendetail dalam bukunya Ihya' 'Ulumud-Dîn. Beberapa penyebab penting adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengolok-olok seseorang atau membuatnya nampak terhina.
2) Untuk membuat orang tertawa dan memamerkan kegembiraannya sendiri.
3) Mengungkapkan perasaan seseorang karena pengaruh marah dan berang.
4) Mengukuhkan keunggulan diri dengan berbicara buruk tentang orang lain.
5) Menyalahkan hubungan atau keterlibatan seseorang dalam suatu hal; yakni, bahwa suatu keburukan tertentu tidak dilakukannya tetapi dilakukan oleh orang lain.
6) Untuk menyesuaikan diri dengan suatu kelompok ketika dalam kumpulan mereka supaya tidak merasa terasing.
7) Melecehkan seseorang yang dikhawatirkan akan membeberkan kesalahannya sendiri.
8) Untuk mengalahkan pesaing dalam perilaku yang serupa.
9) Untuk mencari kedudukan di hadapan seseorang yang berkuasa.
10) Untuk mengungkapkan kesedihan bahwa si Anu telah jatuh ke dalam dosa seperti itu.
11) Untuk mengungkapkan keheranan, misalnya, sungguh mengherankan bahwa si Anu telah melakukannya.
12); Untuk mencerca si pelaku suatu perbuatan ketika mengungkapkan kemarahan atasnya.
Namun, dalam beberapa hal, mengungkapkan kesalahan atau mengritik tidak termasuk pada golongan menggunjing:
1) Apabila orang tertindas mengadu tentang si penindas untuk mendapatkan perbaikan, hal itu bukan menggunjing.
Allah tidak menyukai ucapan buruk lyang diucapkan) dengan terus terang, kecuali oleh nrang vang teraniaya ...." (QS. 4:148)
2) Untuk menccritakan kesalahan seseorang sementara memberi nasihat bukanlah menggunjing, karena kecurangan dan sikap bermuka dua tidak diizinkan dalam memberi nasihat.
3) Apabila dalam hubungan dengan mencari persyaratan atas perintah agama penyebutan nama seseorang tertentu tak terelakkan, maka menyebutkan kesalahan orang semacam itu sekadar perlunya bukanlah menggunjing.
4) Untuk menyampaikan penyelewengan atau kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyelamatkan seorang Muslim dari bahaya, bukanlah menggunjing.
5) Menceritakan kesalahan seseorang di hadapan orang yang dapat mencegahnya melakukan perbuatan itu, bukanlah menggunjing.
6) Kritik dan ungkapan pendapat tentang periwayat hadits bukanlah menggunjing.
7) Apabila seseorang mengetahui benar tentang kekurangan sesorang lain, kemudian ia mcnceritakan kesalahan itu untuk rnendefinisikan kepribadiannya; misalnya, menggambarkan orang tuli, bisu, pincang atau buntung sebagaimana adanya, bukanlah menggunjing.
8) Menggambarkan kekurangan seorang pasien kepada seorang dokter dengan tujuan bagi perawatan, bukanlah menggunjing.
9) Apabila ada orang mengakui silsilah secara batil lalu seseorang membeberkan silsilahnya yang sesungguhnya, bukanlah menggunjing.
10) Apabila nyawa, harla atau kehormatan seseorang hanya dapat dilindungi dengan membcritahukan kcpadanya tentang suatu kesalahan orang, hal itu bukan menggunjing.
11) Apabila dua orang membicarakan suatu kesalahan orang lain yang sudah diketahui oleh keduanya, bukanlah menggunjing, walaupun mengelakkan diri dari membicarakannya itu lebih baik, karena mungkin salah satu dari keduanya telah melupakannya.
12) Membeberkan keburukan orang yang secara terbuka melakukan keburukan, bukanlah menggunjing, sebagaimana dikatakan oleh sebuah hadis, "tak ada gunjingan dalam hal orang yang telah merobek-robek tirai malu".
KHOTBAH 140 Menentang Andalan pada Bidah
Wahai, manusia! Bila seorang mengetahui saudaranya teguh dalam iman dan pada jalan-jalan yang benar, ia tak boleh meminjamkan telinga kepada apa yang mungkin dikatakan orang tentang dia. Kadang-kadang si pemanah memanahkan panah tetapi panahnya tersesat; demikian pula, pembicaraan mungkin keluar dari pokok. Kesalahan-kesalahan musnah, sementara Allah adalah pendengar dan saksi. Tak ada di antara kebenaran dan kepalsuan selain empat jari.
Amirul Mukminin ditanyai tentang artinya; atasnya ia mengatupkan jari-jarinya dan menempatkannya di antara telinga dan mata seraya berkata:
Adalah kebatilan bilamana Anda katakan, "Saya telah mendengar demikian," sementara benarlah bilamana Anda katakan, "Saya telah melihat." •
KHOTBAH 141 Menentang Kedermawanan yang Salah Tempat
Barangsiapa menunjukkan kedermawanan kepada orang-orang yang tak berhak atasnya, atau yang tak patut baginya, ia tidak akan mendapatkan apa pun selain pujian dari orang hina dan penghargaan dari orang-orang jelek; walaupun selama ia terus memberi orang jahil akan mengatakan betapa dermawan tangannya, namun di jalan Allah ia kikir.
Oleh karena itu, barangsiapa diberi Allah kekayaan, haruslah ia meng-gunakannya dalam mengulurkan perilaku baik kepada kerabatnya, dalam menghibur, dalam membebaskan tawanan dan orang yang tertimpa musibah, dalam memberi kepada orang miskin dan yang berhutang; dan ia harus bersabar (atas kesulitan yang timbul dari) memenuhi hak-hak (orang lain) dan kesulitan-kesulitan dalam mengharapkan ganjaran. Sesungguhnya pencapaian sifat-sifat ini adalah puncak kebesaran di dunia ini dan pencapaian keutamaan di akhirat, insya Allah. •
KHOTBAH 142 Memohon Hujan
Hati-hatilah; bumi yang memikul Anda dan langit yang menaungi Anda dengan bayangannya taat kepada Pemerliharanya. Mereka (bumi dan langit) tidak menganugerahkan nikmatnya kepada Anda karena suatu perasaan belas kasihan atas Anda atau kecenderungan kepada Anda, tiada pula suatu kebaikan yang mereka harapkan dari Anda, melainkan mereka diperintah untuk menganugerahkan maslahat atas Anda, dan mereka menaatinya; dan disuruh untuk memelihara kebaikan Anda dan oleh karena itu mereka memerliharanya.
Sesungguhnya Allah mencobai hamba-hamba-Nya sehubungan dengan perbuatan jahat mereka dengan mengurangi buah-buahan, menahan nikmat dan menutup perbendaharaan yang baik, agar barangsiapa yang ingin bertaubat dapat bertaubat, orang yang ingin berpaling (dari kejahatan) dapat berpaling, dan orang yang ingin mengingat (kebaikan yang dilupakan) dapat mengingat, dan orang yang ingin berpantang (dari kejahatan) dapat berpantang. Allah Yang Mahasuci telah membuat permohonan keampunan(-Nya) menjadi suatu sarana untuk mencurahkan rezeki dan rahmat pada manusia sebagaimana Allah mengatakan,
"... Mohonlah ampun kepada Tuhan-Mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pemgampun, miscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu ...." (QS. 10:12)
Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada dia yang bertaubat, menjauhkan dosa dan bergegas (dalam beramal baik sebelum) kematiannya.
Ya Allah, Tuhanku! Kami datang kepada-Mu dari tirai dan tabir (rumah) ketika hewan-hewan dan anak-anak sedang menangis, memohon belas kasih-Mu, mengharapkan kemurahan dari kelimpahan-Mu, dan takut akan hukuman dan pembalasan. Ya Allah, Tuhanku, berikan kami minum dari hujan-Mu dan janganiah kiranya mengecewakan kami, jangan bunuh kami dengan bertahun-tahun (kekeringan) dan jangan hukum kami atas apa yang dilakukan oleh yang bodoh di antara kami, wahai Yang Maha Pengasih atas segala.
Ya, Allah, Tuhanku! Kami datang kepada-Mu untuk mengaduh kepada-Mu apa yang (sudah) tak tersembunyi dari-Mu, ketika tujuh kesulitan telah memaksa kami, paceklik kekeringan telah menggiring kami, kekurangan yang menyedihkan telah membuat kami tak berdaya, dan bencana-bencana yang menyusahkan telah menimpa kami terus-menerus. Ya, Allah, Tuhan-ku! Kami memohon kepada-Mu agar tidak memulangkan kami dengan kecewa, jangan mengembalikan kami dengan mata sedih, jangan menegur kami (dengan kasar) karena dosa-dosa kami, jangan pula memperlakukan kami menurut perbuatan kami.
Ya Allah, Tuhanku! Curahkanlah kepada kami rahmat-Mu, berkat-Mu, rezeki-Mu dan belas kasih-Mu, dan buatlah kami menikmati minuman yang bermaslahat bagi kami, puaskanlah dahaga kami, hasilkanlah tumbuh-an hijau dengan apa segala yang telah hilang mendapatkan pertumbuhan dan semua yang telah layu menjadi hidup lagi. Hendaknya itu menimbulkan tnanfaat kesegaran dan kelimpahan buah-buahan yang ranum. Dengan itii padang-padang dapat diairi, sungai-sungai dapat mulai mengalir, tumbuh-tumbuhan dapat berdaun dan harga-harga dapat turun. Sesungguhnya Engkau kuasa atas segala yang Engkau kehendaki. •
KHOTBAH 143 Pengutusan Nabi
Allah mengutus para rasul dan mengutamakan mereka dengan wahyu. la membuat mereka sebagai hujah bagi-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya, supaya tidak tertinggal suatu alasan bagi manusia. la mengundang manusia ke jalan yang benar melalui lidah yang benar. Hendaklah Anda ketahui bahwa Allah mengetahui sepenuhnya tentang penciptaan. Bukan karena la tidak mengetahui apa yang mereka sembunyikan di antara rahasia-rahasia mereka yang tersembunyi dan perasaan batin mereka, tetapi untuk menguji mereka siapa di antara mereka yang melakukan perbuatan baik, agar ada ganjaran bagi perbuatan baik dan hukuman atas perbuatan jahat.
Kedudukan Ahlulbait
Di manakah mereka yang secara batil dan lalim mengaku bahwa mereka berilmu secara mendalam, dibanding dengan kami, padahal Allah mengangkat kami dalam kedudukan dan menahan mereka di bawah, menganugerahkan kepada kami pengetahuan tetapi tidak memberikan kepada mereka, dan memasukkan kami (ke dalam benteng pengetahuan) tetapi membiarkan mereka di luar. Pada kami bimbingan harus dicari dan kebuta-an (karena ketersesatan) harus diubah menjadi kecerlangan. Sesungguhnya para imam (pemimpin ilahi) akan ada dari Quraisy. Mereka telah ditanami dalam garis ini melalui Hasyim. Tak akan sesuai bagi orang lain, dan tidak pula orang lain sesuai sebagai kepala-kepala urusan.
Dari Khotbah yang Sama Tentang Orang-orang yang Menentang Ahlulbait
Mereka telah mengangkat dunia ini dan meninggalkan akhirat; meninggalkan air jernih dan meminum air busuk. Saya hampir dapat melihat orang jahat mereka[1] yang melakukan hal-hal yang haram, bersekutu dengan mereka, bersahabat dengan mereka dan seia sekata dengan mereka hingga rambutnya menjadi kelabu dan wataknya mendapatkan ronanya. la maju terus dengan mengeluarkan buih seperti arus banjir, tanpa mempedulikan siapa yang ditenggelamkannya, atau, seperti api dalam jerami, tanpa menyadari apa yang ia bakar.
Di manakah pikiran-pikiran yang mencari cahaya dari lampu petunjuk dan mata yang melihat menara takwa? Di manakah hati yang diabdikan kepada Allah dan dipersembahkan untuk menaati Allah? Mereka semua berkerumun ke arah kesia-siaan duniawi dan bertengkar tentang hal-hal yang haram. Panji-panji surga dan neraka telah diangkat bagi mereka tetapi mereka memalingkan wajah mereka dari surga lalu maju ke neraka akibat perilaku mereka. Allah memanggil mereka (ke surgaj tetapi mereka menujukkan (rasa) tak suka dan lari (darinya). Ketika iblis tnemanggil mereka, mereka menyambut dan maju (kepadanya). •
[1] Di sini rujukannya ialah kepada 'Abdul Malik ibn Marwan yang melakukan kejahatan pemusnahan besar melalui Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi.
KHOTBAH 144 Tentang Dunia ini
Wahai, manusia, kita di dunia ini adalah sasaran panah kematian. Bersama setiap minum ada tersedaknya dan bersama setiap makan ada terselaknya. Kita tak mendapatkan suatu manfaat di dalamnya melainkan dengan melewatkan suatu (manfaat) lain, dan tiada seorang di antara Anda maju dalam usia barang sehari kecuali dengan mengeluarkan satu hari dari kehidupannya. Tiada lebih yang ditambahkan kepada makannya melainkan mengurangi apa yang telah ada sebelumnya. Tiada tanda yang muncul baginya melainkan suatu tanda lain menghilang. Tiada sesuatu yang baru menjadi ada melainkan yang baru menjadi tua. Tiada panen baru datang kecuali apabila suatu panen telah dituai. Akar-akarnya telah hilang, yang kuncup-kuncupnya adalah kita. Bagaimana suatu kuncup hidup setelah perginya akar?
Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Bidah
Tiada bidah diperkenalkan melainkan satu sunah ditinggalkan; menjauhlah dari bidah dan bersiteguhlah pada jalan yang lebar. Sesungguhnya jalan-jalan lama yang teruji adalah yang terbaik, dan jalan-jalan bidah adalah buruk. •
KHOTBAH 145 Diucapkan ketika 'Umar ibn Khaththab meminta pendapat Amirul Mukminin tentang ikut sertanya dalam Perang Persia[1]
Dalam urusan ini, kemenangan atau kekalahan tidak tergantung pada besar atau kecilnya pasukan. Agama Allah yang telah diangkat-Nya di atas segala agama, dan tentaranya yang telah la gerakkan dan luaskan hingga mencapai titik di mana sekarang mereka berdiri dan telah tiba pada kedudukannya sekarang. Kita memegang janji Allah, dan la akan memenuhi janji-Nya dan mendukung tentara-Nya.
Kedudukan kepala pemerintahan adalah fsepertij kedudukan benang bagi manik-manik, karena ia menghubungkan dan mengumpulkan mereka. Apabila benang putus, mereka akan terserak dan hilang dan tak akan berkumpul lagi. Orang Arab sekarang, sekalipun kecil dalam jumlahnya, adalah besar karena Islam, dan kuat karena persatuan. Anda harus tetap sebagai poros bagi mereka, dan memutar gilingan (pemerintahan) dengan (pertolongan) orang Arab, dan menjadi akar mereka. Menjauhlah (Anda) dari pertempuran, karena apabila Anda meninggalkan tempat ini maka orang Arab akan menyerang Anda dari semua sisi dan arah hingga tempat-tempat yang tak terkawal yang Anda tinggalkan akan menjadi lebih penting daripada yang ada di hadapan Anda.
Apabila orang Persia melihat Anda besok, mereka akan mengatakan, "la adalah akar (kepala) Arabia. Apabila kita menyingkirkan dia maka kita akan aman." Maka hal ini akan meninggikan gairah mereka menentang Anda, dan kemauan mereka akan tertuju kepada Anda. Anda katakan bahwa mereka telah berangkat untuk bertempur melawan kaum Muslim. Nah, Allah membenci keberangkatan mereka lebih dari Anda, dan la lebih mampu mencegah apa yang la benci. Mengenai gagasan Anda tentang jumlah (besar) mereka, di waktu lalu kita tidak berperang atas kekuatan jumlah yang besar, tetapi kita berperang atas dasar dukungan dan bantuan Allah. •
[1] Beberapa orang menasihati Khalifah 'Umar untuk menyertai pertempuran Qadisiyyah atau Nahawand. Karena ia menganggapnya bertentangan dengan kecenderungan pribadinya maka ia merasa perlu meminta pendapat Amirul Mukminin. Apabila Amirul Mukminin menasihatinya berlawanan dengan nasihat orang-orang itu, ia akan mengajukan alasan untuk tidak ikut serta berdasarkan nasihat 'AIi; tetapi, apabila 'Ali juga menasihatinya untuk ikut scrta dalam pertempuran maka ia akan mencari alasan lain. Namun, tidak seperti orang lain, Amirul Mukminin menasihatinya untuk tinggal. Orang lain menasihatinya untuk turut bertempur, karcna Nabi tidak hanya mengirim orang melainkan beliau sendiri ikut serta pula bersama para kerabatnya yang dekat. Yang dilihat Amirul Mukminin adalah bahwa kehadiran 'Umar dalam pertempuran itu tak akan bermanfaat bagi Islam, malah tinggalnya dia akan menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan.
Pandangan Amirul Mukminin bahwa kedudukan kepala pemerintahan adalah seperti poros yang di seputarnya sistem pemermtahan berputar adalah suatu pokok prinsip yang tak ada kaitannya dengan kepribadian tertentu. Baik pemerintah itu Muslim ataupun tidak, adil atau lalim, bajik atau mungkar, untuk pemerintahan suatu negara, kehadiran penguasa merupakan kemestian, sebagaimana telah diterangkan Amirul Mukminin di tempat lain secara panjang lebar,
"Nyatanya tak ada jalan lepas bagi manusia dari penguasa, baik atau buruk. Orang-orang beriman beramal (baik) dalam pemerintahannya sementara orang kafir menikmati manfaat (duniawij di dalamnya. Dalam pemerintahan itu Allah akan membawa segalanya ke lujuan. Melalui si pcnguasa, pajak dikumpulkan, musuh diperangi, jalan-jalan dilindungi, dan hak orang lemah diambil dari orang kuat, sampai orang bajik mcnikmati kcdamaian dan diberi perlindungan dari (penindasan) si jahat." (Khotbah 40)
Kata-kata Amirul Mukminin yang diucapkan dalam nasihatnya tidak me-nunjukkan suatu kualitas dari Khalifah 'Umar, kecuali bahwa dia adalah penguasa. Tak ada keraguan bahwa ia memegang wewenang duniawi, terlepas dari masalah apakah hal itu diperoleh melalui jalan yang benar atau salah. Dan di mana ada pemerintahan, di sana ada pemusatan urusan rakyat. Itulah sebabnya maka Amirul Mukminin mengatakan bahwa apabila 'Umar pergi maka orang Arab akan mengikutinya dalam jumlah besar-besaran ke medan pertempuran, karena bila penguasa dalam perjalanan maka rakyat tak akan mau tertinggal. Akibatnya, perginya mereka akan menyebabkan kota-kota menjadi kosong, dan musuh akan menyimpulkan dari tibanya mereka di medan pertempuran bahwa kota-kota Islam sedang kosong dan bahwa apabila kaum Muslim terpukul mundur maka tak ada bantuan yang akan sampai kepada kaum Muslim itu dari pusat pemerintahan. Lagi pula, apabila si penguasa terbunuh maka tentara akan tercerai-berai dengan sendirinya karena si penguasa adalah fondasinya. Apabila fondasi tergoncang maka tembok-tembok tak akan mampu berdiri. Kata ashlul 'Arab (akar utama Arabia) tidak digunakan oleh Amirul Mukminin sebagai kata-katanya sendiri; ia mengambilnya dari orang Persia. Jelaslah bahwa dalam kapasitasnya sebagai kepala Negara, Khalifah 'Umar adalah, dalam pandangan mereka, penguasa Tanah Arab. Di samping itu, rujukan itu adalah kepada negara, bukan Islam atau kaum Muslim, sehingga tak ada sualu kesan yang berarti baginya dari sisi pandang Islam.
Amirul Mukminin menunjukkan kepada Khalifah 'Umar bahwa bila ia sampai di sana, orang-orang Persia akan menjadikannya sasaran; dan apabila ia jatuh ke tangan musuh mereka tidak akan membiarkannya tanpa dibunuh. Kata-kata semacam itu akan menggugah orang pemberani untuk segera bangkit dan meningkatkan semangatnya, tetapi 'Umar menyukai nasihat untuk tinggal dan berpikir bahwa adalah lebih baik menjauhkan diri dari api pertempuran. Apabila nasihat ini tidak sesuai dengan kecendcrungan pnbadinya maka ia tak akan menerimanya dengan demikian senangnya; ia akan berusaha untuk berargumentasi bahwa pemerintahan negara dapat dipelihara dengan meninggalkan seorang wakil. Lagi pula, setelah orang lain menasihatinya untuk pergi maka apakah gunanya ia meminta nasihat Amirul Mukminin kecuali untuk mendapatkan alasan unluk tinggal?
KHOTBAH 146 Maksud Pengutusan Nabi dan Keadaan Zaman Ketika Orang Menentang Al-Qur'an
Allah mengutus Muhammad saw dengan kebenaran agar beliau mengeluarkan manusia dari penyembahan berhala kepada penyembahan kepada-Nya, dan dari menaati iblis kepada menaati Dia, dan mengutus beliau dengan Al-Qur'an yang beliau terangkan dan kuatkan, agar manusia mengetahui Pemelihara mereka, karena (dahulu) mereka menyangkali-Nya, agar mereka mengakui-Nya karena (dahulu) mereka menolak-Nya, dan menerima-Nya karena (dahulu) mereka mengingkari-Nya. Karena Dia Yang Mahasuci mewahyukan kepada mereka melalui Kitab-Nya tanpa mereka melihat-Nya, yang dengan jalan itu la menunjukkan kepada mereka (sebagian) dari kekuatan-Nya dan membuat mereka takut kepada kekuasaan-Nya. Bagaimana la menghancurkan mereka yang la kehendaki untuk dihancurkan melalui hukuman-Nya, dan meruntuhkan mereka yang la kehendaki untuk diruntuhkan melalui pembalasan-Nya!
Tentang Masa Depan
Sesungguhnya suatu saat akan datang kepada Anda setelah saya, ketika tak ada yang lebih tersembunyi dari kebenaran, tak ada yang lebih nampak daripada kebatilan, dan tak ada yang lebih lumrah dari dusta terhadap Allah dan Rasul-Nya. Bagi manusia di masa itu, tak ada sesuatu yang lebih tak berharga selain Al-Qur'an yang dibaca sebagaimana seharusnya ia dibaca, dan tak ada sesuatu yang lebih berharga dari Al-Qur'an yang disalah-tempatkan dari kedudukannya. Dan di kota-kota tak ada yang lebih dibenci dari kebajikan, dan tak ada yang lebih disukai ketimbang kejahatan.
Para pemegang Kitab itu akan membuangnya dan para penghafalnya akan melupakannya. Di hari-hari itu Al-Qur'an dan umatnya akan terasing dan tercampak. Mereka akan menjadi sahabat-sahabat yang berkumpul di satu jalan, tetapi tak seorang pun akan memberikan perlindungan kepada mereka. Akibatnya, di masa itu Al-Qur'an dan umatnya akan berada di antara manusia tetapi tidak termasuk kalangan mereka, akan berada pada mereka tetapi tidak bersama mereka, karena kesesatan tak akan bersesuaian dengan petunjuk sekalipun mereka mungkin berada bersama-sama. Manusia akan bersatu pada perpecahan dan oleh karena itu akan memutuskan diri dari umat, seakan-akan mereka adalah para pemimpin Al-Qur'an dan bukan Al-Qur'an pemimpin mereka. Tak ada darinya yang akan tertinggal pada mereka, kecuali namanya, dan mereka tak akan mengetahui apa-apa kecuali tulisan dan kata-katanya. Sebelum itu mereka akan menimpakan kesukaran pada orang berkebajikan, menamakan pandangan orang bajik mengenai Allah hujatan palsu, dan menerapkan kepada orang bajik hukuman orang jahat.
Orang-orang sebelum Anda berlalu karena perpanjangan hawa nafsu mereka dan kelupaan akan kematian mereka, hingga peristiwa yang dijanjikan itu menimpa mereka, yang dalih-dalihnya ditampik, taubat ditolak serta hukuman dan pembalasan ditimpakan.
Tentang Ahlulbait
Wahai manusia, orang yang mencari nasihat dari Allah, mendapatkan petunjuk-Nya, dan orang yang mengambil sabda-Nya sebagai petunjuk, dipimpin kepada yang lebih lurus, karena pencinta Allah merasa aman dan lawan-Nya merasa takut. Orang yang mengetahui keagungan-Nya tidaklah pantas mengaku besar, tetapi kebesaran orang yang mengakui kebesaran-Nya ialah bahwa mereka mengagungkan Dia, dan keselamatan orang yang mengetahui kekuasaan-Nya terletak pada penyerahan diri kepada-Nya. Jangan melarikan diri ketakutan dari kebenaran seperti ketakutan orang sehat terhadap orang berkudis, atau orang sehat dari orang sakit.
Hendaklah Anda ketahui bahwa Anda tak akan pernah mengenal petunjuk kalau Anda tidak mengenali siapa yang telah meninggalkannya; Anda tak akan berpegang pada janji-janji Al-Qur'an apabila Anda tidak mengenali siapa yang telah melanggarnya, dan (Anda) tak akan pernah berpegang erat padanya kecuali apabila Anda ketahui siapa yang telah tneninggalkannya. Carilah hal-hal ini dari orang-orang yang memilikinya, karena mereka adalah sumber hidupnya pengetahuan dan matinya kejahilan. Mereka adalah orang-orang yang perintah-perintahnya akan mengungkapkan kepada Anda (besarnya) pengetahuan mereka, diamnya mereka mengungkapkan (kemampuan)nya berbicara, dan wajah lahir mereka akan mengungkapkan batin mereka. Mereka tidak menentang agama, dan tidak saling berbeda tentang itu, sementara ada di antara mereka suatu saksi yang benar dan pembicara yang diam. •
KHOTBAH 147 Tentang Thalhah dan Zubair serta Penduduk Bashrah
Masing-masing dari keduanya (Thalhah dan Zubair) menghendaki ke-khalifahan bagi dirinya sendiri, dan sedang menarik ke dirinya bertentangan dengan yang satunya. Mereka tidak menggunakan suatu hubungan untuk mendapatkan (jalan kepada) Allah dan tidak pula maju kepada-Nya melalui suatu sarana. Keduanya saling mendengki. Tak lama lagi tirainya akan terbuka. Demi Allah, apabila mereka mencapai apa yang mereka tuju, seorang darinya akan membunuh yang lainnya, dan yang satunya akan menyudahi yang lainnya. Pihak pendurhaka telah bangkit. Di manakah para pencari kabajikan; karena jalan telah ditentukan dan mereka telah diberi kabar. Bagi setiap kesesatan ada sebab dan bagi setiap pelanggaran janji ada kesangsian. Demi Allah, saya tidak akan menjadi seperti orang yang mendengarkan suara perkabungan, mendengarkan orang yang membawa berita kematian dan juga mengunjungi orang yang berkabung namun tidak mengambil pelajaran. •
KHOTBAH 148 Sebelum Wafat, Wasiat Terakhir
Wahai manusia, setiap orang mesti menemui apa yang hendak dielakkannya dengan melarikkan diri.[1] Kematian adalah tempat ke mana hidup menggiring. Melarikan diri darinya berarti menangkapnya. Berapa banyak hari telah saya lewatkan dalam mencari rahasia perkara ini, tetapi Allah tidak mengizinkan kecuali penyembunyiannya. Sayang! Itu merupakan pengetahuan yang tersimpan. Tentang wasiat terakhir saya, yang mengenai Allah, janganlah percaya akan suatu mitra bagi-Nya; dan mengenai Muhammad (saw), janganlah mengabaikan sunah beliau. Peganglah kedua tiang ini dan nyalakan kedua lampu ini. Hingga Anda tak terpecah, tak ada keburukan yang akan menimpa Anda.[2] Setiap orang dari Anda harus memikul bebannya sendiri. (Beban) itu telah diringankan bagi orang bodoh. Allah Maha Pengasih. Keimanan itu lurus. Pemimpin (Nabi) adalah pemegang pengetahuan. Kemarin saya bersama Anda; sekarang saya telah menjadi suatu bahan pelajaran bagi Anda; dan besok saya akan meninggal-kan Anda. Semoga Allah mengampuni saya dan Anda.
Apabila kaki tetap kukuh di tempat yang licin ini, syukurlah. Tetapi, apabila kaki tergelincir, adalah itu karena kita berada di bawah bayangan cabang-cabang, berlalunya angin dan tudung awan yang lapisan-lapisannya terserak di langit, dan yang jejak-jejaknya lenyap di bumi.[3] Saya adalah tetangga Anda. Jasad saya akan menemani Anda untuk beberapa hari dan tak lama lagi Anda hanya akan mendapatkan badan saya yang kosong yang akan diam setelah (semua) gerakan(nya) dan diam setelah bicara, sehingga ketenangan saya, terkatupnya mata saya, dan diamnya anggota-anggota badan saya, dapat memberikan nasihat bagi orang-orang yang mengambil pelajaran (darinya) ketimbang pembicaraan fasih dan kata yang tersedia. Saya akan berpisah dari Anda sebagai orang yang bergairah untuk menemui (seseorang). Besok Anda akan melihat kepada hari-hari saya, lalu bagian batin saya akan terbuka kepada Anda, dan Anda akan memahami saya setelah kekosongan tempat saya dan penempatannya oleh seseorang lain. •
[1] 'lni berarti bahwa waktu yang dilewatkan dengan usaha-usaha untuk menjauhi kematian dan dalam sarana yang diambilnya untuk itu, hanyalah memperpendek rentangan kehidupan. Karena waktu itu berlalu maka tujuan kematian makin mendekat, sehingga dalam usaha orang untuk mencari kehidupan ia menemui kematian.
[2] Wa khalâkum dzammun (Tak ada keburukan akan menimpa Anda). Kalimat ini digunakan sebagai peribahasa. Kalimat itu mula-mula digunakan oleh Qashir, budak Jadzimah ibn Malik al-Abrasy.
[3] Maksudnya ialah bilamana semua ini mati, bagaimana mungkin mereka yang mcnghuninya tinggal selamat? Tentu mereka pun akan mati pula pada suatu saat, sebagaimana segala scsuatu lainnya. Lalu mengapa harus merasa heran akan berakhirnya kehidupan saya?
KHOTBAH 149 Tentang Peristiwa Yang Akan Datang dan Beberapa Kegiatan Kaum Munafik
Mereka ke kanan dan ke kiri menerobos ke jalan-jalan kejahatan dan meninggalkan jalan-jalan petunjuk. Janganlah terburu-buru untuk suatu hal yang akan terjadi dan yang ditunggu, dan jangan berhasrat untuk menangguhkan apa yang akan dibawa hari oleh esok bagi Anda. Karena, berapa banyak manusia yang terburu-buru untuk suatu hal tetapi setelah mereka mendapatkannya mereka mulai menginginkan kiranya mereka tidak mendapatkannya. Betapa dekat hari ini kepada fajar hari esok. Wahai kaumku, inilah saat bagi terjadinya setiap peristiwa yang dijanjikan dan mendekatnya hal-hal yang tidak Anda ketahui. Siapa saja dari antara kita yang ada di hari-hari ini akan bergerak melewatinya dengan lampu yang menyala dan akan melangkah pada jejak orang berkebajikan, untuk mengorak buhul, untuk membebaskan budak-budak, untuk memecahkan yang bersatu dan menyatukan yang terpecah. la akan tersembunyi dari manusia. Pengejar tidak akan mendapatkan jejak kakinya sekalipun ia memburu dengan matanya. Kemudian sekelompok orang akan ditajamkan seperti menajamkan pedang oleh pandai besi. Pandangan mereka akan dicerahkan oleh wahyu, (kehalusan) penafsiran akan dimasukkan ke telinga mereka, dan kepada mereka akan diberi minuman kebijaksanaan, pagi dan petang.
Sebagian dari Khotbah yang Sama
Masanya menjadi panjang agar mereka dapat menyempurnakan (kedudukan) aib mereka dan patut mendapatkan perubahan hingga akhir masa tercapai, dan sekelompok manusia berpaling kepada kejahatan dan memungut senjata mereka untuk berperang. Yang berkebajikan tidak menunjukkan suatu hak kepada Allah tetapi dengan tenang menanggung, dan tidak merasa gembira ria karena melibatkan diri dalam kebenaran. Akhirnya masa percobaan berakhir menurut yang telah ditetapkan. Kemudian mereka menyiarkan pandangan mereka yang baik di antara orang-orang lain dan mencari kedekatan kepada Allah menurut perintah pemimpin mereka.
Ketika Allah mengambil Nabi (kepada-Nya), sekelompok orang kembali lagi kepada jalan-jalan mereka. Jalan-jalan (kesesatan) itu meruntuhkan mereka, dan mereka mendapatkan kepercayaan kepada para penggoda yang penipu, menunjukkan tenggang rasa kepada yang selain kerabat, dan meninggalkan kerabat yang diperintahkan untuk mereka cintai, dan meng-geser bangunan dari fondasinya yang kuat lalu membangunnya di tempat lain dari (yang semestinya). Mereka adalah sumber segala kekurangan dan pintu dari para peraba dalam gelap. Mereka bergerak kesana kemari dalam keheranan dan terbaring mabuk di jalan kaum Fir'aun. Mereka cenderung kepada dunia ini dan mengambil dukungan atasnya, atau jauh dari keimanan dan menyingkir darinya. •
KHOTBAH 150 Keadaan Rakyat Dalam Kekacauan, dan Nasihat Terhadap Penindasan dan Pendapatan Haratn
Saya memuji Allah dan memohon pertolongan-Nya dari (apa yang membawa kepada) hukuman, dari iblis dan perbuatannya yang menipu, dan (saya memohon) perlindungan(-Nya) dari perangkap dan hadangan iblis. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad (saw) adalah hamba dan nabi-Nya (saw) dan orang pilihan yang dipilih-Nya. Kemuliaan Muhammad (saw) tak dapat dibandingkan, dan kehilangannya tak dapat dipulihkan. Tempat-tempat berpenduduk dicerlangkan melalui beliau ketika sebelumnya (hanya) ada kesesatan yang gelap, kejahilan yang merajalela dan kebiasaan kasar, dan manusia memandang yang haram sebagai halal, menghinakan orang yang bijaksana, melewati hidup ketika tak ada nabi, dan mati sebagai orang kafir.
Anda, bangsa Arab, akan menjadi mangsa bencana yang telah datang mendekat. Anda harus menjauhi kemabukan harta, takut akan bencana hukuman, bersabar dalam (menghadapi) kegelapan dan bengkoknya kejahatan ketika wataknya yang tersembunyi terbuka sendiri, rahasia-rahasianya menjadi nyata, dan poros serta pusat putarannya beroleh kekuatan. la mulai dalam tahap-tahap yang tak nampak tetapi berkembang menjadi kengerian yang besar. Para pemudanya adalah seperti pemuda pancaroba, dan tanda-tandanya adalah seperti tanda-tanda pukulan oleh batu.
Para penindas mewarisi persetujuan (timbal balik). Yang pertama dari mereka berlaku sebagai pemimpin untuk yang berikutnya, dan yang berikut mengikuti yang pertama. Mereka saling berlomba dalam (hal) dunia yang rendah ini, dan berebut bangkai yang berbau busuk ini. Dalam waktu singkat, pengikut itu akan menyangkali hubungannya dengan si pemimpin, dan si pemimpin fakan menyangkali hubungannya) dengan si pengikut. Mereka akan saling berpecah dan saling mengutuk apabila mereka bertemu. Lalu, setelah ini, akan muncul seorang pembangkit kejahatan lain yang akan menghancurkan puing-puing. Hatinya akan bergoyang setelah normal, orang akan tersesat setelah selamat, hawa nafsu akan berlipat ganda dan menjadi aneka ragam, dan pandangan-pandangan akan menjadi kacau.
Barangsiapa maju ke bencana ini, akan runtuh; dan barangsiapa berjuang untuk itu akan dimusnahkan. Mereka akan saling menggigit seperti kera-kera liar saling menggigit dalam kawanan. Guiungan tali akan kacau, dan wajah urusan akan dibutakan. Selama waktu itu kebijaksanaan akan surut, dan para penindas akan (beroleh kesempatan untuk) bicara. Kejahatan ini akan meremukkan orang-orang Badui dengan palu-palunya, dan melindas mereka dengan dadanya. Dalam debunya para pejalan tunggal akan hilang, dan di jalannya para penunggang kuda akan dibinasakan. (Bencana) itu akan mendekat dengan kepahitan nasib, dan akan memberikan darah murni (ketimbang susu). (BencanaJ itu akan melanggar menara-menara keimanan dan meremukkan ikatan-ikatan keyakinan teguh. Orang bijaksana akan melarikan diri darinya seraentara orang jahat akan menempanya. Akan guntur dan kilat (seperti halilintar). Itu akan menciptakan bencana yang dahsyat. Di dalamnya kerabat akan diabaikan dan Islam akan ditinggalkan. Orang yang mengakuinya juga akan terkena olehnya, dan orang yang melarikan diri darinya akan (dipaksa) tinggal di dalamnya.
Di antara mereka, beberapa akan menjadi syahid yang tak dibalasi dendamnya, dan beberapa akan tertirapa ketakutan dan memohon pertolongan. la akan tertipu oleh janji-janji dan kepercayaan curang. Hendaklah Anda jangan menjadi patok-patok bencana dan tenda-tenda bidah, melainkan harus berpegang pada apa yang darinya tali umat telah dijalin dan pada apa tiang-tiang ketaatan telah didirikan. Majulah terus kepada Allah sebagai orang tertindas, dan jangan maju kepada-Nya sebagai penindas. Jauhilah jalan iblis dan tempat-tempat kedurhakaan. Jangan masukkan ke dalam perut Anda suapan-suapan haram, karena Anda sedang menghadapi Dia yang telah mengharamkan kedurhakaan bagi Anda, dan memudahkan jalan ketaatan bagi Anda. •
15
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 151 Tentang Kebesaran dan Sifat-sifat Alllah[1]
Segala puji bagi Allah yang bukti maujud-Nya adalah melalui penciptaan-Nya, yang (bukti) azali-Nya melalui kebaruan ciptaan-Nya, dan melalui saling serupanya kenyataan bahwa tak ada yang sama dengan-Nya. Indera tak dapat menyentuh-Nya dan tirai tak dapat menabiri-Nya, karena perbedaan antara Pembuat dan yang dibuat, Pembatas dan yang dibatasi dan Pemelihara dan yang dipelihara.
la Satu tapi bukan yang pertama dalam hitungan, Pencipta tetapi bukan melalui kegiatan kerja, Pendengar tetapi bukan melalui suatu organ fisik, Pelihat tetapi bukan dengan membentangkan kelopak mata, Saksi tetapi bukan dengan kedekatan, Terpisah tetapi bukan dengan ukuran jarak, Zhâhir tetapi bukan dengan penglihatan, dan Bâthin tetapi bukan karena kehalusan (jasadi). la Nyata (berbeda) dari segala sesuatu karena la mengalahkan dan menguasainya, sementara segala sesuatu berbeda dari Dia karena penyerahan mereka kepada-Nya dan berpalingnya mereka kepada-Nya.
Barangsiapa menggambarkan-Nya, ia membatasi-Nya. Barangsiapa membatasi-Nya, ia memberi jumlah kepada-Nya. Orang yang memberi jumlah kepada-Nya menyangkal keabadian-Nya. Barangsiapa mengatakan "bagaimana" (berarti ia) mencari gambaran bagi-Nya. Barangsiapa mengatakan "di mana", mengikat-Nya. la mengetahui walaupun tak ada yang akan diketahui. la Pemelihara walaupun tak ada yang akan dipelihara. Ia Kuasa sekalipun tak ada yang akan dikuasai.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Para Imam
Si pembangkit telah bangkit, si pemercik telah memercik, si pemuncul telah muncul, dan yang bengkok telah diluruskan. Allah telah menggantikan satu umat dengan (umat) yang lain dan satu hari dengan (hari) lain. Kami menunggu-nunggu perubahan ini sebagai yang terlanda kelaparan menunggu hujan. Sesungguhnya para imam adalah para khalifah Allah atas makhluk-makhluk-Nya dan mereka membuat makhluk-makhluk itu mengenal Allah. Tak seorang pun akan memasuki surga kecuali yang mengenal mereka dan mengenal Dia, dan tak seorang pun akan masuk neraka kecuali yang menolak mereka dan menolak Dia.
Allah Yang Mahasuci telah memuliakan Anda dengan Islam dan telah memilih Anda untuk itu. Karena (Islam) itu adalah nama keselamatan dan kumpulan kemuliaan. Allah Yang Mahasuci memilih jalannya dan raen bukakan hujah-hujahnya melalui pengetahuan yang terbuka dan rahasia. Keajaiban-keajaibannya (Al-Qur'an) tidak berkesudahan dan kehalusannya tak berakhir. (Al-Qur'an) itu mengandung rahmat dan la lampu (bagi) kegelapan. (Pintu-pintu) kebajikan tak dapat dibuka kecuali dengan kunci-kuncinya, kegelapan tak dapat dilenyapkan kecuali dengan lampu-lampunya. Allah telah melindungi pokok-pokok yang tak terjangkau (dari musuh) dan mengizinkan penggembalaan (para pengikutnya) di padang-padangnya. la mengandung pelindung (dari keluhan dan kesesatan) bagi para pencari kesembuhan, dan penuh dukungan bagi pencari dukungan.
[1] Bagian pertama dari Khotbah ini terdiri dari masalah-masalah penting mengenai pengetahuan tentang mengenal Allah, di mana Amirul Mukminin menyoroti masalah bahwa Allah adalah azali dan sifat-sifat-Nya sama dengan diri-Nya sendiri. Bila kita perhatikan penciptaan, kita lihat bahwa pada setiap gerakan ada yang menggerakkan, dari mana setiap orang yang berakal normal terpaksa menyimpulkan bahwa tak ada akibat dapat muncul tanpa sebab. Bayi beberapa hari pun, apabila tubuhnya disentuh, merasakan dalam kesadarannya bahwa sesuatu telah menyentuhnya. la menunjukkannya dengan membuka mata atau berpaling dan melihat. Maka bagaimana penciptaan dunia dan sistem dari segala ciptaan ini dapat diatur tanpa Pencipta atau Pengatur? Setelah diakui adanya Pencipta, maka harus pula diakui bahwa la berada dengan sendiri-Nya, setiap yang mempunyai awal mesti mempunyai pusat keberadaan dan kemudian akan berakhir. Apabila itu pun memerlukan satu Pencipta, maka akan timbul pertanyaan apakah pencipta ini juga diciptakan oleh suatu pencipta lain ataukah ia berada dengan sendirinya. Jadi, kecuali dengan mengakui adanya Pencipta yang berada Sendiri, yang menjadi penyebab dari segala sebab, pikiran akan tetap meraba-raba dalam gua sebab akibat, dan tak akan pernah mendapat gagasan tentang ujung-ujung akhir dari rangkaian penciptaan. la akan terjerumus ke dalam argumen melingkar dan tidak akan mencapai suatu kesudahan. Apabila si pencipta itu dipandang sebagai telah menciptakan diri sendiri, maka akan ada dua kemungkinan, ia (asalnya) ada atau tak ada. Apabila ia tak ada, maka tak mungkin dia yang tak ada menciptakan yang ada. Apabila ia ada sebelum menciptakan dirinya sendiri, maka tak ada maknanya lagi. Karena itu, maka perlulah mempercayai bahwa Pencipta itu haruslah suatu Wujud yang tidak bergantung pada suatu pencipta lain, dan segala sesuatu lainnya tergantung pada-Nya. Ketergantungan dari seluruh ciptaan ini adalah bukti bahwa keberadaan dari Sumber segala ciptaan adalah kekal dan abadi. Dan karena semua wujud selain Dia dapat berubah-ubah, bergantung pada posisi dan tempat dan serupa dengan sesamanya dalam sifat-sifatnya, dan karena keserupaan mengantarkan kepada kemajmukan sedang keesaan tidak mempunyai persamaan selain dengan dirinya sendiri, maka tak ada sesuatu yang seperti Dia. Bahkan benda yang disebut satu tak dapat dipandang serupa dengan Keesaan-Nya karena la satu dan tunggal dalam setiap seginya. la bebas dan suci dari semua sifat yang terdapat dalam tubuh atau benda karena la bukan tubuh, warna atau bentuk, dan tidak la terletak di mana pun, tidak pula terbatas pada suatu tempat. Oleh karena itu, manusia tak melihat atau mengerti-Nya melalui indera atau perasaannya, karena indera hanya dapat mengetahui hal-hal yang sesuai dengan batas-batas waktu, ruang dan benda. Mempercayai bahwa la dapat dilihat adalah mempercayai bahwa la mempunyai tubuh; tetapi, karena la bukan jasad, dan la tidak berada melalui suatu jasad, dan la tidak terletak pada suatu arah atau tempat, tak mungkin la dilihat. Tetapi keadaan-Nya yang tak terlihat (gaib) tidaklah seperti jasad material yang halus yang disebabkan oleh kehalusannya mata menembusinya tetapi tak mampu melihatnya, seperti, misalnya, udara di angkasa lepas. Tetapi ia tak terlihat karena keberadaan-Nya sendiri. Walaupun demikian tak ada yang tak terlihat bagi-Nya. la melihat dan mendengar, tetapi tidak tergantung pada indera penglihatan dan pendengaran; karena, apabila la memerlukan organ tubuh untuk mendengar dan melihat maka la akan memerlukan hal-hal dari luar untuk kesempurnaan-Nya dan akan tidak menipakan Wujud Yang Sempurna, sedangkan la sempuma di segala segi dan tak ada sifat sempurna yang di luar Diri-Nya. Mempercayai sifat-sifat secara terpisah dari Diri-Nya akan berarti bahwa ada suatu diri dan beberapa sifat dan gabungan diri dan sifat-sifat itu ialah Allah. Tetapi, sesuatu yang majemuk bergantung pada bagian-bagianftya, dan bagian-bagian ini harus ada sebelum tergabung dalam suatu keseluruhan. Apabila bagian-bagian itu berada sejak lebih dahulu, maka bagaimana mungkin keseluruhan itu berada sejak azali dan kekal padahal keberadaannya lebih ketnudian dari bagian-bagiannya. Tetapi Allah mempunyai sifat mengetahui, kuasa dan memelihara sekalipun bila tak ada sesuatu yang maujud, karena tak ada dari sifat-sifat-Nya yang tercipta pada diri-Nya dari luar, melainkan sifat-sifat-Nya adalah diri-Nya Sendiri, dan Diri-Nya adalah sifat-sifat-Nya. Sebagai akibatnya, pengetahuan-Nya tidak bergantung pada obyek pengetahuan yang berada lebih dahulu dan pengetahuan-Nya kemudian, karena Diri-Nya pertama-tama berada dan kemudian pengetahuan-Nya, karena Diri-Nya lebih dahulu dari hal-hal yang menjadi ada. Bagi kekuasaan-Nya tak perlu pula bahwa mula-mula harus ada obyek yang dikuasai dan baru sesudahnya la disebut Yang Mahakuasa, karena Yang Kuasa adalah yang mempunyai kekuasaan, baik la menjalankannya atau meninggalkannya, dan karena itu maka keberadaan dari obyek yang dikuasai itu tidak mesti. Seperti itu pula, Pemelihara beraiti majikan. Sama sebagaimana la adalah majikan dari ketidakberadaan sesudah menjadi berada, demikian pula la mempunyai kekuasaan untuk menjadikan ada dari ketidakadaan, yakni, apabila la menghendakinya, maka la memberikan keberadaan padanya.
KHOTBAH 152 Tentang Orang Lalai dan Ciri-ciri Hewan Buas dan Wanita
Ia telah diberi waktu oleh Allah. la sedang jatuh ke dalam kesalahan dengan orang-orang lalai dan pergi di pagi dini dengan para pendosa, tanpa suatu jalan untuk ditempuh atau seorang imam untuk memandu.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Kesudahannya, ketika Allah hendak menjelaskan kepada mereka ganjaran atas dosa-dosa mereka, dan mengambil mereka dari tirai kelalaian mereka, mereka akan maju teras kepada apa yang (sebelumnya) mereka melarikan diri darinya, dan melarikan diri dari apa yang (sebelumnya) mereka tuju. Mereka tidak akan mendapat maslahat dari kekurangan-kekurangan yang hendak mereka puaskan atau hawa nafsu yang hendak mereka penuhi.
Saya peringatkan Anda dan diri saya sendiri terhadap sikap ini. Seseorang harus mendapatkan kemaslahatan dari dirinya sendiri. Sesungguhnya, bijaksanalah orang yang mendengarkan dan merenungkannya, yang melihat dan mengamati dan mengambil manfaat dari bahan yang mengandung pelajaran, lalu melangkah pada jalan yang jelas di mana ia menjauhkan diri dari kejatuhan ke dalam lobang-lobang dan ketersesatan ke dalam jebakan-jebakan, dan tidak membantu orang-orang yang menyesatkannya dengan berpaling dari kebenaran, mengubah kata-katanya, atau takut akan kebenaran.
Wahai pendengarku! Hendaklah Anda sembuh dari kemabukan, bangunlah dari ketiduran Anda, kurangilah kegiatan Anda yang tergesa-gesa dan renungkanlah apa yang telah datang kepada Anda melalui Nabi Suci yang ummi,[1] yang tak terelakkan dan tak terluputkan. Anda harus berpaling dari orang yang menentang beliau, dan meninggalkannya, dan meninggalkan apa saja yang telah diada-adakannya sendiri. Tinggalkanlah kesia-siaan Anda, jatuhkan kesombongan, dan ingatlah akan kubur Anda, karena jalan Anda melaluinya. Anda akan diperlakukan sebagaimana Anda memperlakukan orang lain, Anda akan memetik apa yang Anda taburkan, dan apa yang Anda kirimkan hari ini akan Anda temui besok. Maka berbekallah untuk masa depan Anda dan kirimkanlah (amal perbuatan baik) untuk hari (perhitungan). Bertakwalah, bertakwallah, hai pendegar! Beramallah, beramallah, wahai yang teledor! Tak ada yang akan memperingatkan Anda seperti dia yang mengetahui.
Satu dari keputusan-keputusan Allah yang kukuh dalam pemberi peringatan yang bijaksana (Al-Qur'an) yang atasnya la menganugerahkan pahala atau memberi hukuman, dan yang melaluinya la menyukai atau tidak menyukai, ialah bahwa tak bermanfaat bagi manusia, sekalipun ia berusaha keras dan berbuat dengan tulus, apabila ia meninggalkan dunia ini untuk menemui Allah dengan satu dari perbuatan-perbuatan ini tanpa bertaubat; yakni bahwa ia mempercayai akan suatu mitra bersama dalam salat wajibnya, atau meredakan kemarahannya sendiri dengan membunuh seseorang, atau membicarakan perbuatan yang dilakukan orang lain, atau mencari pemenuhan kebutuhannya dari manusia dengan mempekenalkan suatu bid’ah dalam agamanya, atau menemui orang dengan bermuka dua, atau bergerak di kalangan mereka dengan lidah ganda. Pahamilah ini, karena suatu gambaran adalah petunjuk kepada yang serupa dengannya.
Hewan prihatin akan perutnya. Hewan buas prihatin akan menyerang yang lainnya. Perempuan prihatin atas perhiasan dari kehidupan rendah ini dan penciptaan bencana di dalamnya.[2] (Di sisi lain) kaum mukmin adalah sederhana, orang mukmin adalah pemberi nasihat dan orang mukmin bertakwa (kepada Allah). •
[1] Kata "ummi" telah digunakan dalam Al-Qur'an dengan rujukan kepada Nabi pada surah Isra' (VII) ayat 157-158. Untuk lebih memahaminya lihatlah kitab-kitab tafsir Al-Qur'an.
[2] Maksudnya ialah bahwa sebab dari segala bencana dan kejahatan adalah nafsu untuk memuaskan keperluan jasmani dan nafsu untuk menaklukkan. Apabila seorang manusia ditaklukkan oleh nafsu untuk memuaskah kebutuhan jasmani dan memandang pemenuhan perut sebagai tujuannya, maka tak akan ada perbedaan antara dia dengan hewan, karena hewan tak mempunyai tujuan selain mengisi perutnya. Tetapi, apabila ia dikuasai oleh nafsu untuk menaklukkan orang lain dan menempuh pembunuhan dan pembasmian, maka tak ada perbedaan antara dia dan hewan buas, karena tujuan hewan buas pun merobek-robek dan menelan. Apabila kedua hawa nafsu itu sedang bekerja dalam dirinya, maka ia ibarat perempuan, karena dalam diri seorang perempuan kedua nafsu ini bertindak berdampingan, dan karena inilah perempuan amat senang akan perhiasan dan giat dalam mengipas-ngipas bencana dan kekacauan. Tetapi, seorang mukmin yang sesungguhnya tak akan menempuh kebiasaan ini sebagai tata perilakunya, malah ia mengekang hawa nafsunya sehingga tidak mengizinkan kesombongan dan kesia-siaan mendekatinya, dan tidak mengipas-ngipas bencana atau kekacauan, karena takut kepada Allah.
Ibn Abil Hadid menulis bahwa Amirul Mukminin mengucapkan pidato ini pada waktu perjalanan ke Bashrah, dan karena kekacauan itu adalah akibat hasutan seorang perempuan, Amirul Mukminin, setelah menyebutkan hewan dan hewan buas, mengatakan perempuan pun mempunyai sifat-sifat itu. Jadi, pertempuran Bashrah di mana ribuan orang telibat dalam kematian dan kehancuran adalah akibat sifat-sifat ini.
KHOTBAH 153 Tentang Ahlulbait dan para Penentangnya
Orang yang berpikir cerdas melihat ke tujuannya. la mengetahui jalannya yang rendah maupun jalannya yang tinggi. Si penyeru telah menyeru. Si gembala telah membenahi (gembalaannya). Maka sambutlah si penyeru dan ikutilah si gembala.
Mereka (para penindas) telah memasuki samudra kekacauan dan telah mengambil jalan bid’ah ketimbang sunah, sementara kaum mukmin telah tenggelam ke bawah, dan orang-orang tersesat dan pembohong sedang berbicara. Kami adalah orang-orang dekat, para sahabat, pemegang perbendaharaan dan pintu (sunah). Rumah tidak dimasuki kecuali melalui pintunya. Barangsiapa yang memasuki dari selain pintunya dinamakan pencuri.
Sebagian dari Khotbah yang Sama
Kehalusan Al-Qur'an adalah tentang mereka (Ahlulbait, keturunan Nabi) dan mereka adalah bendaharawan Allah. Bilamana mereka bicara, mereka berkata benar, dan bilamana mereka diam, tak seorang pun dapat berkata tanpa mereka berkata. Pelopor harus melaporkan dengan benar pada umatnya, harus memelihara akalnya, dan harus menjadi salah satu dari anak-anak dunia akhirat, karena ia telah datang dari sana dan akaa kembali ke sana.
Awal perbuatan dari orang yang melihat dengan hatinya dan berbuat dengan mata ialah menimbang apakah perbuatan itu akan merugikan atau menguntungkannya. Apabila (perbuatan) itu menguntungkannya, ia akan menurutinya, tetapi apabila merugikannya, ia menjauh darinya. Karena, orang yang bertindak tanpa pengetahuan adalah ibarat melangkah tanpa jalan. Maka penyelewengannya dari jalan itu menjauhkannya dari tujuannya. Dan orang yang berbuat menurut pengetahuan adalah ibarat orang yang melangkah pada jalan yang jelas. Oleh karena itu, orang yang melihat haruslah melihat apakah ia maju atau kembali.
Anda pun harus tahu bahwa luar (dari barang sesuatu) mempunyai (bagian) dalam yang serupa. Barang sesuatu yang luarnya baik, maka dalamnya pun baik, dan barang sesuatu yang luarnya buruk, maka dalamnya pun buruk. Nabi yang benar (saw) telah bersabda bahwa "Allah mungkin mencintai seseorang tetapi membenci perbuatannya, dan mungkin mencintai perbuatannya tetapi membenci orang itu." Anda pun harus mengetahui bahwa setiap perbuatan adalah seperti tumbuhan, dan tumbuhan tak dapat hidup tanpa air, sementara air berbeda-beda. Maka di mana air itu baik tumbuhan itu baik dan buahnya manis, sedangkan di mana air itu buruk, maka buahnya pahit. •
KHOTBAH 154 Tentang Penciptaan Kelelawar yang Mengagumkan
Segala puji bagi Allah yang tak mungkin orang menggambarkan hakikat pengetahuan tentang Dia, karena hamba-hamba-Nya telah mengekang akal hingga tak dapat memperoleh jalan untuk mendekati ujung kerajaan-Nya. lalah Allah Yang Benar, Pewujud Kebenaran. la lebih benar dan lebih maujud daripada yang dapat dilihat mata. Akal tak dapat memahami-Nya dengan menetapkan batas-batas bagi-Nya karena bila demikian, maka pada-Nya akan disifatkan bentuk. Imajinasi tak dapat menangkap-Nya dengan menetapkan sifat-sifat bagi-Nya, karena dalam hal demikian pada-Nya akan disifatkan jasad. la menciptakan makhluk-makhluk tanpa suatu contoh, dan tanpa suatu nasihat atau musyawarah, atau bantuan penolong. Ciptaan-Nya disempurnakan oleh perintah-Nya, dan menunduk dalam ketaatan kepada-Nya. Saya menjawab (kepada-Nya) dan tidak melawan(Nya).
Suatu contoh dari hasil perbuatan-Nya yang halus, penciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang dalam yang telah la tunjukkan kepada kita, terdapat pada kelelawar-kelelawar ini, yang tersembunyi di siang hari walaupun siang membukakan segala sesuatu lainnya, dan bergerak di malam hari walaupun malam menutup segala makhluk hidup lainnya; dan betapa mata mereka silau dan tak dapat memanfaatkan cahaya matahari agar beroleh petunjuk dalam gerakan mereka dan agar mencapai tempat-tempat mereka yang diketahui melalui arahan yang diberikan oleh matahari.
Allah mencegah mereka bergerak dalam terang matahari dan membataskan mereka pada tempat-tempat persembunyiannya ketimbang keluar pada waktu bersinarnya (matahari). Akibatnya, mereka menutup kelopak matanya di siang hari dan memperlakukan malam sebagai lampu dan pergi dengan bantuannya mencari rezekinya. Kegelapan malam tidak mengganggu penglihatan mereka, tidak pula kekelaman gelap malam mencegah mereka bergerak. Segera setelah matahari menyingkirkan tabirnya dan cahaya pagi muncul, dan sinar cahaya mencapai kadal-kadal dalam liangnya, kelelawar menutupkan kelopak matanya dan hidup dengan apa yang telah mereka kumpulkan dalam kegelapan malam. Mahasuci Dia yang telah membuat malam sebagai siang bagi mereka untuk mencari rezeki dan membuat siang untuk istirahat dan menginap.
la telah memberikan kepada mereka sayap dari daging yang dengan itu, pada saat perlu, mereka bangkit untuk terbang. (Sayap-sayap) itu nampak sebagai ujung-ujung telinga tanpa bulu atau tulang. Tentu Anda dapat melihat pembuluh-pembuluh darahnya dengan sangat jelas. Mereka mempunyai dua sayap yang tidak terlalu tipis sampai mungkin terlipat ketika terbang, tidak pula terlalu tebal sampai ternyata berat. Ketika mereka terbang, anak-anak bayi mereka berpegang pada mereka dan mencari perlindungan pada mereka, turun apabila mereka turun dan bangkit apabila mereka bangkit. Anak-anak muda itu tidak meninggalkan mereka hingga anggota badannya menjadi kuat, (hingga) sayapnya dapat menopangnya untuk membubung dan mulai mengenali tempat-tempat kehidupan dan kepentingannya. Mahasucilah Dia yang menciptakan segala sesuatu tanpa suatu contoh sebelumnya oleh seseorang lain. •
KHOTBAH 155 Tentang Dengki yang Dikandung 'A'isyah dan Memperingatkan Penduduk Bashrah tentang Apa yang Akan Terjadi
Barangsiapa di saat ini dapat menautkan diri kepada Allah, hendaklah ia melakukannya. Apabila Anda mengikuti saya, tentulah saya membawa Anda, apabila Allah menghendaki, pada jalan surga, sekalipun mungkin penuh dengan kesukaran dan rasa pahit.
Mengenai seorang wanita tertentu,[1] ia berada dalam cengkerama pandangan kewanitaan, dan dengki sedang mendidih dalam dadanya seperti tungku pandai besi. Apabila ia dimintai untuk memperlakukan orang lain seperti ia memperlakukan saya, ia tak akan melakukannya. (Bagi saya), bahkan setelah ini, ia akan diperlakukan dengan hormat seperti asalnya, sedang perhitungan (atas perilakunya) adalah urusan Allah.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Jalan ini adalah jalan yang paling ringan dan lampu yang paling terang. Petunjuk kepada amal kebajikan diusahakan melalui keimanan, sedang petunjuk kepada keimanan dicapai melalui amal kebajikan. Pegetahuan dimakmurkan dengan iman, dan kematian ditakuti karena pengetahuan. Dunia ini berakhir dengan kematian, sementara dunia akhirat diperoleh (dengan amal kebajikan) di dunia ini. Bagi manusia tak ada jalan luput dari kebangkitan. Mereka menuju ke tujuan akhir ini pada jalannya yang ditentukan.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Mereka bangkit dari tempat-tempat peristirahatan dalam kubur-kubur mereka dan berangkat untuk tujuan akhir. Mereka tidak diubah dan tidak pula dipindahkan dari sana. Menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah dua khuluk Allah Yang Mahasuci. Mereka tak dapat mendekatkan ajal dan tak dapat pula mengurangi rezeki.
Anda harus berpegang pada Kitab Allah karena (Kitab Allah) itu adalah tali yang kuat, cahaya yang terang, penyembuhan yang bermanfaat, pemuas dahaga, perlindungan bagi yang menganut, dan pembebasan bagi yang tertaut. (Kitab) itu tidak membelok sehingga memerlukan pelurusan, dan tidak membengkok sehingga memerlukan pembetulan. Seringnya pengulangan dan pendengaran atasnya tidak membuatnya menjadi tua. Barangsiapa berbicara sesuai dengannya, ia berbicara benar, dan barangsiapa berbuat dengannya, ia maju (dalam pembuatan).
Seorang lelaki berdiri seraya berkata, "Wahai Amirul Mukminin, katakan kepada kami tentang kekacauan ini dan apakah Anda menanyakan tentang itu dari Nabi?" Atasnya Amirul Mukminin berkata:
Ketika Allah Yang Mahasuci menurunkan ayat, "Alif lâm mîm. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?"(QS. 29:1-2)
Saya tahu bahwa fitnah tidak akan menimpa kita selagi Rasul (saw) berada di antara kita. Maka saya berkata, "Wahai nabi Allah, apakah fitnah yang diberitahukan Allah Yang Mahatinggi kepada Anda?" Lalu beliau menjawab, "Hai, 'Ali, umatku akan menciptakan kekacauan sesudahku." Saya katakan, "Wahai Rasulullah, pada hari Uhud, ketika orang-orang telah jatuh syahid dan saya tidak di antara mereka, dan ini sangat merisaukan saya, bukanlah Anda berkata kepada saya, "Bergembiralah, karena kematian syahid adalah bagi Anda sesudah ini?" Beliau menjawab, "Ya, demikianlah, tetapi bagaimana tentang kesabaran Anda sekarang?" Saya katakan, "Wahai Rasulullah, ini bukanlah suatu kesempatan untuk bersabar, melainkan suatu kesempatan untuk bergembira dan bersyukur." Kemudian beliau berkata:
"Wahai, 'Ali, orang akan jatuh ke dalam bencana melalui kekayaan, akan menunjukkan hak kepada Allah sekaitan dengan iman mereka, akan mengharapkan rahmat-Nya, akan merasa aman dari murka-Nya dan memandang hal-hal yang haram sebagai halal dengan menimbulkan keragu- raguan palsu dan dengan hawa nafsu mereka yang menyesatkan. Maka mereka akan menganggap halal (penggunaan) anggur dengan menamakannya air gandum, suapan dengan menamakannya pemberian, dan mengambil keuntungan riba dengan menamakannya perdagangan." Saya katakan, "Wahai Rasulullah, bagaimana saya akan memperlakukan mereka pada waktu itu; apakah menganggap mereka telah kembali kepada kekafiran atau hanya dalam pendurhakaan?" Beliau mengatakan, "Dalam pendurhakaan."•
[1] Tak tersangkal bahwa perilaku 'A'isyah terhadap Amirul Mukminin bersifat permusuhan, dan sangat sering kekeruhan hatinya terpancar di wajahnya, dan kebencian dan ketidaksukaannya menjadi sangat nampak sehingga apabila dalam hubungan dengan suatu perkara muncul nama Amirul Mukminin, dahinya memberungut dan ia tak senang menyebutkannya dengan lidahnya. Misalnya, ketika 'Ubaidillah ibn 'Abdullah ibn 'Utbah menyebutkan kepada 'Abdullah ibn 'Abbas riwayat 'A'isyah bahwa "di saat sakit menjelang kematian, Rasul dengan ditopang oleh Fadhl (ibn 'Abbas) dan seorang lain, datang ke rumahnya ('A'isyah), 'Abdullah ibn 'Abbas berkata, "Tahukah Anda siapa 'seorang lain' itu?" Kemudian ia berkata, "'Ali ibn Abi Thalib, tetapi ia ('A'isyah) tak mau menyebut namanya dalam konteks yang baik." (Ahmad ibn Hanbal, Musnad, VI, h. 34, 228; Ibn , Sa'd, ath-Thabaqat al-Kubra, jilid II, bagian 2, h. 29; ath-Thabari, at-Tarikh, I, h. 1800-1801, Baladzuri, Ansab al-Asyrâf, I, h. 544-545; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, III, h. 396)
Salah satu sebab dari kebencian dan dengkinya adalah kehadiran Fathimah (as) yang kemuliaan dan kedudukannya yang terhormat menusuk hatinya seperti jarum. Kecemburuannya terhadap para istri (Nabi) yang lain tidak mengizinkan dia membiarkan Nabi mencintai putri dari istri beliau yang lain sedemikian rupa sehingga ia harus berdiri pada saat mendekatnya Fathimah, mendudukkannya di tempatnya sendiri, menyatakannya sebagai yang paling mulia di antara semua wanita di dunia, dan begitu mencintai anak-anak Fathimah. Semua hal ini sangat menyakiti hatinya. Secara alami, pada saat-saat seperti itu ia merasa bahwa apabila ia telah melahirkan anak maka mereka akan menjadi anak-anak Nabi dan akan menjadi pusat kasih sayang beliau ketimbang Hasan dan Husain. Tetapi, karena tidak dikaruniai keturunan, ia menekan hasratnya sendiri untuk menjadi ibu dengan mengambil nama Umin 'Abdillah (Ibu 'Abdullah) dengan mengambil nama putra saudara perempuannya. Singkatnya, semua hal ini menciptakan nafsu benci di hatinya yang terus-menems dikeluhkannya kepada Nabi terhadap Fathimah tetapi tidak berhasil menyimpangkan perhatian beliau dari putrinya itu. Kabar tentang hal pembekuan diri dan pengasingannya juga sampai ke telinga Abu Bakar, ayahnya. Itu meresahkan Abu Bakar dan ia pun tak dapat berbuat apa-apa, kecuali kata-kata simpati pada putrinya.
Akhirnya Nabi wafat dan kendali pemerintahan jatuh kepada Abu Bakar. Sekarang tiba kesempatan baginya untuk membalaskan dendam sedapat mungkin dan melakukan segala kekerasan yang ada dalam pikirannya. Akhirnya, langkah pertama yang diambilnya adalah merenggut hak-hak Fathimah atas warisan, menolak prinsip pewarisan dalam kasus para nabi dan berpegang bahwa para nabi tidak mewariskan maupun mewarisi, tetapi harta yang mereka tinggalkan menjadi hak negara. Fathimah demikian terpukul sehingga ia tak mau berbicara dengannya sampai wafat dengan membawa perasaan ini. 'A'isyah bahkan tidak sudi mengucapkan bela sungkawa atas kematian Fathimah yang tragis. Ibn Abil Hadid menulis,
"Ketika Fathimah wafat, seluruh istri Nabi datang menyampaikan bela sungkawa kepada Bani Hasyim, kecuali 'A'isyah. la tidak datang dan berpura-pura sakit, dan kata-kata sampai kepada 'Ali yang menunjukkan kegembiraannya." (Syarh Nahjul Balaghah, K, h. 198)
Selama ia menaruh dengki sebesar itu kepada Fathimah, bagaimana mungkin suami Fathimah akan luput dari permusuhan dan dengki itu. Khususnya bila kejadian-kejadian pun seperti ikut mengipas dan membangkitkan kebencian 'A'isyah. Misalnya, peristiwa "Ifk" ketika Amirul Mukminin beikata kepada Nabi, "la ('A'isyah) tidak lebih baik dari tali sepatu Anda, tinggalkan dan ceraikan dia." Ketika mendengar hal itu pastilah ia merasa sangat sedih dan tentulah ia telah mengembangkan rasa benci yang sangat keras teifaadapnya. Ada pula saat-saat ketika keutamaan diberikan kepada Amirul Mukminin melebihi Abu Bakar. Misalnya, sehubungan dengan pengutusan untuk membacakan ayat Al-Qur'an tentang Bara'ah (pelepasan diri), Nabi menyingkirkan Abu Bakar dari tugas itu, memanggilnya pulang dan menugaskannya kepada Amirul Mukminin seraya mengatakan bahwa beliau telah diperintahkan Allah untuk membawanya sendiri atau mengirimkannya melalui seseorang dari keluarganya. Seperti itu pula, Nabi menutup seluruh pintu rumah yang mengarah langsung ke mesjid, termasuk pintu rumah Abu Bakar, tetapi membiarkan pintu rumah Amirul Mukminin untuk tetap terbuka langsung ke mesjid.
'A'isyah tak dapat menanggung keutamaan Amirul Mukminin atas ayahnya, dan bilamana saja ada kesempatan untuk pengutamaan semacam itu, ia berusaha keras untuk menghalanginya. Ketika di hari-hari terakhirnya Nabi memerintahkan kontingen di bawah pimpinan Usamah ibn Zaid untuk berangkat, dan memerintahkan Abu Bakar dan 'Umar juga pergi di bawah pimpinan Usamah, mereka mendapat berita dari para istri Nabi bahwa keadaan beliau gawat dan agar kontingen itu kembali ketimbang meneruskan perjalanannya. Ini disebabkan karena pandangan jauh mereka telah menyadari bahwa satu-satunya maksud Nabi untuk mengosongkan Madinah dari kaum Muhajirin dan Anshar ialah agar setelah wafatnya Nabi tak ada orang yang akan menghalangi Amirul Mukminin, dan agar ia mendapatkan jabatan khalifah tanpa gangguan. Ketika menerima pesan ini, kontingen pimpinan Usamah kembali. Ketika Nabi mendengarnya, beliau memerintahkaa Usamah lagi untuk berangkat dengan kontingennya, bahkan beliau berkata, "Semoga Allah mengutuk orang yang meninggalkan kontingen itu," yang karenanya mereka berangkat, tetapi lagi-lagi mereka dipanggil kembali. Sampai sakit Nabi telah mencapai tingkat gawat, tetapi kontingen Usamah tak pernah pergi karena memang mereka tidak menghendakinya. Setelah itu Abu Bakar dikabari melalui Bilal bahwa ia harus mewakili Nabi dalam mengimami salat untuk membuka jalan bagi kekhalifahan. Karenanya, dengan mengingat hal itu, ia yang pertama-tama ditunjuk sebagai deputi (khalifah) dalam salat dan akhirnya diterima sebagai khalifah dalam segala urusan. Setelah itu persoalan direkayasa sedemikian rupa sehingga Amirul Mukminin tak dapat memperoleh jabatan khalifah. Namun, setelah pemerintahan khalifah yang ketiga, keadaan menjadi sedemikian rupa sehingga rakyat membaiat Amirul Mukminin. Pada saat itu 'A'isyah sedang di Makkah. Ketika ia mendengar tentang pengangkatan Amirul Mukminin sebagai khalifah, matanya berapi-api, keberangan dan kemarahan mengganggu pikirannya, dan kebenciannya kepada Amirul Mukminin menjadi demikian parah sehingga ia bangkit menentangnya dengan dalih untuk membalaskan dendam atas orang ('Utsman) yang telah dimaklumkannya sendiri sebagai patut dibunuh, dan secara terang-terangan menyatakan perang yang menimbulkan banyak pertumpahan darah sehingga seluruh kota Bashrah berlumur darah para korban, dan pintu perpecahan terbuka untuk selama-lamanya. (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, IX, h. 190-200).
KHOTBAH 156 Mendorong Manusia Kepada Takwa
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pujian kunci untuk mengingat-Nya, sarana untuk meningkatkan anugerah-Nya dan petunjuk bagi Sifat-sifat-Nya dan Kemuliaan-Nya.
Wahai para hamba Allah! Waktu akan memperlakukan orang-orang yang masih hidup sebagaimana ia memperlakukan orang-orang yang telah pergi. Waktu yang telah lalu tak akan kembali, dan apa saja yang ada di dalamnya tidak akan tinggal untuk selamanya. Perbuatannya yang lebih kemudian sama dengan perbuatan-perbuatannya di waktu lalu. Gangguannya berusaha untuk saling melebihi. Panji-panjinya saling mengikuti. Seakan-akan Anda terpaut pada hari terakhir yang sedang menggiring Anda secepat dibawa unta betina yang kekeringan selama tujuh bulan. Orang yang menyibukkan diri dengan hal-hal selain perbaikan dirinya. sendiri, menjadi bingung dalam kegelapan dan terlibat dalam keruntuhan. Semangat jahatnya mencelupkannya dalam-dalam pada kejahatan dan menjadikan perbuatan buruknya nampak bagus. Surga adalah kesudahan dari orang-orang yang maju (dalam amal baik) dan neraka adalah kesudahan dari orang-orang yang melanggar batas.
Wahai para hamba Allah! Ketahulah bahwa takwa itu adalah rumah perlindungan yang kuat sementara kemaksiatan adalah rumah yang lemah yang tidak melindungi orangnya dan tidak memberikan keamanan kepada yang mencari perlindungan di dalamnya. Ketahuilah bahwa sengat dosa dipotong oleh takwa dan tujuan akhir tercapai dengan keyakinan iman.
Wahai para hamba Allah! (Bertakwalah kepada) Allah, (bertakwalah kepada) Allah, dalam urusan-urusan diri Anda sendiri yang paling Anda cintai dan Anda sayangi, karena Allah telah menjelaskan kepada Anda jalan kebenaran, dan menerangi jalannya. Maka (Anda boleh memilih) malapetaka yang terus hadir atau kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, Anda harus menyediakan bekal di hari-hari fana ini untuk hari-hari yang kekal. Anda telah diberitahu tentang perbekalan, diperintahkan untuk maju, dikatakan untuk bergegas dalam keberangkatan. Anda adalah ibarat penunggang yang sedang berhenti menginap yang tidak mengetahui kapan akan diperintahkan terus maju. Berhati-hatilah! Apa yang akan dila di dunia ini oleh orang yang telah diciptakan untuk dunia yang akan datang? Apakah yang dilakukan seseorang dengan harta yang dalam waktu singkat akan diambil darinya sementara hanya akibat-akibat buruk dan perhitungannya akan tertinggal baginya?
Wahai para hamba Allah! Yang baik yang dijanjikan Allah hendaklah jangan ditinggalkan, dan yang buruk yang dicegah Allah hendaklah jangan Anda dambakan. Wahai hamba-hamba Allah! Takutlah akan hari amal perbuatan akan dihitung; akan terjadi banyak goncangan dan bahkan anak-anak akan menjadi tua.
Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah, bahwa diri Anda sendiri adalah pengawal atas Anda; anggota-anggota badan Anda adalah penjaga dan pengawas yang benar yang memelihara (catatan) amal perbuatan Anda dan jumlah nafas Anda. Kekelaman malam gelap tak dapat menyembunyikan Anda dari mereka, tak dapat pula pintu-pintu tertutup menyembunyikan Anda dari mereka. Sesungguhnya hari esok dekat pada hari ini.
Hari ini akan berangkat dengan segala yang ada padanya dan hari ini akan datang menyusul. Adalah seakan-akan setiap orang dari Anda telah mencapai tempat itu di bumi di mana ia akan sendirian, yakni kuburnya. Maka, apa yang Anda katakan tentang rumah sunyi, tempat menginap yang terpisah dan pengasingan yang terkucil? Seakan-akan teriakan (sangkakala) telah sampai kepada Anda, saat itu telah menyusul Anda dan Anda telah keluar dari (kubur) untuk penetapan keputusan Anda. (Tiri) kepalsuan telah disingkirkan dari Anda dan dalih-dalih Anda telah merij lemah. Kebenaran tentang Anda telah terbukti. Semua urusan Anda telah mendapatkan akibat-akibatnya. Oleh karena itu, maka (sekarang) Anda harus mengambil nasihat dan mengambil manfaat dari para pengingat.•
KHOTBAH 157 Tentang Nabi dan Al-Qur'an
Allah mengutus Nabi ketika tak ada rasul selama beberapa waktu. Manusia telah tertidur selama waktu panjang, dan pergeseran tali telah melonggar. Beliau datang dengan (sebuah Kitab) yang membenarkan (kitab-kitab) yang telah ada dan dengan cahaya untuk diikuti. Itulah Al-Qur'an. Apabila Anda memintanya bicara maka ia tak akan melakukannya, kecuali apabila saya katakan kepada Anda tentang dia. Ketahuilah bahwa (Kitab) itu berisi pengetahuan tentang apa yang akan datang, sejarah masa lalu, kesetnbuhan bagi penyakit Anda, dan peraturan bagi segala yang Anda hadapi.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Otokrasi Bani Umayyah
Pada waktu itu tak akan ada rumah atau kemah yang tertinggal melainkan para penindas akan melandanya dengan kepedihan dan memasukkan penyakit ke dalamnya. Pada waktu itu tak ada satu pun di langit akan mendengarkan dalih mereka, dan tak ada satu pun di bumi yang akan datang menolong mereka. Anda memilih untuk petnerintahan (kekhalifahan) seseorang yang tidak pantas untuk itu, dan Anda mengangkatnya kepada suatu kedudukan yang tidak dimaksudkan untuknya. Tak lama setelah itu Allah akan menggambil pembalasan dari setiap orang yang telah menindas, makanan untuk makanan dan minuman untuk minuman, yakni (mereka akan diberi) jadam untuk dimakan, mur dan gaharu untuk diminum, dan ketakutan bagi busana batin serta pedang bagi busana lahir.
Mereka tak lebih dari hewan pengangkut beban yang dimuati dosa, dan unta-unta yang dimuati perbuatan jahat. Saya bersumpah, dan lagi bersumpah, bahwa Bani Umayyah akan terpaksa harus meludahkan keluar kekhalifahan itu sebagaimana dahak diludahkan, dan setelah itu mereka tak akan pemah merasakannya dan tak akan menikmati aromanya selama siang dan malam masih beredar.•
KHOTBAH 158 Perilaku yang Baik dengan Manusia dan Mengabaikan Kesalahan Orang
Saya hidup sebagai tetangga baik bagi Anda dan berusaha sedapat-dapat saya untuk mengurusi Anda, dan saya membebaskan Anda dari jeratan kehinaan dan belenggu penindasan, melalui rasa terima kasih saya sedikit kebaikan (dari pihak Anda) dan menutup mata saya atas banyak perbuatan buruk Anda yang dilihat mata saya dan yang disaksikan badan saya.•
KHOTBAH 159 Pujian kepada Allah
Keputusan Allah adil dan penuh kebijaksanaan. Keridaan-Nya meliputi perlindungan dan kasih sayang. la memutuskan dengan pengetahuan dan mengampuni dengan kemurahan.
Ya Allah, Tuhanku! Segala puji kepada-Mu atas apa yang Kauambil dan apa yang Kauberikan, dan atas apa yang darinya Engkau menyembuhkan atau dengannya Engkau timpakan derita; segala puji yang paling patut bagi-Mu, yang disenangi-Mu dan yang paling dimuliakan di hadapan-Mu; segala puji yang memenuhi seluruh ciptaan-Mu dan sampai ke mana Engkau kehendaki, segala puji yang tidak ditabiri dari-Mu dan tidak berakhir, dan yang kelanjutannya tidak berhenti.
Kebesaran Allah
Kami tak mengetahui hakikat kebesaran-Mu kecuali bahwa kami ketahui Engkau adalah Abadi dan Pemelihara, yang oleh-Mu segala sesuatu mendapat rezeki. Kantuk atau tidur tak mengenai-Mu, penglihatan tidak mencapai-Mu dan pandangan tidak menjangkau-Mu. Engkau melihat mata dan menghitung usia-usia. Engkau memegang (manusia sebagai hamba) pada dahi dan kaki. Kami melihat ciptaan-Mu dan menakjubinya karena kekuasaan-Mu, dan menggambarkannya sebagai (hasil) wewenang-Mu yang besar; sedang yang tersembunyi dari kami, tentang mana mata kami mengecewakan, yang tak tercapai pikiran kami, dan di antara itu dan diri kami sendiri tirai-tirai yang tak diketahui telah diturunkan, adalah jauh lebih besar.
Orang yang membebaskan hatinya (dari semua keterikatan dan berusaha keras berpikk untuk mengetahui betapa Engkau mendirikan mahligai-Mu, betapa Engkau menciptakan makhluk-makhluk-Mu, betapa Engkau menggantungkan udara di langit-Mu dan betapa Engkau membentang bumi di atas gelombang air, matanya akan kembali dengan letih, pikirannya kalah, telinganya penuh hasrat dan pemikirannya mengembara.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Harapan dan Takut kepada Allah la mengaku menurut pemikirannya sendiri bahwa ia mengharapkan dari Allah. Demi Allah Yang Mahabesar, ia berbicara dusta. Sebenarnya harapan (pada Allah) tidak muncul melalui perbuatannya, padahal harapan setiap orang yang mengharap (akan) diketahui melalui perbuatannya. Setiap harapan adalah demikian, kecuali harapan kepada Allah Yang Mahamulia, apabila (harapan) itu tak suci; dan setiap ketakutan dikukuhkan kecuali ketakutan (takwa) kepada Allah, apabila tidak sungguh.
la mengharapkan hal-hal yang besar dari Allah dan hal-hal yang kecil dari manusia, tetapi ia memberikan kepada manusia yang tidak ia berikan kepada Allah. Heran, betapa kepada Allah, yang mahabesar pujian unti Nya, diberikan yang kurang dari apa yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Pernahkah Anda merasa takut untuk menjadi batil dalam harapan Anda kepada Allah? Demikian pula, apabila seorang manusia takut kepada manusia, ia memberikan kepadanya (pertimbangan) karena takutnya, yang tidak diberikannya kepada Allah. Maka ia telah membuat takutnya bagi manusia uang tunai, sementara takwanya kepada Pencipta hanyalah penundaan atau janji. Inilah hal setiap orang yang dalam matanya dunia ini nampak besar (dan penting) dan yang di hatinya kedudukannya besar. Ia lebih menyenanginya daripada Allah, maka ia cenderung kepadanya dan menjadi pengabdinya.
Contoh dari Nabi
Sesungguhnya di dalam diri Nabi Allah (saw) cukup contoh bagi dan suatu bukti mengenai keburukan-keburukan dunia, cacatnya, banyak-nya keaiban dan kejahatannya, karena sisinya telah mengerut bagi beliau, sedang sayapnya telah dibentangkan bagi orang lain; beliau tidak beroleh dari susunya, dan menjauh dari perhiasannya.
Contoh dari Musa
Apabila Anda menghendaki, sebagai contoh yang kedua, saya meriwayatkan kepada Anda mengenai Musa (as), kalam Allah, ketika beliau berkata, Ya, Tuhanku! Sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (QS. 28:24) Demi Allah, ia hanya meminta kepada-Nya roti untuk dimakan karena ia telah biasa makan tumbuh-tumbuhan dari bumi, dan kehijauan tumbuh-tumbuhan dapat dilihat dari kulit halus perutnya karena tipisnya dan kemiskinan dagingnya.
Contoh dari Dawud
Apabila Anda menginginkan, saya dapat memberikan contoh ketiga dari Dawftd (as). la pemegang Zabur dan pembaca di antara ahli surga. la biasa membuat keranjang dari daun kurma dengan tangannya sendiri dan biasa mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, "Siapa di antara Anda yang mau membantu saya dengan membelinya?" la biasa makan roti jelai (yang dibeli dari) harganya.
Contoh dari 'lsa
Apabila Anda menginginkan, saya akan menceritakan kepada Anda tentang 'lsa putra Maryam (as). la menggunakan sebongkah batu untuk bantalnya, memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar. Bumbunya adalah lapar. Lampunya di malam hari adalah bulan. Tempat berteduhnya di musim dingin hanyalah rentangan bumi ke timur dan ke barat. Buah-buahan dan bunga-bungaannya hanyalah yang tumbuh dari bumi bagi ternak. la tak mempunyai istri untuk menggodanya, tak ada pula putra untuk memberikan kepedihan kepadanya, tak ada kekayaan untuk menyelewengkan (perhatiannya), dan tak ada keserakahan untuk melalaikannya. Kedua kakinya adalah kendaraannya dan kedua tangannya adalah pelayannya.
Mengikuti Contoh dari Nabi (saw)
Hendaklah Anda mengikuti Nabi Anda yang suci, yang murni, semoga Allah memberkati beliau dan keturunan beliau. Pada beliau ada teladan bagi pengikut, dan pelipur bagi pencari hiburan. Orang yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang mengikuti Nabi-Nya dan yang melangkah pada jejak beliau. Beliau mengambil (bagian) yang paling sedikit dari dunia ini, dan tidak mengambil kerlingan penuh padanya. Dari semua manusia dunia, beliau adalah yang paling kurang kenyang dan yang paling kosong perutnya. Dunia ditawarkan kepada beliau, tetapi beliau menolak menerimanya. Bilamana beliau mengetahui bahwa Allah Yang Mahasuci membenci sesuatu, beliau pun membencinya; bila Allah memandang sesuatu beliau pun memandangnya kecil. Apabila kita mencintai apa yang dib Allah dan Rasul-Nya, dan menganggap besar apa yang dipandang oleh Allah dan Rasul-Nya, itu akan cukup merupakan pengucilan Allah dan pelanggaran atas perintah-peritah-Nya.
Nabi biasa makan di tanah, dan duduk seperti seorang budak. Beliau memperbaiki sepatu beliau dan menambal baju beliau dengan tangan beliau. Beliau menunggang keledai tanpa pelana dan biasa mendudukkan seseorang lain di belakang beliau. Apabila ada suatu tirai di pintunya dengan gambar-gambar padanya, beliau akan berkata kepada salah seorang istri beliau, "Hai, Anu, keluarkanlah itu dari pemandangan saya apabila saya melihatnya saya teringat kepada dunia ini dan godaannya”. Demikianlah beliau menyingkirkan hati beliau dari dunia ini dan menghancurkan ingatan kepadanya dari pikiran beliau. Beliau menginginkan agar godaannya tetap tersembunyi dari mata beliau sehingga beliau tak akan mendapatkan pakaian darinya, tidak memandangnya sebagai suatu tempat untuk menginap dan tak akan berharap untuk hidup di dalamnya. Akibatnya, beliau menyingkirkannya dari pikiran beliau, menyuruhnya pergi dari hati beliau, dan membiarkannya tersembunyi dari mata beliau. Demikian pula, orang yang membenci sesuatu hendaklah benci melihatnya atau mendengar tentangnya.
Sesungguhnya dalam diri Nabi Allah terdapat segala yang akan menyadarkan Anda akan kejahatan dunia ini dan cacat-cacatnya, yakni bahwa beliau tetap lapar bersama para sahabat beliau yang utama, dan walaupun kedekatannya yang besar, godaan-godaan dunia tetap jauh dari beliau. Nah, orang akan melihat dengan akalnya apakah Allah memuliakan Muhammad (saw) sebagai akibatnya, atau menghinakannya. Apabila ia mengatakan bahwa Allah menghinakannya, tentulah ia berbohong dan mengabadikan kesalahan yang besar. Apabila ia mengatakan Allah memuliakan beliau, haruslah ia ketahui bahwa Allah menghinakan orang lain yang kepada mereka la mengulurkan (maslahat duniaj baginya tetapi menjauhkannya dari orang yang paling dekat kepada-Nya di antara semua manusia.
Oleh karena itu, orang harus mengikuti Nabi, melangkah pada jejaknya dan masuk melalui pintunya. Bila tidak demikian, maka ia ddak akan selamat dari keruntuhan. Sesungguhnya Allah menjadikan Muhammad (saw) suatu tanda bagi Hari Pengadilan, pembawa berita untuk surga dan memberi peringatan akan pembalasan. Beliau meningalkan dunia ini dengan lapar, tetapi memasuki dunia berikut dengan selamat. Beliau tidak meletakkan satu batu di bawah yang lainnya (untuk membuat rumah) hingga beliau berangkat dan menyambut seruan Allah. Betapa besar rahmat Allah dalam apa yang dianugerahkan-Nya kepada kita dengan Nabi itu sebagai pendahulu yang kita ikuti, dan pemimpin yang di belakangnya kita melangkah.
Contoh dari Amirul Mukmnin sendiri
Demi Allah, saya telah dan masih menambal baju saya sedemikian banyak sehigga saya merasa malu pada tukang tambal. Seseorang bertanya kepada saya apakah saya tidak akan menanggalkannya, tetapi saya berkata, "Menjauhlah dari saya." Hanya di pagi hari orang (menyadari dan) berbicara tinggi tentang perjalanan malam (sebelumnya).•
KHOTBAH 160 Mengutus Nabi
Allah mengutus beliau dengan cahaya memancar, suatu hujah yang jelas suatu jalan terbuka, dan sebuah Kitab yang membimbing. Sukunya ada suku yang terbaik, dan pohon silsilahnya pohon yang terbaik, yang cabang-cabangnya berada dalam perbandingan yang baik serta buahnya (banyak) bergantungan. Tempat lahir beliau adalah Makkah, dan tempat hijrah beliau adalah Thaibah (Madinah), dari mana nama beliau naik tinggi dan suara beliau tersebar jauh dan luas.
Allah mengutus beliau dengan suatu hujah yang mencukupi, suatu pembicaraan yang meyakinkan, dan suatu maklumat yang meluruskan. Melalui beliau Allah mengungkapkan jalan-jalan yang telah dilalaikan, dan menghancurkan bid’ah-bid’ah yang telah dikenalkan. Melalui beliau la menerangkan perintah-perintah yang terinci. Sekarang, barangsiapa mengambil suatu agama selain Islam, nestapanya pasti, tongkat (penopangnya) akan patah, nasibnya akan parah, kesudahannya akan merupakan suatu kepedihan panjang dan hukuman yang menyedihkan.
Menarik Pelajaran dari Dunia
Saya bertawakal kepada Allah, tawakal yang membungkuk kepada-Nya, dan saya memohon petunjuk-Nya yang mengantar ke surga dan membawa ke tempat keridaan-Nya. Saya nasihati Anda, hai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya karena (takwa) itu keselamatan hari esok dan pembebasan untuk selama-lamanya. Beliau memperingatkan (Anda tentang pembalasan) dan melakukannya dengan sempurna. Beliau meyakinkan (Anda ke arah kebajikan) dan melakukannya dengan sepenuhnya. Beliau menggambarkan dunia ini, keterputusannya dari Anda, kelapukan dan ketergeserannya. Oleh karena itu menjauhlah dari tarikan-tarikannya, karena sangat sedikit darinya yang akan menyertai Anda. Rumah ini adalah yang paling dekat kepada kemarahan Allah dan yang terjauh dari keridaan Allah.
Maka tutuplah mata Anda, wahai para hamba Allah, dari kecemasan dan keterlibatannya, karena Anda yakin akan perpisahannya dan keadaannya yang berubah-ubah. Takutlah padanya (dunia) sebagai orang yang takut secara tulus dan yang berjuang keras, dan ambillah pelajaran dari apa yang telah Anda lihat tentang jatuhnya tempat-tempat dari orang-orang sebelum Anda, yakni bahwa persendian mereka dilenyapkan, mata dan telinga mereka dihancurkan, kehormatan dan martabat mereka lenyap dan kesenangan dan kekayaan mereka berakhir. Kedekatan dari anak-anak mereka berubah menjadi jauh. Kesertaan dari pasangan-pasangan mereka berubah menjadi perpisahan dengan mereka. Mereka tidak saling membanggakan, tidak pula mereka melahirkan anak-anak, dan mereka tidak saling bertemu sebagai tetangga. Oleh karena itu, takutlah kepada Allah, wahai para hamba Allah, seperti takutnya orang yang menguasai dirinya sendiri, yang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan melihat dengan kebijaksanaannya. Sungguh hal itu sangat jelas, panjinya tegak, jalan itu rata dan jalan itu lurus.•
16
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 161 Seorang sahabat Amirul Mukminin (dari Bani Asad) bertanya kepadanya, "Bagaimana maka suku Anda (Quraisy) merebut hak (kekhalifahan) Anda ini, padahal Anda yang paling berhak atasnya?" Maka sebagai jawabannya Amirul Mukminin berkata:
Wahai, saudara dari Bani Asad! Tali pelana Anda longgar dan Anda telah menempatkannya secara salah. Walaupun demikian, Anda mempunyai perkerabatan karena perkawinan dan juga (mempunyai) hak untuk bertanya, dan karena Anda telah bertanya, dengarkanlah. Mengenai kelaliman terhadap kami dalam urusan ini padahal kamilah yang tertinggi dalam hal keturunan dan yang terkuat dalam hubungan dengan Rastilullah, itu adalah suatu tindakan keakuan yang atasnya hati manusia menjadi serakah, walaupun sebagian orang tak mempedulikannya. Pentahkim adalah Allah dan kepada-Nya-lah tempat kembali pada Hari Pengadilan.
Sekarang tinggalkan kisah sia-sia yang tentangnya ada tempik sorak dan tangisan di mana-mana![1]
Marilah lihat putra Abu Sufyan (Mu'awiah). Waktu telah membuat saya tertawa setelah menangis. Tak heran, demi Allah; apakah urusan yang melampaui semua yang mengherankan dan yang telah menambah kesalahan ini. Orang-orang ini telah berusaha memadamkan cahaya Allah dari lampu-Nya dan menutup mata air dari sumbernya. Mereka mencampur-adukkan air pembawa wabah di antara saya dan mereka sendiri. Apabila kesukaran-kesukaran yang mencobai telah disingkirkan dari antara kami, saya akan membawa mereka pada jalan kebenaran; apabila tidak demikian:
... Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. 35:8)
[1] lni sepotong puisi dari penyair terkenal Imri'ul-Qais al-Kindi. Lanjutannya adalah:
Dan beritahulah aku tentang riwayat yang terjadi pada unta-unta tunggangan itu.
Peristiwa di balik kuplet itu adalah sebagai berikut. Ketika ayah Imri'ul-Qais (yakni Hujr ibn al-Harits) terbunuh, penyair itu mendatangi berbagai suku Arab mencari bantuan untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya. Sehubungan dengan itu ia menginap di rumah seorang lelaki anggota suku Jadilah. Tetapi, karena merasa dirinya tak aman, ia meninggalkan tempat itu lalu menginap pada Khalid ibn Sadus al-Nabhani. Sementara itu seorang lelaki Jadilah bernama Ba'its ibn Huwaish melarikan beberapa ekor untanya. Imri'ul-Qais mengadukan hal itu kepada tuan rumahnya dan dia memintanya untuk membawa serta beberapa ekor unta betinanya (Imri'ul-Qais) dan dengan demikian ia akan mendapatkan kembali unta-untanya. Maka Khalid pergi kepada para pencoleng itu dan meminta mereka mengembalikan unta-unta tamunya yang telah mereka curi. Mereka mengatakan bahwa ia bukan tamu dan tidak berada di bawah perlindungan. Karenanya Khalid bersumpah bahwa orang itu benar-benar adalah tamunya sambil menunjukkan kepada mereka unta betinanya yang ada padanya (Khalid). Maka mereka pun setuju untuk mengembalikan unta-unta itu. Tetapi, ketimbang mengembalikan unta-unta itu, mereka melarikan unta-unta betina itu pula.
Versi lain mengatakan bahwa mereka sesungguhnya mengembalikan unta-unta itu kepada Khalid tetapi ketimbang menyerahkannya kepada Imri'ul-Qaus, Khalid mengambilnya untuk dirinya sendiri. Ketika Imri'ul-Qais mengetahui hal itu, ia menyusun beberapa bait, termasuk yang terkutip di atas. Artinya, "Anda tinggalkanlah riwayat unta-unta yang telah dirampok ini, katakanlah sekarang kepada saya tentang unta-unta betina yang direbut dari tangan saya."
Maksud Amirul Mukminin mengutip bait itu sebagai ilustrasi ialah bahwa "Sekarang karena Mu'awiyah sedang berperang, kita harus membicarakan hal itu dan meninggalkan pembicaraan tentang penjarahan yang dilakukan oleh orang-orang yang telah menyerobot hak-hak saya. Waktu itu telah berlalu. Sekarang adalah waktu untuk bergelut dengan para pencoleng saat ini. Maka bahaslah peristiwa saat itu dan janganlah memulai ketegangan yang bukan saatnya." Amirul Mukminin mengatakan ini karena lelaki itu mengajukan pertanyaan itu kepadanya pada saat pertempuran Shiffin, ketika pertempuran sedang sengit dan darah sedang tertumpah.
KHOTBAH 162 Sifat-sifat Allah
Segala puji bagi Allah, pencipta manusia; la telah membentangkan bumi. la membuat sungai mengalir dan tumbuh-tumbuhan tumbuh di tanah-tanah tinggi. Keazalian-Nya tidak berawal, dan kebakaan-Nya tidak berakhir. Ia adalah yang pertama dan azali. la kekal tanpa batas. Dahi-dahi tunduk di hadapan-Nya dan lidah-lidah menyatakan keesaan-Nya. la menetapkan batas-batas pada saat la menciptakan mereka, menjauhkan segala sesuatu dari keserupaan dengan-Nya.
Khayalan tak dapat menduga-Nya dalam batas-batas gerakan, anggota badan atau indera. Tak dapat dikatakan tentang-Nya "dari mana?" dan tak ada batas waktu dapat disifatkan kepada-Nya dengan mengatakan "hingga”. la zhahir, tetapi tak dapat dikatakan "dari apa". la tersembunyi, tetapi tak dikatakan "dalam apa". la bukan jasad yang dapat mati, tidak pula la ditabiri sehingga tertutup di dalamnya. la tidak dekat pada sesuatu secara sentuhan, tidak pula ia jauh darinya secara terpisah.
Tatapan mata manusia tidak tersembunyi dari Dia, dan tidaklah ulangan kata-kata, tidak pula kilasan gundukan kecil, tidak juga jejak langkah kaki, di malam gelap atau di kesuraman yang dalam di mana bulan yang bercahaya memancarkan cahayanya dan matahari yang bersinar menyusulnya melalui terbenamnya dan terbitnya lagi berulang-ulang dengan peredaran waktu dan masa, oleh mendekatnya malam yang mendatang atau berlalunya hari yang berlari.
la mendahului setiap ujung dan batas, dan setiap hitungan dan urutan angka. la jauh di atas apa yang disifatkan kepada-Nya oleh orang-orang yang pandangannya terbatas, seperti sifat-sifat ukuran, mempunyai ujung-ujung, hidup di rumah-rumah dan tinggal di tempat-tempat kediaman, karena batas-batas dimaksudkan untuk ciptaan, dan hanya dapat disifatkan pada selain Allah.
Awal Pemciptaan
la tidak mencipta hal-hal dari bahan abadi dan tidak pula menurut suatu contoh yang ada, melainkan la menciptakan apa saja yang la ciptakan dan kemudian menetapkan batas-batas kepadanya, dan la membentuk apa saja yang la bentuk dan memberikan bentuk yang terbaik kepadanya. Tak ada yang dapat mendurhakai-Nya, tetapi ketaatan dari sesuatu tidak bermanfaat bagi-Nya. Pengetahuan-Nya tentang orang-orang yang mati di waktu lalu adalah sama dengan pengetahuan-Nya tentang orarng-orang yang masih hidup, dan pengetahuan-Nya tentang apa saja yang di langit-langit tinggi adalah seperti pengetahuan-Nya tentang segala yang di bumi yang rendah.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Penciptaan Manusia dan Penunjukan tentang Kebutuhan Manusia
Wahai makhluk yang telah diciptakan dengan adil, dan yang telah dipelihara dan dijaga dalam kegelapan kandungan (ibu) dengan berlapis-lapis tirai. Anda berasal "dari suatu saripati (yang berasal) dari tanah " (QS. 23:12) dan kemudian "diletakkan dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan". (QS. 77:21-22) Anda dahulu biasa bergerak dalam rahim ibu Anda sebagai sebuah janin, yang tak menyambut seruan dan tidak mendengar suara.
Kemudian Anda dikeluarkan dari tempat penginapan Anda ke suatu tempat yang belum Anda lihat, dan Anda tidak terbiasa dengan sarana menantikan kemaslahatannya, atau dengan siapa yang menuntun Anda untuk mengisap rezeki Anda dari buah dada ibu Anda dan, ketika Anda membutuhkan, menunjukkan kepada Anda tempat yang Anda butuhkan atau yang Anda tuju. Sayang! Sesungguhnya orang yang tak mampu mengerti sifat-sifat dari suatu wujud yang berbentuk dan beranggota akan lebih tak mampu untuk mengerti sifat-sifat dari Pencipta dan lebih jauh lagi dari kemampuan menilai Dia melalui keterbatasan makhluk-makhluk.•
KHOTBAH 163 Ketika orang mendatangi Amirul Mukminin sebagai utusan dan mengadu kepadanya tentang 'Utsman, dan meminta supaya ia berbicara kepadanya atas nama mereka dan menasihati ('Utsman) demi mereka, Amirul Mukminin pergi kepada 'Utsman seraya mengatakan:[1]
Orang banyak berada di belakang saya, dan mereka telah menjadikan saya utusan antara Anda dan mereka; tetapi, demi Allah, saya tak tahu apa yang akan dikatakan kepada Anda. Saya tidak mengetahui apa-apa (dalam hal ini) yang tidak Anda ketahui. Saya tak tahu apa yang harus dikatakan kepada Anda, dan tak dapat saya mengantarkan Anda ke suatu hal yang tidak Anda ketahui. Anda tentu mengetahui apa yang kami ketahui, kami tidak mengetahui sesuatu sebelum Anda, yang dapat kami katakan kepada Anda; tidak pula kami mempelajari sesuatu dalam rahasia yang harus kami sampaikan kepada Anda. Anda telah melihat sebagaimana kami telah lihat, dan Anda telah mendengar sebagaimana kami telah mendengar. Anda duduk bersama Rasulullah sebagaimana kami. (Abu Bakar) ibn Abi Quhafah dan ('Umar) ibn Khaththab tidak lebih bertanggung jawab untuk berbuat benar ketimbang Anda, karena Anda lebih dekat ketimbang kedua mereka kepada Rasulullah melalui kekerabatan, dan Anda juga memegang ) kekerabatan kepada beliau melalui perkawinan, yang tidak mereka pegang.
Maka (bertakwalah kepada) Allah, dalam diri Anda sendiri; karena, demi Allah, kepada Anda tidak akan diperlihatkan apa pun seakan-akan Anda buta atau menilai seakan-akan Anda tak tahu. Jalan-jalan terang sementara panji-panji keimanan telah ditetapkan. Hendaklah Anda ketahui bahwa di antara hamba-hamba Allah, orang yang paling mulia di hadapan Allah adalah imam yang adil yang dibimbing (oleh Allah), dan membimbing orang lain. Jadi, ia berdiri pada jalan-jalan yang dikenali dari perilaku Rasul dan menghancurkan bid’ah-bid’ah yang tidak dikenali. Sunah (Nabi) adalah jelas dan mempunyai tanda-tanda, sementara bid’ah pun jelas dan mempunyai tanda-tanda juga. Sesungguhnya, orang yang terburuk di hadapan Allah ialah pemimpin lalim yang tersesat dan melaluinya orang lain tersesat. la menghancurkan sunah yang telah diterima dan menghidupkan kembali bid’ah-bid’ah yang telah ditinggalkan. Saya mendengar Rasulullah berkata, "Pada Hari Pengadilan, pemimpin yang lalim akan dibawa tanpa seseorang untuk menopangnya atau seseorang untuk mengajukan alasan-alasan atas namanya, dan ia akan dilemparkan ke dalam neraka di mana ia akan berputar seperti putaran gilingan tangan, kemudian (akhirnya) ia akan dikurung pada rongganya."
Saya bersumpah kepada Anda, demi Allah, bahwa Anda tidak seharusnya menjadi si pemimpin rakyat yang akan dibunuh karena telah diriwayatkan bahwa, "Imam dari umat ini akan terbunuh, (yang) sesudahnya pembunuhan dan peperangan akan terbuka bagi mereka hingga Hari Pengadilan, dan ia akan mengacaukan urusan mereka dan menyebarkan kekacauan atas mereka. Sebagai hasilnya mereka tidak akan membedakan kebenaran dan kebatilan. Mereka akan bergoyang seperti gelombang dan akan sama sekali tersesat." Hendaklah Anda jangan menjadi hewan pengangkut bagi Marwan sehingga ia menyeret Anda ke mana saja ia kehendaki, walaupun ketuaan usia (Anda) dan kepanjangan hidup (Anda).
Lalu 'Utsman berkata kepada Amirul Mukminin, "Bicaralah kepada rakyat untuk memberikan waktu kepada saya hingga saya memperbaiki penderitaan mereka."
Amirul Mukminin lalu berkata:
Setalian dengan Madinah, tidak ada masalah waktu. Mengenai daerah-daerah yang lebih jauh, Anda boleh mengambil waktu yang diperlukan untuk sampainya perintah Anda ke sana.•
[1] Di masa kekhalifahan 'Utsman, ketika kaum Muslim sudah letih karena penindasan pemerintah dan para pejabatnya, mereka datang berkumpul di Madinah untuk mengadu kepada para sahabat senior Nabi, secara damai. Mereka mengutus orang menghadap Amirul Mukminin dan memohon kepadanya untuk menemui 'Utsman dan menasihati dia supaya jangan menginjak-injak hak kaum Muslim dan supaya mengakhiri kesukaran yang akan menyebabkan kehancuran rakyat. Amirul Mukminin menerima permohonan itu lalu pergi menemui 'Utsman dan mengucapkan kata-kata itu.
Untuk melunakkan pahitnya nasihat itu, Amirul Mukminin mengambil cara bicara seperti itu pada permulaan, yang akan menggugah rasa tanggung jawab lawan bicaranya dan mengarahkannya kepada pelaksanaan kewajibannya. Jadi, dengan menyebut persahabatannya dengan Nabi, kedudukan pribadinya, dan hubungan kekerabatannya dengan Nabi, berlawanan dengan kedudukan kedua khalifah sebelumnya, ia bermaksud menggugah 'Utsman menyadari kewajibannya. Bagaimanapun juga, ini jelas bukan saat untuk memuji-mujinya sehingga bagiannya yang kemudian dapat diabaikan dan seluruh pembicaraan boleh dipandang sebagai suatu pujian atas capaiannya, karena sejak awal mulanya telah jelas bahwa segala yang dilakukan 'Utsman telah dilakukannya dengan sengaja. Tak ada sesuatu yang dilakukan tanpa sepengetahuannya atau tanpa diberitahukan kepadanya, dan bahwa ia tak dapat dianggap tidak harus bertanggung jawab atasnya dengan alasan bahwa ia tidak mengetahuinya. Apabila pengambilan keputusan yang membuat seluruh dunia Islam bangkit bergelora walaupun ia seorang sahabat Nabi, yang telah mendengarkan ajaran-ajaran beliau, telah melihat perilaku beliau dan telah mengenal perintah-perintah Islam dapat dipandang sebagai suatu keutamaan, maka ini pun tak dapat dipandang sebagai pujian. Nyatanya, kata-kata yang dihujahkan sebagai pujian itu cukuplah untuk membuktikan parahnya pelanggaran; suatu kejahatan karena tak tahu dan tak sadar tidak separah kejahatan yang dilakukan dengan pengetahuan dan kesadaran. Orang yang tidak sadar akan naik turunnya suatu jalan dan terantuk di malam gelap dapatlah dimaafkan, tetapi orang yang mengenal naik turunnya jalan lalu terperosok di siang terang patutlah disalahkan. Apabila pada saat ini dikatakan kepadanya bahwa ia mempunyai mata tetapi tidak menyadari naik turunnya jalan, itu tidak berarti memuji luasnya pengetahuannya atau terangnya pandangan matanya; maksud kata-kata itu adalah bahwa ia tidak melihat pelubang-pelubang walaupun ia mempunyai mata, dan tidak berjalan secara mestinya, dan karena itu maka mempunyai mata atau tidak, dan mengetahui atau tidak, adalah sama saja baginya.
Dalam hubungan ini tekanan besar diletakkan pada kedudukannya sebagai menantu Nabi, yakni bahwa Nabi mengawinkan kedua orang putrinya, Ruqayyah dan Umm Kultsum, dengan dia satu demi satu. Sebelum mengambilnya sebagai suatu keutamaan, watak 'Utsman yang sesungguhnya sebagai menantu pun perlu dilihat. Sejarah menunjukkan bahwa dalam hal ini 'Utsman tidak beroleh keutamaan. Sebelumnya Ruqayyah dan Umm Kultsum telah dikawinkan dengan kedua putra Abu Lahab, yakni 'Utbah dan 'Utaibah, tetapi walaupun mereka menjadi menantu Nabi, mereka tidak termasuk orang-orang berkedudukan di masa jahiliah. Maka bagaimana ini akan dianggap sebagai sumber kedudukan tanpa suatu keutamaan pribadi, bilamana tidak ada otoritas tentang pentingnya hubungan ini. Dan tak ada pula keistimewaan yang terpaut pada hal ini, misalnya karena mungkin ada suatu persaingan antara 'Utsman dan seorang pribadi penting dalam hal ini dan bahwa pilihan atasnya untuk itu mungkin memberikannya keistimewaan atau bahwa kedua wanita itu mungkin ditunjukkan sebagai memiliki kedudukan penting dalam sejarah, riwayat atau biografi yang sebagai hasilnya hubungan ini dapat diberi keistimewaan dan dipandang sebagai keutamaan baginya. Apabila perkawinan kedua putri ini dengan 'Utbah dan 'Utaibah di masa jahiliah dipandang sebagai sah atas dasar bahwa perkawinan dengan orang kafir sampai pada waktu itu masih dihalalkan, maka dalam kasus 'Utsman syarat halalnya adalah penerimaan Islamnya; tak ada keraguan bahwa ia telah mengikrarkan kalimat syahadat dan telah menerima Islam dengan ikrarnya. Karena itu, maka perkawinan itu dapat dianggap sebagai bukti bahwa ia telah masuk Islam, tetapi tak ada kehormatan lain yang dapat dibuktikan melaluinya.
Lagi, tidak pula ada kesepakatan bahwa kedua wanita itu adalah putri Muhammad (saw) yang sesungguhnya, karena ada kelompok yang menolak mereka sebagai putri beliau yang sesungguhnya, dan memandang mereka sebagai putri Halah, saudara perempuan Khadijah, atau putri suami Khadijah yang sebelumnya. Abul Qasim al-Kufi (m. 352 H.) menulis,
"Ketika Rasulullah kawin dengan Khadijah, maka beberapa waktu kemudian Halah meninggal dan meninggalkan dua orang putri, yang satu bernama Zainab, dan seorang lagi bernama Ruqayyah, dan keduanya dibesarkan oleh Nabi dari Khadijah dan mereka memeliharanya, dan adalah adat sebelum Islam bahwa anak dikaitkan pada orang yang membesarkannya." (al-Istighatsah, h. 69)
Ibn Hisyam menulis tentang anak-anak Siti Khadijah sebagai berikut,
"Sebelum kawin dengan Nabi, ia kawin dengan Abi Halah ibn Malik. Dengannya ia melahirkan Hind binti Abi Halah dan Zainab binti Abi Halah. Sebelum kawin dengan Abi Halah ia kawin dengan 'Utayyiq ibn 'Abid ibn 'Abdillah ibn 'Umar ibn Makhzum dan melahirkan 'Abdullah dan seorang perempuan." (as-Sirah an-Nabawiyyuh, IV, h. 293)
Ini menunjukkan bahwa Khadijah mempunyai dua anak perempuan sebelum ia kawin dengan Nabi, dan menurut segala segi pandang masa itu mereka disebut putri beliau, dan orang yang kawin dengan mereka disebut menantu beliau, seakan-akan perempuan-perempuan itu adalah putri-putri beliau. Oleh karena itu, maka sebelum mengajukannya sebagai suatu kebanggaan status sesungguhnya dari wanita-wanita itu, haruslah dicatat dan harus dilihat sekilas perilaku 'Utsman.
Dalam hubungan ini, al-Bukhari dan para perawi lainnya serta para sejarawan mencatat hadis sebagai berikut,
Anas ibn Malik meriwayatkan bahwa: "Kami sedang hadir pada kesempatan penguburan putri Nabi Umm Kultsum, sementara Nabi duduk di sisi kuburnya. Saya melihat mata beliau mencucurkan air mata. Kemudian beliau berkata, 'Adakah seseorang di antara Anda yang tidak "berbuat dosa" tadi malam?' Abu Thalhah (Zaid ibn Sahl al-Anshari) berkata, 'Saya,' lalu Nabi berkata, 'Maka masuklah Anda ke dalam (liang) kubur,' dan ia pun masuk ke dalam kubur."
Para komentator mengatakan tentang 'berbuat dosa' bahwa Nabi bermaksud mengatakan 'orang yang tidak berhubungan seksual'. Pada saat itu Nabi mengungkapkan kehidupan pribadi 'Utsman dan mencegahnya masuk ke dalam kubur, padahal di antara karakter Nabi yang menonjol ialah bahwa beliau tidak menghina atau meremehkan seseorang dengan mengumumkan kehidupan pribadinya; walaupun mengetahui kekurangan orang lain, beliau mengabaikannya. Tetapi dalam kasus ini keadaannya sudah sedemikian rupa sehingga dipandang perlu untuk menghinanya di hadapan kerumunan orang itu.
Karena 'Utsman tidak mempedulikan kematian istrinya (Umm Kultsum), dan tidak terharu atau merasa sedih atas kejadian itu, dan tidak mempedulikan terpotongnya hubungannya dengan Nabi (sebagai menantu beliau), 'Utsman mengadakan hubungan seksual (dengan istrinya yang lain) pada malam itu, sehingga Nabi mencabutnya dari hak dan kehormatan itu. (al-Bukhari, ash-Shahih, II, h. 100-101, 114; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 126, 228, 229, 270; al-Hakim, al-Mustadrak, IV, h. 47; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, IV, h. 53; Ibn Sa'd, ath-Thabaqat al-Kabrâ, VIII, h. 26; as-Suhaili, ar-Raudh al-Unuf, II, h. 107; Ibn Hajar, al-Ishabah, IV, h. 489; Fat-h al-Bari, III, h. 122; al-'Aini, 'Umdat al-Qari, IV, h. 85; Ibn al-Atsir, an-Nihayah, III, h. 276; Ibn Manzhur, Lisan al-'Arab, IX, h. 280-281; az-Zubaidi, Taj al-'Arus, VI, h. 220.)
KHOTBAH 164 Menggambarkan Penciptaan Merak yang Menakjubkan
Tentang Penciptaan Burung yang Menakjubkan
Allah telah menyediakan ciptaan-ciptaan yang mengagumkan, termasuk yang hidup, yang tak bernyawa, yang diam dan yang bergerak. la telah memapankan bukti-bukti yang demikian jelas atas daya cipta-Nya yang halus dan kekuasaan-Nya yang besar sehingga pikiran menunduk kepada-Nya dalam pengakuan atasnya dan dalam penyerahan kepada-Nya, dan hujah tentang keesaan-Nya menerpa telinga kita. la telah menciptakan burung-burung berbagai bentuk yang hidup di liang-liang bumi, di celah-celah tebing tinggi pada puncak-puncak gunung.
Mereka (burung-burung itu) mempunyai berbagai macam sayap, dan berbagai ciri. Mereka dikuasai oleh kendali wewenang (Allah). Mereka mengepakkan sayap-sayap mereka dalam keluasan angkasa yang besar dan atmosfer yang terbuka. la mengadakan mereka dari tak ada dalam bentuk-bentuk lahir yang aneh, dan menciptakan tnereka dengan persendian dan tulang-tulang yang diliputi daging. la mencegah sebagian dari mereka untuk terbang dengan mudah di udara karena badannya yang berat dan hanya memperkenankan mereka menggunakan sayapnya di dekat bumi. la menetapkan mereka dalam warna yang berbeda-beda, dengan kekuasaan-Nya yang halus dan daya cipta yang amat hebat.
Di antara mereka ada yang diwarnai dengan satu warna dan tidak ada wama lain kecuali satu di mana mereka dicelupkan. Yang lain-lain diwarnai dengan satu warna dan mempunyai cincin leher yang berwarna lain dari (warna) yang dengannya mereka diwarnai.
Tentang Merak
Yang mencengangkan di antara mereka dalam penciptaannya ialah merak, yang telah diciptakan Allah dalam dimensi-dimensi yang paling simetris, dan diatur (Allah) warna-warnanya dalam aturan yang terbaik dengan sayap yang ujung-ujung bulunya terpadu dan yang ekoraya panjang. Bilamana ia bergerak kepada betinanya ia mementangkan ekornya yang terlipat dan mengangkatnya sedemikian rupa sehingga menjatuhkan bayangan atas kepalanya, seakan-akan (ekornya) itu layar perahu yang sedang ditarik oleh pelaut. (Merak) itu merasa bangga akan wama-watnanya dan berlagak besar dengan gerakan-gerakannya. la menjantani seperti ayam jantan. la melompat (pada si betina) untuk memacik sebagai orang lelaki energik yang penuh nafsu pada saat berkelahi.
Saya mengatakan semua ini kepada Anda dari pengamatan, tidak seperti orang yang menceritakan atas dasar wewenang yang lemah, misalnya, kepercayaan sebagian orang bahwa ia menjantani si betina dengan air mata yang mengalir dari matanya dan ketika (air mata) berhenti pada ujung-ujung kelopak mata, si betina menelannya dan dengan itu mereka bertelur, dan tidak melalui penjantanan oleh seekor pejantan melainkan dengan jalan air mata yang mengalir ini. Sekalipun mereka mengatakan ini, tidaklah mengherankan ketimbang (apa yang mereka katakan tentang) saling memberi makan oleh burung sebagai penjantanan. Anda akan membayangkan bulu-bulunya sebagai lidi-lidi dari perak dan lingkaran-lingkaran menakjubkan serta bulu-bulu yang berbentuk matahari yang tumbuh padanya adalah emas murni dan penggalan-penggalan permata hijau. Apabila Anda menyerupakannya dengan sesuatu yang tumbuh di bumi, Anda akan mengatakan bahwa itu adalah karangan bunga yang dikumpulkan pada musim semi. Apabila Anda menyerupakannya dengan kain (pakaian), mereka akanseperti pakaian tercetak atau kain aneka warna buatan Yaman yang mengagumkan. Apabila Anda membandingkannya dengan perhiasan, maka mereka akan seperti intan dengan berbagai wama dengan perak bertatak.
Merak berjalan dengan sombong dan bangga, dan mementangkan ekornya dan sayapnya sambil tertawa mengagumi kebagusan pakaiannya dan warna kalung lehernya yang dari intan. Tetapi, apabila ia melempar pandangan ke kakinya, ia menangis dengan nyaring, dengan suara yang menunjukkan seruan minta tolong dan menunjukkan kesedihannya yang sesungguhnya, karena kakinya kecil seperti kaki ayam jantan peranakan Indo-Persia. Pada ujung kakinya ada suatu susuh kecil dan pada mahkota kepalanya ada segembok bulu hijau yang beraneka rona. Lehernya mulai dalam bentuk sebuah cangkir dan rentangannya hingga ke perutnya adalah seperti warna pewarna rambut Yaman atau seperti kain sutra yang diletakkan pada kaca betgosok yang nampak seakan-akan telah diliputi tirai hitam, kecuali bahwa karena gemerlapannya yang berlebih-lebihan dan kecemerlangannya yang amat sangat, (maka) nampak bahwa suatu warna hijau mewah telah dicampurkan dengannya. Sepanjang rongga dari telinganya ada suatu baris warna (bunga) aster cerlang yang bercahaya seperti ujung pena. Warna putih bercahaya pada latar belakang hitam. Hampir tak ada suatu warna dari mana ia tidak mengambil sedikit dan memperbaikinya lebih jauh dengan penggosokan yang teratur, gemerlap, kemilau dan cemerlang ala sutra. Oleh karena itu, maka bulu-bulu itu seperti kuncup-kuncup yang bertebaran yang belum dikenai hujan musim semi atau matahari musim panas.
la juga melumhkan bulu-bulunya dan menanggalkan bajunya. Bulu-bulu itu semuanya luruh dan tumbuh lagi. Bulu-bulu itu jatuh dari tangkai bulu seperti jatuhnya daun-daun dari tangkai ranting, dan kemudian bulu-bulu itu mulai bergabung bersama dan tumbuh hingga kembali kepada keadaannya sebelum jatuh. Warna-wama baru itu tidak berubah dari warna-warnanya yang semula, dan warna-warna itu tidak terjadi di tempat yang lain dari tempatnya sendiri. Apabila Anda melihat dengan cermat pada satu bulu dari tangkai bulunya, akan nampak sebagai mawar merah, kemudian hijau permata dan kemudian kuning keemasan.
Bagaimana ketajaman pikiran dapat menggambarkan suatu ciptaan seperti itu, atau daya pikir, atau bagaimana ucapan dari para penggambar dapat mengatakan tentang itu. Bahkan bagian-bagiannya yang paling kecil telah memustahilkan imajinasi untuk memungutnya atau bagi lidah untuk menggambarkannya. Mahasuci Allah yang telah menggagalkan akal untuk menggambarkan ciptaan yang ditempatkannya secara terbuka di hadapan mata dan yang mereka lihat dibentuk, diatur dan diwarnai. la pun menggagalkan lidah untuk menggambarkan dengan singkat sifat-sifatnya dan untuk membentangkan pujian kepadanya.
Kehebatan Pencipta dalam Ciptaan Besar dan Kecil
Mahasuci Allah yang telah memberikan kaki kepada semut dan rayap yang kecil-kecil dan juga kepada yang di atasnya, ular dan gajah. la telah mewajibkan kepada Diri-Nya bahwa tak ada rangka di mana la memasukkan nyawa akan bergerak, melainkan bahwa kematian adalah tempat yang dijanjikan kepadanya dan kehancuran (adalah) akhir kesudahannya.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Menggambarkan Surga
Apabila Anda melemparkan mata pikiran Anda pada apa yang digambarkan kepada Anda tentang surga, hati Anda akan mulai membenci keenakan-keenakan dunia yang telah dipamerkan di sini, yakni hawa nafsu nya dan kesenangan-kesenangannya, dan keindahan-keindahan pemandangannya, dan Anda akan hilang dalam desir pohon-pohon yang akar-akarnya tersembunyi di (tanah) busut kesturi pada tanggul-tanggul sungai di surga, dan dalam rangkaian mutiara segar yang bergelantungan di ranting-ranting dan cabang pohon-pohon dan pada penampilan aneka buahan dari bawah lipatan daun-daunnya. Buah-buahan ini dapat dipetik tanpa kesulitan, karena mereka (buah-buahan itu) turun atas keinginan pemetiknya. Madu murni dan anggur beragi akan disuguhkan berkeliling kepada orang-orang yang duduk di halaman istana-istananya.
Mereka adalah suatu umat yang selalu diikuti kehormatan hingga mereka dihunikan di nimah kediaman yang kekal, dan mendapatkan istirahat dari gerakan perjalanan. Wahai, pendengar! Apabila Anda menyibukkan diri dalam (perjalanan) maju menuju pandangan yang menakjubkan yang akan bergegas menuju kepada Anda, maka hati Anda tentulah akan mati karena gairah untuknya, dan Anda akan bersedia menemani orang-orang di dalam kubur, langsung dari hadapan saya di sini, dan bergegas kepada mereka. Semoga Allah, dengan rahmat-Nya, memasukkan kami dan Anda juga di antara orang-orang yang berjuang dengan hatinya bagi kediaman orang yang berkebajikan.
Catatan yang Menjelaskan Beberapa dari Bagian dalam Khotbah ini, yang Menakjubkan dan yang Kurang Jelas Sayid Radhi mengatakan: Dalam kata-kata Amirul Mukminin "ya'urru bi malâqihihi"; "al-arr" mengandung arti senggama, misalnya, ketika dikatakan "arra-r-rajulu al-mar'ata ya'urruhâ", itu berarti "ia bersetubuh dengan perempuan itu".
Dalam kata-katanya "ka'annahu gal'u dâriyyin 'anajahu nûtiyyuhu", "al-qal'" berarti layar perahu atau kapal; "dâri" berarti kepunyaan atau termasuk pada Dârin, yang merupakan sebuah kota kecil di pantai di mana dijual wangi-wangian. Dan "'anajahu" berarti "membalikkannya". Dikatakan "'anajtun-nâgata—seperti nashartu—a'najuhâ 'anjan". "Bilamana engkau membalikkan unta betina itu." Dan "an-nûti" berarti pelaut. Kata-katanya "daffatay jufûnihi" berarti ujung-ujung kelopak matanya, karena "ad-daffatân" berarti dua ujung. Kata-katanya "wa filadzuz-zabarjadi"; "al-filadz" adalah bentuk jamak dari "al-filadza” yang berarti penggal atau kepingan. Kata-katanya "ka ba'isi'l-lu'lu'ir-rathibi"; "al-kibasah" berarti tangkai kurma; "al-‘asâlij" berarti ranting-ranting. Bentuk tunggalnya adalah "'usluj".•
KHOTBAH 165 Nasihat untuk Berlaku Ramah dan Baik Budi dan Terus Mempertahankannya
Orang muda di antara Anda harus mengikuti orang yang (lebih) tua, sedang orang tua harus ramah kepada orang muda. Jangan menjadi seperti orang-orang kasar di jaman jahiliah yang tidak melaksanakan agama dan juga tidak menggunakan akal mereka dalam urusan Allah. Mereka[1] adalah seperti memecah telur dalam sarang burung yang berbahaya, karena (perbuatan) mereka memecahkan itu nampak buruk, tetapi membiarkannya utuh berarti menghasilkan anak-anak baru yang berbahaya.
Bagian dari Khotbah yang Sama
Tentang Otokrasi dan Penindasan Bani Umayyah Serta Nasib Mereka
Mereka akan berpecah setelah persatuannya, dan bertebaran dari pusatnya. Sebagian dari mereka akan bersiteguh pada cabang-cabang melengkung, hingga Allah Yang Mahatinggi akan mengumpul mereka untuk hari itu, yang akan merupakan hari terburuk bagi Bani Umayyah, sebagaimana serpihan-serpihan kabut berkumpul di musim gugur. Allah akan menciptakan kasih sayang di kalangan mereka. Lalu la akan membuat mereka menjadi massa yang kuat seperti massa awan. Kemudian la akan membuka pintu-pintu untuk mereka untuk mengalir keluar dari tempat permulaannya seperti banjir dari kedua taman (Saba') dari mana tiada batu-batu tinggi yang tertinggal aman dan tiada pula gundukan kecil, dan arusnya tak dapat ditangkal oleh gunung-gunung yang kuat maupun tanah-tanah yang tinggi. Allah akan menebarkannya di tanah rendah lembah-lembah dan kemudian la akan mengalirkan mereka seperti sungai-sungai di seluruh bumi, dan melalui mereka la akan mengatur pengambilan hak-hak dari satu kaum oleh kaum lain dan menjadikan satu kaum menginap di rumah-rumah kaum lain. Demi Allah, semua kedudukan dan kemuliaan mereka akan terlebur sebagaimana larutnya lemak di api.
Penyebab Tirani
Wahai, manusia! Apabila Anda (di waktu lalu) tidak hendak mengelakkan dukungan kebenaran dan tidak merasa lemah dari menghancurkan yang batil maka orang yang bukan tandingan Anda akan tidak bertujuaa kepada Anda dan orang yang (telah) mengalahkan Anda tidak akan mengalahkan Anda. Tetapi Anda mengembara di gurun (kedurhakakaan) seperti Bani Isra'il. Saya bersumpah demi hidup saya bahwa setelah saya penderitaan Anda akan meningkat beberapa kali, karena Anda akan meninggalkan kebenaran di balik punggung Anda, memutuskan hubungan Anda dengan orang-orang yang dekat kepada Anda dan memapankan hubungan dengan yang jauh. Ketahuilah bahwa apabila Anda telah mengikuti dia yang menyeru Anda (kepada petunjuk) maka ia akan membuat Anda menempuh jalan Rasul, kemudian Anda akan luput dari kesulitan-kesulitan penyesatan dan Anda akan melemparkan beban yang meluluhkan dari pundak Anda.•
[1] Pengertiannya ialah bahwa Islam yang lahir dari kaum ini menuntut bahwa mereka tak boleh dianiaya, tetapi akibat dari membiarkan mereka demikian adalah bahwa mereka akan menciptakan bencana dan pemeberontakan.
KHOTBAH 166 Pada Awal Kekhalifahan, Pemenuhan Hak-hak dan Kewajiban, dan Nasihat agar Bertakwa kepada Allah dalam Segala Hal
Allah Yang Mahasuci telah menurunkan Kitab yang memberikan petunjuk di mana la telah menerangkan baik dan buruk. Anda harus mengambil jalan kebajikan yang dengan itu Anda akan mendapat petunjuk, dan menjauhkan diri dari arah kejahatan supaya Anda tetap berada pada jalan yang benar. (Ingatlah akan) kewajiban, (Ingatlah akan) kewajiban. Penuhilah (kewajiban) itu untuk Allah maka hal itu akan membawa Anda ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal-hal yang bukan tak diketahui dan menghalalkan hal-hal yang tak tercela. la telah memaklumkan menghormati muslimin sebagai perhormatan yang paling tinggi. la telah menempatkan hak-hak muslimin pada derajat yang sama (pentingnya) sebagai pengabdian (kepada-Nya sendiri dan keesaan-Nya). Oleh karena itu maka seorang Muslim adalah orang yang dari lidah dan tangannya setiap Muslim (lain) selamat, kecuali dalam urusan kebenaran. Oleh karena itu, maka tidaklah halal menganiaya seorang Muslim, kecuali bilamana hal itu wajib.
Bergegaslah Anda pada urusan yang paling umum yang khas bagi setiap orang, yaitu maut. Sesungguhnya, orang (yang telah pergi) ada di depan Anda, sementara saat (Hari Pengadilan) itu sedang menggiring Anda dari belakang. Tetaplah ringan supaya Anda dapat menyusul mereka. Punggung Anda sedang dinanti demi yang di depan. Takutlah kepada Allah dalam urusan hamba-hamba-Nya dan kota-kota-Nya, karena Anda akan ditanyai bahkan tentang tanah-tanah dan hewan-hewan. Taatilah Allah dan janganlah Anda mendurhakai-Nya. Bilamana Anda melihat kebajikan, ambillah, dan bilamana Anda melihat keburukan, jauhilah.•
KHOTBAH 167 Setelah membaiat Amirul Mukminin, beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi berkata kepadanya, "Anda harus menghukum orang-orang yang menyerang 'Utsman."
Atasnya ia berkata:
Wahai, saudara-saudaraku! Saya bukan tak tahu apa yang Anda ketahui, tetapi bagaimana saya mempunyai kekuatan untuk itu sementara orang-orang yang menyerangnya berada di puncak kekuatan mereka. Mereka mengungguli kita, bukan kita mengungguli meieka. Mereka sekarang dalam posisi yang bahkan budak-budak Anda telah bangkit bersama mereka, dan orang-orang Arab Badui pun telah bergabung dengan mereka. Mereka sekarang berada di antara Anda dan sedang mengganggu Anda sesuka mereka. Apakah Anda melihat suatu jalan untuk dapat melakukan apa yang Anda tuju?
Tuntutan itu sesungguhnya (tuntutan) masa jahiliah, dan orang-orang ini mempunyai dukungan di belakangnya. Bilamana masalah itu dibahas, orang akan berselisih pendapat tentangnya. Satu kelompok akan berpikir seperti Anda, tetapi (kelompok) lain tidak akan berpikir seperti Anda pikir, dan masih ada lagi suatu kelompok lain yang tidak mau secara ini ataupun secara itu. Bersabarlah hingga rakyat menjadi tenang dan hati mengendap pada tempat-tempatnya sehingga hak-hak dapat dicapai orang dengan mudah. Yakinlah pada saya, dan lihatlah apa yang diberikan kepada Anda oleh saya. Janganlah melakukan sesuatu yang meremukkan kekuatan Anda, melemahkan tenaga Anda dan melahirkan kelemahan dan keaiban. Saya akan mengendalikan urusan ini sedapat mungkin; tetapi bila saya merasa perlu untuk itu, perlakuan yang terakhir tentulah merupakan pemberian cap dengan besi panas (melalui peperangan).•
KHOTBAH 168 Ketika kaum Jamal berangkat ke Bashrah, Amirul Mukminin as berkata:
Tiada ragu bahwa Allah mengutus Nabi sebagai pemberi petunjuk dengan Kitab yang fasih dan perintah yang tetap. Tak ada yang dihancurkan olehnya (Kitab) kecuali orang yang menghancurkan dirinya sendiri. Sesungguhnya hanyalah bidah-bidah yang meragukan yang menyebabkan keruntuhan kecuali orang-orang yang dilindungi Allah darinya. Pada wewenang Allah terletak keselamatan urusan Anda. Oleh karena itu, berlaku taatlah sedemikian rupa kepada-Nya, ketaatan yang tak patut disalahkan dan tidak pula tak tulus. Demi Allah, Anda harus berbuat demikian; bila tidak maka Allah akan mengambil keluar dari Anda kekuasaan Islam, dan tak akan pemah mengembalikannya lagi kepada Anda hingga ia menetap pada orang-orang lain.
Sesungguhnya orang-orang itu bersepakat dalam membenci wewenang saya. Saya akan maju terus sampai saya melihat perpecahan di antara Anda; karena, apabila mereka berhasil, padahal pandangan mereka tidak sehat, seluruh tubuh muslimin akan diluluhkan. Mereka sedang menghasratkan dunia ini karena cemburu terhadap orang yang padanya Allah telah menganugerahkannya. Dari itu mereka berniat mengetnbalikan urusan kepada punggung mereka (masa jahiliah) sedangkan pada kami adalah wajib, demi Anda, untuk menaati Kitab Allah Yang Mahatinggi dan perilaku Rasulullah, untuk berdiri pada hak-hak-Nya dan menghidupkan sunah.•
KHOTBAH 169 Ketika Amirul Mukminin mendekati Bashrah, seorang Arab menemuinya seraya berkata, karena ia diutus kepadanya oleh suatu kelompok orang Bashrah untuk menanyakan kepadanya tentang sikapnya sehubungan dengan kaum Jamal. Amirul Mukminin menerangkan kepadanya sikapnya sekaitan dengan mereka, yang darinya ia menjadi yakin bahwa Amirul Mukminin berdiri di tempat yang benar. Kemudian Amirul Mukminin meminta kepadanya untuk membaiat, tetapi ia menjawab, "Saya hanya pembawa utusan dari suatu kaum dan tak boleh berbuat sesuatu hingga saya kembali kepada mereka." Atasnya Amirul Mukminin berkata kepadanya:
Apabila orang-orang yang di belakang Anda mengirim Anda sebagai pendahulu untuk menyelidiki suatu daerah yang telah dituruni hujan, lalu Anda kembali kepada mereka dan memberitahukan mereka tentang kehijauan dan air, tetapi mereka tak setuju dengan Anda lalu pergi ke tanah kering dan tandus, apa yang akan Anda lakukan pada mereka? (Orang itu berkata: "Saya akan meninggalkan mereka lalu saya pergi menuju ke kehijauan dan air. Amirul Mukminin lalu berkata:) Maka ulurkanlah tangan Anda.
Orang itu mengatakan, "Demi Allah, dengan hujah yang sejelas itu, saya tak dapat menahan diri dari membaiat Amirul Mukminin."
Orang itu dikenal sebagai Kulaib al-Jarmi.•
KHOTBAH 170 Ketika Amirul Mukminin memutuskan untuk memerangi musuh dengan berhadap-hadapan di Shiffin, ia mengatakan:
Ya Allah, Tuhanku! Pemelihara langit yang tinggi dan ruang angkasa yang terbentang yang telah Engkau jadikan tempat berteduh untuk malam dan siang, suatu orbit bagi matahari dan bulan dan jalan bagi bintang-bintang yang beredar, dan untuk menghuninya Engkau telah menciptakan suatu kelompok malaikat-Mu yang tak letih-letihnya menyembah-Mu. Wahai Pemelihara bumi yang telah Engkau jadikan satu kediaman bagi manusia dan tempat untuk gerakan serangga-serangga dan hewan-hewan serta makhluk-makhluk lain yang tak terhitung banyaknya yang nampak dan yang tak nampak. Wahai Pemelihara gunung-gunung yang kukuh yang telah Kau buat seperti pasak-pasak bagi bumi dan (sarana) dukungan bagi manusia. Apabila Engkau berikan kemenangan kepada kami terhadap musuh, selamatkan kami dari melanggar batas dan peliharalah kami pada jalan kebenaran yang lurus. Tetapi, apabila Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami, maka karuniakanlah kematian syahid dan selamatkan kami dari bencana.
Di manakah orang-orang yang melindungi kehormatan, dan orang-orang yang menghormati diri sendiri yang membela orang-orang yang terhormat di masa kesulitan? Malu ada di belakang Anda sementara surga di hadapan Anda.•
KHOTBAH 171 Tentang Panitia Syura dan Perang Jamal
Segala puji bagi Allah yang dari pandangan-Nya satu langit tidak menyembunyikan satu langit yang lain, dan satu bumi (tidak menyembunyikan) bumi yang lain.
Sebagian dari Khotbah yang Sama, Tentang Panitia Syûrâ setelah Wafatnya 'Umar ibn Khaththab
Seseorang berkata kepada saya, "Wahai putra Abii Thalib, engkau sangat menginginkan (jabatan) kekhalifahan."[1] Lalu saya katakan kepadanya:
"Malah, demi Allah, Anda lebih serakah, walaupun lebih jauh, sementara saya lebih sesuai maupun lebih dekat. Saya telah menuntutnya sebagai hak saya, sedang Anda menghalang antara saya dan (jabatan khalifah) itu, dan sekarang Anda hendak memalingkan wajah saya darinya." Ketika saya mengetuk telinganya dengan hujah di antara orang banyak dari yang hadir, ia kaget seakan-akan ia terpukau tak tahu memberi jawaban apa kepada saya tentang hal itu.
Ya Allah, Tuhanku! Saya memohon pertolongan-Mu terhadap Quraisy dan orang-orang yang membantu mereka, karena mereka menyangkali saya (akan hak) kekerabatan, merendahkan kedudukan saya yang tinggi, dan bersatu dalam menentang saya dalam hal (kekhalifahan) yang merupakan hak saya, dan kemudian mereka katakan, "Ketahuilah bahwa yang benar ialah bahwa Anda mempunyainya dan bahwa Anda dapat meninggalkannya."[2]
Sebagian dari Khotbah yang Sama Menggambarkan Kaum Jamal
Mereka (Thalhah dan Zubair serta para pendukungnya) keluar dengan menyeret istri Rasulullah (saw) seperti seorang budak perempuan diseret untuk dijual. Mereka membawanya ke Bashrah di mana kedua orang itu (Thalhah dan Zubair) menempatkan perempuan mereka sendiri di rumah, tetapi menampakkan istri Rasulullah kepada mereka sendiri dan kepadaorang-orang lain dalam tentara di mana tak ada seorang pun yang tidak menawarkan ketaatannya kepada saya dan membaiat saya dengan sangat taat, tanpa suatu paksaan.
Di sini di Bashrah mereka mendatangi gubernur saya dan bendaharawan baitul mâl dan penduduk lainnya. Mereka membunuh sebagiannya dalam tawanan dan yang lainnya dengan pengkhianatan. Demi Allah, sekalipun apabila mereka hanya membunuh satu orang saja dari kalangan muslimin tanpa suatu kesalahan dengan sengaja, akan halal bagi saya untufcl membunuh seluruh tentara ini, karena mereka hadir di dalamnya tetapi tidak keberatan dengannya dan tidak mencegahnya dengan lidah atau tangan, apalagi mereka telah membunuh dari antara kaum Muslim sejumlah yang sama dengan yang mereka datangi.•
[1] Pada saat Panitia Musyawarah itu, Sa'd ibn Abu Waqqash mengulangi kepada Amirul Mukminin apa yang telah dikatakan oleh Khalifah 'Umar ibn Khaththab pada saat-saat terakhirnya, yakni, "Hai, 'Ali, engkau sangat serakah akan kedudukan khalifah," dan 'Ali menjawab, "Orang yang menuntut haknya sendiri tak dapat disebut serakah; malah, yang serakah adalah orang yang mencegah orang untuk mendapatkan hak dan berusaha untuk merebutnya padahal tak pantas baginya."
Tiada ragu bahwa Amirul Mukminin memandang jabatan khalifah sebagai haknya, dan ia menuntut haknya. Tuntutan atas suatu hak tidaklah menghilangkan hak itu; karenanya hal itu tak dapat dikemukakan sebagai dalih untuk tidak memberikan kepadanya jabatan khalifah itu, dan tuntutan itu tak dapat dianggap sebagai tanda serakah. Sekiranyapun itu keserakahan, bagaimana dengan yang lain-lainnya? Bukankah perebutan antara kaum Muhajirin dan Anshar, perjuangan antara sesama anggota Panitia Syura dan pembuatan bencana oleh Thalhah dan Zubair merupakan produk dari keserakahan? Apabila Amirul Mukminin seralah untuk jabatan itu, tentulah ia telah bertempur untuk itu, menutup mata terhadap konsekuensi dan akibatnya ketika 'Abbas (paman Nabi) dan Abu Sufyan mendesaknya untuk menerima baiat; dan ketika, setelah Khalifah 'Utsman, rakyat mendorongnya untuk membaiat, tentulah ia telah menerima tawaran mereka tanpa mempedulikan keadaan yang telah membusuk itu. Tetapi, tak pernah Amirul Mukminin mengambil suatu langkah yang dapat membuktikan bahwa ia menghendaki jabatan khalifah demi jabatan khalifah itu sendiri; tuntutannya untuk jabatan khalifah itu hanyalah dengan tujuan agar wajah kakhalifahan tak diubah dan agama tak menjadi korban hawa nafsu, bukan agar ia dapat menikmati kesenangan hidup yang diatributkan pada keserakahan.
[2] Ketika menerangkan maknanya, Ibn Abil Hadid menulis bahwa maksud Amirul Mukminin ialah:
"Mereka (orang Quraisy dan orang-orang yang membantu mereka) bukan hanya puas untuk menjauhkan saya dari hak saya atas jabatan khalifah yang telah mereka serobot (dari saya), tetapi malah mengklaim bahwa jabatan itu adalah hak mereka, apakah akan memberikannya kepada saya atau mencegah saya darinya, dan bahwa saya tidak berhak untuk berhujah dengan mereka."
Lagi pula maksud (Amirul Mukminin) itu ialah:
"Apabila mereka tidak mengatakan bahwa adalah hak untuk menjauh dari jabatan khalifah, akan mudah untuk bersabar atasnya, karena, sekurang-kurangnya, ini akan menunjukkan bahwa mereka mengakui hak saya walaupun mereka tidak sedia untuk menyetujuinya.(Syarah Nahjul Balâghah, ix, h.306)
17
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 172 Yang Berhak untuk (Jabatan) Kekhalifahan
Nabi adalah pengemban amanat wahyu Allah, yang terakhir dari nabi-Nya, pemberi kabar (gembira) tentang rahmat-Nya dan pemberi peringatan tentang hukuman-Nya.
Wahai manusia, yang berhak dari semua manusia untuk urusan ini (yakni kekhalifahan) adalah orang yang paling mampu di antara mereka untuk menegakkannya, dan yang paling mengetahui perintah-perintah Allah tentang itu. Apabila suatu bencana diciptakan oleh seorang pembawa bencana, ia akan diseru untuk bertaubat. Apabila ia menolak, ia akan diperangi. Demi hidupku, apabila masalah imamah tidak harus diputuskan kecuali semua orang hadir, maka tak akan ada hal seperti itu (di waktu lalu).[1] Tetapi, orang-orang yang menyetujuinya memaksakan keputusan pada yang tidak hadir, sedemikian rupa sehingga orang yang hadir tak dapat menolak dan orang yang tak hadir tak dapat memilih (seseorang lainnya). Ketahuilah bahwa saya akan memerangi dua orang, yang mengakui apa yang bukan kepunyaannya dan yang lain yang mengabaikan apa yang wajib baginya.
Perlunya Kebijaksanaan dalam Memerangi Muslimin
Wahai para hamba Allah! Saya nasihati Anda untuk bertakwa kepada Allah, karena itulah nasihat yang terbaik untuk diberikan orang antara satu sama lain, dan yang terbaik dari semua hal di hadapan Allah. Pintu peperangan telah terbuka antara Anda dan muslimin lainnya. Dan panji ini hanya akan dibawa oleh orang berpemandangan, tabah dan berpengetahuan tentang duduknya kebenaran. Oleh karena itu, Anda harus maju terusi dengan apa yang diperintahkan kepada Anda dan berhenti dari apa yang dicegah dari Anda. Jangan terburu-buru dalam hal setiap urusan sebelum jelas bagi Anda. Karena dalam setiap urusan yang tidak Anda sukai kita mempunyai hak untuk mengubahnya.
Perangai Dunia dengan Para Penganutnya
Ketahuilah bahwa dunia yang mulai Anda serakahi dan ke mana Anda tertarik, dan yang kadang-kadang memberangkan Anda dan kadang-kadang menyenangkan Anda, bukanlah kediaman Anda (yang kekal), dan bukan pula tempat penginapan Anda untuk apa Anda diciptakan, dan tidak pula tempat ke mana Anda telah diundang. Ketahuilah bahwa dunia tidak akan langgeng bagi Anda dan tidak pula Anda akan hidup bersamanya. Apabila sesuatu dari dunia ini menipu Anda (ke dalam pikatan), keburukannya memperingatkan Anda pula. Anda harus meninggalkan (obyek-obyek) tipuannya demi (obyek) peringatannya, dan (obyek) pikatannya demi (obyek-obyek) kengeriannya. Dan sementara di sini di dalamnya, majulah menuju ke mana Anda diseru, dan palingkan hati Anda dari dunia. Tiada di antara Anda yang harus menangis seperti budak perempuan atas sesuatu yang tidak diberikan kepadanya. Carilah kesempurnaan nikmat Allah atas Anda dengan sabar dan taatlah kepada Allah dan dalam menjaga apa yang telah diminta-Nya Anda menjaganya, yakni Kitab-Nya.
Ketahuilah bahwa kehilangan sesuatu dari dunia ini tidak akan merugikan Anda, apabila Anda telah menjaga prinsip-prinsip agama Anda. Ketahuilah pula bahwa setelah hilangnya agama Anda, tak akan ada sesuatu yang Anda senangi dari dunia ini yang akan bermanfaat bagi Anda. Semoga Allah membawa hati kita kepada yang hak dan semoga la menganugerahkan kesabaran kepada kami dan Anda.•
[1] Ketika orang-orang yang berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah sehubungan dengan pemilihan khalifah, bahkan orang-orang yang tidak hadir terpaksa mengikuti keputusan yang diambil di sana, dan diambillah prinsip bahwa orang-orang yang hadir pada pemilihan itu tidak berhak untuk mempertimbangkan hal itu atau mematahkan baiat, dan orang yang tak hadir tak dapat berbuat apa-apa selain menyetujui keputusan yang telah disepakati itu. Tetapi, ketika orang Madinah membaiat Amirul Mukminin, Gubernur Suriah (Mu'awiah) menolak untuk mengikutinya atas dasar bahwa karena ia tak hadir pada peristiwa itu, maka ia tidak terikat untuk berpegang kepadanya. Untuk itu Amirul Mukminin memberikan jawaban dalam khotbah ini, atas dasar prinsip yang telah diterima dan disetujui ini serta kondisi-kondisi yang telah dimapankan di kalangan rakyat dan sudah tak terbantah, yakni bahwa: "Ketika penduduk Madinah serta kaum Anshar dan Muhajirin telah membaiat saya, Mu'awiah tidak berhak melepaskan diri darinya dengan alasan bahwa ia tak hadir pada kesempatan itu, dan lagi Thalhah dan Zubair tidak berhak membatalkan baiatnya."
Pada kesempatan ini Amirul Mukminin tidak berhujah atas dasar ucapan Nabi yang merupakan kata kunci tentang kekhalifahan, karena dasar penolakannya berhubungan dengan modus operandi prinsip pemilihan. Sesuai dengan tuntutan situasi itu, jawaban berdasarkan prinsip-prinsip yang telah disepakati lawan saja yang dapat membungkamnya. Sekalipun misalnya ia telah berhujah atas kekuatan perintah Nabi, hal itu akan mengalami pelbagai penafsiran, dan urusan itu akan diperpanjang ketimbang diselesaikan. Lagi, Amirul Mukminin telah melihat bahwa segera setelah wafatnya Nabi, ucapan dan perintah beliau telah dikesampingkan. Setelah berlalunya waktu panjang, tak dapat diharapkan bahwa orang akan menerimanya, istimewa setelah mapannya kebiasaan untuk mengikuti kehendak semaunya bertentangan dangan ucapan-ucapan Nabi.
KHOTBAH 173 Tentang Thalhah ibn 'Ubadillah.
Diucapkan ketika ia menerima kabar bahwa Thalhah dan Zubair telah pergi ke Bashrah untuk memeranginya:
Bagi saya, tak akan pernah saya takut berperang atau ditakut-takuti untuk menyerang, karena saya puas dengan janji dukungan Allah kepada saya. Demi Allah, Thalhah telah bergegas dengan pedang terhunus untuk membalas dendam atas darah 'Utsman karena takut kalau-kalau tuntutan atas darah 'Utsman dilakukan terhadap dirinya, karena gagasan orang dalam hal ini adalah tentang dia, dan sebenarnya dialah yang paling bergairah di antara mereka untuk membunuhnya. Karena itu ia telah berusaha menciptakan salah paham dengan mengumpul pasukan untuk mengacaukan urusan itu dan untuk menciptakan keraguan.
Demi Allah, ia tidak bertindak dalam satu pun dari ketiga jalan tentang 'Utsman. Apabila ('Utsman) putra 'Affan bersalah, sebagaimana yang dipercayai Thalhah, perlulah dia mendukung orang-orang yang telah membunuhnya,[1] atau menjauh dari pendukung 'Utsman. Apabila 'Utsman adalah korban kelaliman, maka Thalhah seharusnya berada di antara orang-orang yang menjauhkan (para penyerang itu) dari dia atau mengajukan pembelaan baginya. Apabila ia ragu-ragu dalam kedua hal itu, maka ia wajib meninggalkan dia ('Utsman) dan mundur ke samping dan membiarkan orang-orang bersama dia (imtuk berurusan dengan dia sesuka mereka). Tetapi ia tidak menempuh yang mana pun dari ketiga jalan ini, dan melakukan sesuatu yang tak ada baiknya, dan dalihnya tak dapat diterima.•
[1] Itu berarti bahwa apabila Thalhah memandang 'Utsman itu lalim, maka setelah pembunuhannya, sebagai ganti membalas dendam atas darah 'Utsman, semestinya ia mendukung para pembunuhnya dan membenarkan tindakan mereka. Bukanlah maksudnya bahwa apabila 'Utsman bersalah maka Thalhah harus mendukung para penyerangnya, karena memang ia telah mendukung dan mendorong mereka (untuk membunuhnya).
KHOTBAH 174 Peringatam kepada Orang Lalai, dan Tentang Luas Pengetahuannya
Wahai manusia yang (lalai kepada Allah tetapi) tidak dilalaikan (Allah), dan orang-orang yang tidak (melakukan amal baik) tetapi akan tertangkap. Betapa maka saya melihat Anda menjadi tersingkir dari Allah dan tertarik pada yang lain-lain? Anda seperti unta yang digiring gembala ke padang rumput yang terlanda (wabah) penyakit dan tempat minum yang berbencana. Mereka seperti hewan yang diberi makan untuk disembelih, tetapi mereka tidak mengetahui apa yang diniatkan bagi mereka. Bilamana mereka diperlakukan dengan baik, mereka mengira bahwa hari itulah seluruh kehidupannya, dan makan kenyang adalah tujuannya. Demi Allah, apabila saya mau, saya dapat mengatakan kepada setiap orang dari Anda sekalian, ke mana ia akan pergi dan semua urusannya, tetapi saya takut kalau-kalau Anda meninggalkan Rasulullah (saw) dalam memihak kepada saya. Saya hanya akan menyampaikan hal-hal ini kepada orang-orang pilihan yang akan tetap aman dari yang saya takutkan itu. Demi Allah yang mengutus Nabi dengan hak dan mengistimewakannya atas ciptaan. Saya tidak mengatakan selain yang benar. Beliau memberitahukan kepada saya tentang semua ini dan juga tentang kematian setiap orang yang mati, penyelamatan setiap orang yang dikaruniai keselamatan, dan akibat dari urusan (kekhalifahan) ini. Beliau tidak meninggalkan sesuatu (yang dapat) melewati kepala saya tanpa memasukkannya ke dalam telinga saya dan mengatakan kepada saya tentang hal itu.[1]
Wahai manusia! Demi Allah, saya tidak menyuruh Anda untuk menaati sesuatu kecuali saya melaksanakannya sebelum Anda, dan saya tidak mencegah Anda terhadap suatu pelanggaran sebelum saya sendiri menolaknya. •
[1] Orang yang meminum dari sumber wahyu dan ilham Ilahi melihat hal-hal di balik tirai gaib dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, sama sebagaimana ia melihat obyek-obyek kasat mata, dan ini tidak bertentangan dengan firman Allah, "Katakanlah, 'Tiada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah ....'" (QS. 27:65)
Karena, ayat ini mengandung penyangkalan terhadap pengetahuan pribadi mengenai hal gaib, tetapi bukan penyangkalan terhadap pengetahuan yang diperoleh para nabi dan orang suci melalui ilham Ilahi, yang dengannya mereka meramalkan keadaan yang akan datang dan membuka tirai banyak peristiwa dan kejadian. Beberapa ayat Al-Qur'an mendukung hal ini, di antaranya seperti berikut,
"Dan ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafsah) suatu peristiwa. "Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada 'A'isyah), dan Allah memberitahukan hal itu (yakni, semua pembicaraan antara Hafsah dan 'A'isyah) kepada Muhammad, dan Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan 'A'isyah) lalu ia (Hafsah) bertanya, 'Siapakah yang telah memberitahukan hal itu kepadamu?" Nabi menjawab, 'Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal'." (QS. 66:3)
"Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kamiwahyukan kepadamu (Muhammad)...." (QS. 11:49)
Karena itu, tidaklah tepat mengajukan argumen yang mendukung pandangan bahwa apabila dikatakan bahwa para nabi dan orang-orang suci memiliki pengetahuan tentang alam gaib maka hal itu akan mengandung makna ganda dalam sifat-sifat Tuhan. Akan bermakna ganda (dualitas) apabila dikatakan bahwa seseorang selain Allah mempunyai pengetahuan pribadi tentang hal-hal gaib. Bilamana tidak demikian, yakni bila pengetahuan yang dimiliki para nabi dan imam ialah pengetahuan yang diberikan Allah, maka hal itu tak ada kaitannya dengan dualitas. Apabila dualitas berarti apa yang disangkakan itu, bagaimana kedudukan penegasan 'lsa dalam Al-Qur'an, yakni,
"... Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahimya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu ...." (QS. 3:49)
Apabila 'lsa dapat menciptakan dan memberikan kehidupan dengan izin Allah, apakah itu berarti bahwa ia sekutu Allah dalam sifat mencipta dan menghidupkan kembali? Apabila tidak demikian maka mengapa bila Allah memberikan kepada seseorang pengetahuan tentang yang gaib lalu hal itu dianggap mengandung makna bahwa la telah mengambilnya sebagai sekutu-Nya dalam sifat-sifat-Nya?
Dan bagaimana kita dapat memuji keimanan seseorang akan keesaan Allah bila ia menganggap bahwa pengetahuan tentang yang gaib mengandung makna dualitas.
Tak dapat disangkal bahwa sebagian orang melihat dalam mimpi hal-hal tertentu di masa depan yang belum terjadi, atau bahwa hal-hal dapat dibaca melalui takwil mimpi, padahal ketika tidur indera seseorang tidak berfungsi dan daya pengertian dan pemahaman tidak bekerjasama. Maka, apabila beberapa peristiwa diketahui oleh sebagian orang dalam waktu jaga, kiia tak harus kaget dan heran atasnya, dan tak ada alasan untuk menolaknya; bilamana hal itu mungkin dalam impian maka itu pun mungkin dalam keadaan jaga. Ibn Maitsam al-Bahrani menulis bahwa mungkinlah mencapai semua ini, karena dalam mimpi ruh menjadi bebas dari mengurusi jasad dan terlepas dari hubungan jasadi; sebagai hasilnya, ruh melihat kebenaran-kebenaran tersembunyi yang tak dapat dilihat karena gangguan jasad. Sama seperti itu, hamba-hamba yang sempurna yang tidak mempedulikan hal-hal jasadi, dan berpaling dengan seluruh perhatian ruh dan hati kepada pusat pengetahuan, dapat melihat realitas dan rahasia-rahasia yang tak dapat dilihat mata biasa. Karena itu, dengan mengingat kebesaran rohani Ahlulbait (para anggota keluarga Nabi), tak semestinya nampak aneh bahwa mereka me-ngetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Ibn Khaldûn menulis,
"Bila perbuatan ajaib dilaksanakan oleh orang lain, apa pikiran Anda tentang orang-orang yang terkenal dalam ilmu pengetahuan dan kejujuran dan merupakan cermin perilaku Nabi, sementara peitimbangan Allah bagi akar kemuliaan mereka (yakni Nabi) adalah suatu bukti tentang kinerja tinggi keturunannya yang suci (Ahlulbait). Sebagai akibatnya, banyak peristiwa mengenai pengetahuan tentang hal gaib berhubungan dengan Ahlulbait, yang tidak diriwayatkan tentang orang lain ...." (al-Muqaddimah, h. 23)
Dengan demikian tak ada alasan untuk heran atas pengakuan Amirul Mukminin, karena ia dibesarkan oleh Nabi dan merupakan murid sekolah Allah. Tentu saja, orang-orang yang pengetahuannya tidak melewati batas-batas obyektivitas fisik dan yang sarana pengetahuannya terbatas pada indera jasadi, menolak untuk percaya akan pengetahuan tentang jalan-jalan pengenalan ilahiah. Apabila pengakuan semacam ini unik dan hanya terdengar dari Amirul Mukminin maka pikiran mungkin goyah dan temperamen mungkin ragu-ragu menerimanya, tetapi apabila Al-Qur'an bahkan mencatat pengakuan 'lsa semacam itu, bahwa—"aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu"— maka mengapa harus ada keragu-raguan atas pengakuan Amirul Mukminin, bilamana diakui bahwa Amirul Mukminin telah berhasil menggapai keutamaan Nabi dan tak dapat dibantah bahwa Nabi mengetahui apa yang diketahui 'lsa. Jadi, apabila pelanjut Nabi mengajukan pengakuan semacatn itu, mengapa harus ditolak, khususnya karena luasnya pengetahuan Amirul Mukminin ini adalah bukti terbaik akan pengetahuan dan kesempurnaan Nabi dan sebagai mukjizat hidup tentang kejujuran beliau.
Sehubungan dengan ini, sangatlah mengherankan bahwa walaupun mempunyai pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa itu, Amirul Mukminin tidak menunjukkan, melalui kata-kata atau perbuatannya, bahwa ia mengetahuinya. Maka, dalam mengomentari teramat pentingnya pengakuan ini, Sayid Ibn Thâwûs menulis,
"Suatu aspek yang mencengangkan dari pengakuan ini ialah bahwa walaupun Amirul Mukminin mengetahui keadaan dan peristiwa-peristiwa, ia berlaku demikian rupa dengan perkataan dan perbuatannya sehingga orang yang melihatnya tidak menduga bahwa ia mengetahui rahasia-rahasia dan perbuatan orang lain yang tersembunyi, karena orang bijaksana sependapat bahwa apabila seseorang mengetahui peristiwa yang akan terjadi, atau langkah-langkah apa yang akan diambil sejawatnya, atau apabila rahasia-rahasia orang yang terpendam diketahuinya, maka efek-efek pengetahuan semacam itu akaii muncul melalui gerak-geriknya dan ekspresi wajahnya. Tetapi, orang yang mengetahui segala sesuatu tetapi berlaku seakan-akan ia tak tahu dan tak mengetahui apa-apa, maka kepribadiannya merupakan suatu keajaiban daa suatu kombinasi dari kontradiksi-kontradiksi."
Pada tahap ini timbul pertanyaan, mengapa Amirul Mukminin tidak bertindak menurut dikte pengetahuan rahasianya. Jawabannya ialah bahwa perintah-peiintah syariat didasarkan pada kondisi-kondisi lahiriah, sedang pengetahuan rahasia merupakan sejenis keajaiban dan kekuatan yang dikaruniakan Allah kepada para nabi dan imam-Nya. Walaupun para nabi dan imam mempunyai kekuatan itu, mereka tak dapat menggunakannya setiap saat kecuali dengan izin Allah, dan pada saat yang tepat. Misalnya, ayat yang dikutip di atas tentang 'lsa yang menunjukkan bahwa ia mempunyai kekuasaan untuk memberikan kehidupan, menyembuhkan orang buta dan menyatakan apa yang dimakan seseorang dan disimpan dalam rumahnya, dan sebagainya, 'lsa tidak menggunakan kekuasaan itu dalam praktik pada setiap sesuatu, pada setiap mayat atau pada setiap orang yang menemuinya. la hanya mempraktikkan kekuasaan ini dengan izin Allah dan pada saat yang tepat.
Apabila para nabi dan orang suci bertindak atas dasar pengetahuan rahasianya maka akan timbul kekacauan dan gangguan yang serius dalam urusan manusia. Misalnya, apabila seorang nabi atau wali, atas dasar pengetahuan rahasianya, menghukum orang yang berniat jahat dengan membunuhnya, akan timbul kegemparan dan goncangan besar di kalangan orang yang melihatnya sebagai pembunuhan atas orang yang tak bersalah. Itulah sebabnya maka Allah tidak mengizinkan pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan rahasia, kecuali dalam beberapa hal, dan memerintahkan untuk mengikuti faktor-faktor yang dapat di-amati. Maka, walaupun ia sadar akan niat keji beberapa orang munafik, Nabi mengulurkan kepada mereka perlakuan yang seharusnya diperlakukan kepada kaum Muslim.
Sekarang, tak akan ada ruang untuk keberatan bahwa apabila Amirul Mukminin mengetahui hal-hal rahasia lalu mengapa ia tidak bertindak sesuai dengan itu, karena telah ditunjukkan bahwa ia tidak mesti bertindak menurut tuntutan pengetahuan rahasianya. Tentu saja di mana keadaan memerlukan, ia mengungkapkan beberapa hal demi tujuan dakwah, nasihat, memberi kabar gembira dan peringatan, supaya peristiwa-peristiwa masa depan dapat dielakkan. Misalnya, Imam Ja'far ash-Shadiq (as) memberitahukan kepada Yahya ibn Zaid bahwa apabila ia keluar maka ia akan terbunuh. Ibn Khaldun tnenulis sehubungan dengan ini,
"Telah diriwayatkan secara sahih tentang Imam Ja'far ash-Shadiq, ia biasa memberitahukan kepada beberapa orang kerabatnya tentang hal-hal yang akan terjadi pada mereka. Misalnya, ia memperingatkan saudara sepupunya Yahya ibn Zaid bahwa ia akan dibunuh orang (bila ia keluar), tetapi Yahya tidak menaatinya dan keluar lalu dibunuh di Juzajan." (Al-Muqaddimah, h. 233)
Walaupun demikian, di mana ada kekhawatiran bahwa pikiran orang akan menjadi cemas, hal itu sama sekali tidak dibukakan. Itulah sebabnya dalam Khotbah ini Amirul Mukminin mengelakkan detail lebih lanjut, karena takut kalau-kalau rakyat menganggapnya lebih tinggi daripada Nabi. Walaupun demikian, orang tersesat juga tentang 'lsa dan demikian pula tentang Amirul Mukminin; mereka mulai mengatakan segala macam hal dan tersesat menempuh jalan berlebih-lebihan.
KHOTBAH 175 Berdakwah
(Wahai manusia!) Carilah manfaat dari kata-kata Allah, terimalah peringatan Allah, dan terimalah nasihat Allah, karena Allah tidak meninggalkan dalih bagi Anda dengan memberikan petunjuk yang terang, menaruh di hadapan Anda hujah, dan menjelaskan bagi Anda perbuatan apa yang la sukai dan perbuatan apa yang la benci, supaya Anda boleh raengikuti yang disukai-Nya dan menghindari yang dibenci-Nya. Rasulullah bersabda, "Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tak menyenangkan sedang neraka dikelilingi oleh hawa nafsu."
Hendaklah Anda ketahui bahwa setiap ketaatan kepada Allah tidak enak pada lahirnya, sedang setiap meksiat terhadap Allah mengandung kenikmatan pada lahirnya. Semoga Allah menaruh belas kasihan pada orang yang menjauh dari hawa nafsunya dan mencabut hasrat hatinya, karena hati ini mempunyai tujuan yang menjangkau jauh dan ia terus mengejar kedurhakaan melalui hawa nafsu.
Hendaklah Anda ketahui, wahai para hamba AJlah, bahwa seorang mukmin haruslah tidak mempercayai hatinya setiap pagi dan petang. la harus selalu menyalahkannya (karena kekurangan) dan memintanya untuk menambah pada (amal baiknya). Anda harus berperilaku seperti orang-orang yang pergi sebelum Anda dan telah di depan Anda. Mereka meninggalkan dunia ini sebagai musafir dan menempuhnya sebagaimana jarak ditempuh.
Kebesaran Al-Qur'an
Dan ketahuilah bahwa Al-Qur'an ini adalah penasihat yang tak pernah menipu, pemimpin yang tak pernah menyesatkan, dan periwayat yang tak pernah berkata dusta. Tak ada orang yang duduk di sisi Al-Qur'an ini melainkan apabila ia bangkit ia akan mencapai suatu tambahan atau suatu pengurangan—penambahan dalam petunjuk baginya atau penghapusan dalam kebutaan (rohanijnya. Hendaklah Anda ketahui pula bahwa tak seorang pun akan memerlukan sesuatu setelah (bimbingan) Al-Qur'an, dan tak seorang pun akan bebas dari keperluan sebelum (beroleh petunjuk dari) Al-Qur'an. Oleh karena itu, carilah pengobatan darinya bagi sakit Anda, dan carilah pertolongannya dalam kesusahan Anda. la mengandung obat bagi penyakit yang paling besar, yakni kekafiran, kemunafikan, kedurhakaan dan kesesatan. Berdolah kepada Allah melaluinya dan berpalinglah kepada Allah dengan kecintaannya. Jangan bertanya kepada manusia melaluinya. Tak ada sesuatu sepertinya, yang melaluinya manusia harus berpaling kepada Allah Yang Mahatinggi.
Ketahuilah bahwa ia pemberi syafaat dan syafaatnya akan diterima. la pembicara yang telah teruji. Untuk siapa pun Al-Qur'an memberi syafaat pada Hari Pengadilan, syafaatnya baginya akan diterima. Orang yang tentangnya Al-Qur'an berbicara buruk di Hari Pengadilan akan membenarkannya. Di Hari Pengadilan seorang penyeru akan memaklumkan, "Hati-hatilah, setiap penyebar benih berada dalam kesusahan kecuali penyebar Al-Qur'an." Karena itu hendaklah Anda sekalian termasuk di kalangan penyebar Al-Qur'an dan pengikutnya. Jadikanlah dia penuntun kepada Allah. Carilah nasihatnya untuk diri Anda sendiri, janganlah Anda percayai pendapat Anda yang menentangnya, dan pandanglah hawa nafsu Anda sebagai menipu dalam urusan Al-Qur'an.
Tentang Kaum Mukmin dan Amal Kebajikannya, dan Kaum Munafik serta Amal Buruknya
Beramallah, beramallah! Kemudian (ingatlah akan) tujuan akhir, tujuan akhir, (tetaplah) bersiteguh, bersiteguh. Sesudah itu, (amalkan) kesabaran, kesabaran, dan bersihkanlah jiwa, bersihkanlah jiwa. Anda mempunyai tujuan. Majulah ke akhir tujuan Anda. Pada Anda ada panji. Berpedomanlah pada panji Anda. Islam mempunyai tujuan. Majulah ke tujuannya. Majulah kepada (tujuan Allah) dengan memenuhi hak-hak-Nya yang telah diwajibkan atas Anda sekalian. la telah menyatakan dengan terang tuntutan-Nya kepada Anda. Saya menjadi saksi bagi Anda dan akan mengajukan pembelaan bagi Anda pada Hari Pengadilan.
Hati-hatilah! Apa yang telah diperintahkan telah terjadi dan apa yang telah ditentukan telah terwujud. Saya berbicara kepada Anda dengan janji dan hujah Allah.
Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperolehj surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'." (QS. 41:30)
Anda telah mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah." Maka berpegang-teguhlah pada Kitab-Nya, pada jalan perintah-Nya dan pada jalan bajik peribadatan kepada-Nya. Sesudah itu janganlah keluar darinya, jangan memperkenalkan bidah di dalamnya, dan jangan berpaling darinya, karena orang-orang yang meninggalkan jalan ini akan diputuskan dari frahmat) Allah pada Hari Pengadilan.
Berhati-hatilah dari menghancurkan akhlak Anda dan mengubahnya, peliharalah lidah. Orang harus mengendalikan lidahnya karena lidah bandel terhadap majikannya. Demi Allah, saya tidak menemukan bahwa takwa kepada Allah berguna bagi seseorang yang mempraktikkannya kecuali apabila ia mengendalikan lidahnya. Sesungguhnya lidah seorang mukmin berada di belakang hatinya sedang hati seorang munaflk berada di belakang lidahnya; karena, apabila seorang mukmin berniat mengatakan sesuatu, ia memikirkannya dalam pikirannya. Apabila baik, ia membukakannya, tetapi apabila buruk ia membiarkannya tetap tersimpan. Sedang orang munafik mengatakan apa saja yang datang ke lidahnya, tanpa mengetahui apa untungnya dan apa yang merugikannya.
Rasulullah (saw) berkata, "Iman seseorang tak akan kukuh kecuali hatinya kukuh, dan hatinya tak akan kukuh kecuali lidahnya kukuh." Maka barangsiapa di antara Anda sekalian yang dapat menetnui Allah Ta'ala dalam keadaan tangannya tidak tercemar dengan darah Muslim dan harta mereka, dan lidahnya selamat dari membeberkan mereka, tnaka ia hams berbuat demikian.
Mengikuti Sunah dan Menghindari Mengikuti Bid’ah
Ketahuilah wahai para hamba Allah, bahwa seorang mukmin harus memandang halal tahun ini apa yang dianggapnya halal di tahun sebelumnya, dan harus memandang haram tahun ini apa yang dipandangnya haram tahun sebelumnya. Sesungguhnya bidah manusia tak dapat menghalalkan apa yang telah ditetapkan sebagai haram; sebaliknya, halal ialah yang telah dihalalkan Allah dan haram ialah apa yang telah diharamkan Allah. Anda telah menguji hal-hal itu dan mencobanya; Anda telah dikhotbai oleh orang-orang sebelumnya. Perumpamaan telah dibuatkan bagi Anda, dan Anda telah diseru kepada kenyataan yang terang. Hanya orang tuli yang dapat tetap tuli terhadap semua ini, dan hanya orang buta dapat tetap buta terhadap semua ini.
Orang yang tidak diberi Allah kemanfaatan dari cobaan dan pe-ngalaman, tak dapat beroleh manfaat dari dakwah. la akan dihadapi oleh kerugian dari depan sehingga ia akan membenarkan apa yang buruk dan menyalahkan apa yang baik. Manusia ada dua macam: pengikut syariat, dan pengikut bidah yang kepadanya Allah tidak memberikan suatu ke-saksian dengan jalan sunah atau cahaya dari hujah.
Petunjuk dari Al-Qur'an
Allah Yang Mahasuci tidak menasihati seseorang melainkan atas garis Al-Qur'an, karena ia merupakan tali kuat Allah dan sarana-Nya yang berharga. la mengandung perkembangan hati dan sumber-sumber ilmu. Bagi hati tak ada keterangan lain daripada Al-Qur'an, walaupun orang-orang yang mengingatnya telah berlalu sedang orang yang melupakannya atau pura-pura melupakannya telah tertinggal. Apabila Anda melihat suatu kebaikan, berikanlah dukungan Anda kepadanya, tetapi apabila Anda melihat keburukan, hindarilah ia, karena Rasulullah mengatakan, "Wahai putra Adam, berbuat baiklah dan jauhilah keburukan, dengan berbuat demikian Anda akan menapak dengan benar."
Jenis kelaliman
Ketahuilah bahwa kelaliman itu ada tiga jenis: pertama, kelaliman yang tak akan diampuni, yang kedua kelaliman yang tak akan dibiarkan tanpa ditanyai, dan yang ketiga kelaliman yang akan diampuni tanpa ditanyai. Kelaliman yang tak akan diampuni ialah syirik kepada Allah. Allah ber-firman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunl dosa syirik...." (QS. 4:48,116) Kelaliman yang akan diampuni ialah kelaliman seseorang terhadap dirinya sendiri dengan melakukan dosa kecil; dan kelaliman yang tidak akan dibiarkan tanpa ditanyai ialah kelaliman orang terhadap orang lain. Pembalasan dalam hal semacam itu adalah keras. Pembalasan itu bukan dengan melukai dengan pisau, bukan pula memukul dengan cambuk, melainkan demikian kerasnya sehingga semuanya kecil dibanding dengannya. Oleh karena itu maka Anda harus menjauhi perubahan dalam urusan dengan agama Allah karena persatuan Anda sehubungan dengan hak yang tidak Anda sukai lebih baik daripada perpecahan Anda sehubungan dengan suatu kebatilan yang Anda sukai. Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci tidak memberikan kepada seseorang, baik di antara yang sudah mati mau-pun yang masih hidup, suatu kebaikan dari perpecahan.
Wahai manusia, diberkatilah orang yang kekurangan-kekurangannya sendiri menjauhkan dia dari (melihat) kekurangan orang lain, dan diberkatilah pula orang yang terkurung dalam rumahnya, memakan makanannya, menguburkan dirinya sendiri dalam menaati Allah, dan menangisi dosa-dosanya sendiri, sehingga ia sibuk dalam dirinya sendiri dan manusia selamat dari dia.•
KHOTBAH 176 Tentang kedua hakam (setelah palagan Shiffin)
Pihak Anda telah memutuskan untuk memilih dua orang, dan karena itu kami mengambil janji mereka bahwa mereka akan bertindak menurut Al-Qur'an dan tidak berbuat melewati batas, bahwa lidah mereka akan bersama itu dan hati mereka akan mengikutinya. Tetapi mereka menyimpang darinya, meninggalkan apa yang benar walaupun melihatnya. Berbuat salah adalah hasrat mereka, dan pergi tersesat adalah perilakunya. Walaupun kita telah menetapkan dengan mereka untuk memutuskan dengan adil, bertindak menurut cahaya dan tanpa campur tangan pandangan mungkar dan penilaian mereka yang salah. Sekarang, karena mereka telah meninggalkan jalan hak dan telah keluar dengan yang justru sebaliknya dari apa yang telah ditetapkan, kita mempunyai dasar yang kuat (untuk menolak keputusan itu).•
KHOTBAH 177 Puji Allah, Fananya Dunia ini, dan Sebab-sebab Menyurutnya Nikmat Allah. (Diucapkan pada awal kekhalifahannya setelah terbunuhnya 'Utsman)
Satu kondisi tidak mencegah-Nya dari (memasuki) kondisi lainnya, waktu tidak mengubah-Nya, tempat tidak menempatkan-Nya dan lidah tak menggambarkan-Nya. Jumlah tetesan air, bintang di langit, atau arus angin di udara, bukan tidak dikenal-Nya, tidak pula gerakan semut di batu, atau tempat istirahat ketam di malam gelap. la mengetahui tempat di mana daun jatuh, dan gerakan rahasia bola mata.
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, tiada yang setara dengan-Nya, yang tidak bersekutu, yang agama-Nya tidak ditolak, dan yang sifat pencipta-Nya tidak diragukan. Penyaksian saya adalah seperti penyaksian orang yang yang niatnya bebas, yang kesadarannya jernih, yang kepercayaannya murni, dan yang muatan (amal baik)nya berat. Saya pun bersaksi bahwa bahwa Muhanunad (saw) adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, terpilih dari ciptaan-Nya, yang terpilih untuk merinci kebenaran-kebenaran-Nya, yang dipetik untuk kemuliaan-Nya yang terpilih, dan terpilih untuk risalah-Nya yang mulia. Melaluinya tanda-tanda petunjuk diterangi dan gelapnya kebutaan (kesesatan) diusir.
Wahai manusia, sesungguhnya dunia ini menipu orang yang mencintainya dan yang terpikat kepadanya. la (dunia) tidak berlaku pelit pada orang yang menginginkannya dan menaklukkan orang yang menaklukkannya. Demi Allah, tak ada orang yang direnggut haknya atas kesenangan hidup setelah menikmatinya, kecuali sebagai hasil dosa yang mereka lakukan, karena sesungguhnya tidaklah Allah lalim kepada hamba-Nya. Sekalipun demikian, bilamana bencana turun kepada manusia dan kesenangan ber-pisah dari mereka, lalu mereka berpaling kepada Allah dengan niat yang benar dan perasaan di dalam hati mereka, la akan mengembalikan kepada mereka segala sesuatu yang telah menghilang dari mereka, dan mengobati semua penyakit mereka.
Saya khawatir tentang Anda, kalau-kalau Anda jatuh ke dalam kejahilan (yang merajalela sebelum kedatangan Nabi). Di masa lalu ada hal-hal tertentu di mana Anda diselewengkan, dan dalam pandangan saya Anda tak pantas dikagumi; tetapi apabila kedudukan Anda sebelumnya dapat dikembalikan kepada Anda maka Anda akan menjadi bajik. Saya hanya dapat berusaha; tetapi, bila saya harus berkata, saya (hanya) hendak mengatakan semoga Allah mengampuni perbuatan Anda yang lalu-lalu.•
KHOTBAH 178 Dzi'lib al-Yamani bertanya kepada Amirul Mukminin apakah ia telah melihat Allah. Lalu Amirul Mukminin menjawab, "Apakah saya menyembah apa yang tidak saya lihat?" Kemudian ia bertanya, "Bagaimana Anda melihat-Nya?" Lalu Amirul Mukminin menjawabnya:
Mata tidak melihatnya berhaadap-hadapan, tetapi hati melihat-Nya melalui kebenaran iman. la dekat kepada segala sesuatu tetapi tidak berdekatan (fisik). la jauh dari mereka tetapi tidak terpisah (secara fisik). la pembicara tetapi tidak dengan berpikir. la berniat tetapi tidak dengan persiapan. la membentuk tetapi tidak dengan (bantuan) anggota-anggota. la halus tetapi tak dapat disifatkan dengan disembunyikan. la besar tetapi tak dapat disifatkan dengan kesombongan. la melihat tetapi tak dapat disifatkan dengan indera (penglihatan). la pengasih tetapi tak dapat disifatkan dengan kelemahan hati. Wajah-wajah merasa rendah di hadapan kebesaran-Nya dan hati bergetar karena takut kepada-Nya.•
KHOTBAH 179 Mengutuk Orang-orang Durhaka
Saya memuji Allah atas segala sesuatu yang ditetapkan-Nya dan tindakan apa saja yang ditentukan-Nya, dan atas cobaan saya dengan Anda, wahai kumpulan manusia yang tidak menaati bila saya perintahkan dan tidak menyambut bila saya memanggil. Apabila Anda sedang lapang, Anda sibuk dengan percakapan (puji diri), tetapi bila Anda dihadapi dengan pertempuran, Anda menunjukkan kelemahan. Apabila manusia setuju dengan satu imam, Anda saling menggoda. Apabila Anda dihadapi dengan hal yang sulit, Anda berpaling darinya. Semoga yang lain tidak mempunyai ayah (celakalah musuh Anda!), apa yang sedang Anda tunggu dalam hal bantuan Anda dan untuk berjuang demi hak-hak Anda? Bagi Anda, ada kematian atau kenistaan. Demi Allah, apabila ajal saya tiba, dan pasti akan tiba, ia akan menyebabkan perpisahan antara saya dan Anda, walaupun saya muak ditemani Anda dan merasa sepi bersama Anda.
Semoga Allah mengurusi Anda! Tidakkah ada agama yang dapat mem-persatukan Anda, dan tak adakah pula rasa malu yang dapat mengasah Anda? Tidakkah aneh bahwa Mu'awiyah menyeru beberapa orang kasar dan rendah, dan mereka mengikutinya tanpa suatu dukungan atau pem-berian, tetapi bila saya memanggil Anda, walaupun Anda ahli waris Islam, dan orang yang masih hidup (yang berharga) dari antara manusia, dengan dukungan dan pemberian yang dibagi-bagikan, Anda bertebaran menjauh dari saya dan menentang saya! Sungguh, tak ada di antara yang saya sukai dan Anda pun menyukainya, atau yang saya marah atasnya dan Anda pun bersatu menentangnya. Yang paling saya cintai ialah kematian. Saya telah mengajarkan Al-Qur'an kepada Anda, menjelaskan argumen-argumen kepada Anda, memberitahukan tentang apa yang tidak Anda ketahui dan membuat Anda menelan apa yang hendak Anda ludahkan. Orang buta pun akan dapat melihat, dan orang yang tidur akan terbangun. Betapa jahil akan Allah pemimpin mereka Mu'awiah dan instmktur mereka Ibn an-Nabighah.[1] •
[1] 'An-Nâbighah adalah nama keluarga Laila binti Harmalah al-'Anaziyyah, ibu 'Amr ibn al-'Ash. Alasan mengatributkannya kepada ibunya ialah reputasi umum ibunya dalam hal itu. Suatu ketika Arwa binti Harits ibn 'Abdul Muththalib sedang bercakap dengan Mu'awiah, lalu 'Amr ibn 'Ash mencampuri. Perempuan itu lalu berkata kepadanya, "Wahai putra Nabighah, Anda pun berani bicara, padahal ibu Anda dikenal umum dan penyanyi Makkah. Oleh karena itu maka lima orang mengakui Anda (sebagai putra mereka), dan ketika ia (ibunya itu) ditanyai ia mengaku bahwa lima orang mengunjunginya dan bahwa Anda harus dipandang sebagai putra orang yang Anda paling mirip kepadanya. Anda tentulah menyerupai al-'Ash ibn Wâ'il dan oleh karena itu Anda dikenal sebagai putranya."
Kelima orang itu adalah (1) al-'Ash ibn Wa'il, (2) Abu Lahab, (3) Umayyah ibn Khalaf, (4) Hisyâm ibn Mughîrah, dan (5) Abû Sufyan ibn Harb. (Ibn 'Abdu Rabbih, al-'lqd al-Farîd, II, h. 120; Ibn Thaifûr, Balâghât an-Nisâ', h. 27; Ibn Hijjah, Tsamarât al-Aurâq, I, h. 132; Shafwat, Jamharat Khuthab al-'Arab, II, h. 363; Ibn Abil Hadid, VI, h. 283-285, 291; al-Halabi, as-Sîrah, I, h. 46).
KHOTBAH 180 Amirul Mukminin mengirim salah satu orangnya untuk membawakan kabar baginya tentang sekelompok tentara Kufah yang telah memutuskan untuk bergabung dengan kaum Khariji tetapi takut kepadanya.[1] Ketika ia kembali, Amirul Mukminin berkata kepadanya, "Apakah mereka puas dan akan tinggal atau merasa lemah dan tersesat?" Laki-laki itu menjawab, "Mereka telab pergi, ya Amirul Mukminin." Lalu Amirul Mukminin berkata:
Semoga belas kasihan Allah menjauh dari mereka sebagaimana dalam halnya kaum Tsamfid. Ketahuilah bahwa ketika lembing-lembing dilemparkan ke arah mereka, dan pedang-pedang ditetakkan ke kepala mereka, mereka akan menyesal atas perbuatan mereka. Sungguh, sekarang iblis telah menyerakkan mereka dan besok ia akan menyangkali suatu hubungan apa pun dengan mereka, dan akan meninggalkan mereka. Perpisahan mereka dari petunjuk, dengan kembali kepada kesesatan dan kebutaan, berpaling dari kebenaran dan jatuh ke dalam kebatilan, cukuplah (untuk azab mereka). •
[1] Seorang lelaki dari suku Bani Najiah bernama al-Khirrît ibn Rasyîd an-Nâji berada di pihak Amirul Mukminin dalam pertempuran Shiffin, tetapi setelah Arbitrasi ia membelot, dan datang kepada Amirul Mukminin bersama tiga puluh orang seraya berkata, "Demi Allah, saya tidak lagi akan menaati perintah Anda, dan tidak akan salat di belakang Anda, dan akan meninggalkan Anda besok." Atasnya Amirul Mukminin berkata, "Anda perlu lebih dahulu memperhitungkan pokok-pokok yang mendasari Arbitrasi dan membicarakannya dengan saya. Apabila Anda puas, Anda lakukan sesuka Anda." la mengatakan bahwa ia akan datang hari berikutnya untuk membicarakan hal itu. Amirul Mukminin kemudian memperingatkannya, "Lihatlah, dengan pergi dari sini, janganlah Anda disesatkan oleh orang lain dan janganlah mengambil suatu jalan lain. Apabila Anda mempunyai kemauan untuk memahami, saya akan mengeluarkan Anda dari jalan salah ini dan menempatkan Anda pada jalan petunjuk." Setelah percakapan ini, ia pergi, tetapi wajahnya menunjukkan bahwa ia telah bertekad untuk memberontak, dan sama sekali tak akan mau melihat penalaran. Dan demikianlah kejadiannya. la bersikeras pada pendiriannya. Ketika sampai ke tempatnya ia berkata kepada orang-orang sesukunya, "Bilamana kita telah bertekad untuk meninggalkan Amirul Mukminin, tak ada gunanya pergi menemuinya. Kita harus melakukan apa yang telah kita putuskan." Pada saat itu 'Abdullah ibn Qu'ain al-Azdi juga pergi kepada mereka untuk mencaritahu, tetapi ketika ia mengetahui keadaannya, ia meminta kepada Mudrik ibn ar-Rayyân an-Nâjî untuk berbicara dengannya dan memperingatkannya tentang bencana akibat pemberontakan itu. Mudrik kemudian meyakinkannya bahwa orang itu tidak akan diizinkan untuk mengambil suatu langkah. Sebagai akibatnya, 'Abdullah kembali dengan rasa puas dan melaporkan seluruhnya kepada Amirul Mukminin tentang akan kembalinya dia esok harinya. Amirul Mukminin berkata, "Kita lihat nanti apa yang terjadi bila ia datang." Tetapi, setelah waktu yang telah ditentukan itu berlalu dan ia tidak kembali, Amirul Mukminin menyuruh 'Abdullah pergi melihat keadaan dan apa sebabnya penangguhan itu. Saat tiba di sana, 'Abdullah mendapatkan bahwa mereka semua telah berangkat. Ketika ia kembali dan melaporkan keadaannya, Amirul Mukminin berkata seperti dalam khotbah ini.
Nasib yang menimpa al-Khirrît ibn Rasyîd an-Nâjî telah dinyatakan dalam Khotbah No. 44.
18
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 181 Diriwayatkan oleh Nauf al-Bikâlî bahwa Amirul Mukminin 'Ali as menyampaikan khotbah ini di Kufah sambil berdiri di atas sebongkah batu yang telah ditempatkan untuknya oleh Ja'dah ibn Hubairah al-Makhzumî. Amirul Mukminin berpakaian yang terbuat dari kayu, sabuk pedangnya dari daun-daunan, dan sandalnya pun terbuat dari daun kurma. Pada dahinya ada bagian yang mengeras seperti pada lutut unta (karena lama bersujud).
Tentang sifat-sifat Allah, makhluk-makhluk-Nya dan wujud-Nya yang di luar batas-batas flsik.
Segala puji bagi Allah yang kepada-Nya kembali segala makhluk dan akhir dari segala sesuatu. Kami memuji-Nya atas kebesaran dan kemurahan-Nya, kedermawanan bukti-bukti-Nya, peningkatan karunia dan nikmat-Nya—pujian yang mungkin memenuhi hak-Nya, membalas syukur-Nya, mengambil (kita) ke dekat ganjaran-Nya dan menghasilkan ditambahkan-Nya kebaikan. Kami memohon pertolongan-Nya sebagai orang yang penuh harap akan kemurahan-Nya, menghasratkan kebaikan-Nya, dan yakin akan dijauhkan-Nya dari bencana, yang mengakui pemberian-pemberian-Nya dan taat kepada-Nya dalam perkataan dan perbuatan. Kami beriman kepada-Nya seperti orang yang meletakkan harapannya kepada-Nya dengan keyakinan, beriman akan keesaan-Nya secara khusus, memandang-Nya besar, mengakui kemuliaan-Nya, dan mencari perlindungan pada-Nya dengan kecendemngan dan usaha.
Allah Yang Mahasuci tidak dilahirkan, sehingga seseorang tak mungkin menjadi mitra-Nya dalam kemuliaan. Tidak pula la melahirkan seseorang sehingga mewariskan kepadanya setelah mati. Waktu dan masa tidak mendahului-Nya. Penambahan dan pengurangan tidak terjadi pada-Nya. Tetapi la telah mewujudkan diri-Nya pada pengertian kita dengan jalan kita mengamati kekuasaan-Nya yang kuat dan keputusan-Nya yang kukuh. Di antara tanda-tanda peneiptaan-Nya ialah penciptaan langit yang dipasang tanpa tiang dan berdiri tanpa topangan. la metnanggilnya dan mereka menjawab dengan taat dan merendah tanpa malas dan enggan. Apabila mereka tidak mengakui Ketuhanan-Nya dan menaati-Nya la tak akan menjadikannya tempat bagi mahligai-Nya, tempat kediaman para malaikat dan tujuan untuk membangkitkan ucapan-ucapan yang suci dan amal perbuatan yang saleh dari makhluk-makhluk-Nya.
la membuat bintang-bintang di langit sebagai tanda-tanda yang dengan itu para musafir yang mengembara di berbagai jalur bumi dapat beroleh petunjuk. Kelamnya tabir gelap malam tidak mencegah nyala cahayanya, tidak pula tirai malam yang hitam berkuasa membalikkan cahaya bulan ketika ia menyebar di langit. Mahasuci Allah yang dari Dia kehitaman gelap senja atau malam gelap (yang jatuh) di bagian rendah bumi atau di gunung tinggi yang redup tersembunyi, tidak pula menggunturnya awan di cakrawala langit, tidak pula percikan halilintar di awan, tidak juga jatuhnya daun yang ditiup angin dari tempat kejatuhannya oleh angin topan atau curahan (hujan) dari langit. la tahu di mana tetesan-tetesan jatuh dan di mana mereka tinggal, di mana ketam meninggalkan jejaknya atau di mana mereka menyeret diri, rezeki apa akan mencukupi nyamuk dan apa yang dikandung perempuan dalam rahimnya.
Segala puji bagi Allah yang berada sebelum beradanya tahta, mahligai, langit, bumi, jin atau manusia. la tak dapat dilihat oleh khayalan ataupun diukur oleh pengertian. Orang yang memohon dari Dia tidak menyimpangkanNya (dari orang lain), tidak pula pemberian menyebabkan la berkurang. la tidak melihat dengan sarana mata, tidak pula la terbatas pada suatu tempat. la tak dapat dikatakan mempunyai teman. la tidak menciptakan (dengan pertolongan) anggota (badan). la tak terjangkau oleh indera. la tak dapat dipikirkan menurut manusia.
Dialah yang berkata kepada Musa dengan jelas dan menunjukkan kepadanya tanda-tanda kebesaran-Nya tanpa menggunakan bagian-bagian tubuh, alat bicara atau tekak. Wahai Anda yang berusaha keras dalatn menggambarkan Allah; apabila Anda sungguh-sungguh maka (pertama-tama cobalah) menggambarkan Jibril, Mika'il atau kelompok besar malaikat yang dekat (kepada Allah) di tempat kemuliaan, namun kepala mereka tertunduk dan pikiran mereka bingung tentang bagaimana menetapkan batas-batas (definisi) kepada Pencipta Yang Mahatinggi. Ini disebabkan karena hal-hal itu hanya dapat dilihat melalui sifat-sifat yang mempunyai bentuk dan bagian-bagian dan yang menyerah kepada maut setelah mencapai akhir masanya. Tiada tuhan selain Dia. la mencerahkan setiap kegelapan dengan sinar cahaya-Nya dan menggelapkan setiap terangnya dengan kegelapan (maut).
Keterangan Tentang Orang-orang Zaman Dahulu dan Tentang Mengambil Pelajaran dari Mereka
Saya nasihati Anda, wahai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah yang telah memberikan kepada Anda pakaian yang baik dan me-ngamniakan limpahan rezeki kepada Anda. Apabila ada seseorang yang dapat beroleh tangga kepada kehidupan yang abadi, atau suatu cara untuk menghindari maut, itulah Sulaiman ibn Dawud as yang diberi kendali atas dunia jin dan manusia bersama dengan kenabian dan kedudukan besar (di hadapan Allah); tetapi ketika berakhir apa yang menjadi bagiannya dalam makanan (dari dunia ini) dan menghabiskan waktunya (yang tertentu), busur kehancuran menembaknya dengan panah maut. Rumah-rumahnya menjadi lowong dan tempat tinggalnya menjadi kosong. Sekelompok manusia lain mewarisinya. Sesungguhnya masa yang telah berlalu me-ngandung pelajaran bagi Anda.
Di manakah orang-orang Amalek dan putra-putra Amalek?[1] Di manakah para Fir'aun?[2] Di manakah penduduk kota al-Rass yang membunuh para nabi, menghancurkan ajaran para rasul Tuhan dan menghidupkan tradisi para lalim?[3] Di manakah orang-orang yang maju dengan tentara, mengalahkan ribuan (musuh), raengerahkan pasukan dan mendiami kota-kota?
Bagian dari Khotbah yang Sama, Tentang al-Mahdi
la akan memakai zirah kebijaksanaan, dan akan diperolehnya dengan segala kondisinya, seperti penuh perhatian kepadanya, pengetahuannya (yang lengkap) dan pengabdiannya yang istimewa kepadanya. Bagi dia hal itu seperti barang yang telah hilang darinya dan yang kemudian dicarinya, atau suatu kebutuhan yang sedang ia usahakan untuk dipenuhi. Apabila Islam dalatn kekacauan ia akan merasa sedih seperti seorang musafir, dan seperti unta (yang lelah) memukul-mukulkan ujung ekornya dan dengan lehernya yang melekat ke tanah. lalah yang terakhir dari bukti Allah dan salah seorang khalifah dari khalifah-khalifah para nabi-Nya.
Amirul Mukminin melanjutkan:
Tentang Metode Pemerintahannya, dan Kesedihan atas Gugurnya para Sahabatnya
Wahai manusia! Saya telah mengungkapkan kepada Anda nasihat yang biasa dikhotbahkan para nabi, dan saya telah menyampaikan kepada Anda apa yang disampaikan para penerima wasiat (nabi-nabi) kepada orang-orang yang datang sesudahnya. Saya berusaha melatih Anda dengan cambuk saya, tetapi Anda tak mau diluruskan. Saya menggiring Anda dengan teguran, tetapi Anda tidak mendapatkan perilaku yang yang pantas. Semoga Allah mengurusi Anda! Apakah Anda menghendaki imam selain saya untuk membawa Anda ke jalan (yang benar), dan menunjukkan kepada Anda jalan yang benar?
Berhati-hatilah! Hal-hal dunia ini yang (dahulu) ke depan telah menjadi hal-hal masa lalu, dan orang-orang yang dahulu di belakang sedang maju ke depan. Manusia-manusia (hamba) Allah yang bajik telah mengerahkan pikirannya untuk berangkat dan mereka telah membeli, dengan sedikit (kesenangan) yang fana, hanyak (ganjaran) semacam itu di dunia akhirat yang akan tetap. Apa kerugian yang diderita oleh saudara-saudara kita yang darahnya tertumpah di Shiffin karena sekarang tidak hidup lagi? Hanya bahwa mereka tidak lagi menderita terteguk ketika menelan dan tidak meminum ak keruh. Demi Allah, pastilah mereka telah menemui Allah dan Dia telah menganugerahkan kepada mereka ganjaran mereka, dan telah menempatkan mereka di rumah-rumah yang aman setelah mereka (menderita rasa) takut.
Di manakah saudara-saudara saya yang mengambil jalan (yang benar) dan melangkah dalam kebenaran? Di manakah 'Ammar?[4] Di manakah Ibn at-Tayyihan?[5] Di mana Dzusy-Syahadatain?[6] Dan di manakah yang lain-lain seperti mereka di antara para sahabat tnereka yang telah membaiat sampai mati dan yang kepalanya (yang tertebas) dibawa kepada musuh yang keji?[7]
Kemudian Amirul Mukminin menggosokkan tangannya ke janggutnya yang mulia lalu menangis dalam waktu lama, kemudian ia melanjutkan:
Wahai saudara-saudara saya yang membaca Al-Qur'an dan menguatkannya, memikirkan kewajiban mereka dan memenuhinya, menghidupkan sunah dan menghancurkan bidah. Ketika mereka dipanggil untuk berjihad, mereka menyambut dan mempercayai pemimpin mereka lalu mengikutinya.
Lalu Amirul Mukminin berseru sekuat suaranya:
Jihad, jihad, wahai para hamba Allah! Demi Allah, saya sedang mengerahkan tentara hari ini. Orang yang hendak maju menuju kepada Allah hendaklah maju ke depan.
Nauf berkata: Kemudian Amirul Mukminin menempatkan Husain as pada (pasukan) 10.000 orang, Qais ibn Sa'd (rahmat Allah atasnya) atas 10.000 tentara, Abu Ayyub al-Anshari atas 10.000 orang, dan yang atas 10.000 tentara, Abu Ayyub al-Ansharl atas 10.000 orang, dan yang lain-lainnya atas berbagai jumlah (tentara), dengan maksud untuk ke Shiffin. Tetapi sebelum hari Jum'at, si laknat Ibn Muljam membunuhnya. Akibatnya, tentara itu kembali dan ditinggalkan seperti biri-biri yang kehilangan gembalanya, sementara serigala-serigala merenggutnya dari segala sisi. •
[1] Sejarah menunjukkan bahwa sangat sering keruntuhan dan kehancuran bangsa-bangsa disebabkan oleh kelaliman, kemungkaran dan sikap takabur mereka yang terang-terangan. Akibatnya, kaum-kaum yang telah membentangkan kekuasaan ke berbagai penjuru dunia di Timur dan Barat, lenyap dari muka bumi setelah terbongkarnya kekejian mereka.
Amalek adalah suku atau kumpulan suku nomada yang digambarkan dalam Taurat Yahudi sebagai musuh-musuh sengit Bani Isra’il, walaupun mereka berkerabat dekat dengan Efraim, salah satu dari dua belas suku Bani Isra'il. Nama mereka berasal dari Amalek yang terkenal dalam cerita-cerita orang Arab tetapi yak tak dapat diidentifikasi. Wilayah mereka di selatan Judah dan boleh jadi sampai ke bagian utara Tanah Arab. Orang Amalek menindas Bani Isra'il yang mengungsi dari Mesir. Mereka menunggu orang Yahudi yang sedang eksodus dari Mesir lalu menyerangnya di Refidim, dekat Gunung Sina'i di mana mereka dikalahkan oleh Yosyua. Mereka juga bergabung dengan suku-suku nomada yang dikalahkan oleh Gideon dan dikutuk sampai musnah oleh Samuel. Kekalahan terakhir orang Amalek di mana mereka terkutuk untuk selama-lamanya terjadi di masa Hezekiah. (The New Encydopaedia Britannica (Micropaedia), jilid I, h. 288, edisi 1973-1974; selanjutnya lihatlah The Encydopaedia Americana, jilid I, h. 651, edisi 1975)
[2] Fir'aun atau Pharaoh adalah bentuk bahasa Ibrani dari kata Per-'o —makna harfiahnya Rumah Besar— yang berarti istana kerajaan, suatu julukan pada Kerajaan Baru dan sesudahnya sebagai gelar kehormatan raja Mesir. Pada dinasti ke-22 gelar itu ditambahkan pada nama pribadi raja sendiri. Dalam dokumen- dokumen resmi gelar lengkap raja Mesir mengandung lima nama. Yang pertama dan yang tertua mengidentifikasinya sebagai titisan dewa elang, Horus; sering ditulis di dalam suatu bujur sangkar yang dinamakan serekh, menggambarkan serambi istana kuno itu. Nama yang kedua, "dua wanita", menempatkannya di bawah perlindungan Nekhbet dan Buto, dewa rajawali dan ular dari Mesir Hulu dan Mesir Hilir; yang ketiga, "Horus Emas" yang barangkali pada asalnya berarti "Horus berjaya atas musuh-musuhnya". Dua nama yang terakhir, yang tertulis di dalam suatu cincin, dan yang paling jamak digunakan, didahului oieh hieroglyp yang berarti "Raja Mesir Hulu dan Hilir", biasanya mengandung rujukan kepada hubungan yang khas antara raja itu dengan dewa matahari, Re, sedang nama yang kelima, didahalui oleh hieroglyph untuk "Putra Re" atau "Raja Kedua Negeri”. Nama yang terakhir diberikan kepadanya ketika lahir, yang lainnya diberikan ketika penobatan. (The New Encyclopaedia Britannica (Micropaedia), jilid VII h. 927, edisi 1973-1974; untuk rujukan lebih lanjut, lihat juga The Encyclopaedia Americana, (International Edition), jilid 21, h. 707, edisi 1975).
Di antara para Fir'aun itu adalah Fir'aun di masa Nabi Musa. Sikapnya takabur, egois, tak peduli dan sombong sedemikian rupa sehingga ia mengaku, "Aku adalah Tuhanmu Yang Mahatinggi," yang menyatakan dirinya berkuasa atas semua kekuatan di dunia, dan beranggapan bahwa tak ada kekuatan yang dapat merebut kerajaan dan pemerintahan dari tangannya. AI-Qur'an meriwayatkan pengakuannya sebagai yang berkuasa sendiri,
Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, 'Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) smgai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)? (QS. 43:51)
Tetapi, kerajaan itu dihancurkan dalam waktu singkat. Kedudukannya maupun para pelayannya tak dapat menghalangi kehancurannya. Malah ombak-ombak dari sungai-sungai yang diakuinya dengan bangga sebagai miliknya, membungkusnya dan membinasakannya, melemparkan mayatnya ke tanggul sungai untuk menjadi pelajaran bagi manusia.
[3] Penduduk kota-kota al-Rass dibunuh dan dihancurkan karena mengabaikan khotbah dan seruan seorang nabi, dan karena pendurhakaan. Tentang mereka, Al-Qur'an mengatakan,
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Tsamud dan penduduk al-Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan; dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancumya." (QS. 25:38-39.
"Sebelumnya mereka telah mendustakan (pulaj kaum Nuh dan penduduk al-Rass dan Tsamud, dan kaum 'Ad, kaum Fir'aun dan kaum Luth dan penduduk Aikah serta kaum Tubba'; semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan." (QS. 50:12-14).
[4] 'Ammar ibn Yasir ibn 'Amir al-'Ansi al-Madzhiji al-Makhzûmi masuk Islam di masa dini, dan Muslim pertama yang membangun mesjid dalam rumahnya sendiri di mana ia beribadat kepada Allah. (Ibn Sa'd, ath-Thabaqât, III, bagian I, h. 178; Usd al-Ghâbah, IV, h. 46; Ibn Katsir, Târîkh, VII, h. 311).
'Ammar masuk Islam bersama ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah. Mereka mengalami siksaan di tangan kaum Quraisy karena masuk Islam. Ayah dan ibu 'Ammar syahid dalam siksaan, lelaki dan wanita pertama yang syahid dalam Islam.
Banyak hadis diriwayatkan dari Nabi (saw) mengenai kebajikan, perilakunya yang menonjol dan amal perbuatannya yang mulia, seperti hadis yang diriwayatkan dari Nabi oleh 'A'isyah dan lain-lainnya bahwa Nabi telah bersabda, bahwa 'Ammar dipenuhi dengan iman dari ubun-ubun kepalanya sampai ke tapak kakinya. (Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 65; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliyâ', I, h. 139; al-Haitsamî, Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 295; al-Istî'âb, III, h. 1137; al-Ishâbah, II, h. 512)
Dalam sebuah hadis lain Nabi berkata tentang 'Ammar,
"'Ammar bersama kebenaran dan kebenaran bersama 'Ammar. la berpaling ke mana saja kebenaran berpaling. ' Ammar dekat kepadaku seperti dekatnya mata dengan hidung. Sayang, suatu kelompok pendurhaka akan membunuhnya." (ath-Thabaqât, jilid III, bagian i, h. 187; al-Mustadrak, III, h. 392; Ibn Hisyam, as-Sîrah, II, h. 143; ibn Katsir, Târîkh, VII, h. 268, 270)
Juga dalam hadis mutawatir dan dikenal luas yang telah disalurkan oleh al-Bukhârî (dalam ash-Shahîh, VIII, h. 185-186), Tirmidzi (dalam al-Jami' ash-Shahîh), Ahmad ibn Hanbal (dalam al-Musnad, II, h. 161, 164, 206; III. h. 5, 22, 28, 91; IV, h. 197, 199; V, h. 215, 306, 307; VI, h. 289, 300, 311, 315), dan semua periwayat hadis dan sejarawan menyalurkan melalui 25 sahabat bahwa Nabi bersabda,
"Sayang! suatu kelompok pendurhaka yang menyeleweng dari kebenaran akan membunuh 'Ammar. 'Ammar akan menyeru mereka ke surga dan mereka menyerunya ke neraka. Pembunuhnya dan orang-orang yang merebut senjata dan pakaiannya akan berada di neraka."
Ibn Hajar al-'Asqalani (dalam Tahdzîb at-Tahdzîb, h. 409; al-Ishâbah, II, h. 512) dan as-Suyûthî (dalam al-Khashâ'ish al-Kubrâ, II, h. 140) mengatakan,
"Riwayat hadis (tersebut di atas) ini adalah mutawâtir." Yakni, hadis itu diriwayatkan secara berurut-turut oleh sekian banyak orang sehingga tidak ada keraguan mengenai keasliannya.
Ibn 'Abdul Barr (dalam al-Istî'âb, III, h. 1140) mengatakan,
"Hadis itu mengikuti kesinambungan tanpa putus dari Nabi, bahwa beliau berkata, 'Suatu kelompok pendurhaka akan membunuh 'Ammar,' dan ini adalah suatu ramalan dari pengetahuan rahasia Nabi dan tanda kenabiannya. Hadis ini termasuk yang paling sahih dan yang tercatat secara paling tepat."
Setelah wafatnya Nabi, 'Ammar termasuk penganut dan pendukung terbaik Amirul Mukminin dalam masa pemerintahan ketiga khalifah pertama. Oalam masa kekhalifahan 'Utsman, ketika kaum Muslim memprotes kepada 'Utsman terhadap kebijakannya dalam pembagian harta baitul mal, 'Utsman berkata dalam suatu pertemuan umum bahwa uang yang berada dalam perbendaharaan adalah suci dan adalah milik Allah, dan bahwa dia (sebagai khalifah Nabi) berhak untuk membelanjakannya menurut yang dianggapnya pantas. 'Utsman mengancam dan mengutuk semua yang hendak memprotes atau menggerutu atas apa yang dikatakannya. Atasnya, 'Ammar ibn Yâsir dengan beraninya menyatakan keberatannya dan mulai menuduh kecondongannya yang telah mendarah daging untuk mengabaikan kepentingan rakyat umum; ia menuduhnya telah menghidupkan adat kebiasaan kaflr yang dihapus oleh Nabi. Atasnya 'Utsman memerintahkan supaya ia dipukuli, dan beberapa orang dari kalangan Bani Umayyah, kerabat Khalifah, segera menyerang 'Ammar yang mulia itu, dan khalifah itu sendiri menyepak kemaluan 'Ammar dengan kaki bersepatu, yang menyebabkan ia menderita hernia. 'Ammar pingsan selama tiga hari dan dirawat oleh Ummul Mu'minin Umm Salamah di rumahnya (Umm Salamah). (al-Balâdzurî, Ansâb al-Asyrâf, V, h. 48, 54, 88; Ibn Abil Hadid, III, h. 47-52; al-Imâmah was-Siyâsah, I, h. 35-36; al-'lgd al-Farîd, IV, h. 307; ath-Thabaqât, III, bagian i, h. 185; Târîkh al-Khamîs, II, h. 271)
Ketika Amirul Mukminin menjadi khalifah, 'Ammar adalah salah seorang pendukungnya yang paling setia. la ikut serta dalam semua kegiatan sosial, politik dan militer dalam masa itu, terutama dalam Perang Jamal dan Perang Shiffin.
Namun, 'Ammar gugur dalam Perang Shiffin pada 9 Safar 37 H. dalam usia lebih sembilan puluh tahun. Pada hari syahidnya, 'Ammar ibn Yasir menghadap ke langit seraya berkata,
"Ya Allah Tuhanku. Sesungguhnya Engkau tahu bahwa apabila aku mengetahui bahwa kehendak-Mu supaya aku menerjunkan diri ke Sungai (Efrat) dan tenggelam, aku akan melakukannya. Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa apabila Engkau rida sekiranya aku menaruh pedang di dada dan menekannya keras-keras sehingga keluar di punggungku, aku akan melakukannya. Ya Allah Tuhanku! Aku tidak mengira ada sesuatu yang lebih menyenangkan bagi-Mu daripada berjuang melawan kelompok berdosa ini, dan apabila kuketahui bahwa suatu perbuatan lebih Engkau ridai, aku akan melakukannya."
Abu 'Abdur-Rahman as-Sulami meriwayatkan,
"Kami hadir bersama Amirul Mukminin di Shiffln di mana saya melihat 'Ammar ibn Yasir tidak memalingkan wajahnya ke sisi mana pun, atau ke wadi-wadi (lembah) Shiffin melainkan para sahabat Nabi mengikutinya seakan-akan ia merupakan suatu panji bagi mereka. Kemudian saya mendengar 'Ammar berkata kepada Hasyim ibn 'Utbah (al-Mirqal), "Wahai Hasyim, menyerbula ke barisan musuh, surga berada di bawah pedang. Hari ini saya menemui kekasih saya, Muhammad dan partainya."
"Kemudian ia berkata. 'Demi Allah, sekiranya pun mereka membuat kita lari hingga ke pepohonan kurma Hajar (sebuah kota di Bahrain), namun kita dengan yakin bahwa kita benar dan mereka salah.'
"Kemudian 'Ammar melajutkan (berkata kepada musuh):
Kami menyerangmu (dahulu) untuk (beriman) pada wahyu
Dan kini kami menyerangmu untuk tafsirnya;
Serangan yang memisahkan kepala dari tumpuannya;
Dan membuat kawan lupa akan sahabat setianya;
Sampai kebenaran kembali kepada jalannya."'
Lalu ia (as-Sulami) berkata, "Saya tidak (pernah) melihat para sahabat Nabi terbunuh pada saat mana pun sebanyak terbunuhnya mereka pada hari ini."
Kemudian 'Ammar memacu kudanya, memasuki medan pertempuran dan mulai bertempur. la bersikeras memburu musuh, melancarkan serangan demi serangan, dan mengangkat slogan-slogan menantang sampai akhirnya sekelompok orang Suriah yang berjiwa kerdil mengepungnya pada semua sisi, dan seorang lelaki bernama Abu al-Ghadiyah al-Juhari (al-Fazari) menimpakan luka padanya sedemikian rupa sehingga tak dapat ditanggungnya lalu ia kembali ke kemahnya. la meminta air. Semangkuk susu dibawakan kepadanya. Ketika 'Ammar melihat mangkuk itu ia berkata, 'Rasulullah telah mengatakan yang sebenarnya.' Orang bertanya kepadanya apa yang dimaksudnya dengan kata-kata itu. la berkata, 'Rasulullah telah memberitahukan kepada saya bahwa rezeki terakhir bagi saya di dunia ini adalah susu.' Kemudian ia mengambil mangkuk susu itu, meminumnya, lalu menyerahkan nyawanya kepada Allah Yang Mahakuasa. Ketika Amirul Mukminin mengetahui kematiannya, ia datang ke sisi 'Ammar, menaruh kepalanya ke pangkuannya sendiri dan mengucapkan elegi yang berikut,
"Sesungguhnya seorang Muslim yang tidak sedih atas terbunuhnya putra Yasir, dan tidak terpukul oleh petaka sedih ini, tidaklah ia beriman yang sesungguhnya.
"Semoga Allah memberkati 'Ammar di hari ia masuk Islam, semoga Allah memberkatinya di hari ia terbunuh, dan semoga Allah memberkati 'Ammar ketika ia dibangkitkan kembali.
"Sesungguhnya saya mendapatkan 'Ammar (pada tingkat sedemikian) sehingga tiga sahabat Nabi tak dapat disebut tanpa 'Ammar kecuali dia adalah yang keempat, dan empat nama dari mereka tak dapat disebut kecuali 'Ammar sebagai yang kelima.
"Tak ada di antara para sahabat Nabi yang meragukan bahwa bukan saja surga sekali atau dua kali dilimpahkan dengan paksa kepada 'Ammar, melainkan ia mendapatkan haknya atasnya (berkali-kali). Semoga surga memberikan kenikmatan kepada 'Ammar.
"Sesungguhnya dikatakan (oleh Nabi), 'Sungguh, 'Ammar bersama kebenaran dan kebenaran bersama 'Ammar."'
Lalu Amirul Mukminin melangkah maju dan melakukan salat jenazah baginya, dan kemudian dengan tangannya sendiri ia menguburkannya.
Kematian 'Ammar menyebabkan gejolak besar pada barisan Mu'awiah pula, karena ada sejumlah orang terkemuka yang berperang pada pihaknya berpikiran bahwa peperangan Mu'awiah melawan Amirul Mukminin adalah perjuangan yang benar. Orang-orang itu mengetahui akan ucapan Nabi bahwa 'Ammar akan dibunuh oleh suatu kelompok yang berada di pihak yang batil. Ketika mereka melihat bahwa 'Ammar telah terbunuh oleh tentara Mu'awiah mereka menjadi yakin bahwa Amirul Mukminin pastilah di pihak yang benar. Kecemasan di kalangan para pemimpin maupun prajurit tentara Mu'awiah diredakan olehnya dengan argumen bahwa justru Amirul Mukminin yang membawa 'Ammar ke medan pertempuran dan karena itu ialah yang harus bertanggung jawab atas kematiannya. Ketika argumen Mu'awiah disebutkan kepada Amirul Mukminin, ia mengatakan bahwa seakan-akan Nabi harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Hamzah karena beliau yang membawanya ke Pertempuran Uhud. (ath-Thabari, at-Târîkh, I, h. 3316-3322; III, h. 2314-2319; Ibn Sa'd, ath-Thabaqât, III, bagian i, h. 176-189; Ibn Atsîr, al-Kâmil, III, h. 308-312; Ibn Katsir, at-Târîkh, VII, h. 267-272; al-Minqarî, Shiffin, h. 320-345; Ibn 'Abdil Barr, al-Istî'âb, III, h. 1135-1140; IV, h. 1725; Ibn al-Atsir, Usd al-Ghâbah, IV, h. 43-47; V, h. 267; Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, jilid V, h. 252-258; VIII, h. 10-28; X, h. 102-107; al-Hakim, al-Mustadrak, III, h. 384-394; Ibn 'Abdi Rabbih, al-'Iqd al-Farîd, IV, h. 340-343; al-Mas'ûdî, Murûj adz-Dzahab, II, h. 381-382; al-Haitsamî, Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 292-298; al-Balâdzurî, Ansâb al-Asyrâf (biografi Amirul Mukminin), h. 310-319.
[5] Abul-Haitsam (Malik) ibn Tayyihân al-Anshari adalah salah seorang dari kedua belas pemimin (naqîb) kaum Anshar yang bertemu dengan Nabi pada pertemuan 'Aqabah yang pertama, dan termasuk yang hadir dalam pertemuan 'Aqabah yang kedua di mana ia memberikan baiat Islam kepada Nabi. la hadir dalam Pertempuran Badr maupun tempat-tempat pertemuan kaum Muslim di masa hidup Nabi. la termasuk di antara para pendukung setia Amirul Mukminin, yang hadir dalam Pertempuran Jamal dan Perang Shiffin, di mana ia gugur sebagai syahid. (al-Istî'âb, IV, h. 1773; Shiffin, h. 365; Usd al-Ghâbah, IV, h. 274; V, h. 318; al-lshâbah, III, h. 341; IV, h. 312-313; Ibn Abil Hadid, X, h. 108-109; Ansâb al-Asyrâf, h, 319)
[6] Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari dikenal sebagai Dzusy-Syahadatain karena kesaksiannya dianggap Nabi sama dengan kesaksian dua orang. la hadir dalam Perang Badr dan pertempuran-pertempuran lainnya maupun tempat-tempat pertemuan kaum Muslim di masa Nabi. la termasuk di antara orang yang paling dini menunjukkan keterpautan kepada Amirul Mukminin, yang juga hadir dalam Perang Jamal maupun Perang Shiffin. 'Abdur-Rahman ibn Abi Laila meriwayatkan bahwa ia melihat seorang lelaki dalam Perang Shiffin memerangi musuh dengan amat gagah berani; ketika ia ditegur karenanya, ia berkata,
"Saya adalah Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari. Saya telah mendengar Nabi berkata, 'Berjihadlah, berjihadlah, di sisi 'Ali.'" (al-Khathib al-Baghdâdî, Mawadhdhih Auhâm al-Jam' wa at-Tafriq, I, h. 277).
Khuzaimah gugur dalam Perang Shiffin segera setelah gugurnya ‘Ammar ibn Yasir.
Si pembohong terkenal, Saif ibn 'Umar al-Usayyidi at-Tamimi, telah mengada-adakan seorang Khuzaimah lain dan mengklaim bahwa dialah orang yang gugur di Shiffin, dan bukan Dzusy-Syahadatain. At-Thabari mengutip cerita palsu itu dari Saif tanpa disengaja atau sebaliknya, dan melaluinya cerita itu mempengaruhi beberapa sejarawan yang mengambil dari Thabari. (Untuk rujukan selanjutnya, lihat al-'Askari, Mi'atu wa Khamsun Ashhâbî Mukhtalag, II, h. 175-189).
Setelah menolak cerita itu, Ibn Abil Hadid berkata,
"Lagi pula, apa perlunya bagi orang-orang yang hendak membela Amirul Mukminin untuk membesar-besarkan kebanggaan mengenai Khuzaimah, Abul Haitsam, 'Ammar dan lain-lain. Apabila orang memperlakukan lelaki (Amirul Mukminin) ini dengan adil dan melihatnya dengan mata yang sehat, pastilah mereka akan menyadari bahwa sekiranya ia sendirian pun di (satu pihak) dan seluruh manusia (di pihak lain) memeranginya, ialah yang akan berada dalam kebenaran dan seluruh yang lainnya dalam kebatilan." (ath-Thabagât, III, bagian i, h. 185, 188; al-Mustadrak, III, h. 385, 397; Usd al-Ghâbah, II, h. 114; IV, h. 47; al-Istî'âb, II, h. 448; ath-Thabari, III, bagian i, h. 2316, 2319, 2401; al-Kâmil, III, h. 325; Shiffin, Ansâb al-Asyrâf, h. 313-314).
[7] Di antara orang yang hadir dalam Perang Jamal di pihak Amirul Mukminin terdapat 130 peserta Perang Badr dan 700 orang yang hadir dalam Baiat Ridhwan. (adz-Dzahabi, Târîkh al-Islam, II, h. 171; Khalifah ibn Khayyath, at-Târîkh, I, h. 164). Orang yang terbunuh dalam Perang Jamal di pihak Amirul Mukminin sekitar 500 orang sedang pihak Jamal 2.000. (al-'Iqd al-Farîd, IV, h. 326).
Di antara yang hadir di Shiffin di pihak Amirul Mukminin terdapat 80 orang pahlawan Badr dan 800 yang hadir di Baiat Ridhwan. (al-Mustadrak, III, h. 104; al-Istî'âb, III, h. 1138; al-Ishâbah, II, h. 389; at-Târîkh al-Ya'qubi, II, h. 188).
Di pihak Mu'awiah 45.000 orang terbunuh sedang di pihak Amirul Mukminin 25.000 orang. Di antara yang syahid (dari pihak Amirul Mukminin) terdapat 25 atau 26 peserta Perang Badr dan 63 atau 303 orang peserta Baiat Ridhwan. (Shiffin, h. 558; al-Istî'âb, II, h. 389; Ansâb al-Asyrâf, h. 322; Ibn Abil Hadid, X, h. 104; Ibn Katsir, VII, h. 275; Târîkh al-Khamîs, II, h. 277).
Di samping orang-orang yang menonjol dan para sahabat Amirul Mukminin yang terkemuka seperti 'Ammar, Dzusy-Syahadatain dan Ibn Tayyihan, yang gugur sebagai syahid di Shiffin adalah:
i. Hasyim ibn 'Utbah ibn Abi Waqqash terbunuh pada hari yang sama dengan 'Ammar. la pembawa panji tentara Amirul Mukminin pada hari itu.
ii. 'Abdullah ibn Budail ibn al-Warqa" al-Khuza'i yang pernah menjadi komandan sayap kanan dan pernah pula sebagai komandan infantri pasukan Amirul Mukminin.
KHOTBAH 182 Pujian kepada Allah atas Karunia-Nya
Segala puji bagi Allah yang dikenal tanpa dilihat dan yang mencipta tanpa kesulitan. la menciptakan ciptaan dengan Kekuasaan-Nya, dan menerima ibadat para penguasa dengan kemuliaan-Nya. la mengungguli orang-orang besar melalui kemurahan-Nya. lalah yang membuat ciptaan-Nya ber-kembang biak di dunia dan mengutus kepada jin dan manusia utusan-utusan-Nya untuk mengungkapkannya bagi mereka, memperingatkan kepada mereka akan kerugiannya, memberikan kepada mereka contoh-contoh, menunjukkan kepada mereka cacat-cacatnya dan menempatkan di hadapan mereka seluruh kumpulan hal-hal yang mengandung pelajaran tentang perubahan kesehatan dan sakit di dunia ini, hal-halnya yang halal dan hal-halnya yang haram, dan semua yang telah ditetapkan Allah bagi yang taat dan yang tak taat, yakni surga dan neraka, dan kemuliaan dan kehinaan. Saya rentangkan pujian kepada Wujud-Nya sebagaimana yang la sukai ciptaan-Nya memuji-Nya. la telah menentukan untuk segala sesuatu suatu ukuran, untuk setiap ukuran suatu batas waktu, dan untuk setiap batas waktu suatu dokumen.
Suatu Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Keagungan dan Pentingnya Al-Qur'an
Al-Qur'an menyuruh maupun melarang, berdiam diri dan juga berkata-kata. la bukti Allah di hadapan ciptaan-Nya. la telah mengambil dari mereka suatu baiat (untuk berbuat) atas dasarnya. la telah menyempurnakan cahaya (nur) dan menyempurnakan agama-Nya melaluinya. la membiarkan Nabi meninggalkan dunia ini ketika beliau telah menyampaikan kepada manusia semua perintah bimbingan-Nya melalui Al-Qur'an. Oleh karena itu Anda harus memandang Allah besar sebagaimana la memandang diri-Nya besar, karena la tidak menyembunyikan sesuatu dari agama-Nya kepada Anda, tidak pula la meninggalkan sesuatu yang la sukai atau yang tidak la sukai, melainkan la membuataya suatu lambang (petunjuk) yang terang dan suatu tanda yang pasti yang entah mencegahnya atau menyerukan kepadanya. Keridaan-Nya sama bagi seluruh masa yang akan datang.
Hendaklah Anda ketahui bahwa la tidak akan rida dengan Anda atas apa yang tidak la ridai atas orang-orang sebelum Anda, dan la tak akan murka atas sesuatu yang la ridai pada orang-orang sebelum Anda. Anda sedang melangkah di jalan yang terang, dan berbicara sama sebagaimana orang-orang sebelum Anda telah berbicara. Allah cukup bagi keperluan Anda di dunia ini. la telah meyakinkan Anda untuk tetap bersyukur, dan telah mewajibkan Anda untuk menyebut-Nya dengan lidah Anda.
Peringatan akan Hukuman di Hari Pengadilan
la telah menasihati Anda untuk bertakwa dan telah menjadikannya titik tertinggi keridaan-Nya dan semua yang dituntut-Nya dari makhluk-makhluk-Nya. Karena itu, hendaklah Anda bertakwa kepada Allah, yang; sedemikian rupa sehingga Anda seakan-akan berada di depan-Nya dan rambut depan Anda berada dalam genggaman-Nya, dan perubahan k dudukan Anda berada dalam kendali-Nya. Apabila Anda menyembunyikan sesuatu, la akan mengetahuinya. Apabila Anda membukakan sesuatu, lal akan mencatatnya. Untuk ini la telah menunjuk para penjaga yang mulia (malaikat) yang tidak meninggalkan setiap hal yang hak dan tidak pula memasukkan sesuatu yang tak benar. Hendaklah Anda ketahui bahwa barangsiapa takut kepada Allah, la akan membuat baginya suatu jalan untuk keluar dari kesulitan dan (menganugerahinya) cahaya (untuk menolongnya) dari kegelapan. la akan selalu membiarkannya dalam (keadaan) bagaimanapun yang diinginkannya, dan akan membuatnya tinggal dalam kedudukan mulia di dekat-Nya, di rumah yang telah dibangun-Nya untuk diri-Nya sendiri. Bayangan rumah-Nya ialah mahligai-Nya, cahayanya adalah nur, pengunjungnya adalah para malaikat-Nya dan sahabatnya adalah para nabi-Nya.
Oleh karena itu, bergegaslah Anda sekalian ke tempat kembali, dan pergilah mendahului kematian (dengan mengumpulkan bekal untuk hari yang akan datang). Tak lama, harapan-harapan manusia akan dipangkas dan maut akan mencapai mereka sementara pintu taubat akan tertutup bagi mereka. Anda masih berada di suatu tempat di mana orang-orang sebelum Anda ingin kembali. Di dunia ini, yang bukan rumah Anda, Anda hanyalah seorang musafir dalam perjalanan. Anda telah diberi seruan untuk berangkat dari sini, dan Anda telah diperintahkan untuk mengumpul bekal sementara Anda di sini. Anda tahu bahwa kulit ini tak mampu menanggung api (neraka). Maka kasihanilah diri Anda karena Anda telah mencobanya dalam hukuman di dunia ini.
Pernahkah Anda melihat menangisnya seseorang yang telah ditusuk dengan duri atau yang berdarah karena terantuk, atau yang terbakar oleh pasir panas? Bagaimana rasanya bilamana ia berada di antara dua belanga penggoreng dari neraka dengan batu-batu di semua sekitamya, dengan iblis sebagai teman? Tahukah Anda bahwa ketika Malik (malaikat penjaga neraka) marah pada api itu, bagian-bagiannya mulai saling bertabrak (dalam kemarahan); dan ketika ia menghardik, nyala itu melompat di antara pintu-pintu neraka sambil menjerit karena hardikannya.
Wahai Anda yang tua dan besar yang telah dibuat beruban oleh usia lanjut, bagaimana perasaan Anda bilamana cincin-cincin api akan menyentuh tulang leher Anda, dan belenggu yang dipegang demikian kuat sehingga memakan daging tangan Anda? (Takwalah kepada) Allah! Allah! wahai jamaah manusia, sementara dalam kesehatan yang baik sebelum sakit (mencengkeram Anda), dan sementara dalam kelapangan, sebelum kesempitan (menimpa Anda). Anda harus berusaha untuk membebaskan leher Anda sebelum waktu penebusan ditutup. Melekkan mata Anda, tipiskan perut Anda, gunakan kaki Anda, belanjakan uang Anda, ambillah tubuh Anda dan kerahkanlah atas diri Anda sendiri, dan jangan kikk tentang-nya, karena Allah Yang Mahasuci telah mengatakan,
"... jika kamu menolong (dijalan) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu," (QS. 47:7)
dan la Yang Mahasuci pun telah mengatakan,
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pimjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak." (QS. 57:11)
la tidak meminta dukungan Anda karena sesuatu kelemahan, tidak pula la menuntut pinjaman dari Anda karena kekurangan. la mencari pertolongan Anda, walaupun la mempunyai seluruh tentara di langit dan di bumi, dan Dia kuat dan bijaksana. la mencari pinjaman dari Anda, walaupun la memiliki perbendaharaan langit dan bumi dan la kaya dan terpuji. Tetapi la bermaksud menguji Anda tentang siapa di antara Anda sekalian yang beramal saleh. Oleh karena itu Anda harus bergegas dalam berbuat amal (baik) sehingga jalan Anda berada dengan para tetangga-Nya di tempat kediaman-Nya; la menjadikan para tetangga ini sahabat para rasul-Nya dan membuat para malaikat mengunjungi mereka. la telah memuliakan telinga mereka sehingga bunyi api-Nya tak pernah sampai kepada mereka, dan la telah memberikan perlindungan kepada tubuh-tubuh dari kelelahan dan keletihan.
"... Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. 57:21)
Saya katakan apa yang sedang Anda dengarkan. Saya memohon pertolongan Allah bagi diri saya dan bagi Anda sekalian. la cukup bagi saya dan lalah pemberi yang terbaik. •
KHOTBAH 183 Salah seorang Kharijt, al-Burj ibn Mus-hir ath-Thâ'î mengangkat slogan, "La hukma illâ lillâh" sedemikian rupa sehingga Amirul Mukminin mendengarnya. Ketika mendengarnya, ia berkata:
Diamlah, semoga Allah membuat Anda menjadi buruk, wahai Anda yang bergigi patah. Sesungguhnya, demi Allah, bilamana kebenaran terwujud, saat itu kepribadian Anda lemah dan suara Anda terdiam. Tetapi bilamana kebatilan mulai berteriak dengan keras, Anda muncul lagi seperti terompet seorang anak. •
KHOTBAH 184 Pujian bagi Allah, dan Makhluk-makhluk-Nya yang Menakjubkan
Segala puji bagi Allah. la sedemikian sehingga indera tak dapat melihat-Nya, tempat tak dapat menampung-Nya, mata tak dapat melihat-Nya, dan tirai tak dapat menutup-Nya. la membuktikan kekekalan-Nya dengan terjadinya ciptaan-Nya, dan dengan memulai ciptaan-Nya (la membuktikan) maujud-Nya, dan dengan (saling) keserupaan mereka la membuktikan bahwa tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. la benar dalam janji-Nya. la terlalu tinggi untuk berlaku lalim kepada makhluk-makhluk-Nya. la berdiri dengan keadilan di antara ciptaan-Nya dan melaksanakan keadilan atas mereka dalam hukum-hukum-Nya. la memberikan bukti-bukti melalui penciptaan atas keberadaan-Nya yang azali, melalui tanda-tanda ketidak-mampuan mereka atas kekuasaan-Nya, dan melalui ketidakberdayaan mereka terhadap maut atas kekekalan-Nya.
la Esa, tetapi bukan dengan hitungan. la kekal tanpa batas. la maujud tanpa topangan. Pikiran mengakui-Nya tanpa (kegiatan) indera. Hal-hal yang dapat dilihat menyaksikan-Nya tanpa berhadap-hadapan dengan-Nya. Imajinasi tak dapat meliput-Nya. la menyatakan Diri-Nya kepada imajinasi dengan pertolongan-Nya bagi imajinasi, dan menolak untuk diimajinasikan oleh imajinasi. la telah menjadikan imajinasi perantara (dalam hal ini). la tidak besar dalam pengertian bervolume besar dan dengan demikian maka badan-Nya juga besar. Tidak pula la besar dalam pengertian bahwa batas-batas-Nya harus membentang sampai ke ujung terjauh dan karena itu kerangka-Nya luas. Tetapi la besar dalam kedudukan dan besar dalam wewenang.
Tentang Nabi
Saya bersaksi bahwa Muhammad (saw) adalah hamba-Nya, Nabi-Nya yang terpilih dan pengemban amanat-Nya yang bertanggung jawab. Allah mengutusnya dengan bukti-bukti yang tak tersangkal, keberhasilan yang terang dan jalan yang terbuka. Demikianlah beliau menyampaikan risalah yang menyatakan kebenaran dengannya. Beliau memimpin manusia di jalan besar (yang benar), menegakkan tanda-tanda petunjuk dan menara-menara cahaya, dan membuat tali Islam menjadi kuat dan simpul-simpulnya kukuh.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Penciptaan Jenis-jenis Hewan
Sekiranya mereka merenungkan keagungan kekuasaan-Nya dan luas-nya nikmat-Nya, tentu mereka sudah kembali ke jalan yang benar dan takut akan hukuman neraka; tetapi hati berpenyakit dan mata tak murni. Tidakkah mereka melihat hal-hal kecil yang telah diciptakan-Nya, bagaimana la memperkuat jaringannya dan membuka bagi mereka pendengaran dan penglihatan dan membuat bagi mereka tulang dan kulit? Lihatlah semut dengan tubuhnya yang kecil dan bentuknya yang halus. la hampir tak terlihat di sudut mata, tak dapat pula ditangkap oleh imajinasi—betapa ia berjalan di bumi dan menggunakan rezekinya. la membawa gabah ke lobangnya dan menyimpannya di tempat kediamannya. la mengumpul selama musim panas untuk musim dinginnya, dan selama kuat untuk masa lemahnya. Rezekinya terjamin, dan diberi makan menurut pantasnya. Allah Yang Baik tidak melupakannya dan (Allah Yang Pemberi) tidak merenggut haknya, walaupun ia berada di batu kering atau karang yang kokoh.
Apabila Anda memikirkan tentang jalan pencernaannya di bagiannya yang tinggi dan rendah, selaput belulang pada perutnya, dan matanya dan telinganya di kepalanya, Anda akan takjub tentang penciptaannya dan Anda akan merasakan kesulitan dalam menggambarkannya. Mahatinggi Dia yang membuatnya berdiri pada kaki-kakinya dan menegakkannya pada tiang-tiangnya (anggotanya). Tak ada sekutu yang turut beserta-Nya dalam memulainya dan tak ada sesuatu yang berkuasa membantu-Nya dalam penciptaannya. Apabila Anda melangkah pada jalan imajinasi Anda, dan mencapai ujungnya, hal itu tak akan membawa Anda ke mana-mana kecuali bahwa Pencipta semut itu adalah sama dengan Pencipta kurma, karena segala sesuatu mempunyai (kehalusan) dan detail yang sama, dan setiap makhluk hidup mempunyai sedikit perbedaan.
Penciptaan Alam Semesta
Dalam ciptaan-Nya, yang besar, yang halus, yang berat, yang ringan, yang kuat, yang lemah, semuanya sama.[1] Demikian pula langit, udara, angin, dan air. Oleh karena itu Anda lihatlah matahari, bulan, tumbuhan, tanaman, air, batu, perbedaan malam ini dan siang, mengalirnya sungai-sungai, banyaknya gunung-gunung, tingginya puncak-puncaknya, perbedaan bahasa-bahasa dan aneka ragamnya lidah. Maka celakalah orang yang tidak mempercayai Pengatur dan menolak Penguasa. Mereka percaya bahwa mereka adalah seperti rumput yang untuk itu tak ada pemelihara dan tak ada yang membuat bentuknya yang aneka ragam. Mereka tidak bersandar pada sesuatu argumen atas apa yang mereka tegaskan, dan tak ada pula penelitian atas apa yang mereka dengar. Mungkinkah ada bangunan tanpa pembangun, atau pelanggaran tanpa ada yang melanggar?
Penciptaan Belalang yang Menakjubkan
Apabila Anda mau, Anda dapat mengatakan tentang belalang (pula). Allah memberikan kepadanya dua mata yang merah, menerangi bagi mereka dua bulan—seperti bola mata—membuatkan untuknya telinga yang kecil, membukakan baginya mulut yang sesuai, dan memberikan kepadanya indera yang peka, memberikan kepadanya dua gigi untuk memotong dengannya dan dua kaki seperti arit untuk menggenggam. Para petani takut kepadanya karena mereka tak dapat mengusirnya walaupun mereka bergabung. Belalang menyerang lahan dan memuaskan hasratnya (lapar) darinya walaupun badannya tak sebesar jari yang kecil.
Tentang Kemuliaan Allah
Mahasuci Allah yang di hadapan-Nya setiap yang di langit atau di bumi tunduk bersujud dengan sukarela atau terpaksa, menyerah kepada-Nya dengan menaruh pipi dan wajahnya (di debu), jatuh ke hadapan-Nya (dalam ketaatan) secara damai dan merendah, dan menyerahkan kepada-Nya kendali penuh dalam ketakutan dan kekhawatiran.
Burung-burung terikat oleh perintah-perintah-Nya. la mengetahui jumlah bulu mereka dan napas mereka. la telah membuat kaki mereka berdiri di ak maupun di darat. la menetapkan rezeki mereka. la mengetahui jenis-jenisnya: ini gagak, ini elang, ini merpati, dan ini burung unta. la memanggil setiap burung dengan namanya (sementara menciptakannya) dan menyediakan rezekinya. la menciptakan awan-awan yang berat dan menghasilkan darinya hujan yang lebat dan menyebarkannya di berbagai (bagian) bumi. la membasahkan tanah setelah keringnya dan menumbuhkan tumbuhan darinya setelah gersangnya. •
[1] Maksudnya ialah bahwa apabila hal yang paling kecil diuji, akan kedapatan bahwa ia mengandung apa-apa yang terdapat pada makhluk-makhluk yang besar, dan masing-masing akan menunjukkan refleksi yang sama dari alam, kemahiran mencipta dan pelaksanaan, dan rasio dari setiap kekuasaan dan kekuatan Allah akan sama, apakah itu sekecil semut atau sebesar pohon kurma. Bukanlah bahwa membuat sesuatu yang kecil itu mudah sedang membuat yang besar sulit bagi-Nya, karena perbedaan warna, ukuran kuantitas, hanyalah didasarkan pada titab kebijaksanaan-Nya dan keperluan, tetapi mengenai penciptaan itu sendiri tak ada perbedaan di antaranya. Oleh karena itu, keseragaman penciptaan merupakan suatu bukti akan keesaan dan ketunggalan Yang Maha Pencipta.
19
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 185 Tentang Keesaan Allah.
Khotbah ini mengandung prinsip-prinsip pengetahuan yang tidak terkandung dalam khotbah lain
Barangsiapa mengaitkan pada-Nya (berbagai) kondisi, ia tidak mempercayai keesaan-Nya; demikian pula, orang yeng menyerupakan Dia tidak memegang hakikat-Nya. Orang yang menggambarkan-Nya tidak menyatakan-Nya. Orang yang menunjuk kepada-Nya dan mengkhayalkan-Nya tidak memaksudkan-Nya. Segala sesuatu yang diketahui melaluinya sendiri telah diciptakan, dan segala sesuatu yang berada karena adanya sesuatu yang lain adalah efek (dari suatu sebab). la bekerja tetapi tidak dengan bantuan alat. la menetapkan ukuran tetapi tidak dengan kegiatan berpikir. la kaya tetapi bukan dengan memperoleh.
Waktu tidak bersama Dia, dan alat-alat tidak menolong-Nya. Wujud-Nya mendahului waktu. Keberadaan-Nya tidak mendahului tak-beradanya, dan azali-Nya mendahului permulaan. Dari penciptaan-Nya atas indera diketahui bahwa la tidak berindera. Dengan pertentangan dalam berbagai hal diketahui bahwa ia tidak mempunyai pertentangan, dan dengan persamaan di antara hal-hal, diketahui bahwa tak ada sesuatu yang menyamai-Nya. la membuat terang sebagai lawan gelap, cerah sebagai lawan suram, kering sebagai lawan basah, dan panas sebagai lawan dingin. la menimbulkan kasih sayang di antara hal-hal yang bermusuhan.
la memadukan berbagai hal, mendekatkan hal-hal yang jauh, dan memisahkan hal-hal yang tergabung. la tidak terbatas oleh batas-batas, tidak terhitung dengan jumlah. Bagian-bagian material dapat mengelilingi hal-hal yang sejenisnya, dan anggota dapat menunjukkan hal-hal yang serupa dengan dirinya sendiri. Kata mundzu (yakni sejak) menyangkali (sifat) qadim-Nya, kata qad (yang menunjukkan kedekatan waktu kejadian) menyangkali keazalian-Nya, dan kata laulâ (apabila tidak) menjauhkannya dari kesempurnaan.[1]
Melalui mereka Pencipta menyatakan Diri-Nya kepada akal, dan melaluinya la dijaga dari penglihatan mata. Diam dan gerak tak terjadi pada-Nya; dan bagaimana mungkin hal itu terjadi pada-Nya padahal la Sendiri yang menyebabkan terjadinya, dan bagaimana mungkin terbalik kepada-Nya sesuatu yang Dia penciptanya pertama kalinya, dan bagaimana mungkin muncul pada-Nya sesuatu yang mula-mula la munculkan. Apabila tidak demikian maka Diri-Nya akan menjadi subyek keanekaragaman, Wujud-Nya akan menjadi dapat dibagi-bagi (menjadi bagian-bagian), dan realitas-Nya akan tercegah dari hakikat Abadi. Apabila ada depan bagi-Nya maka akan ada belakang juga bagi-Nya. la akan memerlukan penyempurnaan apabila kekurangan menimpa-Nya. Dalam hal itu tanda-tanda tentang ciptaan akan muncul pada-Nya, dan Dia akan menjadi suatu tanda (yang menjurus kepada obyek lain) ketimbang tanda-tanda yang menjurus kepada-Nya. Melalui kekuasaan dari kesuciannya (dari keadaan terpengaruh), la jauh dari terpengaruh oleh hal-hal yang mempengaruhi yang lain-lain.
la adalah yang tak berubah atau lenyap. Proses pembagian menjadi bagian-bagian) tak patut bagi-Nya. la tak melahirkan apa pun sehingga la tak dapat dipandang sebagai telah dilahirkan. la tidak dilahirkan; apabila demikian maka la akan terisi dalam batas-batas. la terlalu tinggi untuk mempunyai putra. la terlalu suci untuk menyentuh wanita. Khayalan tak dapat menjangkau-Nya sehingga memberikan kuantitas pada-Nya. Pengertian tak dapat memikirkan-Nya untuk memberikan bentuk pada-Nya. Indera tidak menangkapnya untuk meraba-Nya. Tangan tak dapat menyentuh-Nya untuk menggosok-Nya. la tidak berubah ke dalam keadaan bagaimanapun. la tidak melintas dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Malam dan siang tidak menjadikan-Nya tua. Terang dan gelap tidak mengubah-Nya.
Tak dapat dikatakan bahwa la mempunyai batas atau ujung, atau akhir atau kesudahan; tidak pula sesuatu mengendalikan-Nya sehingga meninggikan atau merendahkan-Nya, tidak pula sesuatu membawa-Nya sehingga membungkukkan-Nya atau membuat-Nya tetap tegak. la tidak di dalam sesuatu dan tidak pula di luarnya. la menyampaikan kabar, tetapi bukan dengan lidah atau bunyi. la mendengarkan, tetapi bukan dengan lobang telinga atau organ pendengaran. la berkata-kata tetapi tidak dengan mengeluarkan kata-kata. la mengingat tetapi tidak menghapal. la bertekad tetapi tidak dengan menggunakan akal-Nya. la mencintai dan membenarkan tanpa sesuatu perasaan (hati). la membenci dan merasa marah tanpa menderita. Bilamana la hendak menciptakan sesuatu, la berkata, "Jadilah!" maka jadi, tetapi tidak melalui suara yang mengenai (telinga) seruan itu didengar. Bicara-Nya adalah suatu tindakan ciptaan-Nya. Yang serupa dengan-Nya tak pernah ada. Apabila hal itu kekal, ia akan merupakan tuhan yang kedua.
Tak dapat dikatakan bahwa la menjadi ada setelah (dahulunya) la tidak berada, karena apabila demikian maka sifat-sifat sesuatu yang diciptakan akan dipasangkan kepada-Nya dan tak akan ada lagi perbedaan antara mereka dengan Dia, dan la tak akan mempunyai perbedaan dari mereka. Maka Pencipta dan ciptaan akan menjadi sama, dan pemulai dan yang dimulai akan berada pada tingkat yang sama. la menciptakan (seluruh) ciptaan tanpa sesuatu contoh yang dibuat oleh seseorang lain, dan la tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun dari ciptaan-Nya untuk menciptakannya.
la menciptakan bumi dan menggantungkannya tanpa kesibukan, menahannya tanpa topangan, membuatnya berdiri tanpa kaki, meninggikannya tanpa tiang, melindunginya dari keadaan membungkuk dan melengkung, dan mempertahankannya dari keambrukan dan keterpecahan (menjadi bagian-bagian). la menetapkan gunung-gunung di atasnya seperti tunggul-tunggul, memadatkan batu-batunya, menyebabkan sungai-sungainya mengalir, dan membuka lembahnya lebar-lebar. Apa saja yang dibuat-Nya tidak bercacat, dan apa saja yang dikuatkan-Nya tidak menunjukkan sesuatu kelemahan.
la mewujudkan Diri-Nya atas bumi dengan wewenang dan kebesaran-Nya. la tahu akan bagian dalamnya melalui pengetahuan dan pengertian-Nya. la mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu di bumi karena kemuliaan dan martabat-Nya. Tak ada sesuatu dari bumi yang la mintai akan menentang-Nya, tidak pula ia melawan-Nya sehingga mengalahkan-Nya. Tak ada makhluk yang berkaki cepat dapat melarikan diri dari Dia sampaj mengatasi-Nya. la tidak memerlukan (sesuatu pada) seseorang yang mempunyai supaya ia memberi makan kepada-Nya. Segala sesuatu tunduk kepada-Nya dan merendah di hadapan kebesaran-Nya. Mereka tak dapat melarikan diri dari wewenang-Nya kepada sesuatu lainnya untuk me-luputkan diri dari kebaikan-Nya atau bahaya-Nya. Tak ada kesetaraan bagi-Nya yang dapat menandingi-Nya dan tak ada sesuatu seperti Dia untuk menyamai-Nya.
la akan menghancurkan bumi setelah keberadaannya sehingga semua yang berada di atasnya akan menjadi tak-ada. Tetapi lenyapnya dunia setelah penciptaannya tidaklah lebih aneh dari pembentukan dan pengadaannya yang pertama. Bagaimana mungkin? Sekalipun semua hewan bumi, burung atau hewan buas, ternak yang di kandang atau yang merumput di padang, dari berbagai asal dan jenis, orang bodoh dan manusia arif—semuanya sama-sama bergabung—berusaha untuk menciptakan (sekalipun hanya) seekor nyamuk, mereka tidak akan mampu menjadikannya dan tidak mengetahui bagaimana cara penciptaannya. Pikiran mereka dibingungkan dan takjub. Kekuatan mereka kurang dan gagal, dan kembali dengan kecewa dan letih, mengetahui bahwa mereka dikalahkan dan mengakui ketidakmampuan mereka untuk mengadakannya, juga menyadari bahwa mereka terlalu lemah (sekalipun hanya) untuk menghancurkannya.
Sesungguhnya, setelah lenyapnya dunia, Allah Yang Mahasuci akan tinggal sendirian dengan tiada sesuatu lainnya selain Dia. la akan, setelah lenyapnya dunia, sebagaimana la sebelum dunia diadakan: tanpa waktu atau tempat atau saat atau masa. Pada saat itu masa dan waktu tidak akan berada, dan tahun dan jam akan lenyap. Tak akan ada apa pun selain Allah, Yang Esa, Yang Mahakuasa. Kepada-Nya kembalinya segala urusan. Ciptaan awalnya tidak dalam kuasanya; dan pencegahan atas kemusnahannya (juga) tidak berada dalam kuasanya. Apabila ia mempunyai kemampuan untuk mencegahnya, ia akan berada untuk selama-lamanya. Bilamana la membuat apa saja dari dunia, membuatnya itu tidak menimbulkan sesuatu kesulitan bagi-Nya, dan penciptaan apa pun yang la ciptakan dan la bentuk tidak melelahkan-Nya. la tidak menciptakannya untuk meninggikan wewenang-Nya, tidak pula karena takut akan kehilangan atau kerugian, bukan untuk mencari pertolongannya melawan musuh yang sangat kuat, bukan pula untuk menjaga terhadap sesuatu lawan yang hendak membalas dendam dengan pertolongannya, tidak pula untuk meluaskan wilayah kekuasaan-Nya dengan pertolongannya, tidak untuk menyombongkan (besarnya milik-Nya) terhadap seorang mitra, bukan pula karena la merasa sunyi dan berhasrat mencari teman.
Kemudian, setelah penciptaannya, la akan menghancurkannya, tetapi bukan karena kecemasan telah menguasai-Nya dalam urusan dan pengaturannya, tidak pula demi sesuatu kesenangan yang akan bertambah pada-Nya, tidak pula karena sesuatu keberatan atas-Nya. Panjang usianya tidak meletihkan-Nya sampai mendorong-Nya kepada kehancurannya yang cepat. Tetapi Allah Yang Mahasuci telah memeliharanya dengan ramah, mempertahankannya tetap utuh dengan perintah-Nya dan menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya. Kemudian, setelah kehancurannya, la akan membangkitkannya kembali, tetapi bukan karena sesuatu keperluan-Nya sendiri kepadanya, bukan pula untuk mencari bantuan dari sesuatu darinya terhadapnya, tidak pula untuk mengubah dari kondisi kesepian kepada keadaan berteman, dari kondisi tak-tahu dan kebutaan kepada pengetahuan dan penelitian, tidak dari keadaan papa dan membutuhkan kepada keadaan cukup dan berkelimpahan, tidak pula dari keadaan hina kepada kehormatan dan martabat. •
[1] Artinya, pengertian yang terbentuk dari kata-kata mundzu, qad dan laulâ berlawanan dengan sifat Abadi, Kekal, dan Sempurna. Oleh karena itu, maka penerapannya pada sesuatu membuktikan bahwa hal itu menjadi ada dari tak-ada dan tidak sempurna. Misalnya, mundzu digunakan untuk menunjukkan waktu sebagaimana qad wujida mundzu kadza (hal itu ada sejak ...). Di sini, telah ditetapkan batas waktu, dan setiap yang untuknya dapat digambarkan batas waktunya tak mungkin berada sejak azali dan untuk selama-lamanya. Kata qad (telah) menunjukkan waktu lalu yang langsung. Arti ini juga dapat diterapkan pada suatu hal yang terbatas waktunya. Kata laula digunakan untuk menunjukkan penyang-kalan tentang sesuatu dalam suatu hal lain, seperti ma ahsanahu wa akmalahu laula annahu kadza (alangkah bagus dan sempurnanya apabila ia ...). Oleh karena itu, hal yang untuk itu kata ini digunakan akan memerlukan yang lain-lain dalam kebagusan dan kesempurnaan, dan berkekurangan dalam sendirinya.
KHOTBAH 186 Tentang Pasang Surutnya Waktu (Bencana yang akan terjadi dan tidak adanya jalan halal dalam rezeki)
Semoga ayah dan ibu saya dikorbankan untuk sedikit orang yang namanya termasyhur di langit dan tidak dikenal di bumi. Hati-hatilah, Anda harus menduga apa yang akan menimpa Anda, seperti kesulitan dalam urusan Anda, putusnya hubungan dan bangkitnya orang-orang yang lebih kecil. Ini akan terjadi bilamana pukulan pedang akan lebih mudah bagi seorang mukmin daripada mendapatkan satu dirham secara halal. Ini akan terjadi bilamana ganjaran orang pengemis lebih besar dari ganjaran si pemberi.[1] Ini akan terjadi bilamana Anda mabuk, bukan karena minum tetapi karena kekayaan dan kelimpahan, Anda bersumpah tanpa terpaksa dan berkata dusta tanpa terpaksa. Ini akan terjadi bilamana kekacauan menyakiti Anda sebagaimana pelana menyakiti punuk unta. Berapa lama cobaan ini dan berapa jaraknya harapan (keselamatan dari mereka)?
Wahai manusia, buanglah kendali kuda yang memikul beratnya tangan (yakni dosa) Anda, janganlah Anda memutuskan diri dari imam Anda; apabila demikian maka Anda akan menyalahkan diri Anda sendiri atas perbuatan Anda sendiri. Jangan melompat ke dalam api yang sedang bernyala-nyala di hadapan Anda; menjauhlah dari jalan-jalannya dan tinggalkanlah jalan tengah untuk itu. Karena, demi hidup saya, orang mukmin akan mati dalam apinya, dan yang lain-lainnya akan tinggal selamat di dalamnya.
Saya berada di antara Anda sekalian seperti lampu dalam kegelapan. Barangsiapa masuk melauinya akan disinari olehnya. Maka dengarkanlah, wahai manusia, peliharalah itu dan tetaplah memperhatikan dengan telinga hati Anda supaya Anda dapat raengerti. •
[1] Di masa itu ganjaran bagi pengemis yang menerima, lebih tinggi daripada ganjaran bagi si pemberi, karena si kaya mendapatkan rezeki secara tidak halal, dan mendermakan sebagian darinya untuk memamerkan diri, munafik dan mencari kemasyhuran, yang untuk itu ia tidak berhak mendapatkan ganjaran. Sebaliknya, si pengemis menerimanya karena terpaksa oleh dengan kemiskinan dan keadaannya yang tak berdaya, dan membelanjakannya menurut cara yang benar patut, mendapatkan pahala dan ganjaran.
KHOTBAH 187 Nikmat Allah
Saya nasihati Anda, wahai manusia, untuk bertakwa kepada Allah dan memuji-Nya sebanyak-banyaknya karena nikmat-nikmat-Nya pada Anda dan ganjaran-Nya bagi Anda serta hak-hak-Nya atas Anda. Lihatlah betapa la memilih Anda untuk nikmat-Nya dan memperlakukan Anda dengan belas kasihan. Anda berbuat dosa secara terbuka, la terus menutupi Anda. Anda berlaku secara mengundang hukuman-Nya, tetapi la memberikan lebih banyak waktu kepada Anda.
Keadaan Manusia Menghadapi Ajal
Saya nasihati Anda pula supaya mengingat kematian dan mengurangi kelalaian Anda atasnya. Mengapa maka Anda mengabaikan Dia yang tidak mengabaikan Anda? Mengapa mengharapkan dari dia (malaikat maut) yang tidak akan memberi waktu kepada Anda? Orang mati yang telah Anda lihat cukuplah sebagai penasihat. Mereka dibawa ke kuburnya, tidak menunggang sendiri, dan ditempatkan di dalamnya, tetapi bukan atas ke-mauan mereka sendiri. Nampaknya seakan-akan mereka tak pernah hidup di dunia ini dan seakan-akan dunia yang akan datang telah selalu merupakan kediaman mereka. Mereka telah membuat sunyi tempat di mana mereka dahulu hidup, dan sekarang sedang hidup di mana dahulu mereka merasa sunyi. Mereka dahulu tetap sibuk tentang apa yang akan mereka tinggalkan, dan tidak peduli ke mana mereka harus pergi. Sekarang mereka tak dapat melepaskan diri mereka sendiri dari keburukan, tak dapat pula menambah kebajikan mereka. Mereka tertaut kepada dunia dan (dunia) itu menipunya. Mereka mempercayainya dan ia menjungkirkan mereka.
Fananya Dunia
Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda. Oleh karena itu Anda harus bergegas ke arah (mempersiapkan) rumah Anda yang telah diperintahkan kepada Anda untuk diisi dari ke mana Anda telah dipanggil dan diundang. Carilah penyempurnaan nikmat Allah atas Anda dengan sabar dalam ketaatan kepada-Nya dan menahan diri dari pelanggaran, karena hari esok dekat pada hari ini. Betapa cepatnya saat-saatnya hari, betapa cepatnya hari-harinya bulan, betapa cepatnya bulan-bulannya tahun, dan betapa cepatnya tahun-tahunnya kehidupan. •
KHOTBAH 188 Iman yang Sabar dan Terang
Ada keimanan yang kokoh dan tabah di hati, dan ada yang hanya sementara di hati dan dada, hingga pada suatu waktu tertentu. Apabila Anda harus meninggalkan (diri Anda) sebelum seseorang lain, Anda harus menunggu hingga kematian mendekatinya, karena itulah batas waktu untuk ditinggalkan.
Dan hijrah berdiri pada kedudukan aslinya. Allah tidak mempunyai keperluan kepada orang yang secara rahasia menerima keimanan atau yang secara terbuka berbuat demikian (menerima keimanan). Hijrah tidak akan berlaku kepada seseorang apabila ia tidak mengakui hujah (dari Allah) di bumi. Barangsiapa mengetahuinya dan mengakuinya akan menjadi muhdjir (orang yang berhijrah). Istidh'af (yakni bebas dari kewajiban berhijrah) tidak berlaku pada orang yang hujah (tentang Allah) mencapainya dan ia mendengarnya dan hatinya memeliharanya.[1]
Tantangan, "Bertanyalah kepada saya", dan Ramalan tentang Bani Umayyah
Sesungguhnya urusan kita sulit dan rumit. Tak ada orang yang dapat memikulnya kecuali orang beriman yang hatinya telah diuji Allah dengan keimanan. Tradisi kita tak akan terpelihara kecuali oleh hati yang terpercaya dan (manusia) yang berpengertian yang kokoh. Wahai manusia! Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya, karena sesungguhnyalah saya mengenal jalan-jalan di langit lebih dari jalan-jalan di bumi,[2] dan sebelum bencana itu meloncat ke atas kakinya yang akan memijak-mijak bahkan lobang hidung dan menghancurkan akal manusia. •
[1] lni tafsiran tentang kata muhâjir dan mustadh'af sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, surah an-Nisâ',
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab, 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).' Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah ini luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang terlindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaajkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. 4:97-99)
Maksud Amirul Mukminin di sini ialah bahwa hijrah tidak hanya wajib di masa hidup Nabi melainkan merupakan kewajiban permanen. Hijrah bahkan wajib sekarang untuk mencapai hujah (bukti) tentang Allah dan agama yang benar. Oleh karena itu maka apabila seseorang telah mencapai bukti tentang Allah dan beriman kepada-Nya, maka sekalipun ia berada di tengah kaum kafir di sekitarnya ia tidak wajib berhijrah.
Mustadh'af (yang dilemahkan) di sini berarti orang yang hidup di kalangan orang kafir dan jauh dari informasi tentang bukti-bukti Allah, dan pada saat yang sama tidak mampu berhijrah untuk mencapai bukti-bukti Allah.
[2] Sebagian orang menerangkan bahwa "lorong-lorong bumi" dalam ucapan Amirul Mukminin ini berarti urusan dunia, dengan lorong-lorong langit bewti hukum agama, dan bahwa Amirul Mukminin bermaksud mengatakan bahwa ia mengetahui urusan hukum perintah-perintah agama melebihi urusan dunia. Maka Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 200-201) menulis,
"Diriwayatkan dari 'Allamah al-Wabarî, ia mengatakan bahwa maksud Amirul Mukminin ialah bahwa bidang pengetahuan agamanya lebih luas dari pengetahuannya tentang urusan dunia."
Tetapi, mengingat konteksnya, keterangan itu tidak dapat dipandang tepat karena klausa yang sedang kita bahas itu telah digunakan sebagai penyebab dari klausa, "Tanyailah saya sebelum Anda kehilangan saya," dan kemudian disusul dengan ramalan tentang bencana. Bila di antara keduanya dimasukkan klausa "saya lebih mengetahui urusan keagamaan daripada urusan keduniaan" maka seluruh ucapan itu kehilangan makna. Karena, Amirul Mukminin menantang (mereka) untuk menanyakan apa saja yang mereka kehendaki, tidak dibataskan pada urusan hukum agama saja, sehingga kalimat ini dapat dipandang sebagai sebabnya. Kemudian, ramalan tentang timbulnya pemberontakan tak berkaitan dengan urusan hukum agama, sehingga tak dapat diajukan sebagai bukti lebih banyaknya pengetahuan tentang urusan agama. Mengabaikan pentingnya makna kata-kata itu dan menafsirkannya secara yang tidak sesuai dengan keadaan itu, tidak menunjukkan ruh yang tepat, bilamana konteks itu juga membawa makna yang sama yang secara terbuka dibawa oleh kata-kata itu. Jadi, untuk memberi peringatan tentang kejahatan Bani Umayyah, Amirul Mukminin mengucapkan kata-kata, "Tanyakan kepada saya apa saja yang Anda kehendaki, karena saya mengetahui jalan-jalan takdir ilahi melebihi jalan-jalan bumi. Maka, apabila Anda bertanya kepada saya tentang urusan yang tertulis dalam lauhul mahfuzh dan mengenai takdir ilahi, saya dapat mengatakan kepada Anda, dan suatu kejahatan yang serius akan timbul terhadap saya dalam hal-hal di mana Anda merasa ragu, karena mata saya lebih terbiasa dengan garis-garis halus mengenai kejadian dan bencana ketimbang apa yang saya ketahui tentang kehidupan yang nampak di muka bumi. Terjadinya kejahatan ini sama meyakinkan sebagaimana obyek yang dilihat dengan mata. Karena itu Anda harus bertanya kepada saya tentang detail-detailnya dan jalan untuk menyelamatkan diri darinya, supaya Anda mampu mengatur pertahanan Anda bilamana waktu itu tiba." Makna ini didukung oleh ucapan-ucapan Amirul Mukminin yang berturut-turut sehubungan dengan hal gaib, dan yang dibenarkan oleh masa depan. Maka Ibn Abil Hadid mengomentari pengakuan ini sebagai berikut,
"Pengakuan Amirul Mukminin diakui pula oleh ucapan-ucapannya tentang kejadian yang akan datang yang bukan sekali atau seratus kali diucapkannya melainkan secara berkelanjutan dan berturut-turut, dari mana tak tertinggal keraguan bahwa apa saja yang dikatakannya adalah atas basis pengetahuan dan kepastian, dan bukan secara kebetulan." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, 106)
Sehubungan dengan ucapan Amirul Mukminin ini, telah ditunjukkan dan diterangkan sebelumnya (dalam Khotbah 92, Catatan 2) bahwa tak ada seorang lain yang berani mengemukakan pengakuan seperti itu, dan orang-orang yang mengajukan pengakuan semacam itu terpaksa menghadapi penghinaan dan kerendahan. Tentang ramalan-ramalan yang dikatakan Amirul Mukminin, lihatlah Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, VII, h. 47-51; al-Qâdhî Nûruliah al-Mar'asyî, Ihqaq al-Haqq, edisi baru, VIII, h. 87-182.
KHOTBAH 189 Pentingnya Takwa kepada Allah, Sepinya Kubur, dan tentang Kematian para Pencinta Ahlulbait sebagai Syahid
Saya memuji Dia karena rasa syukur atas ganjaran-Nya, dan saya me-mohon bantuan-Nya dalam memenuhi hak-hak-Nya. la mempunyai tentara yang kuat. Martatabat-Nya agung. Saya bersaksi bahwa Muhammad (sawj(j adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. la menyeru (manusia) kepada ketaatan kepada-Nya dan mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan berjuang demij agama-Nya. Bergabungnya manusia untuk mendustakannya dan mereka untuk memadamkan cahaya-Nya, tidak mencegahnya darinya.
Oleh karena itu, Anda harus bertakwa kepada Allah karena (takwa) itu mempunyai seutas tali yang pilinannya kuat dan puncaknya mulia dan tak terputuskan. Bergegaslah menuju kematian dalam keperihannya yang datang mendadak (dengan beramal baik) dan bersiaplah untuk itu sebelum kedatangannya, karena ujung akhirnya ialah Hari Pengadilan. Ini cukup berdakwah bagi orang yang mengerti dan pelajaran yang cukup bagi orang yang tak tahu. Gagasan apa yang Anda punyai, sebelum mencapai akhir itu, tentang sempitnya kubur, sulitnya kesepian, takutnya akan perjalanan ke dunia yang akan datang, perihnya takut, bergesernya tulang-tulang rusuk di sana (karena sempitnya kubur), tulinya telinga, gelapnya kubur, ketakutan akan hukuman yang dijanjikan, tertutupnya liang kubur dan peletakan batu-batu?
Karena itu, (takwalah kepada) Allah, (takwalah kepada) Allah, wahai para hamba Allah, karena dunia berlaku terhadap Anda dalam cara yang biasa, dan Anda dan Hari Pengadilan berada pada tali yang sama (saling berdekatan). Seakan-akan ia telah datang dengan tanda-tandanya, telah mendekat dengan alasan-alasannya, dan telah membuat Anda berdiri di jalannya; dan seakan-akan ia telah datang ke depan dengan segala goyangannya dan telah mengendap dengan dadanya di bumi sementara dunia telah berpisah dari manusianya, dan telah mengeluarkannya dari pangkuannya. Hal itu seperti suatu hari yang telah lewat atau suatu bulan yang telah pergi. Hal-halnya yang baru telah menjadi tua dan yang gemuk telah menjadi kurus.
Mereka berada di tempat yang sempit, dalam urusan yang rumit, dan dalam api yang sakitnya tajam, jeritan keras, nyala api membubung, bunyi bergetar, pembakaran keras, meredanya jauh; bahan bakarnya sedang menyala, ancamannya menakutkan, lobang-lobangnya tersembunyi, wajahnya menyala, dan segala sesuatu tentang itu amat buruk.
"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga dalam rombongan-rombongan ...." (QS. 39:73)
Mereka selamat dari siksaan, jauh dari hukuman, jauh dari dari api. Kediamannya damai dan mereka akan senang dengan keinginan mereka dan tempat kediaman mereka. Inilah orang-orang yang amalnya di dunia suci, mata mereka berair mata, malam mereka di dunia ini adalah seperti siang karena bertakwa dan memohon keampunan, dan hari-hari mereka adalah seperti malam karena rasa kesepian dan keterpisahan. Oleh karena itu, Allah membuat surga tempat akhir kembali mereka dan suatu ganjaran dalam balasan, "... dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya ...." (QS. 48:26) dalam kediaman abadi dan kenikmatan yang kekal.
Karena itu, wahai para hamba Allah, berilah perhatian pada semua yang dengan memperhatikannya orang akan berhasil dan dengan mengabaikannya orang akan menderita kerugian, dan bergegaslah kepada kematian Anda dengan sarana amal (baik) Anda, karena Anda terikat oleh apa yang telah Anda perbuat di masa lalu dan Anda hanya mempunyai piutang Anda atas (perbuatan baik) apa yang telah Anda kirimkan ke depan. (Berlakulah sedemikian rupa) seakan-akan peristiwa (kematian) yang ditakuti itu telah datang kepada Anda sehingga Anda tak dapat kembali (untuk berbuat baik) dan tidak pula Anda dapat dibersihkan dari perbuatan-perbuatan buruk. Semoga Allah mendorong kami dan Anda untuk menaati-Nya dan menaati Nabi-Nya, dan mengampuni kami dan Anda dengan belas kasihan-Nya yang besar.
Bersikukuhlah pada bumi, bersabarlah dalam ujian, jangan menggerakkan tangan dan pedang Anda menurut kehendak lidah Anda, dan janganlah tergesa-gesa dalam hal-hal di mana Allah tidak meminta (Anda) untuk tergesa-gesa, karena setiap orang dari Anda yang mati di ranjang sementara ia mempunyai pengetahuan tentang hak-hak Allah dan hak-hak Nabi-Nya dan para anggota keluarga beliau, akan mati sebagai syahid. Ganjarannya wajib atas Allah. la juga berhak akan imbalan atas amal perbuatan baik yang diniatkannya untuk dilakukan, karena niatnya mengambil tempat menghunus pedang. Sesungguhnya bagi segala sesuatu ada waktu dan batasnya. •
KHOTBAH 190 Puji Allah
Segala puji bagi Allah Yang pujian-Nya tersebar luas, yang tentara-Nya selalu jaya, dan kemuliaan-Nya agung. Saya memuji-Nya atas nikmat-Nya yang susul-menyusul dan pemberian-pemberian-Nya yang besar. Kesabaran-Nya tinggi sehingga la mengampuni, dan adil dalam segala apa saja yang diputuskan-Nya. la mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang telah berlalu. la membuat semua ciptaan dengan pengetahuan-Nya dan menjadikannya dengan akal-Nya tanpa batas, tanpa belajar, tanpa mengikuti contoh pembuat yang cerdas mana pun, tanpa melakukan sesuatu kesalahan dan tanpa bantuan dari kelompok mana pun; saya bersaksi bahwa Muhammad (saw) adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya yang la utus (pada saat) ketika manusia sedang berkumpul dalam jurang dan bergerak dalam kebingungan. Kendali kehancuran sedang menyeret mereka, dan gembok kedengkian terpasang di hati mereka.
Nasihat tentang Takwa kepada Allah dan Keterangan tentang Dunia dan Manusianya
Saya nasihati Anda, wahai hamba-hamba Allah, bahwa Anda harus bertakwa kepada Allah karena takwa adalah hak Allah atas Anda dan (takwa) itu menciptakan hak Anda atas Allah, dan bahwa Anda harus mencari pertolongan Allah di dalamnya, dan pertolongannya dalam (menemui) Allah. Sungguh, bagi hari ini takwa kepada Allah adalah suatu perlindungan dan suatu perisai, dan bagi hari esok (Hari Pengadilan) (takwa) itu adalah jalan ke surga. Jalannya terang dan orang yang menempuhnya adalah orang yang beruntung. Barangsiapa memegangnya, menjaganya. (Takwa) itu telah memperkenalkan dirinya kepada manusia yang telah lalu dan kepada mereka yang datang kemudian, karena mereka akan memerlukannya besok (di Hari Pengadilan) ketika Allah akan menghidupkan lagi ciptaan-Nya, mengambil kembali apa yang telah diberikan-Nya dan mengambil tanggung jawab atas apa yang telah dianugerahkan-Nya. Betapa sedikit (nantinya) orang yang menerimanya dan melaksanakannya sebagai-mana hal itu harus dilaksanakan. Jumlah mereka akan sangat sedikit, dan mereka adalah orang-orang yang sesuai dengan gambaran yang diberikan Allah Yang Mahasuci ketika la berfirman,
"... dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS. 34:13)
Karena itu, bergegaslah dengan telinga Anda ke arahnya dan kerahkanlah usaha Anda untuk itu. Jadikan itu pengganti atas segala (kekurangan) Anda di masa lalu untuk mengambil tempat sebagai pelanjutnya, dan jadikanlah itu dukungan Anda terhadap setiap lawan. Jadikan itu perlengkapr an hati Anda, cucilah dosa-dosa Anda dengan itu, rawatlah sakit Anda dengan itu, dan bergegaslah ke arah kematian Anda dengan itu. Ambillah pelajaran dari orang yang mengabaikannya, agar orang yang mengikutinya tidak harus mengambil pelajaran dari Anda (kelalaian Anda atasnya). Karena itu berhati-hatilah; Anda harus memeliharanya dan menjaga diri Anda melaluinya.
Menjauhlah dari dunia ini dan majulah ke dunia berikut dengan penuh gairah. Jangan menganggap rendah orang yang telah diberi kedudukan tinggi oleh takwa kepada Allah, dan jangan memberikan kedudukan tinggi kepada orang yang telah diberi kedudukan tinggi oleh dunia ini. Jangan biarkan mata Anda menatap awan bersinar dari dunia ini. Jangan dengarkan orang yang berbicara tentangnya, jangan menjawab orang yang me-manggil ke arahnya, jangan mencari cahaya dari sinar silaunya, dan janganlah mati dalam hal-halnya yang mahal, karena cerahnya mengicuh, kata-katanya palsu, kekayaannya mungkin dirampok, dan barang-barangnya yang mahal mudah dibawa lari.
Hati-hatilah, dunia ini memikat lalu berpaling. la pembangkang, menolak untuk maju terus. la berbicara dusta dan menyelewengkan. la mungkar dan tak bersyukur. la dengki dan meninggalkan (pencintanya). la menarik tetapi menimbulkan kesusahan. Keadaannya berubah-ubah, langkahnya goyah, kehormatannya hina, kesungguhannya adalah canda, dan ketinggiannya rendah. la tempat perampokan dan penjarahan, dan keruntuhan dan kehancuran. Manusianya siap dengan kaki untuk mendorong, untuk menyusul dan berpisah. Jalan-jalannya membingungkan, jalan keluarnya merisaukan, dan rancangannya berakhir dalam kekecewaan. Akibatnya, kubu pertahanan mengkhianatinya, rumah-rumah melemparkannya keluar, dan kecerdikan menggagalkannya.
Sebagian dari mereka adalah seperti unta yang tergadai, sebagian seperti daging yang disembelih, sebagian seperti anggota badan yang terputus, sebagian seperti darah yang tertumpah, sebagian seperti menggigit tangannya (dalam kesakitan), sebagian menggosok-gosokkan tapak tangannya (dalam penyesalan), sebagian memegang pipinya dengan tangannya (dalam kecemasan), sebagian mengutuk pendapatnya sendiri, dan sebagian sedang mundur dari tekadnya. Tetapi waktu untuk beramal telah hilang dan saat bencana telah mendekat, "Padahal (waktu ituj bukanlah saat untuk lari melepaskan diri". (QS. 38:3) Sayang! Sayang! Yang hilang telah hilang! Yang pergi telah pergi! Dunia telah lewat dalam caranya yang biasa.
20
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 191 Dikenal sebagai al-Khuthbah al-Qâshi'ah (Khotbah Penghinaan)
Terdiri dari pelecehan terhadap iblis atas kesombongannya dan penolakannya untuk tunduk kepada Adam (as), dan karena ia merupakan yang pertama yang menunjukkan pembangkangan dan bertindak melalui kesombongan; ini merupakan suatu peringatan kepada manusia yang melangkah di jalan iblis. Segala puji bagi Allah yang memakai busana Kehormatan dan Kemuliaan dan telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri ketimbang bagi makhluk-Nya. la telah membuat jubah kebesaran itu tak terjangkau dan tak halal bagi selain-Nya. la telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri Yang Mahabesar dan telah melemparkan kutukan kepada yang hendak menyaingi-Nya dalam hal ini.
Ujian Allah pada Kesombongan Iblis
Kemudian la menguji para malaikat-Nya sehubungan dengan sifat-sifat ini, untuk membedakan mereka yang sederhana dan yang sombong. Allah yang mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati dan segala yang di alam ghaib, berkata,
'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, dan apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu sujud semuanya, kecuali iblis.' (QS. 38:71-74).
Kesombongan menghalanginya. Akibatnya, ia merasa sombong atas Adam karena asal penciptaannya, dan membanggakan diri kepada Adam karena asal kejadiannya. Maka musuh Allah itu adalah pemimpin orang-orang yang menyombongkan diri, dan pelopor kesombongan. lalah yang meletakkan fondasi pengelompokan, bertengkar dengan Allah tentang jubah kebesaran, menggunakan busana takabur dan menanggalkan baju kesederhanaan. Tidakkah Anda lihat betapa Allah merendahkannya dan menghinanya karena ia berlagak tinggi? la mencampakkannya di dunia ini dan menyediakan baginya api yang bernyala di akhirat.
Apabila Allah menhendaki untuk menciptakan Adam dari cahaya yang sinarnya akan menyilaukan mata, yang gagahnya akan mengherankan akal dan baunya akan menahan napas, la dapat berbuat demikian; dan apabila Ia telah berbuat demikian, manusia akan menunduk kepadanya dalam kerendahan dan percobaan kepada malaikat melaluinya akan menjadi lebih mudah. Tetapi Allah Yang Mahasuci mencoba makhluk-makhluk-Nya melalui hal-hal yang hakikatnya tidak mereka ketahui, untuk membedakan (baik dan buruk) bagi mereka melalui ujian itu, dan untuk membuang kesombongan dari mereka dan menjauhkan mereka dari kesombongan dan kagum-diri.
Anda harus mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan Allah terhadap iblis, yakni la menihilkan amal perbuatannya yang agung dalam waktu lama karena kesombongan sejenak, walaupun iblis telah menyembah Allah selama enam ribu tahun—apakah menurut perhitungan dunia ini atau dunia yang akan datang, tidak diketahui. Siapakah sekarang yang akan selamat dengan berbuat durhaka seperti itu? Tak ada sama sekali. Allah tak mungkin membiarkan seorang manusia masuk surga apabila ia berbuat hal yang sama yang untuk itu la mengeluarkan seorang penghuni langit darinya. Perintah-Nya kepada penghuni langit dan bumi adalah sama. Tak ada persahabatan antara Allah dan individu mana pun dari ciptaan-Nya sampai memberikan kepadanya izin untuk suatu hal yang tidak disukai yang telah ditetapkan-Nya sebagai haram bagi seluruh dunia.
Peringatan terhadap Iblis
Oleh karena itu, hendaklah Anda takut jangan sampai iblis menulari Anda dengan penyakit ini, atau menyesatkan Anda melalui seruannya, atau maju (menyerang) Anda dengan orang berkuda dan pasukan pejalan kakinya, karena, demi hidup saya, ia telah memasang panah pada busur untuk Anda, telah menarik busur dengan kuatnya, dan telah membidik Anda dari posisi yang dekat, dan,
"la (iblis) berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan merekasemuanya.'" (QS. 15:39)
Walaupun iblis telah mengatakan demikian hanya dengan menerka-nerka tentang masa depan yang ghaib, dan dengan dugaan-dugaan yang salah, namun putra-putra kesombongan, saudara-saudara kepongahan, dan pasukan berkuda kebanggaan dan intoleransi menyatakan dia sebagai yang benar, sedemikian rupa sehingga orang-orang yang pendurhaka di antara Anda sekalian menunduk kepadanya, dan keserakahannya atas Anda beroleh kekuatan, dan apa yang dahulunya merupakan rahasia tersembunyi berubah menjadi kenyataan yang terang, ia menebarkan kekuatan penuhnya atas Anda dan maju dengan pasukannya menghadapi Anda.
Kemudian mereka mendorong Anda ke dalam liang kehinaan, melemparkan Anda ke dalam badai pembantaian, dan memijak-mijak Anda, melukai Anda dengan menusuk mata Anda dengan lembing, memotong tenggorokan Anda, merobek lobang hidung Anda, mematahkan anggota badan Anda, dan mengambil Anda dengan tali kendali ke api yang telah tersedia. Dengan demikian ia menjadi lebih merugikan bagi agama Anda dan pemicu api (kejahatan) yang lebih besar tentang urusan duniawi Anda ketimbang musuh-musuh yang terhadapnya Anda menunjukkan perlawanan yang terbuka dan yang terhadapnya Anda memajukan pasukan Anda.
Anda harus mengerahkan segala kemampuan dan usaha Anda untuk melawan dia (iblis) karena, demi Allah, ia membangga-banggakan diri terhadap asal Anda (asal Adam), mempertanyakan kedudukan Anda dan meremehkan asal usul Anda. la maju kepada Anda dengan tentaranya, dan membawa pasukan infantrinya ke jalan Anda. Mereka memburu Anda dari setiap tempat, dan mereka mengenai Anda pada setiap sendi jari. Anda sama sekali tak mampu membela diri, tak dapat pula Anda memukul balik mereka dengan tekad bagaimanapun. Anda berada dalam ketebalan nista, lingkaran kesempitan, lapangan maut dan jalan kesusahan.
Karena itu Anda harus memadamkan api kesombongan dan nyala kepicikan yang tersembunyi dalam hati Anda. Kesombongan ini hanya dalam hati seorang Muslim dengan perbuatan iblis, kesombongannya, kejahatannya dan bisikan-bisikannya: Bangunlah jiwa Anda untuk menjunjung kesederhanaan, memijak-mijak rasa bangga-diri dan melepaskan kesombongan dari tengkuk Anda. Ambillah kerendahan hati sebagai senjata untuk menghadapi musuh Anda, iblis dan pasukannya. Pastilah ia mempunyai pejuang, penolong, infantri dan tentara berkuda dari setiap kaum. Jangan menjadi seperti dia yang berpura-pura unggul atas putra-putra ibunya sendiri tanpa suatu kekhususan yang diberikan kepadanya oleh Allah kecuali rasa cembuni yang diciptakan oleh rasa kebesaran dalam dirinya dan api kemarahan yang dinyalakan oleh kesombongan dalam hatinya, setelah itu Allah memberikan penyesalan kepadanya dan membuatnya bertanggung jawab bagi dosa dari semua pembunuh hingga ke Hari Pengadilan.
Peringatan terhadap Kesombongan
Berhati-hatilah! Anda berusaha dengan susah payah dalam kedurhakaan dan menciptakan kejahatan di muka bumi dalam melawan AUah secara terang-terangan dan menantang kaum mukmin tentang pertempuran. (Hendaklah Anda takut kepada) Allah! Allah! dalam merasa bangga akan kesombongan Anda dan menyombongkan kejahilan, karena inilah akar permusuhan dan rancangan iblis yang dengan itu ia telah menipu manusia-manusia zaman dahulu dan masa-masa yang telah berlalu, dengan hasil bahwa mereka jatuh ke dalam kegelapan jahilnya dan lobang kesesatannya, menyerah kepada dorongannya dan menerima kepemimpinannya. Dalam hal ini hati semua orang serupa, dan zaman-zaman berlalu, satu demi satu, dalam cara yang sama, dan ada kesombongan yang dengan itu dada terbebat.
Peringatan terhadap Menaati Pemimpin dan Sesepuh yang Sombong
Berhati-hatilah! Berhati-hatilah menaati para pemimpin dan orang tua yang merasa bangga akan hasil capaiannya dan membangga-banggakan nasabnya. Mereka melemparkan (tanggung jawab atas) hal-hal pada Allah dan bertengkar dengan Allah dalam apa yang la perbuat dengan mereka, menandingi keputusan-Nya dan membantah nikmat-nikmat-Nya. Sesungguhnya mereka adalah fondasi utama pembangkangan, tiang-tiang pokok kejahatan, dan pedang kesombongan jahiliah tentang nenek moyang. Karena itu, takwalah kepada Allah, dan jangan pula cemburu atas nikmat-Nya atas Anda,
[1] dan janganlah Anda menaati orang-orang yang mengaku (Islam) yang air kotornya Anda minum bersama air Anda yang bersih, yang penyakitnya Anda campur dengan kesehatan Anda dan yang kebatilan-kebatilannya Anda izinkan masuk ke dalam urusan-urusan Anda yang hak.
Mereka adalah fondasi kemungkaran dan barisan kedurhakaan. Iblis telah membuat mereka menjadi pembawa kesesatan dan (menjadikan mereka) tentara dengan siapa ia menyerang manusia. Mereka adalah juru takwil yang melalui mereka ia berbicara untuk mencuri pikiran Anda, memasuki mata Anda dan meniup ke dalarh telinga Anda. Secara ini ia membuat Anda menjadi mangsa panahnya, menjadi tanah pijakan langkah kakinya dan sumber kekuatan tangannya. Ambillah pelajaran dari hal bagaimana ia membawa kemurkaan Allah, pelanggaran, pembalasan dan hukuman atas orang-orang yang sombong di antara manusia. Ambillah pelajaran dari keterbaringan mereka pada pipi mereka dan jatuh pada sisi mereka, dan carilah pertolongan Allah dari bahaya kesombongan, sebagaimana Anda memohon perlindungan dari bencana.
Kerendahan Hati Nabi
Sungguh, apabila Allah akan mengizinkan seseorang untuk bergelimang dalam kebanggaan, la akan mengizinkannya kepada para nabi pilihan dan para wali-Nya. Tetapi Allah Yang Mahasuci tidak menyukai kesombongan bagi mereka, dan la menyukai kesederhanaan bagi Karena itu merela meletakkan pipi mereka ke tanah, menggosok waja mereka dengan debu, menundukkan diri bagi kaum mukmin dan tetap sebagai orang yang rendah. Allah menguji mereka dengan lapar, menimpakan kepada mereka kesulitan, menguji mereka dengan rasa takut, dan menyulitkan mereka dengan kesukaran. Oleh karena itu, janganlah mandang kekayaan dan keturunan sebagai tolok ukur keridaan dan kebencian Allah, karena Anda tak mengetahui kemungkinan dari kejahatan dan ujian dalam masa kaya dan berkuasa sebagaimana Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi telah berkata,
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenamya mereka tidak sadar." (QS. 23:55-56)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci raenguji makhluk-makhluk-Nya yang sombong akan diri mereka sendiri melalui orang-orang yang dicintai-Nya yang rendah di mata mereka.
Ketika Musa putra 'lmran mendatangi Fir'aun bersama saudaranya Harun dengan memakai baju bulu domba (yang kasar) dan memegang tongkat di tangan mereka, mereka menjamin dia tetap menguasai negaranya dan keberlanjutan kehormatannya apabila ia menyerah; tetapi ia (Fir'aun) berkata, "Tidakkah Anda heran akan dua orang ini menjamin kelanjutan kehormatan saya dan tetap menguasai negara saya padahal Anda melihat kemiskinan dan kerendahan mereka? Kalau tidak, mengapa mereka tidak memakai kalung emas di pergelangan mereka?" la berkata demikian dengan merasa bangga akan emasnya dan harta yang dikumpulkannya, dan memandang bulu domba dan pakaian darinya sebagai bukan apa-apa.
Ketika Allah Yang Mahasuci mengutus para rasul-Nya, apabila la menginginkan untuk membukakan bagi mereka perbendaharaan dan tambang emas dan (mengelilingi mereka dengan) taman-taman yang bertanaman dan mengumpulkan di sekitar mereka burung-burung dari langit dan binatang-binatang dari bumi, la dapat berbuat demikian. Apabila la telah berbuat demikian, maka tidak akan ada ujian, tidak ada balasan dan tidak ada kabar (tentang urusan dunia akhirat). Orang-orang yang menerima (risalah-Nya) tak dapat diberi balasan yang disebabkan karena adanya ujian, dan kaum mukmin tak akan patut mendapatkan ganjaran atas amal baik, dan semua kata-kata ini tak akan mempertahankan maknanya.[2] Tetapi Allah Yang Mahasuci membuat para rasul-Nya kukuh dalam tekad mereka dan memberikan kepada mereka kelemahan dalam penglihatan seperti yang dilihat dengan mata, bersama dengan kepuasan yang memenuhi hati dan mata sebagai akibat tidak adanya kerisauan dan dengan kebutuhan yang memedihkan mata dan telinga.
Apabila para rasul mempunyai wewenang yang tak dapat diserang, atau kehormatan yang dapat dirusak, atau wilayah ke arah mana leher-leher akan berpaling dan pelana tunggangan dapat dipasang, akan sangat mudah bagi manusia untuk mencari pelajaran dan sangat sulit untuk merasa sombong. Mereka akan terpaksa menerima keimanan karena takut yang dirasakan oleh mereka, atau kecenderungan akan menarik mereka, dan niat mereka semua akan sama walaupun tindakan mereka berbeda. Oleh karena itu, Allah Yang Mahasuci menetapkan bahwa manusia harus mengikuti para rasul-Nya, mengakui kitab-kitab-Nya, tetap merendah di hadapan wajah-Nya, menaati perintah-Nya dan menerima ketaatan kepada-Nya dengan tulus di mana tak boleh ada setitik pun dari sesuatu lainnya; dan karena ujian dan cobaan itu lebih keras maka ganjaran dan balasannya pun lebih besar.
Ka'bah
Tidakkah Anda melihat bahwa Allah Yang Mahasuci telah menguji di antara orang-orang yang datang ke sini, dimulai dengan Adam, hingga kepada yang terakbir di dunia ini dengan batu yang tidak memberikan suatu keuntungan ataupun kerugian, yang tidak melihat ataupun mendengar. la membuat batu-batu itu menjadi rumah-Nya yang suci dan la jadikan suatu andalan bagi manusia. la menempatkannya di bagian bumi yang paling kasar berbatu, dan di tanah tinggi yang di atasnya paling sedikit tanah, di antara lembah-lembah yang paling sempit di antara bukit-bukit yang kasar, lapangan pasir lembut, sumber dari air yang sedikit dan penduduk yang bertebaran, di mana tak ada unta maupun kuda ataupun sapi dan biri-biri dapat hidup makmur.
Kemudian la memerintahkan kepada Adam dan putra-putranya untuk memalingkan perhatian mereka ke arahnya. Dengan jalan ini ia menjadi pusat perjalanan mereka dalam mencari padang rumput dan tempat pertemuan hewan-hewan pengangkutnya, sehingga jiwa manusia bergegas ke arahnya dari berbagai gurun jauh yang tak berair, lembah-lembah yang dalam dan rendah dan pulau-pulau yang bertebaran di laut. Mereka menggoncangkan bahu mereka dalam kerendahannya, mengucapkan ikrar bahwa mereka telah mendengar panggilan-Nya, maju dengan kaki yang cepat, dan rambut yang kusut dan wajah berdebu. Mereka melemparkan penggalan-penggalan kain ke punggungnya, mereka melumuri keindahan wajahnya dengan meninggalkan rambut tak berpangkas, sebagai suatu ujian besar, cobaan yang keras, cobaan terang, dan penghalusan yang sangat. Allah telah menjadikannya sarana kepada rahmat-Nya dan pendekatan kepada surga-Nya.
Apabila Allah Yang Mahasuci telah menempatkan Rumah Suci-Nya dan tanda-tanda besar-Nya di antara perkebunan, sungai-sungai, lapangan yang lembut dan rata, pepohonan yang banyak, buah-buahan yang melimpah, penduduk yang padat, taman-taman yang subur, tanah-tanah yang hijau, lapangan-lapangan yang diairi, kebun buah-buahan yang berkembang, dan jalan-jalan yang ramai, jumlah imbalan akan berkurang karena ringannya ujian. Apabila fondasi di atas mana rumah itu didirikan dan batu yang dengannya (rumahj itu ditinggikan terdiri dari permata hijau dan batu merah delima, dan di sana ada kecerahan dan sinar cahaya, maka hal-hal ini akan mengurangi tindakan dari keraguan di dalam hati, akan sudah menghilangkan efek dari kegiatan iblis dari hati, dan akan menghentikan meluapnya rasa waswas pada manusia. Tetapi Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kesulitan, menghendaki mereka melakukan ibadah melalui kesulitan dan melibatkan mereka dalam kesusahan, semuanya untuk menarik keluar kesombongan dari hati mereka, untuk memukimkan kerendahan hati dalam jiwa mereka dan metnbuat semua ini suatu pintu terbuka bagi nikmat-nikmat-Nya dan sarana yang mudah bagi keampunan-Nya (atas dosa-dosa mereka).
Peringatan terhadap Pendurhakaan dan Kelaliman
(Takutlah kepada) Allah! Allah! akan akibat akhir pendurhakaan (di dunia akhirat), dan dari hasil buruk kesombongan, karena ia merupakan perangkap besar iblis dan tipuan besarnya yang memasuki hati manusia seperti racun yang mematikan. la tak pernah menjadi sia-sia, tidak salah terhadap siapa pun—baik yang terpelajar karena pengetahuannya, baik orang miskin dalam busana gombalnya.[3] Inilah hal yang terhadapnya Allah telah melindungi makhluk-makhluk-Nya yang beriman dengan sarana doa, sedekah, dan menanggung kesulitan berpuasa di hari-hari di mana hal itu telah diwajibkan, untuk memberikan kepada anggota-anggota badannya kedamaian, untuk melemparkan takut dalam mata mereka, untuk membuat jiwa mereka merendah, memberikan kepada hati mereka kesederhanaan dan untuk menyingkirkan kesombongan dari mereka. Semua ini tercapai melalui penutupan pipi mereka yang halus dengan debu dalatn kerendahan, dan mengempiskan perut mereka sampai mencapai punggungnya karena puasa dengan jalan kerendahan (di hadapan Allah), di samping memberikan segala macam hasil bumi kepada para fakir miskin dengan sarana sedekah.
Lihatlah apa yang ada dalam perbuatan-perbuatan ini dengan mengekang wajah kesombongan dan menekan jejak-jejak kepongahan. Saya melemparkan pandangan dan melihat bahwa tak seorang di dunia, kecuali Anda, merasa sombong atas apa saja tanpa suatu sebab yang mungkin muncul pada orang bodoh, atau nalar yang mungkin melekat pada pikiran orang tolol, karena Anda merasakan kesombongan atas sesuatu yang untuk itu tak ada alasan yang dapat dipilih, tak ada pula suatu dasar.
Tentang iblis, ia merasa sombong terhadap Adam karena asal-usulnya, dan mengejeknya tentang penciptaannya, ketika ia berkata, "Saya dari api sedang engkau (hanya) dari lempung." Dalam cara yang sama, orang kaya di antara kalangan yang makmur telah merasakan kesombongan karena kekayaan mereka, seperti firman (Allah),
"Dan mereka berkata, 'Kami telah banyak mempunyai harta dan anak-anak, dan kami tidak akan diazab.'" (QS. 34:35)
Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, dan Mengambil Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, Mengambil Pelajaran dari Masa Lalu Kalau Anda tak dapat mengelakkan kebanggaan, hendaklah kebanggaan itu dalam hal-hal yang sifatnya baik, amal perbuatan yang terpuji dan hal-hal yang mengagumkan, yang dengan itu para keluarga Arab yang mulia menunjukkan dirinya, seperti akhlak yang menarik, pikiran yang mulia, sikap yang terhormat dan perilaku yang baik. Anda juga harus menunjukkan kebanggaan (hanya) dalam kebiasaan yang terpuji seperti perlindungan kepada tetangga, pemenuhan janji, ketaatan kepada yang baik, perlawanan kepada yang sombong, mengulurkan kedermawanan kepada orang lain, berpantang mendurhaka, menjauh dari pertumpahan darah, berlaku adil kepada manusia, menekan kemarahan, dan menghindari kekacauan di bumi. Anda pun harus takut akan bencana yang menimpa manusia sebelum Anda karena perbuatan mungkar mereka dan perbuatan-perbuatan mereka yang tercela. Ingatlah, dalam keadaan baik atau buruk, apa yang terjadi pada mereka, dan berhati-hatilah agar Anda tidak menjadi seperti mereka.
Setelah Anda memikirkan kondisi-kondisi manusia ini, tautkanlah diri Anda pada segala yang dengan itu kedudukan mereka menjadi terhormat, yang karena itu musuh-musuh (selalu) menjauh dari mereka, yang melalui itu keamanan tersebar atas mereka, yang dengan alasan itu kekayaan menunduk kepada mereka, dan sebagai hasilnya kemuliaan menghuhungkan dirinya dengan tali mereka. Hal-hal ini ialah berpantang dari perpecahan, bersiteguh pada persatuan, saling menyeru kepadanya dan saling menasihati tentang hal itu. Anda harus menjauhi segala sesuatu yang mematahkan tulang punggung mereka dan melemahkan kekuatan mereka, seperti dengki di dalam hati, kebencian di dada, berpaling (dari saling menolong) dan menahan tangan dari membantu orang lain.
Pikirkanlah tentang keadaan orang-orang di kalangan kaum mukmin yang telah berlalu sebelum Anda. Betapa besar kesusahan dan ujian yang mereka alami! Bukankah mereka orang yang paling berbeban berat dan dalam keadaan yang paling genting di seluruh dunia? Para Fir'aun mengambil mereka sebagai budak. Mereka (para Fir'aun itu) menimpakan kepada mereka hukuman yang paling buruk dan penderitaan yang paling pahit. Mereka terus-menerus dalam keadaan terhina yang membinasakan dan ketundukan yang keras. Mereka tidak mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dan tak ada jalan perlindungan. Hingga, ketika Allah Yang Mahasuci melihat bahwa mereka sedang menanggung kesukaran karena cinta kepada-Nya dan memikul kesusahan karena takwa kepada-Nya, la memberikan kelepasan dari kesusahan dan cobaan itu. Maka la mengubah kehinaan mereka menjadi kemuliaan, dan takut menjadi aman. Akibatnya, mereka menjadi raja-raja penguasa dan pemimpin-pemimpin yang mencolok, dan nikmat Allah atas mereka mencapai batas-batas di mana keinginan mereka tidak sampai.
Lihatlah bagaimana mereka ketika mereka dalam kelompok-kelompoknya, pandangan mereka sepakat, hati mereka sederhana, tangan-tangan mereka saling menolong, pedang mereka diniatkan untuk saling membantu, mata mereka tajam dan tujuan mereka sama. Tidakkah mereka menjadi majikan dari penjuru-penjuru bumi dan penguasa atas leher semua yang di dunia? Sesudah itu, lihat pula apa yang terjadi pada mereka menjelang akhir ketika perpecahan menyusul mereka, persatuan menjadi retak, dan perbedaan antara kata-kata mereka dan hati mereka. Mereka berpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok dan bertebaran dan saling berperang di antara sesamanya. Kemudian Allah mengambil dari mereka busana kehormatan-Nya dan merebut dari mereka kemakmuran yang dihasilkan oleh nikmat-nikmat-Nya. Hanya riwayat mereka yang tertinggal di antara Anda untuk menunjuki orang-orang yang dapat memperoleh pelajaran dari mereka.
Anda harus mengambil pelajaran dari nasib keturunan Ismâ'îl, anak-anak Ishâq dan anak-anak Isrâ'îl. Betapa sama urusan mereka dan betapa akrab contoh-contoh mereka. Sehubungan dengan detail-detail perpecahan dan ketidaksatuannya, ingatlah hari-hari ketika para Khosru Persia dan Kaisar Roma telah menjadi majikan-majikannya.[4] Mereka (para penakluk) mengeluarkan mereka dari padang-padang rumput tanah mereka, sungai-sungai 'Iraq dan kesuburan dunia, ke arah hutan-hutan berduri, jalan-jalan angin (panas) dan kesukaran dalam rezeki. Secara ini mereka (para penakluk) mengubah mereka menjadi sekadar penggembala unta. Rumah-rumah mereka adalah yang terburuk di dunia dan tempat tinggal mereka paling terlanda kekeringan. Tak ada satu suara ke arah mana mereka dapat berpaling untuk perlindungan, tak ada naungan kasih sayang yang pada kekuatannya mereka dapat meletakkan amanat.
Keadaan mereka penuh kesusahan. Tangan mereka bertebaran. Mayoritas mereka terpecah belah. Meteka dalam kecemasan besar dan di bawah lapisan-lapisan kejahilan. Mereka menguburkan anak-anak perempuannya, menyembah berhala, mengabaikan kekeluargaan dan melaksanakan perampokan.
Sekarang, lihatlah berbagai nikmat Allah atas mereka; la mengutus kepada mereka seorang nabi yang membuat mereka membaiatkan ketaatan mereka kepadanya dan membuat mereka bersatu atas seruannya. (Lihatlah) betapa nikmat (Allah) membentangkan sayap nikmatnya ke atas mereka dan mengalirkan bagi mereka sungai-sungai nikmatnya, dan seluruh masyarakat menjadi terbungkus oleh kemakmuran yang penuh bahagia. Sebagai akibatnya, mereka terselam di bawah kenikmatannya dan menikmati kehidupannya yang subur. Urusan mereka diselesaikan di bawah lindungan penguasa yang kuat, dan keadaan memberikan kepada mereka kemuliaan yang melimpah, dan semua hal menjadi mudah bagi mereka di bawah bantuan negara yang kuat. Mereka menjadi penguasa dunia dan raja-raja dari (berbagai) bagian bumi. Mereka menjadi majikan dari orang-orang yang dahulunya adalah majikan mereka, dan mulai mengeluarkan perintah-perintah atas orang-orang yang dahulu memerintah mereka. Mereka begitu kuat sehingga lembing mereka tidak perlu diuji lagi dan senjata mereka tidak bercela.
Mengutuk Kaumnya
Hati-hatilah! Anda telah menggoyang tangan Anda menjadi longgar dari tali ketaatan, dan memecahkan benteng Ilahi di sekitar Anda (dengan mengandalkan) aturan-aturan jahiliah. Sungguh, adalah hikmat besar Allah Yang Mahasuci, bahwa la telah melahirkan di kalangan jamaah umat ini persatuan melalui tali kasih sayang yang dalam naungannya mereka berjalan dan bemaung. Itu suatu rahmat yang nilai-nya tak disadari oleh siapa pun di seluruh dunia, karena hal itu lebih berharga dari setiap harga dan lebih tinggi dari setiap kekayaan.
Hendaklah Anda ketahui bahwa Anda telah kembali lagi kepada kedudukan Arab Badui setelah Anda berhijrah (ke Islam), dan telah menjadi partai-partai yang berselisih setelah dahulu bersatu. Anda tidak memiliki sesuatu tentang Islam selain namanya, dan tidak mengetahui keimanan selain pamerannya. Anda katakan, "Api pun jadilah, tetapi tidak kedudukan memalukan," seakan-akan Anda akan menjatuhkan Islam pada wajahnya untuk dapat menghinakan kemuliaannya dan memutuskan baiatnya (bagi persaudaraan) yang diberikan Allah kepada Anda sebagai amanat suci pada bumi-Nya dan (sumber) kedamaian di antara manusia. Yakinlah bahwa apabila Anda cenderung kepada sesuatu selain Islam, orang kafir akan memerangi Anda. Maka tak akan ada lagi Jibril dan Mika'il, tak ada Muhajirin dan Anshar untuk menolong Anda, tetapi hanya ada gemerincing pedang, sampai Allah menyelesaikan urusan bagi Anda.
Sungguh, ada contoh-contoh sebelum Anda tentang kemurkaan Allah, hukuman, hari-hari siksaan dan kejadian. Oleh karena itu, jangan mengabaikan janji-janji-Nya, jangan mengabaikan hukuman-Nya, mengentengkan kemurkaan-Nya dan tidak mengharapkan kegarangan-Nya, karena Allah Yang Mahasuci tidak mengutuk zaman-zaman lalu kecuali karena mereka telah meninggalkan (kewajiban) untuk menyuruh orang berbuat baik dan mencegah mereka berbuat buruk. Sesungguhnya Allah mengutuk orang-orang bodoh karena melakukan perbuatan dosa, dan orang bijaksana karena melepaskan diri dari mencegah orang berbuat kemungkaran. Hati-hatilah! Anda telah memutuskan rantai Islam, telah melanggar batas-batasnya, dan telah menghancurkan perintah-perintahnya.
Kedudukan Tinggi Amirul Mukminin dan Perbuatan Islam yang Menakjubkan
Hati-hatilah! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada saya untuk memerangi mereka yang memberontak atau membuat kekacauan di bumi. Mengenai para pelanggar baiat, saya telah memerangi mereka; mengenai para penyeleweng dari kebenaran, saya telah melancarkan perang suci terhadap mereka; dan mengenai orang-orang yang telah keluar dari agama, saya telah menempatkan mereka dalam kehinaan (yang parah).[5]
Mengenai iblis di lobang, ia pun telah saya tanggulangi melalui pekikan keras, yang dengan itu jeritan hatinya dan goncangan dadanya juga kedengaran.[6] Hanya sebagian kecil dari pemberontak yang tertinggal. Apabila Allah memberikan kepada saya satu kesempatan lagi atas mereka, saya akan menumpas mereka kecuali sedikit sisa yang mungkin tinggal bertebaran di pinggiran-pinggiran kota.
Bahkan ketika saya masih anak-anak, saya telah merendahkan dada para lelaki Arab (yang kenamaan), dan mematahkan ujung tanduk (yakni mengalahkan para kepala) suku Rabi'ah dan Mudhar. Pastilah Anda tahu akan kekerabatan saya yang dekat dan hubungan saya yang khusus dengan Rasulullah (saw). Ketika saya masih kanak-kanak, beliau mengasuh saya. Beliau biasa menekankan saya ke dada beliau dan membaringkan saya di sisi beliau di tempat tidur beliau, mendekatkan tubuh beliau kepada saya dan membuat saya mencium bau beliau. Beliau biasa mengunyah sesuatu kemudian menyuapi saya dengannya. Beliau tidak mendapatkan kebohongan dalam pembicaraan saya, tak ada pula kelemahan dalam suatu tindakan saya.
Sejak waktu penyapihannya, Allah telah menempatkan seorang malaikat yang kuat bersama beliau untuk membawa beliau sepanjang jalan akhlak yang luhur dan perilaku yang baik, siang dan malam, sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji. Setiap tahun beliau pergi menyendiri ke bukit Hira', di mana saya melihat beliau tetapi tak seorang pun lainnya melihat beliau. Di hari-hari itu Islam tidak teidapat di rumah mana pun selain rumah Rasulullah (saw) dan Khadijah, sementara saya adalah orang ketiga dari keduanya. Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.
Ketika wahyu turun kepada Nabi Allah (saw), saya mendengar bunyi keluhan iblis. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, keluhan apakah itu?" dan beliau menjawab, "Ini iblis yang telah kehilangan segala harapan untuk disembah. Ya, 'Ali, Anda melihat apa yang saya lihat dan Anda mendengar apa yang saya dengar, kecuali bahwa Anda bukan nabi; tetapi Anda adalah seorang wazir dan sesungguhnya Anda pada (jalan) kebajikan."
Saya bersama beliau ketika sekelompok orang Quraisy datang seraya berkata kepada beliau, "Hai, Muhammad, Anda telah membuat suatu pengakuan besar yang tak ada dari nenek moyang kalangan famili Anda telah melakukannya. Kami meminta kepada Anda satu hal; apabila Anda memberi jawaban atasnya kepada kami, kami akan mempercayai bahwa Anda adalah seorang nabi dan rasul; tetapi, apabila Anda tak dapat (memenuhinya), kami akan tahu bahwa Anda seorang penyihir dan pembohong."
Rasulullah berkata, "Apa yang Anda minta?" Mereka berkata, "Suruhlah pohon ini berpindah bagi kami, bahkan dengan akar-akamya, dan berhenti di hadapan Anda." Nabi menjawab, "Apabila Allah melakukannya untuk Anda, apakah Anda akan percaya dan memberi kesaksian atas kebenaran itu?" Mereka berkata, "Ya." Maka beliau berkata, "Saya akan menunjukkan kepada Anda apa yang Anda kehendaki, tetapi saya tahu bahwa Anda tak akan tunduk kepada kebajikan, dan ada di antara Anda sekalian orang-orang yang akan dilemparkan ke dalam lobang dan orang-orang yang akan membentuk partai-partai (melawan saya)." Kemudian Nabi Suci berkata, "Hai pohon, apabila Anda beriman kepada Allah dan Hari Pengadilan, dan mengetahui bahwa saya adalah Rasul Allah, datanglah dengan akar-akar Anda dan berdirilah di hadapan saya atas izin Allah." Derni Dia yang mengutus beliau dengan kebenaran, pohon itu berpindah sendiri dengan dengungan besar dan kepakan seperti kepakan sayap burung, sampai ia berhenti di hadapan Rasulullah, sementara beberapa rantingnya menurun sampai ke bahu saya, dan saya berada di sisi kanan Nabi Suci.
Ketika orang-orang itu melihatnya, mereka berkata dengan bangga dan sombong, "Sekarang Anda perintahkanlah separuhnya datang kepada Anda sedang yang separuhnya lagi tinggal (di tempatnya)." Nabi memerintahkan pohon itu untuk berlaku seperti itu. Kemudian setengah dari pohon itu maju kepada beliau secara yang mencengangkan dan dengan dengungan yang lebih keras, hampir menyentuh Rasulullah. Kemudian mereka berkata, dengan tidak beriman dan secara memberontak, "Suruhlah yang setengah itu kembali (berpadu) kepada sesamanya dan menjadi seperti semula." Nabi memerintahkannya dan pohon itu pun kembali. Lalu saya berkata, "Ya Rasulullah, saya yang pertama beriman kepada Anda dan mengakui bahwa pohon itu telah melakukan apa yang baru saja telah dilakukannya dengan perintah Allah Yang Mahamulia, sebagai saksi atas Kenabian Anda dan untuk meninggikan kata Anda. Atasnya semua orang itu berteriak, "Malah seorang penyihir, seorang perabohong; itu sihir yang menakjubkan, ia sangat mahir dalam hal itu. Hanya lelaki seperti ini (sambil menunjuk kepada saya) dapat berdiri sebagai saksi kepada Anda dalam urusan Anda." Sungguh, saya termasuk kepada kelompok manusia yang ddak mempedulikan ejekan siapa pun dalam urusan mengenai Allah. Wajah mereka adalah wajah orang benar dan ucapan mereka adalah ucapan orang berkebajikan. Mereka berjaga di waktu malam (dalam ibadat kepada Allah) dan menjadi menara (petunjuk) di siang hari. Mereka berpegang teguh pada tali Al-Qur'an, menghidupkan sunah-sunah Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak menyombong dan tidak bergelimang dalam mengagumi diri, tidak menyeleweng dan tidak membuat bencana. Hati mereka berada di surga, sedang tubuh mereka sibuk beramal. •
[1] Maksudnya ialah, "Anda tak boleh menciptakan kondisi yang memungkinkan Anda kehilangan nikmat Allah, seperti orang cemburu yang bertujuan merugikan orang yang dicemburuinya".
[2] Maksudnya, apabila keimanan diterima karena paksaan, karena keterpesonaan dan ketakutan, dan ibadat dilakukan karena pengaruh kekuasaan dan wewenang, maka hal itu bukanlah iman dalam pengertian yang sesungguhnya dan bukan pula ibadat dalam ruhnya yang sejati. Karena iman adalah kesaksian batin dan keyakinan hati. Keyakinan yang ditimbulkan oleh kekuatan luar dan paksaan hanya bersifat lahiriah tetapi tidak terasa di hati. Demikian pula, ibadah adalah pengakuan terbuka tentang ketundukan dan kehambaan seseorang. Ibadah yang kosong dari rasa pengabdian atau rasa pembaktian dan yang hanya dilakukan karena wewenang atau takut, tak dapat dipandang sebagai ibadah yang sejati. Oleh karena itu keimanan dan ibadah seperti itu tidak menghadirkan maknanya yang benar.
[3] Alasan bagi pengkhususan orang terpelajar dan orang miskin ialah bahwa orang terpelajar mempunyai cahaya pengetahuan untuk membimbingnya, sedang orang miskin tak mudah berlaku demikian karena keadaan tak mengizinkannya. Walaupun demikian, orang kaya maupun orang miskin jatuh ke dalam tipuannya. Maka bagaimana orang jahil dapat menyelamatkan diri dari cengkeramannya, membela diri dan melawannya?
Tidak! Sesungguhnya manusia pemberontak!
Karena dia mengira dirinya tidak memerlukan!
[4] Apabila dipandang sekilas timbul dan jatuhnya peritiwa-peristiwa dan kejadian orang-orang di zaman dahulu, kenyataan akan bersinar seperti siang bahwa timbul dan jatuhnya komunitas-komunitas bukanlah hasil keberuntungan atau kebetulan; sebagian besarnya dipengaruhi oleh amal perbuatan mereka. Dan jenis apa pun amal dan perbuatan itu, akibat dan konsekuensinya sesuai dengan itu. Karena itu, riwayat dan peristiwa orang zaman dahulu secara terbuka mencerminkan bahwa hasil penindasan dan perbuatan mungkar selalu merupakan keruntuhan dan kehancuran, sedang akibat perbuatan bajik dan kehidupan damai selalu merupakan keberuntungan dan keberhasilan. Karena waktu dan manusia tidak menjadi soal, apabila kondisi yang sama muncul lagi dan tindakan itu diulangi lagi, hasil yang sama akan timbul sebagaimana telah muncul dalam rangkaian keadaan sebelumnya, karena terjadinya akibat perbuatan baik atau buruk adalah pasti sebagaimana watak dan efek dari segala sesuatu. Apabila tidak demikian, maka tak mungkin menghidupkan harapan dalam pikiran kaum tertindas dengan menyajikan kepada mereka peristiwa-peristiwa di waktu lalu dan efek-efeknya, tak dapat pula para zalim dan tiran diperingatkan tentang akibat buruk dari perbuatan mereka atas dasar bahwa hal yang sama akan terjadi sekarang sebagaimana telab terjadi sebelumnya. Tetapi, universalitasnya sebab akibat itulah yang membuat peristiwa masa lalu sebagai obyek pelajaran bagi orang yang akan datang. Sekaitan dengan itu, tujuan Amirul Mukminin adalah untuk membangkitkan pemikiran dan pertimbangan, dan menyebutkan berbagai pengalaman Banî Isma'îl, Banî Ishâq, Banî Isrâ'îl, dan penderitaan mereka di tangan para raja Persia dan Romawi.
Keturunan Ismâ'il (as), putra sulung Nabi Ibrâhîm (as), dinamakan Banî Ismâ’il sedang keturunan putra bungsunya Ishâq dinamakan BanT Ishâq, yang kemudian terus terpecah-pecah menjadi berbagai suku dan beroleh berbagai nama. Asal tempat kediaman mereka ialah Kanaan di Palestina, di mana Ibrâhîm (as) menetap setelah hijrahnya dari dataran sekitar Efrat dan Tigris. Putranya IsmS'fl | menetap di Hijaz, di mana Ibrâhîm meninggalkannya bersama ibunya Hajar. Ismâ’il (as) kawin dengan Sayyidah binti Mudhadh, wanita suku Jurhum yang juga menduduki daerah itu. Keturunan Isma'Tl muncul dari Sayyidah dan kemu-dian tersebar ke seluruh dunia. Ishâq (as) tetap tinggal di Kanaan. Putranya, Ya'qub (as) (Isrâ'îl) yang kawin dengan Liya, putri saudara ibu Ishâq (as), dan setelah matinya Liya ia kawin dengan saudara istrinya. Keduanya melahirkan keturunan yang dikenal sebagai BanT Isra'il. Salah seorang putranya ialah Yûsuf (as) yang sampai ke Mesir melalui suatu insiden; setelah menjadi budak dan dipenjarakan, akhirnya Yûsuf (as) menjadi orang yang berkuasa di Mesir. Setelah perubahan ini, ia memanggil seluruh kerabatnya dan dengan demikian Mesir menjadi tempat kediaman Banî Isrâ'îl. Selama beberapa waktu mereka tinggal di sana dan menjalani kehidupan yang terhormat, tetapi kemudian penduduk setempat mulai memandang mereka dengan muak dan benci dan menjadikan mereka sasaran segala macam kelaliman, sampai membunuh putra-putra mereka dan menawan kaum wanitanya sebagai budak. Akibatnya, tekad dan keberanian mereka terinjak-injak, dan semangat kemerdekaan mereka ditaklukkah sama sekali. Akhirnya keadaan berubah dan masa kesukaran mereka berakhir, setelah diperbudak selama empat ratus tahun, ketika Allah mengutus Mûsa (as) untuk membebaskan mereka dari penindasan Fir'aun. Musa (as) berangkat dengan mereka meninggalkan Mesir, tetapi untuk menghancurkan Fir'aun Allah mengarahkan mereka ke sungai Nil, yang di depan mereka banjir besar dan di belakangnya pasukan besar Fir'aun sedang mengejar. Ini sangat membingungkan mereka, tetapi Allah memerintahkan Musa untuk memasuki sungai itu tanpa takut. Ketika Mûsa (as) maju, muncul di sungai itu jalan untuk dilewati. Mûsa menyeberangi sungai itu bersama Banî Isra'il sementara Fir'aun menyusulnya dari belakang. Ketika Fir'aun melihat mereka melewatinya, ia pun maju dengan tentaranya. Tetapi ketika mereka sampai di tengah, air yang tenang itu bergerak melanda Fir'aun dan tentaranya dengan gelombangnya dan menghabisi mereka. Tentang hal ini Al-Qur'an mengatakan,
"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu." (QS. 2:49)
Setelah meninggalkan Mesir, ketika mereka memasuki negeri Palestina, mereka mendirikan negara sendiri lalu mulai hidup dalam kemerdekaan, dan Allah mengubah kerendahan dan kehinaan mereka menjadi kebesaran dan kemuliaan, pemerintahan dan kekuasaan. Sehubungan dengan ini, Allah berfirman,
"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempumalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bant Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka." (QS. 7:137)
Ketika naik tahta kekuasaan dan beroleh kemakmuran dan kesejahteraan, Banî Isra'fl melupakan segala penderitaan dan kehinaannya di masa perbudakan. Ketimbang bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikanNya, mereka mendustakan-Nya dan memberontak. Mereka mengumbar hawa nafsu dan perilaku buruk serta berbuat bencana dan kemungkaran sampai ke puncaknya, menghalalkan hal-hal yang haram dan mengharamkan hal-hal yang halal dengan dalih-dalih yang batil, dan melanggar para nabi yang berusaha berdakwah dan memperbaiki mereka atas perintah Allah, bahkan membunuh mereka. Sebagai akibat alami dari kegiatan mungkarnya, mereka tertimpa hukuman. Akibatnya, Nebukadnezar yang berkuasa di Babilonia, 'Iraq, sekitar 600 SM, menyerbu Suriah dan Palestina lalu membunuh 70.000 orang Bant Isra'il dengan pedangnya yang haus darah, menghancurkan kota-kotanya dan menggiring para tawanannya seperti biri-biri ke dalam jurang kenistaan dengan menjadikannya budak. Walaupun setelah ke runtuhan ini nampaknya tak ada jalan bagi mereka untuk mendapatkan kembali kedudukan dan kekuasaannya, namun alam masih memberikan kepada mereka kesempatan lagi. Ketika Nebukadnezar mati dan kekuasaan jatuh kepada Belsyazar, ia melakukan segala macam penindasan kepada rakyat. Karena muak atas kelalimannya, mereka memberi kabar kepada Raja Persia bahwa mereka tak sabar lagi menanggung kelaliman penguasanya dan memintanya supaya menyelamatkan mereka dari penindasan Belsyazar. Cyrus Agung, raja Persiayang adil, menyambut pennohonan mereka, dan dengan kerjasama penduduk setempat ia menggulingkan pemerintahan itu. Belenggu Banî Isra'il dilepaskan dan mereka diizinkan pulang ke Palestina. Demikianlah, setelah penindasan selama tujuh puluh tahun, mereka kembali ke Palestina dan mendirikan lagi pemerintahan di sana.
Apabila mereka telah mengambil pelajaran dari pengalamannya maka mercka tidak akan melakukan kemungkaran yang seperti dulu lagi, yang mengakibatkan mereka diperbudak. Tetapi sikap mental komunitas itu sedemikian sehingga bilamana mereka mencapai kemakmuran dan kemerdekaan karena keprihatinan, mereka tenggelam lagi dalam mabuk kekayaan dan foya-foya, mengejek hukum-hukum agama, menghina para nabi, bahkan membunuh mereka. Atas permintaan buah hatinya, raja mereka Herodes memenggal kepala Nabi Yahya dan menyuguhkannya kepada kekasihnya itu. Tak ada di antara mereka yang mengangkat suara protes. Demikianlah kekasaran dan kekejian mereka ketika muncul Nabi 'lsa. la melarang mereka berbuat mungkar dan menyuruh mereka mengerjakan kebaikan, tetapi mereka pun menentangnya dan memberikan berbagai kesukaran kepadanya, bahkan mencoba membunuhnya, namun Allah menggagalkan rencana mereka dan menyelamatkan 'lsa. Ketika pembangkangan mereka mencapai tahap ini dan kemampuan mereka untuk menerima petunjuk telah terhapus habis, nasib menentukan untuk menghancurkan mereka dan mengatur persiapan bagi pembasmian mereka. Penguasa Roma, Vespasianus, mengirim putranya Titus untuk menyerang Suriah dan mengepung Yerusalem, menghancurkan rumah-rumah dan merusak dinding kanisah mereka. Akibatnya, ribuan penduduknya meninggalkan kampung halaman dan bertebaran di luar negeri, sementara ribuan lainnya mati kelaparan, dan yang tertinggal dibunuh. Kebanyakan dari mereka tinggal di Hijaz; tetapi, karena menentang Nabi Muhammad (saw), persatuan mereka terganggu sedemikian rupa sehingga mereka tak dapat lagi menduduki tempat kehormatan dan tak dapat beroleh kehidupan terhormat sebagai ganti kehinaan dan kenistaan.
Demikian pula, penguasa Persia melakukan serangan serius ke Arabia dan menundukkan penduduknya. Raja Persia, Syapûr, yang baru berusia enam belas tahun membawa empat ribu pejuang dan menyerang orang Arab yang tinggal di perbatasan Persia, kemudian maju ke Bahrain, Qathif dan menghancurkan Banî Tamîm, Banî Bakr ibn Wa'il dan Banî 'Abd al-Qais, dan memotong bahu 70.000 orang Arab, yang setelah itu beroleh julukan Dzul-Aktaf ("pembahu"). la memaksa orang Arab tinggal di kemah-kemah yang dibangun dengan rambut, harus memelihara rambut panjang, memakai pakaian putih dan menunggang kuda tanpa pelana. Kemudian ia menempatkan 12.000 orang dari mereka di Isfahan dan kota-kota lain di Persia di wilayah sekitar 'Iraq dan Suriah. Secara ini ia menggiring penduduk tempat-tempat itu dari tanah subur ke belantara gersang yang tak mempunyai kemudahan hidup maupun sarana rezeki. Lama kaum itu menjadi korban penindasan orang lain karena perpecahan mereka. Akhiraya Allah mengutus Nabi dan mengangkat mereka dari kehinaan ke puncak kemakmuran dan kemuliaan.
[5] Amirul Mukminin 'Ali, Abû Ayyub al-Anshari, Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari, 'Abdullah ibn Mas'ud, 'Ammar ibn Yasir, Abfl Sa'id al-Khudri, dan 'Abdullah ibn 'Abbas meriwayatkan bahwa Nabi telah memerintahkan 'Ali ibn Abi Thalib untuk memerangi orang-orang pelanggar baiat (nâkitsûn), penyeleweng dari kebenaran (qâsithûn), dan orang-orang yang meninggalkan agama (mâriqûn). (Mustadrak, III, h. 139; al-Isti'ab, III, h. 1117; Usd al-Ghdbah, III, h. 32-33; ad-Durr al-Mantsur, VI, h. 18; al-Khasha'ish al-Kubrâ, II, h. 138; Majma' az-Zawa'id, V, h. 186 dan VI, h. 235 dan VII, h. 238; Kanz al-'Ummâl, VI, h. 72, 82, 88, 155, 215, 319, 391, 392; Tarikh Baghdâd, VIII, h. 340, h. 186-187; Tarikh Ibn Katsîr, VII, h. 304-306; ar-Riyâdh an-Nâdhirah, II, h. 240; Syarh al-Mawâhib al-Laduniyyah, III, h. 316-317; Mawadhdhah al-Auham, I, h. 386.) Ibn Abil Hadid mengatakan, "Telah dibuktikan (dengan periwayatan yang benar) dari Nabi bahwa beliau berkata kepada 'Ali,
'Anda akan memerangi para pelanggar janji, para penyeleweng dari kebenaran, dan orang-orang yang meninggalkan agama.'"
Pelanggar janji adalah kaum Jamal, karena melanggar baiat mereka kepadanya. Penyeleweng dari kebenaran adalah orang Suriah (Syam) di Shiffin. Orang yang meninggalkan agama adalah kaum Khariji. Tentang ketiga kelompok ini Allah berfirman,
"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri...." (QS. 48:10)
(Tentang kelompok yang kedua) Allah berfirman,
"Adapun orang-omg yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka mejadi kayu api bagi neraka jahanam." (QS. 72:15)
Mengenai kelompok yang ketiga, Ibn Abil Hadid merujuk hadis berikut: Bukhari, ash-Shahih, IV, h. 166-167; Muslim, ash-Shahih, m, h. 109-117; Tarmidzi, al-Jami' al-Shahih, IV, h. 481; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. h. 59-62; an-Nasa'i, as-Sunan, II, h. 65-66; Malik ibn Anas, d-Muwaththa', h. 204-205; ad-Daraquthni, as-Sunan, III, h. 131-132; ad-Darimî, as-Sunan, II, h. 133; Abû Dawûd, as-Sunan, IV, h. 241-246; al-Hakim, al-Mustadrak, II, h. 145-154 dan IV, h. 531; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, I, h. 88, 140, 147, dan III, h. 56, 65; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, VIII, h. 170-171. Semuanya telah meriwayatkan melalui sekelompok sahabat Nabi bahwa beliau berkata tentang Dzul Khuwaishirah (julukan Dzuts-Tsudayyah Hurqûs ibn Zuhair at-Tamimi, pemimpin kaum Khariji).
"Dari keturunan orang ini akan muncul orang yang membaca Al-Qur'an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka; mereka akan membunuh para pengikut Islam dan akan membiarkan pemuja berhala. Mereka akan memandang sekilas melalui ajaran Islam sama tergesa-gesanya seperti panah melewati mangsanya. Apabila saya sampai mendapatkan mereka, saya akan membunuh mereka seperti kaum 'Ad."
Kemudian Ibn Abil Hadid melanjutkan,
"Ini suatu tanda kenabian (Nabi Muhammad saw) dan ramalannya tentang pengetahuan rahasia." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183)
[6] Dengan "iblis di lobang", rujukannya ialah Dzuts-Tsudayyah (yang nama lengkapnya telah disebutkan dalam catatan nomor 5 di atas, yang terbunuh di Nahrawan oleh sambaran kilat dari langit, dan tak ada orang lagi yang perlu metnbunuhnya dengan pedang. Nabi telah meramalkan kematiannya. Oleh karena itu, setelah menumpas kaum Khariji di Nahrawan, Amirul Mukminin keluar mencari, tetapi tidak menemukan mayatnya di mana-mana. Sementara itu, ar-Rayyan ibn Shabirah melihat sekitar empat puluh atau lima pupuh mayat di dalam lobang di tepi terusan. Ketika mayat-mayat itu dikeluarkan, mayat Dzuts-Tsudayyah juga terdapat di antara mereka. la dinamai Dzuts-Tsudayyah karena sebongkok daging di bahunya. Ketika Amirul Mukminin melihat mayatnya, ia berkata, "Allah Maha-besar, tidak saya berkata bohong, tidak pula saya dibohongi." (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183-184; ath-Thabari, I, h. 3383-3384; Ibn Atsir, III, h. 348).
21
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 192 Ini berhubungan dengan sahabat Amirul Mukminin yang bernama Hammam[1] yang taat beribadah, yang berkata kepadanya, "Ya Amirul Mukminin, gambarkan kepada saya tentang orang takwa sehingga seakan-akan saya melihatnya." Amirul Mukminin mengelak jawabannya seraya berkata, "Hai Hammam, bertakwalah kepada Allah dan laksanakanlah amal saleh karena "sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS. 16:126) Hammam tak puas dengan itu dan mendesaknya untuk berbicara. Atasnya Amirul Mukminin memuji Allah dan memuliakan-Nya seraya memohon salawat-Nya atas Nabi, lalu berkata:
Kemudian daripada itu, Allah Yang Mahasuci dan Mahamulia menciptakan (semua) ciptaan. la menciptakan mereka tanpa suatu keperluan akan ketaatan mereka atau supaya selamat dari perbuatan dosa mereka, karena dosa dari seseorang yang berbuat dosa tidak merugikan Dia dan tidak pula ketaatan seseorang yang menaati-Nya raenguntungkan-Nya. la telah membagi-bagikan di antara mereka rezeki mereka dan telah menetapkan bagi mereka kedudukan mereka di dunia.
Maka, orang yang takwa di dalamnya adalah orang yang mulia. Bicara mereka langsung ke tujuan, pakaian mereka sederhana, gaya mereka merendah. Mereka menutup mata mereka terhadap apa yang telah diharamkan Allah kepada mereka, dan mereka menempatkan telinga mereka kepada pengetahuan yang berguna bagi mereka. Mereka tinggal di waktu ujian seakan-akan mereka berada dalam kesenangan. Apabila tidak ada tenggang karena kegairahan (mereka) bagi ganjaran dan ketakutan mereka akan siksaan. Keagungan Pencipta duduk di dalam hatinya sehingga segala sesuatu selainnya nampak kecil di matanya. Maka bagi raereka surga adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka nikmati kesenangannya. Bagi mereka neraka adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka tanggung siksanya.
Hati mereka sedih, mereka terlindung dari kemungkaran, badan mereka kurus, keperluan mereka sedikit, dan jiwa mereka suci. Mereka menanggung (kesukaran) untuk sementara waktu singkat, dan sebagai akibatnya mereka mendapat kesenangan untuk waktu panjang. Itu perniagaan yang menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia bertujuan kepada mereka, tetapi mereka tidak bertujuan kepada dunia. la menangkap mereka tetapi mereka membebaskan diri darinya dengan tebusan.
Di malam hari mereka berdiri di kakinya sambil membaca bagian-bagian dari Al-Qur'an dan membacakannya dengan cara yang terukur dengan baik, menciptakan melaluinya rasa sedih bagi mereka sendiri, yang dengan itu mereka mencari pengobatan bagi sakit mereka. Apabila mereka menemukan suatu ayat yang menimbulkan gairah (untuk surga) mereka mengikutinya dengan ingin sekali mendapatkannya dan ruh mereka berpaling kepadanya dengan gairah, dan mereka merasa seakan-akan (surga) itu berada di hadapannya. Dan bilamana mereka menemukan ayat yang mengandung ketakutan (kepada neraka), mereka membungkukkan telinga hatinya kepadanya, dan merasa seakan-akan bunyi neraka dan jeritannya mencapai telinga mereka. Mereka membungkukkan diri dah punggung mereka, bersujud pada dahinya, telapak tangan mereka, lutut mereka dan jari kaki mereka, dan memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk keselamatan mereka. Di siang hari mereka tabah, terpelajar, bajik dan takwa. Takut (kepada Allah) telah membuat mereka kurus seperti panah. Apabila seseorang melihat mereka ia akan percaya bahwa mereka sakit, walaupun mereka tidak sakit, dan ia akan mengatakan bahwa mereka telah menjadi gila. Nyatanya, keprihatinan besar telah membuat mereka "gila".
Mereka tidak puas dengan amal baik mereka yang sedikit, dan tidak memandang perbuatan besar mereka sebagai besar. Mereka selalu menyalahkan dirinya sendiri dan takut akan perbuatan mereka. Bilamana kepada seseorang di antara mereka dikatakan dengan menyanjung, ia berkata, "Saya lebih tahu tentang diri saya ketimbang orang lain, dan Tuhan saya lebih mengenal saya daripada siapa pun. Ya Allah, jangan memperlakukan saya seperti apa yang mereka katakan, dan jadikanlah kiranya saya waktu (hidup) yang telah ditentukan bagi masing-masing, jiwa mereka tidak akan tinggal dalam jasad mereka walaupun hanya sekejap mata, karena kegairahan (mereka) bagi ganjaran dan ketakutan mereka akan siksaan. Keagungan Pencipta duduk di dalam hatinya sehingga segala sesuatu selainnya nampak kecil di matanya. Maka bagi mereka surga adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka nikmati kesenangannya. Bagi mereka neraka adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka tanggung siksanya.
Hati mereka sedih, mereka terlindung dari kemungkaran, badan mereka kurus, keperluan mereka sedikit, dan jiwa mereka suci. Mereka menanggung (kesukaran) untuk sementara waktu singkat, dan sebagai akibatnya mereka mendapat kesenangan untuk waktu panjang. Itu perniagaan yang menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia bertujuan kepada mereka, tetapi mereka tidak bertujuan kepada dunia. la menangkap mereka tetapi mereka membebaskan diri darinya dengan tebusan.
Di malam hari mereka berdiri di kakinya sambil membaca bagian-bagian dari Al-Qur'an dan membacakannya dengan cara yang terukur dengan baik, menciptakan melaluinya rasa sedih bagi mereka sendiri, yang dengan itu mereka mencari pengobatan bagi sakit mereka. Apabila mereka menemukan suatu ayat yang menimbulkan gairah (untuk surga) mereka mengikutinya dengan ingin sekali mendapatkannya dan ruh mereka berpaling kepadanya dengan gairah, dan mereka merasa seakan-akan (surga) itu berada di hadapannya. Dan bilamana mereka menemukan ayat yang mengandung ketakutan (kepada neraka), mereka membungkukkan telinga hatinya kepadanya, dan merasa seakan-akan bunyi neraka dan jeritannya mencapai telinga mereka. Mereka membungkukkan diri dari punggung mereka, bersujud pada dahinya, telapak tangan mereka, lutut mereka dan jari kaki mereka, dan memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk keselamatan mereka. Di siang hari mereka tabah, terpelajar, bajik dan takwa. Takut (kepada Allah) telah membuat mereka kurus seperti panah. Apabila seseorang melihat mereka ia akan percaya bahwa mereka sakit, walaupun mereka tidak sakit, dan ia akan mengatakan bahwa mereka telah menjadi gila. Nyatanya, keprihatinan besar telah membuat mereka "gila".
Mereka tidak puas dengan amal baik mereka yang sedikit, dan tidak memandang perbuatan besar mereka sebagai besar. Mereka selalu menyalahkan dirinya sendiri dan takut akan perbuatan mereka. Bilamana kepada seseorang di antara mereka dikatakan dengan menyanjung, ia berkata, "Saya lebih tahu tentang diri saya ketimbang orang lain, dan Tuhan saya lebih mengenal saya daripada siapa pun. Ya Allah, jangan memperlakukan saya seperti apa yang mereka katakan, dan jadikanlah kiranya saya lebih baik dari apa yang mereka pikirkan tentang saya, dan ampunilah saya (atas kekurangan) yang tidak mereka ketahui."
Keistimewaan seseorang di antara mereka ialah bahwa Anda akan melihat dia mempunyai kekuatan dalam agama, tekad berbareng dengan kelenturan, iman dengan keyakinan, gairah dalam (mencari) ilmu pengetahuan dalam kesabaran, sederhana dalam kekayaan, khusyuk dalam ibadah, syukur dalam kelaparan, sabar dalam kesulitan, keinginan pada yang halal, keridaan akan petunjuk, dan kebencian atas keserakahan. la melaksanakan amal kebajikan, tetapi masih merasa takut. Di sore hari ia cemas bersyukur (kepada Allah). Di pagi hari ia cemas untuk mengingat (Allah). la melewati malam dalam ketakutan dan bangkit di pagi hari dalam kegembiraan—takut kalau-kalau malam dilewati dalam kelupaan, dan gembira atas nikmat dan rahmat yang diterimanya. Apabila dirinya me-nolak untuk bersabar atas sesuatu yang tidak disukainya, ia tidak mem-berikan permohonannya atas apa yang disukainya. Kesejukan terletak pada apa yang akan berlangsung selama-lamanya, sedang dari hal-hal (duniawi) yang tidak langgeng ia menjauh. la menyalurkan pengetahuan dengan sabar, dan berbicara dengan amal perbuatan.
Anda akan melihat harapan-harapannya sederhana, kekurangannya sedikit, hatinya takwa, ruhnya puas, makanannya sedikit dan sederhana, hawa nafsunya mati dan marahnya tertekan. Hanya kebaikan yang diharapkan dari dia. Kejahatan dari dia tak harus ditakuti. Bahkan apabila ia ter-dapat di antara orang-orang yang lupa (kepada Allah), ia tethitung di antara orang-orang yang ingat (kepada Allah), tetapi apabila sedang di antara orang-orang yang ingat ia tidak termasuk di antara orang yang lupa. la memaafkan orang yang lalim kepadanya, dan ia memberi kepada orang yang berbuat aniaya kepadanya. la berlaku baik kepada orang yang berlaku buruk kepadanya.
Pembicaraan tak sopan jauh dari dia, ucapannya lembut, kejahatannya tak ada, kebajikannya selalu hadir, kebaikannya ke depan, kejahatan memalingkan wajahnya (dari dia). la bermartabat dalam bencana, sabar dalam kesusahan, syukur dalam kelapangan. la tidak berlaku berlebihan atas orang yang dibencinya, dan tidak berbuat dosa demi orang yang ia cintai. la mengakui kebenaran sebelum bukti diberikan untuk menentangnya. la tidak menyalahgunakan apa yang diamanatkan kepadanya, dan tidak melupakan apa yang dituntut untuk diingat. la tidak memanggil orang dengan nama-nama bumk, ia tidak menyebabkan kerugian kepada tetangganya, ia tidak merasa senang atas musibah orang lain, ia tidak memasuki kebatilan dan tidak keluar dari yang benar.
Apabila ia diam, diamnya tidak menyusahakannya, apabila ia tertawa ia tidak mengangkat suaranya, dan apabila ia disalahi ia bersabar sampai Allah membalas atas namanya. Dirinya sendiri dalam kesusahan karena dia, sedang orang lain berada dalam kelapangan karena dia. la menempat-kan dirinya dalam kesukaran demi kehidupannya di akhirat, dan membuat orang merasa aman dari dia. Menjauhnya dia dari orang lain adalah dengan zuhud dan penyucian, dan kedekatannya kepada orang kepada siapa ia dekat adalah dengan kelembutan dan kasih sayang. Menjauhnya dia bukan dengan cara sombong atau merasa besar, tidak pula kedekatannya melalui tipuan dan kicuhan.
Diriwayatkan bahwa Hammam terpesona dalam-dalam lalu meninggal. Kemudian Amirul Mukninin berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, saya telah mengkhawatirkan hal ini tentang dia." Kemudian beliau menambahkan, "Nasihat yang efektif menghasilkan efek semacam itu pada pikiran yang mau menerima." Seseorang[2] berkata kepadanya, "Hai Amirul Mukminin, bagaimana maka Anda tidak menerima efek semacam itu?" Amrul Mukminin menjawab, "Celaka bagimu. Untuk kematian ada saat tertentu yang tak dapat dilewati, dan (ada) suatu penyebab yang tidak berubah. Sekarang lihatlah, jangan sekali-kali kaulangi pembicaraan semacam itu, yang telah diletakkan iblis pada lidahmu." •
[1] Menurut Ibn Abil Hadid, yang dimaksud ialah Hammam ibn Syuraih, sedang menurut al-'Allamah al-Majlisi ialah Hammam ibn 'Ubadah.
[2] Orang itu ialah 'Abdullah ibn al-Kawwâ', seorang pemuka kaum Khariji dan lawan besar Amirul Mukminin.
KHOTBAH 193 Salah seorang Kharijt, al-Burj ibn Mus-hir ath-Thâ'î mengangkat slogan, "La hukma illâ lillâh" sedemikian rupa sehingga Amirul Mukminin mendengarnya. Ketika mendengarnya, ia berkata:
Diamlah, semoga Allah membuat Anda menjadi buruk, wahai Anda yang bergigi patah. Sesungguhnya, demi Allah, bilamana kebenaran terwujud, saat itu kepribadian Anda lemah dan suara Anda terdiam. Tetapi bilamana kebatilan mulai berteriak dengan keras, Anda muncul lagi seperti terompet seorang anak. •
KHOTBAH 194 Pujian kepada Allah, Nasihat tentang Takwa kepada Allah dan Rincian tentang Hari Pengadilan
Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan efek-efek sedemikian rupa tentang wewenangnya dan kesucian dari kemuliaan-Nya melalui keajaiban-keajaiban dari kekuasaan-Nya sehingga mereka menyilaukan biji mata dan mencegah pikiran menilai hakikat dari sifat-sifat-Nya. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dengan keimanan, kepastian, ketulusan dan keyakinan. Saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya yang diutus-Nya ketika tanda-tanda petunjuk telah dihapus dan jalan agama telah sepi. Maka beliau membentangkan kebenaran, memberi nasihat kepada manusia, memberi petunjuk kepada kebajikan dan memerintahkan mereka untuk menjadi sederhana. Semoga Allah memberi salawat dan salam kepada beliau dan keturunannya.
Ketahuilah, wahai para hamba Allah, bahwa la tidak menciptakan Anda dengan sia-sia dan tidak membiarkan Anda. la mengetahui luasnya nikmat-Nya dan besarnya karunia-Nya kepada Anda. Karena itu mintalah kepada-Nya keberhasilan dan tercapainya tujuan. Memohonlah ke hadapan-Nya dan carilah kemurahan-Nya. Tak ada tirai yang menyembunyikan Anda dari Dia, tak ada pintu yang tertutup di hadapan Anda terhadap Dia. la ada pada setiap tempat, pada setiap saat dan pada setiap keadaan. la bersama setiap manusia dan jin. Memberi tidak menimbulkan suatu kekurangan pada-Nya. Memberi hadiah tidak menyebabkan pengurangan pada-Nya. Seorang pengemis tak dapat menghabiskan Dia, dan membayar (kepada orang lain) tidak dapat menyebabkan la kehabisan.
Satu orang tak dapat memalingkan perhatian-Nya dari orang lain, satu suara tidak menghalangi Oia dari suara lain, dan satu pemberian nikmat tidak mencegah-Nya dari menolak nikmat yang lain. Marah tidak mencegahnya dari belas kasihan, belas kasihan tidak mencegahnya dari menghukum; ketersembunyian-Nya tidak menyembunyikan maujud-Nya, dan maujud-Nya tidak mencegah-Nya dari ketersembunyian-Nya. la dekat dan sekaligus jauh. la tinggi dan pada saat yang sama juga rendah. la maujud dan juga tersembunyi. la tersembunyi namun termasyhur. la meminjamkan tetapi tidak dipinjami apa pun. la tidak menciptakan ciptaan setelah merancang, tidak pula la mengambil bantuan mereka karena lelah.
Saya nasihati Anda, wahai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah, karena (nasihat) itu adalah kendali dan tiang (agama). Berpegang-teguhlah pada pokok-pokoknya yang menonjol, peganglah terus hakikat-hakikataya. Itu akan membawa Anda ke tempat kediaman yang lapang, tempat-tempat kesenangan, benteng-benteng keamanan dan rumah-rumah kemuliaan pada Hari (Pengadilan) itu, "Hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak," (QS. 14:42) ketika akan ada kegelapan di mana-mana, ketika kelompok-kelompok kecil unta hamil sepuluh bulan akan diberi izin untuk merumput dengan bebas, dan ketika sangkakala ditiup, kemudian setiap yang hidup akan mati, setiap suara akan menjadi bisu, gunung-gunung yang tinggi dan batu-batu yang keras akan runtuh (berkeping-keping) sehingga batu-batunya yang keras akan berubah menjadi pasir yang bergerak, dan dasar-dasarnya akan menjadi rata. (Pada hari itu) tidak akan ada perantara untuk tnengantarai dan tidak ada keluarga untuk menjauhkan (kesusahan), dan tak ada dalih yang dapat diperoleh. •
KHOTBAH 195 Keadaan Dunia pada Waktu Pengangkatan Kenabian, Fananya Dunia ini dan Keadaan Penghuninya
Allah mengutus Nabi ketika tidak ada tanda petunjuk, tak ada obor yang metnberikan cahaya, dan tak ada jalan yang terang.
Saya nasihati Anda, wahai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah, dan saya peringatkan kepada Anda tentang dunia ini yang adalah rumah dari mana perpisahan tak terelakkan, dan suatu tempat kegelisahan. Orang yang tinggal di dalamnya harus berpisah, dan orang yang tinggal di sini harus meninggalkannya. la melayang dengan manusianya seperti kapal yang diombang-ambingkan oleh angin keras kesana kemari. Sebagian dari mereka tenggelam dan mati, sementara sebagian melarikan diri di permukaan gelombang di mana angin mendorong mereka dengan arusnya dan membawa mereka ke dalam bahaya (bagi) mereka. Maka, segala yang tenggelam tak dapat dipulihkan, dan semua yang melarikan diri sedang berada dalam perjalanan menuju kehancuran.
Wahai para hamba Allah, mestinya Anda ketahui sekarang bahwa Anda harus melaksanakan amal (baik), karena (sekarang) lidah Anda bebas, tubuh Anda sehat, anggota badan Anda mempunyai gerakan, tempat datang perginya Anda luas dan jalan untuk Anda berlari lebar, sebelum kehilangan kesempatan atau mendekatnya kematian. Ambillah mendekatnya kematian sebagai suatu kenyataan yang telah berlaku dan jangan berpikir bahwa ia baru akan datang (sesudah ini). •
KHOTBAH 196 Ketertautan Amirul Mukminin kepada Nabi Pelaksanaan Upacara Penguburan Beliau
Para sahabat Muhammad (saw) yang merupakan penjaga (risalah Ilahi) mengetahui bahwa sama sekali saya tidak pemah membangkang kepada Allah atau Rasul-Nya (saw),[1] dan berkat keberanian yang dengan itu Allab memuliakan saya,[2] saya mendukungnya dengan hidup saya, pada kesempatan-kesempatan di mana bahkan orang gagah berani berpaling dan kaki-kaki tinggal di belakang (ketimbang maju ke depan).
Ketika Nabi (saw) wafat, kepala beliau berada di dada saya, dan napas beliau (yang terakhir) meniup pada tangan saya dan saya menyalurkannya ke wajah saya. Saya memandikan jenazah beliau (saw), dan para malaikat membantu saya. Rumah dan halaman penuh dengan mereka. Satu partai dari mereka sedang turun dan yang lain sedang naik. Telinga saya terus menangkap suara-suara dengungan ketika mereka memohonkan salawat Allah atas beliau, sampai kami memakamkan beliau ke dalam kubur. Maka siapakah yang mungkin mempunyai hak yang lebih besar pada beliau ketimbang saya selama hidupnya dan setelah wafatnya? Oleh karena itu, bergantunglah pada kecerdasan Anda dan jadikanlah niat-niat Anda suci dalam memerangi musuh-musuh Anda, karena saya bersumpah demi Dia yang tiada tuhan selain Dia, bahwa saya berada pada jalan kebenaran dan bahwa mereka (musuh) berada di jalan batil yang menyesatkan. Anda mendengar apa yang saya katakan, dan saya memohon keampunan Allah atas diri saya dan diri Anda. •
[1] lbn Abil Hadid menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, X, h. 180-183), kata-kata Amirul Mukminin bahwa tak pernah ia melanggar perintah Nabi adalah semacam sindiran kepada orang-orang yang tak merasa ragu-ragu menolak perintah Nabi, dan kadang-kadang bahkan menghalanginya. Misalnya, di masa perdamaian Hudaibiyah, Nabi setuju untuk membicarakan perdamaian dengan kaum kafir Quraisy. Salah seorang sahabat beliau menjadi demikian berang sehingga ia mengungkapkan keraguan tentang kenabian beliau, yang atasnya Abu Bakar berkata,
"Celaka bagimu! Teruslah berpegang pada beliau. Pastilah beliau Rasul Allah dan la tidak akan meruntuhkannya."
Kata pendahulu sumpah itu, inna, dan kata penekan, lam, yang digunakan di sini untuk menciptakan keyakinan tentang kenabian menunjukkan bahwa orang yang dialamati kata-kata itu telah menyimpang lebih jauh dari sekadar ragu-ragu, karena kata-kata penekanan ini hanya digunakan bila tahap penolakan telah tercapai. Namun, apabila keimanan menuntut tidak adanya keraguan, hadimya keraguan haruslah menyiratkan makna cacat dalam keimanan, sebagaimana dikatakan dalam firman Allah,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah.orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu ...." (QS. 49:15)
Seperti itu pula, ketika Nabi bermaksud melakukan salat jenazah 'Ubay ibn Salûl, sahabat itu juga berkata kepada beliau, "Bagaimana maka Anda bermaksud, memohonkan keampunan bagi pemimpin para munafik?" Dan ia bahkan menarik untuk menjauhkan Nabi dengan memegang baju beliau. Kemudian Nabi sampai mengatakan, "Tak ada tindakan saya yang di luar perintah Allah." Sama seperti itu, perintah Nabi untuk menyertai pasukan Usamah ibn Zaid juga diabaikan. Yang terbesar dari semua pembangkangan ini diperlihatkan sehubungan dengan niat Nabi untuk menuliskan wasiat beliau; tuduhan besar dilakukan terhadap Nabi, yang membuktikan tidak hadirnya iman dalam perintah syariat, dan menciptakan keraguan atas setiap perintah tentang apakah hal itu berdasarkan wahyu Ilahi atau na'udzu billâh, hanya akibat kelainan mental.
[2] Siapa yang dapat menyangkal bahwa singa Allah yang selalu berjaya, 'Ali ibn Abi Thalib (as), menjadi perisai Nabi dalam setiap saat gawat dan melaksanakan kewajiban melindungi beliau dengan sikap berani dan gagah perkasa yang dikamniakan Allah kepadanya? Kesempatan pertama baginya untuk mempetaruhkan nyawanya adalah ketika kaum kafir Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi, dan 'Ali tidur di tempat tidur beliau sementara dikepung oleh musuh yang mengancam dengan pedang, yang dengan itu musuh tidak berhasil mencapai tujuannya. Kemudian, dalam pertempuran-pertempuran di mana musuh menyerang Nabi secara bersama-sama, dan di mana bahkan kaki para pahlawan kenamaan tak dapat berdiri kukuh, Amirul Mukminin tetap tabah dengan panji Islam di tangannya. Ibn 'Abdil Barr dan al-Hakim menulis tentang itu,
"Ibn 'Abbas berkata bahwa 'Ali mempunyai empat keutamaan yang tidak dipunyai siapa pun lainnya. Pertama, ia orang pertama di antara Arab dan non-Arab yang salat bersama Rasulullah. Kedua, ia selalu memegang panji Islam dalam setiap pertempuran. Ketiga, ketika orang-orang melarikan diri dari Nabi, 'Ali tetap bersama beliau. Dan keempat, ialah yang memandikan jenazah Nabi dan meletakkannya dalam kuburnya'." (al-hti'ab, III, h. 1090; al-Mustadrak 'alâ ash-Shahihain, III, h. 111)
Suatu kajian tentang jihad yang dilakukan di masa Nabi tidak meninggalkan keragu-raguan bahwa, kecuali dalam pertempuran Tabuk di mana Amirul Mukminin tidak ikut serta, semua pertempuran menyaksikan keperkasaannya dan semua keberhasilan adalah karena keberaniannya. Dalam Perang Badr tujuh puluh kafir terbunuh, setengah darinya tewas oleh pedang 'Ali. Di Perang Uhud, ketika kemenangan berubah menjadi kekalahan sebagai akibat kaum Muslim menyibukkan diri dalam mengumpul harta rampasan, dan melarikan diri di bawah serangan mendadak oleh musuh, Amirul Mukminin tetap tabah, dengan memandang jihad sebagai kewajiban agamawi, dan menunjukkan keperkasaan yang demikian hebat dalam mendukung dan membela Nabi, sehingga Nabi dan malaikat pun mengakuinya. Lagi, dalam Perang Khandaq (parit), Nabi disertai tiga ribu mujahid, tetapi tak seorang pun berani menghadapi 'Amr ibn 'Abdawadd. Akhirnya Amirul Mukminin membunuhnya dan menyelamatkan kaum Muslim dari kehinaan. Dalam Perang Hunain, kaum Muslim bangga karena jumlah mereka sepuluh ribu orang sedang kaum kafir hanya empat ribu, tetapi di sini pun mereka meloncat berebut harta rampasan, yang mengakibatkan kaum kafir beroleh kesempatan dan menyerbu mereka. Kaiena bingung oleh serangan mendadak ini, kaum Muslim melarikan diri sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an,
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai." (QS. 9:25)
Pada kesempatan ini Amirul Mukminin bersiteguh seperti batu karang, dan pada akhirnya kemenangan tercapai dengan pertolongan Allah.
KHOTBAH 197 Sifat Allah yang Mahatahu
Allah mengetahui teriakan hewan-hewan di hutan, dosa orang yang ter-pencil, gerakan ikan-ikan di laut yang dalam dan meluapnya air oleh angin badai. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah pilihan Allah, pembawa wahyu-Nya dan rasul dari rahmat-Nya.
Keuntungan Takwa kepada Allah
Kemudian daripada itu, saya nasihati Anda untuk bertakwa kepada Allah, Yang menciptakan Anda untuk pertama kalinya; kepada-Nya tempat kembali Anda, pada-Nya terletak keberhasilan tujuan Anda, dan pada-Nya berakhir (semua) hasrat Anda, kepada-Nya mengarah jalan Anda yang benar dan la adalah tujuan takwa Anda (untuk mencari perlindungan). Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah obat bagi hati Anda, penglihatan bagi kebutaan jiwa Anda, penyembuhan bagi sakit tubuh Anda, pelurus keburukan dada Anda, penyuci kecemaran pikiran Anda, cahaya dari kegelapan mata Anda, hiburan bagi ketakutan hati Anda, dan kecerahan bagi suramnya kejahilan Anda.
Oleh karena itu, jadikanlah ketaatan kepada Allah jalan hidup Anda, dan bukan sekadar busana luar Anda; jadikan itu kebiasaan batin Anda ketimbang hanya kebiasaan lahiriah, cukup halus untuk masuk melalui rusuk-rusuk Anda (sampai ke hati), pemandu bagi semua urusan Anda, tempat pengairan bagi turunnya Anda (pada Hari Pengadilan), perantara untuk mencapai tujuan-tujuan Anda, tempat perlindungan pada hari ketakutan Anda, lampu pada bagian dalam kubur Anda, sahabat bagi kesepi-an Anda yang panjang, dan keselamatan dari kesulitan tempat kediaman Anda. Sesungguhnya, ketaatan kepada Allah adalah suatu perlindungan terhadap petaka yang mengelilingi, bahaya-bahaya yang diperkirakan dan nyala api yang bernyala-nyala.
Oleh karena itu, maka barangsiapa memelihara takwa kepada Allah, kekacauan menjauh dari dia setelah mendekat, urusan menjadi manis setelah pahitnya, gelombang (kesusahan) mundur dari dia setelah mengerubutinya, kesukaran menjadi mudah baginya setelah terjadi, kemurahan menghujan lebat atasnya setelah kekeringan, rahmat membungkuk kepadanya setelah enggan, nikmat-nikmat (Allah) meloncat kepadanya setelah dikeringkannya, dan berkat turun kepadanya dalam curahan setelah jarang. Maka bertakwalah kepada Allah yang memberi manfaat kepada Anda dengan nasihat-Nya yang baik, berdakwah kepada Anda melalui Rasul-Nya, dan memberi Anda dengan nikmat-nikmat-Nya. Berbaktilah Anda dalam ibadah, dan bebaskan diri Anda dari hutang kewajiban menaati Allah.
Tentang Islam
Islam ini adalah agama yang telah dipilih Allah sendiri, mengembangkannya di hadapan mata-Nya sendiri, memilihnya sebagai yang terbaik antara ciptaan-Nya, memapankan tiang-tiangnya pada cinta-Nya. La telah merendahkan agama-agama lain dengan memberikan kemuliaan kepadanya. la telah merendahkan semua umat di hadapan keluhurannya; la telah merendahkan musuh-musuhnya dengan kebaikan-Nya, dan membuat lawan-lawannya kesepian dengan memberikan kepadanya dukungan-Nya. la telah meremukkan pilar-pilar kesesatan dengan tiang-tiang sokogurunya. la memuaskan orang yang haus dengan waduk airnya, dan memenuhi waduk-waduk melalui orang-orang yang menimba airnya.
la membuat Islam sedemikian sehingga bagian-bagian yang membentuknya tak mungkin patah, hubungannya tak mungkin berpisah, konstruksinya tak mungkin runtuh, sokogurunya tak mungkin lapuk, tumbuhannya tak mungkin tercabut, waktunya tak mungkin berakhir, hukum-hukumnya tak mungkin kadaluwarsa, sayap-sayapnya tak mungkin terpotong, bagian-bagiannya tak mungkin menjadi sempit, kemudahannya tak mungkin menjadi kesulitan, kejelasannya tak mungkin dipengaruhi kesuraman, jalan-jalannya yang luas tak mempunyai kesempitan, lampu-lampunya tak kenal padam, dan manisnya tak mengandung kepahitan.
la terdiri dari sokoguru-sokoguru yang basisnya telah dipancangkan Allah dalam kebenaran, dan fondasinya la kuatkan, dan sumber-sumber yang sungainya selalu penuh air, dan lampu-lampu yang nyalanya penuh cahaya dan mercusuar-mercusuar yang dengan pertolongannya para musafir mendapatkan petunjuk, dan tanda-tanda yang melaluinya terdapat suatu jalan yang sampai ke jalan-jalan besar dan tempat-tempat pengairan yang menyediakan air bagi orang-orang yang datang kepadanya. Allah telah menempatkan dalam Islam puncak keridaan-Nya, puncak tiang-tiang-Nya, dan kemenonjolan dari ketaatan kepada-Nya. Karena itu, di hadapan Allah sokoguru-sokogurunya kuat, konstruksinya tinggi, bukti-buktinya cerah, apinya menyala, wewenangnya kuat, mercusuamya tinggi dan kehancurannya sukar. Oleh karena itu Anda harus menghormatinya, meng-ikutinya, memenuhi kewajiban-kewajibannya dan memberikan kepadanya kedudukan yang sesuai baginya.
Tentang Nabi
Kemudian Allah Yang Mahasuci mengutus Muhammad (saw) dengan Kebenaran di suatu saat ketika kehancuran dunia sudah hampir dan kehidupan akhirat sudah dekat, ketika kecerahannya sedang berubah menjadi suram setelah bercahaya, telah menyusahkan bagi para penghuninya, permukaannya telah menjadi kasar, dan kebusukannya telah mendekat. Itulah saat dunia dalam kepayahan dari kehidupannya pada mendekatnya tanda-tanda (kebusukan), keruntuhan penghuninya, pemutusan hubungan-hubungannya, terseraknya urasan-urasannya, busuknya tanda-tandanya, terbongkarnya urusan-urusan rahasianya, dan menyingkatnya panjangnya. Allah telah menugaskan beliau untuk menyampaikan risalah-Nya dan (suatu sarana) kehormatan bagi umatnya, suatu masa berkembang bagi manusia di hari-hari itu, suatu sumber martabat bagi para pendukung dan kehormatan bagi para penolongnya.
Tentang Al-Qur'an Suci
Kemudian Allah mengirimkan kepada beliau Kitab sebagai cahaya yang nyalanya tak dapat dipadamkan, suatu lampu yang sinarnya tidak mati, suatu laut yang dalamnya tak dapat diduga, suatu jalan yang arahnya tidak menyesatkan, sinar yang cahayanya tidak menjadi gelap, pemisah (baik dan buruk) yang hujahnya tidak melemah, penjelas yang fondasi-fondasinya tak dapat dibongkar, suatu obat yang tidak meninggalkan kekhawatiran terhadap penyakit, suatu kehormatan yahg pendukung-pendukungnya tidak dikalahkan, dan suatu kebenaran yang para penolongnya tidak ditinggalkan. Oleh karena itu, ia merupakan tambang iman dan pusatnya, sumber pengetahuan dan samudranya, kebun keadilan dan kolam-kolam airnya, batu fondasi Islam dan bangunannya, lembah kebenaran dan lapangan-lapangannya, samudra yang tak dapat dikeringkan oleh orang-orang yang menimba air, suatu tempat pengairan yang tak dapat dihabiskan oleh orang-orang yang datang untuk mengambil air, suatu perhentian kercta yang dalam bergerak kepadanya para musafir tidak akan kehilangan jalan, panji-panji yang tak ada pelangkah gagal melihatnya dan tanah tinggi yang orang-orang yang mendekatinya tak dapat mengatasinya.
Allah telah menjadikannya pemuas haus orang yang berilmu, kembang bagi hati ulama, jalan raya bagi jalan-jalan orang saleh, obat yang setelah itu tak ada lagi sakit, sinar cahaya di mana tak ada kegelapan, tali yang pegangannya kuat, kubu yang puncaknya tak teratasi, kehormatan bagi orang yang mencintainya, suatu kedamaian bagi orang yang memasukinya, petunjuk bagi orang yang mengikutinya, dalih bagi orang yang menempuhnya, hujah bagi mereka yang berhujah dengannya, pembawa beban bagi orang yang memikulnya, kereta bagi orang yang mengamalkannya, panji bagi orang yang mencari jalan, perisai bagi orang yang mempersenjatai diri (terhadap kesesatan), pengetahuan bagi orang yang mendengarkan dengan cermat, riwayat yang pantas bagi orang yang meriwayatkannya, dan keputusan terakhk bagi orang yang menetapkan keputusan. •
KHOTBAH 198 Mengandung nasihat yang diberikan oleh Amirul Mukminin kepada para sahabatnya
Tentang Shalat
Wajibkan diri Anda sendiri dengan Shalat dan tetaplah teguh atasnya; lakukanlah Shalat sebanyak mungkin dan carilah kedekatan (kepada Allah) melaluinya, karena "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya". (QS. 4:103) Tidakkah Anda mendengar jawaban orang-orang neraka ketika mereka ditanyai, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS. 74:42-43) Sungguh, shalat menjatuhkan dosa-dosa seperti jatuhnya daun-daun (pepohonan), dan menyingkirkannya seperti tali disingkirkan dari leher hewan ternak. Rasfllullah (saw) mengibaratkannya dengan air (mandi) panas yang terdapat di pintu (rumah) seseorang yang mandi di dalamnya lima kali sehari. Maka adakah suatu kotoran tertinggal padanya?
Kewajibannya diakui oleh orang-orang mukmin yang tiada perhiasan dari kekayaan dan tiada sejuknya mata yang dihasilkan oleh anak-anak dapat memalingkannya darinya. Allah Yang Mahasuci berkata,
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat...." (QS. 24:37)
Bahkan setelah mendapat jaminan akan surga, Rasulullah (saw) berusaha keres untuk shalat karena perintah Allah Yang Mahasuci.
"Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. 20:132)
Kemudian Nabi Allah menyuruh para pengikut beliau untuk mengerjakan shalat dan berusaha untuk itu.
Tentang Zakat
Kemudian, zakat telah ditetapkan bersama Shalat sebagai suatu pengorbanan (untuk disampaikan) oleh umat Islam. Barangsiapa membayarnya dengan kesucian rohaninya, ia (zakat) merupakan penyuci baginya dan suatu perlindungan dan perisai teihadap api (neraka). Karena itu maka tak ada orang (yang tnembayarkannya) akan merasa tertaut padanya sesudahnya, dan tidak pula merasa sedih atasnya. Barangsiapa membayarnya tanpa niat menyucikan hatinya, ia mengharapkan darinya lebih banyak dari yang pantas atasnya. Tentulah ia tak mengenal sunah, ia tidak diberi izin untuk itu, tindakannya sia-sia, dan penyesalannya berlebih-lebihan.
Pemenuhan Amanat
Kemudian, mengenai pemenuhan amanat, barangsiapa tidak memberi perhatian padanya akan kecewa. (Amanat) itu ditempatkan di hadapan langit-langit yang kuat, bumi-bumi yang luas dan gunung-gunung yang tinggi, tetapi tak ada darinya yang ternyata lebih kuat, lebih luas dan lebih tinggi daripadanya. Apabila ada sesuatu yang tak dapat didekati karena ketinggian, keluasan, kekuasan atau kekuatan, mereka tak dapat didekati, tetapi mereka merasa takut akan akibat buruk (dari kegagalan menyampaikan amanat) dan melihat bahwa wujud yang lebih lemah tidak menyadarinya, dan itulah manusia.
"Sesungguhnya manusia itu canat lalim dan amat bodoh". (QS. 33:72)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi, tak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya tentang apa saja yang dilakukan manusia di malam atau siang harinya. la mengetahui semua detail-detail, dan pengetahuan-Nya meliputinya. Anggota badan Anda adalah saksi, organ-organ tubuh Anda merupakan tentara (melawan) diri Anda sendiri, batin Anda melayani-Nya sebagai mata (untuk mengawasi dosa-dosa Andaj dan kesendirian Anda terbuka kepada-Nya. •
KHOTBAH 199 Khianat dan Pengkhianatan Mu'awiyah dan Nasib Orang-orang yang Bersalah Mengadakan Komplotan
Demi Allah,[1] Mu'awiah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya saya tidak benci akan penipuan maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia. Tetapi setiap penipuan adalah dosa dan setiap dosa adalah pendurhakaan (kepada Allah), dan setiap orang penipu akan mempunyai sebuah panji yang dengan itu ia akan dikenal pada Hari Pengadilan. Demi Allah, saya tak dapat dilalaikan oleh siasat, tak dapat pula saya dikalahkan oleh kesulitan. •
[1] Orang-orang yang jahil akan agama dan akhlak, bebas dari ikatan hukum agama dan tidak menyadari konsepsi hukuman dan ganjaran, tidak mendapatkan hampanya dalih untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat beroleh jalan keberhasilan fana pada setiap tahapan; tetapi bilamana dikte kemanusiaan, atau Islam, atau batas-batas yang diletakkan oleh etika dan hukum agama menjadi penghalang, kesempatan untuk merancang dan mendapatkan sarana menjadi lebih sempit, dan kemungkinan bertindak menjadi terbatas. Pengaruh dan kekuasaan Mu'awiyah adalah akibat rekayasa dan cara-cara yang tidak mengenal halangan dan rintangan tentang apa yang halal dan haram, tidak pula ia takut akan Hari Pengadilan. Sebagaimana dikatakan oleh 'Allamah ar-Raghib al-Ishfahani ketika berbicara tentang watak, 'Tujuannya selalu adalah untuk mencapai maksudnya, halal atau haram. la tidak peduli akan agama dan tak pernah memikirkan hukuman Ilahi. Maka, untuk memelihara kekuasaannya ia menempuh jalan berbohong dan mengada-adakan cerita rekaan, melaksanakan segala macam tipuan dan rekayasa. Ketika merasa bahwa ia tak mungkin beriiasil tanpa melibatkan Amirul Mukminin dalam peperangan, ia menghasut Thalhah dan Zubair untuk melawannya. Ketika merasa tak mungkin mencapai keberhasilan dengan cara itu, ia menghasut orang Suriah dan menimbulkan perang saudara, Perang Shiffin. Dan ketika posisi pemberontak itu telah diketahui dengan gugurnya 'Ammar ibn Yasir, ia segera mengatakan bahwa 'Ali bertanggung jawab atas gugurnya 'Ammar karena dia yang membawanya ke medan pertempuran; dan pada kesempatan lain ia menafsirkan kata-kata 'pihak pendurhaka' dalam hadis Nabi itu sebagai 'pihak pembalas dendam' dengan maksud untuk membenarkan bahwa 'Ammar dibunuh oleh kelompok yang mencari pembalasan atas terbunuhnya 'Utsman, padahal bagian berikut dari ucapan Nabi, yakni ‘ia hendak menyeru mereka ke surga sementara mereka menyerunya ke neraka' tidak meninggalkan ruang untuk penafsiran lain. Ketika tak tertinggal harapan kemenangan bahkan dengan siasat licik itu, ia merekayasa untuk mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak, walaupun dalam pandangannya Al-Qur'an maupun perintah-perintahnya tidak berarti apa-apa. Apabila ia sungguh-sungguh bertujuan mengambil keputusan dari Al-Qur'an, mestinya ia mengajukan tuntutan itu sebelum dimulainya pertempuran, dan ketika diketahuinya bahwa keputusan itu telah diperoleh 'Amr ibn 'Ash, dengan menipu Abû Musa al-Asy'ari, dan bahwa hal itu bahkan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qur'an, ia tak seharusnya menerimanya dan mestinya ia menghukum 'Amr ibn 'Ash atas kelicikan itu, atau sekurang-kurangnya memperingatkan dan mencelanya. Tetapi sebaliknya, kinerjanya dihargai dan sebagai hadiahnya ia dijadikan Gubernur Mesir."
Berlawanan dengan ini, perilaku Amirul Mukminin merupakan teladan tinggi tentang syariat dan etika. la terus mengikuti tuntutan kebenaran dan kesalehan, sekalipun dalam situasi sulit, dan tidak membiarkan kehidupannya yang suci dinodai tipuan dan kelicikan. Apabila ia mau, ia dapat menghadapi kelicikan dengan kelicikan, dan kegiatan Mu'awiah yang aib dapat dijawab dengan tindakan yang serupa. Misalnya, ketika ia menempatkan penjaga di Sungai Efrat dan menghalangi pasokan air kepada Amirul Mukminin. Kemudian, ketika Amirul Mukminin merebut posisi itu, pasokan air dapat saja diputuskannya dari mereka pula atas dasar untuk melakukan pembalasan. Tetapi Amirul Mukminin tak pemah menodai tangannya dengan tindakan tak manusiawi semacam itu, yang tidak dibenarkaa oleh hukum atau kode etik, walaupun pada umumnya orang memandang tindakan semacam itu terhadap musuh adalah sah dan menamakan karakter bermuka dua semacam itu untuk mencapai keberhasilan suatu gaya kebijakan dan kemampuan memerintah. Tetapi Amirul Mukminin tak pernah berpikir untuk memperkuat kekuasaannya dengan tipuan atau perilaku bermuka dua dalam keadaan bagaimanapun. Maka, ketika orang menasihatinya untuk mempertahankan para pejabat di masa 'Utsman dalam jabatannya dan agar berlaku ramah terhadap Thalhah dan Zubair dengan menempatkan mereka sebagai Gubernur Kflfah dan Bashrah, dan menggunakan kecakapan Mu'awiqah dalam pemerintahan dengan memberikan kepadanya jabatan Gubernur Suriah, Amirul Mukminin menolak nasihat itu dan lebih menyukai perintah hukum agama di atas keperluan duniawi, dan menyatakan secara terbuka tentang Mu'awiqah sebagai berikut,
"Apabila saya mempertahankan Mu'awiah atas apa yang telah diambilnya maka saya akan tennasuk "yang mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong" (QS. 18:51). Orang-orang yang melihat keberhasilan lahiriah tidak peduli untuk mempertimbangkan dengan sarana apa keberhasilan itu dicapai. Mereka mendukung siapa saja yang mereka lihat berhasil dengan sarana kelicikan dan tipuan, dan memandangnya sebagai cakap memerintah, cerdas, ahli politik, berpikiran cemerlang dan sebagainya, sementara orang yang tidak menggunakan cara-cara licik dan tipuan karena terpaut pada perintah-perintah Islam dan ajaran Ilahi dan lebih menyukai kegagalan ketimbang berhasil melalui cara-cara batil, dipandang sebagai tak mengenal politik dan berwawasan lemah. Mereka tidak merasa perlu untuk memikirkan kesulitan dan rintangan apa yang berada di jalan seseorang yang berpegang pada prinsip dan hukum yang mencegahnya terus maju walaupun telah mendekati keberhasilan.
KHOTBAH 200 Tak Boleh Takut akan Jarangnya Orang yang Melangkah di Jalan yang Benar
Wahai manusia, janganlah heran akan kecilnya jumlah orang yang mengikuti jalan yang benar, karena manusia hanya berdesak-desakan di sekitar meja (dunia ini) yang makanannya sedikit tetapi yang lapar tak kenal puas.
Wahai manusia, sesungguhnya apa yang mengumpulkan manusia bersama-sama (dalam kategori) adalah kesesuaian (mereka pada yang baik dan yang buruk) dan ketidaksepakatan (mereka), karena hanya satu orang yang membunuh unta Tsamûd[1] tetapi Allah menangkap semua dalam hukuman karena mereka semua bergabung bersama-sama dengan ikut sertanya diam-diam dalam persetujuan mereka atasnya. Maka Allah Yang Mahasuci berfirman,
"Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesai "(QS. 26:157)
Kemudian tanah mereka melongsor tenggelam (ke dalam bumi) seperti paku bajak membedah tanah lembek yang belum dibajak. Wahai manusia, orang yang melangkah di jalan (petunjuk) yang jelas akan mencapai mata air, dan barangsiapa meninggalkannya tersesat ke dalam gurun yang tak berair. •
[1] Tsamûd di Arabia kuno, suatu suku atau kelompok suku, nampaknya menonjol dari sekitar abad keempat sebelum tarikh Miladiah sampai pertengahan abad ketujuh. Tempat tinggal dan tanah air mereka terletak di suatu tempat di jalan antara Hijaz dan Suriah yang dinamakan Lembah (Wâdî) al-Qurâ, dan menyandang nama (Al-Qurâ) ini karena terdiri dari beberapa kota. Allah mengutus Nabi Shâleh untuk membimbing dan memimpin mereka, berkhotbah kepada mereka sebagaimana diriwayatkan Allah dalam Al-Qur'an, surah al-A'râf, 7:73-79 dan surah al-Qamar, 54:23-31.
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamûd saudara mereka Shâleh. la berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, danjanganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, maka kamu ditimpa siksaan yang pedih'.
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi.
Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, 'Tahukah kamu bahwa Shâleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shâleh diutus untuk menyampaikannya'.
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.'
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, 'Hai Shâleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah).'
Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
Maka Shâleh meninggalkan mereka seraya berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat'." (QS. 7:73-79)
"Kaum Tsamûd pun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu).
Mereka berkata, 'Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sebenarnya kalau kita begitu (maka kita) benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenamya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.'
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenamya amat pendusta lagi sombong.
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah.
Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran).
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya.
Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, makajadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." (QS. 54:23-31)
22
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 201 Dikatakan Amirul Mukminin pada Waktu Pemakaman Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah as Sementara Menujukannya kepada Nabi di Makam Beliau
Nabi Allah, salam bagi Anda dari saya dan dari putri Anda yang telah datang kepada Anda dan telah bersegera untuk menemui Anda. Ya Nabi Allah, kesabaran saya atas (kepergian putri) pilihan Anda telah habis, dan ketabahan saya telah melemah, kecuali bahwa saya mempunyai dasar untuk hiburan dalam menanggung kesulitan besar dan peristiwa menyayat hati dari perpisahan dengan Anda. Saya meletakkan Anda ke dalam makam Anda ketika napas Anda yang terakhir telah berlalu (sementara kepala Anda) di antara leher dan dada saya.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali." (QS. 2:156)
Sekarang amanat telah dikembalikan dan apa yang telah diberikan telah diambil kembali. Tentang kesedihan saya, (kesedihan) itu tak mengenal batas, dan tentang malam-malam saya, (malam-malam) itu tetap sukar dibawa tidur hingga Allah memilih bagi saya rumah di mana Anda tinggal sekarang.
Sungguh, putri Anda akan mengabarkan kepada Anda tentang pergabungan umat Anda untuk menindasnya.[1] Anda tanyakan kepadanya dengan rinci dan perolehlah semua kabar tentang keadaannya. Ini telah terjadi ketika belum panjang waktu yang terentang, dan ingatan kepada Anda belum menghilang. Salam saya kepada Anda berdua, salam dari orang yang terlanda kesedihan, bukan orang yang muak dan benci; karena, apabila saya pergi jauh bukanlah itu karena letih (akan Anda), dan apabila saya tinggal bukanlah itu karena kurang percaya akan apa yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang sabar. •
[1] Perlakuan terhadap putri Nabi setelah wafatnya beliau amat pedih dan menyakitkan. Walaupun Sayyidatun-Nisâ' (as) itu hanya hidup beberapa bulan sesudah wafatnya Nabi, waktu yang singkat itu menyimpan riwayat panjang penderitaan dan petaka baginya. Sehubungan dengan ini pandangan pertama yang menerpa mata ialah bahwa pengaturan bagi upacara pemakaman Nabi belum berakhir, pertarungan untuk kekuasaan sudah dimulai di Saqifah Bani Sa'idah. Perbuatan mereka meninggalkan mayat Nabi tentulah menyakitkan hati Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah yang sedang amat berdukacita. la melihat bahwa orang-orang yang telah mengaku cinta dan terpaut (pada Nabi) di masa hidup beliau, sekarang sedang asyik dalam rekayasa mereka untuk kekuasaan. Ketimbang menghibur putri tunggalnya, mereka bahkan tak tahu kapan mayat Nabi dimandikan dan kapan beliau dimakamkan. Dan cara mereka mengucapkan bela sungkawa kepadanya ialah dengan berkerumun di rumahnya dengan bahan bakar dan berusaha untuk mendapatkan baiat dengan paksa dengan segala pertunjukan penindasan, paksaan dan kekerasan. Semua perbuatan berlebihan ini bermaksud menghapus kedudukan terhormat rumah ini agar tidak mendapatkan kembali martabat yang hilang itu pada kesempatan mana pun. Sekaitan dengan tujuan itu, untuk menghancurkan kedudukan ekonominya, tuntutannya atas kebun Fadak ditolak dengan mengatakannya sebagai palsu, yang akibatnya Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah (as) membuat wasiat menjelang mati bahwa tak boleh ada di antara mereka nanti menghadiri pemakamannya.
KHOTBAH 202 Fananya Dunia dan Pentingnya Menyediakan Bekal bagi Kehidupan Akhirat
Wahai manusia, sesungguhnya dunia ini adalah suatu lintasan, sedang dunia akhirat adalah tempat kediaman yang kekal. Maka ambillah dari lintasan itu (apa yang dapat Anda ambil). Jangan Anda robek tirai Anda di hadapan Dia yang mengetahui rahasia-rahasia Anda. Jauhkan dari dunia ini hati Anda sebelum tubuh Anda pergi darinya, karena di sini Anda diuji, sedang Anda diciptakan untuk dunia yang akan datang. Ketika seseorang mati, orang bertanya (harta) apa yang telah ditinggalkannya, sementara malaikat beitanya (amal baik) apa yang telah dikirimkannya ke depan. Semoga Allah memberkati Anda; kirimkan sesuatu ke depan, itu akan menjadi pinjaman bagi Anda, dan janganlah tinggalkan semuanya di belakang, karena hal itu akan menjadi beban bagi Anda. •
KHOTBAH 203 Dikatakan Amirul Mukminin kepada Para Sahabatnya Secara Umum, Memperingatkan Mereka tentang Bahaya Hari Pengadilan
Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda sekalian! Berbekallah Anda untuk perjalanan itu karena panggilan untuk berangkat telah dimaklumkan. Anggaplah tinggalnya Anda di dunia sebagai sangat singkat, dan kembalilah (kepada Allah) dengan bekal yang terbaik yang ada pada Anda, karena sesungguhnya di hadapan Anda terletak suatu lembah yang sukar ditempuh dan tempat-tempat penginapan yang penuh ketakutan dan bahaya. Anda harus mencapainya dan tinggal di sana. Dan ketahuilah bahwa mata kematian sedang mendekati Anda. Seakan-akan Anda (sudah) berada dalam cengkeramannya dan ia telah menyerang Anda. Urusan sulit dan bahaya yang menyusahkan telah melumatkan Anda ke dalamnya. Oleh karena itu, Anda harus memutuskan semua ketertautan terhadap dunia ini dan membantu diri Anda sendiri dengan bekal berupa takwa kepada Allah.
Sayid Radhî berkata: Sebagian dari ucapan ini telah dikutip sebelumnya melalui riwayat lain. •
KHOTBAH 204 Setelah membai’at kepada Amirul Mukminin, Thalhah dan Zubair mengeluh kepadanya bahwa ia tidak meminta pendapat mereka atau meminta bantuan mereka dalam urusan (negara). Amirul Mukminin menjawab:
Anda berdua tidak menyukai urusan kecil dan mengesampimgkan urusan besar. Dapatkah Anda mengatakan sesuatu di mana Anda mempunyai hak yang saya rampas dari Anda atau saham yang merupakan bagian Anda dan saya jauhkan dari Anda, atau seorang Muslim yang telah meletakkan suatu pengaduan di hadapan saya dan saya tak mampu menyelesaikannya atau tidak mengetahuinya, atau melakukan kesalahan tentang itu?
Demi Allah, saya tidak mempunyai keinginan atas kekhalifahan dan tidak pula menaruh perhatian atas pemerintahan, tetapi Anda sendiri yang mengundang saya dan menyediakan saya untuk itu. Ketika kekhalifahan datang kepada saya, saya teius memandang pada Kitab Allah dan semua yang telah ditetapkan Allah di dalamnya bagi kita, dan semua yang telah la perintahkan kita untuk mengambil keputusan menurutnya; dan saya mengikutinya, dan juga mengamalkan setiap yang telah ditetapkan Nabi SAWW. Dalam hal ini saya tidak memerlukan nasihat Anda atau nasihat seseorang lain, dan tidak ada pula suatu perintah yang tentang itu saya tidak tahu sehingga saya harus meminta nasihat Anda atau seorang saudara Muslim saya. Apabila saya demikian (memerlukan) maka saya tak akan berpaling dari Anda atau orang lain.
Mengenai rujukan Anda kepada masalah persamaan (dalam pembagian dari baitul mal), ini suatu urusan di mana saya tidak mengambil keputusan menurut pendapat saya sendiri, dan tidak pula saya berbuat demikian dengan sesuka hati saya. Tetapi saya dapati, dan Anda pun (tentu telah) mendapati bahwa apa saja yang dibawa Nabi SAWW telah final. Oleh karena itu saya merasa tidak perlu berpaling kepada Anda tentang bagian yang telah ditetapkan oleh Allah dan di mana keputusan-Nya telah dilakukan. Karena itu, demi Allah, dalam hal ini Anda berdua atau siapa pun lainnya tidak dapat beroleh sikap pilih kasih dari saya. Semoga Allah mempertahankan hati kita dalam kesalehan, dan semoga la mengaruniai kami dan Anda kesabaran.
Amirul Mukminin menambahkan: Semoga Allah mengasihi orang yang bila ia melihat kebenaran ia mendukungnya, bila ia melihat yang salah ia menolaknya, dan menolong kebenaran tnelawan yang salah. •
KHOTBAH 205 Dalam Perang Shiffîn Amirul Mukminin mendengar beberapa dari anak buahnya sedang mencerca orang Suriah, lalu ia berkata:
Saya tak suka Anda memulai mencerca mereka, tetapi bila Anda menggambarkan perbuatan mereka dan menceritakan situasi mereka, itu akan merupakan cara berbicara yang lebih baik dan cara berhujah yang lebih meyakinkan. Ketimbang mencerca mereka, Anda harus mengatakan, "Ya Allah! Selamatkan darah kami dan darah mereka, adakan perdamaian antara kami dan mereka, dan pimpinlah mereka keluar dari kesesatan mereka sehingga orang yang tak tahu akan kebenaran dapat mengetahui-nya, dan orang yang cendemng kepada peridurhakaan dan pembetontakan dapat berpaling darinya." •
KHOTBAH 206 Dalam Perang Shiffîn Amirul Mukminin melihat Imam Hasan maju dengan cepat untuk berjuang, lalu ia berkata:
Tahanlah orang muda ini atas nama saya agar ia tidak menyebabkan keruntuhan saya, karena saya tidak ingin untuk mengirimkan kedua orang ini (Hasan dan Husain) kepada kematian, jangan sampai garis ketuiunan Nabh (saw) terputus oleh kematiannya.
Sayid Radhî mencatat: Kata-kata Amirul Mukminin "amliku 'anni hadzal ghulâm” (yakni, Tahanlah orang muda ini atas nama saya) merupakan bentuk ungkapan yang tertinggi dan paling fasih. •
KHOTBAH 207 Ketika para sahabat Amirul Mukminin mengungkapkan rasa tak suka tentang sikapnya mengenai Arbitrasi,[1] ia berkata:
Wahai manusia, urusan antara saya dan Anda berjalan sebagaimana yang saya inginkan, sampai peperangan meletihkan Anda. Demi Allah, hal itu telah memenangkan sebagian di antara Anda sekalian dan membiarkan yang lain-lainnya, dan telah selengkapnya melemahkan musuh Anda. Sampai kemarin saya memberi perintah, tetapi sekarang saya diberi perintah, dan sampai kemarin saya mencegah orang (dari berbuat salah), tetapi hari ini saya yang dicegah. Sekarang Anda telah menunjukkan kesukaan Anda untuk hidup di dunia ini, dan bukan bagi saya untuk membawa Anda kepada apa yang tidak Anda sukai. •
[1] Ketika pasukan-pasukan Suriah yang masih hidup kehilangan pijakan dan siap untuk melarikan diri dari medan pertempuran, Mu'awiah mengubah seluruh fase pertempuran dengan menggunakan Al-Qur'an sebagai siasat, dan berhasil menciptakan perpecahan di kalangan orang 'Iraq. Walaupun Amirul Mukminin berusaha menasihati, mereka tidak bersedia melangkah maju, melainkan mendesak untuk menghentikan peperangan. Amirul Mukminin pun terpaksa menyetujui arbitrasi. Sebagian dari orang-orang itu sesungguhnya telah terkicuh dan percaya bahwa mereka sedang diminta untuk berpegang pada Al-Qur'an, tetapi ada pula orang-orang yang telah letih dengan pertempuran yang berkepanjangan dan telah hilang keberaniannya. Ketika mendapat kesempatan yang baik untuk menghentikan peperangan, mereka berteriak hingga parau untuk menangguhkannya. Ada orang lain yang telah menyertai Amirul Mukminin karena wewenang duniawinya, tetapi tidak mendukungnya dalam hati dan tidak pula bertujuan untuk mencapai kemenangan baginya. Ada sebagian orang yang mengandung harapan pada Mu'awiah, dan telah mulai melekatkan harapan padanya untuk ini, sementara ada pula orang yang sejak semula bersekutu dengannya. Dalam keadaan seperti itu, dan dengan tentara jenis ini, sesungguhnya hanyalah karena kecakapan politik dan kompetensi Amirul Mukminin dalam kontrol militer dan pemerintahan maka ia dapat melaksanakan peperangan hingga tahap itu. Dan sekiranya Mu'awiah tidak mengambil tipuan itu, tak ada keraguan akan kemenangan Amirul Mukminin, karena kekuatan militer pasukan Suriah telah habis dan kekalahan sedang mengincarnya. Dalam hal ini Ibn Abil Hadid berkata,
"Malik al-Asytar telah sampai kepada Mu'awiah dan mencengkeram lehernya. Seluruh kekuatan orang Suriah sudah dihancurkan. Gerakan mereka hanya seperti gerakan sisa-sisa ekor kadal yang terbunuh, tetapi ekor itu terus meloncat ke kanan dan ke kiri. (Syarh Nahjul Balâghah, II, h. 30-31)
KHOTBAH 208 Amirul Mukminin pergi menjenguk kesehatan sahabatnya al-'Ala' ibn Ziyad al-Hâritsî dan ketika ia melihat besarnya rumahnya ia berkata:
Apa yang akan Anda lakukan dengan rumah besar di dunia ini, padahal Anda lebih memerlukan rumah ini di dunia akhirat. Apabila Anda hendak membawanya ke akhirat, Anda dapat menerima di dalamnya tamu-tamu dan bersikap menghormati persaudaraan dan menjalankan semua kewajiban (Anda) menurut pertambahan besarnya. Dengan jalan ini Anda akan mampu membawanya ke akhirat.
Al-'Alâ' berkata kepadanya: Ya Amirul Mukminin, saya hendak mengaduh kepada Anda tentang saudara saya, 'Ashim ibn Ziyad.
Amirul Mukminin bertanya: Ada apa dengan dia?
Al-'Alâ' berkata: la memakai baju bulu domba (kasar) dan menjauhkan dirinya dari dunia.
Amirul Mukminin berkata: Hadapkan dia kepada saya.
Ketika ia tiba, Amirul Mukminin berkata: Wahai musuh diri Anda sendiri. Sungguh iblis telah menyesatkan Anda. Apakah Anda tidak merasa kasihan kepada istri dan anak-anak Anda? Apakah Anda percaya bahwa apabila Anda memakai pakaian yang dihalalkan Allah bagi Anda maka la tidak akan menyukai Anda? Anda terlalu tak penting bagi Allah untuk itu.
la berkata: Ya Amirul Mukminin, Anda pun memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar.
Kemudian ia menjawab: Celakalah Anda, saya tidak seperti Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi telah mewajibkan pada pemimpin yang sesungguhnya supaya mereka memelihara diri pada tingkat rakyat yang rendah sehingga orang miskin tidak menangis karena kemiskinannya.[1] •
[1] Sejak zaman dahulu kala kepertapaan dan meninggalkan hubungan dengan urusan duniawi telah dipandang sebagai suatu sarana untuk penyucian rohani dan penting bagi karakter. Orang-orang yang ingin menjalani kehidupan pertapa dan meditasi biasa meninggalkan kota untuk ke hutan dan gua-gua di gunung dan tinggal di sana sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi mereka sendiri. Mereka makan apabila kebetulan ada musafir lewat atau apabila penduduk di sekitar memberikan makanan kepada mereka; apabila tidak maka mereka berpuas diri dengan memakan buah-buahan hutan dan air sungai, dan demikianlah mereka menjalani kehidupannya. Ibadah semacam ini dimulai secara terpaksa karena penindasan dan kekerasan para penguasa. Orang-orang tertentu meninggalkan rumahnya untuk mengelakkan cengkeraman penguasa lalim, ber-sembunyi di hutan atau gua di gunung dan menyibukkan diri dalam ibadah dan pengabdian kepada Allah. Kemudian, kepertapaan yang terpaksa itu beroleh bentuk sukarela dan orang mengundurkan diri ke gua-gua atas kehendak mereka sendiri. Dengan demikian maka menjadi lumrah bahwa barangsiapa yang hendak mengembangkan rohaninya harus menyingkir ke suatu sudut setelah memutuskan diri dari ikatan duniawi. Metode ini tetap menjadi mode selama berabad-abad, dan hingga kini pun masih ada jejak-jejak perIbadahan secara ini di kalangan kaum Hindu, Buddha dan Kristen.
Namun, pandangan moderat Islam tidak sesuai dengan hidup kebiharaan dan kepertapaan. Untuk mencapai perkembangan rohani, Islam tidak menolak kenikmatan dan keberhasilan duniawi, tidak pula Islam membenarkan bahwa seoiang Muslim harus meninggalkan rumahnya dan sesama manusia lalu menyibukkan diri dalam perIbadahan formal sambil bersembunyi di suatu sudut. Konsepsi peribadahan Islam tidak terbatas pada beberapa upacara tertentu; Islam memandang perolehan rezeki melalui cara yang halal, saling bersimpati dan berperilaku baik, dan bekerjasama serta saling membantu merupakan unsur-unsur ibadah yang penting. Apabila seseorang mengabaikan hak-hak dan kewajiban duniawi, dan tidak memenuhi tanggung jawabnya kepada istri dan anak-anaknya, tidak berusaha untuk memperoleh rezeki, melainkan sepanjang waktu tinggal dalam meditasi, ia menghancurkan kehidupannya dan tidak memenuhi tujuan hidup. Apabila ini tujuannya, apakah perlunya la menciptakan dan mengisi dunia dengan manusia padahal telah ada suatu golongan makhluk, seperti malaikat, yang sepanjang waktu terikat dalam perIbadahan dan pemujaan.
Alam telah membuat manusia berdiri di simpang jalan di mana jalan tengah meiupakan pusat bimbingan. Apabila ia menyimpang dari titik moderasi ini walau sedikit, yang ada di hadapannya ialah kesesatan. Menempufa jalan tengah itu tidak boleh membungkuk kepada dunia ini sampai mengabaikan kehidupan akhirat, dan tak boleh pula ia berpantang dari dunia ini sehingga tidak berhubungan dengan segala yang ada di dalamnya, mengurung diri di suatu sudut dan meninggalkan segala sesuatu lainnya. Karena Allah menciptakan manusia di dunia maka manusia harus mengikuti tata kehidupan di dunia ini, dan ikut mengambil bagian dalam kesenangan yang dianugerahkan Allah dalam batas-batas moderat. Makan minum dan penggunaan hal-hal yang dihalalkan Allah tidak bertentangan dengan ibadah kepada Allah; Allah menciptakan semua itu justru supaya manusia memanfaatkannya. Itulah sebabnya maka orang-orang pilihan Allah hidup di dunia ini bersama orang lain dan makan dan minum seperti orang lain. Mereka tidak merasa perlu untuk memalingkan wajah dari manusia dunia, dan tidak lari ke hutan atau gua di gunung sebagai tempat tinggalnya, atau hidup di tempat-tempat terpencil. Mereka mengingat Allah, tidak terjerat pada urusan duniawi, dan tidak melupakan kematian walaupun ada kesenangan hidup.
Kehidupan pertapa kadang-kadang menimbulkan keburukan yang meruntuhkan kehidupan akhirat maupun dunia ini, dan orang yang hidup semacam itu merupakan gambaran yang sesungguhnya tentang "orang yang merugi di dunia maupun akhirat". Bilamana dorongan alami tidak dipenuhi secara halal dan sah, pikiran berpaling kepada pusat gagasan buruk dan tak berdaya melaksanakan ibadah dengan damai dan konsentrasi. Dan kadang-kadang hawa nafsu begitu mengatasi si pertapa, mematahkan semua ikatan moralnya sampai ia mengabdikan diri untuk memenuhinya, dan sebagai akibatnya ia jatuh ke jurang kehancuran yang tak memungkinkannya melepaskan diri. Itulah sebabnya maka hukum agama memberikan kedudukan yang lebih besar pada Ibadah yang dilakukan oleh orang yang berkeluarga, karena ia lebih dapat melaksanakan kedamaian mental dan konsentrasi dalam amal Ibadah.
Orang-orang yang memakai jubah sufi dan menggembar-gemborkan kebesaran rohaninya, terputus dari jalan Islam dan tak mengetahui ajarannya yang luas. Mereka disesatkan oleh iblis, dan dengan bersandar pada konsepsi-konsepsi mereka sendiri, mereka melangkah di jalan batil. Pada akhirnya kesesatannya menjadi demikian parah sampai mereka memandang para pemimpinnya sebagai orang yang telah mencapai tingkat yang demikian tinggi sehingga kata-kata mereka adalah kata Allah dan tindakan mereka tindakan Allah. Kadang-kadang mereka memandang dirinya di luar segala batas hukum agama dan memandang segala perbuatan mungkar sebagai halal bagi mereka. Prinsip-prinsipnya disebut ath-Tharîqah (jalan untuk mencapai persatuan dengan Allah) dan pengikut kultus ini dikenal sebagai para sufi. Pertama-tama Abû Hâsyim al-Kûfî dan asy-Syâmî mengambil julukan itu. la keturunan Bani Umayyah dan fatalis (yang percaya bahwa manusia terpaksa berbuat sebagaimana telah ditakdirkan Allah). Alasan pemberian nama ini kepadanya adalah.karena ia memakai jubah dari wol kasar untuk berbuat pamer tentang kepertapaannya dan takwanya kepada Allah. Kemudian julukan itu menjadi umum, dan berbagai alasan diajukan sebagai basis nama itu. Misalnya, salah satu dasarnya ialah bahwa Sufi mengandung tiga huruf, Shâd, Wau dan Fâ. Shâd berarti shabr (sabar), shidq (benar), shafâ (suci hati); Wau berarti wudd (cinta), wird (wirid, pengulangan asma Allah), dan wafd (ke-setiaan kepada Allah); dan Fâberarti fard(keesaan), faqr (kemiskinan) dan fanâ' (keterserapan ke dalam Diri Allah). Pandangan yang kedua ialah bahwa kata itu berasal dari ash-Shuffah yang merupakan emperan di sisi Mesjid Nabi yang beratap daun kurma. Orang-orang yang tinggal di sana disebut ashhâbush-shuffah (penghuni emperan). Pendapat ketiga, istilah itu berasal dari nama leluhur dari suatu suku Arab, Shflfah, yang melaksanakan kewajiban untuk melayani para jamaah dan Ka'bah, dan dengan rujukan kepada hubungannya dengan suku ini, maka kaum ini disebut Shûfî. Kelompok ini terbagi dalam berbagai sekte. Tetapi sekte utamanya hanya tujuh:
1) Al-Wahdatiyyah: Sekte ini mempercayai keesaan segala eksistensi. Menurut kepercayaannya, segala sesuatu dari dunia ini adalah Tuhan (Allah) sehingga mereka memberikan kedudukan seperti Tuhan pada segala sesuatu, termasuk kotoran. Mereka menyerupakan Allah dengan sungai dan ombak yang datang darinya, dan berhujah bahwa ombak yang kadang timbul dan kadang turun tidak mempunyai eksistensi sendiri terlepas dari sungai itu; eksistensi ombak-ombak itu adalah eksistensi sungai itu. Oleh karena itu, tak ada yang dapat dipisahkan dari eksistensinya sendiri.
2) Al-Ittihâdiyyah: Penganutnya percaya bahwa mereka telah bersatu dengan Allah, dan Allah telah bersatu dengan mereka. Mereka menyerupakan Allah dengan api dan mereka sendiri adalah besi yang berada di api dan mendapatkan bentuk dan sifatnya.
3) Al-Hulûliyyah: Mereka percaya bahwa Allah mengambil bentuk dari orang-orang yang mengaku mengetahui-Nya dan orang-orang yang sempurna, dan tubuh mereka adalah tempat tinggalnya. Secara ini mereka nampak pada lahirnya sebagai manusia tetapi sebenarnya mereka adalah Allah.
4) Al-Wâshiliyyah: Para penganut sekte ini memandang dirinya telah berpadu dengan Allah. Menurut kepercayaan mereka hukum syariat merupakan sarana bagi perkembangan kepribadian dan karakter manusia, dan apabila diri manusia telah berpadu dengan Allah maka tak diperlukan lagi penyempurnaan atau perkembangan. Akibatnya, bagi para "wâshliyyîn", ibadah adalah perbuatan sia-sia, karena mereka berpendapat bahwa apabila kebenaran dan realitas telah tercapai maka syariat tidak ada perlunya lagi. Karena itu mereka boleh berbuat apa saja dan tak dapat diganggu gugat.
5) Al-Zarrâqiyyah: Sekte ini menganggap musik vokal dan instrumental sebagai ibadah, dan mendapatkan kegembiraan duniawi ini melalui pertunjukan kepertapaan sambil mengemis dari rumah ke rumah. Mereka selalu sibuk meriwayatkan cerita yang dibuat-buat tentang perbuatan keramat dari para pemimpinnya untuk mempesona dan menakut-nakuti orang.
6) Al-'Usysyaqiyyah (pencinta): Sekte ini berteori bahwa yang lahiriah adalah sarana untuk mencapai realitas. Maksudnya, cinta duniawi adalah sarana untuk mencapai cinta Allah. Yakni, untuk mencapai tahap kekasih Allah maka perlulah menaruh cinta pada suatu keindahan manusiawi.
Tetapi cinta yang mereka anggap cinta bagi Allah hanyalah hasil dari kelainan mental yang melaluinya si pencinta cenderung kepada seorang individu dengan seluruh perhatiannya dan tujuan akhirnya ialah beroleh akses kepada yang dicintai. Cinta ini dapat menjuruskan orang ke jalan kejahatan atau keburukan, tetapi tak ada hubungannya dengan cinta kepada Allah.
Seorang penyair Persia mengatakan: "Kebenaran fakta adalah bahwa cinta duniawi ibarat jin, dan jin tak dapat memberikan petunjuk kepada Anda."
7) Al-Talqîniyyah (tempat pertemuan): Menurut sekte ini, membaca buku-buku agama dan keilmuan sama sekali haram. Sebaliknya, kedudukan yang dicapai dengan sesaat usaha spiritual para Sufi tak dapat dicapai dengan membaca buku selama tujuh puluh tahun.
Menurut para ulama Syi'ah, semua sekte itu berada di jalan batil dan telah keluar dari Islam. Dalam hubungan ini, banyak ucapan para imam telah diriwayatkan. Dalam Khotbah di atas juga Amirul Mukminin memandang pemutusan 'Ashim ibn Ziyâd dari dunia ini sebagai kejahatan iblis, dan ia memperingatkannya dengan keras supaya tidak menempuh jalan itu. (Untuk kajian lebih lanjut, lihat Syarh Nahjul Balâghah oleh al-Hajj Habîbullah al-Khû`î, XIII, h. 132-471; XIV, h. 2-22.)
KHOTBAH 209 Amirul Mukminin pergi menjenguk kesehatan sahabatnya al-'Ala' ibn Ziyad al-Hâritsî dan ketika ia melihat besarnya rumahnya ia berkata:
Apa yang akan Anda lakukan dengan rumah besar di dunia ini, padahal Anda lebih memerlukan rumah ini di dunia akhirat. Apabila Anda hendak membawanya ke akhirat, Anda dapat menerima di dalamnya tamu-tamu dan bersikap menghormati persaudaraan dan menjalankan semua kewajiban (Anda) menurut pertambahan besarnya. Dengan jalan ini Anda akan mampu membawanya ke akhirat.
Al-'Alâ' berkata kepadanya: Ya Amirul Mukminin, saya hendak mengaduh kepada Anda tentang saudara saya, 'Ashim ibn Ziyad.
Amirul Mukminin bertanya: Ada apa dengan dia?
Al-'Alâ' berkata: la memakai baju bulu domba (kasar) dan menjauhkan dirinya dari dunia.
Amirul Mukminin berkata: Hadapkan dia kepada saya.
Ketika ia tiba, Amirul Mukminin berkata: Wahai musuh diri Anda sendiri. Sungguh iblis telah menyesatkan Anda. Apakah Anda tidak merasa kasihan kepada istri dan anak-anak Anda? Apakah Anda percaya bahwa apabila Anda memakai pakaian yang dihalalkan Allah bagi Anda maka la tidak akan menyukai Anda? Anda terlalu tak penting bagi Allah untuk itu.
la berkata: Ya Amirul Mukminin, Anda pun memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar.
Kemudian ia menjawab: Celakalah Anda, saya tidak seperti Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi telah mewajibkan pada pemimpin yang sesungguhnya supaya mereka memelihara diri pada tingkat rakyat yang rendah sehingga orang miskin tidak menangis karena kemiskinannya.[1] •
[1] Sejak zaman dahulu kala kepertapaan dan meninggalkan hubungan dengan urusan duniawi telah dipandang sebagai suatu sarana untuk penyucian rohani dan penting bagi karakter. Orang-orang yang ingin menjalani kehidupan pertapa dan meditasi biasa meninggalkan kota untuk ke hutan dan gua-gua di gunung dan tinggal di sana sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi mereka sendiri. Mereka makan apabila kebetulan ada musafir lewat atau apabila penduduk di sekitar memberikan makanan kepada mereka; apabila tidak maka mereka berpuas diri dengan memakan buah-buahan hutan dan air sungai, dan demikianlah mereka menjalani kehidupannya. Ibadah semacam ini dimulai secara terpaksa karena penindasan dan kekerasan para penguasa. Orang-orang tertentu meninggalkan rumahnya untuk mengelakkan cengkeraman penguasa lalim, ber-sembunyi di hutan atau gua di gunung dan menyibukkan diri dalam ibadah dan pengabdian kepada Allah. Kemudian, kepertapaan yang terpaksa itu beroleh bentuk sukarela dan orang mengundurkan diri ke gua-gua atas kehendak mereka sendiri. Dengan demikian maka menjadi lumrah bahwa barangsiapa yang hendak mengembangkan rohaninya harus menyingkir ke suatu sudut setelah memutuskan diri dari ikatan duniawi. Metode ini tetap menjadi mode selama berabad-abad, dan hingga kini pun masih ada jejak-jejak perIbadahan secara ini di kalangan kaum Hindu, Buddha dan Kristen.
Namun, pandangan moderat Islam tidak sesuai dengan hidup kebiharaan dan kepertapaan. Untuk mencapai perkembangan rohani, Islam tidak menolak kenikmatan dan keberhasilan duniawi, tidak pula Islam membenarkan bahwa seoiang Muslim harus meninggalkan rumahnya dan sesama manusia lalu menyibukkan diri dalam perIbadahan formal sambil bersembunyi di suatu sudut. Konsepsi peribadahan Islam tidak terbatas pada beberapa upacara tertentu; Islam memandang perolehan rezeki melalui cara yang halal, saling bersimpati dan berperilaku baik, dan bekerjasama serta saling membantu merupakan unsur-unsur ibadah yang penting. Apabila seseorang mengabaikan hak-hak dan kewajiban duniawi, dan tidak memenuhi tanggung jawabnya kepada istri dan anak-anaknya, tidak berusaha untuk memperoleh rezeki, melainkan sepanjang waktu tinggal dalam meditasi, ia menghancurkan kehidupannya dan tidak memenuhi tujuan hidup. Apabila ini tujuannya, apakah perlunya la menciptakan dan mengisi dunia dengan manusia padahal telah ada suatu golongan makhluk, seperti malaikat, yang sepanjang waktu terikat dalam perIbadahan dan pemujaan.
Alam telah membuat manusia berdiri di simpang jalan di mana jalan tengah meiupakan pusat bimbingan. Apabila ia menyimpang dari titik moderasi ini walau sedikit, yang ada di hadapannya ialah kesesatan. Menempufa jalan tengah itu tidak boleh membungkuk kepada dunia ini sampai mengabaikan kehidupan akhirat, dan tak boleh pula ia berpantang dari dunia ini sehingga tidak berhubungan dengan segala yang ada di dalamnya, mengurung diri di suatu sudut dan meninggalkan segala sesuatu lainnya. Karena Allah menciptakan manusia di dunia maka manusia harus mengikuti tata kehidupan di dunia ini, dan ikut mengambil bagian dalam kesenangan yang dianugerahkan Allah dalam batas-batas moderat. Makan minum dan penggunaan hal-hal yang dihalalkan Allah tidak bertentangan dengan ibadah kepada Allah; Allah menciptakan semua itu justru supaya manusia memanfaatkannya. Itulah sebabnya maka orang-orang pilihan Allah hidup di dunia ini bersama orang lain dan makan dan minum seperti orang lain. Mereka tidak merasa perlu untuk memalingkan wajah dari manusia dunia, dan tidak lari ke hutan atau gua di gunung sebagai tempat tinggalnya, atau hidup di tempat-tempat terpencil. Mereka mengingat Allah, tidak terjerat pada urusan duniawi, dan tidak melupakan kematian walaupun ada kesenangan hidup.
Kehidupan pertapa kadang-kadang menimbulkan keburukan yang meruntuhkan kehidupan akhirat maupun dunia ini, dan orang yang hidup semacam itu merupakan gambaran yang sesungguhnya tentang "orang yang merugi di dunia maupun akhirat". Bilamana dorongan alami tidak dipenuhi secara halal dan sah, pikiran berpaling kepada pusat gagasan buruk dan tak berdaya melaksanakan ibadah dengan damai dan konsentrasi. Dan kadang-kadang hawa nafsu begitu mengatasi si pertapa, mematahkan semua ikatan moralnya sampai ia mengabdikan diri untuk memenuhinya, dan sebagai akibatnya ia jatuh ke jurang kehancuran yang tak memungkinkannya melepaskan diri. Itulah sebabnya maka hukum agama memberikan kedudukan yang lebih besar pada Ibadah yang dilakukan oleh orang yang berkeluarga, karena ia lebih dapat melaksanakan kedamaian mental dan konsentrasi dalam amal Ibadah.
Orang-orang yang memakai jubah sufi dan menggembar-gemborkan kebesaran rohaninya, terputus dari jalan Islam dan tak mengetahui ajarannya yang luas. Mereka disesatkan oleh iblis, dan dengan bersandar pada konsepsi-konsepsi mereka sendiri, mereka melangkah di jalan batil. Pada akhirnya kesesatannya menjadi demikian parah sampai mereka memandang para pemimpinnya sebagai orang yang telah mencapai tingkat yang demikian tinggi sehingga kata-kata mereka adalah kata Allah dan tindakan mereka tindakan Allah. Kadang-kadang mereka memandang dirinya di luar segala batas hukum agama dan memandang segala perbuatan mungkar sebagai halal bagi mereka. Prinsip-prinsipnya disebut ath-Tharîqah (jalan untuk mencapai persatuan dengan Allah) dan pengikut kultus ini dikenal sebagai para sufi. Pertama-tama Abû Hâsyim al-Kûfî dan asy-Syâmî mengambil julukan itu. la keturunan Bani Umayyah dan fatalis (yang percaya bahwa manusia terpaksa berbuat sebagaimana telah ditakdirkan Allah). Alasan pemberian nama ini kepadanya adalah.karena ia memakai jubah dari wol kasar untuk berbuat pamer tentang kepertapaannya dan takwanya kepada Allah. Kemudian julukan itu menjadi umum, dan berbagai alasan diajukan sebagai basis nama itu. Misalnya, salah satu dasarnya ialah bahwa Sufi mengandung tiga huruf, Shâd, Wau dan Fâ. Shâd berarti shabr (sabar), shidq (benar), shafâ (suci hati); Wau berarti wudd (cinta), wird (wirid, pengulangan asma Allah), dan wafd (ke-setiaan kepada Allah); dan Fâberarti fard(keesaan), faqr (kemiskinan) dan fanâ' (keterserapan ke dalam Diri Allah). Pandangan yang kedua ialah bahwa kata itu berasal dari ash-Shuffah yang merupakan emperan di sisi Mesjid Nabi yang beratap daun kurma. Orang-orang yang tinggal di sana disebut ashhâbush-shuffah (penghuni emperan). Pendapat ketiga, istilah itu berasal dari nama leluhur dari suatu suku Arab, Shflfah, yang melaksanakan kewajiban untuk melayani para jamaah dan Ka'bah, dan dengan rujukan kepada hubungannya dengan suku ini, maka kaum ini disebut Shûfî. Kelompok ini terbagi dalam berbagai sekte. Tetapi sekte utamanya hanya tujuh:
1) Al-Wahdatiyyah: Sekte ini mempercayai keesaan segala eksistensi. Menurut kepercayaannya, segala sesuatu dari dunia ini adalah Tuhan (Allah) sehingga mereka memberikan kedudukan seperti Tuhan pada segala sesuatu, termasuk kotoran. Mereka menyerupakan Allah dengan sungai dan ombak yang datang darinya, dan berhujah bahwa ombak yang kadang timbul dan kadang turun tidak mempunyai eksistensi sendiri terlepas dari sungai itu; eksistensi ombak-ombak itu adalah eksistensi sungai itu. Oleh karena itu, tak ada yang dapat dipisahkan dari eksistensinya sendiri.
2) Al-Ittihâdiyyah: Penganutnya percaya bahwa mereka telah bersatu dengan Allah, dan Allah telah bersatu dengan mereka. Mereka menyerupakan Allah dengan api dan mereka sendiri adalah besi yang berada di api dan mendapatkan bentuk dan sifatnya.
3) Al-Hulûliyyah: Mereka percaya bahwa Allah mengambil bentuk dari orang-orang yang mengaku mengetahui-Nya dan orang-orang yang sempurna, dan tubuh mereka adalah tempat tinggalnya. Secara ini mereka nampak pada lahirnya sebagai manusia tetapi sebenarnya mereka adalah Allah.
4) Al-Wâshiliyyah: Para penganut sekte ini memandang dirinya telah berpadu dengan Allah. Menurut kepercayaan mereka hukum syariat merupakan sarana bagi perkembangan kepribadian dan karakter manusia, dan apabila diri manusia telah berpadu dengan Allah maka tak diperlukan lagi penyempurnaan atau perkembangan. Akibatnya, bagi para "wâshliyyîn", ibadah adalah perbuatan sia-sia, karena mereka berpendapat bahwa apabila kebenaran dan realitas telah tercapai maka syariat tidak ada perlunya lagi. Karena itu mereka boleh berbuat apa saja dan tak dapat diganggu gugat.
5) Al-Zarrâqiyyah: Sekte ini menganggap musik vokal dan instrumental sebagai ibadah, dan mendapatkan kegembiraan duniawi ini melalui pertunjukan kepertapaan sambil mengemis dari rumah ke rumah. Mereka selalu sibuk meriwayatkan cerita yang dibuat-buat tentang perbuatan keramat dari para pemimpinnya untuk mempesona dan menakut-nakuti orang.
6) Al-'Usysyaqiyyah (pencinta): Sekte ini berteori bahwa yang lahiriah adalah sarana untuk mencapai realitas. Maksudnya, cinta duniawi adalah sarana untuk mencapai cinta Allah. Yakni, untuk mencapai tahap kekasih Allah maka perlulah menaruh cinta pada suatu keindahan manusiawi.
Tetapi cinta yang mereka anggap cinta bagi Allah hanyalah hasil dari kelainan mental yang melaluinya si pencinta cenderung kepada seorang individu dengan seluruh perhatiannya dan tujuan akhirnya ialah beroleh akses kepada yang dicintai. Cinta ini dapat menjuruskan orang ke jalan kejahatan atau keburukan, tetapi tak ada hubungannya dengan cinta kepada Allah.
Seorang penyair Persia mengatakan: "Kebenaran fakta adalah bahwa cinta duniawi ibarat jin, dan jin tak dapat memberikan petunjuk kepada Anda."
7) Al-Talqîniyyah (tempat pertemuan): Menurut sekte ini, membaca buku-buku agama dan keilmuan sama sekali haram. Sebaliknya, kedudukan yang dicapai dengan sesaat usaha spiritual para Sufi tak dapat dicapai dengan membaca buku selama tujuh puluh tahun.
Menurut para ulama Syi'ah, semua sekte itu berada di jalan batil dan telah keluar dari Islam. Dalam hubungan ini, banyak ucapan para imam telah diriwayatkan. Dalam Khotbah di atas juga Amirul Mukminin memandang pemutusan 'Ashim ibn Ziyâd dari dunia ini sebagai kejahatan iblis, dan ia memperingatkannya dengan keras supaya tidak menempuh jalan itu. (Untuk kajian lebih lanjut, lihat Syarh Nahjul Balâghah oleh al-Hajj Habîbullah al-Khû`î, XIII, h. 132-471; XIV, h. 2-22.)
KHOTBAH 210 Kebesaran Allah dan Penciptaan Alam Semesta
Adalah melalui kekuatan dari kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya yang halus untuk pembaruan maka la membuat bumi yang kering dan padat dari air samudra yang dalam tak terukur, kompak dan bergaya. Kemudian la membuat darinya lapisan-lapisan dan memisah-misahkannya menjadi tujuh langit setelah mereka dipadukan bersama-sama. Dengan demikian, maka mereka menjadi diam atas perintah-Nya dan berhenti pada batas yang ditetapkan-Nya. la membuat bumi demikian rupa sehingga ia dipikul olcjj^ air yang biru dalam, yang mengelilingi dan tergantung yang taat kepada perintah-Nya dan telah menyerah kepada kebesaran pesona-Nya sementara mengalirnya terhenti karena takut kepada-Nya.
la juga menciptakan bukit-bukit yang tinggi, karang-karang dan batu serta gunung-gunung yang tinggi. la menempatkannya pada tempatnya masing-masing dan membuatnya tetap demikian. Puncak-puncaknya bangkit ke udara sedang akar-akarnya tinggal di air. Secara demikian ia bangkitkan gunung-gunung di atas lapangan-lapangan dan menetapkan fondasi-fondasinya dalam bentangan yang luas di mana saja mereka berdiri. la membuat puncak-puncaknya tinggi dan membuat badan-badannya besar. la membuatnya sebagai tiang-tiang bagi bumi dan menetapkannya di situ seperti pasak-pasak. Akibatnya bumi menjadi diam; apabila tidak, (maka) ia mungkin melengkung dengan penghuninya atau tenggelam ke dalam dengan bebannya, atau bergeser dari kedudukannya.
Karena itu, Mahasuci Dia yang menghentikannya setelah mengalirnya air-airnya dan memadatkannya setelah keadaan berair dari sisi-sisinya. Secara ini la membuatnya buaian dari makhluk-makhluk-Nya dan menyebarkannya bagi mereka dalam bentuk lantai di atas lautan dalam yang berdiam dan tidak bergerak, dan menetap dan tidak mengalir. Angin yang keras menggerakkannya di sana sini dan awan menarik air darinya.
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)." (QS. 79:26) •
KHOTBAH 211 Tentang Orang-orang yang Berlepas Diri dari Mendukung yang Benar
Ya Tuhanku! Barangsiapa mendengar ucapan kami yang adil dan yang mencari kemakmuran agama dan kehidupan duniawi dan tidak mencari bencana, tetapi menolaknya setelah mendengamya, maka pastilah ia berpaling dari menolong-Mu dan menolak dari menguatkan agama-Mu. Kami menjadikan Engkau saksi atas dia, dan Engkau yang terbesar dari semua saksi; dan kami membuat semua yang menghuni bumi-Mu dan langit-Mu saksi atas dia. Setelah itu, hanya Engkau saja yang dapat membuat kami tidak memerlukan dukungannya dan menanyainya atas dosanya. •
KHOTBAH 212 Kemuliaan Allah dan Kenangan kepada Nabi
Segala puji bagi Allah yang di atas segala keserupaan dengan makhluk-makhluk-Nya, di atas kata-kata dari para pengggambar, yang menunjukkan keajaiban pengelolaan-Nya bagi para pelihat, yang tersembunyi dari khayalan para pemikir karena kebesaran dari keagungan-Nya, yang mempunyai pengetahuan tanpa memperolehnya, menambahkannya atau menarik darinya (dari seseorang), dan Yang pengatur segala urusan tanpa merenung atau berpikir. la sedemikian sehingga gelap tidak mengenai-Nya, tidak pula la mencari cahaya dari kecerahan; malam tidak menyusul-Nya, tidak pula siang melewati-Nya (sehingga mempengaruhi-Nya dengan suatu cara). Pengertian-Nya (tentang segala sesuatu) tidak melalui mata, dan pengetahuan-Nya tidak tergantung pada pemberitahuan.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang nabi
Allah mengutus Nabi dengan cahaya, dan memberikan kepadanya keutamaan tertinggi dalam pilihan. Melalui beliau Allah mempersatukan orang-orang yang terpecah-pecah, mengalahkan yang kuat, mengatasi kesulitan-kesulitan dan meratakan tanah yang kasar, dan dengan demikian menyingkirkan kesesatan dari kanan dan kiri. •
KHOTBAH 213 Mulianya Keturunan Nabi
Saya bersaksi bahwa la adil dan berbuat adil. la wasit Yang memutuskan (antara yang benar dan salah). Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya dan Kepala dari semua hamba-Nya. Bilamana Allah membagi-bagi garis keturunan, la menempatkan beliau pada yang lebih baik, dan oleh karena itu tak ada orang mungkar yang turut memiliki bersama beliau, dan tiada pula seorang keji menjadi mitra beliau.
Hati-hatilah! Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci telah menyediakan bagi kebajikan orang-orang yang sesuai atasnya, bagi kebenaran tiang-tiang (yang mendukungnya), dan bagi ketaatan perlindungan (terhadap penyelewengan). Dalam setiap urusan ketaatan Anda akan mendapatkan pertolongan Allah Yang Mahasuci yang akan berbicara melalui lidah dan memberikan keteguhan pada hati. Itu cukup bagi orang-orang yang mencari kecukupan, dan obat bagi orang-orang yang mencari pengobatan.
Ciri-ciri Orang Bajik yang Petunjuknya Harus Diikuti
Ketahuilah, sesungguhnya hamba-hamba Allah yang memelihara pengetahuan-Nya, memberikan perlindungan pada hal-hal yang dikehendaki-Nya untuk dilindungi, dan membuat sumber-Nya mengalir (bagi manfaat orang lain). Mereka saling berhubungan dengan bersahabat dan saling bertemu dengan kasih sayang. Mereka meminum air dari cangkir yang memuaskan haus dan kembali dari tempat pengairan dengan penuh kepuasan. Salah paham tidak mengenai mereka dan gunjingan tidak beroleh pijakan pada mereka. Secara ini Allah telah mengikat watak mereka dengan perilaku yang baik. Karena ini mereka saling mencintai dan saling menemui. Mereka telah menjadi unggul, seperti benih yang terpilih dengan mengambil sebagian dan membuang sebagian. Pemilihan ini telah membedakan mereka dan proses pemilihan telah menyucikan mereka.
Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan kemuliaan dengan mengambil sifat-sifat ini. la harus takut akan Hari Kiamat sebelum (hari) itu tiba, dan ia harus menilai singkatnya kehidupannya dan singkatnya waktu di tempat tinggalnya yang hanya akan berlangsung selama persinggahan ke tempatnya yang berikut. Oleh karena itu ia harus berbuat sesuatu untuk perpindahannya dan untuk tahapan berikut dari perpisahannya. Diberkatilah orang yang mempunyai hati yang bajik, yang mengikuti orang yang me-mandunya, menolak dia yang membawa kepada keruntuhan, menangkap jalan keamanan dengan pertolongan orang yang memberikan kepadanya cahaya (petunjuk) dan dengan menaati pemimpin yang memerintahnya, bergegas kepada petunjuk sebelum pintu-pintunya tertutup, membuka pintu taubat dan menyingkirkan (noda) dosa. Sesungguhnya ia telah ditempatkan pada jalan yang benar dan memandunya ke jalan yang lurus. •
KHOTBAH 214 Doa yang Sering Dibaca Amirul Mukminin
Segala puji bagi Allah yang telah membuat aku sedemikian sehingga aku belum mati dan tidak sakit, tidak pula nadiku ditulari penyakit, tidak aku diangkat karena tindakan burukku, tidak pula tanpa keturunan, tiada aku meninggalkan agamaku, tidak aku merasa asing dengan imanku, tidak pula kecerdasanku terpengaruh, tidak pula aku dihukum dengan hukuman orang-orang sebelumku. Aku adalah seorang budak milik-Mu, aku telah bersalah karena melampaui batas atas diriku sendiri. Engkau telah mencurahkan pembelaan-Mu atas diriku dan aku tidak mempunyai pembelaan (di hadapan-Mu). Aku tidak mempunyai kekuasaan untuk mengambil kecuali apa yang Kauberikan kepadaku, dan aku tak dapat mengelak kecuali apa yang Engkau selamatkan aku darinya.
Ya Tuhanku! Aku mencari perlindungan-Mu dari menjadi miskin padahal Engkau kaya, dari tersesat padahal (ada) petunjuk-Mu, dari teraniaya dalam kerajaan-Mu dan dari terhina padahal wewenang terletak pada-Mu.
Ya Tuhanku! Jadikanlah kiranya ruhku yang pertama dari sesuatu yang baik yang Kauambil dariku, dan amanat yang pertama dari nikmat-nikmat-Mu yang diamanatkan kepadaku.
Ya Tuhaku! Kami memohon perlindungan dari berpaling dari perintah-Mu atau mendurhaka terhadap agama-Mu, atau terpimpin oleh hawa nafsu kami sebagai ganti petunjuk yang datang dari-Mu. •
23
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 215 Diucapkan pada Pertempuran Shiffin
Hak Timbal Balik antara Penguasa dan Rakyat
Kemudian daripada itu, Allah Yang Mahasuci, dengan menempatkan saya atas urusan Anda, telah menciptakan hak saya atas Anda, dan Anda pun mempunyai hak atas diri saya, sebagimana saya mempunyai hak atas Anda. Suatu hak adalah sangat luas dalam uraian tetapi sangat sempit dalam kesesuaian tindakan. la tidak menambahkan bagi seseorang kecuali apabila ia menambahkan terhadapnya pula, dan hak tidak menambah terhadap seseorang kecuali apabila ia menambah bagi (keuntungan)nya. Apabila ada suatu hak yang hanya menguntungkan bagi seseorang tanpa hak (sehubungan dengan itu) terhadap dirinya, adalah itu semata-mata bagi Allah Yang Mahasuci, dan bukan bagi makhluk-makhluk-Nya, karena (berdasarkan) kekuasaan-Nya atas makhluk-makhluk-Nya dan keadilan yang menembusi seluruh ketetapan-Nya. Sesungguhnya la Yang Mahasuci telah menciptakan hak-Nya atas makhluk bahwa mereka harus menyembah-Nya, dan telah menetapkan bagi Diri-Nya (kewajiban) atas ganjaran bagi mereka yang sama dengan beberapa kali imbalan sebagai tanda rahmat-Nya dan kemurahan yang la sanggupi.
Kemudian, dari hak-hak-Nya la Yang Mahasuci menciptakan hak-hak tertentu bagi orang-orang tertentu atas yang lain-lainnya. la membuatnya sedemikian rupa sehingga sebanding antara satu sama lainnya. Beberapa dari hak-hak ini menimbulkan hak-hak lain. Beberapa hak adalah sedemikian rupa sehingga mereka tidak menambah kecuali dengan yang lain-lainnya. Yang paling besar dari semua hak-hak yang telah diwajibkan Allah Yang Mahasuci ialah hak penguasa atas yang dikuasai dan hak yang dikuasai atas penguasa. Ini kewajiban yang telah ditetapkan Allah Yang Mahasuci atas satu sama lainnya. la telah menjadikannya basis bagi saling kasih sayang mereka, dan suatu kemuliaan bagi agama mereka. Sebagai akibatnya, yang dikuasai tak mungkin makmur apabila penguasanya tidak sehat, sedang para penguasa tak akan sehat kecuali rakyatnya tabah.
Apabila rakyat memenuhi hak-hak penguasa dan penguasa memenuhi hak-hak rakyat, maka hak beroleh kedudukan terhormat di antara mereka, jalan agama menjadi mapan, tanda-tanda keadilan menjadi tetap dan sunah beroleh jalan.
Dengan jalan ini waktu akan membaik, kelanjutan pemerintahan akan diharapkan, dan tujuan-tujuan musuh akan digagalkan. Tetapi, apabrla rakyat menguasai si penguasa, atau penguasa menindas rakyat, maka perselisihan muncul pada setiap kata, tanda-tanda penindasan muncul, bencana memasuki agama, dan jalan sunah ditinggalkan. Kemudian orang bertindak berdasarkan hawa nafsu, perintah (agama) disingkirkan, penyakit rohani menjadi banyak, dan tak ada ragu-ragu dalam mengabaikan hak-hak besar sekalipun, tidak pula dalam melakukan kesalahan-kesalahan besar. Dalam keadaan semacam itu, orang bajik dihinakan sementara orang jahat dihormati, dan ada azab yang pedih dari Allah Yang Mahasuci kepada manusia.
Oleh karena itu, Anda harus saling menasihati (untuk memenuhi kewajiban Anda) dan bekerjasama. Bagaimanapun luar biasa hasrat seseorang untuk mendapatkan keridaan Allah, dan betapapun ia sepenuhnya berusaha untuk itu, ia tak dapat melaksanakan (kewajiban bagi) ketaatannya kepada Allah Yang Mahasuci sebagaimana yang sesungguhnya hak bagi-Nya, dan adalah suatu hak Allah yang wajib atas manusia bahwa mereka harus saling menasihati sekuat kemampuan mereka, dan bekerjasama untuk menegakkan kebenaran di antara mereka. Tak ada orang, betapa besar pun kedudukannya dalam urusan kebenaran, dan betapa maju pun keutamaannya dalam agama, yang berada di luar batas kerjasama sehubungan dengan kewajiban-kewajiban yang diletakkan padanya oleh Allah. Lagi, tak ada orang, betapapun kecilnya ia dipandang oleh orang lain, dan betapa rendah pun ia mungkin tampil di mata, yang terlalu rendah untuk bekerjasama atau ditawari kerjasama dalam urusan ini.
Salah seorang sahabat Amirul Mukminin menjawab kepadanya dengan suatu pidato panjang di mana ia memujinya (Amirul Mukminin) dan menyebutkan bahwa ia sendiri mendengarkannya dan menaatinya, yang atasnya Amirul Mukminin berkata:
Apabila di dalam pikirannya seseorang memandang kesucian Allah tinggi, dan dalam hatinya beriman bahwa kedudukan Allah mulia maka, karena besarnya hal-hal ini, adalah haknya untuk memandang semua hal lainnya kecil. Di antara orang-orang semacam itu, orang yang padanya rahmat Allah besar dan nikmat-nikmat Allah ramah, mempunyai kewajiban yang lebih besar, karena rahmat Allah kepada seseorang tidak akan bertambah tanpa bertambahnya hak Allah atasnya.
Dalam pandangan orang bajik, kedudukan terbumk penguasa adalah bila mereka dianggap mencintai kemuliaan, dan urusan mereka dianggap berdasarkan kebanggaan. Sesungguhnya saya membenci kalau-kalau terjadi pada pikiran Anda bahwa saya mencintai pujian tinggi atau mendengar lagu pujian. Dengan rahmat Allah, saya tidak seperti itu. Sekalipun misalnya saya menyukai disebut seperti itu, saya akan menyerahkannya dalam ketundukan ke hadapan Allah Yang Mahasuci ketimbang menerima kebesaran dan kemuliaan yang atasnya la lebih berhak. Pada umumnya manusia merasa senang pada pujian setelah pelaksanaan kerja yang baik; tetapi janganlah menyebutkan bagi saya pujian bagus atas kewajiban-kewajiban yang saya lakukan kepada Allah dan kepada Anda, karena (saya) takut akan kewajiban-kewajiban yang tidak saya laksanakan dan karena mengeluarkan perintah-perintah yang tak terelakkan, dan janganlah menyapa saya dengan sapaan pada raja-raja.
Janganlah menghindari saya sebagaimana (menghindari) manusia-manusia hawa nafsu, jangan menemui saya dengan puji-pujian, dan jangan berpikir bahwa saya akan menyalahkan apabila suatu hal yang benar dikatakan kepada saya, karena orang yang merasa muak bilamana kebenaran dikatakan kepadanya atau suatu hal yang adil diletakkan di hadapannya akan mendapatkannya lebih sulit untuk melaksanakannya. Oleh karena itu janganlah berpantang dari berkata benar atau menudingkan masalah keadilan, karena saya tidak memandang diri saya di atas kekeliruan.[1] Saya tidak luput dari membuat kekeliruan dalam tindakan saya melainkan Allah menolong saya (dalam mengelakkan kekeliruan) dalam urusan-urusan di mana la lebih berkuasa daripada saya. Sesungguhnya saya dan Anda adalah hamba-hamba yang dimiliki Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. la memiliki diri kita yang tidak kita miliki. la membawa kita dari mana kita berada kepada yang berarti kemakmuran bagi kita. la mengubah kesesatan kita dan memberikan kepada kita kecerdasan setelah kebutaan. •
[1] Bahwa kesucian malaikat berbeda dengan kecucian manusia tak perlu lagi dibahas secara mendetail. Kesucian malaikat berarti bahwa mereka tidak mempunyai dorongan untuk berbuat dosa, sedangkan kesucian manusia berarti bahwa walaupun ia mempunyai kelemahan manusiawi dan hawa nafsu, namun ia memiliki kemampuan khas untuk melawannya dan ia tidak mesti dikalahkan olehnya sehingga berbuat dosa. Kemampuan ini sendiri disebut kesucian, dan itu mencegahnya untuk membangkitkan hawa nafsu dan dorongannya. Kata-kata Amirul Mukminin bahwa "saya tidak memandang diri saya di atas kekeliruan" merujuk dorongan hawa nafsu manusiawi itu, dan ucapannya bahwa "Allah menolong saya dalam menjauhi kekeliruan" merujuk kesucian. Nada yang sama terdapat dalam Al-Qur'an dalarn kata-kata Nabi Yusuf (as),
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 12:53)
Sebagaimana dalam ayat ini, karena adanya pengekecualian, bagiannya yang pertama tak dapat digunakan untuk argumen menentang kesuciannya. Demikian pula, karena adanya pengecualian, "tetapi Allah menolong saya dalam menjauhkan kekeliruan" dalam ucapan Amirul Mukminin, bagiannya yang pertama tak dapat digunakan sebagai argumen melawan kesuciannya, karena apabila demikian maka kesucian nabi pun akan harus ditolak. Demikian pula, kalimat terakhir khotbah ini tak boleh diartikan bahwa sebelum maklumat pertama kenabian beliau berada di bawah pengaruh kepercayaan jahiliah, dan sebagai orang lain sebelumnya adalah kafir beliau pun dahulunya berada dalam gelapnya kesesatan. Karena, sejak lahirnya Amirul Mukminin dibesarkan oleh Nabi, dan efek latihan dan pengasuhan beliau telah meresap ke dalam dirinya. Tak dapat dibayangkan bahwa orang yang sejak masa kecilnya melangkah pada jejak Nabi akan menyimpang dari bimbingan walau sejenak. Maka Mas'ûdî menulis,
"Amirul Mukminin tak pernah mempercayai tuhan lain kecuali Allah sehingga tak mungkin ada masalah tentang penerimaan Islamnya. la malah mengikuti Nabi dalam seluruh tindakan ... dan dalam keadaan itu sendiri ia mencapai kedewasaannya. (Murûj adz-Dzahab, II, h. 3)
Di sini, dengan orang-orang yang dipimpin Allah dari kegelapan kepada bimbingan, mjukannya ialah kepada orang-orang yang kepadanya Amirul Mukminin berkata. Ibn Abil Hadtd menulis,
"Rujukannya di sini bukanlah kepada dirinya sendiri, karena ia tak pernah kafir sehingga menerima Islam setelah itu, tetapi dalam kata-kata ini ia merujuk kelompok orang-orang kepada siapa ia berkata." (Syarh Nahjul Balâghah, II, h. 108)
KHOTBAH 216 Tentang Kelebih-lebihan Orang Quraisy
Tuhanku! Aku memohon kepada-Mu untuk mengambil pembalasan atas orang Quraisy dan orang-orang yang membantu mereka, karena mereka memotong roboh kekerabatanku dan menjungkirkan mangkukku, dan telah bergabung bersama-sama untuk berebut hak yang menjadi hakku melebihi siapa pun lainnya. Mereka berkata kepada saya, "Apabila Anda dapatkah hak Anda, itu akan adil, tetapi apabila hak itu ditolak dari Anda, itu pun adil. Tanggunglah itu dengan kesusahan atau bunuhlah diri Anda sendiri dalam kesedihan." Saya melihat sekeliling tetapi tidak melihat siapa pun untuk memperisai saya, melindungi saya atau menolong saya, kecuali kematian para anggota keluarga saya. Saya menahan diri dari menerjunkan mereka ke dalam kematian dan oleh karena itu saya menutup mata saya walaupun adanya debu, terus menelan liur walaupun ada (cekikan) kesedihan, dan menanggung perihnya kemarahan sekalipun hal itu lebih pahit dari jadam dan lebih menyedihkan dari gigitan pisau.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Orang-orang yang Pergi ke Bashrah Untuk Memerangi Amirul Mukminin Mereka menyerang para pejabat saya dan penjaga Baitul Mal yang masih berada di bawah kekuasaan saya, dan atas rakyat dari suatu kota besar, yang semuanya taat kepada saya dan membaiat saya. Mereka menciptakan perpecahan di antara mereka, menghasut partai mereka melawan saya dan menyerang para pengikut saya. Mereka membunuh sekelompok darinya secara khianat, sedang kelompok lain mengangkat pedang melawan mereka dan bertempur dengan pedang sampai mereka menemui Allah sebagai penganut kebenaran.
Sayid Radhî mencatat: Ucapan Amirul Mukminin ini telah disebutkan dalam Khotbah (171) sebelumnya, tetapi saya mengulanginya di sini karena perbedaan versinya. •
KHOTBAH 217 Ketika Amirul Mukminin melewati mayat Thalhah ibn 'Ubaidullah dan 'Abdur-Rahman ibnu 'Attâb ibn Asid yang terbunuh dalam Perang Jamal, ia berkata:
Abu Muhammad (Thalhah) terbaring di sini jauh dari tempatnya sendiri. Demi Allah, saya tidak menyukai orang Quraisy terbaring tewas di bawah bintang. Saya telah membalas terhadap keturunan 'Abû Manâf, tetapi pemimpin orang-orang Bani Jumah[1] telah luput dari saya. Mereka telah mengulurkan leher kepada suatu urusan yang untuk itu mereka tidak sesuai, dan karena itu leher mereka patah sebelum mereka mencapai tujuannya. •
[1] Dalam pertempuran Jamal (Perang Unta), sekelompok Bani Jumah berada di pihak 'A'isyah. Tetapi tokoh-tokoh kelompok ini melarikan diri dari medan pertempuran. Di antara mereka adalah 'Abdullah ath-Thawîl ibn Shafwân, Yahya ibn Hakim, 'Amir ibn Mas'ud, dan Ayyub ibn Habib. Dari kelompok (Bani Jumah) ini hanya dua orang yang tewas.
KHOTBAH 218 Sifat-sifat Orang Takwa dan Saleh
Ia (orang mukmin) menjaga pikirannya tetap hidup dan membunuh (hawa nafsu) hatinya sampai badannya menjadi kurus, tubuhnya menjadi ringan dan suatu sinar cahaya dari kecerahan yang luar biasa bersinar dari dia. Hal itu menerangi jalan baginya dan membawanya ke jalan (yang benar). Berbagai pintu mengantarkannya ke pintu keselamatan dan tempat kediaman (yang abadi). Kakinya, sambil mngimbangkan badannya, menjadi tetap dalam posisi keselamatan dan kesenangan, karena ia memelihara hatinya (dalam amal baik) dan meridai Tuhannya. •
KHOTBAH 219 Amirul Mukminin membaca ayat:
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke liang kubur."[1]
Kemudian ia berkata: Betapa jauh tujuan mereka (dari jangkauan), betapa lalai para pengunjung ini, dan betapa sulitnya keadaan mereka. Mereka tidak meng-ambil pelajaran dari hal-hal yang penuh pelajaran, tetapi mereka mengambilnya dari tempat-tempat yang jauh. Apakah mereka membanggakan tubuh-tubuh nenek moyang mereka yang telah mati, ataukah mereka memandang jumlah orang-orang mati itu sebagai suatu dasar untuk merasa sombong akan jumlah mereka? Mereka hendak menghidupkan tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa dan gerakan yang telah berhenti. Mereka lebih pantas menjadi sumber pelajaran ketimbang sumber kebanggaan. Mereka lebih cocok menjadi sumber kehinaan daripada sumber kemuliaan.
Mereka melihat kepada orang-orang (yang telah mati) itu dengan mata yang berpandangan lemah, dan turun ke dalam liang kejahilan. Sekiranya mereka telah bertanya tentang orang-orang itu dari rumah-rumah yang bobrok dan halaman-halaman yang kosong maka mereka akan sudah mengatakan bahwa mereka masuk ke dalam tanah dalam keadaan sesat, dan Anda pun sedang menuju dengan jahil kepada mereka. Anda memijak-mijak tengkorak mereka, hendak mendirikan bangunan di atas mayat mereka, Anda memakan rumpat yang telah mereka tinggalkan, dan tinggal di rumah-rumah yang telah mereka kosongkan. Hari-hari (yang terletak) di antara mereka dan Anda pun meratapi Anda dan membacakan lagu-lagu sedih atas Anda.
Mereka pendahulu Anda dalam mencapai tujuan itu dan telah tiba di tempat perakan sebelum Anda. Mereka mempunyai kedudukan mulia dan banyak kebanggaan. Mereka para penguasa dan pemegang kedudukan. Sekarang mereka telah memasuki celah di mana bumi menutupi mereka dari atas, dan sedang memakan daging mereka dan meminum darah mereka. Mereka berbaring di liang-liang kubur mereka tanpa nyawa, tak ada lagi pertumbuhan, dan tersempunyi, tak dapat ditemui. Datangnya bahaya tidak menakutkan mereka, dan sulitnya keadaan tidak menyusahkan mereka. Mereka tidak peduli akan gempa bumi, tidak pula mereka peduli akan guntur. Mereka telah pergi dan tidak diharapkan kembali. Mereka ada tetapi tidak kelihatan. Mereka (dulu) bersatu tetapi kini tersebar. Mereka (dahulu) bersahabat dan sekarang berpisah.
Riwayat mereka tidak diketahui dan rumah-rumah mereka sepi, bukan karena panjangnya waktu atau jauhnya jarak, tetapi karena mereka telah dibuat meminum cawan (kematian) yang telah mengubah pembicaraan mereka menjadi kebungkaman. Seakan-akan mereka jatuh tertidur. Mereka saling bertetangga yang tidak saling mencintai, atau sahabat yang tidak saling bertemu. Ikatan dari saling kenal mereka telah meluntur dan hubungan persahabatan mereka telah terpotong remuk. Karena itu maka setiap orang dari mereka kesepian walaupun mereka dalam suatu kelompok, dan mereka orang-orang asing, walaupun bersahabat. Mereka tidak menyadari pagi setelah malam, dan sore setelah siang. Malam atau siang ketika mereka berangkat telah menjadi selalu ada bagi mereka.2[2] Mereka mendapatkan bahaya-bahaya dari tempat tinggal mereka lebih parah daripada yang mereka khawatirkan, dan mereka menyaksikan bahwa tanda-tandanya lebih besar daripada yang mereka duga. Kedua tujuan itu (yakni surga dan neraka) telah direntangkan bagi mereka sampai ke titik di luar jangkauan takut atau harapan. Sekiranya mereka dapat berkata-kata, mereka akan menjadi bisu untuk menggambarkan apa yang mereka saksikan atau mereka lihat.
Walaupun jejak-jejak mereka telah dihapus dan kabar-kabar mereka telah berhenti (beredar), mata mampu menarik suatu pelajaran, bila mereka melihat kepadanya, telinga pikiran mendengar mereka, dan mereka berbicara tanpa mengeluarkan kata-kata. Maka, mereka katakan bahwa wajah-wajah gagah telah dihancurkan dan tubuh-tubuh halus telah berlumur tanah. Kami telah memakai kain kapan yang telah menjadi gombal. Sempitnya kubur telah menguasai kami dan keterasingan telah menyebar di kalangan kami. Tempat kediaman kami yang sepi telah diruntuhkan. Keindahan tubuh kami telah lenyap. Wajah kami yang dikenal telah menjadi menjijikkan. Tinggalnya kami di tempat-tempat keterasingan telah menjadi lama. Kami tidak mendapatkan kelegaan dari kepedihan, tidak pula keluasan dari kesempitan.
Sekarang, bila Anda gambarkan mereka dalam pikiran Anda, atau apabila tirai yang menyembunyikan mereka disingkirkan dari mereka untuk Anda, dalam keadaan ini ketika telinga mereka telah kehilangan daya dan menjadi tuli, mata mereka telah dipenuhi debu dan tenggelam ke dalam, lidah mereka yang dahulu sangat giat telah terpotong terpenggal-penggal, hati mereka yang dahulunya selalu terjaga telah menjadi tak bergerak di dada mereka, pada setiap anggota mereka suatu pembusukan yang khusus telah terjadi yang telah mengubah bentuknya, dan telah membuka jalan bagi bencana terhadapnya, semua ini terbaring tak berdaya, tanpa tangan untuk menolong mereka dan tanpa hati untuk merasa susah atas mereka, (maka) tentulah Anda akan melihat kesusahan hati (mereka) dan kotornya mata (mereka).
Setiap kesusahan mereka adalah sedemikian sehingga kedudukannya tidak betubah dan kesusahan itu tidak menjauh. Betapa banyak tubuh yang bermartabat dan kecantikan yang mencengangkan yang telah ditelan bumi, walaupun di dunia ia menikmati kesenangan yang amat besar dan dipelihara dalam kehoraiatan. la berpegang erat pada kesenangan (bahkan) di saat kesusahan. Apabila kesusahan menimpanya ia raencari perlindungan dalam hiburan (yang diambil) melalui kesenangan-kesenangan hidup dan permainan dan pertandingan. la tertawa kepada dunia sementara dunia menertawakannya karena kehidupannya penuh kelalaian. Kemudian waktu memijak-mijaknya seperti duri-duri, hari-hari melemahkan tenaganya, dan kematian mulai melihatnya dari dekat. Kemudian ia terkejar oleh kesusahan yang belum pernah dirasakannya, dan penyakit muncul di tempat kesehatan yang dahulu dimilikinya.
la kemudian berpaling kepada apa yang untuk itu tabib telah membuatnya terbiasa, yakni menekan (penyakit) yang panas dengan (obat) yang dingin, dan menyembuhkan yang panas dengan obat dingin, tetapi hal-hal yang dingin itu tidak melakukan sesuatu selain memperparah sakit yang panas, sedang obat yang panas tidak berbuat apa-apa selain meningkatkan kedinginan, tidak pula ia tnendapatkan keugaharian dalam tubuhnya melainkan setiap penyakitnya bertambah sehingga tabib-tabibnya menjadi tak berdaya, para perawatnya menjadi benci dan kaumnya sendiri merasa jijik menggambarkan penyakitnya, mengelak dari menjawab orang-orang yang menanyakannya dan bertengkar di hadapannya tentang berita serius yang telah mereka sembunyikan dari dia. Demikianlah, seseorang akan mengatakan, "keadaannya adalah apa adanya" dan menghibur mereka dengan harap-an akan kesembuhannya, sedang seorang lain akan menasihatkan supaya bersabar ketika kehilangan dia, mengingatkan kepada mereka bencana-bencana yang menimpa generasi-generasi yang lebih dini.
Dalam keadaan ini, ketika ia sedang siap untuk berangkat dari dunia dan meninggalkan orang-orang yang dicintainya, ketersedakan yang demikian parah melandanya sehingga kesadarannya menjadi kebingungan dan kelembaban lidahnya mengering. Sekarang banyak pertanyaan penting yang jawabannya ia tahu tetapi ia tak dapat mengucapkannya, dan banyak suara yang menyakitkan bagi hatinya yang ia dengar tetapi tetap (tak bergerak) seakan-akan ia tuli pada suara yang lebih tua yang biasa ia hormati atau yang lebih muda yang biasa ia belai. Perihnya kematian terlalu mengerikan untuk diliput oleh penggambaran atau untuk dinilai oleh hati manusia di dunia ini. •
[1] Al-Qur'an, surah at-Takâtsur, 102:1-2. Sebab turunnya ayat ini ialah ketika suku Bani 'Abdu Manâf dan Bani Sahm saling menyombong tentang kelimpahan kekayaan mereka dan orang sesukunya, dan untuk membuktikan bahwa jumlah mereka masing-masing lebih banyak, mereka memasukkan orang-orang mereka yang telah mati pula. Sehubungan dengan itu ayat ini diturunkan, yang maksudnya bahwa banyaknya kekayaan dan mayoritas dalam jumlah telah membuat Anda lupa bahwa Anda menghitung orang mati juga bersama orang hidup. Ayat ini juga dipandang bermakna bahwa kelimpahan harta dan keturunan telah membuat Anda lupa sampai Anda masuk kubur, tetapi ucapan Amirul Mukminin di atas itu mendukung makna yang pertama.
[2] Ini berarti bahwa bagi orang yang mati di siang hari, saat itu selalu siang, sedang bagi orang yang mati di malam hari kegelapan malam tak pernah terusir, karena mereka berada di suatu tempat di mana tidak ada peredaran bulan dan matahari, dan tak ada pergiliran malam dan siang. Makna yang sama telah diungkapkan oleh seorang penyair:
Pastilah ada hari tanpa malam,
Atau malam yang datang tanpa siang.
KHOTBAH 220 Diucapkan setelah membaca ayat:
"... (bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang diperintahkan untuk) dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan (tidak) oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (QS. 24:36-37)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi telah membuat ingatan kepada-Nya cahaya bagi hati yang mendengar dengan pertolongannya walaupun tuli, melihat dengan pertolongannya walaupun buta, dan menjadi patuh dengan pertolongannya walaupun ada kerusuhan.
Dalam semua masa dan waktu ketika tidak ada nabi, ada orang-orang dengan siapa Allah yang nikmat-nikmat-Nya tak ternilai, berbisik melalui kecerdasan mereka dan berbicara melalui pikiran mereka. Dengan bantuan kesadaran telinga, mata dan hati mereka yang cerah, mereka terus mengingatkan orang-orang lain tentang mengingat hari-hari Allah dan membuat orang lain takut kepada-Nya seperti titik-titik petunjuk jalan di hutan belantara. Barangsiapa menempuh jalan tengah itu, mereka memuji jalan-jalannya dan memberikan kepadanya kabar keselamatan, tetapi barangsiapa pergi ke kanan atau ke kiri, mereka akan mengotori jalan-jalannya dan menakut-nakuti dia dengan kerantuhan. Secara ini mereka merupakan lampu-lampu dalam kegelapan ini dan pemandu-pemandu melalui keragu-raguan ini.
Ada beberapa orang yang berbakti mengingat (Allah), yang telah mengambilnya sebagai ganti hal-hal duniawi, sehingga perniagaan atau perdagangan tidak memalingkan mereka darinya. Mereka berbicara ke telinga orang-orang yang lalai, memperingatkan terhadap hal-hal yang diharamkan Allah, mereka memerintahkan manusia untuk menjalankan keadilan, dan mereka sendiri melaksanakannya, dan mereka mencegah manusia dari yang haram dan mereka sendiri menahan diri darinya. Seakan-akan mereka telah menyelesaikan perjalanan dunia ini ke arah dunia akhkat dan telah melihat apa yang ada di baliknya. Akibatnya, mereka telah mengenali segala yang menimpa mereka dalam sela waktu di masa tinggalnya dalam waktu lama di sana, dan Hari Pengadilan memenuhi janjinya kepada mereka. Oleh karena itu mereka menyingkirkan tabir dari hal-hal ini bagi manusia dunia, sampai seakan-akan mereka melihat apa yang tidak dilihat manusia dan mendengar apa yang tidak didengar manusia.
Apabila Anda menggambarkan mereka dalam pikiran Anda dalam kedudukan mereka yang mengagumkan dan kunjungan-kunjungan mereka yang termasyhur, ketika mereka telah membuka catatan-catatan amal mereka dan siap untuk menyampaikan tanggung jawab tentang diri mereka sendiri sehubungan dengan hal-hal kecil maupun besar yang diperintahkan kepada mereka tetapi tidak mereka lakukan, atau apa yang diperintahkan kepada mereka untuk menahan diri darinya tetapi mereka memperturutkan nafsu di dalamnya, dan mereka menyadari beratnya beban (amal buruk) mereka di belakang mereka, dan mereka merasa terlalu lemah untuk menanggungnya, maka mereka menangis dengan getir dan berkata antara satu sama lainnya sementara masih menangis dan meratap kepada Allah dalam penyesalan dan pengakuan (akan kekurangan mereka), akan Anda dapati mereka sebagai lambang-lambang petunjuk dan lampu dalam kegelapan, malaikat-malaikat akan mengelilingi mereka, kedamaian akan turun kepada mereka, pintu-pintu langit akan dibukakan bagi mereka, dan kedudukan yang mulia akan diberikan kepada mereka di tempat yang telah diberitahukan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, la telah menghargai amal-amal mereka dan memuji sikap mereka. Mereka menyeru Dia dan bernapas dalam udara keampunan, mereka selalu memerlukan rahmat-Nya dan tetap merendah di hadapan kebesaran-Nya, panjangnya kesedihan mereka telah memedihkan hati mereka, dan panjangnya waktu mereka menangis telah memerihkan mata mereka. Mereka mengetuk di setiap pintu kecenderungan kepada Allah. Mereka meminta kepada Dia Yang kemurahan-Nya tidak menjadikan kemiskinan dan dari Dia Yang orang-orang yang mendekati-Nya tidak dikecewakan.
Oleh karena itu, buatlah perhitungan atas diri Anda demi kepentingan Anda sendiri, karena perhitungan orang lain akan diambil oleh seseorang yang lain dari Anda. •
KHOTBAH 221 Amirul Mukminin membaca ayat:
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (QS. 82:6)
kemudian ia berkata: Yang dialamati (dalam ayat ini) tidak mempunyai argumen, dan dalihnya paling menipu. la menahan diri dalam kejahilan.
Wahai manusia! Apa yang telah melancangkan Anda (berbuat) dosa, apa yang telah menipu Anda tentang Tlihan Anda, dan apa yang telah membuat Anda puas dengan kehancuran diri Anda sendiri? Tidak adakah obat bagi penyakit Anda atau tidak ada kebangunan dari tidur Anda? Tidakkah Anda menaruh kasihan pada diri Anda sendiri seperti Anda menaruh belas kasihan pada orang lain? Pada umumnya bilamana Anda melihat seseorang terlanda teriknya matahari, Anda menutupinya dengan naungan, atau apabila Anda melihat seseorang tertimpa kesedihan yang menyakiti tubuhnya, Anda menangis karena kasihan kepadanya. Lalu apa yang telah membuat Anda sabar atas penyakit Anda sendiri, apa yang telah membuat Anda kukuh dalam petaka Anda sendiri, dan apa yang telah melipur Anda dari menangisi diri Anda sendiri padahal hidup Anda paling berharga bagi Anda di atas segala kehidupan, dan mengapa maka takut akan suatu penyakit yang mungkin menimpa Anda di malam hari membuat Anda terjaga, padahal Anda terbaring di jalan kemurkaan Allah disebabkan dosa-dosa Anda?
Anda harus mengobati penyakit kelesuan dalam hati Anda dengan tekad, dan tidur kelalaian di mata Anda dengan kejagaan. Taatlah kepada Allah, dan cintailah ingatan kepada-Nya, dan gambarkanlah kepada diri Anda sendiri bahwa Anda sedang melarikan diri sementara la sedang mendekati Anda. la sedang memanggil Anda kepada keampunan-Nya dan menyembunyikan kesalahan-kesalahan Anda dengan kebaikan-Nya, sementara Anda melarikan diri dari Dia kepada orang lain. Sungguh, Mahabesar Allah yang kuat kuasa, Yang pemurah, dan betapa sederhana dan lemahnya Anda, namun masih saja Anda begitu lancang untuk berbuat tidak taat kepada-Nya walaupun Anda hidup dalam perlindungan-Nya dan mengalami perubahan hidup Anda dalam keluasan kebaikan-Nya. la tidak menolak kebaikan-Nya kepada Anda dan tidak melepaskan perlindungan-Nya dari Anda. Sesungguhnya Anda tidak berada tanpa kebaikan-Nya walaupun sejenak, apakah itu suatu nikmat yang la berikan kepada Anda ataupun dosa Anda yang disembunyikan-Nya atau petaka yang la jauhkan dari Anda. Apa gagasan Anda tentang Dia apabila Anda telah menaati-Nya? Demi Allah, apabila ini halnya dua orang yang sama dalam kekuasaan dan sebanding dalam kekuatan (yang satu tidak peduli sedang yang satu lagi mencurahkan nikmat kepada Anda) maka Anda akan men-jadi yang pertama untuk menyesuaikan diri menjadi berperangai buruk dan beramal buruk.
Saya katakan dengan jujur bahwa dunia tidak menipu Anda, melainkan Anda membiarkan diri Anda untuk ditipunya. Dunia telah membukakan Anda tirai-tirai dan membukakan rahasia kepada Anda (segala sesuatu) secara sama. Dan dalam semua yang diramalkannya kepada Anda tentang kesusahan yang menimpa tubuh Anda dan memburuknya kekuatan Anda, ia telah terlalu benar dan jujur dalam janji, dan tidak berkata bohong kepada Anda atau menipu Anda. Banyak yang menasihati Anda tentang itu tetapi mereka disalahkan, dan berbicara benar tentang itu tetapi mereka dilawan. Apabila Anda mengerti akan dunia dengan sarana rumah-rumah yang bobrok dan kediaman-kediaman yang sedih maka dengan pengertian baik Anda dan kemampuan Anda yang menjangkau jauh dalam hal mengambil pelajaran, Anda akan mendapatinya sebagai yang baik atas Anda dan mengingatkan Anda supaya berhati-hati. la merupakan tempat tinggal yang baik bagi orang yang tidak memandangnya sebagai kediaman yang kekal.
Hanya orang-orang yang sekarang melarikan diri dari dunia ini yang besok akan dipandang sebagai berkebajikan. Bilamana gempa bumi terjadi, Hari Kebangkitan mendekat dengan segala kekerasannya, manusia dari setiap tempat beribadat berpegang teguh padanya, semua pengabdi berpegang pada obyek pengabdian mereka dan semua pengikut berpegang pada pemimpin mereka. Kemudian, pada hari itu, bahkan membukanya mata di udara dan bunyi suatu langkah di tanah pun akan diberi yang patut atasnya melalui Keadilan dan Kesamaan-Nya. Pada hari itu banyak argumen akan ternyata kosong dan perlumbaan dalih akan ditolak.
Oleh karena itu, Anda harus mengambil bagi Anda sendiri jalan yang dengan itu alasan Anda mungkin ternyata dan pembelaan Anda mungkin terbukti. Arabillah dari hal-hal yang fana dari dunia ini yang akan tinggal bagi Anda (di dunia yang akan datang), sediakanlah bekal bagi perjalanan Anda, terus tatapkan penglihatan (Anda) pada cerahnya keselamatan dan sediakanlah pelana-pelana (untuk berangkat). •
KHOTBAH 222 Tentang Menjauhkan Diri dari Kelaliman dan Penyelewengan.
Miskin dan Fakirnya 'Aqîl
Demi Allah, saya lebih suka melewatkan suatu malam dalam jaga di atas duri-duri as-sa'dân (tumbuhan yang mempunyai duri-duri lancip) atau digiring dalam keadaan terbelenggu sebagai tawanan daripada menemui Allah dan Rasul-Nya di Hari Pengadilan sebagai penindas terhadap seseorang atau sebagai penyerobot sesuatu dari kekayaan dunia. Dan bagaimana saya dapat menindas sesorang demi (suatu kehidupan) yang begerak cepat ke arah kehancuran dan akan tinggal di bawah bumi untuk waktu lama.
Demi Allah, saya sungguh melihat (saudara saya) 'Aqîl jatuh dalam kemiskinan dan ia meminta kepada saya satu sha' (seberat kka-kira 3 kg) (dari bagian) gandum Anda, dan saya pun melihat anak-anaknya dengan rambut kusut dan wajah berdebu karena kelaparan, seakan-akan wajah mereka dihitamkan oleh nila. la datang kepada saya beberapa kali dan mengulangi permohonannya berkali-kali. Saya mendengarkannya dan ia berpikir seakan-akan saya mau menjual iman saya kepadanya dan mengikuti langkahnya dengan meninggalkan jalan saya sendiri. Kemudian saya (hanya) memanaskan sepotong besi dan mendekatkannya ke tubuhnya supaya ia boleh mengambil suatu pelajaran dari hal itu, lalu ia menangis sebagai seseorang dalam keadaan sakit yang berkepanjangan menangis karena kesakitan dan ia sudah hampir terbakar dengan besi panas itu. Kemudian saya berkata kepadanya, "Perempuan-perempuan berkabung boleh berkabung atas Anda, wahai ‘Aqîl. Apakah Anda menangis karena besi (panas) ini yang telah dibuat oleh seorang manusia sebagai main-main, sementara Anda mendorong saya ke arah api yang dipersiapkan Allah Yang Mahakuasa untuk (perwujudan) kemurkaan-Nya? Haruskah Anda menangis karena sakit tetapi saya tak boleh menangis karena api?
Suatu kejadian yang lebih aneh lagi dari ini ialah seorang lelaki[1] datang kepada kami di malam hari dengan botol tertutup yang penuh dengan pasta madu, tetapi saya tidak menyukainya, seakan itu adalah liur atau muntah ular. Saya tanyakan kepadanya apakah itu suatu ganjaran, atau zakat atau sedekah, karena hal-hal ini terlarang bagi kami para anggota keluarga Nabi. la katakan hal itu bukan ini dan bukan itu melainkan suatu hadiah. Kemudian saya berkata, "Perempuan tak beranak boleh menangisi Anda. Apakah Anda datang untuk menyelewengkan saya dari agama Allah, atau apakah Anda gila, ataukah Anda telah ditaklukkan oleh suatu jin, atau apakah Anda berbicara tanpa makna?"
Demi Allah, sekalipun saya diberi semua wilayah tujuh (bintang) dengan segala yang ada di bawah langit agar saya melanggar perintah Allah sampai sekadar merebut sebutir gandum murahan dari seekor semut, saya tidak akan melakukannya. Bagi saya dunia Anda lebih enteng dari daun di mulut belalang yang sedang mengunyahnya. Apa hubungan 'Ali dengan hadiah yang akan lewat dan kesenangan yang tidak akan langgeng? Kami memohon perlindungan Allah dari tergelincimya kebijaksanaan dan jahatnya kekeliruan, dan dari Dia kami mengharap pertolongan. •
Ya Tuhanku! Peliharalah (keanggunan) mukaku dengan kelonggaran hidup dan janganlah hinakan wajahku dengan kemiskinan dan kefakiran, jangan sampai aku harus mengemis rezeki dari orang-orang yang mengemis kepada-Mu, berusaha mencari kesukaan makhluk-makhluk-Mu yang jahat, menyertakan diriku dalam memuji orang-orang yang memberi kepadaku, dan tergoda dalam mencerca orang-orang yang tidak memberi kepadaku, padahal di balik semua ini Engkau adalah raja yang memberi dan menolak.
"... Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 66:8) •
KHOTBAH 224 Fananya Dunia dan Tak Berdayanya Orang yang di Dalam Kubur
Ini rumah yang dikelilingi oleh petaka dan terkenal karena sifat penipunya. Keadaannya tidak langgeng dan orang-orang yang menghuninya tidak tinggal aman. Kondisinya beraneka dan jalan-jalannya selalu berubah-ubah. Kehidupan di dalamnya patut disalahkan dan keamanan di dalamnya tidak ada. Namun orang-orangnya adalah sasaran-sasaran; ia menyerang mereka dengan panah-panahnya dan menghancurkan mereka melalui kematian.
Ketahuilah, hai para hamba Allah, sesungguhnya Anda sekalian maupun semua hal dari dunia ini yang Anda punyai sedang (melangkah) pada garis-garis orang-orang sebelum Anda. Mereka berusia lebih panjang, mempunyai rumah-rumah yang berpenghuni dan mempunyai jejak-jejak yang lebih langgeng. Suara-suara mereka telah menjadi diam, gerakan-gerakan mereka telah menjadi mandek, tubuh-tubuh mereka telah menjadi busuk, rumah-rumah mereka telah menjadi kosong, dan jejak-jejak mereka telah terhapus. Tempat-tempat mereka yang megah dan permadani-permadani mereka yang terbentang telah berganti menjadi batu-batu, liang-liang lahat dan kubur-kubur mereka yang bergali mirip gua yang fondasinya sendiri didasarkan pada keruntuhan dan bangunannya dibuat dengan tanah. Kedudukan mereka berdampingan tetapi orang-orang yang bermukim di dalamnya adalah seperti orang-orang asing yang terbuang jauh. Mereka dari kalangan kaum di sekitarnya, tetapi merasa sepi, dan mereka bebas dari kerja tetapi masih terbawa (dalam kegiatan). Mereka tidak merasakan ketertautan dengan kampung halaman dan tidak pula mereka memelihara hubungan di antara sesama mereka sendiri sebagai para tetangga walaupun dekatnya ketetanggaan dan dekatnya kediaman. Dan bagaimana mereka dapat saling bertemu bilamana kebusukan telah menggiling mereka dengan dadanya, dan batu dan bumi telah memakan mereka.
Seakan-akan Anda pun telah pergi ke mana mereka telah pergi, tempat tidur yang sama telah menangkap Anda dan tempat yang sama telah menahan Anda. Maka apa yang akan menjadi kedudukan Anda bila urusan Anda mencapai tujuan mereka dan kubur-kubur dijungkir-balikkan (untuk melemparkan mayat-mayat keluar)?
"Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan." (QS. 10:30) •
KHOTBAH 225 Doa
Ya Allah, Tuhanku! Engkaulah yang paling tertaut pada pencinta-Mu dan yang paling sedia menolong orang-orang yang bertawakal kepada-Mu. Engkau melihat mereka dalam ketersembunyian mereka, (Engkau) mengetahui apa saja yang ada dalam kesadaran mereka, dan (Engkau) tahu sampai di mana pikiran mereka. Karenanya, rahasia mereka terbuka bagi-Mu dan hati mereka bergairah pada-Mu. Apabila kesepian membosankan raereka, ingatan kepada-Mu memberikan lipuran. Apabila kesusahan menimpa mereka, mereka memohon perlindungan-Mu, karena mereka tahu bahwa kendali urusan berada di tangan-Mu, dan bahwa gerakan mereka tergantung pada perintah-Mu.
Ya Allah, Tuhanku! Apabila aku tak mampu mengungkapkan permohonanku atau tak dapat melihat keperluan-keperluanku, maka bimbinglah aku ke arah perbaikanku dan bawalah hatiku kepada tujuan yang benar, yang tidak bertentangan dengan jalan petunjuk-Mu dan bukan pula sesuatu yang baru yang menentang jalan-jalan dukungan-Mu.
Ya Allah, Tuhanku! Perlakukanlah kiranya aku dengan keampunan-Mu dan jangan perlakukan aku menurut keadilan-Mu. •
KHOTBAH 226 Tentang Seorang Sahabat yang Melewati Dunia ini Sebelum Terjadinya Kekacauan
Semoga Allah memberi ganjaran kepada si Anu[1] yang meluruskan yang bengkok, mengobati yang sakit, meninggalkan bencana dan menegakkan sunah. la pergi (dari dunia ini) dengan busana yang tak bernoda dan sedikit kekurangan. la mencapai kebaikan (dunia ini) dan tetap aman dari keburukannya. la memberikan ketaatan kepada Allah dan takwa kepada-Nya sebagaimana hak-Nya. la pergi dan meninggalkan manusia di jalan-jalan berpecah di mana yang tersesat tak dapat beroleh petunjuk dan yang tertuntun tak dapat beroleh kepastian. •
[1] lbn Abil Hadid menulis dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 3-4 bahwa rujukan di sini adalah pada Khalifah 'Umar, dan bahwa kalimat-kalimat ini diucapkan dalam pujiannya sebagai ditunjukkan oleh kata "'Umar" yang ditulis di bawah kata "si Anu" dalam tulisan tangan Sayid Radhî sendiri dalam manuskrip Nahjul Balâghah yang ditulisnya. Ini pernyataan Ibn Abil Hadid, tetapi harus dilihat bahwa apabila Sayid Radhî telah menulis kata 'Umar sebagai penjelasan, mestinya kata itu harus ada, sebagaimana penjelasan-penjelasannya yang lain dalam versi-versi yang dikutip dari manuskripnya. Bahkan hingga kini di Universitas al-Mushil ('Iraq) ada naskah tertua Nahjul Balâghah yang ditulis oleh kaligrafis terkenal Yaqut al-Musta'shimi, tetapi tak seorang pun mendapatkan suatu kunci tentang penjelasan Sayid Radhî ini. Sekalipun pandangan Ibn Abil Hadid diterima, hal itu akan dianggap mewakili pandangan pribadi Sayid Radhî yang dapat menjadi argumen tambahan untuk mendukung argumen dasar, tetapi pandangan pribadi ini tak dapat dipandang sebagai hal penting.
Aneh bahwa dua setengah abad setelah Sayid Radhî, yakni di abad ketujuh Hijrah, Ibn Abil Hadid membuat pernyataan bahwa rujukan di sini ialah kepada Khalifah 'Umar dan bahwa Sayid Radhî sendiri menunjukkan demikian, yang sebagai akibatnya beberapa penulis syarah lainnya mengikuti garis yang sama, sedang orang yang sezaman dengan Sayid Radhî sendiri yang menulis tentang Nahjul Balâghah tidak memberikan indikasi itu dalam tulisan-tulisan mereka, padahal sebagai orang sezaman mestinya mereka mempunyai informasi yang lebih baik tentang tulisan Sayid Radhî. Maka, 'Allamah 'Ali ibn Nashir yang sezaman dengan Sayid Radhî dan menulis syarah tentang Nahjul Balâghah dengan judul A'lam Nahjul Balâghah menulis sehubungan dengan Khotbah ini,
"Amirul Mukminin memuji salah seorang dari sahabatnya sendiri atas perilakunya yang baik. la telah meninggal sebelum kekacauan yang timbul setelah wafatnya Nabi."
Ini didukung oleh syarah-syarah tentang Nahjul Balâghah yang ditulis oleh 'Allamah Quthbuddîn ar-Rawandî (m. 573 H.), Ibn Abil Hadid (jilid XIV, h. 4) dan Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, jilid IV, h. 97) telah mengutip pandangan berikut,
"Dengan ini Amirul Mukminin merujuk salah seorang sahabatnya sendiri yang meninggal sebelum terjadinya bencana perpecahan menyusul wafatnya Nabi Allah."
'Allamah al-Hajj al-Mirzâ Habibullih al-Khû'î berpendapat bahwa orang itu ialah Malik ibn Harits al-Asytar, atas dasar bahwa setelah terbunuhnya Malik situasi kaum Muslim demikian rupa sebagaimana diterangkan Amirul Mukminin dalam Khotbah itu. Al-Khû'î menambahkan,
"Amirul Mukminin telah berulang kali memuji Malik, seperti dalam suratnya kepada orang Mesir yang dikirimkan melalui Malik ketika ia diangkat menjadi gubernur negeri itu, dan seperti ucapan-ucapannya ketika kabar tentang terbunuhnya Malik sampai kepadanya, di mana ia berkata, "Malik! siapakah Malik? Apabila Malik itu batu, ia keras dan padat; apabila ia karang, ia karang besar yang tak ada taranya. Wanita telah mandul untuk melahirkan orang seperti Malik." Amirul Mukminin bahkan telah mengungkapkan dalam salah satu ucapannya bahwa, 'Malik bagi saya adalah seperti saya bagi Nabi'. Karena itu, orang yang memiliki kedudukan semacam itu tentulah patut menerima atribut-atribut itu dan bahkan lebih dari itu." (Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 374-375)
Apabila kata-kata ini mengenai Khalifah 'Umar dan ada suatu keterpercayaan tentang itu maka Ibn Hadid akan sudah mencatat otoritas atau hadis dan hal itu mestinya sudah ada dalam sejarah dan diketahui di kalangan manusia. Tetapi di sihi tak terdapat sesuatu untuk membuktikan pernyataan itu, kecuali beberapa kejadian yang diada-adakan sendiri. Maka, tentang kata ganti dalam kata-kata khairaha dan syarraha ia menganggapnya (kata ganti ha) merujuk kekhalifahan dan menulis bahwa kata-kata ini hanya dapat diterapkan pada yang mempunyai kekuasaan dan wewenang, karena tanpa wewenang mustahil menegakkan sunah atau mencegah bidah. Ini inti argumen yang diajukannya dalam kesempatan itu, walaupun tak ada bukti untuk memapankan bahwa kata yang digantikan oleh kata ganti itu adalah kekhalifahan. Kata ganti "ha" (nya, dia femina) itu malah lebih cocok merujuk dunia—ketika Amirul Mukminin mengatakan, "la mencapai kebaikan-nya (dunia ini) dan tetap aman dari kejahatan-nya."—dan itu akan sesuai dengan konteks. Lagi, memandang wewenang sebagai syarat untuk menyelamatkan kepentingan rakyat dan tnendakwahkan sunah, berarti menutup pintu bagi orang lain untuk menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, padahal Allah telah menugaskan kewajiban itu kepada sekelompok manusia tanpa persyaratan wewenang:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. 3:104)
Demikian pula, Nabi bersabda,
"Selama manusia menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang makruf, dan saling membantu dalam kebajikan dan takwa, mereka akan tetap dalam kesalehan."
Lagi, Amirul Mukminin sendiri dalam sebuah wasiatnya rnengatakan secara umum,
"Tegakkan tiang-tiang Keesaan Allah dan sunah, dan nyalakan terus kedua lampu itu."
Dalam pernyataan-pernyataan itu tak ada singgungan bahwa kewajiban itu tak dapat dilaksanakan tanpa wewenang. Kenyataan juga mengatakan kepada kita bahwa walaupun ada tentara dan pasukan serta kekuasaan dan wewenang, para penguasa dan raja-raja tak dapat mencegah kemungkaran atau menyiarkan kebajikan sejauh yang dihasilkan orang-orang suci yang tak dikenal dalam menanamkan nilai-nilai moral dengan menempa akhlak di hati dan pikiran mereka, walaupun para wali itu tidak didukung oleh tentara atau kekuasaan dan tidak mempunyai perlengkapan selain kemiskinan. Tak diragukan bahwa wewenang dan kekuasaan dapat menundukkan kepala orang di hadapannya, tetapi tak mesti bahwa hal itu juga membuka jalan bagi kebajikan hati. Sejarah menunjukkan bahwa kebanyakan penguasa menghancurkan wajah Islam. Keberadaan dan kemajuan Islam dimungkinkan oleh orang-orang yang tak berdaya yang tidak memiliki apa-apa.
Apabila didesakkan bahwa rujukan di sini hanya kepada seorang penguasa, mengapa tidak diartikan sebagai berarti seorang sahabat Amirul Mukminin yang menjadi kepala sebuah propinsi, seperti Salman al-Farisi yang untuk penguburannya Amirul Mukminin pergi ke Mada'in. Dan bukan mustahil bahwa Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata itu setelah penguburannya dalam memberikan komentar tentang kehidupan dan jalan pemerintahannya. Bagaimanapun, mempercayai bahwa kata-kata itu untuk Khalifah 'Umar adalah sama sekali tanpa bukti. Pada akhirnya Ibn Abil Hadid mengutip pernyataan sejarawan Thabarî untuk membuktikan hipotesanya, sebagai berikut:
"Diriwayatkan dari al-Mughirah ibn Syu'bah bahwa ketika Khalifah 'Umar meninggal, Ibnah Abi Hatsmah berkata sambil menangis, 'Wahai 'Umar, Anda adalah orang yang meluruskan yang bengkok, menyingkirkan keburukan, menghancurkan kejahatan, menghidupkan sunah, tetap suci, dan berpisah tanpa keterlibatan dalam kemungkaran.' (Menurut Thabari, al-Mughirah meriwayatkan bahwa 'Ketika 'Umar dikuburkan, saya datang kepada 'Ali dan mendengar sesuatu dari dia tentang 'Umar. Maka, ketika saya tiba, Amirul Mukminin keluar dalam keadaan berselubung kain setelah mandi dan menyentak-nyentakkan rambut di kepala dan janggutnya, dan ia tak ragu bahwa jabatan khalifah itu akan datang kepadanya. Pada kesempataan itu ia berkata, 'Semoga Allah menaruh rahmat atas 'Umar.' Ibnah Abi Hatsmah telah mengatakan dengan benar bahwa ia menikmati kebaikan dari kekhalifahan itu dan tetap aman dari kejahatan. Demi Allah, ia (perempuan itu, Ibnah) tidak mengatakannya sendiri tetapi ia dibuat berkata begitu.'" (ath-Thabari, I, h. 2763; Ibn Abil Hadid, XII, h. 5; Ibn Katsir, VII, h. 140)
Perawi peristiwa itu ialah Mughirah ibn Syu'bah. Dalam kasus penzinaannya dengan Umm Jamil, Khalifah 'Umar menyelamatkannya dari hukuman walaupun ada bukti. Dia juga secara terbuka mencerca Amirul Mukminin 'Ali di Kufah, atas permintaan Mu'awiah. Ini merupakan fakta sejarah. Atas dasar ini bobot pernyataannya sangat jelas. Dari sisi pandang faktual pun riwayat ini tak dapat diterima. Pernyataan Mughirah bahwa Amirul Mukminin tak meragukan tentang akan diangkatnya dia sebagai khalifah adalah bertentangan dengan fakta. Atas dasar apakah ia membuat terkaannya padahal fakta-fakta aktual adalah sebaliknya. Apabila ada seseorang yang pasti akan menjadi khalifah, orang itu adalah 'Utsman. Maka dalam Syura (Badan Musyawarah) 'Abdur-Rahman ibn 'Auf berkata kepada Amirul Mukminin, "Ya 'Ali! janganlah menciptakan situasi melawan diri Anda sendiri karena saya telah melihat dan meminta pendapat rakyat dan mereka semua menghendaki 'Utsman." (Thabari, I, h. 2786; Ibn Atsir, III, h. 71; Abul Fida', I, h. 166)
Akibatnya, Amirul Mukminin yakin ia tidak akan mendapatkan jabatan khalifah sebagaimana telah dinyatakan berdasarkan Tarikh Thabari, di bawah Khotbah asy-Syiqsyiqiyyah, yakni bahwa ketika melihat nama-nama para anggota Syura itu, Amirul Mukminin mengatakan kepada 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib bahwa kekhalifahan itu tak mungkin diberikan kepada siapa pun selain 'Utsman karena semua kekuasaan telah diberikan kepada 'Abdur-Rahman ibn 'Auf, dan dia adalah ipar 'Utsman (istrinya adalah saudara 'Utsman), dan Sa'd ibn Abi Waqqash adalah kerabat dan orang sesuku dengan 'Abdur-Rahman. Kedua orang ini akan bergabung dalam memberikan kekhalifahan kepadanya.
Pada tahap ini timbul masalah tentang apakah alasannya yang menggerakkan Mughirah untuk mendorong Amirul Mukminin mengatakan sesuatu tentang 'Umar? Apabila ia tahu bahwa Amirul Mukminin mempunyai gagasan baik tentang 'Umar maka tentulah ia juga mengetahui kesannya; tetapi apabila ia tahu bahwa Amirul Mukminin tidak mempunyai gagasan baik tentang dia maka maksudnya bertanya pada Amirul Mukminin tak akan lain, bahwa apa saja yang mungkin dikatakannya, bila dibeberkan kelak, dapat menciptakan suasana yang menentangnya dan membuat para anggota Syura curiga kepadanya. Pandangan para anggota Syura dapat dipahami dengan jelas dari kenyataan bahwa dengan menaruh persyaratan untuk mengikuti perilaku kedua khalifah sebelumnya dalam pemilihan khalifah itu mereka telah menunjukkan keterpautan mereka kepada kedua khalifah itu. Dalam keadaan ini, ketika Mughirah mencoba memainkan triknya, Amirul Mukminin mengatakan hanya secara meriwayatkan fakta bahwa 'Umar mencapai kebaikan (dari dunia ini) dan tetap aman dari kejahatannya. Kalimat ini tidak ada hubung-annya dengan pujian atau eulogy. Di masanya memang 'Umar menikmati segala tnacam keuntungan sedang masanya terbebas dari bencana yang muncul kemudian. Setelah mencatat pernyataan ini, Ibn Abil Hadid menulis,
"Dari peristiwa ini, kepercayaan itu beroleh kekuatan bahwa dalam ucapan ini singgungannya adalah kepada 'Umar."
Apabila ucapan itu berarti kata-kata yang diucapkan oleh Ibnah Abi Hatsmah tentang itu, Amirul Mukminin telah mengatakan bahwa kata-kata itu bukan kata-kata wanita itu melainkan ia dibuat mengucapkannya oleh Amirul Mukminin dalam memuji 'Umar, sama sekali tidak mapan. Malah, dari riwayat itu telah diperlihatkan dengan jelas bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Ibnah Abi Hatsmah itu telah dikutip dan kemudian diargumentasikan secara sembrono bahwa kata-kata itu diucapkan oleh Amirul Mukminin tentang 'Umar. Nampaknya Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata ini tentang seseorang pada suatu kesempatan, kemudian Ibnah Abi Hatsmah menggunakan kata-kata itu pada saat kematian 'Umar. Bila tidak demikian maka hanya pikiran orang gila yang dapat menghujahkan bahwa kata-kata Ibnah Abi Hatsmah itu harus dipandang sebagai dasar untuk pegangan bahwa Amirul Mukminin mengatakan kata-kata itu dalam memuji 'Umar. Dapatkah diharapkan, setelah melihat sekilas Khotbah asy-Syiqsyiqiyyah (Khotbah No. 3) bahwa Amirul Mukminin mungkin mengucapkan kata-kata itu? Lagi pula, patut dipertimbangkan, apabila Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata itu pada saat kematian 'Umar, kemudian pada Syura ia menolak untuk mengikuti perilaku kedua khalifah yang pertama, akan dikatakan kepadanya bahwa baru kemarin ia mengatakan bahwa 'Umar telah menegakkan sunah dan menyingkirkan bidah; bilamana perilakunya sesuai dengan sunah maka apa artinya menerima sunah tetapi menolak perilakunya.
24
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 227 Tentang Baiat kepada Amirul Mukminin bagi Kekhalifahan.
Satu khotbah yang serupa, dalam versi yang agak berbeda, telah disebutkan sebelumnya.
Anda menarik tangan saya kepada Anda untuk baiat tetapi saya menahannya kembali, dan Anda mengulurkannya tetapi saya menariknya. Kemudian Anda berkerubut pada saya seperti unta-unta haus mengerubuti air pada genangan air ketika mereka dibawa ke sana, sedemikian rupa sehingga sepatu-sepatu robek, sandang bahu jatuh dan orang-orang lemah terpijak-pijak, dan kebahagiaan manusia atas baiat mereka kepada saya begitu nyata sehingga anak-anak merasa riang gembira, yang tua-tua berhuyung-huyung (sampai kepada saya) untuk itu, orang-orang sakit pun menjangkau kepada hal itu dengan kacau balau dan gadis-gadis muda lari untuk itu tanpa cadar. •
KHOTBAH 228 Tentang Nasihat mengenai Takwa kepada Allah, dan Tentang Orang-orang yang Tetap Prihatin akan Kematian dan Menempuh Jalan Sabar
Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah kunci petunjuk, bekal bagi dunia akhirat, kemerdekaan dari perbudakan, dan pembebasan dari segala keruntuhan. Dengan pertolongannya si pencari berhasil, dan orang yang berusaha mencari keselamatan diri akan terlepas dan mencapai tujuannya.
Berbuatlah amal (baik) sementara amal-amal semacam itu sedang diangkat (harganya), (sementara) taubat dapat bermanfaat, doa dapat didengar, keadaan damai dan pena-pena (dari kedua malaikat) sedang bergerak (untuk mencatat amal-amal itu). Bergegaslah ke arah amal (kebajikan) sebelum perubahan usia (ketuaan), sakit yang berlarut-larut atau maut yang menyentak (menyusul Anda). Sesungguhnya kematian akan mengakhiri kenikmatan Anda, merusak kesenangan Anda dan menyingkirkan tujuan-tujuan Anda. la adalah seorang pengunjung yang tak dikehendaki, lawan yang tak lelihatan dan pembunuh yang tak bertanggung jawab. Tali-talinya telah menjerat Anda, kejahatan-kejahatannya telah mengelilingi Anda, mata panahnya telah membidik kepada Anda, kekuasaannya atas Anda besar, penindasannya kepada Anda berkelanjutan dan kemungkinan menyasarnya dari Anda jauh.
Sangat segera Anda akan digulung oleh kegelapan bayang-bayangnya, kekerasan sakitnya, kegelapan kesusahannya, ucapan-ucapan kosong dari kepedihan-kepedihannya, kesedihan dari kehancurannya, kegelapan dari liputannya dan tidak sehatnya rasanya. Akan nampak seakan-akan ia telah datang kepada Anda secara amat mendadak, mendiamkan orang-orang yang berbisik kepada Anda, memisahkan kelompok Anda, menghancurkan perbuatan-perbuatan Anda, meruntuhkan rumah-rumah Anda dan mengubah para ahli waris Anda untuk membagi-bagi harta Anda di antara para kerabat utama, yang tidak memberikan manfaat apa pun kepada Anda, atau orang-orang dekat yang bersedih yang tidak dapat melindungi (Anda), atau orang-orang yang bersukaria yang tidak menangisi (Anda).
Oleh karena itu, terserah kepada Anda untuk berjuang, berusaha, melengkapi diri Anda, bersedia dan berbekal diri dari tempat perbekalan. Dan janganlah kehidupan dunia ini menipu Anda sebagaimana ia menipu orang-orang di waktu dulu dan di masa-masa yang telah lewat— orang-orang yang memerah susunya, mengambil manfaat dari kelalaiannya, melewati suatu waktu panjang dan mengubah hal-halnya yang baru menjadi tua (dengan hidup lama). Kediaman mereka berubah menjadi kuburan dan kekayaan mereka menjadi harta yang dapat diwariskan. Mereka tak tahu siapa yang datang kepada mereka (di kubur mereka); tidak mempedulikan orang-orang yang menangisi mereka, dan tidak menjawab orang-orang yang memanggil mereka. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia ini, karena ia pengkhianat, penipu dan pengicuh, ia memberi dan mengambil kembali, ia menutupi dengan busana dan membuka. Kesenangannya tak langgeng, kesukarannya tidak berakhir, dan petakanya tidak berhenti.
Sebagian dari Khotbah yang Sama, Tentang para Zâhid
Mereka dari kalangan orang dari dunia ini tetapi bukan orangnya, karena mereka tinggal di dalamnya seakan-akan mereka tidak termasuk padanya. Mereka berbuat di sini atas apa yang mereka lihat dan bergegas di sini (untuk menghindari) apa yang mereka takuti. Badan mereka bergerak di antara manusia dari dunia yang akan datang. Mereka melihat bahwa manusia dunia ini melekatkan kepentingan kepada kematian dari tubuh mereka tetapi mereka sendiri melekatkan kepentingan kepada kematian hati orang-orang yang hidup. •
KHOTBAH 229 Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini di Dziqâr dalam perjalanannya ke Bashrah, dan sejarawan al-Wâqidî telah menyebutnya (dalam Kitab al-Jamal) Tentang Nabi
Nabi mewujudkan apa saja yang diperintahkannya dan menyampaikan risalah Tuhannya. Akibatnya, Allah memperbaiki melalui beliau yang retak-retak, menggabungkan melalui beliau celah-celahnya, dan menciptakan (melalui beliau) kasih sayang di antara kerabat walaupun mereka (dahulu-nya) membawa permusuhan parah dalam dada (mereka) dan kedengkian yang mendalam pada hati (mereka). •
KHOTBAH 230 'Abdullah ibn Zam'ah yang merupakan salah seorang pengikut Amirul Mukminin datang kepadanya dalam masa kekhalifahannya untuk meminta sejumlah uang, dan Amirul Mukminin menjawab:
Uang ini bukan untuk saya dan bukan untuk Anda, melainkan milik bersama kaum Muslim dan pendapatan dari pedang mereka. Apabila Anda telah ikut serta bersama mereka dalam perjuangannya, Anda akan mempunyai bagian yang sama dengan mereka. Bila tidak, maka penerimaan dari tangan mereka tak mungkin bagi selain mulut mereka. •
KHOTBAH 231 Tentang Ketidakmampuan Ja'dah ibn Hubairah al-Makhzumî untuk Menyampaikan Khotbah[1]
Tentang Berbicara Benar
Ketahuilah bahwa lidah adalah sebagian dari tubuh manusia. Apabila orang itu menolak, bicara itu tidak akan bekerjasama dengan dia, dan bilamana ia meluas, bicara tidak akan memberikan kepadanya waktu untuk berhenti. Sesungguhnya kami ahli dalam berbicara. Nadi-nadinya ditetapkan pada kami dan cabang-cabangnya bergantung di atas kami.
Semoga Allah menaruh belas kasihan pada Anda. Ketahuilah bahwa Anda sedang hidup di suatu tempat ketika para pembicara tentang benar dan salah sedikit, ketika lidah enggan mengatakan kebenaran, dan orang-orang yang bersiteguh pada kebenaran dihinakan. Manusia di masa ini terlibat dalam kedurhakaan. Para pemudanya jahat, orang tua-tua mereka berdosa, orang-orang terpelajar mereka munafik, dan para pembicara mereka penjilat. Orang muda mereka tidak menghormati orang tua mereka, dan orang kaya mereka tidak mendukung orang miskin mereka. •
[1] Pada suatu ketika Amirul Mukminin meminta kepada putra saudara perempuannya, Ja'dah ibn Hubairah untuk memberikan khotbah, tetapi ketika ia bangkit hendak berkhotbah, lidahnya kaku dan ia tak dapat mengucapkan apa-apa. Atasnya Amirul Mukminin as naik ke mimbar dan mengucapkan sebuah khotbah panjang yang darinya beberapa kalimat telah dicatat di sini oleh Sayid Radhi.
KHOTBAH 232 Dzi'lib al-Yamami telah meriwayatkan dari Ahmad ibn Qutaibah, dari 'Abdullah ibn Yazid dari Malik ibn Dihyah yang berkata bahwa mereka ada bersama Amirul Mukminin as ketika timbul diskusi tentang perbedaan manusia (dalam wajah dan perilaku) dan kemudian Amirul Mukminin as berkata:
Mereka saling berbeda karena sumber-sumber dari lempung (dari mana mereka diciptakan).[1] Ini disebabkan entah mereka dari lempung asin atau manis atau dari tanah kasar atau tanah lembut. Mereka saling menyerupai atas dasar kedekatan tanah mereka, dan berbeda sesuai dengan perbedaannya. Karena itu kadang-kadang seseorang yang berwajah gagah, lemah dalam kecerdasan, orang bertubuh jangkung kurang berani, orang bajik berwajah bumk, orang bertubuh pendek berpandangan jauh, orang berwatak baik mempunyai tingkah buruk, orang yang hatinya bingung mempunyai pikiran mencengangkan dan orang berlidah tajam berhati lemah. •
[1] Amirul Mukminin telah menggambarkan perbedaan dalam wajah dan karakter manusia sehubungan dengan perbedaan lempung dari mana mereka dibuat dan sesuai dengan itu wajah mereka dibentuk dan kerangka karakter mereka dibangun. Oleh karena itu, sejauh asal lempungnya akrab, kecenderungan mental dan imajinasinya, perbedaan dalam kecenderungannya akan sejauh itu. Dengan asal sesuatu dimaksudkan apa yang padanya tergantung keberadaannya, tetapi bukan menjadi penyebabnya. Kata thîn adalah bentuk jamak dari thînah yang berarti asal atau basis. Di sini thînah berarti mani yang setelah melewati berbagai tahap perkembangan muncul dalam bentuk manusia. Asalnya berarti unsur dari mana bahan itu tercipta dengan pertolongan pembentukan mani. Jadi, dengan tanah asin, manis, lembut atau keras, rujukannya ialah kepada konstituen-konstituen elementer ini. Karena konstituen-konstituen elementer ini mengandung sifat yang berbeda-beda maka mani yang tumbuh darinya pun mengandung ciri dan sifat yang khas yang pada akhirnya menunjukkan diri dalam perbedaan wajah dan perangai dari yang terlahir darinya.
Ibn Abil Hadid menulis dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 19 bahwa asal kata dari thîinah mengandung makna faktor-faktor yang bersifat "memelihara" yang berbeda dalam sifat-sifatnya dengan pendapat Plato dan para filosof lainnya. Alasan menamakannya "asal-usul thînah" ialah bahwa mereka merupakan suaka bagi tubuh manusia dan mencegah tercerai-berainya unsur-unsur. Sebagaimana adanya suatu benda terkait pada basisnya, adanya tubuh yang terbuat dari unsur-unsur ini pun terkait pada faktor-faktor "pemelihara". Selama faktor-faktor "pemelihara" itu ada, tubuh pun selamat dari kecerai-beraian dan disintegrasi, dan unsur-unsur itu pun kebal dari kecerai-beraian dan keterorakan. Bilamana ia meninggalkan tubuh, unsur-unsur itu tercerai-berai.
Menurut keterangan ini, kata-kata Amirul Mukminin berarti bahwa Allah telah menciptakan berbagai faktor asli yang sebagian di antaranya adalah jahat dan sebagian bajik, sebagian lemah dan sebagian kuat, dan masing-masing akan bertindak sesuai dengan faktor aslinya. Apabila ada persamaan dalam kecenderungan dua orang, sebabnya ialah faktor-faktor mereka sama, dan apabila kecenderungan mereka berbeda adalah itu karena faktor-faktor mereka tidak mempunyai kesamaan. Tetapi kesimpulan ini tidak benar, karena kata-kata Amirul Mukminin tidak hanya merujuk perbedaan dalam perangai dan perilaku melainkan juga mengenai wajah dan bentuk, dan perbedaan wajah dan bentuk tak mungkin merupakan akibat dari perbedaan faktor-faktor asli.
Bagaimanapun juga, apakah faktor-faktor asli itu penyebab perbedaan dalam wajah dan perilaku atau konstituen-konstituen asli, kata-kata ini nampaknya mengantarkan untuk menafikan kemauan dan untuk membuktikan paksaan (takdir) dalam tindakan manusia, karena apabila kapasitas manusia untuk berpikir dan bertindak tergantung pada thînah maka ia akan dipaksa untuk berlaku secara tertentu yang karenanya ia tak pantas menerima pujian atas perbuatan baiknya dan tak dapat disalahkan atas kebiasaan buruknya. Tetapi hipotesa ini tidak benar. Karena, sebagaimana telah diakui secara mapan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dalam ciptaan setelah menjadi ada, sebagaimana la mengetahui sebelum penciptaannya. Jadi, la tahu tindakan apa yang akan dilakukan manusia sesuai dengan thînah-nya. dari kehendak bebasnya dan apa yang akan ditinggalkannya. Oleh karena itu, Allah memberikan kepadanya kapasitas untuk bertindak sesuai dengan kebebasan kehendaknya, dan menciptakannya dari thînah yang sesuai. Thînah ini bukan penyebab tindakan-tindakannya sampai merenggut kehendak bebasnya; arti menciptakan dari thînah yang sesuai ialah bahwa Allah tidak dengan paksa menghalangi jalan manusia melainkan membiarkannya melangkah di jalan yang dikehendakinya untuk melakukan kehendak bebasnya sendiri.
KHOTBAH 233 Diucapkan Amirul Mukminin ketika sedang sibuk memandikan jenazah Nabi SAWW dan mengafaninya
Semoga ayah dan ibu saya mecurahkan hidup mereka bagi Anda. Wahai Rasulullah! Bersama wafatnya Anda proses kenabian, wahyu dan risalah surgawi berhenti, yang tidak berhenti pada wafatnya (para nabi) yang lain-lain. Kedudukan Anda dengan kami (para anggota keluarga Anda) demikian khasnya sehingga kesedihan (kami bagi) Anda telah menjadi sumber lipuran (bagi kami) berlawanan dengan kesedihan semua orang lainnya; kesedihan Anda juga umum sehingga semua Muslim ikut mendapat bagiannya secara sama. Apabila Anda tidak memerintahkan untuk bersabar dan mencegah kami meratap, kami akan sudah mengeluarkan sewadah air mata, dan dengan demikian pun perihnya tak akan mereda, dan kesedihan tidak akan berakhir, dan akan terlalu sedikit dari kesedihan kami bagi Anda. Tetapi (kematian) adalah suatu hal yang tak dapat dibalikkan dan tak mungkin ditolak. Semoga ayah saya dan ibu saya mati untuk Anda; sebutkanlah kiranya kami kepada Allah, dan semoga kami terpelihara. •
KHOTBAH 234 Dalam khotbah ini Amirul Mukminin meriwayatkan keadaannya sendiri setelah Hijrahnya Nabi sampai bertemu dengan beliau [1]
Saya mulai mengikuti jalan yang ditempuh Nabi dan melangkah pada garis-garis ingatan kepada beliau hingga saya sampai ke al-'Arj.
Sayid Radhî mencatat: Kata-kata Amirul Mukminin, “fa'atha'u dzikrahu" (maka saya melangkah pada garis-garis ingatan kepadannya) merupakan bentuk singkatan dan kefasihan yang tertinggi. la bermaksud mengatakan bahwa ia telah diberi kabar tentang Nabi dari awal keberangkatan beliau sampai beliau mencapai tempat itu, dan ia telah mengungkapkan pengertian ini dalam ungkapan yang mengagumkan ini. •
[1]Sejak permulaan kenabian, Nabi tetap di Makkah selama tiga belas tahun. Bagi beliau saat itu adalah masa penindasan dan kesukaran yang paling keras. Kaum kafir Quraisy telah menutup semua pintu rezeki terhadap beliau, dan tidak meninggalkan usaha apa pun untuk menimpakan kesulitan kepada beliau, bahkan mereka berupaya untuk merenggut nyawanya. Empat puluh orang tokohnya mengadakan permusyawaratan di Darun-Nadwah dan memutuskan bahwa satu orang harus diambil dari setiap suku dan mereka harus bersama-sama menyerangnya. Secara ini Bani Hasyim tak akan berani menuntut balas dan menghadapi seluruh suku itu, dan hal itu akan membebaskan mereka dari pembayaran uang darah. Untuk melaksanakan gagasan itu, orang-orang itu dengan sembunyi-sembunyi mengepung rumah Nabi pada malam 1 Rabi’ul Awal, agar bilamana Nabi telah tidur di tempat tidurnya mereka akan menyerangnya. Di satu sisi persiapan yang dilakukan untuk membunuh beliau telah sempurna, di sisi lain Allah telah memberitahukan kepada beliau tentang semua intrik kaum kafir Quraisy dan memerintahkan beliau untuk menyuruh 'Ali as tidur di tempat tidur beliau sementara beliau sendiri hijrah ke Madinah. Nabi memanggil 'Ali as dan menyampaikan rencana beliau kepadanya, seraya mengatakan, "Hai 'Ali, Anda tidurlah di tempat tidur saya." Amirul Mukminin menanyakan, "Ya Rasulullah, apakah nyawa Anda akan selamat dengan tidurnya saya di sini?" Nabi berkata, "Ya." Mendengar hal itu Amirul Mukminin sujud syukur dan dengan membukakan dirinya sepenuhnya pada bahaya itu, tidur di tempat tidur Nabi sementara Nabi pergi melalui pintu belakang. Kaum kafir Quraisy mengintip dan siap untuk menyerang tetapi Abu Lahab mengatakan, "Tak pantas menyerang di malam hari karena ada pula perempuan dan anak-anak dalam rumah itu. Ketika tiba waktu pagi, Anda seranglah dia; tetapi teruslah berjaga selama waktu malam agar ia tidak ke mana-mana." Sesuai dengan itu, mereka terus memperhatikan tempat tidur Nabi sepanjang malam, dan segera setelah munculnya fajar, mereka maju secara sembunyi-sembunyi. Mendengar bunyi langkah kaki mereka, Amirul Mukminin membuka selimut dari wajahnya lalu berdiri. Orang-orang Quraisy menatapnya dengan mata terbelalak dan keheranan apakah itu hanya khayalan atau kenyataan. Setelah yakin bahwa itu 'Ali, mereka bertanya, "Di mana Muhammad?" dan 'Ali menjawab, "Apakah Anda menitipkannya kepada saya, sehingga sekarang Anda menanyakannya kepada saya?" Mereka tidak menjawabnya. Orang-orang berlarian hendak memburu beliau tetapi hanya mendapatkan jejak sampai ke gua Tsaur. Setelah itu tak ada jejak atau tanda bersembunyi di gua. Mereka kembali dengan bingung sementara Nabi, setelah tinggal di gua itu selama tiga hari, berangkat ke Madinah. Amirul Mukminin melewati tiga hari itu di Makkah, mengembalikan kepada orang-orang harta titipan mereka kepada Nabi, kemudian berangkat ke Madinah untuk ber-gabung dengan beliau. Sampai di al-'Arj yang merupakan tempat di antara Makkah dan Madinah, ia terus mendapatkan kabar tentang Nabi dan ia melanjutkan perjalanannya yang penuh gairah untuk mencari Nabi sampai ia menemui beliau di Quba pada 12 Rabi’ul Awal dan masuk ke Madinah bersama beliau. (ath-Thabari, Tafsir, IX, h. 148-151; Tarikh, I, h. 1232-1234; Ibn Sa'd, ath-Thabaqât, I, bagian i, h. 153-154; Ibn Hisyam, as-Sîrah, II, h. 124-128; Ibn Atsir, Usd al-Ghâbah, IV, h. 25; al-Kâmil, II, h. 101-104; Ibn Katsir, Tafsir, II, h. 302-303; Tarikh, III, h. 180-181; Ibn Abil Hadid, Syarh, XIII, h. 303-306; as-Suyuthi, ad-Dur al-Mantsûr, ffl, h. 179-180; al-'Allamah al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, XIX, h. 28-113.)
KHOTBAH 235 Tentang Mengumpul Bekal bagi Dunia Akhirat Sementara di Dunia ini dan Beramal Baik Sebelum Mati
Kerjakanlah amal (baik) selagi Anda masih dalam keluasan hidup, buku-buku (untuk catatan amal kebaikan) masih terbuka, taubat masih diberikan, pelari (dari Allah) masih dipanggil, dan orang berdosa masih diberi harapan yang baik (keampunan) sebelum (cahaya) amal dipadamkan, sebelum waktu habis kadaluwarsa, sebelum hidup berakhir, sebelum pintu taubat tertutup, dan sebelum malaikat naik ke langit.
Oleh karena itu, hendaklah seseorang mengambil manfaat dari dirinya sendiri bagi dirinya sendiri, dari yang hidup untuk yang mati, dari yang fana untuk yang baka, dari yang berangkat untuk yang tinggal. Setiap orang harus takut kepada Allah sementara ia diberi usia untuk hidup sampai matinya, dan diberi waktu untuk beramal. Setiap orang harus mengendalikan dirinya dengan kendali dan memegangnya dengan kekangnya; dengan kendali ia harus mencegahnya dari pendurhakaan kepada Allah, dan dengan kekang ia harus memimpinnya kepada ketaatan kepada Allah. •
KHOTBAH 236 Tentang Kedua Hakam (Abu Musa al-Asy'ari dan' Amr ibn al-'Ash) dan Pelecehan Terhadap Orang Suriah
Manusia kasar, rendah, dan budak-budak licik. Mereka telah dikumpulkan dari semua sisi dan dipungut dari setiap onggokan. Mereka perlu diajari ajaran (Islam), didisiplinkan, diinstruksi, dilatih, diawasi dan dituntun di tangan. Mereka bukan Muhajirin dan bukan pula Anshar, dan bukan pula orang yang membuat tempat kediamannya di tempat kediamannya (Madinah) dan dalam iman.
Lihatlah! Mereka telah memilih bagi dirinya sendiri orang yang paling dekat dari antara mereka semua, sedang Anda telah memilih orang yang dekat kepada apa yang tidak Anda sukai. Sesungguhnya Anda boleh mengingat bahwa pada suatu hari 'Abdullah ibn Qais (Abu Musa) berkata, "Itu adalah suatu bencana, karena itu putuskanlah tali busur Anda dan sarungkan pedang Anda." Apabila ia benar dalam apa (yang ia katakan) maka ia salah dalam ikut berbaris (bersama kita) tanpa dipaksa; tetapi apabila ia berdusta, ia harus dipandang dengan curiga. Oleh karena itu,, utuslah 'Abdullah ibn 'Abbas menghadapi 'Amr ibn al-'Ash. Manfaatkanlah hari-hari ini dan kelilingilah tapal batas Islam. Tidakkah Anda lihat bahwa kota-kota Anda sedang diserang dan kegagahan Anda sedang dibidik? •
KHOTBAH 237 Amirul Mukminin Menggambarkan Para Anggota Keluarga Nabi
Mereka adalah kehidupan bagi pengetahuan dan kematian bagi kejahilan. Kesabaran mereka mengatakan kepada Anda tentang pengetahuan mereka, dan diamnya mereka (menceritakan kepada Anda) tentang kebijaksanaan pembicaraan mereka. Mereka tidak melawan kebenaran dan tidak pula berselisih (di antara sesamanya) tentang hal itu. Mereka adalah tiang-tiang Islam dan tempat perlindunganfnya). Bersama mereka kebenaran telah kembali kepada kedudukannya dan kebatilan telah meninggalkan tempatnya dan lidahnya terputus dari akarnya. Mereka memahami agama secara cermat dan teliti, bukan hanya melalui hujatan atau para periwayat, karena periwayat pengetahuan ada banyak tetapi yang memahaminya sedikit. •
KHOTBAH 238 Ketika 'Utsman ibn 'Affan dikepung, 'Abdullah ibn 'Abbas membawa sepucuk surat kepada Amirul Mukminin dari 'Utsman di mana ia mengungkapkan keinginan agar Amirul Mukminin pergi ke kebunnya Yanbu' supaya usul yang sedang diperbincangkan untuk menjadikannya khalifah mereda. Atasnya Amirul Mukminin berkata kepada Ibn 'Abbas:
Wahai Ibn 'Abbas! 'Utsman hanya hendak memperlakukan saya sebagai unta penarik timba air agar saya maju dan mundur dengan ember. Sekali ia mengirim pesan bahwa saya harus pergi, kemudian ia mengirim pesan bahwa saya harus kembali. Sekarang, lagi ia mengirim pesan kepada saya supaya saya pergi. Demi Allah, saya terus melindunginya sampai saya takut kalau-kalau saya menjadi pendosa. •
KHOTBAH 239 Menyuruh orang berjihad dan meminta mereka menahan diri dari mencari keenakan
Allah menyuruh Anda bersyukur kepada-Nya dan menugaskan kepada Anda urusan-Nya. la telah memberikan kepada Anda waktu dalam bidang yang terbatas (dunia) agar Anda dapat saling berlumba dalam mencari ganjaran (surga). Oleh karena itu, ikatlah pinggang Anda dan gulunglah lengan baju. Keberanian tinggi dan makan besar tidaklah sejalan. Tidur menyebabkan kelemahan dalam urusan-urusan besar hari itu dan gelap-(nya) menghapus kenangan keberanian. •
Semoga Allah memberi salawat kepada Nabi Muhammad Shollallôhu 'alaihi wa âlihi wa sallam taslîman katsîrô.
25
Nahjul Balaghah
SURAT 1 Ditujukan kepada Penduduk Kufah di Saat Perjalanannya dari Madinah ke Kûfah [1]
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Muknunin, kepada penduduk Kûfah yang paling terkemuka di antara para pendukung dan para kepala Arab.
Sekarang, saya memberitahukan kepada Anda tentang apa yang menimpa 'Utsman sedemikian rupa sehingga mendengamya akan seperti melihatnya. Rakyat mengecamnya, dan saya satu-satunya di antara Muhajirin yang meminta kepadanya untuk memuaskan (kaum Muslim) sebesar-besamya, dan paling sedikit menyakiti mereka. Tentang Thalhah dan Zubair, langkah mereka yang paling enteng terhadapnya adalah keras dan suara mereka yang paling lembut adalah bengis. 'A'isyah pun berang kepadanya.
Sesuai dengan itu, suatu kelompok mengalahkannya dan membunuhnya. Kemudian orang membaiat kepada saya, tidak dengan kekerasan atau paksaan, tetapi dengan taat dan atas kehendak bebas.
Hendaklah Anda ketahui bahwa Madinah telah dikosongkan oleh para penghuninya dan mereka telah meninggalkannya. (Kota) itu sedang mendidih seperti belanga amat besar, dan pemberontakan dipasangkan pada poros-porosnya yang bergerak dengan kekuatan penuh. Maka bergegaslah Anda kepada amir Anda dan majulah untuk memerangi musuh Anda, apa-bila dikehendaki Allah yang bagi-Nya Kekuasaan dan Kerajaan. •
[1] lang=IN> Ibn Maitsam menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 338) bahwa ketika mendengar tentang kekacauan yang ditimbulkan Thalhah dan Zubair, Amirul Mukminin berangkat ke Bashrah kemudian ia mengirim surat kepada penduduk Kûfah melalui Imam Hasan dan 'Ammar ibn Yasir, dari Mâ' al-Adzb, sedang Ibn Abil Hadîd menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 8, 16; Thabarî, I, h. 3139; Ibn al-Atsîr, III, h. 223) bahwa ketika Amirul Mukminin berkemah di Rabadzah ia mengirimkan surat ini melalui Muhammad ibn Ja'far ibn Abi Thâlib dan Muhammad ibn Abi Bakar. Dalam surat ini Amirul Mukminin menyoroti pokok bahwa pembunuhan 'Utsman adalah akibat usaha-usaha 'A'isyah, Thalhah dan Zubair, dan merekalah yang menonjol di dalamnya. Sebenarnya 'A'isyah keluar rumah dan membeberkan kekurangan-kekurangan 'Utsman di pertemuan-pertemuan umum dan menyatakan bahwa ia patut dibunuh. Syekh Muhammad 'Abduh menulis,
"Pada suatu hari 'Utsman sedang di mimbar ketika Ummul Mu'minin 'A'isyah mengeluarkan sepatu dan jubah Nabi (saw) dari balik kerudungnya seraya berkata, 'Ini sepatu dan baju Nabi Allah, belum rusak, sedang Anda telah mengubah agamanya dan mengubah sunahnya.' Atasnya muncul perkataan-perkataan panas di antara mereka, ketika 'A'isyah berkata, 'Bunuhlah Na'tsal ini!', melambangkan 'Utsman dengan seorang Yahudi berjanggut panjang yang bernama demikian." (Nahjul Balâghah, Jilid II, h. 3)
Orang sudah tidak menyukai 'Utsman sehingga peristiwa ini meningkatkan keberanian mereka lalu mereka mengepungnya dan menuntutnya memperbaiki caranya atau meninggalkan kekhalifahan. Dalam keadaan seperti itu ada ke khawatiran yang serius bahwa apabila ia tidak menerima salah satu dari keduanya, maka ia akan dibunuh. Semua ini diketahui 'A'isyah, tetapi ia tidak mempedulikannya. Dengan meninggalkannya dalam kepungan itu ia berangkat ke Makkah, walaupun pada kesempatan ini Marwan dan 'Attab ibn Asid mengatakan kepadanya, "Apabila Anda menunda keberangkatan Anda, mungkin nyawanya dapat diselamatkan dan gerombolan manusia itu mungkin bubar." Atasnya 'A'isyah menjawab, bahwa ia telah memutuskan untuk pergi berhaji dan hal itu tak dapat diubah. Kemudian Marwan membacakan bait syair berikut sebagai pepatah,
"Qais membakar rumah saya, dan ketika api menyala, ia meloloskan diri darinya."
Seperti itu juga, Thalhah dan Zubair berang terhadapnya dan mereka selalu maju mengipas-ngipas api dan mengintensifkan perlawanan. Dari sisi ini, mereka ikut mengambil bagian besar dalam pembunuhannya, dan memikul tanggung jawab atas darahnya. Orang lain pun mengetahui mereka dalam perspektif ini dan memandang mereka sebagai pembunuhnya, sedang para pendukung mereka pun tidak mampu memberikan penjelasan untuk membersihkan mereka. Maka Ibn Qutaibah menulis bahwa ketika Mughîrah ibn Syu'bah menemui Ummul Mukminin 'A'isyah di Authas, ia bertanya kepadanya, "Wahai, Ummul Mukminin, hendak ke mana Anda?" 'A'isyah menjawab, "Saya hendak ke Bashrah." Mughîrah bertanya untuk maksud apa dan ia menjawab, "Untuk membalas dendam atas darah 'Utsman." Mughîrah berkata, "Tetapi para pembunuhnya ada bersama Anda." Kemudian Mughîrah berpaling kepada Marwan dan menanyakan hendak ke mana dia. Marwan menjawab bahwa ia pun hendak ke Bashrah. la menanyakan maksudnya dan ia menjawab, "Untuk membalaskan darah 'Utsman". Kemudian Mughîrah berkata, "Para pembunuh 'Utsman ada bersama Anda. Thalhah dan Zubair ini yang telah membunuhnya."
Bagaimanapun juga, setelah meletakkan kesalahan kepada Amirul Muknunin, kelompok yang telah membunuh 'Utsman itu sampai ke Bashrah. Amirul Mukminin juga bangkit untuk memadamkan pemberontakan itu. la menulis surat ini kepada penduduk Kûfah untuk beroleh dukungannya. Atasnya para pejuang dan prajurit mereka bangkit dalam jumlah besar dan mendaftarkan diri dalam pasukan tentara. Mereka menghadapi musuh dengan penuh keberanian yang diakui pula oleh Amirul Mukminin. Maka bagian surat yang berikut ini merupakan pengakuan atas kenyataan itu.
SURAT 2 Ditulis untuk Rakyat Kufah Setelah Kemenangan Bashrah
Semoga Allah memberi ganjaran kepada Anda, penduduk kota (Kûfah), atas nama seorang anggota keluarga Nabi Anda, dengan ganjaran yang terbaik yang la karuniakan kepada orang-orang yang berbuat dalam ketaatan kepada-Nya, dan atas mereka yang bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya. Sesungguhnya Anda telah mendengarkan dan menaati (saya), dan ketika Anda dipanggil Anda segera menyambut. •
SURAT 3 Ditulis untuk Syuraih ibn al-Hârits (al-Kindî), Qâdhî (di Kufah). Diriwayatkan bahwa Syuraih ibn al-Hârits (al-Kindî) yang menjabat qâdhî Amirul Mukminin di Kûfah selama masa kekuasaannya, telah membeli sebuah rumah seharga delapan puluh dinar. Ketika Amirul Mukminin mengetahuinya, ia menyuruh orang memanggilnya seraya mengatakan:
Saya diberitahu bahwa Anda telah membeli sebuah rumah seharga delapan puluh dinar, dan bahwa Anda telah menulis sebuah dokumen untuk itu serta menempatkan saksi atasnya.
Wahai, Syuraih, berhati-hatilah, dalam waktu singkat satu tubuh (malaikat maut) akan datang kepada Anda yang tidak akan melihat dokumen itu dan tidak akan menanyakan pembuktian Anda melainkan membawa Anda jauh-jauh darinya dan menyimpan Anda di kubur Anda dengan sangat sendirian.
Lihatlah, hai Syuraih, apabila Anda telah membeli rumah ini dengan uang yang selain uang Anda, atau membayar harganya dari sumber yang tak halal, Anda telah mendatangkan kerugian dari dunia ini maupun akhirat. Apabila Anda telah datang kepada saya pada waktu pembelian itu, tentu sudah saya tuliskan bagi Anda suatu dokumen di atas kertas ini dan kemudian Anda tak akan mau membeli rumah itu meskipun dengan harga satu dinar, jangankan lebih. Inilah dokumen itu:
Ini adalah tentang pembelian yang dilakukan oleh hamba (Allah) yang rendah dari seorang hamba lain yang sedang bersiap untuk berangkat (ke akhirat). la telah membeli sebuah rumah dari rumah-rumah penipuan di wilayah fana dan tempat orang-orang yang akan sima. Rumah ini mempunyai empat perbatasan sebagai berikut: Batas yang pertama bersampingan dengan sumber petaka; batas yang kedua bertetangga dengan sumber-sumber kesedihan; batas yang ketiga bergandengan dengan hawa nafsu yang membinasakan; dan batas yang keempat bergandengan dengan setan penipu, dah menghadap ke situlah pintu rumah itu.
Rumah ini telah dibeli oleh seorang yang telah dihadang hawa nafsu, dari seorang yang sedang digiring oleh maut dengan harga meninggalkan mulianya kepuasan dan memasuki aibnya kesengsaraan dan penyerahan. Apabila si pembeli menemui akibat (buruk) dari transaksi ini maka adalah itu lantaran dia (maut) yang telah merombak tubuh-tubuh para raja, merenggut nyawa para penguasa lalim, menghancurkan wilayah para Fir'aun, Khosrou [1], Kaisar[2], Tubba' [3], dan Himyar [4], dan semua yang menumpuk harta di atas harta dan terus menambah-nambahnya, membangun rumah-rumah tinggi dan menghiasinya dan mengumpulkan harta dan memeliharanya, sebagaimana pengakuan mereka menurut pemikiran mereka sendiri, bagi anak-anak untuk membawa mereka ke tempat perhitungan dan pengadilan serta kedudukan ganjaran dan hukuman. Bilamana keputusan akan ditetapkan, rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (QS. 40:78)
Dokumen ini disaksikan oleh akal di saat ia bebas dari belenggu hawa nafsu dan jauh dari hiasan dunia. •
[1] Khosrou adalah gelar raja-raja Iran, yang berarti Raja (Iran), yang wilayah kekuasaannya sangat luas.
[2] Caesar (Kaisar) adalah gelar raja-raja Romawi, yang dalam bahasa Latin berarti anak yang kematian ibunya sebelum ia dilahirkan dengan membedah perut si ibu. Di antara para raja Roma, (Kaisar) Augustus dilahirkan secara ini dan ia dikenal dengan nama ini, dan sesudahnya kata ini digunakan sebagai gelar raja-raja Roma.
[3] Tubba’ adalah nama panggilan raja-raja Yaman yang menguasai Himyar dan Hadhramaut. Nama-nama mereka telah disebutkan dalam ayat Al-Qur'an 44:37 dan 50:14.
[4] Himyar , pada asalnya adalah suatu suku penting di kerajaan Saba' kuno, di barat laut Arabia; kemudian menjadi para penguasa yang kuat dari Arabia Selatan sejak sekitar 115 SM hingga 525 M. Orang Himyar terkonsentrasi di area yang dikenal sebagai Dzû Raidan (kemudian disebut Qataban) di pesisir Yaman masa kini; mungkin mereka dibantu dalam penggulingan raja-raja Saba' oleh penemuan rute laut dari Mesir ke India, yang menyebabkan kerajaan Saba' yang di pedalamanan kehilangan kedudukannya yang penting sebagai pusat perdagangan melalui jalan darat. Orang Himyari (yang dikenal dalam dunia klasik sebagai orang Homerit) mewarisi bahasa dan kebudayaan Saba', dan dari ibu kotanya di Zhafar kekuasaan mereka kadang-kadang sampai ke Teluk Persia di timur dan sampai ke Gurun Arabia di utara. Pada awal abad keempat ibu kota Himyar dipindahkan ke San'â di utaranya, dan kemudian di abad itu juga Kristen dan Yahudi beroleh pijakan kuat di sana. Kekacauan dalam negeri dan perubahan rute perdagangan menyebabkan kerajaan itu merosot, dan di tahun 525, setelah beberapa usaha yang gagal, para penyerbu Ethiopia menumpas Himyari. Seorang Himyar lari memohon bantuan ke Persia, yang menyebabkan Persia menguasai wilayah itu di tahun 575. (New Encyclopaedia Britannica (Micropaedia), edisi 1973-74, jilid V .h. 49).
SURAT 4 Kepada Salah Seorang Perwira Tentaranya
Apabila mereka [1] kembali kepada payung ketaatan, maka inilah segala yang kami kehendaki. Tetapi, apabila kondisi orang-orang ini menunjuk kepada perpecahan dan pembangkangan, maka dengan membawa orang-orang yang taat kepada Anda, bergegaslah kepada orang-orang yang membangkangi Anda, dan sementara Anda mempunyai orang-orang bersama Anda yang mengikuti Anda, jangan mencemaskan orang-orang yang mundur dari Anda, karena ketidakhadiran seorang yang setengah hati lebih baik dari-pada kehadirannya, dan duduknya dia lebih baik dari bangkitnya. •
[1] Ketika 'Utsman ibn Hunaif, Gubemur Bashrah, mengabarkan kepada Amirul Mukminin tentang kedatangan Thalhah dan Zubair di Bashrah, dan tentang niat mereka, Amirul Mukininin menulis surat ini kepadanya, di mana ia memerintahkan Hunaif bahwa apabila musuh bersikeras hendak berperang melawannya, maka dalam menghadapi musuh itu ia tak boleh merekrut orang-orang yang di satu sisi menunjukkan tenggang rasa bagi tokoh-tokoh 'A'isyah, Thalhah dan Zubair, dan di sisi lain telah menyetujui untuk berjuang melawan mereka hanya karena bujukan, karena orang semacam itu tak dapat diharapkan untuk berjuang dengan tabah, dan tak dapat diandalkan. Orang semacam itu akan berusaha mengecilkan hati orang lain pula. Karena itu maka yang terbaik ialah menjauhi orang-orang semacam itu.
SURAT 5 Kepada al-Asy'ats ibn Qais (al-Kindi), Gubernur Azerbajan
Sesungguhnya, pengangkatan Anda [1] bukanlah suatu suapan (makanan) bagi Anda, melainkan suatu amanat di seputar leher Anda, dan Anda telah ditugasi untuk melindungi (rakyat) atas nama atasan Anda. Anda tak boleh lalim kepada yang diperintah, tidak pula untuk menanggung risiko bagi diri Anda sendiri kecuali atas dasar-dasar yang kuat. Anda memegang dana yang mempakan milik AUah yang bagi-Nya Kekuasaan dan Kerajaan, dan Anda memegang kewajiban atasnya sampai Anda menyerahkannya kepada saya. Mudah-mudahan saya tidak akan merupakan salah seorang dari para pemimpin yang buruk bagi Anda. Wasalam. •
[1] Ketika Amirul Mukminin telah bebas dari Perang Jamal, ia menulis surat kepada Asy'ats ibn Qais al-Kindî yang telah menjadi Gubernur Azerbaijan sejak masa 'Utsman, untuk mengirimkan hasil pemasukan uang dan pajak dari propinsinya. Tetapi karena 'Asy'ats takut akan jabatan dan kedudukannya di masa depan, ia berniat menelan seluruh dana yang ada sebagaimana para pejabat 'Utsman lainnya. Oleh karena itu, sesampainya surat ini ia mengirim utusan memanggil rekan-rekan utamanya, dan setelah menyebutkan surat ini kepada mereka, ia berkata, "Saya khawatir uang ini akan diambil dari saya; oleh karena itu saya bermaksud bergabung dengan Mu'awiah." Atasnya, orang-orang itu berkata bahwa adalah memalukan apabila ia meninggalkan sanak keluarga lalu berlindung kepada Mu'awiah. Atas nasihat orang-orang ini ia menangguhkan gagasannya untuk melarikan diri, tetapi tak setuju dengan gagasan mereka untuk berpisah dengan uangnya. Ketika mendengar informasi ini, Amirul Mukminin mengutus Hujr ibn 'Adi al-Kindî untuk membawanya ke Kûfah. Hujr berhasil membawanya ke Kûfah. Ketika tiba, diketahui bahwa petinya berisi empat lakh Dirham, yang darinya Aniirul Mukminin meninggalkan 30.000 Dirham untuk Asy'ats dan menyimpan sisanya di baitul mal.
SURAT 6 Kepada Mu'âwiah (ibn Abi Sufyân)
Sesungguhnya orang-orang yang membaiat kepada Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman telah membaiat kepada saya atas dasar yang sama di mana mereka membaiat kepada mereka. [1] (Atas dasar ini) orang yang hadir tidak mempunyai pilihan (untuk mempertimbangkan), dan orang yang tak hadir tidak berhak untuk menolak; dan suatu musyawarah dibataskan pada Muhajirin dan Anshar. Apabila mereka menyetujui seorang individu dan mengambilnya sebagai pemimpin (khalifah), hal itu dianggap bermakna keridhaan Allah. Apabila seseorang menjauh dengan jalan keberatan atau menuntut perubahan, mereka akan mengembalikannya kepada posisi dari mana ia menjauh. Apabila ia menolak, mereka akan memeranginya karena mengikuti jalan yang lain dari jalan kaum mukmin, dan Allah menempatkannya kembali (ke asal) dari mana ia melarikan diri. Demi hidupku, hai Mu'awiah, apabila engkau melihat dengan akalmu tanpa nafsu, maka engkau akan mendapatkan saya orang yang paling tak berdosa dari semua berkaitan dengan darah 'Utsman, dan tentulah engkau akan melihat bahwa saya dalam keadaan terkucil darinya, kecuali apabila engkau menyembunyikan apa yang sangat terbuka bagimu. Maka engkau boleh melakukan keberangan (pada saya) sesuka hatimu. Wasalam. •
[1] Ketika penduduk Madinah secara serempak membaiat kepada Amirul Mukminin, Mu'awiah menolaknya karena ia melihat bahaya yang mengancam kekuasaannya sendiri; dan untuk menandingi kekhalifahan Amirul Mukminin ia membuat dalih bahwa baiat itu tidak diberikan secara bulat dan oleh karena itu, harus ada pemilihan umum. Padahal sejak awalnya proses pemilihan khalifah dimulai adalah akibat dari situasi sesaat. Tak ada pemilihan umum sehingga hal itu tak dapat dikatakan hasil pemilihan rakyat. Namun hal itu dipaksakan kepada rakyat dan dianggap sebagai keputusan mereka. Sejak waktu itu telah menjadi prinsip bahwa orang yang dipilih oleh para pemuka Madinah dianggap mewakili seluruh dunia Islam dan tak seorang pun boleh mempertanyakannya, apakah ia hadir pada saat pemilihan atau tidak. Bagaimanapun, setelah mapannya prinsip itu, Mu'awiah tak berhak mengusulkan pemilihan ulang atau menolak baiat. Pada praktiknya ia sendiri telah mengakui para khalifah sebelumnya yang telah ditetapkan oleh orang-orang penting Madinah. Itulah sebabnya, maka ketika merasa bahwa pemilihan ini tak sah dan menolak pembaiatan itu, Amirul Mukminin menunjukkan kepadanya cara pemilihan yang telah diakui itu dan menuntaskan argumen dengan dia. Metode itu yang dikenal sebagai berargumentasi dengan lawan atas dasar premis-premis lawan yang salah sehingga menghabisi argumennya. Amirul Mukminin sama sekali tak pemah menyatakan bahwa musyawarah dengan para sesepuh ataupun pemilihan rakyat umum adalah tolok ukur bagi absahnya kekhalifahan. Bila demikian, maka sehubungan dengan kekhalifahan sebelumnya yang dianggap berdasarkan kesepakatan suara Muhajirin dan Anshar, ia akan sudah memandang kesepakatan sebagai wewenang yang baik dan memandangnya sebagai absah; tetapi penolakannya atas baiat sejak awal mula (pemilihan khalifah pertama), yang tak tersangkal oleh siapa pun, merupakan bukti bahwa ia tidak memandang cara yang dibuat-buat itu sebagai tolok ukur absahnya kekhalifahan. Itulah sebabnya maka ia selalu terus menekankan kasusnya sendiri untuk jabatan khalifah yang telah dikukuhkan atas dasar hadis Nabi. Namun, menyatakan demikian kepada Mu'awiah berarti membuka pintu tanyajawab. Oleh karena itu maka ia berusaha meyakinkannya dengan premis-premis dan kepercayaan Mu'awiah sendiri sehingga tak ada ruang untuk penafsiran atau untuk membingungkan hal itu; sesungguhnya tujuan Mu'awiah adalah untuk menunda hal itu sampai wewenangnya beroleh dukungan.
SURAT 7 Kepada Mu'awiah
Saya telah menerima dari Anda suatu paket nasihat yang tak berhubungan dan surat yang berbumbu. Anda telah menulisnya karena kesesatan Anda dan mengirimkannya karena tidak adanya kebijaksanaan. Inilah surat dari seorang lelaki yang tiada cahaya yang akan menunjukkan kepadanyajalan, dan tak ada pula pemimpin untuk memandunya pada jalan yang benar. Nafsu mendorongnya, dan ia menyambutnya. Kesesatan membimbing dia, dan ia mengikutinya. Akibatnya, ia mulai berbicara kosong dan menjadi tersesat dengan sembrono.
Bagian dari Surat yang Sama
Karena, baiat adalah sekali untuk semua. (Baiat) itu tidak terbuka untuk dipertimbangkan kembali dan tak ada pula ruang untuk proses pemilihan baru. Orang yang tinggal di luarnya dianggap mengecam Islam, sementara orang yang berbicara putar balik atasnya adalah munafik. •
SURAT 8 Kepada Jarîr ibn 'Abdullah al-Bajalî ketika Amirul Muknunin Mengutusnya kepada Mu'awiah (dan Kembalinya Tertunda)
Kemudian daripada itu, ketika Anda menerima surat saya ini, mintalah Mu'awiah mengambil keputusan terakhir dan mengikuti jalan yang tegas. Kemudian, mintalah kepadanya untuk memilih peperangan yang mengasingkannya dari rumah, atau ketaatan. Apabila ia memilih perang, maka tinggalkanlah dia, tetapi apabila ia memilih perdamaian, dapatkanlah baiatnya. Wasalam. •
SURAT 9 Kepada Mu'awiah
Kaum kami (Quraisy) memutuskan untuk membunuh Nabi kami dan memusnahkan akar kami. [1] Mereka menciptakan kecemasan-kecemasan bagi kami, berperilaku kasar kepada kami, menolak bagi kami kemudahan hidup, menempatkan kami pada ketakutan, memaksa kami berlindung di gunung yang kasar, dan menyalakan api peperangan terhadap kami.
Kemudian Allah memberikan kepada kami tekad untuk melindungi agama-Nya, dan membela kehormatan-Nya. Kaum mukmin di antara kami mengharapkan ganjaran (Ilahi) darinya, dan kaum kafir di antara kami memberikan dukungan karena kekerabatan. Orang-orang yang menerima Islam dari antara orang Quraisy berada jauh dari kesusahan di mana kami terlibat, karena suatu janji yang melindungi mereka, atau karena suku yang akan bangkit mendukung mereka. Karena itu mereka selamat dari pembunuhan. Menurut sunah Nabi (saw), bilamana pertempuran menjadi sengit dan orang-orang mulai kehilangan pijakan, beliau mengirimkan ke depan para anggota keluarganya dan, melalui mereka, melindungi para sahabat beliau dari serangan pedang dan tombak. Secara ini 'Ubaidullah ibn Hârits, terbunuh pada Hari Badr. Hamzah (ibn 'Abdul Muththalib) pada hari Uhud, dan Ja'far (ibn Abi Thalib) pada hari Mu'tah. Satu orang lagi, yang dapat saya sebutkan namanya apabila saya mau, berhasrat mencari kematian syahid sebagaimana mereka, tetapi kematian mereka mendekat sementara kematiannya belum mendekat.
Betapa anehnya bahwa saya dikelompokkan dengan orang yang tak pernah menunjukkan kecepatan langkah seperti saya dan tidak pula ia mempunyai reputasi baik atas suatu prestasi seperi prestasi saya, kecuali ia mengakui sesuatu yang tidak saya ketahui dan saya kira Allah pun tidak mengetahuinya. Bagaimanapun, segala pujian hanya bagi Allah semata-mata
Mengenai permintaanmu untuk menyerahkan kepadamu para pembunuh 'Utsman, saya telah memikirkan urusan ini dan saya tak mendapatkan bahwa penyerahan mereka kepadamu atau kepada seseorang lain adalah mungkin bagi saya. Demi hidupku, apabila engkau tidak berhenti dari cara-caramu yang batil serta tindakan-tindakan yang memecah-belah, engkau pasti akan mengetahui mereka. Tak lama lagi mereka akan mencarimu dan tidak akan merepotkanmu untuk mencari mereka di bumi, laut, gunung atau padang. Tetapi pencarian ini akan menyakitkan bagimu, dan kunjungan mereka tidak akan memberikan kebahagiaan bagimu. Salam bagi orang yang berhak atasnya. •
[1] Ketika Nabi (saw) diperintahkan Allah untuk menyeru manusia beriman kepada Allah Yang Esa, kekuatan-kekuatan kafir dan pembangkang bangkit untuk menghalangi Kebenaran, dan suku Quraisy bertekad untuk memadamkan suara ini melalui penekanan dan kekerasan. Cinta kepada dewa-dewa mereka demildan keras di dalam hati kaum kafir itu sehingga mereka tidak bersedia mendengarkan sepatah kata pun yang menentangnya. Gagasan tentang Satu Tuhan cukuplah untuk membangkitkan hawa nafsu mereka. Lagi pula mereka dipaksa mendengarkan kata-kata tentang para berhala mereka, yang sebenamya tidak lebih baik dari batu-batu tak bernyawa. Ketika mereka melihat prinsip-prinsip dan kepercayaan mereka terancam bahaya, mereka meinpersiapkan diri untuk mengganggu Nabi dan bersedia menggunakan segala cara untuk itu. Mereka menyusun rencana untuk menimpakan bencana kepada Nabi sehingga tak mungkin beliau melangkah keluar rumah. Orang-orang yang menerima Islam di masa itu pun harus menghadapi cobaan yang terus-menerus. Misalnya, kaum mukmin itu sering dibaringkan di tanah di bawah terik matahari dan dipukuli sampai pingsan. Ketika penganiayaan orang Quraisy sudah sampai sejauh itu, Nabi (saw) mengizinkan mereka meninggalkan Makkah lalu hijrah ke Etiopia pada tahun kelima kenabian beliau. Kaum Quraisy mengikuti mereka ke sana pula, tetapi penguasa Etiopia tak mau menyerahkan kaum pengungsi itu kepada mereka, dan keadilan penguasa Etiopia tak memberikan kesempatan kepada kaum Quraisy untuk mengganggu para pengungsi itu. Di sisi lain dakwah Nabi terus berlanjut, dan magnet dan pengaruh Kebenaran pun menghasilkan efeknya. Orang-orang terkesan oleh ajaran dan kepribadian beliau dan datang ke rangkulannya, yang menimbulkan perasaaa sangat cemas di kalangan Quraisy yang berusaha menghentikan pengamh dan kekuatannya yang terus meningkat. Ketika mereka gagal dalam hal ini, mereka memutuskan segala hubungan dengan Bani Hasyim dan Bani 'Abdul Muththalib, tak boleh mengadakan hubungan sosial, tak boleh mengadakan transaksi jual beli dengan mereka, untuk memaksa mereka melepaskan dukungannya kepada Nabi, agar kaum kafir dapat mengurusi beliau sesuka hati mereka. Mereka mengadakan suatu kesepakatan bersama dan dibuatkanlah satu dokumen tentang hal itu. Setelah kesepakatan itu, walaupun tempatnya sama dan penduduknya pun sama, namun Bani Hasyim di setiap penjuru menjadi terasing seakan-akan mereka tidak dikenal. Sekalian kaum Quraisy kafir memalingkan wajah dan menghindari setiap pertemuan dan kontak. Dalam keadaan itu ada kekhawatiran kalau-kalau Nabi diserang secara mendadak di suatu tempat di luar kota. Karena itu mereka terpaksa mencari perlindungan di suatu tempat yang dinamakan Syi'b Abu Thalib. Pada tahap ini anggota Bani Hasyim yang belum menerima Islam ikut serta menanggung pengucilan itu karena kesatuan silsilahnya dan memberikan pembelaan di saat perlu, sementara orang-orang yang telah menerima Islam, seperti Hamzah dan Abd Thalib, aktif melindungi Nabi karena kewajiban agamawi. Terutama Abu Thalib, yang telah menyerahkan semua kesenangan dan kemudahan hidupnya. la melewatkan siang hari dengan menghibur Nabi dan di malam hari mereka bergiliran menggunakan tempat tidur; apabila Nabi menggunakan suatu tempat tidur di suatu malam, malam berikutnya 'Ali disuruh tidur di tempat tidur itu, sehingga bila seseorang menyerang, maka 'Ali yang akan menanggung pukulannya yang terberat.
Itu masa pengucilan dan kesulitan besar bagi Bani Hasyim. Apabila mereka dapat beroleh daun-dauanan, cukuplah itu untuk dimakan; apabila tidak maka mereka harus menahan lapar. Dalam waktu tiga tahun dalam kesulitan ini Zubair ibn Abi Umayyah, Hisyam ibn 'Amr, Muth'im ibn 'Adi, Abul Bukthuri al-'Ash dan Zam'ah ibn Aswad mengusulkan agar kesepakatan itu dihapus. Untuk membahas masalah ini para sesepuh Quraisy beisidang di Ka'bah. Sebelum keputusan diambil, Abu Thalib keluar dari syi'b itu lalu bergabung dengan mereka. la berkata kepada mereka, "Kemanakan saya mengatakan kepada saya bahwa surat dokumen di mana kesepakatan itu ditulis telah dimakan rayap dan tak ada sisanya kecuali nama Allah. Ambillah dokumen itu dan lihatlah. Apabila ia benar, maka Engkau harus melepaskan kesepakatan itu; dan apabila ia salah, maka saya bersedia menyerahkannya kepada kalian." Dokumen itu pun diambil dan diperiksa. Kenyataannya benar, selain kata-kata "dengan nama-Mu, ya Tuhanku", yang dituliskan di awal dokumen itu, semua tulisannya telah habis dimakan rayap. Melihat hal ini, Muth'im ibn 'Adi merobek dokumen itu dan dengan demikian maka kesepakatan itu dihapus. Akhirnya Bani Hasyim terlepas dari kehidupan teraniaya dan kesengsaraan; tetapi bahkan setelah itu pun tak ada perubahan dalam perilaku kaum kafir terhadap Nabi; malah permusuhan dan kebencian mereka kepada beliau demikian mengeras sampai mereka memikirkan untuk merenggut nyawanya, yang mengakibatkan peristiwa besar Hijrah. Pada kejadian itu Abu Thalib telah meninggal, namun 'Ali mewakilinya dengan berbaring di tempat tidur Nabi, sesuai gagasan Abu Thalib untuk melindungi nyawa Nabi.
Walaupun kejadian-kejadian itu bukan tidak diketahui Mu'awiah, namun dengan mengisahkan kembali perbuatan-perbuatan para pendahulunya Amuul, Mukminin bermaksud membangkitkan ruh dengkinya. Oleh karena itu perhatiaanya ditarik kepada kesulitan yang ditimpakan kepada Nabi dan para penganut, beliau oleh kaum Quraisy dan Bani 'Abdu Syams agar ia dapat melihat masing-masing pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan dan menyadari apakah ia sendiri sedang melangkah di jalan benar atau hanya mengikuti jalan nenek moyangnya.
SURAT 10 Kepada Mu'awiah
Apa yang akan Anda lakukan apabila pakaian duniawi di mana Anda terbungkus ini disingkirkan dari Anda? Dnnia menarik Anda dengan perhiasannya dan menipu Anda dengan kesenangannya. la memanggil Anda dan Anda menyambutnya. la menumpin Anda dan Anda mengikutinya. la memerintah Anda dan Anda menaatinya. Tak lama lagi pemberitahu akan memberitahukan kepada Anda tentang hal-hal yang terhadapnya tak akan ada perisai (untuk melindungi Anda). Oleh kerena itu menjauhlah dari urusan ini, perhatikanlah tanggung jawab (pada Hari Pengadilan), bersiap-siaplah untuk kematian yang segera akan menyusul Anda, dan janganlah memberikan telinga Anda kepada orang-orang yang telah tersesat. Apabila Anda tak berbuat demikian, saya akan mengingatkan Anda tentang segala yang telah Anda lupakan, karena Anda lelaki yang hidup dalam keenakan dan kemewahan. [1] Iblis telah mengambil Anda dalam cengkeramannya, telah mengamankan keinginan-keinginannya dalam diri Anda dan telah mengambil kekuasaan penuh atas Anda seperti jiwa dan darah Anda.
Hai, Mu'awiah! Sejak kapan Anda semua menjadi pelindung rakyat dan wali urusan manusia tanpa suatu langkah maju atau keutamaan yang menonjol. Kami memohon perlindungan Allah terhadap menimpanya malapetaka sebelumnya, dan saya peringatkan Anda agar Anda tidak terus tertipu oleh hawa nafsu dan penampilan Anda menjadi lain dari batin Anda.
Anda telah memanggilnya untuk berperang. Lebih baik meninggalkan rakyat di satu sisi, keluarlah menghadapi saya, dan bebaskan kedua pihak dari berperang supaya dapat diketahui siapa di antara kita yang mempunyai hati berkarat dan mata yang bertutup. Saya adalah Abul Hasan yang telah membunuh kakek, [2] saudara, [3] dan paman Anda [4] dengan mencencang mereka di Hari Badr. Pedang yang sama itu ada pada saya, dan saya menghadapi lawan saya dengan hati yang sama. Saya tidak mengubah agama atau mengada-adakan seorang nabi baru. Saya sesungguhnya (sedang melangkah) pada jalan yang sama yang dengan sengaja telah Anda tinggalkan (pada mulanya) kemudian (anda) terima secara terpaksa. Anda mengira Anda telah keluar mencari pembalasan dendam atas darah 'Utsman. Sesungguhnya Anda tahu bagaimana darah 'Utsman tertumpah. Apabila Anda hendak membalaskan dendamnya, balaskanlah di sana. Seakan-akan saya melihat bahwa bilamana peperangan sedang memotong Anda dengan gigi-giginya Anda menjerit seperti unta yang menjerit di bawah beban berat. Dan seakan-akan saya melihat pihak Anda bingung oleh serangan pedang yang tak berkepumsan, terjadinya maut dan jatuhnya tubuh satu demi satu, memanggil saya kepada Al-Qur’an [5] walaupun mereka sendiri entah kafir, penolak kebenaran atau pelanggar baiat, untuk menyumpahkannya. •
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya'." (QS. 34:34)
[2] Utbah ibn Rabî’ah.
[3] Hanzhalah ibn Abu Sufyan.
[4] Walid ibn 'Utbah.
[5] Ramalan Amirul Mukminin ini adalah tentang Perang Shiffin. Di sini ia telah menggambarkannya secara keseluruhan dalam ungkapan yang simpel. Demikianlah, di satu sisi Mu'awiah bingung karena serangan orang Iraq dan sedang berpikir untuk melarikan diri, di sisi lain tentaranya sedang berteriak-teriak di bawah ancaman kematian yang konstan; dan akhirnya, ketika tak ada jalan untuk melarikan diri, mereka mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak sambil berseru meminta perdamaian. Dengan rekayasa ini, orang-orang yang tersisa itu menyelamatkan nyawanya. Ramalan itu tak dapat diatributkan pada imajinasi, terkaan, atau penarikan kesimpulan dari kejadian-kejadian. dan tak dapat pula detail-detail ini ditegaskan oleh kecerdasan atau pemikiran yang menjangkau jauh. Yang dapat mengungkapkannya hanyalah orang yang sumber-sumber informasinya adalah lidah Nabi (saw) sendiri yang berdasarkan wahyu atau karena inspirasi Ilahi.
SURAT 11 Instruksi kepada Kontingen untuk Menghadapi Musuh [1]
Ketika Anda maju kepada musuh atau ia maju kepada Anda, kedudukan pasukan Anda harus berada dekat pada tanah tinggi atau di tepi ujung perbukitan atau pada tikungan sungai, agar ia dapat menjadi pertolongan dan tempat kembali bagi Anda. Pertarungan Anda haruslah dari satu sisi atau dua sisi. Tempatkan penjaga pada puncak-puncak bukit dan sisi-sisi yang tinggi dari tanah tinggi agar musuh tak dapat mendekati Anda dari suatu tempat, baik dalam bahaya atau aman. Dan ketahuilah bahwa baris depan suatu tentara merupakan mata mereka, dan mata tentara baris depan itu adalah para pemberitahu mereka. Hati-hatiah terhadap kecerai-beraian. Apabila Anda berhenti, berhentilah bersama-sama, dan bila Anda bergerak, bergeraklah bersama-sama. Bilamana malam tiba, tempatkan enam tombak dalam suatu lingkaran dan janganlah tidur kecuali sekadar tidur tak lelap sebentar. •
[1] Ketika Amirul Mukminin (as) menempatkan Ziyad ibn Nadhr al-Hâritsî dan Syuraih ibn Ham al-Hâritst memimpin kontingen-kontingen yang terdiri dari delapan ribu dan empat ribu orang di perkemahan Nukhailah dan memerintahkan mereka untuk maju ke Suriah, timbul suatu perselisihan di antara mereka tentang pangkat mereka. lalu mereka memberitahukannya kepada Amirul Mukminin dan menulis surat mengadukan halnya masing-masing. Sebagai jawaban, Amirul Mukminin menulis surat bahwa bilamana mereka bergabung dalam perjalanan, maka pimpinan seluruh pasukan berada di tangan Ziyad ibn Nadhr, dan apabila mereka berpisah maka masing-masing memimpin pasukan yang telah ditetapkannya sebelumnya.
Dalam surat ini Amirul Mukminin juga menulis untuk mereka beberapa instruksi tertentu. Di sini Sayid Radhi hanya mencatat bagian yang berisi instruksi-instruksi. Instruksi-instruksi ini tidak hanya berguna untuk mengetahui strategi pertempuran masa itu, tetapi manfaal dan pentingnya untuk mengetahui prinsip-prinsip pertempuran yang di masa kini pun tak tersangkal. Menurut instruksi ini, dalam pertarungan melawan musuh, pasukan harus berkemah dekat puncak-puncak bukit dan kelokan sungai, karena secara itu bagian rendah sungai akan berperan sebagai kubu dan puncak-puncak gunung akan menjadi tembok benteng, dan dengan demikian, akan menimbulkan rasa aman dari sisi-sisi itu ketika menghadapi musuh di sisi lain. Kedua, serangan harus dari satu sisi atau paling-paling dari dua sisi, karena dengan distribusi dari seluruh pasukan pada beberapa front pasti akan timbul kelemahan. Ketiga, para penjaga harus ditempatkan di tempat tinggi dan puncak-puncak bukit sehingga mereka dapat memberi peringatan sebelum adanya serangan. Kadang-kadang terjadi bahwa ketimbang menyerang dari sisi yang diperkirakan, musuh menyerang dari sisi lain. Apabila para penjaga ditempatkan di tempat-tempat ketinggian, mereka dapat mendeteksi musuh dari debu yang beterbangan yang nampak dari jauh. Untuk menjelaskan pentingnya aspek instruksi ini Ibn Abil Hadid (dalam Syarh Nahjul Balâghah, XV, h. 91) mencatat suatu insiden historis. Ketika Qahthabah ibn Syabib ath-Tha'i berkemah di sebuah desa setelah meninggalkan Khurasan, dia dan Khalid ibn Barmak pergi duduk di puncak suatu tanah tinggi di dekai situ. Tak lama kemudian Khalid melihat kelompok rusa berlarian dari hutan. Ketika melihat hal itu, ia berkata kepada Qahthabah, "Hai komandan, bangkit dan umumkan pada tentara supaya segera berbaris dan menyiapkan senjata." Mendengar ini Qahthabah kaget dan setelah melihat ke sana ke mari, ia berkata, "Saya tidak melihat musuh di mana pun." la menjawab, "Hai Amir, sekarang tak ada waktu luang untuk bercakap-cakap. Anda lihat rusa-rusa itu pada lari menuju ke arah tempat penduduk dan meninggalkan tempat tinggal mereka. Itu berarti bahwa tentara musuh sedang berjalan di belakangnya." Maka ia pun memerintahkan tentaranya untuk bersiap. Segera setelah tentaranya bersiap, bunyi derap kaki kuda kedengaran dan sejenak kemudian musuh pun menyerang. Karena sempat bersiap untuk pertahanan, mereka lawan musuh itu dengan sepenuh kekuatan. Sekiranya Khalid tidak di ketinggian dan tidak bertindak bijaksana, musuh akan berhasil menyerang secara mendadak dan memusnahkan mereka. Keempat, para pengintai harus disebarkan di sana sini supaya mereka memperingatkan gerakan-gerakan dan maksud musuh dan dengan begitu rencana musuh dapat dipatahkan. Kelima, bahwa bilamana sedang berkemah atau melakukan perjalanan, tentara harus bersama-sama agar musuh tidak menyerang pasukan yang dalam keadaan tercerai berai. Keenam, di malam hari penjaga malam harus dibentuk dengan menetapkan tombak di tanah sehingga apabila musuh menyerang di malam hari mereka dapat segera bersiap untuk bertahan dengan mengambit senjata dan apabila musuh menghujankan panah hal itu pun dapat ditangkis. Ketujuh, tidur nyenyak harus dielakkan agar Anda tetap waspada akan mendekatnya musuh yang mungkin akan membinasakan Anda sebelum Anda siap.
SURAT 12 Instruksi kepada Ma’qil ibn Qais ar-Riyahî Ketika la Diutus ke Suriah sebagai Kepala Kontingen Depan yang Berkekuatan Tiga Ribu Orang
Bertakwalah kepada Allah yang di hadapan-Nya kedatangan tak terelakkan, dan dengan yang selain-Nya tak ada pertemuan. Janganlah berperang kecuali terhadap orang-orang yang memerangi Anda. Berjalanlah dalam dua masa sejuk (yakni, pagi dan petang). Biarkan anak buah tidur tengah hari. Berjalanlah dengan mudah dan jangan berjalan pada awal malam, karena Allah menjadikannya untuk istirahat dan telah menetapkannya untuk menginap, dan tidak untuk melakukan perjalanan. Oleh karena itu, berikan istirahat kepada badan Anda di malam hari dan biarkan hewan pengangkut Anda juga beristirahat. Bilamana Anda yakin bahwa pagi telah muncul, dan ketika fajar telah bercahaya, mulailah peijalanan Anda dengan berkat Allah. Apabila dan bilamana Anda menghadapi musuh, berdirilah di tengah-tengah rekan Anda, jangan terlalu dekat kepada musuh seperti orang yang hendak memulai pertarungan, jangan pula tinggal terlalu jauh seperti orang takut bertindak, sampai Anda menerima penntah saya. Kebencian kepada mereka tak seharusnya mengantarkan Anda untuk bertarung sebelum mengajak mereka (kepada petunjuk) dan menghabiskan hujah Anda di hadapan mereka. •
SURAT 13 Kepada Dua Perwira Tentaranya
Saya telah menempatkan Malik ibn al-Harits al-Asytar [1] sebagai komandan atas Anda dan semua yang di bawah Anda. Oleh karena itu, ikutilah perintah-perintahnya dan ambillah dia sebagai zirah dan perisai bagi Anda sendiri, karena ia adalah salah seorang dari orang-orang yang darinya saya tidak mengkhawatirkan kelemahan dan lidak pula kesalahan dan tidak juga kemalasan di mana ketergesaan lebih sesuai. tidak pula tergesa bilamana kelambanan diharapkan darinya. •
[1] Ketika Amirul Mukminin mengirim kontingen pelopor yang berkekuatan 12.000 orang di bawah komando Ziyad ibn Nadhr dan Syuraih ibn Hani ke Suriah, dalam perjalanan dekat benteng ar-Rûm, mereka bertemu dengan Abul A'war as-Sulami ('Amr ibn Sulaiman) yang sedang berkemah di sana dengan suatu kontingen Suriah. Keduanya (Ziyad dan Syuraih) memberitahukan kepada Amirul Mukminin tentang hal ini melalui Harits ibn Jumhân al-Ju’fi. Untuk itu Amirul Mukminin mengirim Malik ibn Hârits al-Asytar sebagai komandan dan menulis surat ini untuk memberitahukan mereka. Kata-kata singkat tetapi padat di mana Amirul Mukminin telah menyebut Malik al-Asytar dalam surat ini memberikan indikasi atas kecerdasan, kebijakan, keberanian dan keperkasaan, pengalaman dan keulungan Malik dalam seni perang sena kebesaran pribadinya.
SURAT 14 Instruksi kepada Tentara Sebelum Pertarungan di Shiffin [1]
Janganlah memerangi mereka kecuali apabila mereka memulai peperangan, karena dengan rahmat Allah, Anda berada dalam kebenaran; dan membiarkan mereka hingga mereka memulai peperangan akan merupakan suatu keunggulan lain dari sisi Anda terhadap mereka. Apabila, atas kehendak Allah, musuh dikalahkan, maka janganlah membunuh orang yang melarikan diri, jangan menyerang orang yang tak berdaya, dan jangan menghabiskan orang-orang yang cedera, dan jangan menganggu para wanita, sekalipun mungkin mereka menyerang kehormatan Anda dengan kata-kata kotor dan mencerca para perwira Anda, karena mereka lemah dalam watak, pikiran dan kecerdasan. Kita telah diperintahkan untuk tidak berlaku buruk terhadap mereka, sekalipun mereka mungkin kafir. Bahkan di zaman jahiliah, apabila seorang lelaki menyerang seorang perempuan dengan batu atau tongkat, ia diaibkan bersama keturunannya sesudahnya. •
[1] Tanggung jawab atas peperangan dan pertempuran yang terjadi antara Amirul Mukminin dan Mu'awiah terletak semata-mata pada Mu'awiah, karena ia menimbulkan peperangan dengan meletakkan tuduhan palsu atas darah 'Utsman pada Amirul Mukminin, padahal fakta yang sesungguhnya tentang sebab-sebab pembunuhan 'Utsman dan siapa yang membunuhnya bukan tak diketahui Mu’awiah. Tetapi, karena tak ada jalan baginya untuk mencapai tujuannya kecuali dengan menciptakan kesempatan untuk berperang, ia memasuki peperangan untuk memperoleh kekuasaan, yang jelas agresif dan yang sama sekali di luar batas-batas halal, karena ia memberontak terhadap imam yang sah menurut ijmak kaum Muslim. Imam an-Nawawi (621-676 H./1233-1277 M.) berkata,
"Janganlah memerangi orang yang berwenang dalam urusan pemerintahan, dan tak boleh membangkitkan keberatan terhadap mereka kecuali apabila Anda melihat mereka melakukan hal-hal yang Anda ketahui jelas bertentangan dengan Islam. Apabila Anda melihat mereka berbuat demikian anggaplah itu buruk bagi mereka dan katakanlah yang sebenarnya di mana pun Anda berada, tetapi bangkit melawan mereka atau memerangi mereka dilarang oleh ijmak kaum Muslim." (Syarh Muslim oleh an-Nawawi. II, h. 125).
Muhammad ibn 'Abdul Karim Syahristani menulis,
"Barangsiapa bangkit melawan imam, menurut kesepakatan umat, dikenal sebagai khârijî, penyeleweng. Demikian pula halnya dengan bangkit di masa para sahabat, melawan imam atau bahkan sesudah mereka melawan orang-orang yang mengikuti para sahabat dalam kebajikan." (Kitab al-Milal wa an-Nihal, h. 53).
Tak diragukan bahwa Mu'awiah membuat kerusuhan dan pemberontakan. Amirul Mukminin yang mengangkat senjata untuk menghentikan pemberontakan tak dapat dianggap menentang perdamaian. Malah, itu adalah haknya yang alami sebagai pihak yang dilalimi; apabila hak ini direbut maka tak ada lagi jalan untuk mencegah penindasan dan tirani, atau melindungi hak-hak di dunia ini. Itulah sebabnya maka Allah mengizinkan mengangkat senjata melawan pemberontak. Allah berfirman,
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongam yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah,- jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. 49:9).
Itulah hujah pertama yang ditunjukkan Amirul Mukminin dengan mengatakan, "Dengan rahmat Allah, Anda berada dalam kebenaran. Tetapi, bahkan setelah mengajukan hujah ini, ia mencegah tentaranya mengambil inisiatif peperangan, karena ia tidak menginginkan inisiatif perang dari pihaknya dan bahwa ia hanya akan mengangkat pedang untuk bela diri. Segala usahanya untuk perdamaian ternyata gagal, dan musuh mengambil langkah peperangan; ini alasan kedua. Maka Amirul Mukminin tak dapat disalahkan atau dituduh melakukan tindakan ofensif. Malah wajib baginya menghentikan penindasan yang diizinkan Allah dengan kata-kata yangjelas. Allah memerintahkan,
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. " (QS. 2:190).
Di samping itu, memerangi Amirul Mukminin berarti memerangi Nabi (saw), karena Nabi telah bersabda, “Ali, peperanganmu adalah peperanganku." Karena itu hukuman yang harus ditimpakan kepada yang memerangi Amirul Mukininin sama dengan hukuman terhadap perbuatan memerangi Nabi. Bagi yang memerangi Nabi, Allah telah menetapkan hukuman berikut,
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar." (QS. 5:37).
Terlepas dari itu, instruksi Amirul Mukminin yang dikeluarkan sehubungan dengan peperangan, yakni bahwa orang yang melarikan diri atau yang terluka tak boleh dianiaya, Dari sisi pandang moral, ini dapat dianggap sebagai suatu standar yang tinggi dalam hukum Islam. Kemudian, instruksi-instruksi tidak hanya terbatas pada kata-kata saja tetapi Amirul Mukminin mengikutinya dengan cennat. la sama sekali tidak membenarkan pemburuan terhadap orang yang melarikan diri, menyerang orang yang tak berdaya atau mengganggu wanita. Di medan Pertempuran Jamal di mana komando pasukan musuh berada di tangan seorang wanita ('A'isyah) ia tidak mengubah prinsip itu. Setelah musuh kalah dan takluk, ia menunjukkan karakternya yang tinggi. la mengirim Ummul Mukminin itu ke Madinah dengan pengawalan. Sekiranya ia bukan Amirul Muknunin, maka ia akan menjatuhkan hukuman yang berat yang sesuai bagi perbuatan itu. Ibn Abil Hadîd menulis,
"Yang dilakukan Ummul Mukminin itu kepada Amirul Mukminin, apabila ia lakukan kepada (Khalifah) Umar, dan telah menyebarkan pemberontakan terhadapnya di kalangan rakyat, setelah beroleh kemenangan atasnya ia akan membunuh dan mencencangnya, tetapi Amirul Mukminin sangat sabar dan berhati besar."
26
Nahjul Balaghah
SURAT 15 Doa Amirul Mukminin Bilamana la Menghadapi Musuh
Ya Allah, Tuhanku! Hati sedang pada tertarik kepada-Mu, leher pada terentang (kepada-Mu), mata terpasang (pada-Mu), langkah-langkah sedang dalam gerak dan badan-badan telah menjadi kurus. Ya Allah, Tuhanku! Kebencian tersembunyi telah menjadi nyata dan bejana kedengkian sedang mendidih.
Ya Allah, Tuhanku! Kami mengadu kepada-Mu tentang ketidakhadiran Nabi. banyaknya jumlah musuh kami, dan terpecahnya nafsu kami.
Ya Allah Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan kebenaran, dan Engkaulah Pemberi Keputusan yang sebaik-baiknya. (QS. 7:89) •
SURAT 16 Instruksi yang Biasa la Berikan kepada para Pengikutnya di Saat Pertempuran
Mundur dengan niat untuk kembali nanti, dan mundur dengan maksud untuk menyerang nanti, tak seharusnya membuat Anda tak senang. Berbuat adillah dengan pedang (biarkan pedang Anda melakukan tugasnya). Siapkan suatu tempat bagi jatuhnya tubuh-tubuh (musuh Anda); persiapkan diri Anda untuk melemparkan tombak-tombak yang kuat dan pedang-pedang yang menyerang dengan penuh kekuatan, dan biarlah suara Anda tetap rendah karena hal itu menjauhkan sikap pengecut.
Demi Dia yang memecahkan benih hingga terbuka (untuk tumbuh) dan menciptakan segala yang hidup, mereka tidak mererima Islam tetapi mereka telah mengamankan keselamatan (dengan menyatakannya dengan kata-kata) dan telah menyembunyikan bencana mereka. Sebagai akibatnya, bilamana mereka mendapatkan para penolong bagi bencana mereka, mereka membukakannya. •
SURAT 17 Jawaban atas Surat Mu'awiah [1]
Mengenai tuntutanmu kepada saya untuk (menyerahkan) Syiria, saya tak dapat memberikan kepadamu sekarang apa yang saya tolak kemarin. Mengenai perkataanmu bahwa peperangan telah memakan Arabia kecuali nafasnya yang terakhir, hendaklah engkau ketahui bahwa orang yang telah dimakan kebenaran pergi ke surga, dan orang yang telah dimakan kebatilan pergi ke neraka. Mengenai persamaan kita dalam (seni) perang dan dalam (jumlah) orang, pastilah engkau tidak akan lebih menembus dalam keragu-raguan (kepercayaan) ketimbang saya dalam keyakinan, dan rakyat Syiria tidak lebih serakah untuk dunia ini ketimbang rakyat Iraq serakah akan akhirat.
Tentang perkataan Anda bahwa kita sama-sama putra 'Abdu Manaf, hal itu tak diragukan, tetapi Umayyah tak mungkin menjadi seperd Hasyim, tiada pula Harb seperti Abdul Muththalib, juga Abu Sufyan tidak akan seperti Abu Thalib. Orang Muhajir tak dapat menjadi tandingan bagi orang yang dibebaskan (ketika jatuhnya Makkah), tak mungkin satu keturunan murni menjadi setara dengan orang yang telah diangkat; tidaklah pengejar kebenaran menjadi setara dengan penganut kebatilan, tidaklah seorang mukmin setara dengan seorang munafik. Betapa buruknya para penerus yang terus mengikuti para pendahulunya yang telah jatuh ke dalam api neraka!
Di samping itu, kami pun mempunyai keutamaan nubuah di antara kami, yang karenanya kami menaklukkan yang kuat dan mengangkat (kaum) yang terpijak. Ketika Allah memasukkan Arabia ke agama-Nya dan rakyat menyerah kepadanya dengan sukarela dan terpaksa, Anda adalah di antara orang-orang yang memasuki agama ini karena serakah atau karena takut, pada saat orang-orang yang pertama-tama telah mendahului, dan Muhajirin yang pertama-tama telah mendapatkan keutamaan (khusus) mereka.
Nah, jangan biarkan iblis bersama dengan Anda, dan jangan biarkan ia berkuasa atas diri Anda. Wasalam. •
[1] Dalam Perang Shffin, Mu'awiah berpikir untuk sekali lagi menuntut propinsi Syiria dari Amirul Mukminin dan melakukan suatu tipuan sedemikian rupa agar rekayasanya berhasil. Sehubungan dengan ini ia bermusyawarah dengan 'Amr ibn al-'Ash. Tetapi 'Amr berbeda pendapat dengannya seraya berkata, "Hai, Mu’awiah, pikirkanlah sedikit apa akibat tulisan Anda ini bagi 'Ali. Bagaimana mungkin ia akan jatuh ke dalam perangkap rayuan Anda ini." Atasnya Mu'awiah berkata, "Kita semua keturunan 'Abdu Manaf. Apa beda antara 'Ali dan saya, maka ia boleh merendahkan saya sedang saya akan tak berhasil menipunya?" 'Amr berkata, "Apabila Anda berpikir demikian, maka tulislah dan lihatlah (hasilnya nanti)." Karena itu Mu'awiah menulis sepucuk surat kepada Amirul Mukminin di mana ia menuntut Syiria, dan juga menulis, "Kita keturunan 'Abdu Manaf. Tak ada keutamaan dari yang satu atas yang lainnya di antara kita." Lalu Amirul Mukminin menulis surat ini sebagai jawaban. Sambil menyebutkan nenek moyangnya bersama nenek moyang Mu’awiah ia menolak persamaannya. Walaupun asal keduanya sama dan rangkaian silsilahnya bergabung pada 'Abdu Manaf, tetapi keturunan 'Abdu Syams adalah sumber segala kemungkaran moral dan karakter dan terlibat dalam hojat dan dosa, sedang keluarga Hasyim adalah pengabdi kepada Tuhan Yang Esa dan menjauh dari pemujaan berhala. Apabila cabang-cabang yang tumbuh dah akar yang satu sama-sama mempunyai bunga maupun daun, maka keduanya tak dapat dianggap sama. Sebagai konsekuensinya tak perlu keterangan mendetail untuk menunjukkan bahwa Umayyah dan Hasyim, Harb dan 'Abdul Muththalib, Abu Sufyan dan Abu Thalib tidak sebanding dari segala sisi. Ini tidak ditolak oleh sejarawan dan penulis biografi mana pun. Nyatanya, setetah jawaban ini, Mu'awiah pun tak berani menolaknya, karena tak dapat disembunyikan bahwa setelah 'Abdu Manaf hanya Hasyim saja yang mempertahankpn prestise mencolok di kalangan kaum Quraisy, dan kedudukan yang terpenting sehubungan dengan Ka'bah, yakni Siqâyah (penyediaan pangan dan air bagi jamaah haji) dan Rifâdah (bantuan keuangan kepada jamaah haji) dipercayakan kepadanya. Karena itu kafilah Haji berdatangan dan tinggal bersamanya, dan ia memainkan peran sebagai tuan rumah yang demikian ramahnya sehingga orang-orang yang ikut mengambil bagian dari kedermawanannya dan kemurahan hatinya memujinya hingga waktu lama sesudahnya.
Putra yang berharga dari ayah yang sangat berhati besar dan pemberani ini adalah 'Abdul Muththalib yang nama aslinya adalah Syaibah dan dijuluki Sayyidul Bathhâ' (pemimpin Lembah Makkah). la pelanjut keutamaan garis Ibrahim dan pemilik kebesaran dan kepemimpinan Quraisy. Keberanian dan pandangan jauh yang ditunjukkannya di hadapan bangsa Arab merupakan bintang terang keluarga 'Abdu Manaf. 'Abdu Manaf adalah permata dan Abdul Muththalib adalah sinar pennata itu.
Abu Thalib, putra 'Abdul Muththalib, yang pangkuannya merupakan buaian bagi putra Abdullah yang piatu dan tempat latihan Nabi (saw), membesarkan Nabi (saw) dalam asuhannya, dan melindunginya terhadap musuh. Membandingkan Abu Sufyan, Harb dan Umayyah dengan mereka itu, atau memandangnya sebanding dengan mereka, samalah halnya dengan menutup mata terhadap sinar cahaya dan menganggapnya sebagai kegelapan.
Setelah meriwayatkan kembali silsilah itu, pokok keutamaan selanjutnya yang telah digambarkan Amirul Mukminin ialah bahwa ia seorang Muhajir sedang Mu’awiah adalah seorang Thâliq, yakni orang yang diselamatkan Nabi (saw) pada hari jatuhnya Makkah. Ketika Nabi (saw) memasuki Makkah dengan jaya, beliau menanyakan kepada orang Quraisy, menurut pikiran mereka apa yang akan dilakukan Nabi, semuanya mengatakan bahwa karena beliau seorang putra pemurah dan seorang ayah pemurah, maka mereka hanya mengharapkan kebaikan dari beliau, yang atasnya Nabi berkata, "Pergilah, Anda semua telah dibebaskan." Yakni, "Anda sebenarnya patut ditawan sebagai budak, tetapi sebagai tanda kemurahan hati, Anda dibebaskan. Di antara orang-orang yang dibebaskan ini termasuk Mu'awiah dan Abu Sufyan. Demikianlah, Ibn Abil Hadid dan Muhammad 'Abduh mencatat sebagai berikut dalam anotasinya di bawah "Abu Sufyan dan Mu'awiah termasuk di antara yang dibebaskan."
Pokok keutamaan ketiga ialah bahwa silsilah Amirul Mukminin bersih sepenuhnya, tak ada titik yang meragukan di dalamnya. Berlawanan dengan ini, ia menggunakan kata Lasîq bagi Mu'awiah. Para ahli sastra memberikan arti "Lasîq” sebagai "Orang yang mempunyai atribut berlainan dengan ayahnya". Dalam hubungan ini keraguan pertama tentang Umayyah ialah apakah ia putra 'Abdu Syams, ataukah hanya budaknya yang kemudian dikenal sebagai putranya karena dibesarkan olehnya. Maka 'Allamah Majlisi telah meriwayatkan dari Kamil Baha'i, bahwa,
"Umayyah adalah seorang Bizantium yang menjadi budak 'Abdu Syams. Ketika ia mendapatkannya sebagai anak cerdas, ia membebaskannya lalu mengangkatnya sebagai putranya sendiri, dan karenanya ia mulai dipanggil sebagai Umayyah ibn 'Abdu Syams, sebagaimana Zaid dipanggil sebagai Zaid ibn Muhammad sebelum turunnya ayat yang melarangnya." (Bihâr al-Anwâr, VIII, h. 383).
Keraguan kedua tentang silsilah Umayyah ialah apakah Harb yang dikenal sebagai putra Umayyah memang sesungguhnya putranya, ataukah budak yang dibesarkannya. Dalam hubungan ini Ibn Abil Hadid mengutip dari al-Aghânî oleh Abul Faraj Isfahant bahwa,
"Mu'awiah menanyakan pada ahli silsilah Daghfal (ibn Hanzhalah) apakah ia telah melihat 'Abdul Muththalib, dan ia mengiakannya. la menanyakannya lagi tentang bagaimana ia mendapatkannya, dan Daghfal menjawab, "la terhormat, gagah dan berdahi terbuka, sedang wajahnya mengandung kecerahan kenabian." Lalu ia bertanya apakah ia telah melihat Umayyah ibn 'Adi Syams pula, dan dijawab bahwa ia pun telah melihatnya. "Bertubuh lemah, bungkuk, dan buta matanya. Di depannya ada budaknya Dzakhwan yang menuntun-(nya) kesana kemari." Mu'awiah mengatakan bahwa itu adalah putranya, Abu 'Amr (Harb), yang atasnya ia (Daghfal) berkata, "Anda berkata demikian, tetapi orang Quraisy hanya mengetahui bahwa ia budaknya." (al-AGhânî, I, h. 12; Syarh Nahjul Balâghah, XVII, h. 231-232)
Sehubungan dengan ini, keraguan ketiga adalah tentang Mu'awiah sendiri. Maka Ibn Abil Hadid menulis bahwa,
"Ibu Mu'awiah, Hindun, menjalani kehidupan kotor dan asusila. Zamakhsyari (Abul Qasim Mahmud ibn Umar (467-538 H./1075-H44 M.) menulis dalam bukunya, Rabi'ul Abrar bahwa Mu'awiah diatributkan kepada empat lelaki Musafir ibn 'Amr, 'Umârah ibn Walid ibn Mughirah, 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib dan ash-Shabbah (penyanyi Umârah)." (Syarh Nahjul Balâghah, I, h. 336)
Pokok keutamaan keempat yang telah dinyatakan Amirul Mukminin adalah bahwa ia sendiri adalah pengabdi kebenaran, sedang Mu'awiah pengabdi kebatilan, dan kenyataan ini tak perlu dibuktikan lagi. Seluruh kehidupan Mu'awiah dijalani untuk menindas kebenaran dan mengumbar kebatilan. Tidak ada langkahnya yang menuju kebenaran.
Keutamaan kelima yang telah disebutkan Amirul Mukminin, bahwa ia sendiri beriman sedang Mu'awiah adalah pembuat bencana dan munafik. Sebagaimana tak ada kcraguan tentang keimanan Amirul Mukminin, demikian pula tak ada keraguan tentang Mu’awiah sebagai pembuat bencana dan munafik. Amirut Mukminin telah membukakan kemunafikannya dalam tulisan sebelumnya dalam kata-kata,
"Orang-orang ini tidak menerima Islam, tetapi mereka beroleh keamanan dengan secara kata-kata mengaku memeluk Islam dan telah menyembunyikan kekafirannya. Akibatnya, keuka mereka mendapatkan penolong melawan Islam maka mereka membukanya."
SURAT 18 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas, Gubernurnya di Bashrah
Hendaklah Anda ketahui bahwa Bashrah adalah tempat di mana iblis turuti dan bencana terjadi. Jagalah agar penduduk di tempat ini senang, dengan perlakuan yang baik, dan singkirkan buhul ketakutan dari hati mereka.
Saya mendapat kabar tentang kekerasan Anda terhadap Bani Tamim [1] serta kekasaran Anda kepada mereka. Bani Tamim adalah orang-orang yang apabila satu bintang terbenam, yang satu lainnya bangkit bagi mereka. Mereka tak pernah dilewati dalam (seni) perang, di masa jahiliah atau setelah Islam. Mereka mempunyai suatu kekerabatan khusus dengan kamu dan suatu hubungan yang khusus. Kita akan diberi ganjaran apabila kita memperhatikan kekerabatan itu, dan dianggap dosa apabila kita mengabaikannya. Wahai, Ibn Abbas, semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda, jagalah agar selalu terkendali dalam apa saja yang Anda katakan atau Anda lakukan, baik atau buruk, mengenai rakyat Anda, karena kita berdua adalah mitra dalam (tanggung jawab) im. Buktikan diri Anda sesuai kesan-kesan baik saya tentang Anda, dan jangan buktikaa bahwa pandangan saya (tentang diri Anda itu) salah. Wasalam. •
[1] Ketika Thalhah dan Zubair sampai ke Bashrah, Bani Tamimlah yang mengambil peran aktif dalam gerakan hendak membalaskan dendam atas darah 'Utsman, dan berada di garis paling depan dalam mengipas-ngipas bencana ini. Karena itu, ketika 'Abdullah ibn 'Abbas mengambil alih Jabatan Gubemur Bashrah, maka mengingat pelanggaran amanatnya dan permusuhannya, ia menganggap mereka patut beroleh perlakuan kasar dan keras, sampai ke ukuran tertentu. Tetapi dalam suku ini ada pula beberapa orang pengikut setia Amirul Mukminin. Ketika mereka melihat perilaku 'Abdullah ibn 'Abbas ini terhadap sukunya, mereka mengirim sepucuk surat kepada Amirul Mukminin melalui Jariah ibn Qadamah di mana mereka mengeluhkan perlakuan Ibn 'Abbas yang kasar. Atasnya Amirul Mukminin menulis surat ini, yang menginstruksikannya untuk mengubah caranya dan supaya berlaku baik pada mereka, dan meminta perhatiannya pada hubungan kekerabatan yang ada antara Bani Hasyim dan Bani Tamim. Kekerabatan itu ialah Bani Hasyim dan Bani Tamim bertemu silsilah pada Ilyas ibn Mudhar karena Hasyim adalah keturunan Mudrikah ibn Ilyas sedang Tairum adalah keturunan Tabikhah ibn Hyas.
SURAT 19 Kepada Seorang Perwiranya
Nah, para penanam [1] dari kota Anda telah mengeluh tentang ketegasan Anda, kekerasan hati, perlakuan menghina dan kekasaran Anda. Saya memikirkannya dan mendapatkan bahwa, karena mereka kafir, mereka tak dapat dibawa dekat dan tak dapat pula dijauhkan atau diperlakukan dengan keras, karena perjanjian dengan mereka. Berlakulah terhadap mereka di antara bekerasan dan kelembutan dan tumpukiah untuk mereka suatu per-campuran, atau kejauhan dan keterpencilan dengan kehampiran dan kedekatan, apabila Allah menghendakinya. •
[1] Mereka ini orang Yahudi. Itulah sebabnya maka perlakuan pejabat Amirul Mukminin terhadap mereka tidak sama dengan perlakuan terhadap kaum Muslim. Muak dengan ini, mereka menulis surat pengaduan kepada Amirul Mukminin dan berbicara tentang kekasaran pejabat itu. Sebagai jawaban, Amirul Mukminin menulis kepada pejabatnya bahwa ia harus memperlakukan mereka di mana tidak boleh ada kekasaran, ataupun kehalusan yang dapat mereka manfaatkan untuk menciptakan bencana, karena apabila mereka dibiarkan maka mereka akan terlibat dalam rekayasa melawan pemenntah dan mengganggu pemerintahan negara dengan menimbulkan satu dan lain bencana; sedangkan kebijakan yang sepenuhnya represif tak dapat dibenarkan, karena mereka tennasuk rakyat yang mempunyai hak-hak yang tak boleh diabaikan.
SURAT 20 Kepada Ziyad ibn Abîh, ketika Abdullah ibn Abbas adalah Gubernur Basbrah, pinggiran Ahwaz, Fars dan Kirman, sementara Ziyad adalah Deputinya di Bashrah
Saya dengan sebenarnya bersumpah kepada Allah bahwa apabila saya mengetahui bahwa Anda telah menyalahgunakan dana kaum Muslim, kecil atau besar, saya akan menjatuhkan hukuman kepada Anda sehingga akan meninggalkan Anda dengan tangan kosong, punggung berat dan terhina. Wasalam. •
SURAT 21 Juga kepada Ziyâd
Lepaskanlah kelebih-lebihan dan jadilah sederhana. Setiap hari ingatlah akan hari rnendatang. Tahanlah dari dana apa yang Anda perlukan, dan kirimkanlah ke depan sisanya untuk hari keperluan Anda.
Apakah Anda mengharapkan bahwa Allah akan memberi Anda ganjaran orang sederhana sementara Anda sendiri tetap sia-sia dalam pandangan-Nya? Dan apakah Anda menghasratkan bahwa la akan memberikan kepada Anda ganjaran orang-orang yang berlaku dermawan sementara Anda menikmati kesenangan dan menolak (kesenangan) itu bagi orang lemah dan para janda? Sesungguhnya seseorang diganjar sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan menemui apa yang telah dikirimnnya ke depan. Wasalam. •
SURAT 22 Kepada 'Abdullah ibn Abbas. AbduDah ibn 'Abbas biasa mengatakan, “Kecuali dari ucapan Nabi, saya tak mendapat manfaat yang lebih besar dari suatu perkataan selain dari yang satu ini."
Hendaklah Anda ketahui bahwa kadang-kadang orang senang karena mendapatkan suatu barang yang sebenarnya memang pasti akan didapatkannya, dan merasa tak senang karena tak mendapatkan yang memang sama sekali tidak akan ia dapatkan. Yang menyenangkan Anda hendaklah tentang apa yang Anda peroleh sekaitan dengan kehidupan Anda di akhirat, dan kesedihan Anda hendaklah untuk apa yang tidak Anda dapatkan sekaitan dengan itu. Janganlah amat senang dengan apa yang Anda dapatkan di dunia ini, jangan pula amat sedih atas apa yang tidak Anda dapatkan darinya. Kecemasan Anda hendaklah tentang apa yang akan datang setelah mati. •
SURAT 23 Dibuat tak lama sebelum wafatnya ketika ia telah terluka parah oleh serangan pedang ('Abdur-Rahman) ibn Muljam (semoga Allah mengutuknya)
Saya menyerukan Anda sebagai kehendak saya menjelang mati, agar Anda tidak memandang apa pun sebagai mitra Allah, tidak mengabaikan sunah Muhammad (saw); mapankan kedua tiang ini dan nyalakan dua lampu ini. Maka Anda akan terbebas dari kejahatan. Kemarin saya adalah teman Anda dan sekarang saya (hanya merupakan) sebuah pelajaran bagi Anda, sedangkan besok saya akan meninggalkan Anda. Apabila saya panjang umur, saya akan menjadi majikan darah saya (untuk membalas dendam atau tidak), dan apabila saya mati, maka kematian adalah suatu peristiwa yang telah dijanjikan. Apabila saya memaafkan, itu bagi saya adalah suatu sarana kedekatan (kepada Allah), dan bagi Anda suatu perbuatan yang baik. Oleh karena itu, maafkanlah. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? (QS. 24:22)
Demi Allah, kematian mendadak ini bukanlah suatu penstiwa yang tidak saya sukai, bukan pula itu suatu kejadian yang saya benci. Saya hanyalah sebagai musafir di malam hari yang sampai ke mata air (di pagi hari), atau sebagai pencari yang mendapatkan (tujuannya), Dan apa saja yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (QS. 3:198)
Sayid Radhi berkata: Sebagian dari ucapan ini telah muncul dalam khotbah-khotbah, tetapi terasa perlu untuk mencatatnya lagi karena suatu tambahannya. •
SURAT 24 Wasiat Amirul Mukminin (as) tentang bagaimana hartanya harus diurusi. la menulisnya ketika kembali dari Shiffin
Inilah apa yang telah ditetapkan 'Ali ibn Abi Thalib, hamba Allah, tentang hartanya, dalam mencari keridhaan Allah, semoga la memberikan kepadanya jalan masuk ke surga dan memberikan kepadanya kedamaian.
Sebagian dari Surat yang Sama
(Milik saya) itu akan diurusi oleh Hasan ibn 'Ali. la akan mengambil darinya suatu bagian yang sesuai untuk rezekinya dan membelanjakannya sebagai sedekah. Apabila sesuatu terjadi pada Hasan, dan Husain panjang umur, ia akan mengurusnya setelah Hasan, dan mengurusinya secara yang sesuai dengan itu. Dalam kebun sedekah itu kedua putra Fathimah mempunyai hak-hak yang sama sebagaimana semua putra 'Ali (lainnya). Saya telah meletakkan (tugas-tugas) pengurusan pada kedua putra Fathimah untuk mencari keridhaan Allah dan kedekatan kepada Rasulullah (saw) dengan perhatian yang sewajamya bagi kehormatan beliau dan pertimbangan akan kekerabatannya.
Adalah wajib bagi orang yang mengurusinya untuk menahan kebun itu sebagaimana adanya, dan membelanjakan pendapatannya sebagaimana ia telah diperintahkan. la tak boleh menjual tanaman muda dalam perkebunan dusun-dusun ini hingga tanah-tanah itu berubah wajahnya dengan mengubahnya menjadi tanaman. Bagi para budak perempuan saya yang berada di bawah (tanggungan) saya, apabila seseorang dari mereka mempunyai anak atau hamil, ia akan diberi (bagian) demi anak itu dan akan merupakan bagian dari sahamnya. Apabila anak itu mati sedang ia (budak perempuan) panjang umur, maka ia bebas; perbudakan disingkirkan darinya dan kemerdekaan diberikan kepadanya. [1]
Sayid Radhî berkata: Dalam wasiat inl ungkapan Amirul Mukminin (as) "alla yabi'a min nakhliha wadiyyatan", kata wadiyyah berarti bibit pohon kurma; bentuk jamaknya ialah wadi. Dan kata-katanya "Hatta tusykila ardhuha ghirâsan"'adalah salah satu bentuk ungkapan yang paling fasih, yang berarti bahwa bilamana sejumlah pohon kurma tumbuh di tanah, maka orang yang telah melihatnya sebelum tumbuhnya akan memandangnya sebagai tanah yang lain. •
[1] Kehidupan Amirul Mukminin (as) adalah seperti kehidupan seorang pekerja atau petani. la bekerja di kebun orang lain, menanami lahan-lahan yang tak diolah orang, menyediakan sarana pengairan, membuatnya dapat dipertanikan dan menanam buah-buahan di dalamnya. Karena ia yang mengolahnya, maka tanah-tanah ini menjadi miliknya; tetapi dengan menyalakannya sebagai wakaf, ia melepaskan hak kepemilikannya; tetapi, dengan mempertimbangkan keluarga Nabi, ia menyerahkan hak pengumsan amanat itu kepada Imam Hasan dan Imam Husain satu demi satu. Namun ia tidak mentolerir hak-hak tambahan apa pun lainnya bagi mereka; ia hanya memberikan kepada mereka hak untuk mengambil rezekinya sebagai anak-anak lain, sedang sisanya diperintahkannya untuk dinafkahkan bagi kebaikan umum kaum Muslim dan untuk sedekah. Maka, Ibn Abil Hadid menulis,
"Setiap orang tahu bahwa di Madinah, Yanba’ dan Suwaiqah, Amirul Mukminin (as) telah menggali beberapa sumur dan menjadikan pertanian banyak lahan kering yang sebelumnya tak dapat dipertanikan. Setelah itu ia melepaskan haknya atas tanah-tanah itu dan menyatakannya sebagai wakaf bagi kaum Muslim. Ketika ia meninggal dunia, tak ada yang tertinggal padanya."
SURAT 25 Amirul Mukminin as biasa menulis kepada barangsiapa yang ia tunjuk untuk mengumpul zakat dan sedekah. Syarif Radhî mengatakan, "Kami telah mencatat beberapa bagian darinya di sini untuk menunjukkan bahwa ia selalu menegakkan tiang-tiang kebenaran dan mendirikan contoh-contoh keadilan dalam segala urusan, kecil atau besar, enteng atau berat"
Majulah terus dengan takwa kepada Allah Yang Esa dan tiada bermitra. Janganlah menakut-nakuti seorang Muslim. Janganlah melewati tanahnya sedemikian rupa sehingga membuatnya merasa tak senang. Jangan mengambil dari dia lebih dari bagian Allah dalam miliknya. Bilamana Anda pergi ke suatu suku, Anda harus turun pada tempat pengairan mereka ketimbang memasuki rumah-rumah mereka. Kemudian datangilah mereka dengan damai dan terhormat sampai Anda berdiri di antara mereka. Lalu beri hormatlah kepada mereka, dan janganlah lalai dalam menghormatri mereka; kemudian katakan kepada mereka, "Wahai hamba-hamba Allah, wali Allah dan khalifah-Nya telah mengutus saya kepada Anda untuk mengumpulkan dari Anda bagian Allah dalam harta Anda. Apakah ada sesuatu dari bagian-Nya pada harta Anda? Apabila demikian, berikanlah itu kepada khalifah-Nya."
Apabila ada di antara mereka mengatakan, 'Tidak," maka jangan mengulangi permintaan itu. Apabila seseorang berkata kepada Anda dengan mengiakan, maka pergilah dengan dia tanpa menakutkannya, mengancamnya, menekannya atau menindasnya. Ambil apa yang ia berikan kepada Anda berupa (mata uang) emas atau perak. Apabila ia mempunyai ternak atau unta, janganlah memasukinya tanpa izinnya, karena sebagian besarnya 5 adalah miliknya. Karena itu, apabila Anda sampai kesana, janganlah Anda memasukinya sebagai orang yang berkuasa penuh atasnya atau secara kekerasan. Janganlah menakutkan hewan, jangan mengejek siapa pun, dan jangan membiarkan pemiliknya merasa sedih tentang sesuatu.
Bagilah harta itu dalam dua bagian dan biarlah si pemilik memilih satu. Bilamana ia telah memilih, janganlah menaruh keberatan atasnya. Lalu bagilah yang sisanya menjadi dua bagian dan biarlah ia memilih satu; dan bilamana ia telah memilih, janganlah mengajukan suatu keberatan. Teruskan seperti ini hingga yang tertinggal hanya bagian yang cukup untuk memenuhi hak Allah. Maka ambillah hak Allah itu darinya. Apabila ia membantah tindakan Anda, perkenankan pandangannya, kemudian campurlah dua bagian (yang terpisah) itu dan ulangi apa yang telah Anda lakukan sebelumnya, sampai Anda mengambil hak Allah dari hartanya. Jangan mengambil hewan yang tua, jompo, patah kaki, sakit atau tak sehat. Jangan mempercayakan (untuk menjaga) hewan-hewan itu selain kepada orang yang Anda percayai untuk mengurusi harta kaum Muslim hingga ia menyerahknnya kepada para ketua mereka yang akan membagi-bagikannya. Jangan mempercayakan itu kepada siapa pun kecuali orang yang bermaksud baik, takwa kepada Allah, amanat dan waspada, dan yang tidak kasar atas harta kaum Muslim, dan jangan pula Anda terlalu banyak melarikannya, jangan melelahkannya dan jangan mempekerjakannya. Kemudian klrimkanlah kepada kami semua yang telah Anda kumpulkan, dan kami akan mengurusinya sebagaimana diperintahkan Allah.
Bilamana orang kepercayaan Anda mengambil alih (hewan), katakan kepadanya bahwa ia tak boleh memisahkan unta betina dari anaknya dan tak boleh memerah seluruh susunya, karena hal itu akan mempengaruhi anaknya, dan bahwa ia tak boleh memaksa dalam menunggangnya. Dalam hal ini ia harus berlaku adil antara dia dan semua kawanannya. la harus memberikan kesempatan istirahat kepada unta-unta (yang lelah) dan giringlah dengan tenang hewan-hewan yang kuku-kukunya telah tergosok tipis (karena berjalan). Bilamana Anda melewati mata air, tinggalkan unta-unta di sana untuk minum dan jangan bawa mereka menjauh dari tanah bertumbuhan ke jalan-jalan gersang. la harus memberikan kesempatan istirahat kepada mereka sekali-sekali, dan memberikan kepada mereka waktu dekat air dan rumput. Secara ini, bilamana mereka sampai kepada kami dengan izin Allah, mereka akan gemuk dengan banyak sumsum, dan tak akan lesu atau pedih. Maka kami akan membagi-bagikan mereka menurut (perintah) Kitab Allah dan sunah Nabi-Nya (saw). Sesungguhnya ini akan menjadi sumber pahala yang besar bagi Anda dan suatu sarana untuk mengamankan petunjuk, bila Allah menghendaki. •
SURAT 26 Diberikan kepada salah seorang pejabatnya yang ia kirim untuk mengumpulkan zakat dan sedekah
la (Allah) memerintahkannya untuk takwa kepada Allah dalam urusannya yang rahasia dan tindakannya yang tersembunyi, di mana tak ada saksi kecuali Dia dan tak ada yang mengawasi kecuali Dia. la juga memerintahkannya supaya segala sesuatu yang dilakukannya dalam ketaatan kepada Allah secara terbuka harus tak berbeda dengan apa yang dilakukannya secara rahasia. Orang yang kedudukan tersembunyinya tidak berbeda dengan kedudukannya yang terbuka, dan yarig tidakannya tidak berbeda dengan kata-katanya, telah melaksanakan kewajibannya, dan ibadahnya adalah mumi.
la juga memerintahkannya bahwa ia tak boleh mengusik mereka, tidak boleh kasar kepada mereka, dan tidak boleh berpaling dari mereka, karena mereka adalah saudara dalam iman dan menolong dalam pemulihan pajak.
Sesungguhnya Anda mempunyai suatu bagian tertentu dan suatu hak yang diketahui, dalam pajak ini, dan ada bagian orang lain yang miskin, lemah dan kelaparan. Kami akan memenuhi hak-hak Anda. Maka, Anda harus memenuhi hak-hak mereka. Apabila Anda tidak berbuat demikian, maka Anda akan mempunyai jumlah musuh yang paling besar pada Hari Pengadilan. Betapa celakanya orang yang musuh-musuhnya dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang membutuhkan, para pengemis, orang-orang yang terlantar, orang-orang yang berhutang dan para musfir (yang tak beruang). Orang yang memperlakukan amanat dengan enteng dan berlaku khianat dan tidak menjaga dirinya dan imannya agar tidak temoda olehnya, tentulah telah menjamin kehinaan di dunia iiu, dan penghinaan dan aibnya di akhirat akan lebih besar. Sungguh, pengkhianatan yang terbesar ialah pengkhianatan terhadap umat, dan penipuan yang paling buruk ialah penipuan kepada para pemimpin Muslim. Wasalam. •
SURAT 27 Diberikan kepada Muhammad ibn Abu Bakar (ra) ketika Amirul Mukminin as mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir
Bersikap merendahlah terhadap rakyat, tetaplah luwes, temuilah mereka dengan hati lapang, berikan kepada mereka perlakuan yang sama, agar yang besar tidak akan mengharapkan ketidakadilan dari Anda bagi keuntungan mereka, dan yang kecil tidak kehilangan harapan akan keadilan Anda kepada mereka. Allah Yang Mahamulia tentulah akan menanyai Anda, wahai para hamba-Nya, tentang tindakan-tindakan Anda, kecil atau besar, terbuka atau tersembunyi. Apabila la menghukum Anda, adalah itu karena Anda telah berlaku lalim, dan apabila la mengampuni, maka hal itu adalah karena la Maha Pemurah.
Ketahuilah, wahai para hamba Allah, bahwa orang-orang yang takwa kepada Allah telah ikut serta dalam kegembiraan dunia yang fana ini maupun dunia akhirat, karena mereka ikut serta dengan manusia dunia dalam urusan duniawi mereka sementara manusia dunia tidak menyertai mereka dalam urusan akhirat. Mereka hidup di dunia ini dalam cara hidup yang terbaik dan memakan makanan yang paling terpilih dan karenanya mereka menikmati di sini segala yang dinikmati orang yang hidup enak, dan mengambil darinya apa yang didapat oleh orang sombong dan sia-sia. Kemudian mereka berpisah darinya setelah mengambil cukup bekal untuk membawa mereka ke ujung perjalanannya dan setelah melakukan transaksi yang menguntungkan. Mereka merasakan nikmatnya menolak dunia di dunia ini, dan mereka percaya dengan kukuh bahwa pada hari yang akan datang dalam kehidupannya yang berikut mereka akan menjadi tetangga Allah, di mana urusan mereka tidak akan ditolak dan bagian kesenangan mereka tidak kecil.
Oleh karena itu, wahai para hamba Allah, takutlah akan kematian yang akrab dengan setiap orang, dan siapkanlah segala yang diperlukan untuk itu. (Maut) itu akan datang sebagai suatu peristiwa besar dari urusan agung, entah sebagai suatu kebaikan di mana tidak akan ada suatu kejahatan, atau suatu kejahatan di mana tak akan ada suatu kebaikan. Siapakah yang lebih dekat ke surga daripada orang yang beramal ke arahnya, dan siapakah yang lebih dekat ke neraka daripada orang yang berbuat untuk itu? Anda sedang dikejar oleh kematian. Apabila Anda berhenti, ia akan menangkap Anda, dan apabila Anda melarikan diri darinya, ia akan mencengkeram Anda. la lebih melekat pada Anda dari bayang-bayang Anda. Kematian terikat kepada gombak Anda sementara dunia sedang digulung dari belakang Anda. Oleh karena itu, takutlah kepada api yang rongganya dalam, yang nyalanya keras dan yang hukumannya asing. Itu tempat yang di dalamnya tak ada belas kasihan. Tak ada panggilan yang didengar di dalamnya. Tak ada sakit yang disembuhkan di dalamnya. Apabila mungkin bagi Anda untuk me-naruh rasa takut yang keras kepada Allah dan meletakkan harapan kepada-Nya, maka lakukanlah keduanya, karena setiap orang dapat menaruh harapan pada Tuhannya hingga sejauh takwanya kepada-Nya. Sesungguhnya orang yang paling berpengharapan pada Allah ialah orang yang paling takwa kepada-Nya.
Wahai Muhammad ibn Abu Bakar, ketahuilah bahwa saya telah memberikan kepada Anda kewajiban atas Mesir yang merupakan kekuatan saya yang terbesar. Maka Anda berkewajiban untuk melawan hawa nafsu Anda dan beriaku sebagai perisai terhadap agama Anda, sekalipun Anda hanya hidup sesaat di dunia; dan janganlah memberangkan Allah untuk menyenangkan orang lain, karena la mungkin mengambil tempat orang-orang, tetapi yang lain-lain tak dapat mengambil tempat Allah. Dirikanlah salat pada waktu-waktu tertentu. Janganlah mendirikannya lebih awal demi kesenggangan, jangan pula menangguhkannya karena kesibukan. Ingatlah bahwa setiap amal Anda tergantung pada salat Anda.
Sebagian dari (Surat) yang Sama
Pemimpin petunjuk dan penumpin kehancuran tak mungkin sama, tak sama pula sahabat Nabi dan musuh Nabi. RasGlullah (saw) telah mengatakan kepada saya bahwa: "Sehubungan dengan umatku, aku tidak mengkhawatirkan dari orang mukmin, dan tidak pula dari orang musyrik. Mengenai orang-orang mukmin, Allah akan memberikan perlindungan karena keimanannya, dan bagi orang musyrik Allah akan menghinanya karena syiriknya.Tetapi aku khawatirkan setiap orang dari Anda yang munafik dalam hatinya dan terpelajar dalam bicara. la berbicara apa yang Anda anggap baik tetapi melakukan apa tidak Anda sukai." •
SURAT 28 Sebagai jawaban kepada Mu'awiah. Ini salah satu suratnya yang paling elegan
Amma ba'du, suratmu [1] telah sampai kepada saya, di mana engkau mengingatkan bahwa Allah memilih Muhammad (saw) untuk agama-Nya dan menolong beliau melalui para sahabat yang menolong beliau. Hal-hal yang aneh tentangmu telah tersembunyi dari kami, karena engkau telah mulai mengatakan kepada kami tentang ujian Allah Yang Mahatinggi serta nikmat-Nya kepada kami melalui Nabi kita. Dalam hal ini, engkau seperti orang yang membawa kurma ke Hajar, atau yang menentang gurunya sendiri untuk berperang tanding dalam panahan.
Engkau mengira bahwa si Polan dan si Anu adalah orang-orang yang paling utama dalam Islam. Engkau telah mengatakan hal yang, sekiranya benar, engkau tidak memiliki kaitan dengan hal itu, tetapi apabila tidak demikian, maka cacatnya tak akan mempengaruhimu. Dan apakah hubunganmu dengan pertanyaan tentang siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih buruk, siapa yang pemimpin dan siapa yang dipimpin? Apakah hubungan orang yang dibebaskan dan anak-anak lelaki mereka, dengan membedakan antara Muhajirin pertama dan menentukan kedudukan mereka atau membataskan pangkat mereka? Betapa sayangnya! Bunyi panah dihasilkan oleh bukan panah yang sesungguhnya, dan orang yang terhadapnya keputusan harus dijatuhkan sedang duduk mengadili. Hai, manusia, mengapa tidak engkau lihat kepincanganmu sendiri dan tetap dalam batas-batas itu, dan mengapa tidak kau sadari kekurangan ukuranmu lalu tinggal di belakang di mana nasib telah menempatkanmu? Engkau tak memiliki urusan dengan kekalahan orang yang dikalahkan atau kemenangan si pemenang.
Engkau sedang mengembara dalam kebingungan dan tersesat dari jalan yang benar. Tidakkah engkau menyadarinya? Saya tidak akan memberikan kepadamu suatu kabar: saya hanya mengingatkan karunia Allah, yakni bahwa sejumlah orang dari kalangan Muhajirin dan Anshar gugur sebagai syuhada' di jalan Allah Yang Mahatinggi, dan bahwa setiap orang dari mereka adalah utama (dalam hal itu); tetapi, ketika salah satu dari kami mendapatkan kematian syahid ia dinamakan penghulu para syuhada', dan Rasulullah (saw) memberikan kepadanya kehormatan khusus dengan mengucapkan tujuh puluh takbir dalam salat jenazahnya. Tidakkah engkau ketahui bahwa sejumlah orang kehilangan tangan mereka di jalan Allah, dan masing-masingnya adalah utama (dalam hal itu), tetapi ketika hal yang sama terjadi pada kami, ia diberi nama "yang terbang-terbang di surga"; dan "yang bersayap dua". Sekiranya Allah tidak melarang memuji diri, penulis akan menyebutkan banyak keutamaan yang sangat diketahui kaum mukmin dan yang telinga para pendengar tak ingin melupakannya.
Lebih baik tinggalkan mereka yang panahnya tak mengenai sasaran. Kami adalah penerima keutamaan langsung dari Tuhan kami, sementara orang-orang lain menerima karunia dari kami setelah itu. Walaupun kehormatan kami telah mapan sejak lama, dan keunggulan kami atas kaum Anda, kami tidak menjauh dari bercampur dengan kaummu dan mengawini serta dikawini (di antara kaummu) sebagai sesama, sekalipun engkau tidak sedemikian itu. Dan bagaimana engkau akan seperti itu bilamana di antara kami adalah Nabi, sementara di antaramu ialah penentangnya, di antara kami adalah Singa Allah, sementara di antara Anda adalah singa dari kelompok-kelompok yang menentang; di antara kami kedua penghulu pemuda surga, [2] sedang di antaramu adalah anak-anak neraka; di antara kami adalah yang terpilih dari seluruh perempuan sedunia, [3] sedang di antaramu adalah pemikul kayu bakar, dan lebih banyak lagi keutamaan di pihak kami dan kekurangan di pihakmu.
Islam kami terkenal dan (kebesaran kami dalam) masa pra-Islam pun tak tersangkal. Segala yang tertinggal telah disebutkan dalam kata-kata Allah Yang Mahasuci, Mahatinggi,
"... Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak di dalam Kitab Allah...." (QS. 33:6)
la Yang Mahatinggi juga mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi (Muhammad) ini serta orang-orang yang beriman, dan Allah adalah pelindung semua orang yang beriman." (QS. 3:68)
Maka, kami lebih unggul, pertama karena kekerabatan, dan kedua karena ketaatan. Ketika di Saqifah (Bani Sa'idah) Muhajirin mengajukan pokok kekerabatan dengan Rasulullah (saw) terhadap kaum Anshar, mereka menang atasnya. Apabila keberhasilan itu didasarkan pada kekerabatan, maka hak itu lebih merupakan hak kami ketimbang dirimu. Bila tidak demikian, maka pokok pendirian kaum Anshar berlaku.
Engkau berpikir bahwa saya cemburu akan setiap khalifah dan telah memberontak terhadap mereka. Sekalipun misalnya ini benar, itu bukan suatu pelanggaran terhadapmu dan oleh karena itu tak ada keterangan yang patut untukmu. "Ini urusan yang tak ada kesalahannya terhadapmu."
Engkau mengatakan bahwa saya telah diseret seperti seekor unta tercocok hidung untuk membaiat (kepada Abu Bakar di Saqifah). Demi Allah, engkau bermaksud mencerca saya, tetapi (malah) telah memuji saya; dan untuk menghina saya, tetapi engkau sendiri yang telah terhina. Apakah arti penghinaan bagi seorang Muslim yang menjadi mangsa penindasan selama ia tidak menunjukkan suatu keraguan dalam agamanya, tidak pula salah paham dalam kepercayaannya yang teguh! Argumen saya ini dimaksudkan untuk orang-orang lain, tetapi saya telah menyatakannya kepadamu hanya sejauh yang pantas.
Kemudian engkau telah mengingatkan posisi saya terhadap 'Utsman, dan dalam hal ini patutlah suatu jawaban bagimu, karena kekerabatanmu dengannya, maka (katakanlah kepada saya), siapa dari kita yang lebih memusuhi 'Utsman, dan siapa yang berbuat lebih banyak untuk menimbulkan pembunuhannya: atau, siapa yang menawarkan dukungan kepadanya tetapi tidak melaksanakan dan memenuhinya; atau, siapakah orang yang dimintainya pertolongan tetapi yang dengan sengaja menangguhkannya dan menyeret kematiannya ke dekatnya sehingga nasib itu menyusulnya? Tidak, tidak; demi Allah,
"Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: 'Marilah kepada kami'. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar." (QS. 33:88)
Saya tidak akan memberikan dalih saya karena menegurnya atas (beberapa dari) bidah-bidahnya, karena apabila nasihat baik dan petunjuk saya kepadanya adalah suatu dosa, maka sangat sering seseorang yang disalahkan (sebenamya) tidak berdosa, dan "kadang-kadang satu-satunya ganjaran yang dipetik seorang penasihat adalah kecurigaan". [4]
"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali." (QS. 11:88)
Engkau menyebutkan bahwa bagi saya dan para pengikut saya engkau hanya memiliki pedang. Ini bahkan membuat orang menangis pun tertawa. Pernahkah engkau melihat anak cucu 'Abdul Muththalib melarikan diri dari pertempuran, atau ditakut-takuti dengan pedang. "Tunggu sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran". [5] Tak lama lagi, orang yang sedang kau cari akan mencarimu, dan orang yang kau kira jauh akan mendekati mu. Saya (segera) bersicepat kepadamu dengan suatu pasukan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebajikan. Jumlah mereka akan besar dan debu mereka akan bertebaran di mana-mana. Mereka akan memakai kafan mereka, dan hasrat yang paling mereka dambakan ialah menemui Allah. Mereka akan disertai oleh para ketunman orang-orang yang turut serta dalam Pertempuran Badr, dan mereka akan mempunyai pedang-pedang Hasyinu yang irisannya telah Anda lihat dalam kasus saudaramu, paman (saudara ibu), kakekmu dan kerabat-kerabatmu.
"Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim." (QS. 11:83) •
[1] Dalam surat ini, Amirul Mukminin as menjawab surat Mu'awiah yang dikirimkan kepadanya di Kufah melalui Abu Umamah Bahili, dan itu juga mengandung jawaban atas beberapa pokok yang ditulis Mu'awiah dalam surat yang telah dikirim melalui Abu Muslim Khaulani.
Dalam surat melalui Abu Umamah, Mu'awiah menyebut peristiwa pengutusan Nabi dan menulis secara demikian rupa seakan-akan hal itu tidak dikenal atau tidak dipahami oleh Amirul Mukminin, dan karenanya perlu diberitahu tentang hal itu. Ini seakan-akan seorang asing yang menggambar peta sebuah rumah sebagai petunjuk bagi penghuni rumah itu dan mengejutkan mereka tentang hal-hal yang telah mereka ketahui. Itulah sebabnya, maka Amirul Mukminin as menyerupakan dia sebagai orang yang membawa kurma ke Hajar yang terkenal karena kelimpahan kurmanya.
Ini sebuah peribahasa yang digunakan bilamana seseorang hendak mengatakan sesuatu kepada orang lain yang lebih mengetahuinya. Basis peribahasa ini ialah seseorang dari Hajar, sebuah kota di dekat Bahrain, pergi ke Bashrah untuk menjual dan membeli barang. Setelah menjual habis barangnya ia melihat-lihat di pasar untuk berbelanja dan tidak mendapatkan sesuatu yang lebih murah kecuali kurma. Karena itu ia memutuskan membeli kurma. Ketika ia tiba di Hajar dengan muatan kurmanya, karena melimpahnya dan murahnya harga kurma di sana, tak ada pilihan baginya selain menyimpan kurma itu dan baru akan menjualnya nanti bilamana harganya memadai. Namun harga kurma terus merosot sehingga semua kurma itu rusak; yang tertinggal hanya bijinya. Singkatnya, setelah merujuk Muhammad (saw) menjadi Nabi, Mu'awiah meriwayatkan lagi keutamaan ketiga khalifah pertama sesuai pandangannya, dengan menulis,
"Di antara para sahabat, yang paling utama dan yang bennartabat paling tinggi di mata kaum Muslim adalah khalifah pertama yang mengumpulkan seluruh kaum Muslim di bawah satu suara, menyingkirkan perpecahan mereka dan memerangi orang-orang yang meninggalkan Islam. Sesudah dia khalifah kedua yang beroleh kemenangan-kemenangan, mendirikan kota-kota dan merendahkan kaum kafir. Kemudian datang khalifah ketiga yang merupakan korban kelaliman. la menyiarkan agama dan menyebarkan kalimat Allah secara luas." (Syarh, Ibn Abil Hadîd, III, h. 448).
Maksud Mu'awiah di balik menyanyikan lagu tanpa bunyi ini ialah menyakiti perasaan Amirul Mukminin as dan menimbulkan kemarahannya supaya ia mengeluarkan kata-kata melalui lidah atau penanya yang mungkin sangat asam dalam melecehkan para khalifah itu agar ia (Mu'awiah) dapat menggunakannya untuk menghasut rakyat Suriah melawan Amirul Mukminin. Sebenamya ia telah menanamkan dalam pikiran rakyat itu bahwa Amirul Mukminin as telah menghasut rakyat menentang 'Utsnuin, membunuh Thalhah dan Zubair, memalingkan 'A'isyah dari rumahnya dan menumpahkan darah ribuan muslimin. Karena tak sadar akan fakta-fakta yang sesungguhnya, mereka yakin akan tuduhan-tuduhan palsu itu; namun, untuk memperkukuh front perlawanan, ia merasa bahwa sebaiknya ia membuat mereka percaya bahwa Anurul Mukminin as tidak mengakui prestasi ketiga khalifah itu dan mengandung permusuhan dan dengki kepada mereka. la hendah menunjukkan tulisan Amirul Mukminin as sebagai bukti, dan juga untuk menggunakannya membangkitkan rakyat 'Iraq, karena bagian besar dari mereka sangat terkesan oleh lingkungan yang diciptakan oleh para khalifah itu dan kebesaran mereka. Tetapi Amirul Mukminin as telah menebak maksudnya dan memberikan kepadanya jawaban sedemikian rupa yang mengikat lidahnya dan yang tak berani ia tunjukkan kepada siapa pun. Dengan demikian Amirul Mukminm as membeberkan kedudukannya yang rendah dengan merujuk permusuhannya terhadap Islam dan penerimaan Islamnya karena terpaksa, menasihatinya supaya tinggal dalam batas-batasnya, dan memperingatkannya supayajangan menetapkan tingkat-tingkat keutamaan di hadapan kaum Muhajuin yang bagaimanapun lebih tinggi dari dia sejauh bahwa mereka mendahuluinya dalam berhijrah. Sedangkan, karena Mu'awiah sendiri hanya salah seorang dari yang nyawanya diselamatkan di hari Pembebasan Makkah, ia sama sekali tak punya hubungan dengan kaum Muhajirin. Sebagai akibatnya, dalam hal yang sedang dibahas ini Amirul Mukininin as telah menempatkan kedudukan Mu'awiah sebagai panah palsu di antara panah yang sesungguhnya. Peribahasa ini digunakan apabila seseorang menyombongkan diri dengan menyebut orang-orang yang tak ada hubungannya dengan dia. Mengenai pernyataannya bahwa si Anu dan si Polan lebih besar dalam keutamaan, Aminil Mukminin, dengan menggunakan kata "anda mengira", telah menunjukkan bahwa hal itu adalah pandangan pribadinya yang sama sekali tidak berhubungan dengan fakta, karena frasa itu digunakan bilamana suatu pernyataan tak benar atau palsu.
Setelah menolak klaim tentang yang paling utama itu, Amiml Mukminin as merujuk kepada sifat-sifat dan keutamaan Bani Hasyim yang menunjukkan tanpa ragu kedudukan dan prestasi mereka yang bertingkat tinggi. Orang-orang yang ikut serta berjihad bersama Nabi dan beroleh kematian syahid mencapai kedudukan yang sangat tinggi, tetapi keutamaan Hamzah karena perjuangannya yang mulia tidak didapat oleh siapa pun selainnya. Nabi menyebutnya dengan gelar "sayyid (penghulu) para syuhada" dan melakukan salat jenazahnya empat belas kali sehingga jumlah takbirnya menjadi tujuh puluh takbir. Demikian pula, dalam berbagai pertempuran, tangan-tangan para pejuang terputus. Misalnya, dalam Pertempuran Badr tangan Hubaib ibn Isaf al-Anshari dan Mu'adz ibn Jabal, dan dalam Pertempuran Uhud tangan 'Amr ibn al-Jamuh as-Salami dan 'Ubaid ('Atik) ibn Tayyihan (saudara Abul Haitsam al-Tayyihan) terputus, tetapi ketika di Pertempuran Mu'tah tangan Ja'far ibn Abi Thalib terputus, Nabi (saw) menjelaskannya dengan menamakannya "yang terbang di surga" dan "yang bersayap dua". Setelah menyebutkan prestasi-prestasi yang khas dari Bani Hasyim, Amirul Mukminin as merujuk kepada prestasinya sendiri yang penuh dalam sejarah dan hadis dan yang tak dapat dinodai dengan keraguan dan salah paham. Para ahli hadis mengatakan bahwa,
"Jumlah hadis yang telah diriwayatkan melalui sumber-sumber terpercaya mengenai 'Ali ibn Abi Thalib, tidak diriwayatkan tentang seorang sahabat Nabi lainnya." (al-Mustadrak, III, h. 107; al-Isti'db, III, h. 1115; Tabaqât al-Hanâbilah, I, h. 319; al-Kâmil, III, h. 339; Tahdzîb at-Tahzîb, VII, h. 339; Fath al-Bârî, VII, h. 57).
Suatu keutamaan penting dari keutamaan-keutamaan khas Ahlulbait ialah yang telah dirujuk Amirul Muknunin as dalam kata-kata, "Kami adalah penerima keutamaan langsung dari Allah sedang yang lain-lainnya menerima keutamaan dari kami. Inilah puncak keutamaan, sehingga bahkan kepribadian yang paling tinggi tak dapat mencapai ketinggiannya dan setiap keutamaan lainnya nampak kecil di hadapannya.
Dalam mengakui kebesaran dan keunggulan kalimat ini, Ibn Abil Hadîd menulis,
"Amirul Mukminin as bermaksud menyampaikan bahwa kami tidak berhutang budi terhadap siapa pun karena Allah telah mengaruniai segala berkat kepada kami secara langsung, tak ada perantara antara kami dan Allah Yang Mahasuci. Ini memang kedudukan yang sungguh tinggi. Makna lahiriahnya ialah apa yang ditunjukkan kata-kata itu, sedang pengertiannya yang se-sungguhnya ialah bahwa Ahlulbait adalah hamba-hamba Allah dan rakyat hamslah menjadi pengikut setia mereka." (Syarh Nahjul Balâghah, Ibn Abil Hadid,III,h.451).
Nah, karena orang-orang ini adalah penerima pertama berkat Allah dan sumber-sumber berkat bagi orang-orang lainnya, tak ada orang yang dapat diperbandingkan dengan mereka, dan tak seorang pun dapat dipandang sama dengan mereka atas dasar hubungan sosial dengan mereka; jauh lebih sedikit lagi daripada para individu yang berhubungan langsung dengan pencapaian dan keutamaan orang-orang ini, yang dahulu biasa menentang kebenaran dan hak pada setiap kesempatan. Amirul Mukminin as meletakkan kedua sisi gambar itu di hadapan Mu'awiah seraya mengatakan,
"Nabi berasal dari (kalangan) kami sementara ayah Anda Abu Sufyan adalah pelopor dalam menentang beliau. Hamzah berasal dari pihak kami dan Nabi memberikannya gelar "Singa Allah", sementara kakek Anda dari sisi ibu, 'Utbah ibn Rabi'ah merasa bangga sebagai "singa para penyumpah" (terhadap Nabi).
Ketika dalam Pertempuran Badr Hamzah dan 'Utbah ibn Rabi'ah saling berhadapan, Hamzah berkata, "Saya Hamzah ibn 'Abdul Muththalib. Saya Singa Allah dan Singa Nabi-Nya." Atasnya 'Utbah berkata, "Saya singa para penyumpah (terhadap Nabi)." Dalam suatu versi lain digunakan kata "Asadul Ahlaf, yang berarti "Singa pihak yang bersekutu". Riwayat tentang menyumpah itu berlatar belakang sejarah. Ketika Bant 'Abdu Manaf mendapatkan posisi keutamaan di kalangan suku-suku Arab, mereka berpikir akan mengambil alih dari Bani 'Abdud-Dar jabatan yang berhubungan dengan Ka'bah dan merebut jabatan-jabatan itu. Sehubungan dengan ini Bani 'Abdu Manaf menarik menjadi sekutu mereka suku Bam Azad ibn 'Abdul 'Uzza, Bani Taim, Bani Zuhrah dan Bani Harits, dan mengikat perjanjian dengan mereka. Untuk mengkhidmatkan persetujuan itu mereka mencelupkan tangan mereka dalam thib (wangi-wangian) dan bersumpah bahwa mereka akan saling membantu. Karena itu suku-suku itu disebut "Suku-suku partai suci yang disumpah". Di sisi lain, suku-suku Bant 'Abdud-Dar, Bam Makhzum, Bani Sahm dan Bani 'Adi juga bersumpah bahwa mereka akan melawan Baifi 'Abdu Manaf dan sekutunya. Suku-suku ini disebut para "sekutu". 'Utbah memandang dirinya sebagai kepala pihak yang bersekutu. Beberapa komentator berpendapat bahwa kata "Asadul Ahlaf berarti Abu Sufyan, karena ia telah membuat berbagai suku itu bersumpah melawan Nabi dalam Perang Ahzab, sedang oleh sebagian komentator dianggap berarti Asad ibn 'Abdul 'Uzzah, tetapi penafsiran ini tidak berbobot karena di sim Amirul Mukminin as berbicara kepada Mu'awiah, sedang interpretasi ini tidak mengenai Mu'awiah karena Bam 'Abdul Manaf adalah satu pihak pada persekutuan itu. Kemudian Amirul Mukminin as mengatakan bahwa di antara mereka terdapat para sayyid (penghulu) pemuda surga, yang merujuk ucapan Nabi, "Hasan dan Husain adalah para penghulu pemuda surga", sementara anak-anak muda dari pihak lainnya adalah penghuni neraka. Rujukan ini adalah kepada putra-putra 'Utbah ibn Mu’Alih, yang tentangnya Nabi telah berkata, "Bagi Anda dan putra-putra Anda adalah neraka." Kemudian Amirul Mukminin as mengatakan bahwa di antara mereka terdapat penghulu semua wanita sedunia, yakni Fathimah az-Zahra', sedang di pihak lain adalah pembawa kayu bakar yang merujuk kepada Umm Jamil, putri Harb, istri Abu Lahab, dalam kata-kata Al-Qur'an,
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergolak. Dan (begitu) pula istri-nya, pembawa kayu bakar. Yang di lehermnya ada tali dan sabut." (QS. 111:1-5)
[2] Diriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Ali, 'Umar ibn Khaththab, Hudzaifah ibn Yaman, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah, dan lain-lain, bahwa Nabi (saw) bersabda,
Sesungguhnya Fathimah adalah sayyidah (penghulu) wanita surga, dan Hasan dan Husain adalah para sayyid (penghulu) pemuda surga. Tetapi ayah mereka ('Ali) lebih tinggi dari mereka. (al-Jâmi' ash-Shahih, at-Tirmidzi, V, 656,661; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 3, 62, 64, 82; V, h. 391, 392; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 56; al-Hakim, al-Mustadrak, III, h. 167; Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 183, 184, 201; al-Muttaqi, Kanz al-'Ummal, XIII, h. 127; al-Istî’âb, IV, h. 1895; Usd al-Ghâbah, V, h. 574; Târîkh al-Baghdad, I, h. 140; VI, h. 372; X, h. 230; Ibn 'Asakir, Tarikh, VII, h. 365).
[3] Diriwayatkan dari 'Imran ibn al-Husain dan Abu Tsa'labah al-Khusyni, bahwa Nabi (saw) berkata kepada Fathimah,
"Wahai putriku, tidakkah Anda puas bahwa Anda adalah sayyidah dari wanita sedunia?" la berkata, "Wahai ayahku, lalu bagaimana tentang Maryam putri 'Imran?" Beliau menjawab, "la sayyidah wanita di zamannya, dan Anda sayyidah wanita di zaman Anda. Sesungguhnya, demi Allah, aku mengawinkan Anda dengan orang yang wali di dunia ini dan di akhirat. Tak ada yang membencinya selain orang-orang munafik." (Hilyah al-Auliyâ', II, h. 92; al-Isti'ab, IV, h. 275)
Juga 'A'isyah meriwayatkan bahwa Nabi (saw) mengatakan,
"Wahai Fathimah, tidakkah Anda akan puas menjadi sayyiduh dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummah ini atau dari wanita mukmin?" (al-Bukhari, ash-Shahih, VIII, h. 79; Muslim, ash-Shahih, VII, h. 142-144; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 518; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnud, VI, h. 282; al-Hakim, al-Mustadrak 'alu ash-Shuhihain, III, h. 156)
[4] Artinya, orang yang pergi terlalu jauh dalam memberikan pendapat kepada orang lain dianggap mempunyai tujuan peribadi tertentu, walaupun nasihatnya mungkin berdasarkan keikhlasan dan tanpa pamrih. Kalimat ini digunakan sebagai peribahasa untuk hal semacam itu. Kuplet itu selengkapnya berbunyi sebagai berikut,
"Betapa sering nasihat baik kuberikan padamu, tetapi kadang-kadang hanyalah kecurigaan yang dituai si penasihat."
[5] Baris syair ini berasal dari Hamal ibn Badr. Lengkapnya berbunyi sebagai berikut,
“Tunggulah sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran; betapa cantiknya maut bila datang."
Riwayat di baliknya ialah bahwa Malik ibn Zubair mengancam Hamal dengan pertarungan, dan sebagai jawabannya Hamal membaca kuplet itu lalu menyerang Malik dan membunuhnya, Ketika saudara Malik melihat hal ini ia membunuh Hamal dan saudaranya Hudzaifah sebagai pembalasan dendam; ia menggambarkan hal ini dalam kuplet berikut,
"Aku mendamaikan hatiku dengan membunuh Hamal ibn Badr, dan pedangku melipurku dengan membunuh Hudzaifah."
27
Nahjul Balaghah
SURAT 29 Kepada Penduduk Bashrah
Ketidaksatuan dan perpecahan apa pun yang ada pada Anda tidaklah tersembunyi dari Anda. Saya telah memaafkan orang-orang Anda yang berbuat salah dan menahan kembali pedang saya dari orang-orang yang melarikan diri. Saya menerima setiap orang yang datang kepada saya dari antara Anda. Apabila hal-hal yang menghancurkan serta pandangan-pandangan yang batil dan jahil sedang mendesak Anda untuk melanggar baiat kepada saya dan untuk menentang saya maka (dengarkanlah), saya telah mempersiapkan kuda-kuda saya dan memasang pelana (pada unta tunggangan saya), dan apabila Anda memaksa saya untuk mendatangi Anda, saya akan turun secara demikian rupa sehingga di hadapannya Pertempuran Jamal akan nampak sebagai jilatan lidah yang terakhir. Pada saat yang sama, saya ketahui kedudnkan yang tinggi dari orang-orang yang taat di antara Anda, dan hak orang-orang yang tulus, tanpa mengacaukan yang tak berdosa dengan para pembangkang atau yang setia dengan para pelanggar baiat. •
SURAT 30 Kepada Mu'awiah
Takutlah kepada Allah mengenai apa yang telah kau kumpulkan, dan carilah hakmu yang benar di dalamnya, dan berpalinglah untuk memahami apa yang atasnya engkau tak akan dimaafkan karena ketidaktahuan. Sesungguhnya bagi (jalan) ketaatan ada tanda-tanda yang jelas, jalan-jalan yang bercahaya, jalan-jalan raya yang lurus, dan tujuan yang tertentu. Yang bijak maju kepadanya sedang yang picik berpaling darinya. Barangsiapa memalingkan wajahnya darinya, ia menyeleweng dari yang benar dan meraba-raba dalam kebingungan. Allah mengambil karuma-Nya darinya dan menimpakan hukuman-Nya kepadanya. Oleh karena itu, berhati-hatilah atas dirimu. Allah telah menunjukkan kepadamu jalanmu dan kesudahan di mana urusanmu akan berakhir. Engkau sedang bersicepat kepada tujuan merugi dan kedudukan kafir. Nafsumu telah mendorongmu kepada kejahatan, melemparkanmu ke dalam kesesatan, membawamu kepada kehancuran dan menciptakan kesulitan-kesulitan pada jalanmu.•
SURAT 31 Amirul Mukminin as menulis untuk putranya, Hasan ibn 'Ali as, ketika ia berkemah di al-Hadhirin dalam perjalanan pulangnya dari Shiffin [1]
Dari ayah yang (tak lama lagi) akan meninggalkan dunia, yang mengakui kesukaran-kesukaran masa, yang telah berpaling dari kehidupan, yang telah menyerah kepada (petaka) waktu, yang menyadari kejahatan-kejahatan dunia, yang sedang hidup dalam kediaman orang mati dan berpisah dari mereka pada suatu hari: kepada putra yang merindukan apa yang tak akan tercapai, yang sedang melangkah pada jalan orang-orang yang telah mati, yang merupakan korban keluhan, terlibat dalam (kecemasan) sehari-hari, yang merupakan sasaran kesukaran, hamba dari dunia, pedagang dari tipuannya, penghutang hasrat-hasrat, tawanan kefanaan, sekutu kecemasan, tetangga kesedihan, korban kepedihan yang telah dikalahkan oleh hawa nafsu, penerus dari yang mati.
Sekarang (hendaklah Anda ketahui bahwa) apa yang telah saya pelajari dari berpalingnya dunia ini dari saya, serangan waktu atas diri saya dan majunya dunia akhirat yang akan datang kepada saya, cukuplah untuk mencegah saya dari mengingat seseorang kecuali diri saya sendiri dan dari memikirkan yang di luar diri saya. Tetapi, ketika saya membataskan diri pada kecemasan saya sendiri dengan meninggalkan kecemasan-kecemasan orang lain, akal saya menyelamatkan saya dan melindungi saya dari hawa nafsu saya. (Akal) itu menjelaskan kepada saya urusan saya dan membimbing saya kepada kesungguhan di mana tak ada kecerdikan dan kebenaran yang tidak dinodai oleh kebatilan. Di sini saya mendapatkan Anda sebagian dari diri saya, bahkan saya mendapatkan Anda keseluruhan saya, sehingga apabila sesuatu menimpa Anda, seakan-akan hal itu menimpa saya, dan apabila kematian mendatangi Anda seakan-akan maut itu datang kepada saya. Akibatnya, umsan Anda berarti bagi saya sebagai urusan saya sendiri berarti bagi saya. Maka saya menuUs penggalan nasihat ini (kepada Anda) sebagai suatu alat untuk mencari pertolongan melaluinya, baik saya tinggal hidup bagi Anda atau berhenti hidup.
Saya nasihati Anda supaya bertakwa kepada Allah, wahai putraku, untuk mematuhi perintah-perintah-Nya, untuk memenuhi hati Anda dengan ingatan kepada-Nya, dan untuk berpaut pada harapan dari Dia. Tak ada hubungan yng lebih dapat diandalkan ketimbang hubungan antara Anda dan Allah, asal Anda berpegang padanya. Hidupkan hati Anda dengan dakwah, bunuh dia dengan zuhud, kuatkan tenaganya dengan keimanan yang kukuh, cahayai dia dengan kebijaksanaan, hinakan dia dengan mengingat mati, buatlah ia mempercayai kefanaan, buatkan dia melihat mala-petaka dunia ini, buatlah dia takut akan wewenang waktu dan kekerasan dari beberapa perubahan selama malam dan siang, tempatkan di hadapannya peristiwa-peristiwa manusia masa lalu, ingatkan kepadanya apa yang menimpa orang-orang yang berada di hadapan Anda dan beijalan di antara kota-kota mereka dan reruntuhan, lalu lihatlah apa yang (telah) mereka lakukan, dari apa mereka telah melarikan diri, dan ke mana mereka telah pergi dan tinggal. Akan Anda dapati bahwa mereka berpisah dari para sahabat dan tinggal dalam kesunyian. Oleh karena itu, buatlah rencana untuk tempat tinggal Anda, dan janganlah menjual kehidupan akhirat Anda dengan dunia ini.
Jauhkan berbicara tentang apa yang tidak Anda ketahui dan berbicara tentang yang bukan umsan Anda. Menjauhlah dari jalur di mana Anda khawatir tersesat, karena menahan diri bilamana ada kekhawatiran akan tersesat lebih baik daripada memasuki bahaya. Anjurkan orang-orang lain berbuat baik, maka Anda akan termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik. Cegahlah orang lain dari keburukan dengan tindakan Anda maupun dengan bicara Anda, dan menjauhlah sekuat kuasa Anda dari orang yang melakukannya. Berjihadlah demi Allah sebagaimana yang patut bagi-Nya, dan janganlah cercaan seorang pencerca menciutkan Anda dari urusan Allah. Meloncatlah ke dalam bahaya demi kebenaran di mana (kebenaran) itu berada. Dapatkan wawasan dalam hukum agama. Biasakanlah diri Anda bersabar menghadapi kesukaran, karena ciri akhlak yang terbaik ialah kesabaran dalam urusan kebenaran. Dalam segala urusan Anda, bersandarlah Anda kepada Allah Tuhan Anda, karena dengan dimikian Anda akan menyandarkan diri pada suatu perlindungan yang aman dan pelindung yang kuat. Anda hanya harus meminta pada Tuhan Anda karena di dalam tangan-Nya terletak segala pemberian dan pengambilan. Carilah kebaikan (dari Allah) sedapat-dapat Anda. Pahami nasihat saya dan jangan berpaling darinya, karena kata-kata yang terbaik ialah kata-kata yang bermanfaat. Ketahuilah bahwa tidak ada kebaikan dalam pengetahuan yang tidak bermanfaat, dan apabila pengetahuan tidak digunakan maka mendapatkannya tidak dibenarkan.
Wahai anakku, bilamana saya melihat bahwa saya berusia matang dan melihat bahwa saya semakin bertambah dalam kelemahan, saya bergegas dengan wasiat saya untuk Anda dan menuliskan pokok-pokoknya yang mendasar agar maut tidak menyusul saya sebelum saya membukakan kepada Anda apa yang ada dalam hati saya, atau agar jangan akal saya terpengaruh sebagaimana badan saya telah terpengaruh, atau kekuatan-kekuatan hawa nafsu atau bencana dunia menyusul Anda (dan) membuat Anda menjadi seperti unta pembangkang. Sesungguhnya, hati orang muda adalah seperti lahan yang belum ditanami. la menerima apa saja yang ditaburkan atasnya. Maka saya bergegas membentuk Anda secara patut sebelum hati Anda mengeras dan pikiran Anda terisi, agar Anda siap menerima melalui akal Anda hasil dari pengalaman orang lain dan selamat dari mengalami sendiri pengalaman-pengalaman ini. Secara ini, Anda akan mengelakkan kesukaran mencarinya dan kesulitan mengalaminya. Dengan demikian, Anda akan dapat mengetahui apa yang telah kami alami dan bahkan akan menjadi jelas bagi Anda apa yang mungkin tidak kami dapati.
Wahai, anakku, sekalipun saya tidak mencapai usia yang dicapai orang-orang sebelum saya, namun saya melihat ke dalam perilaku mereka dan memikirkan peristiwa-peristiwa dari kehidupan mereka. Saya berjalan di antara reruntuhan mereka sampai seakan saya menjadi salah satu dari mereka. Sesungguhnya, karena urusan-urusan mereka telah saya ketahui, seakan-akan saya telah hidup dengan mereka dari awal hingga akhirnya. Oleh karena itu saya telah mampu membedakan yang najis dari yang jemih, dan manfaat dari mudarat.
Saya telah memilihkan untuk Anda yang terbaik dari hal-hal itu, dan telah mengumpulkan bagi Anda pokok-pokok yang baik, dan menjauhkan dari Anda pokok-pokoknya yang tak bermanfaat. Karena saya merasakan bagi urusan Anda sebagai seorang ayah yang hidup hams merasakannya, dan saya bertujuan untuk memberikan latihan kepada Anda, saya pikir hal itu haruslah pada suatu waktu bilamana Anda sedang maju dalam usia dan baru di gelanggang dunia, memiliki niat yang lurus dan hati yang bersih, dan bahwa saya harus membawakan ajaran Kitab Allah Yang Memiliki Kekuasaan dan Kerajaan, dan tafsirannya, hukum-hukum Islam dan perintah-perintahnya, hal-halnya yang halal dan yang haram, dan bahwa saya tak boleh melewatkan ini bagi Anda. Saya takut kalau-kalau Anda sampai bingung sebagaimana orang-orang lain telah bingung disebabkan hawa nafsu dan pendapat-pendapat mereka (yang beraneka ragam). Oleh karena itu, walaupun saya tak suka Anda diperingatkan seperti ini, saya pikir lebih baik bagi saya untuk memperkuat Anda dengan nasihat ini ketimbang meninggalkan Anda dalam suatu kedudukan di mana saya tidak menganggap Anda luput dari jatuh ke dalam kehancuran. Saya berharap kiranya Allah akan menolong Anda dalam sikap Anda yang terus terang dan membimbing Anda dalam ketegasan Anda. Sesuai dengan itu, saya menulis penggalan wasiat saya ini bagi Anda.
Ketahuilah, wahai anakku, bahwa yang paling saya sukai untuk Anda ambil dari wasiat saya ialah takwa kepada Allah, membataskan diri Anda kepada apa yang telah diwajibkan Allah atas Anda, dan mengikuti perbuatan-perbuatan orang-orang tua Anda dan orang-orang berkebajikan dari keluarga Anda, karena mereka tidak kekurangan dalam melihat bagi diri mereka sendiri apa yang Anda lihat bagi diri Anda sendiri, dan mereka perbuat tentang urusan mereka sebagaimana Anda suka memikirkan (urus-an Anda). Setelah itu, pemikiran mereka mengantarkan mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang mereka ketahui, dan berhenti dari apa yang mereka tidak dituntut melakukannya. Apabila hati Anda tidak menerima ini tanpa mendapatkan pengetahuan seperti mereka mendapatkannya, maka pencarian Anda haruslah pertama-tama melalui pengertian dan pelajaran, dan tidak jatuh ke dalam keraguan atau terlibat dalam pertengkaran.
Dan sebelum Anda meraba ke dalam hal ini, Anda harus mulai dengan mencari pertolongan Tuhan Anda dan berpaling kepada-Nya untuk memohon keberhasilan, dan menjauh dari segala sesuatu yang melemparkan Anda ke dalam keraguan-keraguan dan mencampakkan Anda ke dalam kesesatan. Bilamana Anda telah yakin bahwa hati Anda bersih dan merendah, dan pikiran-pikiran Anda telah berpadu, dan Anda hanya mempunyai satu pikiran, yakni tentang hal ini, maka Anda akan melihat apa yang telah saya terangkan kepada Anda; tetapi, apabila Anda belum mampu mencapai kedamaian pengamatan dan pemikiran yang Anda suka mempunyainya, maka ketahuilah bahwa Anda hanya menjejak bumi seperti seekor unta betina yang buta dan jatuh ke dalam kegelapan, padahal seorang pencari agama tidak seharusnya meraba-raba dalam gelap atau menciptakan kebingungan. Lebih baik mengelakkan hal ini.
Camkanlah nasihat saya, wahai anakku, dan ketahuilah bahwa la Yang Raja kematian adalah juga Raja kehidupan, bahwa Pencipta menyebabkan kematian pula; bahwa la yang menghancurkan adalah pula pemulih kehidupan, dan bahwa la yang menimpakan penyakit adalah juga penyembuh. Dunia ini berlanjut secara yang dibuat oleh Allah, sehubungan dengan kesenangan, cobaan, ganjaran pada Hari Pengadilan dan segala yang la kehendaki dan tidak Anda ketahui. Apabila barang sesuatu dari nasihat mi tidak Anda mengerti maka kaitkan itu kepada ketidaktahuan Anda tentang itu, karena ketika Anda mula-mula dilahirkan, Anda dilahirkan dengan tak-tahu. Setelah itu, Anda mendapatkan pengetahuan. Ada banyak urusan yang tentangnya Anda tak tahu dan di mana penglihatan Anda yang pertama bertanya-tanya dan mata Anda berkelana, lalu sesudah ini Anda melihatnya. Oleh karena itu, berpeganglah erat-erat kepada Dia Yang menciptakan Anda, memberi Anda rezeki dan menertibkan Anda. Ibadah Anda haruslah bagi-Nya, gairah Anda haruslah kepada-Nya dan takut Anda haruslah kepada-Nya.
Ketahuilah, wahai anakku, tiada seorang pun menerima risalah dari Allah Yang Mahasuci seperti Nabi (saw) menerimanya. Oleh karena itu, pandanglah beliau sebagai pelopor dan pemimpin Anda kepada keselamatan. Sesungguhnya saya tidak akan meninggalkan suatu usaha dalam memberikan nasihat kepada Anda, dan sungguh, sekalipun Anda berusaha, Anda tak akan dapat beroleh wawasan bagi kesejahteraan Anda sebagaimana saya berikan kepada Anda.
Ketahuilah, wahai anakku, sekiranya ada suatu mitra dengan Tuhan Anda maka para utusan (mitra) itu pun akan datang kepada Anda dan Anda akan sudah melihat tanda-tanda dari wewenang dan kekuasaanya, dan Anda akan sudah melihat perbuatan dan sifat-sifatnya. Tetapi la Tuhan Yang Esa dan la telah menggambarkan Diri-Nya. Tiada satu pun yang dapat membantah-Nya dalam wewenang-Nya. la ada sebelum segala sesuatu tanpa suatu permulaan. la akan tetap ada setelah segala sesuatu, dan akan berada tanpa akhir. la terlalu amat besar untuk membiarkan keilahian-Nya dibuktikan dengan hati atau mata yang meliput. Bilamana Anda telah memahami ini maka Anda harus melakukan apa yang dilakukan orang yang seperti Anda, dengan kedudukannya yang rendah, ketiadaan wewenangnya, ketidakmampuannya yang makin meningkat, dan kebutuhan besamya akan Tuhannya untuk mencari ketaatan kepada-Nya, takut akan hukuman-Nya dan takut akan marah-Nya, karena la tidak memerintahkan Anda selain untuk kebajikan, dan tidak mencegah Anda kecuali dari keburukan.
Wahai anakku, saya telah memberitahukan kepada Anda tentang dunia, kondisinya, kelapukan dan kefanaanya, daii saya telah memberitahukan kepada Anda tentang akhirat dan tentang apa yang telah tersedia di dalamnya bagi orang-orangnya. Saya menceritakan kepada Anda perumpamaan tentangnya, agar Anda dapat menarik pelajaran darinya dan bertindak menurutnya. Misal orang-orang yang telah memahami dunia adalah seperti misal para musafir yang setelah muak dengan tempat-tempat yang dilanda kekeringan (lalu) pergi kepada kehijauan dan tempat yang berbuah-buahan. Lalu mereka bersabar atas kesulitan dalam peijalanan, perpisahan dengan para sahabat, kesukaran perjalanan dan makanan yang tak sehat, untuk mencapai lahan mereka yang berkelimpahan dan tempat tinggal. Akibatnya, mereka tidak merasakan suatu keperihan dalam semua ini dan tidak menganggap suatu perbelanjaan sebagai sia-sia. Tak ada yang lebih patut dicintai bagi mereka ketimbang apa yang membawa mereka ke dekat tujuan mereka dan membawa mereka lebih dekat ke tempat tinggal mereka. (Beriawanan dengan ini), misal orang-orang yang tertipu oleh dunia ini adalah orang yang berada di tempat yang hijau tetapi mereka muak dengannya lalu pergi ke tempat yang dilanda kekeringan. Oleh karena itu, bagi mereka, tak ada yang lebih dibenci atau tak disukai ketimbang meninggalkan tempat di mana mereka berada untuk pergi ke suatu tempat yang akan mereka capai tanpa diharap-harapkan dan ke mana mereka sedang menuju.
Wahai anakku, jadikanlah diri Anda sendiri ukuran (untuk berurusan) antara Anda dan orang lain. Maka, Anda harus menghasratkan bagi orang lain apa yang Anda hasratkan bagi diri Anda sendiri, dan bencikanlah untuk orang lain apa yang Anda bencikan untuk diri Anda sendiri. Janganlah menindas sebagaimana Anda tak suka ditindas. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Anda menghendaki perlakuan baik kepada Anda sendiri. Pandanglah yang buruk bagi diri Anda buruk bagi orang lain. Terimalah (perlakuan) dari orang lain yang Anda suka orang lain menerima dari Anda. Jangan berbicara tentang apa yang tidak Anda ketahui, sekalipun apa yang Anda ketahui sangat sedikit. Jangan katakan kepada orang lain apa yang Anda tak mau dikatakan kepada Anda.
Ketahuilah bahwa mengagumi diri bertentangan dengan kepatutan dan mempakan petaka bagi jiwa. Oleh karena itu, perbesarlah usaha Anda dan jangan menjadi bendahara bagi (kekayaan untuk diwariskan kepada) orang lain. Bilamana Anda telah terbimbing padajalan yang benar, rendahkanlah diri Anda di hadapan Allah sedapat-dapat Anda.
Ketahuilah bahwa di hadapan Anda terletak jalan jarak panjang dan kesukaran keras dan Anda tak dapat mengelak dari mencarinya. Ambillah kebutuhan perbekalan Anda dengan menjaga agar beban itu ringan. Janganlah Anda memuad punggung Anda melampaui kemampuan Anda agar beratnya tidak menjadi bencana bagi Anda. Bilamana Anda bersua dengan orang yang membutuhkan yang dapat membawa perbekalan bagi Anda untuk diserahkan kembali kepada Anda pada Hari Pengadilan ketika Anda akan membutuhkannya, maka terimalah dia sebagai suatu kesempatan yang baik dan dapatkan ia untuk membawanya. Masukkan dalam perbekalan itu sebanyak mungkin yang Anda sanggupi, karena boleh jadi apabila Anda memerlukan dia (kemudian), Anda tidak akan mendapatkan dia. Apabila seseorang mau meminjam dari Anda di hari-hari kelimpahan Anda, untuk dibayarkan kembali kepada Anda pada sustu saat kebutuhan Anda, maka pergunakanlah kesempatan ini.
Ketahuilah bahwa di depan Anda terletak suatu lembah yang tak tertanggungkan di mana orang yang berbeban ringan berada dalam kondisi yang lebih baik daripada orang yang berbeban berat, dan yang melangkah lambat akan berada dalam keadaan yang lebih buruk dari yang melangkah cepat. Titik akhir Anda di ujung lain jalan ini pastilah surga atau neraka. Oleh karena itu, intailah sendiri sebelum memunggah, dan persiapkanlah tempat sebelum turun, karena setelah mati tak mungkin ada persiapan dan tidak pula mungkin kembali ke dunia ini.
Ketahuilah bahwa la yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi telah memperkenankan Anda untuk berdoa kepada-Nya, dan telah menjanjikan kepada Anda penerimaan doa. la telah memerintahkan kepada Anda untuk memohon kepada-Nya agar la memberi kepada Anda, dan mencari belas kasih-Nya agar la menaruh belas kasih kepada Anda. la tidak menempatkan barang sesuatu antara Anda dan Dia yang mungkin menabiri-Nya dari Anda. la tidak menuntut Anda untuk mendapatkan perantara bagi Anda kepada-Nya, dan apabila Anda keliru, la tidak mencegah Anda untuk bertaubat. la tidak bergegas dengan hukuman. la tidak mengejek Anda karena bertaubat, tidak pula la menghina Anda ketika penghinaan lebih pantas bagi Anda. la tidak kasar dalam menerima taubat. la tidak menanyai Anda tentang dosa-dosa Anda dengan keras. la tidak mengecewakan Anda dari rahmat-Nya. Malah ia memandang pemantangan dari dosa sebagai suatu kebajikan. la menghitung satu dosa Anda sebagai satu, sementara la menghitung kebajikan Anda sebagai sepuluh.
la telah membukakan pintu taubat bagi Anda. Oleh karena itu, bilamana Anda menyeru-Nya, la mengetahui bisikan Anda. Anda ajukanlah kepada-Nya kebutuhan Anda, bukakanlah tabir diri Anda di hadapan-Nya, keluhkanlah kepada-Nya kecemasan-kecemasan Anda, memohonlah kepada-Nya untuk menyingkirkan kesusahan Anda, carilah pertolongan dalam urusan Anda, dan mintalah dari perbendaharan rahmat-Nya apa yang tak ada satu pun selain-Nya yang berkuasa memberikannya, yakni panjang usia, kesehatan badan dan peningkatan rezeki. Maka la telah menempatkan kunci-kunci di tangan Anda, dengan menunjukkan kepada Anda jalan untuk meminta kepada-Nya.
Oleh karena itu, ke mana saja Anda kehendaki, bukalah pintu-pintu nikmat-Nya dan biarlah hujan rahmat-Nya yang melimpah jatuh kepada Anda. Keterlambatan dalam penerimaan doa itu janganlah hendaknya mengecewakan Anda, karena anugerah doa sesuai dengan ukuran niat (anda). Kadang-kadang penerimaan (doa) tertunda dengan maksud agar menjadi suatu sumber ganjaran yang lebih besar kepada si peminta dan (sumber) dari pemberian-pemberian yang lebih baik kepada si pengharap. Kadang-kadang Anda meminta sesuatu tetapi tidak diberikan kepada Anda, dan sesuatu yang lebih baik diberikan kepada Anda kemudian, atau sesuatu diambil dari Anda demi suatu kebaikan yang lebih besar bagi Anda, karena kadang-kadang Anda meminta sesuatu yang mengandung keruntuhan bagi agama Anda apabila dibenkan kepada Anda. Oleh karena itu, permohonan Anda hendaklah untuk hal-hal yang keindahannya haruslah langgeng dan yang bebannya harus tetap jauh dari Anda. Mengenai kekayaan, itu tak akan langgeng bagi Anda, dan Anda pun tak akan hidup untuk itu.
Wahai anakku, ketahuilah bahwa Anda telah diciptakan untuk akhirat, bukan untuk dunia ini, untuk kefanaan (di dunia ini) bukan untuk kekal, dan untuk mati, bukan untuk hidup. Anda berada di suatu tempat yang bukan milik Anda, sebuah rumah untuk membuat persiapan, dan suatu lorong ke arah dunia berikut. Anda sedang dikejar-kejar oleh kematian dari mana orang-orang melarikan diri tak dapat luput, karena (maut) itu pasti akan menyusulnya. Maka, berjaga-jagalah atasnya agar ia tidak menyusul Anda pada suatu saat ketika Anda dalam keadaan berdosa dan Anda sedang berpikir tentang bertaubat tetapi ia menciptakan halangan antara Anda dan taubat. Dalam hal demikian Anda akan menghancurkan diri Anda sendiri.
Wahai anakku, banyak-banyaklah mengingat kematian dan tempat ke mana Anda pergi secara tiba-tiba dan (mesti Anda) capai setelah mati, sehingga bilamana hal itu datang Anda sudah sedia beijaga-jaga terhadapnya dan telah mempersiapkan diri untuk itu dan ia tidak datang kepada Anda dengan amat sangat mendadak lalu mengejutkan Anda. Berhati-hatilah, agarjangan Anda tertipu oleh sandaran orang kepada godaan dunia dan kesibukan mereka atasnya. Allah telah memperingatkan Anda tentang itu, dan dunia telah memberitahukan kepada Anda tentang sifatnya yang fana, dan telah membukakan tabimya kepada Anda tentang kejahatan-kejahatannya.
Sesungguhnya orang-orang yang memburunya adalah seperti anjing-anjing menyalak atau hewan-hewan buas pemakan daging yang saling membenci. Yang lebih kuat di antara mereka memakan yang lemah, dan yang besar di antara mereka memijak yang kecil. Beberapa (di antaranya) adalah seperti temak yang tertambat, dan yang lain seperti ternak yang tak tertambat yang telah kehilangan akalnya dan sedang berlarian ke arah-arah yang tak diketahui. Mereka adalah kawanan petaka yang mengembara di lembah-lembah yang kasar. Tak ada gembala yang menahan mereka, dan tak ada pula gembala yang akan membawanya merumput. Dunia telah menempatkan mereka pada jalur kebutaan dan mengambil mata mereka dari mercu petunjuk. Oleh karena itu mereka telah dibingungkan dalam kebingunganya dan tenggelam dalam kesenangan-kesenangannya. Mereka menganggapnya sebagai tuhan sehingga ia mempermainkan mereka. Mereka pun bermain dengannya dan melupakan apa yang di baliknya.
Kegelapan sedang sima berangsur-angsur. Sekarang seakan-akan para musafir telah turun dan orang-orang yang bergegas akan segera bertemu. Ketahuilah, wahai anakku, bahwa sedap penunggang kendaraan malam dan siang dibawa oleh (kendaraan siang dan malam) itu, sekalipun ia dalam keadaan berhenti, dan ia meliput jarak, sekalipun ia sedang menginap dan beristirahat.
Ketahuilah dengan pasti bahwa Anda tak dapat mencapai hasrat Anda dan tak dapat melampaui kehidupan Anda yang telah ditakdirkan. Anda berada pada jalur orang-orang sebelum Anda. Oleh karena itu, berlaku sederhanalah dalam mencari, dan berlaku sederhanalah dalam menerima, karena sering mencari itu mengantarkan kepada kehilangan. Tidak setiap pencari rezeki mendapatkannya, dan tiada pula setiap orang yang sederhana dalam mencari tidak mendapatkan. Jauhkanlah diri Anda dari setiap hal yang rendah, sekalipun itu mungkin membawa Anda kepada tujuan yang Anda hasratkan, karena Anda tidak akan mendapatkan suatu kembalian atas kehormatan Anda sendiri yang Anda belanjakan. Janganlah menjadi budak orang lain karena Allah telah membuat Anda bebas. Tak ada kebaikan dalam kebajikan yang dicapai melalui keburukan, dan tak ada kebaikan dalam kesenangan yang dicapai melalui kesukaran (yang mengaibkan).
Berhati-hatilah, jangan sampai pembawa keserakahan membawa Anda dan menurunkan Anda pada sumber-sumber kehancuran. Apabila Anda dapat mengatur agar tak ada orang kaya di antara Anda dan Allah, lakukanlah itu, karena dalam hal bagaimanapun Anda akan mendapatkan apa yang untuk Anda dan mendapatkan bagian Anda. Kecil yang diterima langsung dari Allah Yang Mahasuci lebih terhormat daripada yang lebih banyak tetapi diterima melalui (hutang budi kepada) makhluk-Nya, walaupun (sesungguhnya) semuanya dari Allah.
Lebih mudah memulihkan apa yang kauhilangkan diam-diam ketimbang mendapatkan apa yang Anda hilangkan dengan berbicara. Segala sesuatu yang berada dalam suatu wadah dapat ditahan dengan menutupkan katupnya. Saya seharusnya lebih menynkai Anda menahan apa yang ada di dalam tangan Anda ketimbang mencari apa yang di tangan orang lain, Kepahitan dari kekecewaan lebih baik daripada mencari dari orang. Pekerjaan tangan dengan kesucian lebih baik daripada kekayaan dari kehidupan yang keji. Seorang lelaki adalah pengawal terbaik atas rahasia-rahasianya sendiri. Sering orang berjuang untuk apa yang membawa mudarat baginya. Orang yang berbicara banyak, berbicara kosong. Barangsiapa merenung, ia akan melihat. Bergaullah dengan orang-orang berkebajikan; Anda akan menjadi salah satu dari mereka. Menjauhlah dari orang jahat, Anda akan tetap selamat dari mereka. Makanan yang terburuk ialah yang haram. Kelaliman kepada yang lemah adalah kelaliman yang paling buruk.
Di mana keluwesan tidak sesuai, kekasaran adalah keluwesan. Seringkali obat adalah penyakit, dan penyakit itu obat. Sering lawan memberikan nasihat yang tepat sementara teman menipu. Jangan bergantung pada harapan, karena harapan adalah jalur utama orang-orang tolol. Adalah bijaksana untuk memelihara pengalaman sendiri. Pengalaman yang terbaik ialah pengalaman yang mengajarkan suatu pelajaran kepada Anda. Manfaatkan waktu senggang sebelum ia berubah menjadi (saatj kesedihan. Tidak setiap pencari mencapai (apa yang dicarinya); dan tidak setiap orang yang berangkat tidak kembali. Kehilangan bekal dan mendapatkan kebumkan bagi Hari Pengadilan berarti keruntuhan. Setiap urusan ada akibataya. Apa yang ditakdirkan bagi Anda akan segera datang kepada Anda. Seorang pedagang menanggung resiko. Sering jumlah yang kecil lebih bermanfat dari jumlah yang besar. Tak ada kebaikan pada penolong yang aib, tidak pula pada teman yang curiga. Bersesuailah dengan dunia selama ia dalam pegangan Anda. Jangan jadikan diri Anda menanggung resiko mengenai sesuatu dalam mengharapkan lebih banyak dari itu. Berfiati-hatilah, jangan sampai rasa permusuhan mengalahkan Anda.
Bawalah diri Anda pada saudara Anda sedemikian mpa sehingga apabila ia mengabaikan kekerabatan, Anda berpegang pada (kekerabatan) itu; bilamana ia berpaling, berbaiklah kepadanya dan berangsuriah mendekatinya; bilamana ia tak mau memberi, berilah kepadanya; bilamana ia menjauh, dekati dia; bilamana ia kasar, berlaku luweslah; bilamana ia melakukan kesalahan, pikirkanlah dalih(nya) untuk itu, sedemikian, seakan-akan Anda adalah seorang dari budaknya dan ia majikan yang baik bagi Anda. Tetapi ingatlah bahwa hal ini tak boleh dilakukan secara tak pantas, dan bahwa Anda tak boleh berlaku demikian terhadap orang yang tak patut. Janganlah mengambil musuh sahabat Anda sebagai sahabat, karena (dengan demikian) Anda akan menentang sahabat Anda. Berikanlah nasihat yang benar kepada saudara Anda, baik atau pahit. Telanlah kemarahan Anda karena saya tak mendapatkan sesuatu yang lebih manis dari itu pada kesudahannya, dan tak ada akibat yang lebih menyenangkan dari itu. Beriaku luweslah kepada orang yang kasar kepada Anda karena boleh jadi ia akan segera menjadi luwes kepada Anda. Perlakukanlah musuh Anda dengan kebaikan, karena ini lebih manis dari antara kedua keberhasilan (keberhasilan dendam dan keberhasilan berbuat baik).
Apabila Anda bemiat untuk memutuskan hubungan dari seorang sahabat, tinggalkan suatu bidang baginya dari sisi Anda, yang dengan itu ia mungkin melanjutkan persahabatan, apabila demikian yang terjadi padanya pada suatu hari. Apabila seseorang mempunyai suatu gagasan yang baik tentang Anda, buktikanlah bahwa hal itu benar. Jangan mengabaikan kepentingan saudara Anda yang bergantung pada hubungan Anda dengan dia, karena bukanlah ia saudara Anda apabila Anda mengabaikan kepentingannya. Keluarga Anda janganlah menjadi orang yang paling sengsara melalui Anda. Jangan bersandar kepada orang yang berpaling dari Anda. Saudara Anda tidak harus lebih kukuh dalam pengabaiannya akan kekerabatan ketimbang Anda (dalam kekukuhan Anda) menghormati (kekerabatan) itu, dan Anda harus melebihi dalam berbuat baik kepadanya ketimbang (perbuatan) buruknya kepada Anda. Jangan terlalu merasakan penindasan dari seseorang yang menindas Anda, karena ia hanya sibuk dalam merugikan dirinya sendiri dan menguntungkan Anda. Ganjaran orang yang menyenangkan Anda bukanlah dengan menyusahkannya.
Ketahuilah wahai anakku, bahwa ada dua jenis rezeki, rezeki yang Anda cari dan rezeki yang mencari Anda, yang apabila Anda tidak mencapainya maka dia akan datang kepada Anda. Betapa buruknya membungkuk pada saat perlu dan kasar pada saat kaya. Anda hanya harus mendapatkan dari dunia ini apa yang dengan itu Anda dapat menghiasai kediaman Anda yang kekal. Apabila Anda menangisi apa yang telah hilang dari tangan Anda maka tangisilah pula apa yang sama sekali tidak datang kepada Anda. Simpulkan apa yang belum terjadi dari apa yang telah terjadi, karena kejadian-kejadian selalu serupa. Janganlah menjadi seperti orang-orang yang dakwah tidak bermanfaat baginya kecuali apabila Anda menimpakan keperihan padanya, karena orang bijaksana bengambil pelajaran dari ajaran, sementra hewan hanya belajar dari pukulan.
Jauhkanlah dari diri Anda serangan kecemasan dengan keteguhan sabar dan kemumian iman. Orang yang meninggalkan kesederhanaan (berarti) melakukan kelebih-lebihan. Seorang sahabat adalah seperti kerabat. Sahabat adalah orang yang ketidakhadirannya juga membuktikan persahabatan itu. Hawa nafsu adalah mitra kesedihan. Sering orang dekat lebih jauh dari orang yang jauh, dan sering orang jauh lebih dekat dari orang yang dekat. Seorang asing ialah orang yang tak mempunyai sahabat. Orang yang melanggar hak mempersempit jalannya sendiri. Orang yang tinggal pada kedudukannya tetap konstan atasnya. Penengah yang paling terpercaya ialah penengah yang Anda angkat antara Anda dan Allah Yang Mahasuci. Orang yang tidak mempedulikan kepentingan Anda adalah musuh Anda. Ketika serakah memimpin kepada kehancuran, deprivasi adalah prestasi. Tidak setiap cacat dapat ditinjau kembali, dan tidak setiap petaka berulang.
Sering orang bermata tidak melihat jalur, sementara orang buta mendapatkan jalan yang tepat. Tangguhkanlah setiap kemungkaran karena Anda akan dapat menggegaskannya bilamana saja Anda menghendakinya. Pengabaian kekerabatan dari orang jahil sama dengan penghargaan bagi kekerabatan orang bijaksana. Barangsiapa mengganggap dunia sebagai yang aman, dunia akan mengkhianatinya. Barangsiapa memandang dunia sebagai besar, dunia akan menghinanya. Tidak setiap orang yang menembak mengena. Bilamana wewenang berubah, waktu pun bembah. Bermusyawarahlah dengan sahabat sebelnm menempuh suatu jalan, dan (dengan) tetangga sebelum mengambil sebuah rumah. Waspadalah jangan sampai Anda menyebutkan dalam pembicaraan Anda apa yang mungkin menimbulkan tertawa, sekalipun mungkin Anda meriwayatkan dari orang lain.
Jangan bermusyawarah dengan wanita karena pandangan mereka lemah dan tekad mereka goyah. Tutuplah mata mereka dengan menjaga mereka di bawah tirai karena ketegasan hijab menahan mereka lama. Keluamya mereka tidak lebih buruk ketimbang Anda membiarkan orang yang tak terpercaya mengunjungi mereka. Apabila Anda dapat mengatur agar mereka tidak mengetahui seseorang selain Anda, lakukanlah itu. Jangan biarkan seorang wanita mengurusi selain urusan mereka sendiri, karena wanita adalah bunga, bukan pemerintah. Janganlah memberikan perhatian kepadanya melampaui dirinya sendiri. Jangan mendorong dia menjadi perantara bagi orang lain. Jangan menunjukkan kecurigaan yang bukan pada tempatnya, karena hal ini mengantarkan wanita yang baik kepada kejahatan dan wanita suci kepada kebengkokan.
Bagi setiap orang di antara karyawan Anda, tentukan suatu pekerjaan yang atasnya dapat Anda tuntut ia bertanggung jawab. Secara ini mereka tidak akan saling melemparkan pekerjaan. Hormatilah kerabat Anda karena mereka adalah sayap-sayap Anda yang dengan itu Anda terbang, asal ke mana Anda akan kembali, dan tangan Anda yang dengannya Anda menyerang. Tempatkanlah agama Anda dan dunia Anda pada penyelesaian Allah dan memohonlah kepada-Nya untuk mengatur yang terbaik bagi Anda sekaitan dengan yang dekat dan yang jauh, dunia ini dan dunia akhirat. Wasalam. •
[1] Ibn Maitsam al-Bahram (jilid V, h. 2) mengutip Abu Ja'far ibn Bahawaih al-Qummi bahwa Amirul Mukminin as menulis penggalan nasihat ini kepada Muhammad Hanafiah (ra) sedang 'Allamah Sayid Radhi menulis bahwa alamat yang dikiriminya ialah Imam Hasan as. Tetapi yang sebenarnya ialah bahwa Amirul Muknunin menulis sepenggal nasihat ringkas kepada Ibn al-Hanafiah yang mencakup sebagian yang sama seperti yang ditulisnya kepada Imam Hasan. (Ibn Thâwûs, Kasyful Mahajjah, h. 157-159; al-Bihâr, LXXVII, h. 196-198)
Bagaimanapun, baik alamatnya Imam Hasan ataupun Muhammad HanafTah, manifesto ini merupakan pelajaran tentang petunjuk kepada amal di mana jalan-jalan keberhasilan dapat dibuka dan kafilah umat manusia yang sedang tersesat dapat melangkah di jalan petunjuk. Ini mengandung prinsip-prinsip untuk memperbaiki hal-hal duniawi dan ukhrawi, menciptakan moralitas dan memperbaiki urusan ekonomi dan sosial yang tandingannya tak dapat dihasilkan oleh kata-kata para pakar dan filosof. Dakwahnya yang benar adalah perangsang kuat untuk mengingatkan umat manusia akan pelajaran-pelajarannya yang telah dilupakan, menghidupkan kembali garis-garis mati perilaku sosial dan mengangkat panji moralitas.
SURAT 32 Kepada Mu'awiah
Engkau telah menghancurkan suatu kelompok besar manusia yang engkau tipu dengan kesesatanmu, dan telah mencampakkan mereka ke dalam arus lautmu di mana kegelapan telah menutupi mereka dan salah paham mengombang-ambingkan mereka. Sebagai hasilnya, mereka telah tersesat dari jalan yang benar dan berpaling pada punggung mereka. Mereka memalingkan punggung mereka dan mendorong ke depan, kecuali orang-orang bijaksana yang kembali karena mereka meninggalkanmu setelah memahamimu lalu lari kepada Allah, menjauh dari membantumu ketika engkau menempatkan mereka dalam kekacauan dan menyimpangkan mereka dari jalan tengah. Oleh karena itu, wahai Mu'awiah, takutlah kepada Allah mengenai dirimu sendiri dan tariklah kendalimu dari iblis, karena dunia ini tak lama lagi akan diputuskan darimu dan dunia akhirat berada di dekat Anda. Wasalam. •
SURAT 33 Kepada Qutsam ibn 'Abbas, Gubernurnya di Makkah
Intelijen saya di utara menulis [1] kepada saya seraya mengatakan bahwa telah dikirim untuk berhaji beberapa orang Suriah yang buta hati, tuli telinga dan tanpa penglihatan. Mereka mencampuradukkan kebenaran dengan kesia-siaan, menaati manusia dalam mendurhakai Allah, mengklaim susu dunia atas nama agama, dan melangkah dalam kesenangan-kesenangan dunia ini dengan meninggalkan ganjaran-ganjaran orang berkebajikan dan orang yang takwa kepada Allah. Tak satu pun mencapai kebaikan kecuali orang yang beramal untuk itu, dan tak seorang pun diganjari imbalan kejahatan kecuali orang yang melakukannya. Oleh karena itu, berperilakulah (baik) dalam kewajiban-kewajiban Anda seperti orang yang cerdas, berpengalaman, bennaksud baik dan bijaksana yang mengikuti atasannya dan taat kepada imamnya. Anda harus menjauhkan apa yang mungkm harus Anda pertanggungjawabkan. Janganlah bangkit dalam kekayaan danjangan pula kehilangan keberanian dalam kesedihan. Wasalam. •
[1] Mu'awiah mengirim beberapa orang dalam jubah peserta jamaah Haji ke Makkah untuk menimbulkan sensasi dalam cuaca damai tempat suci itu. la hendak mengambil kepercayaan orang awam dengan pamer kesalehan, kemudian meyakinkan mereka bahwa 'Ali ibn Abi Thalib telah menghasut rakyat melawan 'Utsman sehingga berhasil membuat mereka membunuhnya. Karena itu mereka harus memandangnya sebagai yang bertanggung jawab atas pembunuhan 'Utsman dan memalingkan rakyat untuk melawannya, dan supaya rakyat cenderung kepada Mu'awiah sendiri, dengan menyebut-nyebut kebesaran karakternya, kemuliaan akhlaknya dan cerita-cerita tentang kedermawanannya. Tetapi, ketika orang-orang Amirul Mukminin as yang telah ditugaskan untuk itu memberikan kepadanya informasi, ia menulis surat kepada Qutsam untuk mengawasi gerak-gerik mereka dan menghentikan hasutan-hasutannya.
SURAT 34 Kepada Muhammad ibn Abu Bakar ketika mengetahui bahwa ia telah mengambil alih kedudukan (Malik) al-Asytar sebagai Gubemur Mesir setelah al-Asytar meninggal dalam perjalanan ke Mesir
Amma ba'du, saya diberitahu tentang kemarahan Anda atas penempatan al-Asytar di tempat Anda; tetapi saya tidak melakukannya karena suatu kekurangan pada Anda, atau untuk membuat Anda meningkatkan usaha-usaha Anda, tetapi bila saya telah mengambil apa yang di bawah wewenang Anda, saya akan menempatkan Anda pada suatu kedudukan yang tidak akan kurang, dan lebih menarik bagi Anda.
Orang yang telah sayajadikan Gubemur Mesir adalah teman seda saya, dan sangat tegas dan mendendam teihadap musuh-musuh kita. Semoga Allah menaruh rahmat kepadanya, karena ia telah menyelesaikan hari-harinya dan menemui ajalnya. Saya sangat puas akan dia. Semoga Allah pun memberikan keridaan-Nya kepadanya dan melipatgandakan ganjarannya. Maka bersiaplah untuk musuh Anda dan bertindaklah menurut kecerdasan Anda. Bersiaplah untuk memerangi orang yang memerangi Anda, dan menyem kepada jalan Allah. Carilah pertolongan Allah banyak-banyak. Apabila Allah menghendaki, la akan membantu Anda dalam apa yang mencemaskan Anda dan menolong Anda dalam apa yang menimpa Anda.•
SURAT 35 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas setelah Muhammad ibn Abu Bakar terbunuh
Kemudian daripada itu, Mesir telah ditaklukkan dan Muhammad ibn Abu Bakar, semoga rahmat Allah atasnya, telah mati syahid. Kami memohon ganjarannya kepada Allah. la adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan. Saya telah membangkitkan rakyat untuk bergabung dengannya dan memerintahkan kepada mereka untuk pergi menolongnya sebelum kejadian ini. Saya memanggil mereka secara rahasia maupun terbuka berulang-ulang. Sebagian dari mereka datang dengan setengah hati, sebagian mengajukan dalih-dalih palsu dan sebagian pergi meninggalkan saya. Saya memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk memberikan kepada saya kebebasan yang segera dari mereka, karena demi Allah, sekiranya saya tidak merindukan untuk menemui musuh demi kematian syahid dan tidak mempersiapkan diri saya untuk kematian, tentulah tak akan suka berada dengan orang-orang ini untuk sehari suntuk pun, dan tidak pula akan pemah menghadapi musuh dengan mereka. •
SURAT 36 Kepada saudaranya 'Aqil ibn Abl Thalib,1 sebagai jawaban atas suratnya yang mengandung acuan kepada tentara yang telah dikirim Amirul Mukminin as ke suatu musuh
Saya telah mengirimkan kepadanya suatu tentara besar muslimin. Ketika ia mengetahuinya, ia melarikan diri dan mundur dengan menyesal. Mereka menemuinya di jalan ketika matahari menjelang tenggelam. Mereka bergelut untuk sementara sebagai tak ada sesuatu. Sekitar satu jam kemudian ia menyelamatkan diri dalam keadaan setengah mati.sehinga ia hampir tertangkap di leher dan hanya nafas terakhir yang tertinggal padanya. Secara ini ia melarikan diri dalam panik.
Tinggalkan orang Quraisy itu terbum-buru mendatangi kesesatan, lari cerai berai dan melompat kepada kehancuran. Mereka telah bergabung untuk memerangi saya sebagaimana mereka telah bergabung untuk me merangi RasGlullah (saw) sebelum saya. Saya berhasrat kiranya orang Quraisy itu mendapatkan pembalasan atas perlakuan mereka kepada saya. Karena mereka mengabaikan kekerabatan dan merebut kekuasaan yang menjadi hak saya dari putra ibu saya (yakni Nabi).
Tentang pertanyaan Anda mengenai pandangan saya untuk berperang sampai saya mati, saya setuju memerangi orang-orang yang menganggap berperang itu halal. Rombongan orang di sekeliling saya tidak memberikan kepada saya kekuatan, dan tidak pula bubamya mereka dari saya me-nyebabkan suatu kesunyian. Sesungguhnya, janganlah menganggap putra ayah Anda lemah atau takut, walaupun semua orang meninggalkannya;
menunduk dengan menyerah kepada kelaliman atau menyerahkan ken-dalinya ke tangan si penarik, atau membiarkan punggungnya untuk di-gunakan oleh si penunggang untuk diduduki. Tetapi ia adalah seperti yang dikatakan Bani Salim,
Apabila Anda bertanya siapa aku, maka dengarkanlah, Aku tabah dan kuat menghadapi gelombang masa.
Tidak kubiarkan diri bersedih
Agar jangan musuh gembira dan teman menyerah. •
1Setelah peristiwa Tahkim (arbitrasi), Mu'awiah memulai suatu kampanye pembunuhan dan perusakan. la mengirimkan suatu pasukan berkekuatan empat ribu orang di bawah pimppinan Dhahhak ibn Qais al-Fihn untuk menyerang kota-kota dalam wilayah kekuasaan Amirul Mukminin. Ketika Amirul Mukminin me-ngetahui kegiatannya dan membangkitkan rakyat Kflfah untuk membuat per-lawanan, mereka mengajukan dalih-dalih yang amat lemah. Akhimya Hujr ibn 'AdT al-Kindt bangkit dengan pasukan yang terdiri dari empat ribu orang lalu memburu musuh dan berhasil menyusulnya di Tadmur. Kedua pihak hanya me-lakukan kontak senjata sebentar lalu musuh melarikan diri dalam naungan gelap malam. Ini saat ketika 'Aqil ibn Abfl Thalib telah tiba di Makkah untuk berumrah. Ketika ia mengetahui bahwa setelah menyerang Hirah, Dhahhak telah melarikan diri dan bahwa penduduk Kflfah takut berperang dan semua kegiatan mereka telah berhenti, ia mengirimkan sepucuk surat kepada Amirul Mukminin melalui 'Abdur-Rahman ibn 'Ubaid al-Azdt sambil menawarkan bantuannya. Sebagai jawaban atasnya Amirul Mukminin menulis surat ini, di mana ia mengeluhkan perilaku penduduk Kflfah dan menyebutkan larinya Dhahhak.
SURAT 37 Kepada Mu'awiah
Mahasuci Allah! Betapa setianya engkau berpegang teguh pada nafsu-nafsu bidah dan kebingungan yang menyakitkan bersama dengan mengabaikan kenyataan-kenyataan dan menolak penalaran kuat yang disukai Allah dan merupakan hujah-hujah bagi manusia. Mengenai masalah pembunuhan 'Utsman yang berkepanjangan, [1] kedudukannya ialah bahwa engkau menolong 'Utsman ketika pertolongan sebenamya adalah untuk kepentingan dirimu sendiri, sementara engkau meninggalkannya ketika ia memerlukan pertolongan. Wasalam. •
[1] Tak ada alasan untuk menyangkal bahwa Mu'awiah mengaku membantu 'Utsman setelah ia terbunuh, padahal ketika ia sedang terkepung dan berteriak-teriak meminta pertolongannya dengan mengirim surat susul-menyusul, Mu'awiah tak pernah bergeming. Hanya untuk pamer, ia mengirim suatu kontingen tentara ke Madinah di bawah pimpinan Yazid ibn Qasri, tetapi memerintahkannya untuk tinggal menunggu di Lembah Dzu Khusyub dekat Madtnah. Akhimya 'Utsman terbunuh dan ia pun kembali dengan kontingennya.
Tak ragu, Mu'awiah menghendaki 'Utsman terbunuh dan ia akan menciptakan gembar-gembor atas nama darahnya dan melalui kekacauan-kekacauan ini ia hendak membersihkan jalan bagi baiat kepada dirinya sendiri sebagai khalifah. Itulah sebabnya maka ia tidak menolongnya ketika ia dikepung, dan ia tidak memikirkan perlunya menelusuri para pembunuh 'Utsman setelah ia beroleh kekuasaan.
SURAT 38 Kepada rakyat Mesir ketika ia mengangkat (Malik) al-Asytar sebagai Gubernur mereka
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin, kepada rakyat yang menjadi berang demi Allah bilamana ia didurhakai di atas bumi-Nya dan hak-hak-Nya diabaikan serta penindasan telah membentangkan selubungnya atas orang berkebajikan maupun orang jahat, pada orang setempat maupun orang asing. Sebagai akibatnya, tak ada kebaikan yang dilakukan dan tak ada kemungkaran yang ditegak.
Sekarang, saya telah mengirimkan kepada Anda seorang lelaki dari antara para pelayan Allah yang tidak mengizinkan dirinya tidur di hari-hari bahaya, tidak pula mengkerut dari musuh pada saat-saat gawat. la lebih keras terhadap penjahat daripada api yang menyala berkobar. la adalah Malik ibn al-Harits, saudara kita dari (suku) Madzhij. Oleh karena itu, dengarkanlah dia dan taati perintahnya dan berikan hak kepadanya, karena ia adalah sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah, yang matanya tidak tumpul dan yang tak gagal mengenai musuhnya. Apabila ia memerintahkan Anda untuk maju, majulah, dan apabila ia memerintahkan Anda untuk tinggal, tinggallah, karena pastilah ia tidak maju atau menyerang dan tidak pula menempatkan seseorang ke belakang atau ke depan kecuali atas perintah saya. Saya telah memilih dia untuk Anda ketimbang bagi diri saya sendiri, karena dia adalah teman Anda dan (karena), kekerasannya terhadap musuh Anda. •
28
Nahjul Balaghah
SURAT 39 Kepada 'Amr ibn 'Ash
Pastilah engkau telah menundukkan agamamu kepada pencarian duniawai dari seorang lelaki yang kesesatannya bukanlah hal tersembunyi dan yang tirainya telah dirobek-robek. la menghalangi orang terhormat dari persahabatannya dan mengelabui orang-orang yang menemai dia. Anda sedang mengikuti jejak kakinya dan mencari kesenangan hatinya seperti seekor anjing yang mengikuti singa sambil melihat kukunya dan menanti sisa-sisa apa saja dari mangsanya yang jatuh kepadanya. Dengan ini engkau telah meruntuhkan duniamu maupun kehidupan akhirat, padahal apabila engkau telah bersiteguh pada yang benar, engkau akan mendapatkan apa yang kau buru. Apabila Allah menganugerahkan kepada saya kekuasaan atasmu dan (Mu'awiah) Ibn Abi Sufyan, saya akan menghadiahimu berdua imbalan atas apa yang telah kau lakukan, tetapi apabila engkau meluputkan diri dan selamat (dari maut), maka setelah ini hanya ada keburukan bagi kalian berdua. Wasalam. •
SURAT 40 Kepada seorang Pejabatnya
Kemudian daripada itu, saya mendengar suatu hal tentang Anda, yang apabila Anda telah berbuat demikian, maka Anda telah memurkakan Tuhan Anda, melanggar imam Anda dan mengkhianati amanat Anda.
Saya mendengar bahwa Anda telah menjarahi bumi dan mengambil segala sesuatu yang di bawah kaki Anda dan menelan apa saja yang di tangan Anda. Kirimkan kepada saya laporan Anda dan ketahuilah bahwa pertanggungan jawab kepada Allah akan lebih keras daripada pertanggungan jawab kepada manusia. Wasalam. •
SURAT 41 Kepada seorang Pejabatnya
Sekarang, saya telah menjadikan Anda mitra dalam amanat saya, dan menjadikan Anda orang utama saya. Dan bagi saya tak ada orang lain dari antara kerabat saya yang lebih terpercaya dari Anda dalam hal bersimpati pada saya, membantu saya dan menghormati amanat saya. Tetapi, bilamana Anda melihat bahwa waktu telah menyerang saudara misan Anda, musuh telah melancarkan peperangan, amanat rakyat sedang dihinakan, dan seluruh umat keluar jalur dan dalam perpecahan, Anda memalingkan punggung Anda terhadap misan Anda, dan mengabaikan dia ketika orang lain mengabaikannya, Anda membiarkan dia ketika orang lain membiarkannya, dan Anda mengkhianati dia ketika orang lain mengkhianatinya. Maka Anda tidak menunjukkan simpati kepada misan Anda, tidak pula melaksanakan amanat.
Nampaknya seakan-akan Anda tidak menghendaki (untuk menyenangkan) Allah dengan jihad Anda, dan seakan-akan Anda tidak berdiri di atas tanda yang jelas dari Thhan Anda. Dan seakan-akan Anda memperdayakan ummah untuk mendapatkan (kesenangan) dunia ini dan menanti-nanti saat kelalaian mereka untuk menyerobot bagian mereka dari harta itu. Segera setelah mungkin bagi Anda untuk menyalahgunakan amanat umat, Anda bergegas untuk berpaling dan menyerang (mereka), dan melakukan loncatan cepat untuk merenggut apa saja sedapat Anda dari hak milik mereka yang dimaksudkan untuk para janda dan yatim piatu mereka, sebagai seekor serigala merenggut kambing luka yang tak berdaya. Lalu, dengan gembira Anda memuatnya ke Hijaz tanpa merasa bersalah karena telah melakukannya. Laknat Allah bagi teman-teman jahat Anda; seakan-akan Anda sedang mengirim kepada keluarga Anda apa yang telah Anda warisi dari ayah dan ibu Anda.
Mahasuci Allah! Tidakkah Anda beriman pada Hari Pengadilan, atau tidakkah Anda takut akan tuntutan tanggung jawab? Wahai Anda yang telah kami anggap sebagai manusia yang berpikiran sehat, betapa Anda dapat menikmati makanan dan minuman bilamana Anda tahu bahwa Anda sedang memakan yang haram dan meminum yang haram. Anda membeli budak-budak perempuan dan mengawini wanita-wanita dengan uang para yatim piatu, orang miskin, kaum mukmin dan para mujahid yang kepada mereka Allah telah melimpahkan uang ini dan yang melalui mereka la menguatkan kota-kota iiu. Takutlah kepada Allah dan kembalikanlah kepada orang-orang ini hak milik mereka. Apabila Anda tidak melakukannya dan Allah menganugerahkan kepada saya kekuasaan atas Anda, saya akan membebaskan diri di hadapan Allah tentang Anda dan menyerang Anda dengan pedang saya yang dengannya saya tidak menyerang siapa pun melainkan ia pergi ke neraka.
Demi Allah, sekalipun Hasan dan Husain yang melakukan apa yang Anda lakukan, tidak akan ada kelunakan pada saya bagi mereka, dan mereka tidak akan mendapatkan jalan mereka pada saya sampai saya telah memulihkan hak dari mereka dan menghancurkan kebatilan yang dihasilkan oleh tindakan mereka yang lalim. Saya bersumpah demi Allah, Tuhannya segala makhluk, bahwa saya tidak akan senang sekiranya uang yang telah Anda ambil itu menjadi millik saya, untuk ditinggalkan kepada para penerus saya dengan jalan pewarisan. Ingatlah diri Anda sendiri dan pertimbangkanlah sejenak seakan-akan Anda telah mencapai akhir hayat dan telah dikuburkan di bawah bumi. Lalu tindakan Anda akan diajukan di hadapan Anda di tempat di mana si penindas berkata, "Sayang," sementara orang yang menyia-nyiakan hidupnya merindu untuk kembali (ke dunia), padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (QS. 38:3) •
SURAT 42 Kepada 'Umar ibn Abi Salamah al-Makhzumi (anak tiri Nabi dari Ummul Mu'minin Umm Salamah) yang menjabat sebagai Gubernur Amirul Mukminin as di Bahrain, tetapi yang digesernya dan digantikannya dengan an-Nu'man ibn Ajlan az-Zuraqi
Sekarang, saya telah menempatkan an-Nu'man ibn 'Ajlan az-Zuraqi di Bahrain, dan telah membebaskan Anda dari jabatan itu tanpa sesuatu yang buruk dari Anda dan tidak pula mencela Anda, karena Anda telah mengelola propinsi dengan baik dan melaksanakan kewajiban. Oleh karena itu, datanglah kepada saya di saat mana Anda tidak dicurigai dan tidak ditegur, tidak disalahkan dan tidak bersalah. Saya baru saja berniat untuk menghadapi pembangkang Suriah dan menghasratkan Anda berada dengan saya, karena Anda termasuk di antara orang-orang yang saya andalkan dalam memerangi musuh dan menegakkan tiang-tiang agama, apabila Allah menghendaki.
SURAT 43 Kepada Masqalah ibn Hubairah asy-Syaibani, Gubernur Ardasyir Khurrah (Iran)
Saya mendengar tentang Anda suatu hal yang apabila telah Anda lakukan, maka Anda telah menyebabkan kemarahan Allah dan melanggar imam Anda. Anda membagi-bagikan di antara orang-orang Arab (Badui) kerabat Anda yang cenderung kepada Anda hak milik kaum Muslim yang mereka kumpulkan dengan lembing dan kuda mereka dan atasnya darah mereka tertumpah. Demi Allah yang menumbuhkan benih dan menciptakan makhluk hidup, apabila ini benar, maka Anda akan direndahkan dalam pandangan saya dan bobot Anda akan menjadi ringan. Oleh karena itu, jangan mengentengkan kewajiban-kewajiban Anda pada Tuhan Anda, dan janganlah memperbaiki dunia Anda dengan meruntuhkan agama Anda, karena bila demikian, maka Anda akan termasuk di antara yang merugi karena perbuatan (anda).
Ketahuilah bahwa hak kaum Muslim yang ada di sekitar Anda dan yang ada di sekitar saya, dalam harta ini, adalah sama. Atas dasar itu, mereka datang kepada saya dan mengambil bagian darinya. •
SURAT 44 Kepada Ziyad ibn Abih ketika Amirul Mukminin as mengetahui bahwa Mu'awiah telah menulis kepada Ziyad untuk menipunya dan untuk melekatkannya kepadanya sendiri dalam kekerabatan
Saya mendengar bahwa Mu'awiah telah menulis kepadamu untuk menipu akalmu dan menumpulkan ketajamanmu. Engkau harus waspada terhadapnya, karena ia adalah setan yang mendekati seorang mukmin dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri, untuk menerkamnya secara mendadak di saat lalainya dan mengalahkan akalnya.
Di masa 'Umar ibn Khaththab, Abu Sufyan [1] kebetulan mengucapkan suatu hal tanpa pikir yang merupakan suatu saran jahat dari setan, dari mana tiada kekerabatan dikukuhkan dan tak ada hak kewarisan terjadi. Orang yang mengandalkannya adalah seperti tamu yang tak diundang ke suatu pesta minum atau seperti mangkuk yang gemerencing (yang terikat pada pelana).
Sayid Radhi berkata: Ketika Ziyad membaca surat ini ia berkata, "Demi Allah, ia telah memberikan kesaksiannya." Hal itu tertinggal dalam pikirannya hingga Mu'awiah mengakuinya (sebagai saudaranya seayah).
Kata yang digunakan Amirul Mukminin as "al-wâghil, berarti lelaki yang bergabung pada kelompok minum untuk minum-minum bersama mereka, tetapi ia bukan salah seorang di antara mereka. Karena itu ia terus-menerus diusir dan didorong keluar. Kata-kata "an-nauthul mudzabdzab” berarti mangkuk atau cangkir kayu atau semacamnya yang terpaut pada pelana penunggang sehingga bergemerencing bilamana si penunggang mengusir hewan itu atau mempercepat langkahnya. •
[1] Khalifah 'Umar mengirimkan Ziyad ke Yaman untuk suatu pertarungan. Ketika ia kembali setelah menyelesaikan tugasnya, ia berbicara dalam suatu pertemuan di mana juga terdapat Amirul Mukminin as, Khalifah 'Umar, 'Amr ibn al-'Ash, dan Abu Sufyan. Terkesan oleh pidatonya, 'Amr berkata, "Alangkah hebatnya pemuda itu! Sekiranya ia orang Quraisy, maka ia akan memimpin seluruh Tanah Arab dengan tongkatnya." Atasnya Abu Sufyan berkata, "la asal Quraisy, karena saya tahu ayahnya." 'Amr ibn al-'Ash menanyakan ayahnya, lalu Abu Sufyan berkata, "Saya." Para sejarawan juga berpendapat secara konklusif bahwa ibu Ziyad yang bernama Sumayyah adalah budak Harits ibn Kaldah dan dikawinkan dengan seorang budak bemama 'Ubaid, Sumayyah biasa menjalani kehidupan asusila di suatu bagian kota Tha'if yang terkenal sebagai Hâratul-Baghâyâ, dan lelaki asusila sering mengunjunginya. Pada suatu hari Abu Sufyan juga mendatanginya dengan perantaraan Abu Maryam Salûlî. Sebagai hasilnya, lahirlah Ziyad. Ketika 'Amr mendengar hal ini dari Abu Sufyan, ia mengatakan mengapa ia tidak mengumumkannya sebagai putranya sendiri. Abu Sufyan menunjuk kepada Khalifah 'Umar dan mengatakan bahwa ia takut kepada khalifah itu; kalau tidak maka ia akan mengumumkannya sebagai anaknya sendiri. Ketika beroleh kekuasaan, Mu'awiah memulai korespondensi dengannya karena ia memerlukan orang-orang yang cerdas, licik dan ahli rekayasa. Bagaimanapun, ketika Amirul Mukminin as beroleh informasi tentang korespondensi itu, ia menulis surat ini kepada Ziyad di mana ia memperingatkannya agar ia tak jatuh ke dalam perangkap Mu'awiah. Tetapi ia jatuh ke dalam perangkap itu dan bergabung dengan Mu'awiah, dan Mu'awiah menyatakan dia sebagai saudaranya dengan menarik dia ke dalam familinya, padahal Nabi (saw) telah mengatakan,
"Anak pergi ke suami (yang sah) sementara si pezina dirajam."
SURAT 45 Kepada 'Utsman ibn Hunaif al-Anshari, Gubernur Amirul Mukminin as di Bashrah, ketika ia mengetahui bahwa penduduk di tempat itu telah mengundangnya ke suatu perjamuan dan ia menghadirinya
Wahai Ibn Hunaif, saya mendengar bahwa seorang lelaki muda dari Bashrah mengundang Anda ke suatu pesta dan Anda meloncat (menyambut)nya. Makanan berbagai ragam dipilihkan untuk Anda dan mangkuk-mangkuk besar diberikan kepada Anda. Tak pernah saya pikirkan bahwa Anda akan menerima pesta dari suatu kaum yang mengusir para pengemis dan mengundang orang-orang kaya. Lihatlah pada suapan (makanan) yang Anda ambil, tinggalkan apa yang tentangnya Anda ragu dan ambillah yang tentangnya Anda yakin bahwa itu diperoleh secara halal.
Ingatlah bahwa setiap pengikut mempunyai pemimpin yang ia ikuti dan dari sinar pengetahuannya ia mengambil cahaya. Sadarilah bahwa imam Anda telah berpuas diri dengan dua kerat pakaian jembel dari (kesenangan) dunia, dan dua potong roti untuk makanannya. Tentulah Anda tak dapat berbuat demikian, tetapi setidak-tidaknya dukunglah saya dalam kesalehan, usaha, kesucian dan kejujuran, karena, demi Allah, saya tidak menyimpan emas apa pun dari dunia Anda dan tidak menumpuk kekayaan yang melimpah, dan tidak pula mengumpulkan selain kedua lembar (pakaian) jembel itu.
Yang kami miliki di kolong langit ini hanyalah Fadak, [1] tetapi sekelompok orang merasa serakah atasnya dan pihak yang lain memakannya.
Alhasil, Allah adalah hakim yang terbaik. Apa yang akan saya lakukan: ada Fadak atau tidak, sedang besok tubuh ini akan masuk ke kubur yang dalam kegelapannya jejak-jejaknya akan dihancurkan dan (bahkan) kabar-kabar darinya akan lenyap. Itu adalah lobang, sekalipun lebamya diperlebar atau tangan-tangan penggalinya membuatnya luas dan terbuka, batu-batu dan bongkah-bongkah lempung akan menyempitkannya, dan tanah yang berjatuhan akan menutupi celah-celahnya. Saya berusaha untuk menjaga diri saya dalam takwa agar di satu hari ketakutan besar ia akan menjadi damai dan tabah di tempat-tempat yang licin.
Apabila saya mau, saya dapat mengambil jalan yang mengantar kepada (kesenangan dunia seperti) madu mumi, gandum yang halus dan pakaian sutra, tetapi tak mungkin hawa nafsu saya memimpin saya dan keserakahan membawa saya untuk memilih makanan yang bagus-bagus sementara di Hijaz atau di Yamamah mungkin ada orang yang tak mempunyai harapan untuk mendapatkan roti, atau tidak mempunyai cukup makanan untuk dimakan sampai kenyang. Apakah saya akan berbaring dengan perut kenyang sementara di sekitar saya mungkin ada orang yang resah dan gelisah karena perut yang lapar dan haus? Atau, apakah saya akan menjadi seperti yang dikatakan sang penyair,
Cukuplah bagi Anda untuk punya suatu penyakit,
bahwa Anda berbaring dengan perut penuh.
Sementara di sekitar Anda,
orang mungkin sangat merindukan kulit kering.
Apakah saya akan puas dipanggil Amirul Mukminin, walaupun saya tidak turut serta dengan rakyat dalam kesukaran-kesukaran dunia? Ataukah saya harus menjadi suatu teladan bagi mereka dalam kesedihan-kesedihan hidup? Saya tidak diciptakan untuk bersibuk diri dalam memakan makanan yang bagus-bagus seperti hewan tertambat yang satu-satunya kecemasannya ialah makanannya, atau sebagai hewan lepas yang kegiatannya ialah menelan. la memenuhi perutaya dan melupakan tujuan yang di baliknya. Apakah saya akan dibiarkan tanpa kendali untuk memmput dengan bebas, atau menyeret tali kesesatan atau mengembara tanpa tujuan di jalan-jalan kebingungan?
Saya melihat seakan-akan seorang dari Anda akan mengatakan bahwa apabila inilah yang dimakan 'Ali ibn Abi Thalib maka kelemahan pastilah membuatnya tak pantas untuk memerangi musuhnya dan bertamng dengan orang perkasa. Ingatlah bahwa pohon dari hutan adalah kayu yang terbaik, sedang ranting-ranting hijau berbunyi lembut, dan belantara liar sangat kuat menyala dan lambat padam. Hubungan saya dengan Rasulullah ialah hubungan cabang dengan (cabang) lain, atau pergelangan dengan lengan. Demi Allah, seandainya orang-orang Arab bergabung untuk memerangi saya, saya tidak akan lari dari mereka, dan apabila saya mendapat kesempatan, saya akan bergegas menangkap leher mereka. Saya pasti akan berjuang untuk membebaskan bumi dari orang yang berpikiran menyeleweng dan bertubuh yang kasar ini, sehingga remah-remah tanah tersingkir dari gabah.
Sebagian dari Surat yang Sama, yang merupakan akhirnya
Menjauhlah dari saya, wahai dunia. Kendali Anda berada di bahu Anda sendiri, karena saya telah membebaskan diri dari selokan-selokan Anda, menyingkirkan diri saya dari jerat Anda dan mengelak berjalan ke tempat-tempat Anda yang menggelincirkan. Di manakah orang-orang yang telah Anda tipu dengan gurauan-gurauan Anda? Di manakah umat-umat yang telah Anda pikat dengan perhiasan Anda? Mereka semua terkurung di kubur dan tersembunyi di tempat-tempat pekuburan. Demi Allah, apabila Anda merupakan suatu pribadi yang nampak dan tubuh yang dapat merasa, tentulah saya sudah mengganjari Anda dengan suatu hukuman yang ditetapkan oleh Allah, karena dari kaum yang Anda terima melalui hawa nafsu dan umat-umat yang Anda lemparkan ke dalam kehancuran serta para pemimpin yang Anda kirimkan kepada keruntuhan dan Anda giring ke tempat-tempat kesedihan yang sesudahnya tak ada (jalan) pergi dan tak ada (jalan) kembali.
Sesungguhnya barangsiapa melangkah di tempat Anda yang licin, tergelincir; barangsiapa mengendarai gelombang Anda, tenggelam; dan barangsiapa mengelakkan jerat Anda menerima dukungan batin. Orang yang menjaga keselamatan diri dari Anda tidaklah cemas, sekalipun urusannya mungkin tegang dan dunia baginya adalah seperti suatu hari yang hampir habis (kadaluwarsa).
Menjauhlah dari saya, karena, demi Allah, saya tidak menunduk di hadapan Anda agar Anda menghina saya, tidak pula saya melonggarkan kendali untuk Anda supaya Anda boleh melarikan saya. Saya bersumpah demi Allah, kecuali atas kehendak Allah, bahwa saya akan melatih diri saya sedemikian rupa, sehingga ia akan merasa gembira apabila ia mendapatkan sepotong roti untuk dimakan, dan puas dengan hanya garam untuk membumbuinya. Saya akan membiarkan mata saya mengosongkan diri dari air mata seperti sungai yang aimya telah mengalir pergi. Sekiranya 'Ali memakan apa saja yang ia punyai dan seperti temak yang memenuhi pemtnya dari padang mmput, dan berbaring, atau seperti kambing-kambing (yang) merumput, memakan rumput hijau dan masuk ke dalam kandang mereka! Matanya mungkin mati apabila ia, sesudah tahun-tahun panjang, mengikuti temak lepas dan binatang-binatang yang merumput.
Beruntunglah orang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah dan mananggung kesukaran-kesukarannya, tidak membiarkan dirinya tidur di malam hari, tetapi bilamana tidur menyergapnya ia berbaring di tanah dengan menggunakan tangannya sebagai bantal, bersama orang-orang yang menjaga matanya agar tetap jaga dalam ketakutan akan Hari Pengadilan, yang tubuhnya selalu jauh dari tempat tidur, yang bibimya selalu bergumam dalam zikir kepada Allah dan yang dosa-dosanya telah dihapus melalui permohonan ampunnya, Mereka itulah golongan Allah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. 58:22) Oleh karena itu, wahai Hunaif, bertawakallah ke-pada Allah dan puaslah dengan roti Anda sendiri agar Anda luput dari neraka.•
[1] Fadak adalah suatu tempat subur yang hijau dekat Madinah, milik orang Yahudi. Pada tahun 7 H. Fadak jatuh ke tangan Nabi (saw) dalam rangka perjanjian untuk penyelesaian damai. Setelah jatuhnya Khaibar, kaum Yahudi menyadari kekuatan kaum Muslim yang sesungguhnya. Aspirasi militer Yahudi pun merosot. Melihat Nabi membebaskan orang-orang yang datang memohon perlindungan, mereka pun mengirim pesan damai kepada Nabi dan menyatakan kehendak untuk menyerahkan Fadak kepada beliau dan memohon agar area kediaman mereka tidak dijadikan medan pertempuran. Nabi memperkenankan permohonan amnesti mereka, dan tanah itu menjadi milik pribadi Nabi di mana tak ada orang lain ikut mempunyai kepentingan, dan tak ada yang mungkin menggugatnya, karena kaum Muslim hanya mendapat bagian dari harta yang mereka peroleh sebagai rampasan perang setelah berjihad, sedang harta yang diperoleh tanpa jihad disebut fai' dan hanya Nabi yang berhak atasnya. Allah berfirman,
"Dan apa saja harta rampasan (fai') yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 59:6)
Tak ada orang yang pemah membantah fakta bahwa Fadak diperoleh tanpa pertempuran, dan oleh karena itu, menjadi hak pribadi Nabi dan tak seorang pun lainnya ikut memilikinya. Para sejarawan menulis,
"Fadak adalah milik pribadi Nabi karena kaum Muslim tidak menggunakan kuda atau unta mereka untuk itu." (Ath-Thabarî, Târîkh, h. 1582-1583,1589;Ibn Katsir, al-Kâmil, II, h. 224-225; Ibn Hisyam, as-Sîrah, III, h. 368; Ibn Khaldun, at-Târîkh, II, bagian u, h. 40; ad-Diyârbakrî, Târîkh al-Khamîs, II, h. 58; as-Sîrah al-Halabiyyah, III, h. 50)
Sejarawan Ahmad ibn Yahya al-Baladzuri (m. 279 H./892 M.) menulis,
"Fadak adalah milik pribadi Nabi karena kaum Muslim tidak menggunakan kuda atau unta mereka untuk itu." (Futûh al-Buldân, I, h. 37)
'Umar ibn Khaththab sendiri menganggap Fadak sebagai milik pribadi Nabi ketika ia menyatakan,
'Tanah Bani Nadhîr termasuk di antara yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya; terhadapnya tidak digunakan kuda maupun unta, tetapi tanah-tanah itu menjadi milik Allah secara khusus." (al-Bukhari, Shahîh, IV, h. 46; VII, h. 82; DC, h. 121-122; Muslim, Shahih, V, h. 151; Abu Dawud, as-Sunan, m, h. 139-141; an-Nasa'i, as-Sunan, VII, h. 132; Ahmad ibn Hanbal, Musnad, I, h. 25, 48, 60, 208; aI-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, VI, h. 296-299)
Juga terbukti secara sepakat bahwa di masa hidup beliau Nabi telah memberikan kebun ini kepada Fathimah sebagai hadiah. Mulla 'Ali Muttaqi menulis tentang itu. "Diriwayatkan melalui al-Bazzar, Abu Ya'la, Ibn Abi Hatim, Ibn Marduwaih, dan lain-lain, dari Abu Sa'id ad-Khudri bahwa ketika ayat,
'Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya...' (QS. 17:26) diwahyukan, Nabi memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya." (as-Suyuthi, ad-Dur al-Mantsur, IV, h. 177; al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, VII, al-Muttaqi, Kanzul 'Ummâl, III, h. 439, al-'Alusî, Ruh al-Ma'ânî, XV, h.62)
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, maka mengingat beberapa kepentingan Negara, ia melepaskan hak Fathimah atas Fadak dan mengambilnya. Dalam hal ini para sejarawan menulis,
"Sesungguhnya Abu Bakar mengambil Fadak dari Fathimah as." (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah XVI, h. 219; as-Samhudi, Wafâ' al-Wafâ', III, h. 1000; Ibn Hajar, Ash-Shawâ'iq al-Muhriqah, h. 32)
Fathimah bangkit memprotes terhadapnya. Ketika memprotes kepada Abu Bakar, ia berkata, "Anda telah mengambil alih hak atas Fadak padahal Nabi telah memberikannya kepada saya dalam masa hidup beliau." Atasnya Abu Bakar meminta Fathimah mengajukan saksi tentang pemberian itu. Akibatnya Amirul Mukminin as dan Umm Aiman memberikan kesaksian bagi Fathimah. Tetapi bukti itu dipandang tak dapat diterima oleh Abu Bakar, dan tuntutan Fathimah ditolak. (Umm Aiman adalah budak yang dibebaskan Nabi dan pengasuh Nabi. la adalah ibu dari Usamah ibn Zaid ibn al-Haritsi. Nabi biasa mengatakan, "Umm Aiman adalah ibuku setelah ibuku." (al-Mustadrak, IV, h. 63; ath-Thabari, III, h. 3460; al-Istt'ab, IV, h. 1793; Usd al-Ghabah, V, h. 567; Nabi memberi kesaksian bahwa dia termasuk di antara penghuni surga. (Ibn Sa'd, VIII, h. 192; al-Ishâbah, IV, h. 432)
Tentang hal ini Baladzuri menulis,
"Fathimah berkata kepada Aba Bakar, 'Rasulullah telah memberikan Fadak kepada saya.' Lalu Abu Bakar memintanya mengajukan seorang saksi selain Ummu Aiman seraya berkata, 'Wahai putri Nabi, Anda tahu bahwa saksi tak dapat diterima kecuali oleh dua orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua wanita'."
Setelah itu tak ada lagi kemungkinan untuk menyangkali bahwa Fadak adalah milik pribadi Nabi dan bahwa beliau tetah melengkapi pemberiannya dengan jalan menyerahkan pemilikannya di masa hidupnya. Tetapi Abu Bakar mengambil alih kepemilikannya dan melepaskan hak Fathimah atasnya. Sehubungan dengan ini ia menolak kesaksian 'Ali dan Umm Aiman atas dasar bahwa kesaksian tidak lengkap hanya dengan seorang lelaki dan seorang wanita. Di samping mereka, Imam Hasan dan Imam Husain memberikan kesaksian pula mendukung Fathimah, tetapi kesaksian mereka pun ditolak atas dasar bahwa kesaksian keturunan dan anak-anak belum dewasa tak dapat diterima untuk mendukung orang tuanya. Kemudian Rabah, budak Nabi, juga diajukan sebagai saksi mendukung tuntutan Fathimah, tetapi ia pun ditolak. (Baladzuri, Futûh al-Buldân, I, h. 35; al-Ya'qubî, Târîkh, III, h. 195; al-Mas'udi, Murûj adz-Dzahab, III, h. 237; Abu Hilal al-'Askari, al-Awâ'il, h. 209; Wafâ' al-Wafâ', fu, h. 999, 1000-1001; Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, IV, h. 239; Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, XVI, h. 216, 219-220, 274; Ibn Hazm, al-Muhalla, VI, h. 507; As-Sirah al-Halabiyyah, III, h. 361; al-Fakhr ar-Razi, at-Tafsir, XXIX, h. 284)
Pada tahap ini timbul pertanyaan, bilamana kepemilikan Fathimah atas Fadak diakui sebagaimana juga telah dijelaskan oleh Amirul Mukminin as dalam suratnya ini, dengan mengatakan, "Kami mempunyai Fadak", apa maknanya meminta Fathimah mengajukan saksi atas tuntutannya, karena kewajiban mengajukan bukti tidak terietak pada orang yang memilikinya. Onus bukti itu terletak pada orang yang menggugat tuntutan itu, karena pemilikan itu sendiri merupakan bukti. Karena itu maka Abu Bakar yang seharusnya menunjukkan bukti tentang keabsahannya mengambil alih tanah itu, dan apabila ia tak mampu berbuat demikian maka itu berarti suatu bukti atas absahnya kepemilikannya. Karena itu, maka salah apabila meminta Fathimah mengajukan kesaksian atau bukti yang lebih banyak lagi.
Aneh bahwa ketika tuntutan-tuntutan lain sejenis ini diajukan kepada Abu Bakar, ia memberikannya sesuai pemyataan para pengklaim itu semata-mata atas dasar klaimnya tanpa diminta mengajukan saksi. Sehubungan dengan ini, para pakar hadis menulis,
"Diriwayatkan dari Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari bahwa Rasulullah telah berkata bahwa bilamana rampasan perang dari Bahrain telah tiba maka beliau akan memberikan kepadanya ini dan itu dari harta itu. Ketika harta itu tiba, di masa Abu Bakar, ia pergi kepadanya dan Abu Bakar memaklumkan bahwa barangsiapa yang mempunyai klaim atas Rasulullah atau kepada siapa beliau telah menjanjikan sesuatu hendaklah ia datang mengajukan klaimnya. Maka saya pun pergi kepadanya dan mengatakan kepadanya bahwa Nabi telah menjanjikan kepada saya barang anu dan anu dari harta rampasan perang dari Bahrain, yang atasnya ia memberikan kepada saya semua itu." (al-Bukhari, Shahih, 111, h. 119-209, 236; IV, h. 110; V, h. 218; Muslim, Shahih, VII, h. 75-76; at-Tirmdzi, V, 129; Ahmad ibn Hanbal, Musnad, III, h. 307-308; Ibn Sa'd, ath-Thabaqât al-Kabir, 11, bagian II, h. 88-89)
Dalam penjelasan hadis ini, Syihabuddin ibn 'Ali (Ibn Hajar) al-'Asqalani asy-Syafi'i (773-852 H./1372-1449 M.) dan Badruddin Mahmud ibn Ahmad al-'Aini al-Hanafi (762-855 H./1372-1451 M.) menulis,
"Hadis ini mengantarkan kepada kesimpulan bahwa bukti oleh seorang sahabat Nabi saja pun dapat diterima sebagai bukti yang penuh, walaupun demi keuntungan dirinya sendiri, karena Abu Bakar tidak meminta Jabir mengajukan saksi untuk membuktikan klaimnya." (Fath al-Bâri fi Syarh Shahih al-Bukhari, V, h. 380; 'Umdatal-Qâri fiSyarh Shahih al-Bukhari, XII, 121)
Apabila sah memberikan harta kepada Jabir atas dasar kesan baik tanpa menuntut saksi atau bukti maka apa yang menghalangi untuk memberikan klaim Fathimah atas dasar kesan baik yang sama? Apabila kesan baik ada terdapat dalam kasus Jabir sehingga dianggap mustahil bahwa ia akan memanfaatkan dusta maka mengapa tak boleh ada kepercayaan seperti itu mengenai Fathimah, bahwa ia tak akan berkata dusta tentang Nabi hanya untuk sebidang tanah? Pertama, kejujuran dan kesetiaannya yang diakui cukuplah untuk menerima kebenaran dalam klaimnya serta kesaksian Amirul Mukminin as dan Umm Aiman yang membenarkannya, juga ada di samping bukti-bukti lain. Telah dikatakan bahwa klaim tak dapat diputuskan bagi keuntungan Fathimah atas dasar kedua saksi itu karena Al-Qur'an telah meletakkan prinsip kesaksian bahwa,
"... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan...." (QS. 2:282)
Apabila prinsip ini universal dan umum maka ia harus dianggap beriaku pada setiap kesempatan, tetapi dalam beberapa kesempatan kedapatan bahwa hal itu tidak diikuti. Misalnya, ketika seorang Arab berselisih dengan Nabi tentang seekor unta, Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari memberikan kesaksian bagi Nabi, dan satu kesaksian ini dianggap sama dengan dua kesaksian, karena tak diragukan kejujuran dan kebenaran dari individu yang baginya kesaksian itu terarah. Karena alasan inilah maka Nabi memberikan kepadanya gelar Dzusy-Syahadatain (yang kesaksiannya sama dengan kesaksian dua orang). (Bukhari, IV, h. 24; VI, h. 146; Abu Dawud, III, 308; an-Nasa'i, VII, h. 302; Ahmad ibn Hanbal, V, h. 188, 189, 216; al-Isti'ab, II, 448; Usd al-Ghabah, II, h. 114; al-Ishabah, I, h. 425-426; ash-Shan'ani, al-Mushannaf, VIII, h. 366-368)
Sebagai akibatnya, tidaklah generalitas ayat tentang kesaksian itu dipengaruhi oleh tindakan ini dan tidak pula ia dipandang bertentangan dengan syariat tentang kesaksian. Jadi, apabila di sini, mengingat kejujuran Nabi, seorang saksi bagi beliau dianggap sama dengan dua kesaksian, maka tak dapatkah kesaksian ‘Ali dan Umm Aiman dianggap cukup bagi Fathimah mengingat kebesaran moral dan kejujurannya? Lagi pula, ayat ini tidak menunjukkan bahwa tak mungkin ada cara lain untuk memapankan klaim selain dengan kedua cara itu. Sehubungan dengan ini Qadhi Nurullah al-Mar'asyi at-Tustari (956-1019 H./1549-1610 M.) menulis dalam Ihqâq ul-Haqq, bab "al-Matha'in",
"Pandangan orang yang menaruh keberatan bahwa dengan kesaksian Umm Aiman syarat pembuktian itu tidak lengkap, adalah keliru, atas dasar bahwa dari hadis-hadis tertentu kelihatan bahwa adalah sah memberikan keputusan atas dasar satu saksi dan tak mesti berarti bahwa petunjuk Al-Qur'an itu telah dilanggar, karena ayat ini berarti bahwa suatu keputusan dapat diberikan atas kekuatan kesaksian dua lelaki atau seorang lelaki dan dua orang perempuan, dan bahwa kesaksian mereka itu cukup. Dari sini tidak nampak bahwa apabila ada dasar-dasar lain selain pembuktian saksi yang tak dapat diterima, dan bahwa keputusan hukum tak dapat diberikan atas dasamya, kecuali bila diargumentasikan bahwa hanya itulah satu-satunya pengertian ayat itu. Tetapi, karena setiap makna bukanlah argumentasi yang final, pengertian ini tak dapat dihapus, khususnya karena hadis jelas-jelas menunjuk ke arah pengertian yang sebaliknya. dan mengabaikan pengertian ini tidak mesti berarti pelanggaran terhadap ayat itu. Kedua, ayat itu memungkinkan pilihan antara kesaksian dua orang lelaki serta satu lelaki dan dua perempuan. Apabila dengan adanya hadis itu ditambahkan suatu pilihan ketiga yakni bahwa suatu keputusan dapat dilakukan melalui kesaksian lain pula, maka bagaimana dapat dimestikan bahwa ayat Al-Qur'an itu dianggap dilanggar?"
Bagaimanapun juga, dari jawaban ini jelaslah bahwa si pengklaim tidak wajib mengajukan kesaksian dua lelaki atau seorang lelaki dan dua wanita dalam mendukung klaim itu, karena apabila ada satu orang saksi dan si penuntut menyatakan dengan sumpah, maka ia dapat dianggap mempunyai keabsahan dalam kesaksiannya, dan keputusan yang diberikan dengan jalan kesaksian lain dapat diberikan bagi keuntungannya. Sehubungan dengan ini diriwayatkan oleh lebih dari dua belas sahabat Nabi bahwa,
"Rasulullah biasa memutuskan perkara atas dasar kekuatan satu saksi dan dengan mengambil sumpah."
Telah diterangkan oleh beberapa sahabat Nabi dan beberapa ulama fiqih bahwa keputusan ini berhubungan secara khusus dengan hak-hak, hak milik dan transaksi-transaksi; dan keputusan ini dipraktikkan oleh tiga khalifah, Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. (Muslim, V, h. 128; Abu Dawud, III, h. 308-309; Tirmidzi, fu, h. 627-629; Ibn Majah, 11, h. 793; Ahmad ibn Hanbal, I, 248, 315, 328; 111, h. 305; V, h. 285; Malik ibn Anas, al-Muwaththa', II, h. 721-725; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, X, h. 167-176; ad-Daraquthni, as-Sunan, IV, h. 202; Kanzul ‘Ummâl, VII, h. 13)
Bilamana keputusan diambil atas dasar satu saksi dengan sumpah, maka sekiranya pun menurut pandangan Abu Bakar tuntutan kesaksian tidak lengkap, ia mestinya meminta Fathimah bersumpah lalu memberikan keputusan bagi keuntungannya. Tetapi tujuannya adalah untuk menodai kejujuran Fathimah agar di masa depan kesaksiannya tidak menimbulkan masalah.
Namun, ketika tuntutan Fathimah ditolak secara itu dan Fadak tidak diakui sebagai pemberian Nabi kepadanya, ia menuntutnya atas dasar warisan dengan mengatakan,
"Apabila Anda tidak setuju bahwa Nabi telah memberikannya kepada saya, Anda tak dapat menyangkal bahwa Fadak dan pendapatan dari Khaibar maupun dari tanah-tanah sekitar Madinah adalah milik pribadi Nabi, dan saya adalah satu-satunya ahli waris beliau."
Tetapi haknya sebagai ahli waris pun ditolak atas dasar sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar sendiri bahwa Nabi telah bersabda,
"Kami para nabi tidak mempunyai ahli waris dan apa saja yang kami tinggalkan merupakan sedekah." (al-Bukhari, IV, h. 96; V, h. 25, 26; Vfu, h. 185; Muslim, V, h. 153-155; at-Tirmidzi, IV, h. 157-158; Abu Dawud, M, h. 143-144; an-Nasa'i, VII, h. 132; Ahmad ibn Hanbal, I, h. 4, 6, 9, 10; al-Baihaqi, VI, h. 300; Ibn Sa'd, II, h. 86-87; ath-Thabari, I, h. 1825; Târîkh al-Khamis, II, h. 173-174)
Selain Abu Bakar, tak ada seorang pun lainnya yang mengetahui adanya ucapan yang ditunjukkan sebagai hadis Nabi itu, dan tak seorang pun di antara para Sahabat Nabi yang peraah mendengamya. Maka Jalaluddin 'Abdur-Rahman ibn Abu Bakar as-Suyuthi asy-Syafi'i (849-911 H./1445-1505 M.) dan Syihabuddin Ahmad ibn Muhammad (Ibn Hajar) al-Haitsami asy-Syafi'i (909-974 H./1504-1567 M.) menulis,
"Setelah wafatnya Nabi, terdapat perselisihan pandangan tentang warisan itu, dan tak seorang pun mempunyai suatu infonnasi dalam hal itu. Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah mengatakan bahwa 'Kami para nabi tidak mempunyai ahli waris dan apa saja yang kami tinggalkan menipakan sedekah.'" (Târîkh al-Khulafâ', h. 73; ash-Shawa'iq al-Muhriqah, h. 19)
Akal menolak untuk percaya bahwa Nabi tidak mengatakannya kepada para individu yang dapat dianggap sebagai ahli waris beliau bahwa mereka tidak akan menerima warisan, tetapi memberitahukan kepada pihak ketiga yang sama sekali bukan keluarga bahwa mereka tidak akan menjadi ahli waris beliau. Kemudian, cerita itu baru diumumkan ketika kasus Fadak telah diajukan ke pengadilan dan ia sendiri menjadi pihak lawan. Dalam keadaan demikian bagaimana pengajuannya akan sebuah hadis yang mendukung dirinya, yang tak pemah didengar orang lain, dianggap sah. Apabila diargumentasikan bahwa hadis ini harus diandalkan mengingat besarnya kedudukan Abu Bakar, maka mengapa Fathimah tak dapat diandalkan mengklaim pemberian itu karena kejujuran dan kebenarannya, lebih-lebih lagi bila kesaksian Amirul Mukininin as dan Umm Aiman serta orang-orang lain juga mendukungnya? Apabila dirasakan perlunya untuk memanggil kesaksian lebih banyak lagi dalam kasusnya, maka kesakisan dapat pula diminta tentang hadis ini, khususnya karena hadis ini bertentangan dengan ajaran-ajaran umum dalam Al-Qur'an tentang kewarisan. Bagaimana mungkin sebuah hadis yang lemah dalam hal periwayatannya dan dipertanyakan atas dasar fakta-fakta dianggap mengkhususkan suatu generalitas dalam ajaran Al-Qur'an, karena masalah warisan para nabi jelas disebutkan di dalam Al-Qur'an. Allah berfirman,
"Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud.... (QS. 27:6) Di bagian lain dinyatakan dalam kata-kata Nabi Zakariyya, "... maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub...." (QS. 19:5-6)
Pada ayat-ayat di atas warisan itu merujuk warisan dalam harta kekayaan; mengambilnya dalam arti pengetahuan kenabian bukan saja aneh tetapi juga bertentangan dengan fakta, karena pengetahuan dan kenabian bukanlah obyek pewarisan, dan tidak pula hal itu memiliki sifat untuk transmisi melalui warisan, karena apabila demikian halnya maka seluruh keturunan seorang nabi akan menjadi nabi. Tak ada maknanya dalam membuat perbedaan bahwa keturunan sebagian nabi dapat mewarisi kenabian sedang yang lainnya tidak mendapatkannya, Aneh bahwa teori tentang transmisi kenabian melalui warisan disiarkan oleh orang-orang yang selalu menaruh keberatan terhadap Syi'ah bahwa mereka memandang imamah dan kekhalifahan sebagai obyek warisan dan terbatas pada satu famili saja. Tidakkah kenabian menjadi obyek warisan dengan memandang warisan dalam ayat ini sebagai berarti suksesi dalam kenabian?
Apabila dalam pandangan Abu Bakar berdasarkan hadis ini tak mungkin ada ada waris dari Nabi, maka di manakah hadis ini ketika suatu dokumen telah ditulis yang mengakui klaim Fathimah atas warisan? Nuruddin ‘Ali ibn Ibrahmi al-Halabi asy-Syafi'i (975-1044 H./1567-1635 M.) mengutip dari Syamsuddin Yusuf (Sibth ibn al-Jauzi) al-Hanau (581-654 H./H85-1256 M.) meriwayatkan,
"Abu Bakar sedang di mimbar ketika Fathimah datang kepadanya seraya berkata, 'Hai, Abu Bakar, Al-Qur'an mengizinkan anak perempuan Anda mewarisi Anda, tetapi saya tak boleh mewarisi dari ayah saya!' Abu Bakar menangis lalu turun dari mimbar. Kemudian ia menulis untuknya (Fathimah) tentang Fadak. Pada saat itu 'Umar tiba dan menanyakan apa itu. Abu Bakar menjawab, 'Itu dokumen yang telah saya tulis untuk Fathimah tentang warisannya dari ayahnya.' 'Umar berkata, 'Apa yang akan Anda belanjakan pada kaum Muslim sementara orang-orang Arab sedang melancarkan peperangan melawan Anda, sebagaimana Anda lihat?' Lalu 'Umar mengambil dokumen itu dan merobeknya." (as-Sirah al-Halabiyyah, 111, h. 361-362)
Setiap orang yang berpikiran wajar yang melihat perilaku ini dapat dengan mudah menarik kesimpulan bahwa hadis itu diada-adakan dan batil, dibuat-buat hanya untuk mendapatkan pemilikan atas Fadak dan warisan-warisan lainnya. Akibatnya, Fathimah menolak 'hadis' itu serta mengungkapkan kemarahannya dengan mewasiatkan tentang Abu Bakar dan 'Umar bahwa keduanya tak boleh ikut serta dalam salat jenazahnya.
'A'isyah meriwayatkan,
"Fathimah as putri Nabi (saw) meminta Abu Bakar (setelah ia menjadi khalifah sepeninggal Nabi) menuntut darinya warisannya yang ditinggalkan Rasulullah dari apa yang telah dianugerahkan Allah (secara khusus) untuk beliau di Madinah, dan Fadak, dan apa yang tertinggal dari khumus dari (pendapatari tahunan yang diterima) dari Khaibar .... Abu Bakar menolak untuk menyerahkan apa pun darinya kepada Fathimah. Kemudian Fathimah menjadi marah kepada Abu Bakar dan meninggalkannya dan tidak berbicara kepadanya hingga akhimya .... Ketika ia (Fathimah) meninggal, suaminya 'Ali ibn Abi Thalib menguburkannya di waktu malam. la tidak memberitahukan kepada Abu Bakar tentang kematiannya (Fathimah) dan ia mengurus jenazahnya sendirian ...." (al-Bukhari, V, h. 177; VIII, h. 185; Muslim, V, h. 153-155; Al-Baihaqi, IV, h. 29; VI, 300-301; Ibn Sa'd, II, bagian ii, h. 86; Ahmad ibn Hanbal, I, h. 9; ath-Thabari, I, h. 1825; Ibn Katsir, Târîkh, V, h. 285-286; Ibn Abil Hadid, VI, h. 46; dan Wafâ’ al-Wafâ', 111, h. 995)
Sehubungan dengan ini Umm Ja'far, putri Muhammad ibn Ja'far, meriwayatkan tentang permohonan Fathimah as kepada Asma' binti 'Umais dekat sebelum matinya,
"Bilamana saya meninggal, saya menghendaki Anda dan 'Ali memandikan saya, dan jangan mengizinkan siapa pun masuk ke dalam (rumah) saya."
Ketika ia meninggal, 'A'isyah datang hendak masuk. Asma' mengatakan kepadanya, "Janganlah masuk." 'A'isyah mengadu kepada Abu Bakar (ayahnya) seraya mengatakan, "Perempuan dari suku Kats'am (Asma') itu menjadi perantara kita dengan putri Rasulullah ...." Lalu Abu Bakar datang dan berdiri di pintu seraya berkata, "Hai Asma', apa yang membuat Anda menghalangi para istri Nabi memasuki (rumah) putri Rasulullah?" Asma' menjawab, "Dia sendiri yang memerintahkan saya supaya tidak membiarkan siapa pun memasuki (rumah)nya ...." Abu Bakar berkata, "Lakukanlah apa yang diperintahkannya kepada Anda." (Hilyah al-Auliya', II, h. 43; as-Sunan al-Kubra, fu, h. 396; IV, h. 334; Ansâb al-Asyrâf, I, 405; al-lsti'ab, IV, h. 1897-1498; Usd al-Ghâbah, V, h. 524; al-lshabah, IV, h. 378-379)
Fathimah as juga telah mengajukan permohonan kepada Amirul Mukminin as agar ia dimakamkan di malam hari dan agar tak seorang pun datang kepadanya, bahwa Abu Bakar dan 'Umar tak boleh diberitahu tentang kematian dan penguburannya, dan bahwa Abu Bakar tak boleh diizinkan salat atas jenazahnya.
Ketika ia meninggal, ‘Ali memandikannya dan menguburkannya dalam kesunyian malam, tanpa diberitahukan kepada Abu Bakar dan 'Umar. Maka kedua orang ini tak mengetahui penguburannya.
Muhammad ibn Umar al-Waqidi (130-207 H./747-823 M.) berkata,
'Telah dibuktikan kepada kami bahwa 'Alt as melaksanakan salat jenazahnya dan menguburkannya di malam hari, disertai oleh 'Abbas (ibn 'Abdul Muththalib), dan (putranya) al-Fadhl, dan tidak memberitahukan kepada siapa pun (lainnya).
Sebab itulah tempat kuburan Fathimah as tersembunyi dan tidak diketahui, dan tak seorang pun yakin tentang hal itu. (al-Mustadrak, III, h. 162-163; al-Mushannaf, IV, h. 141; Ansâb al-Asyrâf, I, h. 402-405; al-Isti'ab, IV, h. 1898; Usd al-Ghabah, V, h. 524-525; al-Ishabah, IV, h. 379-380; ath-Thabari, III, h. 2435-2436; Ibn Sa'd, VIII, h. 19-20; Wafa' al-Wafa', III, h. 901-902, 904, 905;
Ibn Abil Hadid, XVI, h. 279-281)
Untuk mengatributkan ketidaksenangan Fathimah pada sentimen dan dengan itu merendahkan pentingnya, tidaklah tepat, karena apabila ketidaksenangan ini merupakan akibat sentimen, maka Anurul Mukminin as tentu sudah melarangnya sebagai ketidaksenangan yang salah kaprah, tetapi tak ada sejarah yang menunjukkan bahwa Anurul Mukminin as menganggap ketidaksenangan ini sebagai salah kaprah. Di samping itu, bagaimana mungkin ketidaksenangannya merupakan hasil perasaan pribadi atau sentimen karena kesenangan atau ketidaksenangannya selalu sesuai dengan kehendak Allah. Hadis Nabi yang berikut ini merupakan bukti atasnya.
"Hai Fathimah, sesungguhnya Allah berang dalam kemarahan Anda dan rida dalam keridaan Anda." (al-Mustadrak, III, h. 153; Usd al-Ghâbah, al-Ishabah, IV, h. 366; Tahdzîb at-Tahdzîb, XII, h. 441; al-Khasha'ish al-Kubra, II, h. 265; Kanz al-'Ummal, Xin, h. 96; XVI, h. 280; Majma' az-Zawa'id, IX, h. 203)
Sekilas Riwayat Fadak Sepeninggal Fathimah
Motif yang mendorong kita menelusuri sejarah Fadak dan kelanjutan peristiwa sesudahnya selama waktu tiga abad dari teks-teks buku sejarah adalah untuk menjelaskan tiga hal:
a. Perintah untuk menghapus warisan dari para nabi dilakukan oleh Nabi; dengan kata lain, harta Nabi adalah bagian dari perbendaharaan umum dan menjadi milik seluruh kaum Muslim. Ini diklaim oleh khalifah pertama Abu Bakar, dan ditolak oleh para penggantinya, baik oleh kedua khalifah berikutnya ('Umar dan 'Utsman), maupun para khalifah Bani Umayyah dan 'Abbasiah. Kita harus mempertimbangkan keabsahan dan kebenaran kekhalifahan mereka tergantung pada kebenaran dan keabsahan tindakan dari kekhalifahan khalifah yang pertama.
b. Amirul Mukminin ('Ali as) dan keturunan Fathimah tidak pemah ragu-ragu mengenai kebenaran klaim mereka. Mereka mendesak dan mengukuhkan bahwa Fathimah as benar dan bahwa klaim Abu Bakar selalu ditolak, dan mereka tidak menyerah kepada klaim palsu itu.
c. Bilamana saja seorang khalifah membuat keputusan untuk mengefektifkan perintah Allah, mengenai Fadak, untuk melaksanakan keadilan dan kesamaan, dan memulihkan hak kepada yang berhak sesuai dengan aturan Islam, ia mengembalikan Fadak kepada keturunan Fathimah as dan menyerahkannya kepada mereka.
1. 'Umar ibn Khaththab adalah orang yang paling kasar dalam melepaskan hak Fathimah as atas Fadak serta warisannya, dan ia sendiri mengatakan,
"Ketika Rasulullah meninggal, saya datang bersama Abu Bakar kepada 'Ali .ibn Abi Thalib seraya berkata, 'Apa kata Anda tentang apa yang telah ditinggalkan Rasulullah?' la menjawab, 'Kami yang paling mempunyai hak dengan Nabi.' Saya ('Umar) berkata, 'Bahkan harta dari Khaibar?' la berkata, 'Ya, bahkan yang dari Khaibar.' Saya berkata, 'Bahkan yang dari Fadak?' la menjawab, 'Ya, bahkan yang dari Fadak?' Lalu saya berkata, 'Demi Allah, kami katakan tidak, sekalipun Anda memotong leher kami dengan gergaji.'" (Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 39-40)
Dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, 'Umar kemudian mengambil dokumen tentang Fadak lalu merobeknya. Tetapi, ketika 'Umar menjadi khalifah (13-23 H./634-644 M.) ia mengembalikan Fadak kepada ahli waris Nabi. Sejarawan dan geografis termasyhur, Yaqut al-Hamawi (574-626 H./1178-1229 M.), dalam mengikuti peristiwa Fadak mengatakan,
"Kemudian, ketika 'Umar ibn Khaththab menjadi khalifah dan beroleh kejayaan, dan kaum Muslim telah beroleh kekayaan yang melimpah (yakni, perbendaharaan umum memenuhi kebutuhan kekhalifahan), ia membuat keputusan yang bertentangan dengan pendahulunya, dan (keputusan) itu ialah memberikannya (Fadak) kembali kepada ahli waris Nabi. Pada waktu itu 'Ali ibn Abi Thalib dan 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib memperselisihkan Fadak.
'Ali berkata bahwa Nabi (saw) telah memberikannya kepada Fathimah semasa hidup beliau. 'Abbas menolak hal ini dan mengatakan, 'Ini dahulu berada dalam pemilikan Nabi (saw) dan saya ikut serta memiliki dalam warisan beliau.' Mereka sedang memperselisihkan ini di antara sesama mereka dan meminta 'Umar untuk menyelesaikan perkara itu. la menolak mengadili di antara mereka seraya berkata, 'Anda berdua lebih sadar dan mengetahui permasalahan Anda; tetapi saya hanya memberikannya kepada Anda ....'" (Mu'jam al-Buldan, IV, h. 238-239; Wafa' al-Wafa', fu, h. 999; Tahdzîb al-Lughah, X, h. 124; Lisan al-'Arab, X, h. 473; Taj al-'Arus, VII, h. 166)
Penyebab 'Umar dan Abu Bakar berusaha merebut Fadak adalah alasan ekonomi dan politik, bukan hanya urusan keagamaan, karena episode sebelumnya menunjukkan, ketika keadaan ekonomi dan politik kekhalifahan membaik, dan tidak diperlukan lagi pendapatan dari Fadak, keputusan 'Umar pun berubah.
Bagian terakhir dari peristiwa historis ini telah kami selipkan kemudian untuk menunjukkan hal warisan oleh saudara dari yang telah meninggal, atau saudara dari si almarhum bilamana ia tidak mempunyai putra. Problemanya adalah masalah perselisihan di antara berbagai mazhab Islam. Pembahasan hukum dan fiqih menyimpang dari masalah kita. Kami hanya membahas hal itu secara historis.
'Abbas tidak mempunyai klaim dalam kasus ini karena ia tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai bagian dalam harta ini dan tidak pula keturunannya memandang (harta) itu sebagai aset mereka ketika menjadi khalifah dan memerintah. Mereka menguasai kebun itu dalam kedudukan mereka sebagai khalifah, atau mereka mengembalikannya kepada keturunan Pathimah ketika mereka memutuskan menjadi pemerintah yang adil.
2. Ketika 'Utsman ibn 'Affan menjadi khalifah (23-35 H./644-656 M.) sepeninggal 'Umar, ia memberikan Fadak kepada Marwan ibn Hakam, sepupunya (as-Sunan al-Kubra, VI, h. 301; Wafa' al-Wafa’, 111, h. 1000; Ibn Abil Hadid, I, h. 198) dan ini merupakan salah satu penyebab rasa permusuhan di kalangan kaum Muslim terhadap 'Utsman (Ibn Qutaibah, al-Ma'arif, h. 195; al-'Iqd al-Fand, IV, h. 283, 435; Abul Fida', at-Târîkh, Ibn al-Wardi, I, h. 204) yang berakhir dengan pemberontakan dan pembunuhannya. "Sedang sebelumnya Fathimah mengklaim-nya, kadang-kadang sebagai warisannya dan kadang-kadang sebagai pemberian (dari ayahnya) ia diusir dari (Fadak) itu," sebagaimana kata Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah. Secara ini Fadak jatuh ke dalam kekuasaan Marwan. la biasa menjual penghasilannya sekurang-kurangnya 10.000 dinar setahun, dan bila dalam beberapa tahun penghasilannya menurun, tidaklah berarti banyak. Ini merupakan keuntungannya yang biasa sampai di masa Khalifah 'Umar ibn 'Abdul Aziz dalam tahun 100 H./718 M. (Ibn Sa'd, V, h. 286, 287; Shubh al-A'sya, IV, h.291)
3. Ketika Mu'awiah ibn Abi Sufyan menjadi khalifah (41-60 H./661-680 M.) ia menjadi mitra Narwan dan lain-lain dalam pemilikan atas Fadak. la memberikan sepertiganya kepada Marwan dan sepertiga kepada 'Amr ibn 'Utsman ibn 'Affan dan sepertiga kepada putranya Yazid. Ini terjadi setelah wafatnya Hasan ibn 'AB as. "Untuk membuat marah keturunan Nabi," kata al-Ya'qubi. (at-Tarikh, II, h. 199)
Fadak dimiliki ketiga orang tersebut di atas sampai Marwan menjadi khalifah (64-65 H./684-685 M.) ketika ia sepenuhnya mengambil alih kepemilikan atas Fadak. Kemudian ia memberikannya kepada dua orang putranya, 'Abdul Malik dan 'Abdul 'Aziz. Kemudian 'Abdul 'Aziz memberikan bagiannya kepada putranya 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz.
4. Ketika 'Umar ibn 'Abdul 'Aztz menjadi khalifah (99-101 H./717-720 M.) ia berkhotbah seraya menyebutkan bahwa "Sesungguhnya Fadak adalah di antara hal-hal yang dianugerahkan Allah kepada RasulNya, dan tak ada kuda, dan tak ada unta yang digunakan terhadapnya ..." dan menyebutkan kasus Fadak di masa para khalifah yang lalu sampai ia berkata, "Kemudian Marwan memberikannya (Fadak) kepada ayah saya dan 'Abduk Malik. la (Fadak) menjadi milik saya dan al-Walid dan Sulaiman (keduanya putra 'Abdul Malik). Ketika al-Walid menjadi khalifah (86-96 H./705-715 M.) saya meminta bagiannya dan ia memberikannya kepada saya. Saya meminta bagian Sulaiman dan ia memberikannya kepada saya. Kemudian saya kumpulkan ketiga bagian itu dan saya tidak mempunyai harta yang lebih saya senangi ketimbang ini. Saksikanlah bahwa saya mengembalikannya kepada keadaannya yang asli." la menuliskan hal ini kepada gubemumya di Madmah (Abu Bakar ibn Muhammad ibn 'Amr ibn Hazm) dan memerintahkannya untuk melaksanakan apa yang telah dinyatakannya dalam khotbahnya. Kemudian Fadak menjadi milik anak-anak Fathimah. "Ini merupakan penyingkiran kelaliman dengan mengembalikannya (Fadak) kepada anak-anak 'Ali." (Abu Hilal al-'Askari, al-Awa'il, h. 209) Mereka memilikinya selama pemerintahan khalifah itu.
5. Ketika Yazld ibn 'Abdul Malik menjadi khalifah (101-105 H./720-724 M.) ia merebut Fadak dan anak-anak ‘Ali kehilangan haknya. Fadak jatuh kepada Bani Marwan sebagaimana sebelumnya. Mereka mengalihkannya dari tangan ke tangan sampai kekhalifahan mereka berakhir dan jatuh kepada Bani 'Abbas.
6. Ketika Abul 'Abbas 'Abdullah al-Saffah menjadi khalifah pertama dinasti 'Abbasiah (132-136 H./749-754 M.) ia mengembalikan Fadak kepada anak cucu Fathimah dan menyerahkannya kepada 'Abdullah ibn Hasan ibn Hasan ibn ‘Ali ibn Abt Thalib.
7. Ketika Abu Ja'far 'Abdullah al-Manshur ad-Dawamqi menjadi khalifah (136-158 H./754-755 M.), ia merebut Fadak dari anak-anak Hasan.
8. Ketika Muhammad al-Mahdi ibn al-Manshur menjadi khalifah (158-169 H./775-785 M.) ia mengembalikan Fadak kepada anak cucu Fathimah.
9. Musa al-Hadi ibn al-Mahdi (169-170 H./785-786 M.) dan saudaranya Harun ar-Rasyid (170-193 H./786-809 M.) merebutnya dari keturunan Fathimah dan Fadak dikuasai Bani 'Abbas sampai al-Ma'mun menjadi khalifah (193-218 H./813-833 M.)
10. Al-Ma'mun al-'Abbasi mengembalikannya kepada keturunan Fathimah (210 H./826 M.). Diriwayatkan melalui al-Mahdi ibn Sabiq bahwa,
"Pada suatu hari al-Ma'mun duduk sambil mendengarkan pengaduan rakyat dan mengadili perkara. Ucapan pengaduan yang pertama yang diterimanya menyebabkan ia menangis ketika ia melihatnya. la menanyakan di mana pengacara Fathimah putri Nabi. Seorang lelaki tua usia berdiri lalu menghadap, berargumentasi dengan dia tentang Fadak, dan al-Ma'munjuga mengajukan argumentasinya sehingga lelaki tua itu mengalahkan al-Ma'mun (al-Awa'il, h. 209)
Al-Ma'mun memanggil para faqih dan menanyakan kepada mereka tentang klaim Bani Fathimah. Mereka meriwayatkan kepada al-Ma'mun bahwa Nabi memberikan Fadak kepada Fathimah dan bahwa setelah wafatnya Nabi Fathimah menuntut kepada Abu Bakar untuk mengembalikan Fadak kepadanya. Abu Bakar memintanya untuk mengajukan saksi mengenai klaim tentang pemberian itu. Fathimah membawa 'Ali, Hasan dan Husain dan Umm Aiman sebagai saksinya. Mereka memberikan kesaksian yang membenarkan Fathimah. Abu Bakar menolak kesaksian mereka." Lalu al-Ma'mun bertanya kepada para faqih itu, "Bagaimana pendapat Anda tentang Umm Aiman?" Mereka menjawab, "la wanita yang mengenainya Nabi memberikan kesaksian bahwa ia penghuni surga." Al-Ma'mun berdebat panjang lebar dengan mereka dan memaksa mereka untuk menerima argumen dengan bukti-bukti, sampai mereka mengaku bahwa ‘Ali, Hasan dan Husain serta Umm Aiman hanya memberikan kesaksian yang sebenaraya. Ketika mereka sepakat menerima hal ini, ia memulihkan Fadak kepada keturunan Fathimah. (al-Ya'qubi, at-Tarikh, 111, h. 195-196)
Kemudian al-Ma'mun memerintahkan agar kebun Fadak itu didaftarkan di antara milik para keturunan Fathimah, dan al-Ma'mun menandatanganinya.
Kemudian ia menulis surat kepada gubemurnya di Madmah yang bernama Qutsam ibn Ja'far sebagai berikut:
"Ketahuilah bahwa Amirul Mukminin, dalam melaksanakan wewenang yang diletakkan padanya oleh agama Ilahi sebagai Khalifah, pengganti dan kerabat Nabi, telah memandang dirinya lebih patut mengikuti sunah Nabi dan melaksanakan perintah-perintah beliau. Dan (pemimpin lebih berhak) untuk memulihkan kepada orang-orang yang berhak hadiah yang telah diberikan Nabi atau barang yang telah diberikan oleh Nabi kepada seseorang. Keberhasilan dan keselamatan Amirul Mukminin adalah karena Allah dan dia secara khusus merasa amat cemas untuk bertindak dalam suatu cara yang akan mendapatkan keridaan Allah Yang Mahakuasa baginya.
"Sesungguhnya Nabi telah menghadiahkan kebun Fadak kepada putri beliau Fathimah as. Beliau telah mengalihkan kepemilikannya kepadanya. Hal itu adalah suatu fakta yang jelas dan mapan. Tak seorang pun di antara kerabat Nabi yang berselisih pendapat. Fathimah selalu mengakuinya, yang lebih patut (untuk dibenarkanj ketimbang orang (Abu Bakar) yang perkataannya diterima. Amirul Mukminin memandang benar dan pantas untuk memulihkan Fadak kepada para ahli waris Fathimah. Dengan ini ia akan beroleh kedekatan kepada Allah Ta'ala dengan menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya. Akan beroleh penghargaan dari Nabi bila melaksanakan perintah-perintah beliau. Amirul Mukminin telah memerintahkan bahwa pemulihan hak atas Fadak ini harus didaftarkan secara mestinya. Perintah-perintah itu harus diteruskan kepada semua pejabat.
"Kemudian, apabila, sebagaimana biasanya, dimaklumkan kepada setiap jamaah haji setiap tahun, menyusul wafatnya Nabi, bahwa kepada barangsiapa yang kepadanya Nabi telah menjanjikan suatu pemberian, hendaklah ia maju ke depan, pemyataannya akan diterima danjanji itu akan dipenuhi. Pastilah Fathimah as mempunyai hak yang lebih unggul untuk diterima perayataannya dalam hal pemberian Fadak oleh Nabi (saw) kepadanya.
"Sesungguhnya Amirul Mukminm telah memerintahkaft kepada hambanya Mubarak ath-Thabari untuk memulihkan Fadak kepada keturunan Pathimah putri Nabi dengan segala perbatasannya, hak-haknya dan semua budak yang terpaut padanya, tanaman musiman dan lain-lain.
"Semua ini telah dipulihkan kepada Muhanunad ibn Yahya ibn 'Abdullah ibn Hasan ibn 'Ali ibn Husain ibn 'Ali ibn Abi Thalib.
"Amirul Mukminin telah menunjuk keduanya sebagai pelaksana yang mewakili para pemilik tanah itu, keturunan Fathimah. Maka ketahuilah bahwa ini pandangan Amirul Muknunin dan bahwa Allah telah mengilhaminya untuk menaati perintah Allah dan mendapatkan keridaan-Nya dan keridaan Nabi. Hendaklah pula bawahan Anda mengetahui hal ini. Berlakulah terhadap Muhammad ibn Yahya dan Muhammad ibn 'Abdillah secara yang sama sebagaimana Anda memperlakukan Mubarak ath-Thabari. Bantulah keduanya dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesuburan dan kemakmurannya serta perbaikannya dalam kelimpahan panen dengan kehendak Allah. Wasalam."
SURAT itu ditulis pada hari Rabu tanggal dua malam setelah Zulkaidah tahun 210 (15 Pebruari 826 M).
11. Selama masa kekhalifahan al-Ma'mdn Fadak dikuasai keturunan Fathimah, dan ini berlanjut sampai dengan kekhalifahan al-Mu'tashim (218-227 H./833-842 M.) dan al-Watsiq (227-232 H./842-847 M.).
12. Ketika Ja'far al-Mutawakkil menjadi khalifah (232-247 H./847-861 M.), salah seorang di antara mereka yang ditandai sebagai musuh bebuyutan keturunan Nabi yang masih hidup maupun yang sudah mati, memberikan perintah untuk merebut kembali Fadak dari keturunan Fathimah. (la merebutnya dan memberikannya kepada Harmalah al-Hajjam) dan setelah matinya al-Hajjam ia memberikannya kepada al-Bazyar, penduduk Thabanstan. (Kasyfal-Ghummah, 11, h. 121-122; al-Bihar, edisi pertama, Vfu, h. 108; Safinah al-Bihar, II, h. 351. Abu Hilal al-'Askari menyebut bahwa namanya ialah 'Abdullah ibn 'Umar al-Bazyar seraya menambahkan, "Dan di dalamnya (Fadak) ada sebelas batang pohon kurma yang ditanam oleh Nabi dengan tangan beliau sendiri. Keturunan Abu Thalib dahulu biasa mengumpulkan buah-buah kurma ini. Ketikajamaah haji memasuki Madinah mereka menghadiahkan buah-buah kurma itu kepada para jamaah itu. Melalui ini mereka mendapatkan imbalan yang banyak. Berita ini sampai kepada Mutawakkil. la memerintahkan kepada 'Abdullah ibn 'Umar untuk memotong buah-buah itu dan memerah sarinya. Dilaporkan bahwa ia menjadikannya khamar. Sari buah kurma itu tak sampai ke Bashrah (dalam perjalanannya kepada khalifah itu) ketika membusuk dan al-Muwakkil telah tewas terbunuh." (al-Awa'il, h. 209)
13. Ketika al-Mutawakkil tewas dan putranya al-Muntashir menggantikannya (247-248 H./861-862 M.), ia mengeluarkan perintah untuk memulihkan lagi Fadak kepada keturunan Hasan dan Husain dan memberikan sumbangan-sumbangan Abu Thalib kepada mereka, dan ini terjadi tahun 248 H./862 M. (Rujukan untuk No. 3-13: Futuh al-Buldan, I, h. 33-38; Mu'jam al-Buldan, IV, h. 238-240; al-Ya'qubi, at-Tarikh, II, h. 199; III, h. 45, 195-196; Ibn Atsir, al-Kamil, II, h. 224-225; III, h. 457, 497; V, h. 63; VII, h. 116; al-'Iqd al-Farid, IV, h. 216, 283,435; Wafa' al-Wafa; III, 999-1000; ath-Thabagat al-Kabra, V, h. 286-287; Târîkh al-Khulafa', h. 231-232, 356; Muruj adz-Dzahab, IV, h. 82; Ibn al-Jauzi, Slrah 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz, h. 110; Shubh al-A'sya, IV, h. 291; Jamharah Rasa'il al-'Arab, II, h. 331-332; III, h. 509-510; 'A'lam an-Nisa', fu, h. 1211-1212; Ibn Abil Hadid, XVI, h. 277-278; Awa'il, h. 209; Kasyfal-Ghummah, II, h. 120-122; al-Bihar, VIII, h. 107-108)
14. Nampaknya Fadak direbut lagi dari keturunan Fathimah setelah matinya Muntashir (248 H./862 M.), karena Abul Hasan 'Alt ibn 'Isa al-Irbili (m. 692 H./ 1293 M.) menyebutkan bahwa al-Mu'tadhid (279-289 H./892-902 M.) mengembalikan Fadak kepada keturunan Fathimah. Kemudian ia menyebutkan bahwa al-Muqtafi (289-295 H./902-908 M.) merebutnya dari mereka. Dikatakan pula bahwa al-Muqtadir (295-320 H./908-932 M.) mengembalikannya kepada keturunan Fathimah. (Kasyf al-Ghummah, II, h. 122; al-Bihar, Vfu, h. 108; Safinah, II, h. 351)
15. Dan setelah jangka waktu panjang dalam rebutan dan pengembalian, Fadak dikembalikan kepada para pencaplok dan para ahli waris mereka sebagaimana nampaknya, tidak lagi disebut-sebut dalam sejarah dan layar pun turun.
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yaftg lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. 5:50)
29
Nahjul Balaghah
SURAT46 Kepada Seorang Pejabatnya
Amma ba'du, sesungguhnya Anda adalah satu dari orang-orang yang pertolongannya saya ambil dalam menegakkan agama dan yang dengan pertolongannya saya mematahkan kesombongan pendosa, dan mengawal perbatasan-perbatasan yang gawat. Anda harus mencari pertolongan Allah dalam segala sesuatu yang menyebabkan kecemasan Anda. Tambahkan sedikit kekerasan pada campuran keluwesan, dan tetaplah luwes di mana keluwesan lebih sesuai. Tempuhlah kekerasan bilamana Anda tak dapat berbuat tanpa kekerasan. Tekukkan sayap Anda (dalam kerendahan) di hadapan bawahan. Temui mereka dengan wajah lapang dan tetaplah Anda luwes (dalam perilaku) dengan mereka. Perlakukanlah mereka secara sama dalam melihat mereka dengan mata setengah atau mata penuh, dalam mengisyaratkan dan dalam menghormati, sehingga yang besar tidak mengharapkan pelanggaran dari Anda dan yang lemah tidak kehilangan harapan akan keadilan Anda. Wasalam. •
SURAT 47 Untuk Imam Hasan dan Imam Husain as ketika ('Abdur-Rahman) ibn Miljam (kutuk Allah atasnya) menyerangnya (secara fatal, dengan pedang)
Saya nasihati Anda (berdua) untuk bertakwa kepada Allah dan bahwa Anda tak boleh menghasratkan (kesenangan) dunia (ini), sekalipun mungkin dunia mengejar Anda. Jangan menyesali apa pun dari dunia ini yang telah ditolak dari Anda. Berkatalah benar dan berbuatlah (dalam mengharapkan) pahala. Tetapi jadilah musuh penindas dan penolong yang tertindas.
Saya nasihati Anda dan semua anak saya serta anggota keluarga saya dan setiap orang yang tercapai oleh tulisan saya, untuk bertakwa kepada Allah, untuk mengurus urusan Anda secara tertib, dan untuk menjaga hubungan baik di antara Anda, karena saya telah mendengar kakek Anda (Nabi saw) berkata, "Memperbaiki perselisihan lebih baik dari salatjamak dan puasa."
(Bertakwalah kepada) Allah (dan) ingatlah Allah berkenaan dengan urusan yatim piatu. Jangan biarkan mereka kelaparan, dan mereka tak boleh hancur dalam kehadiran Anda.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan para tetangga Anda, karena mereka merupakan pokok nasihat Nabi. Beliau terus bernasihat bagi kebaikan mereka sehingga kami berpikir bahwa beliau akan memberikan bagian warisan kepada mereka.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan Al-Qur'an. Tak ada orang harus melebihi Anda dalam beramal menurutnya.
(Bertakwalah kepadaj Allah berkenaan dengan urusan salat, karena (salatj itu adalah tiang agama Anda.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan Rumah Tuhan Anda (Ka'bah). Jangan tinggalkan itu selama Anda hidup, karena apabila (Ka'bah) itu ditinggalkan, Anda tak akan selamat.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan jihad, dengan pertolongn harta Anda, nyawa Anda dan lidah Anda, di jalan Allah.
Anda harus selalu menghormati kekerabatan dan menafkahkan untuk orang lain. Jauhkan (sikap) saling menjauh antara sesama dan pemutusan hubungan. Jangan berhenti menyuruh kepada kebajikan dan menegah kemungkaran agar jangan para pembuat bencana mendapatkan kedudukan atas Anda, dan kemudian apabila Anda hendak berdoa, doa itu tak akan dikabulkan.
Lalu ia berkata:
"Wahai, putra-putra 'Abdul Muththalib, sesungguhnya saya tidak ingin melihat Anda teijun dengan kasar ke dalam darah kaum Muslim sambil berteriak-teriak "Amirul Mnkminin telah dibunuh!" Ingatlah, jangan mem-bunuh karena saya, kecuali (atas) pembunuh saya.
Tunggulah hingga saya mati oleh pukulannya (ibn Muljam) yang ada. Kemudian pukullah ia dengan satu pukulan dan jangan rusakkan anggota-anggota badannya, karena saya telah mendengar Rasulullah (saw) berkata, "Jauhkan memotong-motong anggota (badan) sekalipun ia anjing gila". •
SURAT 48 Kepada Mu'awiah
Sungguh, pemberontakan dan kepalsuan menistakan seorang lelaki dalam urusan agamanya maupun duniawinya dan mewujudkan kekurangannya di hadapan pengecamnya. Anda tahu bahwa Anda tak dapat menangkap apa yang ditakdirkan untuk tetap jauh dari Anda. Banyak orang mempunyai tujuan selain kebenaran dan mulai bersumpah demi Allah (bahwa mereka akan mencapai tujuannya), tetapi la membatilkan mereka. Oleh karena itu takutlah akan Hari ketika berbahagia orang yang membuat tujuannya bahagia (dengan amal baik), sedang orang yang menyesal ialah orang yang membiarkan setan memimpinnya dan ia tidak melawannya. Anda menyeru kami untuk penyelesaian melalui Al-Qur'an padahal Anda bukan orang Al-Qur'an sedang kami menyambut Al-Qur'an melalui keputusannya, dan bukan Anda. Wasalam. •
SURAT 49 Kepada Mu'awiah
Dunia ini berpaling dari dunia yang berikut. Orang yang mengabdi kepadanya tidak mendapatkan apa-apa darinya kecuali (dunia) itu menambah keserakahannya dan ketamakannya untuk itu. Orang yang mengabdi padanya tidak puas dengan apa yang ia dapat darinya, disebabkan apa yang tidak ia dapat. Kesudahannya, ada perpisahan antara apa yang telah ditumpukkan dan pemutusan dari apa yang telah dikuatkan. Apabila engkau mengambil suatu pelajaran dari masa lalu, engkau akan selamat di masa depan. Wasalam. •
SURAT 50 Kepada para Perwira Tentaranya
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin kepada Perwira pemimpin garnisun.
Sekarang, adalah wajib atas seorang perwira agar keutamaan-keutamaan yang dicapainya, atau kekayaan yang kepadanya ia telah diberi amanat secara khusus, tidak membuatnya mengubah perilakunya kepada orang-orang yang di bawahnya, dan bahwa kekayaan yang telah dilimpahkan Allah kepadanya haruslah meningkatkan dirinya dalam kedekatan kepada rakyatnya dan keramahan pada saudara-saudaranya.
Ingatlah, adalah hak Anda atas saya bahwa saya tidak harus merahasiakan sesuatu pada Anda kecuali dalam hal peperangan, tidak pula saya hanis memutuskan suatu hal tanpa bermusyawarah dengan Anda, kecuali perintah-perintah agama, tidak pula saya harus mengabaikan pemenuhan atas sesuatu dari hak-hak Anda dan ddak pula berhenti sampai saya melaksanakannya sepenuhnya, dan bahwa bagi saya Anda semua haruslah sama dalam hak-hak. Bilamana saya telah melakukan semua ini, wajiblah bagi Anda untuk bersyukur kepada Allah atas karuma-Nya dan menaati saya, dan Anda tak boleh mundur apabila saya panggil, tidak pula mengabaikan perbuatan baik, dan Anda harus menghadapi kesukaran-kesukaran demi kebenaran. Apabila Anda ddak tetap tabah dalam hal ini, tidak ada orang yang lebih terhina dalam pandangan saya daripada seseorang di antara Anda yang telah menyeleweng, kemudian saya akan meningkatkan hukuman baginya, di mana tak seorang pun akan medapatkan suatu kelonggaran dari saya. Ambillah (janji) ini dari para perwira (bawahan Anda) dan berikan kepada mereka perlakuan sedemikian dari pihak Anda yang dengan itu semoga Allah memperbaiki urusan Anda. Wasalam. •
SURAT 51 Kepada para Pengumpul Pajak (Bumi)-nya
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin, kepada para penagih pajak:
Kemudian daripada itu, orang yang tidak takut ke mana ia akan pergi, tidak mengirimkan ke depan apa yang dapat melindungi dirinya. Hendaklah Anda ketahui bahwa kewajiban yang diletakkan pada Anda sedikit, sementara pahalanya besar. Seandainyapun tak apa ketakutan akan hukuman bagi pendurhakaan dan pembangkangan, yang telah dilarang AUah, pahala dalam menjauh darinya akan cukup (merangsang) untuk berpantang dari mengikutinya. Berlaku adillah Anda pada rakyat dan bertindaklah dengan sabar untuk keperiuan mereka, karena Anda adalah bendahara rakyat, wakil umat dan duta Imam.
Jangan tahan hak orang atas kebutuhan-kebutuhannya, dan jangan mencegah dia dari (mendapatkan) kebutuhannya. Untuk pengumpulan pajak (kharâj) dari rakyat, janganlah menjual pakaian musim dingin atau pakaian musim panasnya, jangan pula ternak yang mereka pekerjakan, jangan pula budak. Jangan memukul siapa pun demi satu dirham. Jangan sentuh hak milik seseorang, baik ia orang bersalat (Muslim) ataupun kafir yang dilindungi, kecuali apabila Anda mendapatkan kuda atau senjata yang digunakan untuk menyerang kaum Muslim, karena tak pantas bagi kaum Muslim untuk meninggalkan hal-hal ini di tangan musuh-musuh Islam, yang memungkinkan mereka mendapatkan kekuasaan terhadap Islam.
Jangan menolak nasihat yang baik bagi diri Anda, perilaku baik kepada tentara, pertolongan kepada bawahan dan kekuatan pada agama Allah. Berjuanglah di jalan Allah sebagaimana wajib bagi Anda, karena Allah Yang Mahasuci menghendaki kami dan Anda bersyukur kepada-Nya sedapat-dapat kita dan bahwa kita hams menolong-Nya sekuat kuasa kita. Dan tak ada kekuatan kecuali pada Allah Yang Mahatinggi, Mahaagung. •
SURAT 52 Kepada Para Gubernur Berbagai Wilayah, Mengenai Salat
Kemudian daripada itu, dirikanlah salat Zhuhur dengan jamaah ketika (panjangnya) bayangan dinding kandang kambing sama dengan dinding itu. Dirikanlah salat Asar bersama mereka bilamana matahari masih bersinar pada suatu bagian hari yang cukup untuk meliput jarak dua Farsakh (sekitar sepuluh kilometer). Dirikanlah salat Magrib bilamana orang yang berpuasa mengakhiri puasa dan orang haji bergegas (dari 'Arafat) ke Mina. Dirikanlah salat Isya bersama mereka bilamana senja menghilang dan hingga sepertiga malam. Dirikanlah salat Subuh bersama mereka bilamana seseorang dapat mengenali wajah temannya. Dirikanlah salat bersama rakyat sebagaimana yang terlemah di antara mereka melakukannya, dan janganlah menjadi sumber kesulitan bagi mereka. •
SURAT 53 Dokumen instruksi;[1] ditulis untuk (Malik) al-Asytar an-Nakha'i, ketika Amirul Mukminin mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir dan daerah sekitarnya, saat kedudukan Muhammad ibn Abu Bakar telah menjadi genting. Ini dokumennya yang terpanjang dan mengandung paling banyak kata-kata indah.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Inilah yang telah diperintahkan oleh hamba Allah, 'Ali Amirul Mukminin, kepada Malik ibn al-Harits al-Asytar, dalam perjanjian atasnya ketika mengangkatnya sebagai Gubemur Mesir untuk mengumpulkan kharâj-nya, memerangi musuh-musuhnya, mengusahakan kebaikan bagi rakyataya dan memakmurkan kota-kotanya.
la menyuruhnya untuk bertakwa kepada Allah dan mengikuti apa yang telah diperintahkan-Nya, yang wajib dan yang sunah, yang tanpa mengikutinya orang tak dapat mencapai kebajikan, dan tak (dapat orang) menjadi jahat kecuali dengan menentangnya dan mengabaikannya; dan untuk menolong Allah Yang Mahasuci dengan tangan, hati dan lidahnya, karena Allah Yang Nama-Nya Mahamulia akan mengambil tanggung jawab untuk menolong orang yang menolong-Nya dan untuk melindungi orang yang memberi-Nya dukungan.
la juga memerintahkan kepadanya untuk membersihkan jiwanya dari hawa nafsu, dan untuk mengekangnya pada waktu peningkatannya, karena hati mengantar kepada keburukan, kecuali apabila Allah menaruh kasihan.
Kualifikasi seorang Gubernur dan Tanggung Jawabnya
Ketahuilah, wahai Malik, bahwa saya telah mengutus Anda ke suatu daerah di mana sebelumnya telah ada pemerintah-pemerintah, yang adil maupun lalim. Sekarang rakyat akan melihat tindakan-tindakan Anda se-bagaimana Anda dahulu melihat tindakan-tindakan para penguasa sebelum Anda, dan mereka (rakyat) akan mengecam Anda sebagaimana Anda dahulu mengecam mereka (para penguasa). Sesungguhnya, orang bajik diketahui dengan reputasi yang Allah edarkan bagi mereka melalui lidah hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, koleksi yang terbaik pada Anda hendaklah mempakan koleksi amal baik. Maka kuasailah hawa nafsu Anda dan kekanglah hati Anda dari melakukan apa yang haram bagi Anda, karena mengendalikan hati berarti menahannya di tengah antara apa yang disukainya dan yang tidak disukainya.
Biasakanlah hati Anda dengan belas kasihan bagi rakyat Anda dan kasih sayang dan keramahan bagi mereka. Jangan berdiri di atas mereka seperti hewan rakus yang merasa cukup untuk menelan mereka, karena mereka itu adalah salah satu dari dua jenis, saudara Anda dalam agama atau sesama Anda dalam ciptaan. Mereka akan melakukan kekeliman dan menghadapi kesalahan. Mereka mungkin bertindak salah, dengan sengaja atau karena lalai. Maka ulurkanlah kepada mereka keampunan dan maaf Anda, sebagaimana Anda menyukai Allah mengulurkan keampunan dan maaf-Nya kepada Anda, karena Anda di atas mereka dan imam Anda yang bertanggung jawab adalah di atas Anda, sementara Allah di atas orang yang telah mengangkat Anda. la (Allah) menghendaki Anda mengelola urusan mereka (rakyat) dan menguji Anda melalui mereka.
Jangan tempatkan diri Anda untuk memerangi Allah karena Anda tidak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya dan Anda tak dapat berbuat tanpa keampunan dan belas kasih-Nya. Jangan menyesal karena memaafkan atau berbelas kasih ketika menghukum. Jangan bertindak tergesa-gesa selagi marah apabila Anda dapat beroleh jalan keluar darinya. Jangan katakan, "Saya telah diberi wewenang; saya harus ditaati bilamana saya memerintah", karena hal itu menimbulkan kebingungan dalam hati, melemahkan agama dan membawa orang ke dekat keruntuhan. Apabila wewenang di mana Anda ditempatkan menimbulkan kebanggaan atau kesombongan dalam diri Anda maka tengoklah besamya kerajaan Allah atas Anda, dan kekuasaan-Nya; kekuasaan serupa itu bahkaa tidak Anda miliki atas diri Anda sendiri. Ini akan memutuskan kesombongan Anda, mengobati Anda dari temperamen Anda yang tinggi dan mengembalikan Anda kepada kebijaksanaan Anda yang telah pergi menjauh dari Anda.
Hati-hatilah tentang membandingkan diri Anda dengan Allah dalam kebesaran-Nya atau menyerupakan diri Anda kepada-Nya dalam kekuasaan-Nya, karena Allah menghinakan setiap pengaku akan kekuasaan dan mengaibkan sedap orang yang sombong.
Berlaku adillah bagi Allah dan berlaku adillah kepada rakyat, terhadap diri Anda, kerabat Anda dan orang-orang dari rakyat Anda yang bagi mereka Anda mempunyai kesukaan, karena apabila Anda tidak berbuat demikian maka Anda akan menjadi penindas, dan bilamana seseorang menindas hamba-hamba Allah, maka sebagai ganti hamba-hamba-Nya, Allah menjadi lawannya, dan apabila Allah adalah lawan seseorang, la memijak-mijak hujahnya: dan ia akan tinggal dalam keadaan berperang dengan Allah hingga ia menyerah dan bertaubat. Tak ada yang lebih menjurus kepada penghapusan karunia Allah atau mempercepat pembalasan-Nya ketimbang keberlanjutan dalam penindasan, karena Allah mendengar doa orang yang tertindas, dan mengintai para penindas.
Memerintah Haruslah Demi Kebaikan Rakyat secara Keseluruhan
Jalan yang paling Anda hasratkan haruslah jalan yang paling adil bagi hak, yang paling universal menurut keadilan, dan yang paling komprehensif berkenaan dengan persetujuan di kalangan orang-orang di bawah Anda, karena perselisishan di antara rakyat umum menyapu habis hujah-hujah para pemimpin, sementara perselisihan para pemimpin dapat diabaikan bilamana dibandingkan dengan persetujuan rakyat umum. Tak ada seorang di antara orang-orang di bawah Anda yang lebih memberatkan kepada si pemimpin dalam kesenangan hidup, kurang membantu dalam kesukaran, lebih tak menyenangkan dalam perlakuan adil, lebih licik dalam meminta anugerah, lebih sedikit bersyukur pada saat pemberian, lebih sedikit menghargai penalaran pada saat penolakan, dan lebih lemah dalam kesabaran pada saat kehidupan yang tak menyenangkan, selain para kepala. Rakyat umum dari umatlah yang merupakan tiang-tiang agama, kekuatan Muslim dan pertahanan terhadap musuh. Karena itu, andalan Anda haruslah kepada mereka dan kecenderungan Anda bersama mereka.
Di antara bawahan Anda, yang paling jauh dari Anda dan yang terburuk di antara mereka dalam pandangan Anda hendaklah orang yang mencari-cari kekurangan rakyat, karena rakyat mempunyai kekurangan-kekurangan, dan si pemimpinlah yang paling tepat untuk menutupinya. Janganlah membukakan barang sesuatu yang tersembunyi dari Anda, karena kewajiban Anda ialah memmperbaiki apa yang nyata pada Anda, sementara Allah akan mengurusi apa yang tersembunyi dari Anda. Oleh karena itu tutuplah kekurangan-kekurangan itu sejauh kemampuan Anda;Allah akan menutupi kekurangan-kekurangan Anda yang Anda mau tetap tertutup dari rakyat Anda. Orakkanlah setiap simpul kebencian pada rakyat dan putuskanlah dari diri Anda penyebab setiap pennusuhan. Jangan bergegas untuk mendukung seorang penggunjing, karena penggunjing adalah penipu walaupun ia nampak sebagai orang yang bermaksud baik.
Tentang para Penasihat
Janganlah memasukkan di antara orang-orang yang Anda mintai nasihat orang kikir yang akan menahan Anda dari bermurah hati dan mengingat-ingatkan Anda terhadap kemelaratan, jangan pula orang pengecut yang akan membuat Anda merasa terlalu lemah untuk urusan Anda, jangan pula orang serakah yang akan menjadikan indah bagi Anda pengumpulan harta dengan cara-cara buruk. Karena, walaupun kikir, pengecut dan serakah adalah sifat-sifat yang berbeda, namun semuanya jamak dalam mempunyai suatu gagasan tak benar tentang Allah.
Menteri yang terburuk bagi Anda ialah yang telah menjadi menteri bagi orang-orang jahat sebelum Anda, dan yang bergabung dengan mereka dalam dosa. Oleh karena itu, mereka tak boleh menjadi orang utama Anda, karena mereka adalah pembantu para pendosa dan saudara para penindas. Anda dapat memperoleh para pengganti yang baik bagi mereka, yang akan seperti mereka dalam pandangan dan pengaruhnya, sementara ddak seperti mereka dalam dosa dan kejahatan. Mereka belum pemah membantu penindas dalam penindasannya atau pendosa dalam perbuatan dosanya. Mereka akan memberi Anda gangguan yang paling sedikit dan dukungan yang terbaik. Mereka akan sangat bertenggang rasa kepada Anda dan yang paling kurang cenderung kepada orang lain. Oleh karena itu, jadikanlah mereka sahabat Anda yang utama secara pribadi maupun di hadapan umum.
Kemudian hendaklah lebih Anda sukai di antara mereka orang yang secara terbuka mengatakan kebenaran-kebenaran yang lebih baik di hadapan Anda dan yang paling sedikit mendukung Anda dalam tindakan-tindakan Anda yang tidak disukai Allah bagi para sahabat-Nya, walaupun semua itu mungkin sesuai dengan keinginan Anda. Bergaullah Anda dengan orang-orang takwa dan benar; kemudian didiklah mereka agar mereka tidak memuji Anda atau menyenangkan Anda karena alasan suatu tindakan yang tidak Anda lakukan, karena kelebihan pujian menimbulkan kebanggaan dan mendorong Anda ke dekat kesombongan.
Yang bajik dan yang jahat tak boleh berada dalam keudukan yang sama di hadapan Anda, karena ini berarti menahan si bajik dari kebajikan dan membujuk si jahat kepada kejahatan. Tempatkanlah setiap orang pada kedudukkannya sendiri. Anda harus mengetahui bahwa hal yang paling menjumskan kepada kesan baik tentang si pemimpin kepada rakyatnya adalah bahwa ia harus mengulurkan perilaku baik kepada mereka, meringankan kesukaran-kesukaran mereka, dan mengelak dari menempatkan mereka pada kesusahan yang tak tertanggungkan. Oleh karena itu, dalam hal ini Anda harus mengikuti suatu jalan yang dengan itu Anda akan meninggalkan kesan yang baik pada rakyat Anda, karena gagasan-gagasan yang baik seperti itu akan melegakan Anda dari kecemasan-kecemasan besar. Sesungguhnya yang paling pantas mendapatkan kesan baik tentang Anda adalah orang yang kepadanya perilaku Anda tidak baik.
Jangan putuskan kehidupan baik yang dilakukan rakyat yang lebih dahulu dari umat ini, yang karenanya terdapat persatuan umum dan melaluinya rakyat makmur. Janganlah membarui sesuatu garis tindakan yang merusak cara-cara lama ini, karena (dalam hal itu) ganjaran bagi orang-orang yang telah memapankan jalan-jalan itu akan berlanjut, tetapi beban karena memutuskannya akan jatuh pada Anda. Teruskan percakapan Anda dengan para ulama, dan diskusi-diskusi dengan para bijaksanawan untuk menstabilkan kemakmuran wilayah di bawah (wewenang) Anda, dan untuk meneruskan apa yang dengannya rakyat sebelumnya tetap tabah.
Berbagai Golongan Rakyat
Ketahuilah bahwa rakyat terdiri berbagai golongan. yang masing-masingnya hanya (dapat) mencapai kemakmurannya dengan bantuan yang lain, dan mereka tidak terlepas antara satu sama lain. Di antaranya adalah tentara Allah, lalu para pegawai sekretariat dari kalangan rakyat umum, lalu yang menjalankan pengadilan, lalu orang yang telibat dalam urusan hukum dan Ketertiban, kemudian para pembayar pajak kepala (jizyah) dan kharâj dari kalangan kafir yang dilindungi dan kaum Muslim, kemudian ada para pedagang dan tukang, kemudian kalangan paling rendah, fakir miskin. Allah telah menetapkan bagian dari setiap orang dari mereka dan telah menetapkan ketentuan-ketentuan-Nya tentang batas-batas masing-masingnya dalam Kitab-Nya (Al-Qur'an) dan sunah.
Tentara, atas rahmat Allah, adalah ibarat benteng bagi rakyat, perhiasan bagi penguasa, kekuatan agama dan sarana perdamaian mereka. Rakyat tak dapat hidup tanpa mereka, sedang tentara hanya dapat dipelihara dengan dana yang ditentukan Allah dalam pendapatan (negara) yang dengan itu mereka mendapat kekuatan untuk memerangi musuh, di mana mereka bergantung untuk kemakmuran mereka dan dengan itu mereka memenuhi kebutuhannya. Tentara dan rakyat tak mungkin ada tanpa golongan ketiga, yakni para hakim, pejabat sipil dan para sekretarisnya. Hakim menjalankan hukum perdata dan pidana, pejabat sipil memungut pajak dan mengurusi pemerintahan sipil dengan bantuan jawatannya. Kemudian ada pengrajin dan saudagar yang menambah pendapatan negara.
Merekalah yang menjalankan pasar, dan berkedudukan lebih baik dari yang lainnya dalam memenuhi kewajiban sosial. Kemudian ada golongan yang paling rendah bempa fakir miskin, yang dukungan dan pertolongan baginya menjadi kewajiban, dan setiap orang dari mereka mempunyai (bagian) pada rezeki atas nama Allah. Allah telah memberikan kesempatan mengabdi yang sesuai bagi satu dan semuanya; maka ada hak untuk semua golongan ini atas pemerintah, sesuai dengan yang diperlukan bagi kemaslahatannya, memperhatikan kebaikan selumh penduduk, suatu kebajikan yang tak akan mampu ia penuhi sebagaimana mestinya apabila ia tidak mengambil perhatian pribadi dan memohon pertolongan Allah. Sesungguhnya adalah wajib baginya untuk memaksakan kewajiban ini bagi dirinya dan bersabar atas yang ringan maupun yang berat yang sejalan dengan kewajibannya.
1. Tentara
Jadikanlah pemimpin tentara Anda orang yang menurut pendapat Anda beriman paling tulus kepada Allah dan Rasul dan taat kepada imam Anda. Yang paling suci hati dan yang tertinggi di antara mereka dalam ketabahan ialah yang tak cepat menjadi berang, menerima permohonan maaf, ramah kepada yang lemah dan tegas terhadap yang kuat; kekerasan tidak akan membuatnya naik pitam, dan kelemahan tidak akan membiarkannya duduk.
Dekatkanlah diri Anda kepada orang-orang cermat dari keluarga-keluarga yang mulia, famili-famili yang berkebajikan yang bertradisi sopan, lalu orang-orang berani, perkasa, murah hati dan dermawan, karena mereka adalah perbendaharaan kehormatan dan sumber kebajikan. Usahakanlah urusan mereka sebagaimana orang tua berusaha bagi anak-anaknya. Janganlah menganggap besar barang sesuatu yang Anda lakukan untuk memperkuat mereka, dan janganlah Anda mengentengkan barang sesuatu yang telah Anda sepakati untuk dilakukan bagi mereka, sekalipun kecil, karena sikap seperti itu akan mendorong kesetiaan mereka kepada Anda dan akan menciptakan kesan baik tentang Anda. Jangan abaikan mengurus kebutuhan-kebutuhan kecil mereka, dengan membataskan diri Anda pada hal-hal penting bagi mereka, karena bantuan-bantuan yang kecil pun bermanfaat bagi mereka sedang bantuan-bantuan besar tak dapat mereka abaikan.
Panglima tentara haruslah mempunyai posisi sedemikian di hadapan Anda, sehingga ia memberikan pertolongan kepada para tentara secara adil dan membelanjakan dari uangnya bagi mereka dan bagi keluarga mereka yang tinggal di belakang, sehingga semua kecemasan mereka terkumpul pada satu kecemasan untuk memerangi musuh. Kebaikan Anda kepada mereka akan memalingkan hati mereka kepada Anda. Hal yang paling menyenangkan bagi penguasa ialah tegaknya keadilan di wilayahnya dan perwujudan cinta dari rakyatnya, tetapi cinta rakyat hanya terwujud bilamana hati mereka bersih. Kehendak baik mereka hanya terbukti benar bilamana mereka mengelilingi komandan-komandan mereka (untuk melindunginya). Jangan memandang kedudukan mereka sebagai suatu beban dan jangan terus menunggu-nunggu akhir masa jabatannya. Oleh karena itu, berpikiran luaslah mengenai keinginan mereka, teruslah memuji mereka dan sebutkanlah perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang telah melakukan perbuatan semacam itu, karena sebutan akan tindakan-tindakan baik menggugah para pemberani dan membangkitkan orang-orang yang lemah, insya Allah.
Hargailah perbuatan setiap orang dari mereka, janganlah mengatributkan perbuatan seseorang pada orang lain, dan janganlah mengecilkan ganjaran di bawah tingkat kinerjanya. Kedudukan tinggi seseorang hendaklah tidak mengantarkan Anda untuk menganggap besar perbuatannya yang kecil, jangan pula kedudukan rendah seseorang menyebabkan Anda menganggap kecil perbuatannya yang besar.
Berpalinglah kepada Allah dan Rasul-Nya untuk petunjuk bilamana Anda merasa tidak pasti mengenai sesuatu tindakan Anda, karena kepada manusia yang hendak ditunjuki Allah Yang Mahamulia ke jalan lurus, la berkata,
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan taatilah Ulil Amri di antara kamu, Dan apabila kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian." (QS. 4:59)
Kembalikan kepada Allah berarti bertindak menurut apa yang jelas dalam Kitab-Nya, dan kembalikan kepada Rasul berarti mengikuti sunah beliau yang tiada perselisihan tentangnya.
2. Hakim Kepala
Untuk penyelesaian perkara di antara rakyat, pilihlah sebagai ketua kehakiman Anda dari antara rakyat, orang yang paling utama menurut pandangan Anda. Perkara-perkara (yang datang kepadanya) tidak boleh menjengkelkannya, perselisihan tidak boleh memberangkananya; ia tak boleh terus melakukan sesuatu hal yang salah, dan tak boleh menggerutu menedma kebenaran apabila ia melihatnya; ia tak boleh bersandar kepada keserakahan dan tak boleh berpuas diri dengan pengertian sekilas (dari suatu urusan) tanpa menyelidikinya dengan sempuma. la hams paling sedia untuk berhenti (untuk merenungkan) pokok-pokok yang meragukan, paling menghormati hujah, paling sabar menghadapi pertengkaran para pemerkara, paling sabar dalam meneliti perkara, dan paling tak takut pada saat menetapkan keputusan. Pujian tak boleh menjadikannya sombong dan kegembiraan tak boleh menjadikainnya bersandar (kepada sesuatu pihak). Orang semacam itu sangat sedikit.
Kemudian, sangat seringlah mengawasi keputusan-keputusannya dan berikan kepadanya sekian banyak uang (sebagai upah) sehingga ia tak mempunyai dalih yang patut didengar (untuk tidak berlaku jujur) dan tak ada kesempatan baginya untuk mencari keperluannya kepada orang lain. Berikan kepadanya kedudukan di sisi Anda yang untuk itu tak ada orang lain di antara para pemimpm (bawahan) Anda mencita-citakannya, sehingga ia tetap selamat dari kemudaratan oleh orang-orang di sekitar Anda. Anda haruslah mempunyai mata yang menembus dalam hal ini, karena agama ini sebelumnya telah merupakan tawanan di tangan orang-orang jahat ketika tindakan dilakukan menurut hawa nafsu dan kekayaan duniawi dicari-cari.
3. Pejabat Pemerintahan
Setelah itu, periksalah urusan para pejabat Anda. Kukuhkanlah pengangkatan mereka setelah diuji, dan janganlah sekali-kali memilih orang untuk jabatan-jabatan tanggung jawab dengan memandang hubungan pribadi atau karena sesuatu pengaruh, karena kedua hal itu dapat menjurus kepada kelaliman dan kecurangan. Untuk jabatan-jabatan yang lebih tinggi, pilihlah dari antara mereka orang-orang yang berpengalaman, orang-orang yang kuat imannya serta dari keluarga baik-baik yang telah lebih dahulu masuk Islam, karena orang-orang seperti itu memiliki akhlak yang tinggi dan kehormatan tak bemoda. Mereka sangat tidak cenderung kepada keserakahan dan selalu menaruh mata mereka pada tujuan urusan.
Berikanlah kepada mereka rezeki (berupa gaji) yang melimpah untuk memelihara diri mereka supaya mereka tidak mengincar dana yang dalam penjagaannya, dan hal itu akan merupakan hujah terhadap mereka apabila mereka melanggar perintah Anda atau menyelewengkan amanat Anda. Anda pun harus mengawasi kegiatan mereka dan taruhlah orang-orang jujur dan setia yang melaporkan tentang mereka, karena pengawasan Anda atas tindakan mereka akan mendesak mereka secara rohaniah untuk memulihkan amanat dan berlaku baik kepada manusia. Berhati-hatilah terhadap para pembantu. Apabila seseorang di antara mereka mengulurkan tangannya kepada penyelewengan, dan laporan para pelapor Anda yang sampai kepada Anda mengukuhkannya, itu harus dianggap sebagai bukti yang cukup. Maka Anda harus menimpakan kepadanya hukuman jasmani dan memulihkan apa yang telah diselewengkannya. Anda hams menempatkannya di suatu tempat aib, masukkan dia dalam daftar hitam (dengan tuduhan) penyelewengan dan biarkan dia memakai kalung malu karena pelanggarannya.
4. Administrasi Perpajakan
Uruslah pemasukan (pajak) sedemikian rupa sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya tetap makmur, karena dalam kemakmuran mereka terletak kemakmuran semua orang lain. Yang lain-lainnya tak dapat menjadi makmur tanpa mereka, karena semua orang bergantung pada pajak dan para pembayarnya. Anda pun harus lebih memperhatikan pengolahan tanah daripada pengumpulan pajak, karena pajak tak dapat diperoleh tanpa pengolahan tanah, dan barangsiapa menuntut pajak tanpa (membantu petani) untuk pengolahan tanah, ia meruntuhkan daerah itu dan membawa kematian bagi rakyat. Pemerintahnya hanya akan bertahan sejenak.
Jika mereka mengeluh tentang beratnya (pajak) atau penyakit, atau kekurangan air, atau kelimpahan air, atau suatu perubahan dalam kondisi tanah, baik karena banjir atau kekeringan, Anda harus menurunkan pajak hingga ke ukuran yang Anda harap akan memperbaiki kedudukan mereka. Pengurangan yang Anda berikan untuk menyingkirkan kesedihan dari mereka tidak boleh Anda iri, karena hal itu merupakan investasi yang akan mereka kembalikan kepada Anda dalam bentuk kemakmuran negara Anda dan kemajuan wilayah Anda, di samping mendapatkan pujian mereka dan kebahagiaan karena memenuhi keadilan bagi mereka. Anda dapat mengndalkan kekuatan mereka karena investasi yang Anda lakukan pada mereka melalui pelayanan bagi kemudahan mereka, dan dapat mempunyai kepercayaan pada mereka karena keadilan yang diulurkan kepada mereka dengan berlaku baik kepada mereka. Setelah itu, keadaan mungkin berubah sedemikian rupa sehingga Anda memerlukan bantuan mereka, yang akan mereka pikul dengan senang, karena kemakmuran dapat memikul apa saja yang Anda pikulkan kepadanya. Kerusakan tanah disebabkan oleh kemiskinan pengolah tanah, sementara para pengolah tanah menjadi miskin bilamana para pegawai memusatkan perhatian pada pengumpulan (uang), memberinya sedikit harapan untuk keberlanjutan (dalam jabatan merekal dan tidak mengambil manfaat dari obyek-obyek peringatan.
5. Jawatan Administrasi
Kemudian Anda harus mengurus para pekerja sekretariat Anda. Tempatkan yang terbaik di antara mereka untuk mengurusi urusan-urusan Anda. Percayakan surat-surat Anda yang mengandung kebijakan dan rahasia-rahasia Anda kepada orang yang mempunyai watak yang terbaik, yang tidak gembira oleh kehormatan, agar ia tidak berkata menentang Anda pada audensi umum. la pun tak boleh lalai dalam mengajukan komunikasi para pejabat Anda di hadapan Anda dan menyampaikan jawaban-jawaban yang tepat kepada mereka atas nama Anda dan dalam urusan penerimaan dan pembayaran Anda. la tidak boleh membuat persetujuan yang merugikan atas nama Anda dan harus menolak persetujuan yang menentang Anda. la tidak boleh jahil tentang tingkat kedudukannya sendiri dalam urusan, karena orang yang jahil akan kedudukannya sendiri lebih jahil lagi tentang kedudukan orang lain.
Pilihan Anda tentang orang-orang ini tidak boleh berdasarkan firasat Anda (tentang mereka), kepercayaan dan kesan baik Anda semata-mata, karena orang mempengaruhi firasat para pejabat dengan cara mengambil hati dan pelayanan pribadi, dan tak ada di dalamnya yang patut disebut ketulusan dan amanat. Melainkan Anda harus menguji mereka dengan apa yang mereka lakukan di bawah orang-orang berkebajikan sebelum Anda. Ambilah keputusan memilih orang yang bemama baik di antara rakyat umum dan yang paling terkenal dalam sifat amanat, karena ini akan merupakan bukti akan ketulusan Anda kepada Allah dan bagi orang yang atas namanya Anda telah diangkat kepada kedudukan ini (yakni imam Anda).
Tetapkan seorang kepala bagi setiap bagian urusan. la harus mampu (mengurusi) urusan-urusan besar, dan kesibukan pekerjaan tidak boleh membingungkannya. Bilamana ada cacat dalam diri para sekretaris Anda yang tak nampak oleh Anda maka Anda akan dituntut bertanggung jawab atasnya.
6. Perdagangan dan Industri
Sekarang, terimalah nasihat tentang para pedagang dan industriawan. Berikan kepada mereka nasihat yang baik, baik mereka menetap (bertoko) atau berdagang keliling atau pekerja fisik, karena mereka adalah sumber keuntungan dan sarana penyediaan barang-barang yang berguna. Mereka membawanya dari daerah-daerah jauh dan terpencil melalui bumi dan laut, padang dan bukit, dari mana orang-orang tak dapat datang dan ke mana orang tak berani pergi, karena mereka (suka) damai dan tidak ada ketakutan akan pemberontakan dari mereka, dan dari mereka tak ada ketakutan akan pengkhianatan.
Perhatikanlah urusan mereka yang di hadapan Anda atau di mana saja mereka berada dalam wilayah Anda. Akan tetapi, ingatlah bahwa banyak dari mereka berpikiran sangat sempit, dan amat sangat tamak. Mereka menimbun gabah untuk mengadu untung dan menjualnya dengan harga yang mahal. Ini sangat merugikan orang banyak, dan suatu aib bagi penguasa yang tidak bertanggung jawab. Cegahlah mereka dari menimbun, karena Rasulullah (saw) telah melarangnya. Perdagangan harus lancar, timbangannya harus adil, dan harga-harga ditetapkan begitu rupa sehingga penjual dan pembeli tidak merugi. Dan, setelah ada peringatan Anda, jika seseorang menentang perintah Anda dan melakukan kejahatan penimbunan, maka berikanlah kepadanya hukuman berupa pelajaran, tetapi jangan berlebih-lebihan.
7. Kaum Miskin
Berhati-hatilah! Takutlah kepada Allah ketika berurusan dengan masalah orang miskin yang tidak mempunyai cukup sarana, yang papa, tak punya dan tak berdaya; di kalangan mi termasuk orang yang menanggung sengsaranya dengan diam-diam, dan orang-orang yang mengemis. Lindungilah hak-hak mereka, demi Allah yang telah meletakkan pada Anda kewajiban melindungi kepentingan mereka. Sediakan bagi mereka suatu bagian dari perbendaharaan negara (baitul mâl), dan bagian dari hasil bumi yang diambil sebagai zakat di setiap area, karena di dalamnya yang jauh maupun dekat mempunyai bagian yang sama. Hak-hak dari semua orang ini telah dipikulkan pada Anda. Karena itu jangan biarkan kemewahan apa pun menjauhkan Anda dari mereka. Anda tak akan beroleh dalih apa pun untuk mengabaikan hal-hal kecil karena Anda sedang memutuskan hal-hal besar. Maka janganlah Anda mengabaikan mereka, dan jangan palingkan wajah Anda dari mereka karena kesombongan.
Perhatikanlah urusan orang-orang dari kalangan mereka yang tidak mendekati Anda karena penampilannya yang tak enak dipandang atau mereka yang dipandang rendah oleh orang-orang. Angkatlah (pejabat) untuk (mengurusi) mereka orang-orang yang terpercaya dan takwa, dan sederhana. Mereka ini harus memberitahukan kepada Anda keadaan para fakir miskin. Kemudian perlakukan mereka (fakir miskin) dengan rasa tanggung jawab kepada Allah pada hari Anda akan menemui-Nya, karena bagian rakyat inilah, lebih dari yang mana pun, yang paling patut menerima perlakuan adil, sementara hak-hak orang lain pun harus Anda penuhi sebagai tanggung jawab kepada Allah.
Uruslah para yatim piatu dan orang-orang berusia lanjut yang tidak mempunyai sumber (nafkah) dan tidak mau meminta-minta. Ini berat bagi para penguasa, dan memang setiap hak itu berat. Allah meringankannya bagi orang-orang yang mencari akhirat dan dengan demikian mereka tabah menanggung kesulitan dan yakin akan kebenaranjanji Allah bagi mereka. Dan tetapkanlah waktu-waktu untuk mendengarkan keluhan mereka, di mana Anda mengkhususkan diri bagi mereka, dan duduklah bersama mereka, dan hendaklah Anda merasa sederhana demi Allah yang menciptakan Anda. (Pada kesempatan itu) Anda harus menjauhkan tentara dan para pembantu Anda, seperti para pengawal dan polisi, supaya setiap orang dari mereka yang hendak berkata kepada Anda dapat berkata tanpa rasa takut, karena saya pemah mendengar Rasulullah (saw) bersabda lebih dari sekali bahwa "Kaum di kalangan Anda di mana hak kalangan lemah tidak dipenuhi oleh kalangan yang kuat, tidak akan mencapai kesucian." Bersabarlah atas kekakuan dan ketidakmampuan mereka berbicara. Jauhkan dari Anda kepicikan dan kesombongan; karena hal itu maka Allah akan membentangkan di atas Anda rahmat-Nya dan memberikan ganjaran kepada Anda atas ketaatan kepada-Nya. Apa saja yang dapat Anda berikan kepada mereka, berikanlah dengan ramah, tetapi bila Anda menolak, tolaklah dengan baik dan tanpa berdalih.
Kemudian ada hal-hal tertentu yang tak dapat tidak harus Anda laksanakan sendiri. Misalnya, menjawab para pejabat Anda bilamana para sekretaris tak mampu melakukannya, atau untuk memulihkan keluhan-keluhan bila para pembantu Anda tak dapat melakukannya. Selesaikanlah pada setiap hari pekerjaan yang dimaksudkan pada hari itu, karena setiap hari membawa pekerjaannya sendiri.
Hubungan dengan Allah
Suatu hal khusus yang dengan itu Anda harus memumikan agama Anda bagi Allah hamslah merupakan pemenuhan kewajiban Anda yang khusus bagi-Nya. Oleh karena itu persembahkan kepada Allah sebagian dari kegiatan fisik Anda di waktu malam dan siang, dan (ibadah) apa saja yang Anda laksanakan untuk mencari kedekatan kepada-Nya haruslah sempurna, tanpa cacat atau kekurangan, usaha fisik apa pim yang mungkin terlibat di dalamnya. Dan bilamana Anda memimpin salat berjamaah, janganlah (terlalu panjang sampai) menjemukan, karena dalam jamaah mungkin ada orang sakit-sakitan maupun orang-orang yang mempunyai keperluannya sendiri. Ketika menerima perintah untuk berangkat ke Yaman, saya bertanya (kepada Rasulullah saw), bagaimana saya harus memimpin rakyat salat di sana, beliau menjawab, "Lakukanlah salat sesuai dengan yang dilakukan kaum yang paling lemah di antara mereka; dan bertenggang rasalah kepada orang-orang yang beriman."
Jangan Menjauhkan Diri
Janganlah Anda berlama-lama menjauhkan diri Anda dari rakyat, karena pengucilan diri penguasa dari rakyat adalah semacam pandangan sempit dan menyebabkan ketidaktahuan tentang keadaan mereka. Pengucilan diri dari mereka mencegah mereka dari mengetahui hal-hal yang tidak mereka ketahui dan sebagai akibatnya mereka mulai memandang hal-hal besar sebagai kecil dan hal-hal kecil sebagai besar, hal-hal yang baik sebagai buruk dan hal-hal buruk sebagai baik, sementara kebenaran dikacankan dengan kebatilan. Alhasil, gubemur adalah manusia dan tak akan dapat mengetahui hal-hal yang disembunyikan rakyat dari dia.
Tak ada tulisan besar di wajah kebenaran untuk membedakan pelbagai ungkapannya dari kebatilan. Maka Anda mungkin salah satu dari dua. Entah Anda pemurah dalam memberikan hak-hak; dan kalau demikian maka mengapa Anda bersembunyi padahal Anda melaksanakan kewajiban dan amal perbuatan baik dari kinerja Anda? Atau Anda korban kekikiran; dalam hal itu maka rakyat akan menyerah dari meminta kepada Anda karena mereka akan kehilangan harapan akan perlakuan baik dari Anda. Walaupun demikian, ada banyak keperluan rakyat pada Anda yang tidak melibatkan kesulitan pada Anda, seperti keluhan terhadap penindasan atau permohonan keadilan dalam suatu hal.
Selanjutnya, seorang gubemur mempunyai para favorit dan orang-orang yang mudah menemuinya. Mereka menyalahgunakan hal-hal, sombong dan tidak berlaku adil dalam urusan. Anda harus menghancurkan akar keburukan pada manusia dengan memutuskan penyebab cacat-cacat ini. Jangan memberikan hadiah-hadiah tanah kepada orang-orang yang bergantung kepada Anda atau para pendukung Anda. Mereka tak boleh mengharapkan dari Anda pemilikan tanah yang mungkin menimbulkan kerugian kepada orang-orang sekitarya tentang masalah pengairan dan pelayanan umum yang bebannya dipikulkan kepada orang lain oleh orang yang mendapatkan pemberian tanah itu. Secara ini, manfaat itu bukan bagi Anda melainkan bagi mereka, dan kesalahan akan terletak pada Anda di dunia ini dan di akhirat.
Berikan hak-hak kepada siapa saja yang memiliknya, baik dekat ataupun jauh dari Anda. Dalam hal ini Anda harus tabah dan waspada, sekalipun hal itu mungkin melibatkan famili atau favorit Anda, dan ingatlah selalu akan ganjaran atas apa yang nampaknya memberatkan Anda karena ganjarannya bagus.
Apabila rakyat mencurigai Anda berlaku sewenang-wenang, terangkan kepada mereka kedudukan Anda dan singkirkan kecurigaan mereka dengan penjelasan Anda, karena hal ini akan berarti latihan bagi jiwa Anda dan tenggang rasa kepada rakyat, sedang penjelasan ini akan mengamankan tujuan Anda untuk terus mengukuhkan mereka dalam kebenaran.
Janganlah Anda mengabaikan tawaran damai yang mungkin diajukan oleh musuh Anda dan di mana ada keridaan Allah, karena perdamaian memberikan istirahat kepada tentara Anda dan melegakan kecemasan Anda, dan keselamatan bagi negara Anda. Namun, setelah perdamaian, terdapat kekhawatiran besar dari (pihak) musuh, karena sering musuh menawarkan perdamaian hanya untuk mendapatkan manfaat atas kelengahan Anda. Karena itu, berhati-hatilah dan jangan bertindak menurut harapan khayali dalam hal ini.
Apabila Anda menerima suatu kesepakatan antara Anda dan musuh Anda atau memasuki perjanjian dengan dia maka penuhilah kesepakatan Anda dan laksanakanlah janji Anda dengan jujur. Tempatkan diri Anda sebagai perisai terhadap apa saja yang telah Anda janjikan karena di antara kewajiban dari Allah tak ada sesuatu di mana rakyat lebih dipersatukan dengan kuat walaupun terdapat perbedaan dalam gagasan mereka dan variasi pandangan mereka, ketimbang respek pada penepatan janji. Di samping kaum Muslim, bahkan kaum kafir pun menaati perjanjian, karena mereka menyadari bahaya yang akan menimpa setelah pelanggaran(nya). Oleh karena itu, janganlah menipu musuh Anda, karena tak ada yang dapat memurkakan Allah kecuali orang jahil dan orang jahat. Allah membuat kesepakatan dan janji-Nya (sebagai) tanda keamanan yang telah disebarkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya melalui rahmat-Nya dan suatu suaka di mana mereka tinggal dalam perlindungan-Nya dan mencari manfaat dari kedekatan dengan-Nya. Oleh karena itu, tak boleh ada penipuan, kelicikan atau kecurangan di dalamnya.
Janganlah mengadakan perjanjian yang memungkinkan perbedaan tafsiran, dan janganlah mengubah tafsiran dari kata-kata yang samar setelah penyimpulan dan pengukuhan (perjanjian itu). Apabila suatu perjanjian Allah melibatkan Anda dalam kesulitan, janganlah Anda mencan-cari dalih untuk menyangkalinya tanpa kebenaran, karena pemikulan kesulitan yang melaluinya Anda mengharapkan kelegaan dan hasil bagus adalah lebih baik daripada pelanggaran yang akibatnya Anda takuti, dan hendaklah Anda takut bahwa Anda akan dituntut Allah untuk mempertanggungjawabkannya dan Anda tak akan mampu mencari keampunan atasnya di dunia ini dan di akhirat.
Jauhkanlah diri Anda dari pertumpahan darah tanpa alasan yang sah, karena tak ada yang lebih mengundang azab Allah, yang lebih besar dalam akibat (buruknya), dan lebih efektif dalam merosotnya kemakmuran dan memendekkan usia, daripada menumpahkan darah tanpa alasan yang benar. Pada Hari Pengadilan Allah Yang Mahasuci akan memulai pengadilannya di aiitara manusia dengan perkara pembunuhan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, janganlah memperkuat wewenang Anda dengan menumpahkan darah karena hal ini akan melemahkan dan merendahkan wewenang, lagi pula menghancurkannya dan menggesemya. Anda tak dapat mengajukan dalih apa pun di hadapan Allah atau di hadapan saya atas pembunuhan yang disengaja karena di dalamnya mesti ada pertanyaan atau pembalasan. Apabila Anda terlibat di dalamnya karena kekeliruan, dan berlebihan dalam menggunakan cambuk atau pedang Anda, atau keras dalam menimpakan hukuman, karena kadang-kadang bahkan satu pukulan tinju atau pukulan yang lebih kecil menyebabkan kematian, maka kesombongan kewenangan Anda tak boleh mencegah Anda dari membayar uang tebusan darah kepada ahli waris orang yang terbunuh itu.
Jauhilah sifat mengagumi diri dengan mengandalkan apa yang nampak baik pada diri Anda sendiri dan senang akan pujian yang berlebih-lebihan, karena hal itu merupakan salah satu kesempatan yang paling diandalkan setan untuk menghapus amal-amal baik dari orang berkebajikan.
Janganlah Anda menunjuk-nunjukkan (adanya) jasa Anda pada rakyat Anda karena Anda telah berbuat baik kepada mereka, atau memuji perbuatan Anda sendiri, atau berjanji lalu melanggamya, karena menunjuk-menunjukkan adanyajasa menghancurkan kebaikan, (sikap) puji diri membuang cahaya kebenaran, dan pelanggaran janji mendapatkan kebencian Allah dan (kebencian) rakyat. Allah yang Mahasuci berfirman,
"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. 61:3)
Janganlah tergesa-gesa melakukan sesuatu sebelum waktunya, lamban pada saat yang semestinya, ngotot atasnya bilamana ketepatan tindakan tidak diketahui, atau melemah bilamana (perlunya pekerjaan) itu menjadi jelas. Lakukanlah setiap sesuatu pada tempatnya yang semestinya, dan lakukan setiap pekerjaan pada waktunya yang tepat.
Janganlah gunakan untuk diri Anda sendiri apa-apa yang di dalamnya rakyat mempunyai hak yang sama, dan janganlah Anda mengabaikan hal-hal yang telah menjadi jelas dengan dalih bahwa Anda bertanggung jawab bagi orang-orang lain. Singkatnya, tirai-tirai dari semua hal akan diangkat dari pandangan Anda dan Anda akan dituntut untuk melakukan pemulihan kepada orang-orang yang tertindas. Kendalikanlah rasa presdse (Anda), setiap ledakan kemarahan, kekuatan tangan Anda, dan tajamnya lidah Anda. Jagalah terhadap semua mi dengan menjauhi ketergesa-gesaan dan dengan menangguhkan tindakan keras sampai marah Anda mereda dan mendapatkan lagi kendali diri Anda. Anda tak dapat menahan diri dari hal ini kecuali apabila Anda mengingat bahwa Anda akan kembali kepada Allah.
Perlulah Anda mengingat bagaimana keadaan yang beriaku pada orang-orang yang mendahului Anda, baik pemerintah atau tradisi besar atau suatu sunah dari Nabi kita (saw), atau perintah wajib yang terkandung dalam Kitab Allah. Kemudian Anda harus mengikutinya sebagaimana Anda melihat kami berbuat menurutnya dan Anda hams berusaha mengikuti apa yang telah disuruhkan kepada Anda dalam dokumen mi di mana saya telah melengkapi hujah saya atas Anda, supaya apabila hati Anda maju kepada hawa nafsunya Anda tak akan mempunyai hujah yang mendukungnya.
Saya memohon kepada Allah Yang Mahakuasa melalui rahmat-Nya yang tak terbatas, dan keagungan kekuasaan-Nya dalam memberikan kecenderungan yang baik, semoga la mendorong saya dan Anda untuk mengajukan suatu hujah yang jelas di hadapan-Nya dan di hadapan hamba-hamba-Nya dalam suatu cara yang mungkin menarik keridaan-Nya bersama dengan pujian yang baik di kalangan manusia, efek yang baik dalam negara, peningkatan dalam kemakmuran dan peninggian kemuliaan; dan semoga la memperkenankan kepada saya dan Anda untuk menjalani kematian berkebajikan dan kematian syahid. Sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Salam atas Rasulullah—semoga la mencurahkan salawat dan salam kepada beliau dan keturunannnya yang suci. Wasalam. •
[1] Dokumen yang patut disebut konstitusi politik Islam ini telah dipersiapkan oleh ahli terbesar dalam syariat dan bertindak atas dasarnya. Dari kajian tentang cara pemerintahan Amirul Muknunin di halaman-halaman ini dapat disimpulkan bahwa tujuannya hanyalah semata-mata pelaksanaan hukum Ilahi dan perbaikan kondisi sosial, bukan untuk merusak keamanan umum atau memenuhi perbendaharaan dengan merampok, atau berjuang untuk memperluas wilayah negara dengan jalan jujur atau licik. Pemerintahan duniawi pada umumnya mengambil konstitusi yang memenuhi keuntungan mereka yang sebesar-besamya dan berusaha mengubah setiap hukum yang menghalangi tujuan itu atau merugikan maksudnya. Tetapi setiap pasal konstitusi ini merupakan suatu perlindungan bagi kepentingan bersama dan sebagai pelindung organisasi kolektif. Pelaksanaannya tak mengandung sentuhan keakuan atau kepentingan diri sendiri. la mengandung prinsip-prinsip mendasar untuk pemenuhan kewajiban kepada Allah, perlindungan terhadap hak-hak manusia tanpa membeda-bedakan agama atau golongan, kepedulian terhadap fakir miskin dan pemberian bantuan kepada kalangan lemah yang tertindas; dari sini penuh petunjuk dapat diperoleh untuk penyebaran hak dan keadilan, penegakan kedamaian dan keamanan dan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.
Amirul Mukminin menulis dokumen ini untuk Malik al-Asytar ketika ia ditunjuk sebagai Gubernur Mesir di tahun 38 H. Malik al-Asytar adalah salah seorang sahabat utama Amirul Mukminin. la telah menunjukkan ketabahan dan kesabaran besar serta kepercayaan penuh pada Amirul Mukminin. la mencapai kedekatan dan keterpautan tertinggi kepadanya dengan membentuk perilaku dan karakter menurut perilaku dan karakter Amirul Mukminin. Ini dapat disimpulkan dari kata-kata Amirul Mukminin, "la bagi saya seperti saya bagi Nabi Allah." (Ibn Abil Hadid, XV, h. 98; al-A'lâm, VI, h. 131) Malik al-Asytar pun, digerakkan oleh perasaan pengabdian tanpa mementingkan diri, mengambil bagian sangat aktif dalam pertarungan militer dan membuktikan diri sebagai tangan Amirul Mukminin dalam seluruh pertempuran dan pertarungan. la menunjukkan keberanian dan keperkasaan yang diakui di seluruh Tanah Arab. Bersama dengan keberanian ini ia pun hebat dalam kesabaran dan ketabahan. Sehubungan dengan ini Warram ibn Abi Firas menulis bahwa pada suatu ketika Malik sedang melewati pasar Kufah dengan pakaian dan serbannya yang terbuat dari katun kasar. Seorang penjaga toko melihatnya dalam pakaian dan kondisi itu, lalu melemparinya dengan beberapa daun kotor, tetapi ia sama sekali tidak mempedulikan perilaku buruk itu, bahkan tidak menoleh kepadanya. Dengan tenang ia melangkah terus. Kemudian seseorang berkata kepada penjaga toko itu, "Tahukah Anda kepada siapa Anda telah beriaku demikian tak senonoh?" la menjawab bahwa ia tak mengenalnya, yang atasnya orang itu mengatakan bahwa itulah Malik al-Asytar. Ketika mendengamya ia kebingungan dan segera mengejar Malik untuk meminta ampun atas perlakuannya yang tak senonoh dan menghina itu. Sementara ia mencarinya, ia sampai ke mesjid di mana Malik sedang berdoa. Seusainya berdoa, lelaki penjaga toko itu maju lalu berlutut memohon ampun dengan penuh kesungguhan sambil menangis. Malik mengangkat janggut orang itu seraya berkata, "Demi Allah, saya telah datang ke mesjid untuk berdoa kepada Allah agar la mengampuni Anda." Beginilah sifat pemaaf dan kesabaran pejuang ini, yang namanya menggoncang keberanian orang dan kemahiran pedangnya diakui semua orang pemberani Arabia. Dan inilah tanda keberanian yang sesungguhnya dari seorang lelaki yang menguasai diri dalam pahitnya kemarahan dan keberangan, dan bersabar atas kesulitan dengan teguh dan tenang. Ini sesuai dengan kata-kata Amirul Mukminin, "Orang yang paling berani ialah orang yang menaklukkan hawa nafsunya."
Di samping ciri khas dan sifat-sifat ini, ia mempunyai bakat yang sempuma dalam organisasi dan pemerintahan. Ketika partai 'Utsmani mulai menyebarkan kuman kehancuran di Mesir dan berusaha mengacaukan hukum dan tata tertib negeri itu dengan kemungkaran dan pemberontakan, Amirul Mukminin menarik Muhammad ibn Abu Bakar dari kedudukannya sebagai gubemur dan mengangkat Malik al-Asytar sebagai gantinya, walaupun pada waktu itu ia menjabat sebagai Gubernur Nâshibîn. Amirul Mukminin mengirimkan pesan kepadanya bahwa ia harus menunjuk seseorang sebagai wakilnya di Nâshibîn lalu datang kepada Amirul Mukminin. Ketika mendengar perintah itu Malik menunjuk Syabib ibn 'Amir al-'Azdi menjadi wakilnya dan dia sendiri pergi kepada Amirul Mukminin. Amirul Mukminin memberikan kepadanya surat pengangkatan dan mengirimkannya ke Mesir, dan mengirimkan pula sepucuk perintah tertulis kepada orang Mesir untuk menaatinya. Ketika Muawiyah mendengar kabar tentang pengangkatan Malik al-Asytar melalui mata-matanya, ia menjadi bingung karena ia telah menjanjikan kepada 'Amr ibn al-Ash bahwa ia akan memberikan kepadanya jabatan gubernur Mesir sebagai upah atas pengabdiannya dan ia berharap bahwa 'Amr ibn al-'Ash akan dapat mengalahkan Muhammad ibn Abu Bakar dengan mudah lalu merebut kekuasaan darinya. Tetapi ia tak dapat membayangkan akan menaklukkan Mesir dengan mengalahkan Malik al-Asytar. Karena itu ia memutuskan akan menyingkirkannya sebelum ia mengambil alih kekuasaan. Untuk itu ia bersekongkol dengan seorang tuan tanah di kota 'Arisy bahwa bilamana Malik lewat di 'Arisy dalam perjalanannya ke Mesir, hendaklah ia membunuhnya dengan sesuatu siasat. Sebagai upahnya, hasil pendapatan dari kekayaannya tidak akan dipunguti pajak. Maka ketika Malik sampai di 'Arisy bersama pengantar dan pasukannya, tuan tanah itu menyambut rombongan itu dan mendesak supaya Malik menjadi tamunya. Malik menerima tawaran itu lalu menjadi tamu di tempatnya. Setelah makan, tuan rumah itu menyajikan minuman sirup madu yang telah dicampuri racun. Setelah meminumnya Malik segera menunjukkan efeknya, dan di hadapan mata setiap orang itu juga pejuang besar yang terkenal dalam keahliannya memegang pedang dan membingungkan barisan musuh itu meninggal dunia dengan tenang.
Ketika mendengar kabar tentang keberhasilan siasat itu, Mu'awiah sangat bersukacita dan berseru ria, "Oh, madu pun adalah tentara Allah," kemudian ia berpidato, yang di antara isinya,
"'Ali ibn Abi Thalib mempunyai dua tangan kanan. Yang satu telah diputuskan di Shiffin, yakni 'Ammar ibn Yasir, dan yang kedua sekarang telah diputuskan, yakni Malik al-Asytar."
Tetapi, ketika kabar pembunuhan Malik sampai kepada Amirul Mukminin, ia sangat berdukacita dan sedih, lalu ia berkata,
"Malik! Siapakah Malik? Apabila Malik adalah batu, ia keras dan padat; apabila ia karang, ia karang besar yang tiada taranya. Nampaknya seakan kematiannya telah menjadikan saya tak bernyawa. Saya bersumpah demi Allah bahwa kematiannya membuat orang Suriah bersukaria dan menyakiti orang 'Iraq."
Kemudian ia melanjutkan,
"Kaum wanita telah mandul untuk melahirkan yang seperti Malik." (ath-Thabari, I, h. 3392-3395; Ibn Atsir, III, h. 352-353; al-Ya'qubi, II, h. 194; al-Istî'âb, III, h. 1366; Ibn Abil Hadid, VI, h. 74-77; Ibn Katsir, VII, h. 313-314;Abul Fida',I,h. 179)
30
Nahjul Balaghah
SURAT 54 Kepada Thalhah dan Zubair (melalui 'Imran ibn al-Hushain al-Khuza'i).[1] Abu Ja'far al-Iskâfi telah menyebutkan hal ini dalam bukunya Kitab al-Maqâmât tentang kebajikan Amirul Mukminin as
Sekarang, Anda berdua mengetahui, walaupun Anda menyembunyikannya, bahwa saya tidak meminta mereka untuk membaiat kepada saya hingga mereka sendiri membaiat kepada saya. Sesungguhnya rakyat umum tidak membaiat kepada saya di bawah suatu paksaan atas mereka atau uang apa pun yang diberikan kepada mereka. Apabila Anda berdua membaiat saya dengan taat, kembalilah dan segeralah bertaubat kepada Allah, tetapi bila Anda membaiat kepada saya dengan enggan, sesungguhnya Anda telah memberikan alasan kepada saya untuk bertindak, dengan menunjukkan ketaatan Anda dan menyembunyikan pembangkangan Anda.2 Demi hidupku, Anda tidak lebih berhak daripada orang Muhajirin untuk menyembunyikan dan menyimpan hal ini. Penolakan Anda membaiat sebelum memasukinya akan lebih mudah ketimbang keluar darinya setelah menerimanya.
Anda telah mengatakan bahwa saya membunuh 'Utsman; maka biarkanlah sesorang dari kalangan rakyat Madinah yang tidak mendukung saya dan tidak pula (mendukung) Anda memutuskan hal itu antara saya dan Anda. Maka satu dari kita mesti menghadapi (perintah hukum) menurut keteriibatan(nya). Anda harus melepaskan jalan Anda sekarang, ketika pertanyaan besar di hadapan Anda hanyalah pertanyaan yang memalukan, sebelum Anda menghadapi pertanyaan yang memalukan itu dengan api neraka; Wasalam. •
[1] 'Imran ibn Hushain al-Khuza'i adalah seorang sahabat tingkat tinggi yang utama dalam pengetahuan dan prestasi, dan sangat cermat dalam meriwayatkan Hadis. la menerima Islam di saat Perang Khaibar dan ikut serta dengan Nabi dalam jihad. la diberi kehormatan dengan kedudukan hakim di Kufah; ia meninggal di Bashrah tahun 52 H.
Salah satu hadis shahih yang diriwayatkan oleh 'Imran ibn Hushain tentang Amirul Mukminin ialah,
Rasulullah membentuk suatu pasukan dan mengirimnya di bawah komando 'Ali ibn Abi Thalib. Dari khumus yang diterimanya, 'Ali menyisihkan seorang gadis budak untuk dirinya sendiri. Ini tak disukai oleh beberapa orang kawannya, dan empat orang darinya memutuskan untuk mengadukannya kepada Nabi (saw). Ketika kembali, mereka mendatangi Nabi, dan salah seorang di antara mereka berdiri seraya berkata, "Ya Rasulullah! Tidakkah Anda melihat bahwa 'Ali berbuat ini dan itu?" Nabi memalingkan wajah beliau darinya. Seorang lainnya berdiri dan mengajukan pengaduan yang sama dan Nabi memalingkan wajah beliau darinya. Yang seorang lagi mengulangi apa yang telah dikatakan kedua orang temannya dan mengalami reaksi yang sama. Kemudian orang keempat berdiri lalu mengatakan sebagaimana para pendahulunya. Nabi (saw) kemudian berpaling kepada mereka dengan tanda-tanda marah pada wajah beliau seraya berkata, "Apa yang Anda kehendaki untuk saya lakukan kepada ‘Ali? (dengan mengulanginya sebanyak tiga kali). Sesungguhnya 'Ali dari saya dan saya dari dia, dan sesudah saya ialah amir kaum mukmin." (at-Tirmidzi, al-Jâmi' ash-Shahîh, V, h. 632; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, IV, h. 437-438; Abu Dawud ath-Thayalisi, al-Musnad, h. 111; al-Hakim, al-Mustadrak, fu, h. 110-111; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliyâ', VI, h. 294; adz-Dzahabi, Târîkh al-Islam, II, h. 196; Ibn Katsir, at-Târîkh, VII, h. 345; Ibn al-Atsir, Usd al-Ghâbah, IV, h. 27; Ibn Hajar, al-Ishâbah, II, h. 509)
Yakni, Anda adalah orang kaya yang mempunyai suku dan komunitas yang besar. Apa perlunya Anda berlaku curang seperti itu, atau menyembunyikan perasaan hati yang sesungguhnya, menunjukkan ketaatan dan membaiat dengan enggan dan tak suka. Tentu saja, apabila seseorang lain yang lemah dan tak berdaya mengatakan bahwa ia terpaksa membaiat, alasannya dapat diterima hingga ukuran tertentu. Tetapi, bilamana tak ada orang lain telah mengungkapkan ketidakberdayaannya dalam hal itu, mengapa maka ketidakberdayaan ini menimpa Anda sehingga sekarang Anda menganggap baiat Anda sebagai akibat ketidakberdayaan Anda?
SURAT 55 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, Allah Yang Mahasuci telah menjadikan dunia ini untuk apa yang akan datang sesudahnya dan menguji para penghuninya tentang siapa yang beramal baik; dan kita tidak diciptakan untuk dunia ini, tidak pula (kita) diperintahkan untuk berjuang demi itu, tetapi kita ditempatkan di (dunia) itu untuk menghadapi ujian di dalamnya. Maka Allah telah mencobai saya denganmu, dan mencobaimu dengan saya. Karena itu la telah membuat salah satu dari kita suatu hujah bagi yang lain.
Sekarang, engkau telah melompat pada dunia dengan penafsiran salah atas Al-Qur'an, dan menghendaki saya betanggung jawab atas apa yang tangan saya maupun lidah saya tidak (harus) bertanggung jawab, tetapi engkau dengan orang-orang Suriah meletakkan kesalahan kepada saya, dan orang pandaimu menghasut orang bodoh terhadap saya, dan orang yang duduk menghasut orang yang sedang berdiri. Engkau harus takut kepada Allah tentang diri Anda sendiri, dan janganlah membiarkan setan memimpinmu. Palingkan wajahmu ke dunia berikut karena itulah jalan kami dan jalanmu, dan takutlah kalau-kalau Allah melibatkan Anda dalam suatu musibah mendadak yang mungkin menghancurkan akar maupun memotong cabang-cabang. Saya bersumpah kepada Anda demi Allah, sumpah yang tidak akan dilanggar, bahwa apabila takdir membawa saya dan Anda berhadap-hadapan maka saya akan bersiteguh menghadapi Anda, Hingga Allah menetapkan di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (QS. 7:87) •
SURAT 56 Ketika Amirul Mukminin menempatkan Syuraih ibn Hani (al-Madzhiji) sebagai kepala pasukan depan yang mendahului ke Suriah, ia mengeluarkan surat instruksi ini
Bertakwalah kepada Allah di setiap pagi dan petang dan tetaplah khawatirkan tentang diri Anda mengenai dunia yang menipu ini, dan sekali-kali janganlah menganggapnya aman. Ketahuilah bahwa apabila karena takut akan sesuatu bencana Anda tidak menahan diri dari hal-hal yang Anda cintai, maka hawa nafsu akan melemparkan Anda ke dalam banyak kemudaratan. Oleh karena itu, jadilah pengekang dan pelindung diri Anda sendiri, dan (jadilah) penindas dan pembunuh kemarahan Anda. •
SURAT 57 Kepada rakyat Kufah di saat ia maju dari Madinah ke Bashrah
Amma ba'du, saya telah datang dari kota saya entah sebagai penindas atau sebagai yang tertindas, entah sebagai pemberontak atau orang yang terhadapnya telah dilakukan pendurhakaan. Bagaimanapun juga, kepada siapa pun surat saya ini sampai, saya mengajaknya dengan nama Allah supaya datang kepada saya, dan apabila saya dalam kebenaran, ia harus menolong saya; tetapi, apabila saya dalam kesalahan maka ia harus berusaha untuk membawa saya kepada yang benar menurut pendapatnya. •
SURAT 58 Ditulis kepada rakyat di berbagai daerah, menggambarkan apa yang terjadi antara dia dan kaum Shiffin
Semuanya mulai sedemikian rupa hingga kami dan orang Suriah bertemu dalam suatu pertarungan, walaupun kita percaya kepada Allah yang satu dan sama dan Nabi yang satu dan sama, dan risalah kita dalam Islam adalah satu dan sama. Kita tidak menghendaki mereka untuk menambahkan barang sesuatu dalam keimanan kepada Allah atau dalam mengakui Nabi-Nya (saw), dan tidak pula mereka menghendaki kita untuk menambahkan barang sesuatu seperti itu. Sebenarnya, ada suatu kesatuan yang lengkap, kecuali bahwa kita berbeda tentang masalah darah 'Utsman sementara kita tidak terlibat di dalamnya. Kami sarankan kepada mereka untuk meredakan situasi dengan menenangkan kekacauan sementra itu, dan menenangkan rakyat sampai umsan mengendap dan menjadi stabil ketika kita akan mendapatkan kekuatan untuk membetulkan urusan.
Tetapi, mereka mengatakan bahwa mereka akan meneyelesaikan dengan peperangan. Maka, mereka menolak perintah kami dan sebagai akibatnya peperangan merentangkan sayap-sayapnya dan datang untuk tinggal. Nyalanya bangkit dan menjadi kuat. Ketika perang telah menggigit kita maupun mereka dan menusukkan kukunya kepada kita maupun mereka, mereka menerima apa yang telah kita sarankan kepada mereka. Maka kita menyetujui apa yang mereka sarankan dan bergegas memenuhi permohonan mereka. Dengan cara ini hujah menjadi jelas kepada mereka dan tiada dalih yang tertinggal pada mereka. Sekarang, barangsiapa di antara mereka berpegang pada (janji) ini akan diselamatkan Allah dari keruntuhan, dan barangsiapa menunjukkan (sikap) kepala batu dan bersikeras (pada kesalahan) adalah pemutar balik yang hatinya telah dibutakan Allah, dan kemungkaran akan mengelilingi kepalanya. •
SURAT 59 Kepada al-Aswad ibn Quthbah, Gubernur Hulwan
Sekarang, apabila tindakan-tindakan seorang gubemur mengikuti hawa nafsu, ia akan sangat terhalang dalam (urusan) keadilan. Semua orang hams sama dalam hak di hadapan Anda, karena kelaliman tak dapat menjadi pengganti bagi keadilan. Jauhkan hal-hal yang tidak Anda sukai bagi diri Anda sendiri. Berusaha keraslah Anda dalam apa yang telah diwajibkan Allah atas Anda, dengan berharap akan pahala-Nya dan takut akan hukuman-Nya.
Ketahuilah bahwa dunia ini adalah suatu tempat ujian. Barangsiapa yang telah menyia-nyiakan sesuatu saat dari waktunya, ia akan menyesalinya pada Hari Pengadilan, dan tak ada yang akan pemah membuat Anda terlalu puas sehingga tidak memerlukan hak. Satu dari hak-hak pada Anda ialah bahwa Anda harus melindungi diri Anda sendiri (dari dosa) dan mengurusi rakyat sekuat kuasa Anda. Manfaatnya yang akan Anda peroleh akan lebih besar daripada apa yang akan diperoleh (rakyat) melalui Anda. Wasalam. •
SURAT 60 Kepada para pejabat wilayah yurisdiksi yang dilalui tentara
Dari hamba Allah, 'Ali, Amiril Mukminin kepada semua pengumpul pendapatan (negara) dan para pejabat negara yang melalui wilayahnya tentara lewat.
Amma ba'du, saya telah mengirim tentara yang melewati Anda, apabila Allah menghendaki; telah saya intruksikan kepada mereka tentang apa yang telah diwajibkan Allah pada mereka, yakni bahwa mereka tak boleh mengganggu dan hams menghidari kemudaratan. Saya menganggap diri saya bersih di hadapan Anda dan orang-orang (kafir) yang berada di bawah perlindungan Anda dari setiap gangguan yang dilakukan oleh tentara itu, kecuali bilamana seseorang terpaksa oleh lapar dan tak adajalan lain untuk memuaskannya. Apabila seseorang di antara mereka mengambil barang sesutu melalui kekerasan maka ia akan dihukum. Tak ada di antara Anda sekalian yang akan cukup bodoh untuk menghalangi mereka atau mencampuri urusan-urusan yang telah kami izinkan kepada mereka sebagai pengeculaian. Saya sendiri ada di dalam tentara itu. Maka kembalikan kepada saya kelancangan mereka, dan sesuatu kesukaran yang disebabkan oleh mereka dan yang tak dapat Anda hindari kecuali melalui Allah dan melalui saya, maka saya akan menghindarinya dengan pertolongan Allah, apabila la menghendakinya. •
SURAT 61 Kepada Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i, Gubernur Hit, mengungkapkan ketidaksenangan tentang ketidakmampuannya untuk mencegah perampokan oleh pasukan-pasukan musuh yang lewat
Amma ba 'du, kelalaian seseorang yang atasnya ia dijadikan penanggungjawabnya, dan melakukan apa yang harus dilakukan oleh orang lain, adalah suatu kelemahan yang nyata dan pandangan yang meruntuhkan. Sesungguhnya hasrat majunya Anda kepada orang Qirqisia, dan (tindakan) Anda meninggalkan gudang senjata yang atasnya kami telah menempatkan Anda, tanpa seseorang untuk melindunginya atau melawan pasukan musuh, mengesankan pemikiran yang berserakan. Secara ini Anda menjadi seperti sebuah jembatan bagi musuh yang datang menjarah pada sekutu-sekutu Anda sementara senjata Anda lemah, tak ada kekaguman atas Anda di sekitar Anda; Anda tak mencegah serangan musuh; Anda tak dapat mematahkan kekuatannya; Anda tak dapat membela rakyat daerah Anda dan Anda tak dapat melaksanakan tugas-tugas atas nama imam Anda. •
SURAT 62 Kepada rakyat Mesir, dikirim melalui Malik al-Asytar ketika ia diangkat menjadi gubernur wilayah itu
Amma ba'du, Allah Yang Mahasuci mengutus Muhammad (saw) sebagai pemberi peringatan bagi seluruh dunia dan saksi bagi semua nabi. Ketika Nabi wafat, kaum Muslim bertengkar tentang kekuasaan sepeninggal beliau. Demi Allah, tak pemah terpikir oleh saya, dan saya tak pemah membayangkan, bahwa setelah Nabi orang Arab akan merebut kekhalifahan dari Ahlulbait, tidak pula bahwa mereka akan mengambilnya dari saya setelah beliau, tetapi secara mendadak saya melihat orang mengelilingi lelaki itu untuk membaiat.[1]
Oleh karena itu, saya menahan tangan saya hingga saya melihat bahwa banyak orang sedang menghindar dari Islam dan bemsaha untuk menghancurkan agama Muhammad (saw). Maka saya khawatir bahwa apabila saya tidak melindungi Islam dan umataya lalu terjadi di dalamnya suatu perpecahan atau kehancuran, hal itu akan merupakan suatu pukulan yang lebih besar kepada saya daripada hilangnya kekuasaan atas Anda, yang bagaimanapun (hanyalah) akan berlangsung beberapa hari yang darinya segala sesuatu akan berialu sebagaimana berialunya bayangan, atau sebagai hilangnya awan melayang. Oleh karena itu, dalam peristiwa-peristiwa ini saya bangkit hingga kebatilan dihancurkan dan lenyap, dan agama mendapatkan kedamaian dan keselamatan.
Sebagian dari Surat yang Sama
Demi Allah, apabila saya telah bertamng dengan mereka sendirian, dan mereka demikian banyak sampai memenuhi bumi hingga melimpah, saya tidak akan cemas atau bingung. Saya bersih dan memiliki keyakinan dari Allah tentang kesesatan mereka dan terpimpinnya saya. Saya menaruh harapan dan berharap bahwa saya akan menemui Allah dan mendapatkan pahala-Nya yang baik. Tetapi saya cemas bila orang jahil dan mungkar akan menguasai urusan seluruh umat, dengan akibat bahwa mereka akan mencengkeram dana Allah sebagai milik mereka sendiri dan membuat umat-Nya menjadi budak-budak,[2] memerangi orang berkebajikan, dan bersekutu dengan pendosa. Sesungguhnya, ada yang minum (khamar) secara haram dan telah dicambuki dengan cara hukuman yang ditentukan oleh Islam,[3] dan ada orang yang tidak menerima Islam hingga ia telah mendapatkan keuntungan uang melaluinya.[4] Apabila tidak demikian maka saya tidak akan bersikeras mengumpulkan Anda, menyalahkan Anda, mengerahkan Anda dan mendesak Anda (untuk jihad); tetapi, apabila Anda menolak dan menunjukkan kelemahan, saya akan meninggalkan Anda.
Tidakkah Anda melihat bahwa perbatasan kota-kota Anda telah mengecil, daerah Anda yang berpenduduk telah ditaklukkan, milik-milik Anda telah direbut dan kota-kota dan negeri-negeri Anda telah diserang? Semoga Allah menaruh belas kasihan atas Anda; bangkitlah untuk memerangi musuh Anda dan janganlah tinggal bermalas-malas dan lalai; bila tidak demikian, Anda akan menghadapi penindasan dan menderita aib, dan nasib Anda akan menjadi yang terburuk. Pejuang harus jaga karena apabila ia tidur musuh tidak tidur. Wasalam. •
[1] Deklarasi Nabi tentang Amirul Mukminin bahwa "Ini adalah saudara saya, wakil dan khalifah saya di antara Anda," dan ketika sedang kembali dari haji perpisahan dengan mengatakan di Ghadir Khdm bahwa "Bagi barangsiapa yang saya adalah walinya, ‘Ali adalah walinya" telah menetapkan masalah penggantian diri beliau dan suksesi; tak perlu lagi pemilihan, dan tak dapat pula dikhayalkan bahwa penduduk Madmah akan merasa perlu mengadakan pemilihan. Tetapi, orang-orang yang haus kekuasaan mengabaikan ajaran yang jelas ini seakan-akan telinga mereka tidak pemah mengenalnya. Mereka memandang pemilihan demikian perlunya sehingga dengan meninggalkan persiapan pemakaman Nabi mereka berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah dan memilih Abu Bakar sebagai khalifah dengan suatu pamer demokrasi. Ini saat yang paling kritis bagi Amiml Mukminin. Di satu sisi orang yang menaruh kepentingan tertentu menghasratkan agar ia mengangkat senjata, dan di sisi lain ia melihat bahwa orang-orang Arab yang telah menerima Islam karena tekanan kekuatan militer sedang meninggalkannya dan Musailamah al-Kadzdzab dan Tulaihah ibn Khuwailid sedang melemparkan suku derni suku ke dalam kesesatan. Dalam suasana itu, apabila timbul perang saudara dan kaum Muslim saling berperang maka kekuatan penghojat dan munafik akan bergabung dan menghancurkan Islam dari muka bumi. Oleh karena itu maka Amirul Mukminin memilih diam ketimbang berjuang; dengan tujuan untuk memelihara persatuan Islam ia memilih memprotes secara damai ketimbang mengangkat senjata. Ini disebabkan karena kekuasaan formal tidak begitu manis ketimbang kemaslahatan ummah. Untuk menghentikan rekayasa kaum munafik dan mengalahkan maksud para pembuat bencana, tak ada jalan lain kecuali mengelakkan api peperangan, dengan melepaskan klaimnya sendiri. Ini merupakan tindakan yang demikian agung demi Islam sehingga diakui oleh seluruh kalangan Muslim.
[2] 2Ini merujuk ucapan Nabi (saw) tentang anak-anak Umayyah dan anak-anak Abi al-'Ash ibn Umayyah (kakek 'Utsman ibn 'Affan dan para khalifah dinasti Marwan) sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzarr al-Ghiffari bahwa Nabi bersabda,
"Bilamana jumlah anak-anak (Bani) Umayyah mencapai empat puluh orang laki-laki, mereka akan memperbudak para hamba Allah, mencaplok dana Allah seakan harta mereka sendiri, dan membuat Kitab Allah menjadi penyebab kerusakan." (al-Mustadrak, IV, h. 479; Kanz al-'Ummâl, XI, h. 149)
Tentang anak-anak Abi al-'Ash, diriwayatkan oleh Abu Dzarr, Abu Sa'id al-Khudri, Ibn 'Abbas, Abu Hurairah dan lain-lain bahwa Nabi bersabda,
"Bilamana jumlah anak-anak (Bani) al-'Ash mencapai tiga puluh orang laki-laki, mereka akan mencaplok dana Allah seakan harta mereka sendiri, memperbudak manusia, dan menjadikan agama Allah penyebab kerusakan." (Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 80; al-Hakim, al-Mustadrak, IV, h. 480; Ibn Hajar, Mathalib al-'Allah, IV, h. 332; al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, V, h. 24; al-Muttaqi, Kanzal-'Ummâl, XI, h. 148, 149, 351, 354).
Sejarah Islam setelah wafatnya Nabi (saw) mengandung cukup petunjuk untuk membuktikan kebenaran ramalan Nabi ini; dan kekhawatiran Amirul Mukminin bagi umat Islam berdasarkan alasan ini.
[3] 3Orang yang menunum khamar itu adalah Walid ibn 'Uqbah ibn Abi Mu’ith. la seibu dengan Khalifah 'Utsman. Sebagai Gubernur Kufah, pada suatu hari Walid yang sedang mabuk mengimami salat subuh di mesjid jamik Kufah. la melakukan salah subuh, yang mestinya dua rakaat, sebanyak empat rakaat. Jamaah yang di dalamnya termasuk beberapa orang saleh, seperti Ibn Mas'ud, sangat marah, apalagi setelah menyelesaikan empat rakaat itu Walid berkata,
"Alangkah menyenangkan pagi ini! Saya akan memperpanjang salat apabila Anda setuju."
Keluhan telah disampaikan berulang-ulang kepada khalifah tentang Walid berkenaan dengan penyelewengannya, tetapi sering djtolak. Rakyat pun menyalahkan 'Utsman karena tidak memperhatikan keluhan mereka dan membela si penyeleweng. Secara kebetulan mereka berhasil melepaskan cincin stempel resmi dari jari gubemur itu ketika sedang terbaring tak sadar diri setelah minum khamar, lalu membawa cincin itu ke Madmah sebagai buktinya. Masih juga khalifah 'Utsman berlalai-lalai dan ragu-ragu untuk menghukum gubemur yang saudara seibunya itu. Ini menyebabkan celaan rakyat kepada khalifah sehingga ia akhiraya terpaksa menghukum Walid dengan empat puluh kali pukulan cambuk. Kemudian ia diturunkan dari jabatannya. Sa'd ibn al-'Ash, sepupu 'Utsman, menggantikan kedudukan Walid, dan ini menyebabkan 'Utsman sangat dicela." (al-Baladzuri, Ansâb al-Asyrâf, V, h. 33-35; Abul Faraj Isfahani, al-Aghânî, IV, h. 178-187; al-Istî’âb, IV, h. 1554-1557; Usd al-Ghâbah, V, h. 91-92; Thabari, I, 2843-2850; Ibn al-Atsir, 111, h. 105-107; Ibn Abil Hadid, XVII, 227-245)
[4] Orang yang menerima Islam dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan finansial adalah Mu'awiah yang menganut Islam hanya untuk keuntungan duniawi.
SURAT 63 Kepada Abu Musa ('Abdullah ibn Qais) al-Asy'arî, Gubernur Kufah, ketika Amirul Mukminin mendengar bahwa ia mencegah Kufah agar tidak bergabung dalam Pertempuran Jamal ketika Amirul Mukminin telah memanggil mereka untuk berjuang bersamanya
Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, kepada 'Abdullah ibn Qais.
Amma ba'du, saya telah mendengar kata-kata yang Anda ucapkan yang bagi (keuntungan) Anda maupun terhadap Anda.[1] Maka, bilamana utusan saya sampai kepada Anda, bersedialah Anda dan bersiap, keluarlah dari liang Anda dan panggillah orang-orang yang ada bersama Anda. Lalu, apabila Anda yakin akan kebenarannya, bangkitlah; tetapi, apabila Anda merasa kecut, pergilah. Demi Allah, Anda akan tertangkap di mana pun Anda berada, dan Anda tak akan dibiarkan luput hingga Anda bingung sepenuhnya dan segala sesuatu tentang Anda terserak, dan hingga Anda tergoncang dari tempat düdük Anda. Maka, Anda akan ketakutan dari depan dan dari belakang Anda.
Yang Anda harap bukanlah suatu hal yang enteng melainkan suatu petaka yang parah. Kita harus menunggangi unta-untanya, mengatasi kesulitan-kesulitannya dan meratakan bukit-bukitnya. Tertibkan pikiran Anda, peganglah urusan Anda, dan dapatkan (nasib dan) bagian Anda. Apabila Anda tidak menyukainya maka pergilah ke mana Anda tidak disambut dan Anda tak dapat lepas darinya. Lebih baik bila Anda dibiarkan sendiri dan berbaring tidur. Maka tak seorang akan menanyakan di mana si Polan. Demi Allah, ini adalah perkara hak dengan orang yang berhak, dan karni tidak peduli akan apa yang dilakukan para penghujat. Wasalam. •
[1] Ketika Amirul Mukminin hendak menumpas pemberontakan penduduk Bashrah, ia mengirim surat ini melalui imam Hasan kepada Abu Musa al-Asy'arî, Gubernur Kufah, di mana ia menegurnya karena perilakunya yang ganda dan plin-plan, dan berusaha meyakinkannya untuk berjihad, karena di satu sisi ia mengatakan bahwa Amirul Mukminin adalah imam yang sebenarnya dan di sisi lain ia mengatakan bahwa peperangan melawan kaum Muslim tidaklah benar; tetapi hal itu adalah suatu bencana dan perlulah menjauhkan bencana itu. Maka Amirul Mukminin merujuk pandangan plin-plan ini dalam kata-kata, Hua lak wa 'alaik" (yang bagi Anda dan terhadap Anda). Maksudnya ialah bahwa bilamana Amirul Mukminin imam yang benar, maka bagaimana mungkin berperang bersamanya melawan musuh dipandang salah? Dan apabila berperang di pihaknya adalah salah maka apa makna bahwa ia imam yang benar?
Bagaimanapun juga, walaupun ia mengenggankan mereka untuk bertempur, penduduk Kufah datang bergabung pada tentara Amirul Mukminin dalam jumlah besar dan ikut serta sepenuhnya dalam pertempuran itu, mengalahkan orang Bashrah sampai mereka tak pernah lagi berani memberontak.
SURAT 64 Jawaban kepada Mu'awiah
Kemudian daripada itu, sesungguhnya kami dan engkau (dulu) berada dalam ketentuan yang bersahabat sebagaimana engkau katakan, tetapi perselisihan timbul antara kami dan engkau di hari lain, ketika kami menerima iman dan engkau menolaknya. Situasinya sekarang ialah bahwa kami sabar (dalam iman) tetapi engkau sedang menciptakan bencana. Orang-orang di antara engkau yang menerima Islam, menerimanya dengan enggan, dan itu pun ketika semua lelaki pemimpin telah menerima Islam dan bergabung dengan Rasulullah (saw).
Engkau mengatakan bahwa saya membunuh Thalhah dan Zubair, memaksa 'A'isyah keluar rumah dan mengambil kediaman di antara kedua kota (Kufah dan Bashrah)[1]. Ini adalah urusan yang dengan itu engkau tak bersangkutan dan tidak pula (urusan) itu melibatkan apa pun terhadapmu. Oleh karena itu, tidak ada keterangan tentang hal-hal itu yang patut bagimu.
Engkau pun mengatakan bahwa engkau akan mendatangi saya dengan suatu golongan orang Muhajirin dan Anshar, tetapi hijrah berakhir pada hari saudaramu ditawan. Apabila engkau tergesa-gesa, maka tunggulah sejenak karena saya mungkin datang untuk menemuimu dan itu akan lebih cocok sebab hal itu akan berarti bahwa Allah telah menunjuk saya untuk menghukummu. Tetapi, apabila engkau mendatangiku, hal itu akan menjadi seperti apa yang dikatakan penyair Bani Asad:
Mereka maju melawan angin musim panas,
Yang melemparkan batu kepada mereka,
Di tanah-tanah tinggi dan tanah rendah.
(Ingatlah) saya masih mempunyai pedang yang dengan itu saya mengirimmu, saudara ibumu dan saudaramu ke tempat yang satu dan sama. Demi Allah, saya tahu siapa engkau. Hatimu tersarung dan akalmu lemah. Adalah lebih baik mengatakan bahwa engkau telah naik ke mana engkau melihat pemandangan yang buruk yang menentangmu, bukan untuk kebaikanmu, karena engkau sedang mencari-cari suatu barang yang hilang dari orang lain, engkau sedang cenderung kepada ternak orang lain, dan engkau sedang menghasratkan sesuatu yang bukan kepunyaanmu, dan tidak pula engkau mempunyai suatu kaitan dengannya. Betapa jauh kata-katamu dari tindakanmu, dan betapa dekat engkau menyerupai paman-pamanmu dari pihak ayah dan dari pihak ibu yang dipimpin oleh kemungkaran dan cinta mereka kepada kebatilan untuk menentang Muhammad (saw) dan akibatnya mereka dibunuh sebagaimana engkau ketahui. Mereka tak dapat bertahan terhadap petaka dan tak dapat melindungi tempat keamanan mereka dari serangan pedang-pedang yang amat banyak dalam pertempuran itu dan yang tidak menunjukkan kelemahan.
Engkau telah mengatakan amat banyak tentang 'Utsman. Engkau mula-mula bergabung (membaiat), kemudian mencari putusan tentang (orang-orang yang tertuduh itu) dari saya dan saya akan menyelesaikan urusan itu antara engkau dan mereka menurut Kitab Allah Yang Mahatinggi. Tetapi apa yang kau tuju hanyalah puting susu palsu yang diberikan kepada seorang anak pada hari-hari pertama menyapih. Salam bagi orang-orang yang patut atasnya. •
[1] Mu'awiah telah menulis surat kepada Amirul Mukminin di mana setelah menyebut persatuan dan kasih sayang timbal balik, ia meletakkan kepadanya kesalahan atas terbunuhnya Thalhah dan Zubair dan memaksa 'A'isyah keluar dari rumahnya dan menyatakan keberatan atas diambilnya Kufah sebagai pusat pemenntahan ketimbang Madinah. Pada akhirnya ia memberikan ancaman perang dan mengatakan bahwa ia akan datang dengan suatu pasukan kaum Muhajinn dan Anshar untuk berperang.
Amirul Mukminin menulis surat ini sebagai jawaban atasnya, di mana ia mengomentari klaim Mu'awiah untuk persatuan. la mengatakan, "Mungkin ada persatuan di antara engkau dan kami dahulu, tetapi dengan datangnya Islam maka suatu jurang besar telah berkembang di antara keduanya yang tak mungkin dijembatani, dan telah terjadi perpisahan yang tak mungkin dihindarkan. Ini disebabkan karena kami menyambut seruan Nabi dan segera bergegas masuk Islam, tetapi engkau masih dalam kekafiran dan dengan itu kami dan kamu mengambil jalan yang terpisah. Tetapi, ketika Islam beroleh stabilitas dan para sesepuh Arabia masuk Islam, engkau pun terpaksa masuk Islam dan beroleh perlindungan atas hidup engkau dengan memakai topeng Islam, tetapi terus secara rahasia mengipasi bencana yang dimaksudkan untuk menghancurkan fondasi-fondasinya. Karena kami telah menerima Islam atas kehendak bebas dan kesukaan kami sendiri, kami bersiteguh padajalan kebenaran itu dan tak pemah goyah dalam ketabahan kami. Oleh karena itu maka penerimaan Islam oleh engkau pun tak dapat membuat kami menyetujui pengkaungan-pengkaungan engkau."
Mengenai tuduhan Mu'awiah bahwa Amirul Mukminin merekayasa pembunuhan Thalhah dan Zubair, sekalipun misalnya tuduhan ini diakui, itu bukankah suatu fakta yang menyebabkan mereka memberontak secara terang-terangan terhadap Amirul Mukminin dan bangkit berperang setelah melanggar baiat. Karena itu, apabila mereka terbunuh dalam hubungan pemberontakan maka darah mereka tertumpah dengan sia-sia dan pembunuhnya tak dapat disalahkan, karena hukuman bagi pemberontak adalah kematian, dan memeranginya diizinkan tanpa keraguan. Namun nyatanya tuduhan itu tidak mengandung kebenaran, karena Thalhah dibunuh oleh seorang lelaki dari pihaknya sendiri. Penulis al-Istî'âb mengatakan,
"Marwan ibn Hakam menembak Thalhah dengan panah, dan sambil berpaling kepada Abu Aban ibn 'Utsman ia berkata, 'Kami telah membunuh seorang pembunuh ayahmu dan membebaskanmu dari kewajiban membalas dendam.'" (al-lstî'âb, II, h. 223)
Tentang Zubair, ia dibunuh oleh 'Amr ibn Jurmuz dalam perjalanannya kembali ke Bashrah, dan tak ada peran Amiril Mukminin di dalamnya. Demikian pula, 'A'isyah sendiri keluar rumah sebagai pemimpin kelompok pemberontak sementara Amirul Mukminin menasihatinya beberapa kali untuk menyadari kedudukannya dan supaya tidak melangkah keluar batas-batasnya tetapi semua itu tak berpengaruh padanya.
Sejenis itu pula kritiknya bahwa Amirul Mukminin meninggalkan Madinah dan mengambil Kufah sebagai pusat pemerintahannya, karena Madinah mengusir orang-orang yang buruk dan membuang kotoran. Jawaban atasnya hanyalah bahwa Mu'awiah sendiri meninggalkan Madinah dan selalu mempertahankan Suriah sebagai ibu kotanya dan menjauh dari Madinah. Secara ini apa haknya untuk menaruh keberatan atas tindakan Amirul Mukminin memindahkan ibu kota.
Amirul Mukminin meninggalkan Madinah karena pemberontakan-pemberontakan yang muncul dari berbagai sisi. Untuk menumpas pemberontakan diperlukan suatu tempat sebagai ibu kota dari mana bantuan militer dapat dikerahkan setiap saat. Jadi, Amirul Mukminin telah melihat dalam Pertempuran Jamal bahwa sebagian besar penduduk Kufah telah mendukungnya dan karena itu, dengan menjadikannya basis tentara maka periawanan terhadap musuh dapat ditanggulangi secara lebih mudah, sedang Madinah tak sesuai bagi mobilisasi tentara atau untuk pasokan.
Akhirnya, tentang ancaman Mu'awiah bahwa ia akan maju dengan kaum Muhajirin dan Anshar, Amirul Mukminin hanya memberikan jawaban kepada pokok ini secara sangat halus, yakni, "bagaimana mungkin Engkau akan membawa Muhajirin sedang pintu Hijrah telah tertutup pada hari saudaramu, Yazid ibn Abi Sufyan ditawan". Orang ini ditawan pada hari jatuhnya Makkah dan tak ada cerita tentang Hijrah yang memungkinkan seseorang disebut Muhajir setelah pembebasan Makkah, sesuai ucapan Nabi, "Tak ada hijrah setelah penaklukan Makkah".
SURAT 65 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, inilah saatnya[1] Anda harus mengambil manfaat dengan melaksanakan pandangan yang jernih tentang masalah-masalah pokok, karena Anda telah melangkah di jalan kakek-kakek Anda dalam membuat pengakuan-pengakuan yang batil, menyebarkan kebohongan dan gagasan-gagasan yang tak benar, mengakui sendiri apa yang jauh di atas Anda dan menuntut apa yang tidak dimaksudkan untuk Anda, karena engkau hendak berpaling dari hak dan mendurhaka terhadap apa yang terpaut erat pada daging dan darahmu, yakni apa yang telah didengar oleh kedalaman telingamu dan telah memenuhi dadamu. Dan setelah meninggalkan yang benar, tak ada lagi yang tertinggal kecuali kesesatan yang jelas; dan setelah mengabaikan pemyataan (yang terang), tak ada lagi kecuali kebingungan. Oleh karena itu, engkau harus menjaga (dirimu) terhadap keraguan dan akibat-akibat buruk kebingungannya, karena selama waktu panjang bencana telah menyebarkan tirai-tirainya dan kegelapannya membutakan matamu.
Saya telah membaca suratmu yang penuh dengan ucapan-ucapan besar yang melemahkan maksud perdamaian, serta ungkapan-ungkapan kosong yang tidak dipersiapkan dengan pengetahuan dan kesabaran. Dengan alasan itu engkau telah menjadi seperti orang yang sedang tenggelam dalam suatu rawa atau meraba-raba di tempat yang gelap. Engkau telah mengangkat dirimu ke suatu kedudukan yang sulit didekati dan kosong dari setiap tanda (untuk memandu). Bahkan layangan raja pun tak dapat mencapainya. Itu sejajar dengan bintang 'Ayyuq di ketinggian.
Semoga dijauhkan Allah bila engkau menjadi penanggung jawab urusan umat setelah saya memegang wewenang sebagai Khalifah, atau bahwa saya mengeluarkan suatu fatwa atau dokumen yang membiarkan wewenang kepadamu atas salah seorang (saja pun) dari mereka. Oleh karena itu, sejak sekarang dan seterusnya, jagalah dirimu dan waspadalah, karena apabila engkau membangkang hingga hamba-hamba Allah (terpaksa) menyerbumu, maka urusan akan tertutup bagimu dan barang sesuatu yang dapat diterima hari ini tidak akan diterima saat itu. Wasalam. •
[1] Pada akhir perang Khariji, Mu'awiah menulis surat kepada Anunil Mukminin, di mana, sebagaimana biasanya, ia mengumbar diri dengan lemparan lumpur. Sebagai jawabannya Ainirul Mukminin menulis surat ini, di mana ia bemsaha menarik perhatian Mu'awiah kepada fakta-fakta yang jelas tentang pertempuran Khariji itu sendiri, karena pertempuran ini terjadi sesuai dengan ramalan Nabi (saw), sedang Amirul Mukminin sendiri pun telah mengatakan sebelum pertempuran itu bahwa selain kaum Jamal dan Shiffin ia masih hams memerangi suatu kelompok lain, yakni para penyeleweng agama, kaum Khariji. Terjadinya pertempuran ini, dan terbunuhnya lelaki dengan dada busung (Dzuts-Tsudayyah) mempakan bukti yang jelas bahwa Amirul Mukminin adalah di pihak yang benar. Apabila Mu'awiah tidak terobsesi dengan pengiklanan diri dan hawa nafsu untuk penaklukan, dan tidak menutup matanya terhadap kebenaran sebagaimana nenek moyangnya, Abu Sufyan dan 'Utbah tentu ia akan melihat yang benar dan datang kepada jalan kebenaran. Tetapi, karena terdesak oleh kecenderungan alami, ia selalu mengelakkan hak dan kebenaran dan membutakan diri terhadap kata-kata Nabi yang menyinari keimaman dan kekhalifahan Amirul Mukminin. Karena berada bersama Nabi pada Haji Perpisahan, ucapan Nabi tentang "Bagi siapa yang saya adalah walinya, maka 'Ali adalah walinya" dan karena kehadirannya di waktu perang Tabuk, ucapan Nabi bahwa, "Ya 'Ali, Anda bagi saya adalah seperti Harun bagi Musa" tidak tersembunyi baginya. Walaupun adanya semua ini, ia menjalani kehidupannya dengan menyembunyikan yang hak dan mendorong kebatilan. Ini tidak disebabkan karena sesuatu salah paham, tetapi nafsunya untuk kekuasaan terus mendorongnya untuk menekan dan memijak-mijak kebenaran dan keadilan.
SURAT 66 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas
(Surat ini telah termasuk dalam suatu versi lain) Amma ba'du, kadang-kadang seseorang merasa gembira atas sesuatu yang sama sekali ia tak akan gagal mendapatkannya, dan merasa sedih atas sesuatu yang sama sekali tak akan datang kepadanya. Oleh karena itu, hendaklah Anda tidak memandang pencapaian kesenangan dan kepuasan nafsu untuk membalas dendam sebagai nikmat terakhir dari dunia ini, melainkan (keberhasilan dalam) memadamkan (api) kebatilan dan menghidupkan lagi yang benar. Kesenangan Anda hendaklah untuk (amal baik) apa yang telah Anda kirimkan ke depan; kesedihan Anda hendaklah untuk apa yang akan Anda tinggalkan; dan kecemasan Anda hendaklah tentang apa yang akan menimpa setelah mati. •
SURAT 67 Kepada Qutsam ibn al-'Abbas, Gubernurnya di Makkah
Amma ba 'du, buatlah persiapan untuk haji oleh rakyat, ingatkan kepada mereka tentang hari-hari (yang akan diabdikan kepada) Allah. Duduklah untuk memberikan audensi kepada mereka pagi dan petang. Terangkanlah hukum kepada pencari, ajarilah orang yang tak tahu dan berdiskusilah dengan orang-orang berilmu. Tidak boleh ada perantara antara Anda dan rakyat, kecuali lidah Anda, dan tiada pengawal selain wajah sendiri. Jangan mencegah seseorang yang memerlukan, karena sekali orang yang memerlukan pulang dengan tak puas dari pintu Anda maka sekalipun kemudian Anda melakukannya, hal itu tidak membawa pujian kepada Anda.
Lihatlah apa yang telah dikumpulkan pada Anda tentang dana Allah (dalam perbendaharaan umum) dan manfaatkanlah itu bagi orang-orang berkeluarga, orang-orang yang dalam kesusahan, orang-orang yang lapar dan yang telanjang, pada bagian Anda. Lalu kirimkanlah sisanya kepada kami untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang di sisi ini.
Mintalah kepada penduduk Makkah untuk menagih sewa bagi para penginap, karena Allah Yang Mahasuci mengatakan baik yang bermukim di situ (al-'âkif) atau di padang pasir (al-bâdî). (QS. 22:25) "Al-'âkif” (orang yang tinggal) dalam hal ini berarti orang yang tinggal di situ, sedang "al-bâdî" (orang asing) berarti orang yang tidak tennasuk penduduk Makkah, yang datang berhaji dari luar. Semoga Allah mengaruniai kami dan Anda dorongan untuk mencari cinta-Nya.(dengan melakukan amal baik). Wasalam. •
SURAT 68 Kepada Salman al-Farisi
sebelum kekhalifahan Amirul Mukminin
Amma ba'du, contoh dunia ini adalah ibarat ular yang lembut dalam sentuhan tetapi racunnya mematikan. Oleh karena itu, jauhkanlah diri Anda dari apa saja yang nampak baik bagi Anda, karena tinggalnya beserta Anda singkat. Janganlah Anda cemas atasnya karena keyakinan Anda bahwa ia akan mmeninggalkan Anda dan keadaannya tak tetap. Bilamana Anda merasa sangat tertarik kepadanya, jauhkanlah ia sekuat mungkin, karena bilamana seseorang telah yakin akan kebahagiaan di dalamnya, ia melemparkannya ke dalam bahaya; atau bilamana ia merasa aman di dalamnya, dunia mengubah keamanannya menjadi ketakutan. Wasalam. •
SURAT 69 Kepada al-Harist
(ibn 'Abdillah, al-A'war) al-Hamdani
Berpeganglah pada tali Al-Qur'an dan carilah pelajaran darinya. Pandanglah halalnya sebagai halal dan haramnya sebagai haram. Benarkanlah hak yang telah ada di waktu lalu. Ambillah pelajaran bagi kondisi dunia sekarang ini dari (kondisi) di waktu lampau, karena satu fasenya menyerupai yang lainnya, dan ujungnya akan menemui permulaanya, dan keseluruhannya akan bembah dan berangkat. Pandanglah nama Allah sebagai terlalu besar untuk menyebutkan-Nya selain dalam hal benar. Lebih seringlah mengingat mati, dan (apa yang akan datang) setelah kematian. Jangan merindukan kematian kecuali dalam keadaan yang dapat diandalkan.
Jauhilah setiap perbuatan yang disukai si pelaku untuk dirinya sendiri tetapi tidak (ia) sukai bagi kaum Muslim umumnya. Jauhilah setiap tindakan yang dilakukan dalam rahasia dan yang menimbulkan rasa malu bila dalam keadaan terbuka. Jauhillah tindakan yang apabila si pelaku ditanyai tentangnya ia sendiri memandangnya buruk atau ia berdalih atasnya. Janganlah bukakan kehormatan Anda untuk dijadikan pokok pembicaraan orang. Jangan ceritakan kepada orang semua yang Anda dengar, karena hal itu akan menjurus kepada kepalsuan. Jangan menandingi semua yang diceritakan orang kepada Anda karena hal itu akan berarti kebodohan. Bunuhlah amarah Anda, dan maafkanlah bilamana Anda kuasa (untuk menghukum). Tunjukkan kesabaran di saat berang, dan maafkanlah walaupun (Anda) berwenang, maka akhir kesudahan akan menguntungkan Anda. Carilah kebaikan dari setiap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Anda, dan jangan sia-siakan setiap nikmat Allah atas Anda. Efek nikmat Allah atas Anda haruslah nampak pada Anda.
Ketahuilah bahwa yang paling utama di antara kaum mukmin ialah orang yang paling depan dari mereka dalam menafkahkan dari dirinya sendiri, keluarganya dan hak miliknya, karena kebaikan apa saja yang Anda kirimkan ke depan akan tetap tersimpan bagi Anda, dan manfaat dari apa saja yang Anda simpan di belakang (yang Anda tahan) akan diambil oleh orang lain. Jauhilah berteman dengan orang yang pendapatnya tak sehat dan tindakannya tercela, karena manusia dinilai dari temannya.
Tinggallah di kota-kota besar karena (kota-kota) itu adalah pusat-pusat kolektif kaum Muslim. Jauhilah tempat-tempat kelalaian dan tempat-tempat kebodohan serta tempat-tempat di mana sedikit sekali para pendukung yang taat kepada Allah. Bataskanlah pikiran Anda pada hal-hal yang berguna bagi Anda. Jangan duduk di pusat-pusat pemasaran karena (tempat-tempat) itu adalah tempat pertemuan setan dan sasaran bencana. Seringlah melihat orang-orang yang atas mereka Anda unggul, karena inilah suatu cara untuk bersyukur.
Jangan melakukan perjalanan pada hari Jum'at sampai Anda telah menghadiri salat, kecuali apabila Anda akan pergi di jalan Allah, atau dalam urusan yang dapat diperkenankan. Taatilah Allah dalam semua urusan Anda karena ketaatan kepada Allah lebih utama atas semua hal lainnya. Bujuklah hati Anda kepada ibadat, bujuklah dia dan janganlah Anda paksa dia; libatkan dia (dalam ibadah) bilamana ia lapang dan gembira, kecuali mengenai kewajiban-kewajiban yang fardhu bagi Anda, karena (kewajiban-kewajiban) itu tak boleh diabaikan dan harus dilaksanakan pada waktunya. Waspadalah jangan sampai maut tumn kepada Anda sementara Anda melarikan diri dari Tuhan Anda dalam mencari kesenangan dunia. Jauhkanlah berteman dengan orang jahat karena kejahatan bergandengan dengan kejahatan. Selalu sadarlah akan kebesaran Allah, dan cintailah para pencinta-Nya. Jauhkan kemarahan karena (kemarahan) itu adalah tentara besar dari tentara iblis. Wasalam. •
SURAT 70 Kepada Sahl ibn Hunaif al-Anshari, Gubernurnya di Madinah tentang orang-orang yang telah membelot ke Mu'awiah
Amma ba'du, saya mendengar bahwa orang-orang tertentu dari sisi Anda sedang membelot secara sembunyi-sembunyi kepada Mu'awiah. Jangan menyesali jumlah mereka yang hilang dari Anda yang karenannya Anda kehilangan pertolongan mereka. Cnkuplah bahwa mereka telah pergi kepada kesesatan dan Anda terbebas dari mereka. Mereka melarikan diri dari petunjuk dan kebenaran lalu mendatangi kebutaan dan kejahilan. Mereka adalah pencari dunia ini dan sedang maju kepadanya dan sedang melompat kepadanya. Mereka telah mengetahui keadilan, melihatnya, mendengamya dan memahaminya. Mereka telah menyadari bahwa di sini, pada kita, semua orang sama dalam urusan hak. Oleh karena itu, mereka melarikan diri kepada keserakahan diri dan kepada sikap memihak. Biarlah mereka tinggal terpencil jauh.
Demi Allah, sesungguhnya mereka tidak meninggalkan penindasan lalu bergabung dengan keadilan. Dalam urusan ini, kita hanya menghasratkan kepada Allah untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran kita dan meratakan bagi kita ketidaksamaannya, apabila Allah menghendaki. Wasalam. •
31
Nahjul Balaghah
SURAT 71 Kepada al-Mundzir ibn Jarud al-'Abdi yang telah menyalahgunakan hal-hal tertentu yang termasuk tugas pemerintahannya
Amma ba'du, perilaku baik ayah Anda menipu saya tentang Anda; saya berpikir bahwa Anda akan mengikuti jalannya dan melangkah padajalannya. Tetapi, menurut apa yang telah sampai kepada saya tentang Anda, Anda tidak melepaskan diri dari mengikuti hawa nafsu Anda dan tidak menahan sesuatu perbekalan untuk akhirat Anda. Anda sedang memakmurkan dunia Anda dengan jalan melarikan kehidupan akhirat Anda, dan berbuat kepada kerabat Anda dengan memutuskan diri Anda dari agama.
Apabila yang sampai kepada saya itu benar, maka unta kerabat Anda dan tali sepatu Anda lebih baik dari diri Anda sendiri. Seorang lelaki dengan sifat-sifat seperti Anda tidak cocok untuk menutup sebuah lobang di tanah, tidak untuk melaksanakan barang sesuatu perbuatan, tidak untuk meningkatkan kedudukkannya, tidak untuk diambil sebagai mitra dalam suatu amanat, tidak untuk dipercayai teihadap penyalahgunaan. Oleh karena itu, datanglah kepada saya segera setelah surat saya ini sampai kepada Anda, bila Allah menghendaki.
Sayid Radhi berkata: Tentang al-Mundzir ibn Jarud al-'Abdi Amirul Mukminin berkata,
"Is sangat sering melihat bahunya, merasa bangga akan penampilannya dan melayangkan sepatunya." •
SURAT 72 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas
Amma ba 'du, Anda tak dapat melampaui batas hidup Anda, tak dapat pula Anda diberi rezeki yang bukan untuk Anda. Ingatlah bahwa kehidupan ini terdiri dari dua hari, sehari bagi Anda dan sehari terhadap Anda, dan bahwa dunia adalah rumah (yang berubah-ubah) pewenangnya. Apa saja yang di dalamnya yang ditentukan bagi Anda akan datang kepada Anda walaupun Anda lemah; dan apa saja di dalamnya yang berpaling dari Anda tak dapat dikembalikan walaupun Anda kuat. •
SURAT 73 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, (dalam) pertukaran jawaban dan dengan memperhatikan surat-suratmu, pandangan saya “lemah” dan kecerdasan saya “keliru”. Ketika engkau mengacu tuntutanmu kepada saya dan mengharapkan saya untuk mengirimkan kepadamu jawaban tertulis, engkau adalah seperti orang yang dalam tidur nyenyak sementara mimpi-mimpinya menentangnya, atau orang yang berdiri kebingungan dengan tidak mengetahui apakah barang sesuatu yang datang kepadanya adalah baginya atau akan terhadapnya. Engkau bukanlah orang seperti itu, tetapi ia adalah (hingga ukuran tertentu) sepertimu (karena engkau lebih buruk dari dia). Saya bersumpah demi Allah bahwa sekiranya bukan karena (saya) memberi waktu kepadamu, maka tentulah engkau sudah menghadapi bencana dari saya yang akan meremukkan tulang-tulang dan menyingkirkan daging. Ketahuilah bahwa setan telah mencegahmu berpaling kepada amal baik dan mendengarkan kata-kata nasihat. Salam atas orang-orang yang patut atasnya. •
SURAT 74 Ditulis oleh Amirul Mukminin sebagai suatu protokol antara suku-suku Rabi'ah dan rakyat Yaman. Diambil dari tulisan Hisyam ibn (Muhammad) al-Kalbi
Bagian dokumen ini mengandung apa yang disetujui oleh rakyat Yaman, termasuk penduduk kota dan pengembara, serta suku Rabi'ah, termasuk penduduk kota dan pengembara; bahwa mereka akan menganut Kitab Allah, akan menyeru kepadanya dan memerintah menurutnya dan akan menyambut panggilan apa saja yang menyeru kepadanya dan perintah-perintah yang sesuai dengannya. Mereka tidak akan menjualnya dengan harga apa pun dan tidak akan menerima sesuatu altematif atasnya. Mereka akan bergandeng tangan melawan siapa pun yang menentangnya dan meninggalkannya. Mereka akan saling menolong. Suara mereka akan satu. Mereka tidak akan melanggar baiat mereka karena comelan dari seorang pencomel, kemarahan dari seseorang yang marah, perlakuan menghina dari satu kelompok kepada yang lainnya, atau penggunaan istilah-istilah kasar oleh satu pihak terhadap yang lainnya.
Perjanjian ini berlaku bagi mereka yang hadir maupun yang tidak hadir, yang sabar maupun mereka yang bodoh, yang terpelajar maupun yang jahil. Bersama ini, perjanjian Allah juga mengikat mereka, dan perjanjian Allah akan dipertanggungjawabkan. •
SURAT 75 Kepada Mu'awiah, segera setelah Amirul Mukminin dibaiat. (Muhammad ibn 'Umar) al-Waqidi telah menyebutkan ini dalam bukunya Kitab al-Jamâl Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminm, kepada Mu'awiah ibn Abu Sufyan:
Amma ba'du, Anda tahu tentang alasan-alasan saya di hadapan kaum Anda dan menjauhnya saya dari Anda hingga terjadi apa yang tak terelakkan dan yang tak dapat dicegah. Riwayatnya panjang, dan banyak yang harus dikatakan. Apa yang harus lewat telah lewat, dan apa yang akan datang, telah datang. Oleh kerena itu, ambillah baiat (kepada saya) dari orang-orang yang bersamamu dan datanglah dalam suatu pengutusan dari rakyatmu kepada saya. Wasalam. •
SURAT 76 Diberikan kepada 'Abdullah ibn 'Abbas pada saat pengangkatannya sebagai Gubernur Bashrah
Perlakukanlah rakyat dengan ramah, berikan kepada mereka kesempatan bebas untuk audensi dan sampaikan perintah-permtah yang ramah. Hindarilah kemarahan karena (kemarahan) itu adalah pertanda kepada jalan setan. Ingatlah bahwa segala yang mendekatkan Anda kepada Allah menjauhkan Anda dari api (neraka), dan segala yang menjauhkan Anda dari Allah mendekatkan Anda kepada api. •
SURAT 77 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas pada saat ia diutus untuk menghadapi kaum Khariji
Jangan berhujah pada mereka dengan Al-Qur'an, karena Al-Qur'an bermakna luas; Anda akan mengatakan (pendapat) Anda dan mereka akan mengatakan (pendapat) mereka. Tetapi berhujahlah pada mereka dengan sunah, karena mereka tak akan mendapatkan jalan lepas darinya. •
SURAT 78 Kepada Abu Musa al-Asy'ari sebagai jawaban atas suratnya mengenai kedua hakam. Sa'id ibn Yahya al-Umawi telah menyebutkan ini dalam bukunya Kitab al-Maghâzî
Sesungguhnya banyak orang telah berpaling dari banyak manfaat (yang langgeng, dari kehidupan akhirat), karena mereka membungkuk kepada dunia dan berbicara dengan hawa nafsu. Saya telah terpukul oleh keheranan dalam hal ini, yang atasnya orang-orang yang menipu diri sepakat. Saya sedang menyediakan suatu obat bagi luka mereka, tetapi saya khawatir kalau-kalau itu berkembang menjadi suatu gumpalan darah (dan menjadi tak tersembuhkan). Ingatlah bahwa tak ada orang yang lebih dari saya dalam persatuan Umat Muhammad (saw) dan solidaritasnya. Saya mencari melaluinya pahala yang baik dan tempat yang terhormat untuk tempat kembali.
Saya akan memenuhi apa yang telah saya janjikan atas diri saya sendiri sekalipun Anda mungkin kembali dari sikap Anda yang sehat yang ada ketika Anda meninggalkan saya yang terakhir, karena celakalah orang yang tidak mengambil manfaat dari kebijaksanaan dan pengalaman. Saya merasa berang apabila seseorang berkata batil, atau apabila saya melihat orang merusak urusan yang telah disehatkan oleh Allah. Oleh karena itu tinggal-kanlah apa yang tidak Anda mengerti, karena orang jahat akan menyampai-kan kepada Anda hal-hal keji. Wasalam. •
SURAT 79 Kepada para Perwira Tentara ketika Amirul Mukminin menjadi Khalifah
Amma ba'du, yang meruntuhkan orang-orang sebelum Anda ialah bahwa mereka menyangkali hak-hak rakyat dan kemudian mereka hams membelinya (dengan suapan), dan mereka memimpin rakyat kepada yang batil, dan rakyat mengikutinya. •
Hikmah dan Nasehat-nasehat Amirul Mukminin Ali as 1. Amirul Mukminin as berkata: Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja[1] yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah.
2. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mengambil serakah sebagai kebiasaan, ia menurunkan harga dirinya sendiri; barangsiapa membeberkan kesukaran-kesukarannya, ia menyetujui penghinaan; dan barangsiapa memperkenankan lidahnya menguasai jiwanya, ia mengaibkan jiwanya.
3. Amirul Mukminin as berkata: Kekikiran adalah malu; sifat pengecut adalah cacat; kemiskinan menggagalkan lelaki cerdas membela kasusnya; orang melarat adalah orang asing di kotanya sendiri.
4. Amirul Mukminin as berkata: Ketidakmampuan adalah petaka; kesabaran adalah keberanian; zuhud adalah kekayaan; pengendalian diri adalah perisai (terhadap dosa): dan sahabat terbaik adalah penyerahan (kepada Allah).
5. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan; perilaku baik adalah busana baru, dan pikiran adalah cermin yang jernih.
6. Amirul Mukminin as berkata: Dada si arif adalah peti besi rahasianya; keceriaan adalah ikatan persahabatan; kesabaran yang efektif adalah kuburannya kekurangan.
Dikatakan bahwa Amirul Mukminin as berkata dalam mengungkapkan artinya bahwa: Perdamaian adalah penutup kekurangan; orang yang pengagum diri menarik banyak lawan terhadapnya.[2]
7. Amirul Mukminin as berkata: Sedekah adalah obat mujarab, dan amal perbuatan manusia dalam kehidupan ini akan berada di hadapan matanya di waktu ajalnya.[3]
8. Amirul Mukminin as berkata: Manusia sungguh menakjubkan; ia bercakap dengan lemak, berkata dengan sekerat daging, mendengar dengan tulang dan bernafas melalui lobang.
9. Amirul Mukminin as berkata: Ketika dunia mendatangi seseorang (dengan kemurahannya), ia (dunia) mengatributkan kepadanya kebaikan orang lain; dan bilamana ia berpaling darinya, ia merebut kebaikannya (orang itu) sendiri (pula).[4]
10. Amirul Mukminin as berkata: Bergaullah dengan orang lain sedemikian rupa sehingga apabila Anda mati, mereka akan menangisi Anda dan selagi Anda hidup, mereka akan merindukan Anda.[5]
11. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda mendapatkan kekuasaan atas lawan Anda, ampunilah dia dengan bersyukur karena telah mampu mengalahkannya.[6]
12. Amirul Mukminin as berkata: Yang paling celaka dari semua manusia ialah orang yang tak dapat beroleh beberapa saudara dalam hidupnya, tetapi yang lebih celaka lagi ialah orang yang mendapat saudara tetapi menghilangkannya.[7]
13. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda (hanya) mendapatkan nikmat yang kecil, janganlah Anda menolaknya dengan tidak bersyukur.
14. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang ditinggalkan oleh kerabat dekat, akrab pada kerabat jauh.
15. Amirul Mukminin as berkata: Pembuat bencana bahkan tak dapat ditegur.[8]
16. Amirul Mukminin as berkata: Semua hal tunduk kepada takdir, sehingga kadang-kadang bahkan kematian merupakan akibat dari usaha.
17. Amirul Mukminin as diminta untuk menerangkan sabda Rasulullah SAWW bahwa: Buanglah usia tuamu (dengan mengecat rambut) dan janganlah menyerupai orang Yahudi. Amirul Mukminin menjawab: Nabi SAWW mengatakan ini di masa agama (Islam) baru terbatas pada beberapa orang, tetapi sekarang karena penyebarannya telah meluas dan (agama) itu telah berkedudukan kukuh, maka setiap orang bebas (melakukannya atau tidak).[9]
18. Amirul Mukminin as berkata tentang orang-orang yang mengelak berperang di pihaknya: Mereka meninggalkan kebenaran tetapi tidak mendukung kebatilan.[10]
19. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang berpacu dengan kendali longgar bertabrak dengan maut.
20. Amirul Mukminin as berkata: Ampunilah kekurangan orang-orang yang bertenggang rasa karena-bilamana mereka jatuh ke dalam kekeliruan Allah akan mengangkatnya.
21. Amirul Mukminin as berkata: Akibat ketakutan ialah kekecewaan, dan (konsekuensi) keengganan ialah frustrasi. Kesempatan lewat seperti awan. Karena itu, gunakanlah kesempatan yang baik.[11]
22. Amirul Mukminin as berkata: Kami mempunyai hak. Apabila diperkenankan kepada kami, syukurlah; bila tidak, kami akan menunggang di bagian belakang (punggung) unta sekalipun perjalanan malam itu panjang.
Sayid Radhi berkata:Ini ungkapan yang sangat indah dan fasih. Itu berarti bahwa apabila hak-hak kita tidak diberikan berarti kita dipandang rendah. Makna ini muncul, karena yang biasa duduk menunggang di bagian belakang punggung unta hanya para budak dan orang-orang sejenisnya.?
23. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang amalnya sesuai untuk kedudukan di belakang, tak dapat diberi kedudukan di depan karena nasabnya.
24. Amirul Mukminin as berkata: Membantu orang yang terlanda kesukaran dan menghibur orang yang dalam kesusahan berarti menebus dosa-dosa besar.
25. Amirul Mukminin as berkata: Wahai Bani Adam, bilamana Anda melihat bahwa Tuhan Yang Mahasuci menganugerahkan nikmat-Nya kepada Anda sementara Anda tidak menaati-Nya, hendaklah Anda takut kepada-Nya.[12]
26. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana seseorang menyembunyikan barang sesuatu di hatinya, hal itu akan terungkap melalui kata-kata yang tak disengaja dari lidahnya dan (pada) rona wajahnya.[13]
27. Amirul Mukminin as berkata: Teruslah berjalan dalam sakit Anda sementara Anda masih sanggup.[14]
28. Amirul Mukminin as berkata; Zuhud yang terbaik ialah zuhud yang disembunyikan.
29. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda melarikan diri dari dunia, dan kematian sedang mendekat, tak ada masalah penangguhan dalam pertemuan.
30. Amirul Mukminin as berkata: Bertakwalah! Bertakwalah! Demi Allah, la menyembunyikan dosa-dosa Anda sedemikian rupa seakan-akan la telah mengampum(nya).
Iman, Kafir, Ragu, dan Dukungannya 31. Amirul Mukminin as ditanyai tentang keimanan, lalu ia berkata:
Iman berdiri di atas empat kaki: kesabaran, keyakinan, keadilan dan jihad.
Kesabaran pun mempunyai empat aspek: gairah, takut, zuhud, dan antisipasi (akan kematian)., maka barangsiapa bergairah untuk surga, ia akan mengabaikan hawa nafsunya; barangsiapa takut akan api (neraka), ia akan menahan diri dari perbuatan terlarang; dan barangsiapa mengantisipasi kematian ia akan bergegas kepada amal baik.
Keyakinan juga mempunyai empat aspek: penglihatan yang bijaksana, kecerdasan dan pengertian, menarik pelajaran dari hal-hal yang mengandung pelajaran, dan mengikuti contoh orang-orang sebelumnya. Oleh karena itu, barangsiapa melihat dengan bijaksana, pengetahuan bijaksana akan terwujud kepadanya, dan barangsiapa yang terwujud padanya pengetahuan bijaksana, maka ia akan menilai obyek-obyek yang mengandung pelajaran, dan barangsiapa menilai obyek-obyek yang mengandung pelajaran, samalah dia dengan orang-orang yang terdahulu.
Keadilan juga mempunyai empat aspek: pernahaman yang tajam, pengetahuan yang mendalam, kemampuan baik untuk memutuskan, dan ketabahan yang kukuh. Oleh karena itu, barangsiapa yang memahami akan mendapatkan kedalaman pengetahuan; barangsiapa mendapatkan kedalaman pengetahuan, ia meminum dari sumber keadilan; dan barangsiapa berlaku sabar, maka ia tak akan melakukan perbuatan jahat dalam urusannya, dan akan menjalani kehidupan yang terpuji di antara manusia.
Jihad juga mempunyai empat aspek: menyuruh orang berbuat baik, mencegah orang berbuat kemungkaran, berjuang (di jalan Allahj dengan ikhlas dan dengan teguh pada setiap kesempatan, dan membenci yang mungkar., maka barangsiapa menyuruh orang lain berbuat baik, ia memberikan kekuatan kepada kaum mukmin; barangsiapa menghentikan orang lain dari kemungkaran, ia menghinakan orang kafir; barangsiapa berjuang dengan ikhlas pada segala kesempatan, ia melaksanakan seluruh kewajibannya; dan barangsiapa membenci yang mungkar dan menjadi marah demi Allah, maka Allah akan marah untuk kepentingan dia dan akan tetap meridainya pada Hari Pengadilan.
Kekafiran berdiri pada empat topangan: mengumbar hawa nafsu, saling bertengkar, menyeleweng dari kebenaran, dan perpecahan., maka barangsiapa mengumbar hawa nafsu, ia tidak cenderung kepada yang benar; barangsiapa banyak bertengkar dalam kejahilan akan selalu buta terhadap yang benar; barangsiapa menyeleweng dari kebenaran, baginya baik menjadi buruk dan buruk menjadi baik dan ia tetap mabuk dengan kesesatan; dan barangsiapa membuat perpecahan (dengan Allah dan Rasul-Nya), jalannya menjadi sulit, urusannya menjadi rumit dan jalan lepasnya menjadi sempit.
Keraguan mempunyai empat aspek: ketidaknalaran, ketakutan, kegoyahan dan penyerahan yang tak semestinya kepada segala sesuatu., maka barangsiapa menempuh ketidaknalaran sebagai jalannya, baginya tak ada fajar setelah malam; orang yang takut akan apa yang menimpanya harus lari tunggang langgang; orang yang goyah dalam keraguan, iblis akan memijak-mijaknya; dan orang yang menyerah kepada kebinasaan dunia dan akhirat akan binasa di dunia dan akhirat.
Sayid Radhi berkata: Kami telah meninggalkan bagian lain dari ucapan ini karena khawatir akan panjangnya dan karena berada di luar tujuan bab ini.
32. Amirul Mukminin as berkata: Pelaku kebaikan lebih baik dari kebaikan itu sendiri, dan pelaku kemungkaran lebih buruk dari kemungkaran itu sendiri.
33. Amirul Mukminin as berkata: Jadilah dermawan, tetapi jangan mubazir; berhematlah, tetapi jangan kikir.
34. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang terbaik ialah meninggalkan hawa nafsu.
35. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang cepat dalam mengatakan hal-hal yang tidak mereka sukai tentang orang (lain), maka orang berbicara tentang apa yang mereka tidak tahu tentang dia.
36. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperpanjang hawa nafsunya, ia menghancurkan amal perbuatannya.
37. Pada suatu waktu, saat Amirul Mukminin as sedang menuju ke Suriah, penduduk Anbar menemuinya. Ketika melihatnya mereka mulai berjalan kaki kemudian lari di depannya. la bertanya mengapa mereka berbuat demikian. Mereka menjawab bahwa begitulah cara mereka menghormati para pemimpinnya. Lalu ia berkata: Demi Allah, ini tak berfaedah bagi para pemimpin Anda. Anda menyibukkan diri di dunia ini dan dengan itu Anda menerima kemudaratan untuk dunia yang akan datang. Betapa ruginya melakukan pekerjaan yang kelak menghasilkan hukuman, dan betapa untungnya perkara yang menghasilkan kebebasan dari api (neraka).
38. Amirul Mukminin (as) berkata kepada putranya Hasan: Wahai anakku, pelajarilah empat hal dan empat hal (selanjutnya) dari saya; tak ada yang akan memudaratkan Anda apabila Anda melaksanakannya. Bahwa kekayaan yang termahal adalah kecerdasan; kehancuran terbesar adalah ketololan; keliaran yang paling liar adalah kesombongan, dan prestasi yang terbaik ialah kebaikan akhlak.
Wahai anakku, Anda harus mengelak dari bersahabat dengan orang tolol karena ia mungkin berniat untuk memberi manfaat kepada Anda tetapi ia merugikan Anda; Anda harus mengelak dari bersahabat dengan orang kikir karena ia akan melarikan diri dari Anda ketika Anda paling memerlukannya; Anda harus mengelak bersahabat dengan orang pendosa karena ia akan menjual Anda dengan cuma-cuma; dan Anda harus mengelak dari bersahabat dengan pembohong karena ia adalah seperti bayangan khayali, membuat Anda merasakan barang yang jauh seperti dekat dan barang yang dekat seperti jauh.
39. Amirul Mukminin as berkata: Ibadah yang sunah tak dapat membawa kedekatan kepada Allah, apabila hal itu menghalangi yang wajib.
40. Amirul Mukminin as berkata: Lidah orang bijaksana berada di belakang hatinya, dan hati orang tolol berada di belakang lidahnya.
Sayid Radhi berkata: Kalimat ini mempunyai makna yang indah luar biasa. Itu berarti bahwa orang bijaksana tidak berkata-kata dengan lidahnya sebelum meminta nasihat akalnya dan menggunakan imajinasinya, tetapi orang tolol mengucapkan apa saja yang sampai ke lidahnya tanpa berpikir. Dengan demikian, lidah orang bijaksana mengikuti hatinya sementara hati orang tolol mengikuti lidahnya.
41. Pengertian yang tepat itu juga telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin as, dalam suatu versi lain, sebagai berikut: Hati seorang tolol berada di mulutnya sementara lidah orang bijaksana berada di hatinya.
Makna kedua ucapan (40 dan 41) sama.
42. Amirul Mukminin (as) berkata kepada salah seorang sahabatnya yang sedang sakit: Semoga Allah membuat sakit Anda menjadi sarana untuk menghapus dosa-dosa Anda, karena tak ada ganjaran bagi sakit selain bahwa ia menghapus dosa-dosa dan menggugurkannya seperti daun-daun (kering). Ganjaran terletak dalam mengikrarkan dengan lidah dan mengamalkan dengan tangan dan kaki. Sesungguhnya Allah Ta'ala memasukkan ke surga barangsiapa yang la kehendaki di antara hamba-hamba-Nya karena kebenaran niat dan kesucian hatinya.
Sayid Radhi mengatakan: Amirul Mukminin benar dalam mengatakan bahwa tak ada ganjaran bagi sakit itu sendiri, karena penghapusan dosa dapat diakui sehubungan dengan perbuatan Allah Yang Mahatinggi kepada hamba-harnba-Nya sebagai kesusahan, sakit dan yang serupa, sedang ganjaran dan pembalasan adalah atas amal perbuatan manusia. Inilah perbedaan antara keduanya, dan Amirul Mukminin telah menjelaskannya melalui pengetahuannya yang cemerlang dan pandangannya yang sehat.
43. Amirul Mukminin as berkata tentang Khabbab ibn al-Aratt:[15] Semoga Allah menaruh rahmat kepada Khabbab ibn al-Aratt karena ia menerima Islam dengan sukarela, berhijrah (dari Makkah) dengan taat, tetap puas dengan apa yang mencukupinya, rida dengan Allah dan menjalani hidup mujahid.
44. Amirul Mukminin as berkata: Diberkatilah orang yang terus mengingat kehidupan yang berikut, bertindak sedemikian rupa sehingga memungkinkan dia mempertanggungjawabkannya, tetap puas dengan apa yang mencukupinya, dan tetap rida kepada Allah.
45. Amirul Mukminin as berkata: Sekalipun saya memukul hidung seorang mukmin dengan ini, pedang saya, supaya membenci saya, ia tak akan membenci saya; dan sekalipun saya tumpukkan seluruh kekayaan dunia di hadapan seorang munafik untuk mencintai saya, ia tidak akan mencintai saya. Ini disebabkan karena suatu keputusan yang diikrarkan oleh lidah Nabi yang mulia SAWW, ketika beliau berkata,
"Wahai 'Ali, orang mukmin tak akan pernah membencimu, dan orang munafik tak akan pernah mencintaimu."[16]
46. Amirul Mukminin (as) berkata: Dosa yang meresahkan Anda lebih baik dalam pandangan Allah daripada kebajikan yang membanggakan Anda.[17]
47. Amirul Mukminin as berkata: Nilai seorang lelaki sesuai dengan keberaniannya; kejujurannya sesuai dengan keseimbangan perangainya; keperkasaannya sesuai dengan respek dirinya; dan kesuciannya sesuai dengan rasa malunya.
48. Amirul Mukminin as berkata: Kemenangan dicapai dengan tekad; tekad tercapai dengan pemikiran, dan pikiran dibentuk dengan menjaga rahasia.
49. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah akan serangan orang terhormat ketika ia lapar, dan (serangan) orang hina ketika ia kenyang.[18]
50. Amirul Mukminin as berkata: Hati manusia adalah seperti binatang buas. Barangsiapa (hendak) menjinakkannya, akan diterkamnya.[19]
51. Amirul Mukminin as berkata: Selama kedudukan Anda baik, kekurangan Anda tertutup.
52. Amirul Mukminin as berkata: Yang paling mampu memaafkan ialah orang yang paling berkuasa untuk menghukum.
53. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan ialah yang dengan inisiatif sendiri, karena memberi atas permintaan mungkin disebabkan oleh harga diri atau untuk mengelakkan celaan.
54. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kekayaan seperti kebijaksanaan, tak ada kemiskinan seperti kejahilan, tak ada warisan seperti kehalusan, tak ada dukungan seperti nasihat.
55. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran ada dua jenis, sabar atas apa yang menyakiti Anda dan sabar terhadap apa yang Anda serakahi.
56. Amirul Mukminin as berkata: Dengan kekayaan, tanah asing adalah negeri sendiri, sedang dengan kemiskinan bahkan tanah sendiri menjadi negeri asing.[20]
57. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah harta yang tak berkurang.[21]
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini juga telah diriwayatkan dari Nabi saw.
58. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan adalah sumber hawa nafsu.
59. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperingatkan Anda, ia seperti memberi kabar gembira kepada Anda.
60. Amirul Mukminin as berkata: Lidah adalah hewan buas; bila dibebaskan ia menerkam.
61. Amirul Mukminin as berkata: Perempuan adalah ibarat kalajengking yang sengatannya manis.
62. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda diberi hormat, balaslah dengan hormat yang lebih baik. Apabila tangan bantuan diulurkan kepada Anda, buatlah kebaikan yarig lebih baik sebagai balasan, kendatipun keutamaannya tetap berada pada si pemula.
63. Amirul Mukminin as berkata: Penengah adalah sayap dari si pencari.
64. Amirul Mukminin as berkata: Manusia duniawi adalah seperti musafir yang sedang dibawa sementara ia tertidur.
65. Amirul Mukminin as berkata: Ketiadaan sahabat berarti keterasingan.
66. Amirul Mukminin as berkata: Tidak mendapatkan apa yang diinginkan lebih enak daripada meminta pada orang yang tak pantas.[22]
67. Amirul Mukminin as berkata: Jangan merasa malu karena (hanya) memberikan sedikit, karena penolakan adalah lebih kecil dari (yang sedikit) itu.
68. Amirul Mukminin as berkata: Menahan diri adalah perhiasan kemiskinan sedang syukur adalah perhiasan kekayaan.
69. Amirul Mukminin as berkata: Apabila yang Anda tuju tak tercapai, maka janganlah cemas tentang apakah Anda dahulunya.
70. Amirul Mukminin as berkata: Anda tak akan mendapatkan orang jahil kecuali pada salah satu ujung ekstrem (yakni yang lalai atau yang berlebih-lebihan).
71. Amirul Mukminin as berkata: Ketika akal meningkat, kata-kata menyingkat.[23]
72. Amirul Mukminin as berkata: Waktu mengauskan tubuh, menyegarkan hasrat, membawa kematian lebih dekat, dan membawa pergi aspirasi-aspirasi. Barangsiapa berhasil dengannya, menghadapi kesusahan, dan barangsiapa tak mendapatkan kebaikannya, pun mengalami kesukaran.
73. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa menempatkan diri sebagai pemimpin rakyat, ia harus mulai mendidik dirinya sendiri sebelum mendidik orang lain; dan pelajarannya haruslah melalui perilakunya sendiri sebelum mengajar dengan lidah. Orang yang mendidik dan melatih dirinya sendiri lebih berhak mendapat penghormatan ketimbang orang yang mendidik dan melatih orang lain.
74. Amirul Mukminin as berkata: Nafas seseorang adalah suatu langkah ke arah ajal.[24]
75. Amirul Mukminin as berkata: Setiap yang dapat dihitung akan lewat, dan setiap hal yang mesti datang akan terjadi.
76. Amirul Mukminin as berkata: Apabila urusan tercampur aduk, maka yang terakhir harus dinilai menurut yang lebih dahulu.[25]
77. Diriwayatkan bahwa ketika Dhirar ibn Hamzah (sebenarnya ibn Dhamrah) ad-Dhibabi pergi kepada Mu'awiyah dan Mu'awiyah rnenanyainya tentang Amirul Mukminin, ia berkata, "Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah membentang dan ia sedang berdiri di mihrab (mesjid) sambil memegang janggutnya seraya mengerang seperti orang digigit ular dan menangis seperti orang dalam kesedihan, lalu ia berkata: 'Hai dunia, hai dunia! Menjauhlah dari saya. Mengapa engkau datang kepada saya? Adakah engkau sangat menginginkan saya? Engkau tak mungkin mendapat kesempatan untuk mengesankan saya. Tipulah orang lain. Saya tak ada urusan denganmu. Saya telah menceraikanmu tiga kali, yang sesudahnya tak ada rujuk lagi. Kehidupanmu singkat, urgensitasmu kecil, kegemaran Anda sederhana. Sayang! Bekal sedikit, jalan panjang, perjalanan jauh, dan tujuan sukar dicapai.'[26]
Tentang Takdir 78. Seorang lelaki bertanya kepada Arnirul Mukminin, "Apakah kepergian kita untuk berperang melawan orang Suriah ditakdirkan Allah?" Amirul Mukminin memberikan jawaban yang mendetail yang sebagian darinya adalah sebagai di bawah ini.
"Celakalah Anda! Anda menganggapnya sebagai takdir yang terakhir dan tak terelakkan (yang menurutnya kami telah dipastikan akan bertindak).[27] Apabila demikian, maka tak akan ada masalah ganjaran atau hukuman, dan tak akan ada makna atas janji dan peringatan Allah. (Sebaliknya) Allah Yang Mahasuci telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertindak menurut kehendak bebas, dan telah memperingatkan dan mencegah mereka (dari kejahatan). la telah menempatkan kewajiban-kewajiban ringan pada mereka dan tidak meletakkan kewajiban-kewajiban berat. la memberikan kepada mereka (ganjaran) yang banyak sebagai imbalan atas (amal perbuatan) yang sedikit. la tidak ditaati bukan karena la dikalahkan. la ditaad, tetapi tidak dengan memaksa. la tidak mengutus para Nabi hanya sekadar main-main. la tidak menurunkan Kitab bagi manusia tanpa tujuan. la tidak menciptakan langit, bumi dan segala yang ada di antaranya dengan sia-sia. "Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akah masuk neraka." (QS. 38:24)
79. Amirul Mukminin as berkata: Ambillah butir-butir kebijaksanaan di mana pun ia berada, karena apabila ucapan kebijaksanaan berada di dada seorang munafik, ia menggelepar sampai ia keluar dan bermukim dengan yang lain-lain yang sejenisnya di dada orang mukmin.
80. Amirul Mukminin as berkata: Kebijaksanaan adalah barang kaum mukmin yang hilang., maka ambillah dia walaupun dari orang munafik.
81. Amirul Mukminin as berkata: Nilai sedap orang adalah dalam prestasinya.[28]
Sayid Radhi mengatakan: Ini kalimat yang nilainya tak terperikan. Tak ada ungkapan arif dapat dibandingkan dengannya dan tak ada kalimat yang setara dengannya.
82. Amirul Mukminin berkata: Saya sampaikan kepada Anda lima hal, yang apabila Anda menunggang unta Anda dengan cepat untuk mencarinya, maka Anda akan mendapatkan bahwa usaha itu patut atasnya. Tak boleh ada sesuatu di mana Anda meletakkan harapan selain Allah; jangan menakuti sesuatu selain dosa terhadap-Nya; janganlah seorang pun di antara Anda merasa malu mengatakan, 'Saya tidak tahu', apabila ia ditanyai tentang sesuatu yang tidak diketahuinya; janganlah seseorang merasa malu untuk mempelajari sesuatu yang tidak diketahuinya; dan Anda harus mempraktikkan kesabaran, karena kedudukan sabar bagi iman adalah seperti kepala bagi tubuh, sehingga tepat sebagaimana tak ada baiknya tubuh tanpa kepala, tak ada kebaikan dalam iman tanpa kesabaran.
83. Amirul Mukminin as berkata tentang seseorang yang banyak memujinya, walaupun la tidak mengaguminya: Saya di bawah apa yang Anda ucapkan dan di atas apa yang Anda rasakan dalam hati Anda.
84. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang selamat dari pedang (dalam pertempuran) hidup lebih lama dan mempunyai banyak keturunan.
85. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berlepas dari mengatakan, "Saya tak tahu", maka ia akan menemukan kehancuran.
86. Amirul Mukminin as berkata: Saya menyukai pendapat seorang tua lebih dari tekad seorang muda. Atau, menurut versi lain, "lebih dari syahidnya seorang muda."
87. Arnirul Mukminin (as) berkata: Saya heran akan orang yang kehilangan harapan padahal ada kemungkinan untuk beroleh keampunan.
88. Imam Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali al-Baqir as telah meriwayatkan dari Amirul Mukminin (as) bahwa ia berkata, "Ada dua sumber penyelamatan dari hukuman Ilahi; salah satunya telah diangkat, sedang yang yang satunya ada di hadapan Anda. Karena itu Anda harus bertaut padanya. Sumber keselamatan yang telah diangkat ialah Nabi Allah SAWW, sedang sumber keselamatan yang tertinggal ialah mencari keampunan. Allah Ta'ala telah berfirman, 'Dan Allah tidak akan menghukum mereka sementara engkau ada bersama mereka, dan tidak pula Allah akan mengazab mereka sementara mereka memohon keampunan'." (QS. 8:33)
Sayid Radhi mengatakan, "Ini salah satu cara menarik makna yang paling indah dan cara penafsiran yang paling halus.
89. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seorang lelaki berperangai patut dalam urusan antara dirinya sendiri dan Allah, maka Allah akan menjaga kepatutan urusan antara dia dan orang lain. Dan apabila seseorang menjaga secara patut urusannya dengan kehidupan akhirat, maka Allah akan menjaga secara patut baginya urusan dunia ini. Barangsiapa yang menjadi juru dakwah bagi dirinya sendiri akan dilindungi Allah.
90. Amirul Mukminin as berkata: Seorang hakim syariat yang sempurna adalah orang yang tidak membiarkan orang kehilangan harapan akan rahmat Allah, tidak membuatnya luluh hati akan kebaikan Allah, dan tidak membuatnya merasa aman dari hukuman Allah.
91. Amirul Mukminin as berkata: Hati ini menjadi muak ketika tubuh menjadi muak;, maka carikan ucapan-ucapan bijaksana yang indah untuknya.
92. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahauan yang paling rendah ialah apa yang tinggal di lidah, dan pengetahuan yang paling mulia ialah yang tenvujud dalam (amal perbuatan) melalui anggota dan organ tubuh.
93. Amirul Mukminin berkata: Janganlah seorang di antara Anda sekalian mengatakan, "Ya Allah, aku mencari perlindungan-Mu dad kesusahan," karena tak seorang pun yang tidak terlibat dalam kesusahan; tetapi barangsiapa mencari perlindungan Allah, ia harus mencari perlindungan dari kesusahan yang menyesatkan, karena Allah berfirman, "Dan ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu merupakan cobaan" (QS. 8:28), yang artinya adalah bahwa la menguji Anda dengan kekayaan dan ketunman untuk membedakan orang yang tidak merasa rela dengan rezekinya dan orang yang bahagia dengan apa yang telah dianugerahkan kepadanya. Walaupun Allah Yang Mahasuci mengetahui mereka lebih dari mereka mengetahui diri mereka sendiri, namun la berbuat demikian untuk membiarkan mereka melakukan perbuatan yang dengan itu mereka mendapatkan ganjaran atau hukuman, karena sebagian dari mereka senang mempunyai (anak) laki-laki dan tak senang mempunyai (anak) perempuan, dan sebagian suka mengumpul harta dan tidak menyukai kesusahan.
Sayid Radhi mengatakah: Ini salah satu tafsiran yang menakjubkan yang diriwayatkan darinya.
94. Amirul Mukminin ditanyai apakah baik itu, dan ia menjawab, "Yang baik bukanlah banyak kekayaan dan anak, melainkan pengetahuan yang banyak, kesabaran besar, dan saling berlomba dalam ibadat kepada Allah. Apabila berbuat baik, bersyukur kepada Allah, tetapi apabila Anda berbuat buruk, mintalah keampunan Allah. Di dunia ini kebaikan hanya untuk dua orang: orang yang berbuat dosa tetapi meluruskannya dengan bertaubat, dan orang yang bergegas melakukan perbuatan baik.
95. Amirul Mukminin (as) berkata: Amal yang disertai takwa kepada Allah tidaklah akan sia-sia, dan betapa mungkin suatu hal sia-sia padahal ia (sudahj diterima.[29]
96. Amirul Mukminin berkata: "Orang-orang yang paling terpaut pada para Nabi adalah orang-orang yang mengetahui apa yang telah dibawa para nabi." Kemudian Amirul Mukminin membacakan, "Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim tentulah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) dan orang-orang yang beriman." (QS. 6:6) Kemudian ia berkata, "Sahabat (Nabi) Muhammad SAWW adalah orang yang menaati Allah, sekalipun ia tidak berhubungan darah, dan musuh Muhammad adalah orang yang tidak menaati Allah sekalipun ia keluarga dekat."
97. Amirul Mukminin mendengar tentang seorang Khariji yang berkata bahwa ia mendirikan salat malam dan membaca Al-Qur'an, lalu ia berkata: Tidur dalam keadaan iman yang kukuh lebih baik daripada salat dalam keadaan ragu-ragu.
98. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda mendengar suatu suatu hadis, ujilah itu menurut akal, jangan sekadar mendengar, karena periwayat pengetahuan ada banyak tetapi yang menjaganya hanya sedikit.
99. Amirul Mukminin mendengar seorang lelaki membaca, Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali' (QS. 2:256) lalu ia berkata: Bacaan kita "Innâ lillâhi" (Sesungguhnya kita milik Allah) adalah suatu pengakuan akan wilayah-Nya atas diri kita, dan bacaan kita, "Wa innâ ilaihi râji'ûn" (Dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali) adalah pengakuan bahwa kita fana.
100. Seseorang memuji Amirul Mukminin di hadapan beliau, lalu beliau berkata: 'Tuhanku, Engkau lebih mengetahui diriku daripada aku sendiri, dan aku sendiri mengetahui lebih banyak dari apa yang mereka ketahui. Tuhanku, jadikanlah kami lebih baik daripada apa yang mereka kira, dan ampunilah kami atas apa yang tidak mereka ketahui.
101. Amirul Mukminin as berkata: Pemenuhan kebutuhan (orang lain) menjadi kebajikan langgeng dalam dga hal: memandangnya kecil sehingga ia beroleh kebesaran, menyimpannya sehingga ia terwujud, dan melakukannya dengan cepat sehingga ia menjadi menyenangkan.
102. Amirul Mukminin as berkata: Segera akan tiba saat ketika ke-dudukan tinggi hanya akan diberikan kepada orang-orang yang mencemarkan orang lain, ketika orangorang keji akan dianggap cerdas, dan orang adil akan dianggap lemah. Orang akan memandang sedekah sebagai kerugian, hubungan kekeluargaan sebagai (beban) kewajiban, dan ibadah sebagai dasar untuk mengklaim kebesaran di antara orang lain. Pada saat itu wewenang akan dilaksanakan melalui nasihat kaum wanita, mendudukkan anak-anak untuk jabatan tinggi dan pelaksanaan urusan pemerintahan oleh para banci.
103. Amirul Mukminin as kelihatan berpakaian tua yang lusuh dengan tambalan-tambalan. Ketika hal itu ditunjukkan kepadanya, ia berkata: Dengan itu hati merasa takut, pikiran merasa sederhana dan kaum mukmin menandinginya. Sesungguhnya dunia ini dan dunia akhirat saling bermusuhan dan arah jalannya berbeda. Barangsiapa menyukai dan mencintai dunia ini ia akan membenci dunia akhirat dan menjadi musuhnya. Ini seperti timur dan barat. Apabila seseorang berjalan mendekati yang satu, maka ia menjauh dari yang lainnya. Mereka seperti dua istri yang dimadu.
104. Diriwayatkan oleh Nauf al-Bikali bahwa: "Saya melihat Amirul Mukminin as keluar dari tempat tidumya lalu melihat ke bintang-bintang, kemudian ia berkata kepada saya, 'Wahai Nauf, apakah Anda sedang jaga atau tidur?' Saya katakan, "Saya sedang bangun, ya Amirul Mukminin.' Lalu ia berkata, 'Diberkatilah orang yang berpantang atas dunia ini dan bergairah untuh akhirat. Mereka orang-orang yang memandang bumi ini sebagai lantai, dan debunya sebagai seperei; mereka membaca Al-Qur'an dengan suara rendah dan berdoa dengan nada tinggi dan kemudian mereka terputus dari dunia ini seperti 'Isa al-Masih. Wahai Nauf, Nabi Dawud as bangun pada suatu waktu seperti ini pada suatu malam seraya berkata, 'Pada saat ini apa saja yang didoakan seseorang akan dikabulkan kepadanya, kecuali ia pengumpul pajak, intelijen, perwira polisi, pemain seruling atau pemukul tambur.'
Sayid Radhi mengatakan: Juga dikatakan bahwa "arthabah" berarti "thabl"(tambur) dan “kûbah" berarti seruling.
105. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menempatkan pada Anda beberapa kewajiban yang tak boleh Anda abaikan, la meletakkan batas-batas yang tak boleh Anda langgar, la melarang Anda terhadap hal-hal tertentu yang tak boleh Anda langgar, dan la telah mendiamkan tentang hal-hal tertentu tetapi la tidak membiarkannya karena kekeliruan supaya Anda tidak mendapatkannya.
106. Amirul Mukminin as berkata: Apabila orang melepaskan sesuatu yang berhubungan dengan agama untuk melumskan urusan dunianya, Allah akan menimpakan kepadanya sesuatu yang lebih merugikan dari itu.
107. Amirul Mukminin as berkata: Sering ketidaktahuan orang berilmu meruntuhkannya sedang pengetahuan yang dipunyainya tidak menolongnya.
108. Amirul Mukminin as berkata: Pada manusia ada segumpal daging yang terpaut padanya dengan suatu nadi, dan itulah hal yang paling ajaib padanya. Itulah hati. la mengandung simpanan kebijaksanaan dan hal-hal yang bertentangan dengan kebijaksanaan. Apabila ia melihat sepercik harapan, gairah merendahkannya, dan apabila gairah meningkat, keserakahan meruntuhkannya. Apabila kekecewaan mengalahkannya, kesedihan membunuhnya, dan apabila marah bangkit padanya, keberangan yang parah berkembang. Apabila ia diberkati dengan kesenangan, ia lupa berlaku waspada. Apabila ia khawatir, ia menjadi tak peduli. Apabila kedamaian meluas di mana-mana, ia menjadi lalai. Apabila ia mendapat kekayaan, ketidakpedulian meletakkannya pada yang salah. Apabila kesusahan menimpanya, ketidaksabaran menjadikannya rendah. Apabila ia menghadapi kelaparan, derita mengalahkannya. Apabila lapar menyerangnya, kelemahan membuatnya duduk. Apabila, makaimya meningkat, beratnya perut menyakitinya. Alhasil, setiap kekurangan merugikannya, dan setiap kelebihan menyakitinya.
109. Amirul Mukminin (as) berkata: Kami (para anggota keluarga Nabi) adalah seperti posisi di tengah. Orang yang ketinggalan harus maju untuk menemuinya sedang yang telah melewati harus kembali kepadanya.
110. Amirul Mukminin as berkata: Tak seorang pun dapat menegakkan peraturan Allah Yang Mahasuci kecuali orang yang tak mengalah (dalam urusan hak), yang tidak berlaku seperti orang jahil, dan tidak serakah.
111. Sahl ibn Hunaif al-Anshari yang sangat dicintai Amirul Mukminin as meninggal di Kufah setelah kembalinya dari Perang Shiffin. Pada waktu itu Amirul Mukminin as berkata: Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).
Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan. Ada suatu ucapan Amirul Mukminin as yang seperti itu (lihat No. 112 berikut).
112. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mencintai kami para anggota keluarga Nabi, hendaklah ia bersedia menghadapi kemiskinan.
Sayid Radhi mengatakan: Ini telah ditafsirkan dalam berbagai cara pula, tetapi tak sesuai untuk membicarakannya di sini."?
113. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kekayaan yang lebih menguntungkan ketimbang kebijaksanaan, tak ada kesepian yang lebih mengasingkan ketimbang puji-diri, tak ada pikiran sebaik kebijaksanaan, tak ada kemuliaan seperti takwa kepada Allah, tak ada sahabat seperti keramahan, tak adawarisan seperti kesopanan, tak adapandu seperti anjuran, tak ada pemiagaan seperti amal saleh, tak ada keuntungan seperti ganjaran Ilahi, tak ada mawas diri seperti diam pada saat ragu, tak ada pantangan seperti menghindari larangan, tak ada pengetahuan seperti pemikiran, tak ada ibadat seperti pelaksanaan kewajiban, tak ada iman seperti kesederhaan dan kesabaran, tak ada capaian seperti kerendahan hati, tak ada kehormatan seperti pengetahuan, dan tak ada dukungan yang lebih dapat diandalkan daripada nasihat.
114. Amirul Mukminin as berkata: Pada saat kebajikan sedang menjadi model di dunia dan di antara manusia, apabila seseorang mencurigai seseorang lain yang tak terlihat suatu kejahatan padanya, maka ia telah berlaku lalim. Dan pada saat kejahatan sedang menjadi model di dunia dan di kalangan manusia, apabila seseorang menaruh gagasan baik tentang seseorang lain, maka ia membuang diri ke dalam bahaya.
115. Amirul Mukminin as pernah ditanya: "Bagaimana keadaan Anda, ya Amirul Mukminin?" la menjawab, "Bagaimana keadaan orang yang hidupnya sedang digiring ke arah maut, yang keadaan sehatnya dapat berubah setiap saat menjadi sakit, dan yang harus ditangkap (oleh maut) dari tempat keamanannya."
116. Amirul Mukminin as berkata: Ada banyak orang yang diberi waktu (oleh Allah) dengan perlakuan baik terhadap mereka, dan banyak orang tertipu karena kegiatan dosanya ditirai (oleh Allah), dan banyak yang terpesona oleh pembicaraan baik tentang diri mereka sendiri. Dan Allah tidak mencobai seseorang seberat la mencobai orang yang diberi-Nya waktu (untuk tetap berdosa).
117. Amirul Mukminin as berkata: Dua jenis manusia akan menghadapi keruntuhan karena saya: orang yang mencintai saya secara berlebih-lebihan, dan orang yang sangat membenci saya.
118. Amirul Mukminin as berkata: Ketinggalan kesempatan menyebabkan kesedihan.
119. Amirul Mukminin as berkata: Dunia ini ibarat ular. la halus dalam sentuhan tetapi di dalamnya penuh bisa. Orang tak tahu yang jatuh ke dalam tipuannya, tertarik kepadanya; tetapi orang bijaksana dan cerdas tems berjaga-jaga terhadapnya.
120. Amirul Mukminin as ditanyai tentang kaum Quraisy. dan ia menjawab: "Tentang Bani Makhzum, mereka adalah kembang-kembang Quraisy. Menyenangkan bila berbicara pada lelakinya dan mengawini wanitanya. Tentang Bani 'Abdusy-Syams, mereka berpandangan jauh dan hati-hati tentang segala yang tersempunyi dari mereka. Tentang kami sendiri (Bani Hasyim) kami menafkahkan apa saja yang kami punyai, dan sangat dermawan dalam menyerahkan diri kepada maut. Akibatnya orang-orang itu lebih banyak jumlahnya, lebih berusaha merancang dan lebih buruk (rupa), sementara kami lebih fasih, berharap baik dan gagah.
121. Amirul Mukminin as berkata: Alangkah bedanya dua jenis perbuatan: perbuatan yang kesenangannya berlalu tetapi akibat (buruk)nya tertinggal, dan perbuatan yang kesusahannya berlalu tetapi ganjarannya tertinggal.
122. Amirul Mukminin as sedang menyertai suatu upacara pemakaman ketika ia mendengar seseorang tertawa. Lalu ia berkata: Apakah karena maut hanya ditentukan bagi orang lain? Apakah karena kebenaran hanya wajib bagi orang lain? Apakah karena orang-orang yang kita lihat berangkat dalam perjalanan kematiannya akan kembali kepada kita? Kita meletakkan mereka dalam kubumya dan kemudian menikmati harta mereka (seakan-akan kita akan hidup selama-lamanya setelah mereka). Kita telah mengabaikan setiap pengkhotbah, lelaki atau perempuan, dan telah membuka diri kita kepada setiap bencana.
123. Amirul Mukminin as berkata: Diberkatilah orang yang merendahkan dirinya, yang rezekinya suci, yang kebiasaannya saleh, yang membelanjakan simpanannya (dengan nama Allah), yang mencegah lidahnya dari kebusukan, yang menjaga agar manusia aman dari kejahatannya, yang senang akan sunah dan yang tak berhubungan dengan bidah.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang mengatributkan ucapan ini dan yang sebelumnya kepada Nabi Allah SAWW.
124. Amirul Mukminin as berkata: Kecemburuan seorang wanita (terhadap madunya) adalah hujatan, sedang kecemburuan lelaki adalah bagian dari iman.
125. Amirul Mukminin as berkata: Saya akan mendefinisikan Islam sebagai yang belum pernah ada orang mendefinisikannya: Islam adalah penyerahan, penyerahan adalah keyakinan, keyakinan adalah pengukuhan, pengukuhan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan (kewajiban), dan pelaksanaan kewajiban adalah amal.
126. Amirul Mukminin as berkata: Saya heran akan si kikir yang justru bergegas ke arah kemiskinan dan mana ia melarikan diri, dan tidak mendapatkan keenakan hidup yang justru dihasratkannya. Akibatnya ia melewati kehidupan di dunia iiu seperti orang miskin, tetapi harus menyampaikan tanggung jawab di dunia akhirat sebagai orang kaya.
Saya heran akan orang sombong yang hanya setetes mani kemarinnya dan akan berubah menjadi bangkai hari berikutnya. Saya heran akan orang yang meragukan Allah walaupun ia melihat ciptaan-Nya. Saya heran akan orang yang melupakan kematian walaupun ia melihat manusia mati. Saya heran akan orang yang menyangkali kehidnpan yang kedua walaupun ia telah melihat kehidupan yang pertama. Saya heran akan orang yang mendiami dunia fana ini tetapi mengabaikan dunia yang kekal.
127. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa yang kurang beramal akan jatuh ke dalam kesedihan; dan Allah tak ada urusan dengan orang yang tidak membelanjakan sesuatu dari kekayannya dalam nama Allah.
128. Amirul Mukminin as berkata: Jagalah terhadap dingin pada mulanya (musim) dan sambutlah ia hingga akhir, karena ia mempengaruhi tubuh sebagaimana ia mempengaruhi tanaman. Pada awalnya ia menghancurkannya tetapi pada akhirnya ia memberikannya daun segar.[30]
129. Amirul Mukminin as berkata: Kebesaran Pencipta yang Anda sadari akan mengecilkan makhluk-makhluk dalam pandangan Anda.
130. Ketika Amirul Mukminin as kembali dari Shiffin dan mennperhatikan kubur-kubur di luar Kufah, ia berkata: Wahai para penghuni rumah yang memberi rasa sunyi, penghuni wilayah kehabisan penduduk dan kubur-kubur gelap. Wahai manusia dari debu, wahai mangsa kesepian, wahai mangsa keterasingan. Anda telah pergi mendahului kami, sementara kami akan menyusul dan menemui Anda. Rumah-rumah yang Anda tinggalkan telah dihuni orang lain; istri-istri (yang Anda tinggalkan) telah dikawini orang lain; harta telah dibagi-bagikan (di antara ahli waris). Ini berita tentang orang-orang sekitar kami; apa kabar tentang hal-hal di sekitar Anda?
Kemudian Amirul Mukminin as berpaling kepada para sahabatnya seraya berkata: Apabila diizinkan berbicara, mereka akan memberitahukan kepada Anda bahwa bekal yang terbaik ialah takwa kepada Allah.
32
Nahjul Balaghah
Tentang Orang-orang yang Menuduh Dunia ini Secara Batil 131. Amirul Mukminin as mendengar seorang lelaki mencela dunia, lalu ia berkata: Wahai Anda yang mencela dunia, wahai Anda yang telah ditipu oleh tipuannya dan terkicuh oleh kesalahan-kesalahannya. Anda menaruh serakah pada dunia, kemudian mencelanya? Anda menuduhnya, atau diakah yang seharusnya menuduh Anda? Kapan ia membingungkan atau menipu Anda? Apakah dengan jatuh dan membusuknya nenek moyang Anda, atau oleh tempat-tempat tidur ibu-ibu Anda di bawah bumi? Berapa banyak Anda mengnrusi mereka dalam sakit mereka dan merawat mereka dalam kepedihan mereka, menghasratkan agar mereka sembuh dan meminta bantuan dokter untuk mereka di pagi hari ketika obat Anda tidak mempan bagi mereka dan ratapan Anda tidak bermanfaat bagi mereka. Kecemasan Anda tentang mereka temyata tidak berguna dan Anda tak akan dapat mencapai tujuan Anda. Anda tak dapat mengelakkan (maut) dari mereka dengan segala kekuasaan Anda. Sebenamya, melalui orang yang akan mati itu dunia menyajikan suatu gambaran buat Anda, dan menunjukkan kepada Anda melalui contoh dari kejatuhannya betapa Anda (juga) akan jatuh.
Sesungguhnya dunia ini adalah mmah kebenaran bagi orang yang menilainya, suatu tempat keamanan bagi orang yang memahaminya, suatu rumah kekayaan bagi orang yang mengumpul bekal darinya (untuk dunia yang berikut), dan rumah pelajaran bagi orang yang menarik pelajaran darinya. la tempat ibadat bagi para pencinta Allah, tempat berdoa bagi malaikat-malaikat Allah, tempat di mana wahyu Allah turun, dan tempat berdagang bagi para pengabdi Allah. Di sini mereka menerima rahmat dan di sini mereka mendapatkan surga sebagai keuntungan.
Oleh karena itu, maka siapa yang dapat mencelanya padahal ia telah memaklumkan keberangkatannya untuk perpisahan dan menyerukan bahwa ia akan berangkat! la telah memberikan kabar akan kehancurannya sendiri dan kematian manusia penghuninya. Dengan kesulitannya ia memberikan contoh kesukaran mereka. Dengan kesenangannya ia menciptakan kegairahan bagi kesenangan-kesenangan (dunia akhirat). la membawa kelapangan di sore hari dan kesedihan di pagi hari melalui bujukan, penengahan, ancaman bahaya dan peringatan. Orang mencelanya di pagi hari pertaubatannya tetapi ada orang lain yang akan memujinya pada Hari Pengadilan. Dunia mengingatkan mereka akan kehidupan yang akan datang, dan mereka mencamkannya dalam pikiran. la menceritakan kepada mereka (hal-hal kehidupan akhirat) dan mereka mengakuinya. la berkhotbah kepada mereka dan mereka mengambil pelajaran darinya.[31]
132. Amirul Mukminin as berkata: Ada seorang malaikat Allah yang berseru setiap hari, "Melahirkan anak-anak untuk kematian, mengumpulkan harta untuk kehancuran, dan mendirikan bangunan untuk runtuh".
133. Amirul Mukminin as berkata: Dunia ini adalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal. Manusia di dalamnya ada dua jenis: yang satu adalah orang yang menjual dirinya (kepada hawa nafsu) dan dengan demikian menghancurkannya, dan yang lain adalah manusia yang membeli dirinya (dengan mawas diri terhadap hawa nafsu) dan membebaskannya.
134. Amirul Mukminin as berkata: Seorang sahabat bukanlah (sesungguhnya) sahabat, kecuali apabila ia memberikan perlindungan kepada temannya dalam tiga kesempatan: dalam kesukaran, dalam ketidakhadirannya dan dalam kematiannya.
135. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang dianugerahi empat hal bukannya dilarangi empat hal; orang yang mengajukan taubat bukan tidak beroleh sambutan, orang yang mencari keampunan bukan tidak diberi ampun, dan orang yang bersyukur bukan tidak diberi kelanjutan nikmat.
Sayid Radhi berkata:Ini sesuai dengan Al-Qur'an. "Serulah Aku, maka Aku akan menjawabmu. "(QS. 40:60) Tentang keampunan, Allah berkata, "Dan barangsiapa berbuat jahat, atau menganiaya dirinya sendiri kemudian memohon kepada Allah, akan mendapatkan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 4:110) Tentang syukur la berkata, "Apabila kamu bersyukur Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepada kamu." (QS. 14:7) Tentang taubat la berfirman, "Sesungguhnya Allah hendak berpaling kepada kamu. "(QS. 4:21)
136. Amirul Mukminin as berkata: Bagi orang yang takwa, salat adalah sarana untuk mencari kedekatan kepada Allah; bagi orang lemah, haji adalah sebaik jihad. Bagi segala sesuatu ada pajaknya; pajak tubuh adalah puasa. Jihad seorang wanita ialah memberikan pertemanan yang menyenangkan kepada suaminya.
137. Amirul Mukminin as berkata: Carilah rezeki dengan memberi sedekah.
138. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang yakin akan imbalan yang baik, adalah dermawan dalam memberi.
139. Amirul Mukminin as berkata: Bantuan diberikan menurut keperluan.
140. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang sederhana tak akan menjadi miskin.
141. Amirul Mukminin as berkata: Keluarga kecil adalah salah satu cara (mendapatkan) kelapangan.
142. Amirul Mukminin as berkata: Saling mencintai adalah setengah kebijaksanaan.
143. Amirul Mukminin as berkata: Kesedihan adalah setengah dari ketuaan.
144. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran datang sesuai dengan musibah. Orang yang memukulkan tangannya ke paha dalam musibahnya, menghancurkan amal baiknya.
145. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang berpuasa yang puasanya tak lebih dari menahan lapar dan haus, dan banyak pendiri salat yang salatnya tidak lebih baik dari berjaga dan kesulitan. Tidur maupun, makan dan minum dari orang (takwa) yang cerdas jauh lebih baik.
146. Amirul Mukminin as berkata: Lindungilah keimanan Anda dengan sedekah; jaga kekayaan Anda dengan membayarkan bagian Allah, dan jauhilah gelombang bencana dengan berdoa.
Manusia ada Tiga Jenis Percakapan Amirul Mukminin dengan Kumail ibn Ziyad an-Nakha`i
147. Percakapan Amirul Mukminin as dengan Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i. Kumail meriwayatkan: Amirul Mukminin as memegang tangan saya lalu membawa saya ke pekuburan. Kemudian ia menarik nafas keluhan yang dalam seraya berkata: "Wahai Kumail, hati ini adalah wadah. Yang terbaik di antaranya adalah yang memelihara (isinya). Karena itu, peliharalah apa yang saya katakan kepada Anda.
Manusia ada tigajenis. Yang satu adalah orang berilmu dan rohaniawan. Berikutnya adalah si pencari ilmu yang juga di jalan pembebasan. Kemudian (yang terakhir) si busuk yang memburu setiap penyeru dan tunduk kepada setiap arah angin. Mereka tidak mencari cahaya dari sinar pengetahuan, dan tidak mengambil perlindungan dari dukungan yang dapat diandalkan.
Wahai Kumail, pengetahuan lebih baik dari kekayaan. Pengetahuan menjaga Anda sementara Anda harus menjaga harta. Harta berkurang dengan pembelanjaan sedang pengetahuan berlipat ganda dengan pengeluarannya, dan akibat dari kekayaan mati bila kekayaan membusuk.
Wahai Kumail, pengetahuan adalah iman yang diamalkan. Bersamanya manusia mendapat ketaatan dalam hidupnya dan nama baik setelah matinya. Pengetahuan adalah penguasa sedang harta dikuasai. Wahai Kumail, orang yang mengumpul harta adalah orang mati sekalipun mereka masih hidup, sementara orang yang dikaruniai pengetahuan akan tetap ada sepanjang dunia masih ada. Tubuh mereka tak ada tetapi gambar mereka berada di hati (manusia). Lihat, di sini ada setumpuk pengetahuan (lalu Amirul Mukminin as menunjuk ke dadanya). Saya ingin mendapatkan seseorang untuk memilikinya. Ya, saya mendapatkan (orang semacam itu); tetapi entah ia dapat diandalkan. la akan memanfaatkan agama untuk keuntungan duniawi, dan dengan berkat nikmat Allah padanya ia akan mendominasi manusia dan dengan berdalihkan Allah ia akan menjadi majikan dari para pengabdi-Nya. Atau, orang yang taat kepada para pembawa kebenaran tetapi tak ada kecerdasan dalam dadanya. Pada penampilan pertama keraguan ia akan merasa was-was dalam hatinya.
Maka yang itu maupun yang ini tak cukup baik. Entah orang itu bergairah untuk kesenangan, mudah diantar oleh hawa nafsu, atau serakah untuk mengumpulkan dan menimbun kekayaan. Tak ada dari mereka yang mempunyai penghargaan atas agama dalam urusan apa pun. Contoh yang paling dekat tentang hal ini ialah ternak yang lepas. Beginilah caranya pengetahuan mati bersama kematian orang-orang yang mempunyainya.
Ya Tuhanku! Tetapi bumi tak pernah kosong dari orang-orang yang memelihara hujah Allah, baik secara terbuka dan terkenal ataupun, karena takut, tersembunyi, agar hujah dan bukti-bukti Allah tidak disangkal. Berapa banyak mereka dan di manakah mereka? Demi Allah, jumlah mereka sedikit, tetapi mereka besar dalam kehormatan di hadapan Allah. Melalui mereka Allab menjaga hujah-hujah-Nya dan bukti-bukti-Nya sampai mereka mengamanatkannya kepada orang lain seperti mereka sendiri dan menebarkan benihnya di hati orang-orang yang sama dengan mereka. Pengetahuan telah mengantarkan mereka kepada pernahaman yang sesungguhnya dan dengan demikian mereka mengaitkan dirinya dengan semangat keyakinan. Mereka mengentengkan apa yang dianggap sukar olch orang-orang yang mengentengkan. Mereka sangat mencintai apa yang dianggap aneh oleh orang jahil. Mereka hidup di dunia ini dengan tubuh mereka di sini, tetapi ruh mereka tinggal di tinggi di atas. Mereka adalah para khalifah Allah di bumi dan penyeru kepada agama-Nya. Betapa rindu saya akan melihat mereka. Pergilah sekarang, Kumail, ke mana saja Anda mau.[32]
148. Amirul Mukminin as berkata: Manusia tersembunyi di bawah lidahnya.[33]
149. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang tak mengenal nilai dirinya sendiri akan mengalami keruntuhan.
Tentang Dakwah 150. Amirul Mukminin as berkata kepada seorang laki-laki yang meminta kepadanya supaya berbicara: Jangan menjadi seperti orang yang mengharapkan (rahmat bagi) kehidupan di akhirat tanpa beramal, dan menunda taubat dengan memperpanjang hawa nafsu, yang mengucapkan kata-kata sebagai zahid di dunia ini tetapi bertindak sebagai orang yang bergairah untuk itu; apabila ia diberi sesuatu darinya, ia tidak merasa puas; apabila ia ditolak ia tak puas; ia tak bersyukur atas apa yang ia peroleh, dan menghasratkan penambahan dalam apa saja yang tertinggal padanya; ia mencegah orang lain tetapi tidak (mencegah) dirinya. la menyuruhkan kepada orang lain apa yang ia sendiri tidak melakukannya; ia cinta kepada orang bajik tetapi tak berlaku seperti mereka; ia membenci orang yang keji tetapi ia sendiri satu dari mereka; ia tidak menyukai maut karena kelebih-lebihan dosanya, tetapi menganut apa yang karena itu ia takut mati.
Apabila ia sakit ia merasa malu; apabila ia sehat ia merasa aman dan berkecimpung dalam kesenangan; apabila ia sembuh dari sakit, ia merasa sombong akan dirinya; apabila ia tertimpa musibah ia merasa putus asa; apabila kesusahan menimpanya, ia berdoa seperti orang kesurupan; bilamana ia mendapatkan kelapangan hidup, iajatuh ke dalam tipuan dan memalingkan mukanya menjauh; hatinya menaklukkannya dengan hal-hal khayali sementara ia tak dapat mengendalikan hatinya dengan keyakinan; bagi orang lain ia takutkan dosa-dosa kecil, tetapi bagi dirinya ia mengharapkan ganjaran yang lebih besar dari amalnya; bila ia menjadi kaya, ia menjadi angkuh dan jatuh ke dalam kejahatan; apabila ia menjadi miskin, ia berputus-asa dan menjadi lemah; ia berlaku singkat dalam beramal tetapi terlalu janh ketika meminta; bilamana hawa nafsu menguasainya, ia cepat berbuat maksiat, tetapi lambat bertaubat; apabila kesnkaran menimpanya, ia meninggalkan ketentuan agama; ia menggambarkan peristiwa-peristiwa yang mengandung pelajaran, tetapi ia sendiri tidak mengambil pelajaran; ia berkhotbah panjang lebar, tetapi tidak menerima khotbah apa pun bagi dirinya sendiri; ia tinggi dalam bicara tetapi pendek dalam amal; ia mendambakan hal-hal yang akan musnah dan mengabaikan hal-hal yang bertahan abadi; ia memandang keuntungan sebagai kerugian, dan kerugian sebagai keuntungan; ia takut akan kematian, tetapi tidak berbuat sesuatu untuk menghadapinya; ia memandang dosa-dosa orang lain besar tetapi memandang dosanya sendiri kecil; apabila ia berbuat sesuatu dalam menaati Allah, ia memandangnya banyak, tetapi apabila orang lain melakukan hal yang sama, ia menganggapnya sedikit; karena itu, maka ia mencela orang lain tetapi memuji dirinya; hiburan dalam pergaulan dengan orang kaya lebih dicintainya daripada mengingat (Allah) bersama orang miskin; ia menjatuhkan keputusan terhadap orang lain bagi kepentingannya sendiri, dan tidak berbuat demikian terhadap dirinya sendiri untuk kepentingan orang lain; ia menuntun orang lain tetapi menyesatkan dirinya sendiri; ia ditaati oleh orang lain; tetapi ia sendiri tidak menaati (Allah). la mencari kepuasan (kewajiban kepada dirinya sendiri) tetapi tidak memenuhi kewajiban (terhadap orang lain); ia takut kepada manusia (dan bertindak) bagi yang selain Allah, dan tidak takut kepada Allah dalam urusannya dengan manusia.
Sayid Radhi berkata:Apabila buku ini tidak berisi lain dari ucapan singkat ini, maka cukuplah ia sebagai penggalan khotbah yang berhasil, suatu contoh falsafah yang tinggi, obyek kebijaksanaan bagi pemirsa dan sumber pelajaran bagi pengamat yang merenungkannya.
151. Amirul Mukminin as berkata: Setiap manusia akan menemui kesudahannya, manis atau asam.
152. Arnirul Mukminin as berkata: Setiap pendatang mesti kembali, dan setelah kembali seakan-akan ia tak pernah ada.
153. Amirul Mukminin as berkata: Orang sabar tak akan luput dari keberhasilan, walaupun mungkin memakan waktu lama.
154. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menyetujui tindakan sekelompok orang adalah seakan-akan ia bergabung dengan mereka dalam tindakan itu. Dan setiap orang yang beigabung dalam kebatilan, melakukan dua dosa—satu dosa karena melakukannya, dan satu lagi karena menyetujuinya.
155. Amirul Mukminin as berkata: Berpeganglah pada peijanjian, dan amanatkan pemenuhannya pada orang yang sabar.
156. Amirul Mukminin as berkata: Pada Anda terletak (kewajiban melaksanakan) ketaatan kepada seseorang tentang siapa Anda tak dapat menggunakan dalih ketidaktahuan.[34]
157. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya Anda akan sudah melihat sekiranya saja Anda peduli untuk melihat; sesungguhnya Anda akan sudah terbimbing sekiranya Anda peduli untuk mengambil petunjuk; dan sesungguhnya Anda sudah mendengar bilamana Anda peduli untuk meminjamkan telinga Anda.
158. Amirul Mukminin as berkata: Nasihati teman Anda dengan perilaku yang baik terhadapnya, dan jauhkanlah kejahatannya dengan berbuat baik kepadanya.[35]
159. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menempatkan dirinya dalam keadaan bereputasi buruk tak boleh menyalahkan orang-orang yang menaruh gagasan buruk tentang dirinya.
160. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mendapat wewenang, (biasanya) mengambil sikap berpihak.
161. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa bertindak semata-mata dengan pendapatnya sendiri, akan runtuh; dan barangsiapa bermusyawarah dengan orang lain, ia ikut mempunyai pikiran mereka.
162. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menjaga rahasianya memegang kendali di tangannya sendiri.
163. Amirul Mukminin as berkata: Kemiskinan adalah kematian terbesar.
164. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memenuhi hak seseorang yang tidak memenuhi hak-haknya (adalah seakan-akan ia) menyembahnya.
165. Amirul Mukminin as berkata: Tak boleh menaati seseorang yang menentang perintah Allah.
166. Amirul Mukminin as berkata: Tak adaorang yang harus dipersalahkan karena menunda dalam (memperoleh) hak-haknya sendiri, tetapi kesalahan terletak pada orang yang mengambil apa yang bukan haknya.
167. Amirul Mukminin as berkata: Kesombongan mencegah kemajuan.[36]
168. Amirul Mukminin as berkata: Hari Pengadilan dekat sedang kehidupan bersama kita singkat.
169. Amirul Mukminin as berkata: Bagi orang bermata, fajar telah terbit.
170. Amirul Mukminin as berkata: Berpantang dari dosa lebih mudah dari memohon pertolongan sesudahnya.[37]
171. Amirul Mukminin as berkata: Banyak, makan tunggal (sekaligus) mencegah beberapa (kesempatan), makan.[38]
172. Amirul Mukminin as berkata: Manusia memusuhi apa yang tidak diketahuinya.[39]
173. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mendapatkan beberapa pendapat, mengerti akan lobang-lobang jebakan.
174. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang meruncingkan giginya karena marah demi Allah, mendapatkan kekuatan untuk membunuh pembela kebatilan.[40]
175. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda takut akan sesuatu, menyelamlah langsung ke dalamnya, karena intensitas pemantangan darinya lebih besar (lebih bumk) dari apa yang Anda takuti.
176. Amirul Mukminin as berkata: Sarana untuk mendapatkan wewenang tinggi adalah lebamya dada (yakni kedermawanan).
177. Amirul Mukminin as berkata: Tegurlah si pembuat kejahatan dengan mengganjari si pembuat kebajikan.[41]
178. Amirul Mukminin as berkata: Putuskanlah kejahatan dah hati orang lain dengan menyentakkannya dari hati Anda sendiri.[42]
179. Amirul Mukminin as berkata: Kepala batu menghancurkan nasihat (yang baik).
180. Amirul Mukminin (as) berkata: Keserakahan adalah perbudakan yang langgeng.
181. Amirul Mukminin as berkata: Hasil kelalaian adalah malu, sedang hasil pandangan jauh adalah keselamatan.
182. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada keuntungan dari berdiam diri dalam kebijaksanaan, sebagaimana tak ada kebaikan dalam mengatakan kebodohan.
183. Amirul Mukminin (as) berkata: Apabila ada dua seruan yang berbeda, maka yang satunya mestilah sesat.
184. Amirul Mukminin as berkata: Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.
185. Amirul Mukminin as berkata: Saya tidak (pernah) berkata dusta dan tak pernah orang mendustakan saya; saya tak pernah menyeleweng dan tak pernah diselewengkan.
186. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memimpin dalam penindasan harus menggigit tangannya (dalam penyesalan) besok.
187. Amirul Mukminin as berkata: Perpisahan (dari dunia ini) sudah dekat.
188. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berpaling dari kebenaran, akan mengalami kehancuran.
189. Amirul Mukminin as berkata: Apabila kesabaran tidak memberikan kelegaan kepada seseorang, ketidaksabaran membunuhnya.
190. Amirul Mukminin as berkata: Betapa anehnya! Apakah kekhalifahan melalui persahabatan (Nabi) dan tidak melalui hubungan persahabatan dan kekerabatan (Nabi)?
Sayid Radhi berkata: "Bait-bait (syair) telah pula diriwayatkan dari Amirul Mukminin as dalam nada yang sama,
'Apabila Anda mengaku telah mendapatkan wewenang dengan musyawarah, bagaimana terjadinya bilamana orang-orang yang harus diajak musyawarah tidak hadir! Apabila Anda telah menang atas lawan-lawan Anda dengan kekerabatan, maka seseorang lain mempunyai hak yang lebih besar karena lebih dekat kepada Nabi'.?
191. Amirul Mukminin as berkata: Di dunia ini manusia adalah sasaran yang ke arahnya panah maut melayang, seperti kekayaan yang kehancurannya dipercepat dengan kesukaran. (Di dunia im) bersama setiap minuman ada ketegukan dan dengan setiap suapan (makanan) ada cekikan. Di sini tak seorang pun mendapatkan sesuatu tanpa kehilangan sesuatu lainnya, dan tak ada sehari dari usianya maju tanpa berlalunya satu hari dari hidupnya. Jadi, kita adalah penolong-penolong maut, dan kehidupan kita adalah sasaran kefanaan., maka bagaimana kita dapat mengharapkan kehidupan yang kekal, padahal malam dan siang tidak mendirikan sesuatu tanpa cepat-cepat mengatur bagi kehancuran segala yang telah mereka bangun dan memorakporandakan segala yang telah dipadukan.
192. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, segala yang Anda peroleh melebihi kebutuhan dasar Anda, hanya akan Anda jaga untuk orang lain.
193. Amirul Mukminin as berkata: Hati dilimpahi hawa nafsu dan kekuatan untuk maju dan mundur. Karena itu, maka dekatilah dia (hati) pada saat kegairahannya dan bilamana dia maju, karena apabila hati dipaksa (untuk melakukan sesuatu) dia (hati) akan dibutakan.
194. Amirul Mukminin as berkata: Apabila saya marah, bilamana saya akan melepaskan kemarahan saya—apakah waktu saya tak mampu untuk membalaskan dan dikatakan kepada saya, "Lebih baik Anda bersabar, atau bilamana saya mempunyai kekuatan untuk membalas dan dikatakan kepada saya, "Lebih baik memaafkan"?
195. Amirul Mukminin as lewat di sisi suatu tumpukan sampah seraya mengatakan: Inilah yang dihasrat-hasratkan orang kikir.
Dalam suatu riwayat lain disebutkan bahwa ia berkata: "Inilah yang Anda berlomba-lomba untuk mendapatkannya hingga kemarin.
196. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang memberikan pelajaran kepada Anda tidaklah menjadi sia-sia.[43]
197. Amirul Mukminin as berkata: Hati menjadi letih sebagaimana tubuh menjadi lelah. Karena itu Anda harus mencari ucapan-ucapan indah baginya mereka (untuk dinikmati sebagai penyegaran).
198. Bilamana Amirul Mukminin (as) mendengar slogan kaum Khariji, "Tak ada hukum selain dari Allah", ia berkata, "Kalimat itu benar tetapi ditafsirkan salah."
199. Amirul Mukminin as berkata tentang kerumunan manusia: Inilah orang yang bilamana berkumpul, mereka berlebih-lebihan, tetapi bilamana mereka bubar, mereka tak dapat dikenali.
Diriwayatkan bahwa ketimbang ini Amirul Mukminin as berkata: Inilah orang-orang yang bilamana berkumpul mereka menimbulkan kerugian tetapi apabila mereka bubar mereka berguna. Dikatakan kepadanya:
"Kami mengetahui kerugian mereka pada waktu mereka berkumpul, tetapi apa manfaatnya ketika mereka bubar?" la menjawab, "Para pekerja kembali ke pekerjaannya dan manusia beroleh manfaat darinya, misalnya kembalinya tukang batu ke tempat pembangunan, kembalinya penenun ke tempataya menenun, kembalinya pembuat roti ke tempat pembakaran roti."
200. Seorang pelanggar dibawa menghadap kepada Amirul Mukminin as, dan ada segerombolan orang bersama si pelanggar itu., maka Amirul Mukminin as berkata: Celakalah wajah-wajah yang hanya kelihatan pada kesempatan-kesempatan kotor.
201. Amirul Mukminin as berkata: Bersama setiap orang ada dua malaikat yang melindunginya: bilamana takdir (maut) mendekati, mereka membiarkannya dengan dia. Sesungguhnya ajal adalah perisai yang melindungi (terhadap hal-hal yang terjadi sebelumnya).
202. Ketika Thalhah dan Zubair berkata kepadanya, "Kami bersedia membaiat Anda dengan syarat bahwa kami mengambil bagian bersama Anda dalam urusan (kekhalifahan) ini, Amirul Mukminin as berkata: Tidak, tetapi Anda akan mempunyai bagian dalam memperkuat (kekhalifahan) dan dalam memberikan bantuan, dan Anda berdua akan membantu saya pada saat keperluan dan kesukaran.
203. Amirul Mukminin as berkata: Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang bila Anda berkata kepada-Nya la mendengarkan dan bilamana Anda sembunyikan (suatu rahasia) la mengetahuinya. Bersiaplah Anda untuk memenui kematian yang akan menyusul Anda sekalipun Anda melarikan diri, menangkap Anda meskipun Anda tinggal, dan mengingat Anda walaupun Anda melupakannya.
204. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang tidak berterima kasih kepada Anda, itu tak seharusnya menghalangi Anda berbuat baik; karena (mungkui) seseorang akan merasa terima kasih tentang itu, walaupun ia tidak mendapat suatu keuntungan darinya, dan terima kasihnya akan lebih besar daripada terima kasih si penyangkal; dan Allah mencintai orang yang berbuat baik.
205. Amirul Mukminin (as) berkata: Setiap wadah menjadi semakin sempit dengan apa yang ditempatkan padanya, kecuali pengetahuan yang malah menjadi luas.
206. Amirul Mukminin as berkata: Ganjaran pertama yang diterima orang yang berlaku sabar ialah orang menjadi penolongnya terhadap ketidaktahuannya.
207. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda tak dapat berlaku sabar, berusahalah berpura-pura sabar, karena jarang orang yang menyerupakan dirinya dengan suatu kelompok lalu tidak menjadi salah seorang dari mereka.[44]
208. Amirul Mukminin (as) berkata: Barangsiapa menuntut pertanggungan jawab dirinya sendiri, akan akan beruntung; dan barangsiapa mengabaikannya, akan menderita. Barangsiapa merasa takut, maka ia akan aman; barangsiapa mengambil pelajaran (dari keadaan sekitamya) akan beroleh cahaya, dan barangsiapa beroleh cahaya, maka ia beroleh pengertian, dan barangsiapa beroleh pengertian, maka ia beroleh pengetahuan.
209. Amirul Mukminin (as) berkata: Dunia akan menunduk kepada kita setelah berkeras kepala seperti induk unta yang penggigit tunduk kepada anaknya. Kemudian Amirul Mukminin as mengutip ayat, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)." (QS. 28:5)[45]
210. Amirul Mukminin (as) berkata; Takutlah kepada Allah seperti orang yang bersiap-siap setelah melepaskan diri (dari urusan dunia) dan setelah bersiap secara itu, berusaha; kemudian ia bertindak dengan cepat dalam kurun waktu kehidupan ini, bergegas mengingat bahaya (kejatuhan ke dalam kebatilan) dan menggunakan matanya ketika maju ke tujuan akhir perjalanannya dan tempat kembalinya (yang sesungguhnya).
211. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan adalah pelindung kehormatan, kesabaran adalah kendali bagi orang bodoh, maaf adalah pajak bagi orang yang berhasil, pengabaian adalah hukuman bagi yang berkhianat, musyawarah adalah jalan utama bimbingan. Orang yang puas dengan pandangannya sendiri (akan) menghadapi bahaya. Kesabaran menentang malapetaka, sementara ketidaksabaran adalah penolong bagi kesukaran dunia. Kepuasan yang terbaik ialah melepaskan diri dari hawa nafsu. Banyak jiwa budak tunduk kepada hawa nafsu yang mengalahkan. Kemampuan membantu pemeliharaan pengalaman. Cinta berarti hubungan yang digunakan dengan baik. Jangan mempercayai orang yang (dibikin) sedih.
212. Amirul Mukminin as berkata: Kesombongan manusia atas dirinya sendiri adalah musuh bagi akalnya.[46]
213. Amirul Mukminin as berkata: Abaikanlah kepedihan; kalau tidak, maka Anda tak akan pernah berbahagia. (Atau, menurut versi lain, Abaikanlah rasa sakit dan sedih, maka Anda akan selalu berbahagia.)[47]
214. Amirul Mukminin as berkata: Pohon yang berbatang lembut, berdahan besar.[48]
215. Amirul Mukminin as berkata: Perlawanan menghancurkan nasihat yang baik.
216. Amirul Mukminin (as) berkata: Orang yang dermawan mencapai kedudukan. (Atau, menurut versi lain: Orang yang mencapai kedudukan menyalahgunakannya.)
217. Amirul Mukminin (as) berkata: Melalui perubahan situasi kesejatian orang diketahui.
218. Amirul Mukminin as berkata: Iri hati seorang sahabat berarti cacat dalam cintanya.
219. Amirul Mukminin as berkata: Kebanyakan dari cacat pikiran terjadi karena kilasan keserakahan.[49]
220. Amirul Mukminin as berkata: Bukanlah keadilan yang menetapkan keputusan berdasarkan dugaan.
221. Amirul Mukminin as berkata: Bekal terburuk bagi Hari Pengadilan ialah berlaku sombong terhadap manusia.
222. Amirul Mukminin as berkata: Tindakan tertinggi dari seorang mulia ialah mengabaikan (yakni tidak menonjolkan) apa yang diketahuinya.
223. Amirul Mukminin as berkata; Barangsiapa yang berbusana kesederhanaan, cacat-cacataya tak terlihat.[50]
224. Amirul Mukminin as berkata: Keheningan berlebihan menimbulkan rasa takut; keadilan menghasilkan lebih banyak sahabat; kedermawanan meninggikan kedudukan; dengan kerendahan hati, rahmat melimpah; dengan menghadapi kesulitan, kepemimpinan tercapai; dengan perilaku adil, lawan dikalahkan; dan dengan kesabaran terhadap orang bodoh, sahabatnya bertambah.
225. Amirul Mukminin as berkata: Aneh bahwa orang pencemburu tidak menaruh cemburu akan kesehatanjasmani.[51]
226. Amirul Mukminin as berkata: Orang serakah berada dalam belenggu kenistaan.
227. Amirul Mukminin as ditanyai tentang iman, lalu ia berkata: Iman berarti pengakuan dengan hati, pernyataan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh.
220. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang merasa sedih atas dunia ini sesungguhnya merasa tidak senang atas ketetapan Allah. Orang yang mengeluh atas petaka yang menimpanya berarti ia mengeluh tentang Allah. Orang yang mendekati dan membungkuk kepada orang kaya karena kekayaannya, maka sepertiga dari agamanya telah hilang. Apabila sese-orang membaca Al-Qur'an dan ketika mati masuk neraka, maka itu berarti bahwa ia termasuk di antara orang-orang yang memperlakukan ayat-ayat Ilahi dengan olok-olok. Apabila hati seseorang tertaut kepada dunia, maka ia mendapatkan tiga hal, yakni kecemasan yang tak pernah meninggalkannya, keserakahan yang tak pernah membebaskannya, dan hawa nafsu yang tak pernah dipenuhinya.
229. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah sebaik-baik kekayaan dan kebaikan akhlak adalah sebaik-baik nikmat.
230. Amirul Mukminin as ditanyai tentang firman Allah, "Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik". (QS. 16:97) la berkata: Itu berarti kepuasan (qanâ'ah).[52]
231. Amirul Mukminin as berkata: Jadilah mitra orang yang berkelimpahan rezeki, karena ia lebih mungkin untuk mendapatkan kekayaan yang lebih besar dan secara wajar akan mendapatkan saham di dalamnya.
232. Amirul Mukminin as berkata tentang firman Allah: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan"(QS. 16:90): Adil berarti pemerataan, dan ihsân (kebajikan) berarti nikmat.
233. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memberi dengan tangannya yang pendek akan diberi dengan tangan yang panjang.
Sayid Radhi mengatakan: Arti ucapan ini ialah bahwa bila seseorang mendermakan dari kekayaannya walaupun sedikit, Allah Yang Mahatinggi memberikan kepadanya ganjaran yang besar dan banyak baginya. Dan dua "tangan" yang disebutkan itu berarti nikmat. Jadi, Amirul Mukminin as telah membedakan antara nikmat seseorang dan nikmat Allah; ia menggambarkan nikmat orang sebagai kecil dan nikmat Allah besar. Nikmat Allah selalu lebih besar dari nikmat manusia karena nikmat Allah adalah mendasar dalam pengertian bahwa setiap nikmat lainnya bersumber darinya dan berpaling kepadanya.
234. Amirul Mukminin as berkata kepads putranya Hasan: Jangan mencari peperangan; tetapi bila Anda terpanggil untuk itu, Anda harus menyambutnya, karena yang mencari peperangan adalah pendurhaka (pemberontak) dan pendurhaka pantas dihancurkan.[53]
235. Amirul Mukminin as berkata: Perilaku yang terbaik dari wanita adalah yang merupakan perilaku yang terburuk bagi pria, yakni: angkuh, penakut, dan kikir. Jadi, karena perempuan itu sombong ia tak mau mengizinkan siapa pun mendapat akses kepadanya; karena ia kikir ia akan memelihara hartanya sendiri dan harta suaminya, dan karena ia penakut ia takut akan segala yang menimpanya.
236. Amirul Mukminin as pernah ditanya: Gambarkanlah orang bijaksana bagi kami, lalu ia berkata: "Bijaksanalah orang yang menempatkan hal-hal pada tempatnya yang tepat." Lalu ia ditanyai tentang orang jahil, dan ia berkata, "Saya telah mengatakannya."
Sayid Radhi mengatakan: Artinya, orang jahil ialah yang tidak menempatkan hal-hal pada tempatnya yang semestinya. Amirul Mukminin as mengelak dari menggambarkannya karena sifat-sifatnya tepat berlawanan dengan orang bijaksana.
237. Amirul Mukminin as berkata: Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.
238. Amirul Mukminin (as) berkata: Sekelompok oiang menyembah Allah karena menghasratkan ganjaran; ini ibadat pedagang. Suatu kelompok lain beribadat karena takut; ini ibadat budak. Suatu kelompok lagi menyembah Allah karena rasa syukur dan terima kasih; ini ibadat oiang merdeka.
239. Amirul Mukminin as berkata: Perempuan adalah jelek, dan yang terjelek dari kejelekannya itu ialah oiang tak dapat hidup tanpa mereka.
240. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang malas dan lamban kehilangan hak-haknya, dan oang yang percaya kepada penggunjing kehilangan teman.
241. Amirul Mukminin as berkata: Sebongkah batu yang diperoleh secaiajahat dalam sebuah rumah adalah jaminan atas keruntuhannya.
Sayid Radhi mengatakan: Dalam satu hadis, ucapan ini diatributkan kepada Nabi SAWW. Tak heran bahwa kedua ucapan itu saling menyerupai karena keduanya didorong dari sumber yang sama dan tersebar melalui sarana yang sama.
242. Amirul Mukminin as berkata: Hari kaum tertindas atas kaum penindas akan lebih keias daripada hari kaum penindas atas kaum tertindas.[54]
243. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah kepada Allah hingga beberapa derajat, walaupun sedikit, dan pasanglah tirai antara Anda dan Allah, walaupun tipis.
244. Amirul Mukminin as berkata: Bila jawabannya banyak, pokok yang tepat tetap kabur.[55]
245. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya pada setiap nikmat ada hak Allah. Apabila seseorang memenuhi hak Allah itu, maka Allah akan meningkatkan nikmat itu, dan apabila seseorang tidak berbuat demikian, maka ia terancam akan kehilangan nikmat itu.
246 Arnirul Mukminin (as) berkata: Bilamana kemampuan bertambah, hawa nafsu berkurang.
247. Amirul Mukminin as berkata: Berjaga-jagalah agarjangan tergelincir keluar dari rahmat, karena yang melarikan diri tak akan kembali.
248. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan lebih mendorong bagi kebajikan ketimbang menghormati persaudaraan.
249. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang mempunyai gagasan yang baik tentang Anda, buatlah gagasan itu menjadi kenyataan.
250. Amirul Mukminin as berkata: Amal yang terbaik ialah tindakan yang Anda harus memaksa diri untuk melakukannya.
251. Amirul Mukminin as berkata: Sayajadi mengenal Allah Yang Mahasuci melalui terpecahnya tekad, perubahan niat dan hilangnya keberanian.[56]
252. Amirul Mukminin as berkata: Asamnya dunia ini adalah manisnya dunia yang akan datang, sedang manisnya dunia ini adalah asamnya dunia yang akan datang.
253. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menetapkan keimanan untuk penyucian dari syirik, salat untuk penyucian dari kesombongan, zakat sebagai sarana rezeki, puasa sebagai ujian bagi manusia, Haji sebagai dukungan bagi agama, jihad sebagai kehormatan Islam, ajakan kepada kebaikan sebagai kebaikan bagi rakyat umum, mencegah kemungkaran sebagai kendali bagi orang jahat, penghormatan pada persaudaraan untuk peningkatanjumlah, kisas untuk menghentikan pertumpahan darah, balasan hukuman untuk mewujudkan pentingnya larangan, pemantangan minum khamar untuk melindungi akal, menjauhi pencnrian untuk menanamkan kesucian, berpantang zina untuk menjaga susila, berpantang homoseksual untuk meningkatkan keturunan, mengajukan kesaksian untuk melengkapi bukti tentang pendapat, menjauhi kebohongan untuk meningkatkan penghormatan kepada kebenaran, memelihara perdamaian untuk berlindung dari bahaya, imâmah untuk ketertiban masyarakat, dan ketaatan sebagai tanda honnat kepada imâmah.[57]
254. Amirul Mukminin as biasa berkata: Apabila Anda menghendaki seorang penindas mengambil sumpah, mintalah dia bersumpah bahwa (apabila ia berbohong, maka) ia berada di luar kekuasaan dan kekuatan Allah, karena apabila ia bersumpah palsu secara ini, maka ia akan segera dihukum, sedang apabila bersumpah demi Allah yang tak ada tuhan selain Dia, ia tak akan segera dihukum karena ia mengesakan Allah.[58]
255. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, jadilah wakil Anda sendiri dalam urusan harta Anda dan perbuatlah tentang hal itu apa yang ingin Anda lakukan dengan itu setelah matinya Anda.[59]
256. Amirul Mukminin as berkata: Kemarahan adalah sejenis kegilaan, karena korbannya menyesal sesudahnya. Apabila ia tidak menyesal, maka kegilaannya dikukuhkan.
257. Amirul Mukminin as berkata: Kesehatan badan datang dari ketiadaan iri hati.[60]
258. Amirul Mukminin as berkata (kepada Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i): Wahai Kumail, arahkan rakyat Anda untuk keluar pada siang hari untuk mencapai perilaku mulia, dan pergi di malam hari untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang mungkin sedang tidur, karenasayabersumpah demi Dia Yang Pendengaran-Nya menjangkau seluruh suara bahwa apabila seseorang menyenangkan hati orang lain, maka Allah akan menciptakan suatu hal yang istimewa dari (perbuatan) menyenangkan itu sehingga bilamana suatu kesulitan menimpanya, maka (kebaikan) itu akan datang berlari seperti mengalimya air dan mengusir kesulitan seperti diusimya unta liar.
259. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda jatuh ke dalam kemiskinan, bemiagalah dengan Allah melalui sedekah.
260. Amirul Mukminin as berkata: Kesetiaan kepada para pengkhianat (ahlul ghadri) adalah kedurhakaan kepada Allah, sedang ketidaksetiaan kepada orang yang tidak beriman adalah kesetiaan kepada Allah.
261. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang yang dibawa secara berangsur-angsur kepada hukuman dengan perlakuan baik kepadanya; banyak orang yang tetap tertipu karena kejahatan-kejahatannya ditutupi; dan banyak orang yang berada dalam ilusi karena pembicaraan baik tentang dia; padahal tak ada cobaan Allah yang lebih besar daripada pemberian waktu (imla') kepadanya.
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini telah muncul sebelumnya juga, tetapi di sini terdapat tambahan yang indah dan berguna.
Pada bagian ini kami telah memasukkan pilihan-pilihan dari ucapan Amirul Mukminin yang memerlukan keterangan 262/1. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as menyebutkan: Bilamana situasi akan seperti ini, maka pemimpin agama akan bangkit dan manusia akan berkumpul di sekelilingnya sebagai berkumpulnya penggalan-penggalan awan yang tak berair.
Sayid Radhi mengatakan: "Ya'sûb”? adalah pemimpin masyhur yang bertugas mengurusi urusan manusia, sedang "quza" berarti penggalan-penggalan awan yang tidak mengandung air."
263/2. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: la pembicara yang subur.[61]
Sayid Radhi mengatakan: "Syahsyah berarti seorang ahli dan bebas dalam berkata-kata, dan setiap orang yang bebas dalain berkata-kata atau berjalan disebut "Syahsyah". sedang makna lain kata itu berarti orang kikir atau lokek."
264/3. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Pertengkaran menimbulkan kehancuran.
Sayid Radhi mengatakan: “Quhm” berarti keruntuhan, karena pertengkaran sering mendorong manusia kepada kehancuran dan kesedihan. Sama seperti bila dikatakan "Ouhmatul A'rab", yang berarti masa (kekeringan) bilamana ternak yang dimiliki orang Arab pedalaman merosot menjadi tulang-tulang, dan beginilah keadaan mereka tergiring. Argumen lain juga diajukan dalam hal ini, yakni situasi menggiring mereka ke daerah-daerah hijau. Dengan kata lain, kesulitan kehidupan di pedalaman mendorong mereka ke kota.
265/4. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Bilamana anak gadis telah akil balik usia, maka hubungan pada sisi ayah lebih disukai.
Sayid Radhi mengatakan: Ketimbang “nashshal-higâq”, kombinasi “nashshal-haqâ'iq” juga telah diriwayatkan. "Nashsh" berarti ujung akhir sesuatu, atau batasnya yang terjsuh, seperti “an-nashshi fis-sair” berarti maksimum jauhnya seekor binatang hapat berjalan. Atau, kita katakan, misalnya, "Nashashtur-rajula 'anil-amrr”, bilamana Anda telah menanyai seseorang secara ekstrem untuk memaksanya mengatakan apa yang ada padanya., maka, "nashshul-hagâ'iq' berarti kebijaksanaan karena merupakan batas akhir masa kanak-kanak, bilamana seseorang melewati masa kanak-kanak dan memasuki kedewasaan; ini merupakan rujukan yang sangat fasih kepada pokok itu, dan sangat asing pula, Amirul Mukminin bermaksud mengatakan: Bilamana anak perempuan mencapai tahap ini, hubungan dengan pihak ayah lebih mengandung hak ketimbang ke pihak ibunya, asal saja mereka adalah mahramnya, seperti para saudara lelakinya dan pamannya dari pihak ayah, untuk mengurusi perkawinan mereka apabila mereka menghendakinya. "Al-Hiqâq” juga berarti pertengkaran antara si ibu dengan seorang kerabat si gadis dari pihak ayah. Pertengkaran ini ialah bahwa masing-masingnya mengatakan mempunyai hak atas si gadis. Itulah sebabnya dikatakan, "Hâgatuhu hiqâqan" selaras dengan "Jâdaltuhu jidâlan". Dikatakan bahwa "nashshul hiqâq" berarti mendapat pengertian, yakni kebijaksanaan, karena Amirul Mukminin merujuk tahap ketika hak-hak dan kewajiban telah dapat diterapkan. Orang yang meriwayatkan kata itu sebagai "haqâ'iq "bermaksud mengartikannya sebagai bentuk jamak dari "haqiqah "(hakikat).
Yang di atas itu adalah yang dinyatakan oleh Abu 'Ubaid al-Qasim ibn Salam (dalam Gharîb al-Hadits, III. h. 45&458); tetapi saya pikir maksud kata " nashshul-hiqâq' di sini adalah seorang gadis yang mencapai tahap usia kawin dan mengizinkannya melaksanakan hak-haknya atas dasar kias "bil-hiqâqi minal-ibili" (masa kedewasaan unta) di mana "hiqâq" adalah bentukjamak dari "hiqqah "atau "hiqq" yang berarti genapnya usia tiga tahun dan memasuki tahun keempat, ketika ia sudah dapat dikendalikan dan ditunggangi. "Haqâ'iq" pun adalah bentuk jamak dari "hiqqah". Jadi, kedua versi itu menuding kepada arti yang sama, yakni penafsiran lebih sesuai dengan cara orang Arab ketimbang yang telah disebutkan sebelumnya.
266/5. Sebuah hadis dari Amirul Mukminin as mengatakan: Iman menghasilkan "lumazhah" dalam hati. Ketika iman berkembang, "lumazhah" itu juga bertambah.
Sayid Radhi mengatakan: "Lumazhah" adalah suatu bintik berwarna putih atau sesuatu seperti itu. Atas dasar analogi itu apabila seekor kuda mempunyai suatu titik putih di bagian bibir bawahnya, maka ia disebut "Farasun almazh", yakni kuda yang berbintik putih.
267/6. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Apabila seseorang mempunyai suatu "ad-dainuzh-zhanûn" (hutang yang meragukan), adalah kewajibannya untuk membayar zakat atasnya selama tahun-tahun yang lalu itu apabila ia melewatinya.
Sayid Radhi mengatakan: "Azh-Zhanûn adalah pinjaman yang tentang itu si pemberi pinjaman tidak mengetahui apakah ia akan mampu mendapatkan pembayarannya kembali dari si peminjam. la seperti orang yang terombang-ambing oleh harapan akan mendapatkan atau kehilangan. Ini cara pengungkapan yang paling fasih. Dengan demikian segala sesuatu yang tentang itu Anda tidak mengetahui di mana Anda berdiri, berada dalam zhanûn. Dalam garis yang sama penyair al-A'sya (Maimun ibn Qais al-Wa'ili) (m. 7 H./629 M.) mengatakan:
"Sumur azh-Zhanûn (sumur yang mungkin berair dan mungkin tidak) yang juga tidak mendapatkan hujan dari awan hujan, tak dapat dibandingkan dengan (sungai) Efrat yang gelombangnya bangkit meninggi yang menghanyutkan perahu maupun perenang yang tangkas."
Judd berarti sumur (di belantara), sedang zhanûn adalah sumur yang tak diketahui apakah berair atau tidak.
268/7. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as menyebutkan bahwa ia mengatur suatu pasukan untuk maju berjihad seraya berkata: I'dzibû (menjauhlah) dari wanita sejauh kemampuan Anda.
Sayid Radhi mengatakan: l'dzibû berarti apa yang "menjauhkan" pikiran dari wanita dan dari kelengketan pada mereka, dan jangan berhubungan dengan mereka: karena semua ini menghasilkan kelemahan dalam gairah, mempengaruhi keteguhan tekad, melemahkan diri terhadap musuh dan mencegah usaha keras dalam pertempuran. Apa yang menghalangi dari sesuatu disebut 'adzaba 'anhu, yakni dipalingkan darinya., maka, al-'âdzib dan al-'adzûb berarti yang melepaskan diri dari, makan dan minum.
269/8. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Sebagai penembak berhasil (yâsir al-fâlij) yang mengharapkan keberhasilan pada tembakannya yang pertama.
Sayid Radhi mengatakan: "Al-yâsirûn” (jamak dari yâsir) berarti orang yang menembak dengan panah pada seekor unta yang telah disembelih, secara taruhan, sedang "al-fâlij” berarti yang berhasil atau berjaya. Misalnya dikatakan, "Falaja 'alaihim" atau "falajahum" (yakni ia beroleh kemenangan atas mereka atau mengalahkan mereka). Seorang penyair mengatakan sebagai seruan perang,
"Ketika kulihat orang berhasil beroleh kemenangan."
270/9. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin (as) mengatakan: Ketika gawatnya pertempuran memanas menjadi sengit kami mencari perlindungan pada Nabi Allah SAWW, dan tak ada di antara kami yang lebih dekat kepada musuh selain Nabi.
Sayid Radhi mengatakan: Ini berarti bahwa bilamana ketakutan kepada musuh meningkat dan pertempuran menjadi sengit, kaum Muslim mulai berpikir bahwa karena Rasulullah sendiri telah melakukan peperangan itu, tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada beliau dan oleh karena itu mereka akan selamat dari segala bahaya karena keberadaan beliau.
Dan kata-kata "Idzâ ahmarral ba'su" (apabila krisis menjadi merah panas) merujuk parahnya keadaan itu. Untuk maksud itu beberapa ungkapan telah digunakan, dan yang tersebut di atas itu adalah yang terbaik darinya, karena Amirul Mukminin menyerupakan perang dengan api yang panas dan merah dalam tindakan maupun wama. Ini dikukuhkan oleh kata-kata Rasiilullah SAWW ketika pada Pertempuran Hunain beliau melihat kaum Hawazin bertempur, beliau mengatakan, "Sekarang wathîs sedang memanas", sedang wathîs adalah tempat menyalakan api. Dengan demikian Rasulullah SAWW menyerupakan sengitnya pertempuran oleh manusia dengan panas dan nyala api.
Bagian ini berakhir di situ (No.270/9)
271. Ketika berita tentang serangan orang-orang Mu'awiah atas Anbar sampai kepada Arnirul Mukminin as, ia sendiri keluar sambil berjalan hingga ke Nukhailah, di mana orang menemuinya seraya berkata, "Ya Amirul Mukminin, kami cukup untuk mereka." Lalu ia berkata: Anda tak mungkin cukup bagi saya terhadap diri Anda sendiri, maka bagaimana Anda akan cukup bagi saya terhadap orang lain? Di hadapan saya rakyat mengeluh tentang penindasan penguasa mereka, tetapi saya harus mengeluh tentang tindakan salah dari rakyat saya; seakan-akan saya dipimpin oleh mereka dan mereka adalah pemimpin, atau saya adalah rakyat dan mereka penguasa.
Periwayat itu mengatakan: Ketika Amirul Mukminin as mengucapkan ini dalam pembicaraan panjangnya yang telah kami masukkan dalam koleksi khotbah (No. 27), dua orang sahabatnya maju kepadanya dan salah seorang di antaranya berkata, "Saya tidak menguasai kecuali diri saya sendiri dan saudara saya (QS. 5:25)., maka perintahkanlah kami ke mana saja Anda mau, ya Arnirul Mnkminin, dan kami akan melaksanakannya." Atasnya Amirul Mukminin as berkata, "Bagaimana Anda dapat melaksanakan apa yang saya tujui?"
272. Amirul Mukminin as berkata: Dikatakan bahwa Harits ibn Hut datang kepada Amirul Mukminin as seraya berkata: "Apakah Anda mengira saya dapat membayangkan bahwa kaum Jamal berada dalam kebatilan?" Amirul Mukminin as berkata: "Wahai Harits, Anda telah melihat ke bawah diri Anda sendiri tetapi tidak ke atas Anda, dan karena itu Anda menjadi bingung. Sesungguhnya Anda tak mengenal kebenaran, maka bagaimana Anda akan mengetahui orang yang berada dalam kebenaran? Dan Anda tak mengenal kebatilan, maka bagaimana Anda akan mengetahui orang yang berada dalam kebatilan?" Lalu Harits berkata, "Dalam hal itu saya akan mengundurkan diri bersarna Sa'd ibn Malik dan 'Abdullah ibn 'Umar." Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Oh! Sa'd dan 'Abdullah ibn 'Umar tak berpihak pada kebenaran dan tidak pula meninggalkan kebatilan.[62]
273. Amirul Mukminin (as) berkata: Pemegang wewenang adalah seperti penunggang singa — ia diiri karena kedudukannya tetapi ia tahu benar akan posisinya.[63]
274. Amirul Mukminin (as) berkata: Berbuat baiklah kepada orang lain yang terlanda musibah supaya orang berbuat baik kepada kerabat Anda yang terlanda musibah.
275. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana ucapan orang bijaksana tepat mengenai sasaran, hal itu merupakan obat; tetapi apabila salah, maka ia menjadi penyakit.[64]
276. Orang meminta kepada Amirul Mukminin as untuk mendefinisikan agama baginya., maka berkatalah Amirul Mukminin as: Datanglah kepada saya besok supaya saya mencerahkan Anda di hadapan orang banyak, sehingga apabila Anda lupa akan apa yang saya katakan, orang lain akan mengingatnya, karena ucapan adalah seperti buman yang menggelepar yang mungkin dapat ditangkap oleh seseorang tetapi tidak oleh orang lain.
Sayid Radhi mengatakan: Kami telah menyatakan pada bab sebelumnya apa jawaban Arnirul Mukminin as kepada orang ini, yakni ucapannya bahwa "Keimanan mempunyai empat aspek". (Hikmah No. 31)
277. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, jangan menimpakan kecemasan hari yang belum datang pada hari yang telah datang, karena apabila hari itu berada dalam masa hidup Anda, maka Allah pun akan memberikan rezekinya pula.
278. Amirul Mukminin as berkata: Cintailah sahabat Anda sampai ke suatu batas, karena mungkin ia akan berbalik menjadi musuh Anda di suatu hari. Dan bencilah musuh Anda hingga ke suatu batas karena mungkin kelak ia berbalik menjadi sahabat Anda.
279. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua jenis pekerja di dunia ini. Yang satu bekerja untuk dunia mi dan pekerjaannya membuat dia tak peduli akan dunia yang akan datang. la takut akan kemiskman bagi orang-orang yang akan ditinggalkannya tetapi merasa dirinya aman tentang hal itu., maka ia menjalani hidupnya bagi kebaikan orang lain. Yang lainnya ialah orang yang bekerja di dunia ini untuk apa yang akan datang, dan ia menyimpan bagiannya dari dunia ini tanpa susah payah. Dengan demikian ia mendapatkan kedua manfaatnya sekaligus. Secara ini ia bermartabat di hadapan Allah. Apabila ia meminta sesuatu kepada Allah, maka la tidak akan menolaknya.
280. Diriwayatkan bahwa pada zaman (Khalifah) 'Umar ibn Khaththab, banyaknya perhiasan Ka'bah disebutkan kepadanya dan seseorang menyarankan: "Apabila dengan itu Anda mempersiapkan tentara Muslim, maka hal itu akan sangat menguntungkan; dan apa hubungan Ka'bah dengan perhiasan?" 'Umar berpikir untuk berbuat demikian, tetapi ia bertanya kepada Amirul Mukminin (as), dan Amirul Mukminin berkata:
"Ketika Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi SAWW, ada empat jenis harta. Pertama, harta para individu Muslim yang dibagi-bagikannya kepada ahli warisnya menurut bagian yang tertentu. Kedua, fai' yang ia bagi-bagikan kepada orang-orang yang dimaksudkan. Ketiga, khumus yang untuk itu Allah menetapkan cara menafkahkannya. Keempat, jumlah sedekah yang cara menafkahkannya juga ditetapkan Allah. Perhiasan Ka'bah telah ada di hari-hari itu, tetapi Allah membiarkannya sebagaimana adanya, tidak meninggalkannya dengan mengabaikannya dan tidak pula hal itu tidak diketahui-Nya. Karena itu hendaklah Anda biarkan itu di mana Allah dan Rasul-Nya telah menetapkannya." Atasnya 'Umar berkata, "Sekiranya Anda tidak di sini, maka kami sudah terhina." la pun meninggalkan perhiasan itu sebagaimana adanya.[65]
281. Diriwayatkan bahwa dua orang dibawa kepada Amirul Mukminin as. Mereka telah melakukan pencurian atas Baitul Mal. Yang seorang adalah budak yang telah dibeli dengan uang baitul mal dan yang lainnya telah dibeli oleh salah seorang rakyat. Amirul Mukminin as berkata:
Tentang yang seorang ini, yang milik umum, tak ada hukuman baginya karena itu berarti bahwa satu milik Allah telah mengambil milik Allah lain. Tentang yang satunya, ia harus dihukum. (Akibatnya, tangannya dipotong.)
282. Amirul Mukminin as berkata: Apabila langkah saya beroleh keteguhan dari tempat yang menggelincirkan ini, saya akan mengubah beberapa hal.[66]
283. Amirul Mukminin as berkata: Ketahuilah dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah tidak menetapkan bagi seseorang rezeki yang lebih banyak dari yang telah ditentukan dalam Dzikril-Hakim, walaupun sarananya (untuk mencari rezeki) besar, hasratnya untuk itu kuat dan usahanya keras. Tidak pula kelemahan seseorang atau kemiskinan sarananya akan menghalangi jalan di antara apa yang telah ditentukan dalam Dzikril-Hakim dan dirinya. Orang yang menyadarinya dan bertindak berdasarkan hal itu adalah yang terbaik di antara mereka semua dalam segi kesenangan dan kemanfaatan. Sedang orang yang mengabaikannya dan meragukannya, melebihi semua orang dalam kerugiannya. Sangat sering orang yang diridai digiring perlahan-lahan kepada kehancuran melalui nikmat-nikmat itu. Dan sangat sering orang yang tertimpa kesusahan diperlakukan baik melalui penderitaannya. Oleh karena itu, wahai pendengar, tingkatkanlah rasa syukur Anda, kurangi ketergesaan Anda dan bertahanlah pada batas-batas rezeki Anda.
284. Amirul Mukminin as berkata: Jangan ubah pengetahuan Anda menjadi kejahilan, atau keyakinan Anda menjadi keraguan. Bilamana Anda memperoleh pengetahuan, bertindaklah menurutnya, dan bilamana Anda mendapatkan keyakinan, majulah terus (di atas basisnya).[67]
285. Amirul Mukminin as berkata: Keserakahan membawa seseorang ke tempat perairan, tetapi ia membawanya pulang tanpa membiarkannya minum. (Keserakahan) itu mengambil tanggung jawab tetapi tidak memenuhinya. Sering orang yang minum tersedak sebelum memuaskan hausnya. Makin besar nilai suatu hal yang dirindukan, makin besar kesedihan atas kehilangannya. Bagian yang telah ditakdirkan akan sampai kepada orang yang tidak mendekatinya (sekalipun).
33
Nahjul Balaghah
Sambungan Tentang Dakwah.... 286. Amirul Mukminin as berkata: Ya Allah, Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari ini: bahwa aku tampil sebagai baik di mata manusia sementara batinku jelek di hadapan-Mu, dan bahwa aku menjaga diriku (dari dosa) hanya untuk pamer di hadapan manusia padahal Engkau tahu segalanya tentang aku. Dengan demikian aku akan tampil di hadapan manusia dalam bentuk yang baik walaupun perbuatan burukku akan ditempatkan di hadapan-Mu. Ini akan berarti mencapai kedekatan kepada manusia tetapi kejauhan dari keridaan-Mu.
287. Amirul Mukrninin as berkata: Saya bersumpah demi Dia Yang melewatkan kanu melalui malarn gelap setelah hari cerah, bahwa yang begitu itu tidak terjadi.[68]
288. Amirul Mukminin as berkata: Sedikit amal yang dilanjutkan dengan teratur lebih bermanfaat daripada amal yang panjang yang dilakukan dengan rasa enggan.
289. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana masalah sunah menghalangi jalan yang wajib, tinggalkanlah (sunah) itu.
290. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa terus memperhatikan jarak perjalanan, maka ia selalu bersiap.
291. Amirul Mukminin as berkata: Penginderaan dengan mata bukanlah pengamatan yang sesungguhnya, karena mata sering mengicuh manusia; tetapi kearifan tidak mengicuh siapa pun yang dinasihatinya.
292. Amirul Mukminin as berkata: Di antara Anda dan khotbah ada tirai lupa.
293. Amirul Mukminin as berkata: Orang jahil di antara Anda sekalian mendapatkan terialu banyak, sedang orang yang terpelajar hanya ditangguhkan.
294. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan mengusir dalih orang yang mengajukan dalih-dalih.
295. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang terburu oleh maut secara dini, memohon waktu, sedang orang yang kematiannya ditunda mengajukan dalih-dalih untuk menunda-nunda (beramal baik).
296. Amirul Mukminin as berkata: Untuk segala sesuatu yang atas-nya manusia berkata, "Alangkah bagusnya!" ada tersembunyi di dalamnya suatu keburukan di dunia ini.
297. Amirul Mukminin as ditanyai tentang takdir, lalu ia berkata: (Takdir) itu adalah suatu jalan gelap, janganlah melangkah di atasnya; itu samudra yang dalam, jangan menyelam ke dalamnya; dan itu adalah rahasia Allah, jangan merisaukan diri untuk mengetahuinya.
298. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Allah bemiat hendak menghina seseorang, la tidak memberinya pengetahuan.
299. Amirul Mukminin (as) berkata: Di waktu lalu saya mempunyai saudara seiman,[69] yang bermartabat dalam pandangan saya karena dunia rendah di matanya; kebutuhan perut tidak menguasainya; ia tidak merindukan apa yang tidak diperolehnya; apabila ia mendapatkan sesuatu, ia tidak meminta lebih; dalam kebanyakan waktunya ia diam; apabila ia bicara, ia mendiamkan pembicara lain, ia memuaskan dahaga orang yang bertanya; ia lemah lembut tetapi di saat bertempur ia seperti singa rimba atau ular lembah; ia tidak akan mengajukan argumen selain argumen yang menentukan.
la tidak mencerca siapa pun dalam hal yang dapat dimaafkan; ia tak akan berbicara tentang suatu kesusahan kecuali setelah hilangnya kesusahan itu; ia mengatakan apa yang dilakukannya, dan tidak mengatakan apa yang tidak dilakukannya; sekalipun ia dapat diatasi dalam berbicara, ia tak dapat diatasi dalam diamnya; ia lebih bergairah untuk berdiam diri daripada berbicara; apabila dua hal menghadapinya, ia akan melihat apa yang lebih akrab pada hawa nafsu hati lalu ia akan melawannya.
Sifat-sifat ini wajib ada pada Anda sekalian., maka Anda harus mendapatkannya dan berlomba-lomba di dalamnya. Sekalipun Anda tak dapat memperolehnya, hendaklah Anda tahu bahwa mendapatkan sebagian darinya lebih baik daripada tidak sama sekali.
300. Amirul Mukminin as berkata: Seandainya pun Allah tidak memperingatkan tentang hukuman atas orang-orang yang tak taat kepada-Nya, kewajiban untuk mensyukuri nikmat-Nya mengharuskan la tak boleh didurhakai.
301. Amirul Mukminin as berkata dalam menghibur Asy'ats tentang putranya: Wahai Asy'ats, apabila Anda bersedih karena putra Anda, tentulah itu akibat hubungan darah; tetapi apabila Anda bersabar, maka Allah memberikan imbalan atas setiap musibah. Wahai Asy'ats, sekalipun Anda bersabar, segala sesuatu akan bergerak lagi sebagaimana ditetapkan Allah, tetapi dalam hal ini Anda akan mendapatkan ganjaran; sedangkan apabila Anda kehilangan sabar, segalanya akan bergerak sebagaimana ditetapkan Allah, tetapi dalam hal ini Anda akan memikul beban (dosa). Wahai Asy'ats, putra Anda (ketika masih hidup) memberikan kebahagiaan kepada Anda walaupun ia mempakan ujian dan kesulitan, dan (ketika ia meninggal) ia membuat Anda sedih walaupun ia sebenamya merupakan sumber pahala dan rahmat bagi Anda.
302. Amirul Mukminin as berkata di, makam Rasulullah SAWW pada saat penguburan: Sesungguhnya kesabaran adalah baik kecuali mengenai Anda, meratap adalah buruk kecuali atas Anda, dan musibah tentang diri Anda adalah besar, sedang setiap musibah lainnya, sebelum atau sesudahnya, adalah kecil.
303. Amirul Mukminin as berkata: Jangan bercampur gaul dengan orang dungu karena ia akan menghiasi perbuatannya di hadapan Anda dan menghasratkan agar Anda pun menjadi seperti dia.[70]
304. Amiru! Mukminin as ditanyai tentang jarak antara timur dan barat, lalu ia berkata: Satu hari perjalanan matahari.
305. Amirul Mukminin as berkata: Sahabat Anda ada tiga dan musuh Anda ada tiga. Sahabat Anda adalah: sahabat Anda, sahabat dari sahabat Anda dan musuh dari musuh Anda. Dan musuh Anda adalah: musuh Anda, musuh sahabat Anda, dan sahabat musuh Anda.
306. Amirul Mukminin as melihat seorang lelaki sedang sibuk berusaha menentang musuhnya dengan apa yang merugikan dirinya sendiri pula, maka ia berkata: Anda seperti orang yang menembuskan sebuah lembing melalui dirinya sendiri untuk membunuh orang yang duduk di belakangnya.
307. Amirul Mukminin as berkata: Berapa banyak obyek pelajaran tetapi betapa sedikit yang mengambil pelajaran.[71]
308. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang melampaui batas dalam pertengkaran adalah orang berdosa, tetapi apabila tidak bertengkar, ia akan tertindas; dan sukar bagi orang yang suka bertengkar untuk bertakwa kepada Allah.
309. Amirul Mukminin as berkata: Saya tidak cemas akan suatu kesalahan yang sesudah itu saya beroleh waktu untuk salat dua rakaat dan memohon keselamatan dari Allah.
310. Amirul Mukminin as ditanyai bagaimana Allah akan melakukan hisab pada semua orang padahal jumlah mereka amat besar. la menjawab: "Sebagaimana la memberikan kepada mereka rezeki walaupun jumlah mereka besar." Kemudian dikatakan kepadanya, "Bagaimana la akan melakukan hisab mereka tanpa mereka melihat-Nya?" la menjawab: "Sebagaimana la memberikan rezeki kepada mereka walaupun mereka tidak melihat-Nya."
311. Amirul Mukminin as berkata: Utusan Anda adalah penafsir pikiran Anda, sedang surat Anda lebih fasih dari bicaranya (utusan Anda).
312. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang tertimpa kesulitan tidak lebih membutuhkan doa daripada orang yang diluputkan dari kesulitan tetapi tidak kebal darinya.
313. Amirul Mukminin as berkata: Manusia adalah anak dunia dan orang tak dapat disalahkan karena mencintai ibunya.
314. Amirul Mukminin as berkata: Orang miskin adalah rasul Allah. Barangsiapa menolaknya berarti ia menolak Allah dan barangsiapa memberi kepadanya, maka berarti ia memberi kepada Allah.
315. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menghormati dirinya sendiri tak akan melakukan penzinaan.
316. Amirul Mukminin as berkata: Keterbatasan hidup yang pasd cukuplah untuk selalu berjaga-jaga.[72]
317. Amirul Mukminin as berkata: Orang mungkin dapat tidur pada saat kematian putranya, tetapi tidak pada saat kehilangan hartanya.
Sayid Radhi mengatakan: Itu berarti bahwa seorang lelaki bersabar atas kematian anaknya tetapi tidak ketika kehilangan hartanya.
318. Amirul Mukminin (as) berkata: Kasih sayang antara para ayah menciptakan hubungan antara anak-anak. Kekerabatan lebih memerlukan kasih sayang ketimbang kasih sayang memerlukan kekerabatan.
319. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah akan gagasan-gagasan orang mukmin, karena Allah Yang Mahatinggi telah menaruh kebenaran pada lidah mereka.
320. Amirul Mukminin as berkata: Keimanan seseorang tak dapat dipandang benar kecuali apabila keyakinannya atas apa yang ada pada Allah lebih kokoh daripada keyakinannya atas apa yang ada padanya sendiri.
321. Ketika Amirul Mukminin as datang ke Bashrah, ia mengutus Anas ibn Malik kepada Thalhah dan Zubair untuk mengingatkan mereka apa yang telah didengarnya sendiri dari Nabi SAWW mengenai mereka berdua, tetapi ia mengelak untuk melakukannya; dan ketika ia kembali kepada Amirul Mukminin as ia mengatakan bahwa ia lupa akan pokok itu. Atasnya Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda berkata dusta, semoga Allah menimpakan kepada Anda belang putih yang bahkan tak tertutup oleh serban.
Sayid Radhi mengatakan: Belang putih berarti leucoderma. Setelah beberapa waktu, penyakit ini menimpa wajah Anas sedemikian rupa sehingga ia selalu bercadar.·
322. Amirul Mukminin as berkata: Kadang-kadang hati bergerak ke depan dan kadang-kadang bergerak ke belakang. Bilamana hati bergerak ke depan, usahakan dia melaksanakan yang sunah (pula); tetapi, bila ia bergerak ke belakang, tahanlah dia terbatas pada yang wajib saja.
323. Amirul Mukminin as berkata: Al-Qur'an mengandung berita-berita tentang masa lalu, meramalkan tentang yang akan datang, dan perintah-perintah untuk saat sekarang.
324. Amirul Mukminin as berkata: Lemparkanlah batu sebagai balasan ke mana asal batu itu datang kepada Anda, karena keburukan hanya dapat dibalas dengan keburukan.
325. Amirul Mukminin as berkata kepada sekretarisnya 'Ubaidullah ibn Rafi': Masukkan serpih katun di dalam tempat tinta, peliharalah ujung mata pena Anda supaya tetap panjang, tinggalkan ruang di antara barisan, dan tutuplah surat, karena hal itu baik bagi keindahan penulisan.
326. Amirul Mukminin as berkata: Saya adalah Ya'sub (pemimpin) kaum mukmin, sedang harta adalah pemimpin orang jahat.
Sayid Radhi mengatakan: Ini berarti bahwa kaum mukmin mengikuti saya sementara orang jahat mengikuti kekayaan, sebagaimana lebah mengikuti ya'sûb yang adalah pemimpin mereka.?
327. Beberapa orang Yahudi berkata kepada Amirul Mukminin as, "Anda belum mengubur Nabi Anda ketika Anda mengadakan perselisihan tentang dia." Amirul Mukminin menjawab: Kami tidak berselisih tentang beliau, tetapi kami berselisih sesudah beliau (yakni tentang penerusnya); sedangkan Anda, belum kering kaki Anda setelah keluar dari sungai (Nil) ketika Anda mulai meminta kepada nabi Anda Musa, "Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)."[73] (QS. 7:138)
328. Amirul Mukminin as ditanyai, dengan apa ia mengalahkan lawan-lawannya. la menjawab: Bilamana saya menghadapi seseorang, ia membantu saya terhadap dirinya sendiri.
Sayid Radhi mengatakan bahwa Amirul Mukminin (as) memaksudkan pukulan ketakutan di hati orang terhadap dirinya sendiri.?
329. Amirul Mukminin as berkata kepada putranya Muhammad ibn Hanafiah: Putraku, saya khawatir kalau-kalau kemelaratan menimpa Anda. Karena itu, maka Anda harus memohon perlindungan Allah darinya; karena kemelaratan adalah kekurangan dalam keimanan agama, kebingungan pikiran dan menjurus kepada kebencian orang.
330. Amirul Mukminin as menjawab seseorang yang menanyaikan suatu hal yang sulit: Bertanyalah kepada saya untuk pengertian, tetapi jangan menanyai saya untuk menjadi bingung; karena orang jahil yang berusaha untuk belajar adalah seperti orang terpelajar, tetapi orang terpelajar yang berusaha untuk menciptakan kebingungan adalah seperti orang jahil.
331. 'Abdullah ibn 'Abbas menasihati Amirul Mukminin as terhadap pandangan-pandangannya, maka ia berkata: Anda hanya perlu menasihati saya, dan kemudian saya harus melihat (apa yang akan dilakukan); dan apabila saya berbuat bertentangan dengan nasihat Anda, maka Anda harus mengikuti saya.[74]
332. Ketika Amirul Mukminin as kembali ke Kufah dari Shiffin, ia melewati kediaman orang Syibam dan mendengar kaum wanita menangisi orang-orangnya yang gugur di Shiffin. Pada saat itu seorang Syibam, Harb ibn Syurahbil, yang merupakan salah seorang terkemuka dari kaum itu, datang kepadanya. Amirul Mukminin (as) bertanya kepadanya, "Apakah para wanita Anda memegang kendali atas Anda mengenai ratapan yang saya dengar? Apakah Anda tidak menahan mereka dari menangis itu?" Harb mulai berjalan bersamanya sementara Amirul Mukminin as berada di atas punggung kuda., maka Amirul Mukminin as berkata kepadanya: "Kembalilah, karena berjalannya lelaki seperti Anda dengan orang seperti saya adalah kejahatan bagi si penguasa dan kehinaan bagi si mukmin."
333. Amirul Mukminin as melewati mayat-mayat orang Khariji pada Hari Pertempuran Nahrawan seraya berkata: "Celaka bagi Anda; Anda telah dirugikan oleh orang yang menipu Anda." la ditanyai, "Siapa yang menipu mereka?" dan ia menjawab, "Iblis, si penipu, dan ruh batin yang mengantarkan orang kepada kejahatan, menipu mereka melalui hawa nafsu, memudahkan mereka untuk memasuki dosa, menjanjikan kemenangan bagi mereka, dan akhimya melemparkan mereka ke dalam neraka."
334. Amirul Mukminin as berkata: Berhati-hatilah melanggar Allah dalam kesendirian, karena Saksinya adalah juga Hakim.
335. Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad ibn Abu Bakar[75] sampai kepada Amirul Mukminin as, ia berkata: Kesedihan kami atasnya adalah sebesar kegembiraan mereka (musuh) atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.
336. Amirul Mukminin as berkata: Usia yang sejauh itu Tuhan menerima dalih dari seorang manusia adalah enam puluh tahun.
337. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang dosanya mengalahkan bukanlah pemenang, dan orang yang mendapat kemenangan dengan kejahatan adalah (sesungguhnya) orang yang kalah.
338. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menentukan rezeki orang miskin dalam kekayaan orang kaya. Akibatnya, bilamana seorang miskin tetap lapar adalah itu karena beberapa orang kaya telah menolak (bagiannya). Allah akan menanyainya tentang hal itu.
339. Amirul Mukminin as berkata: Tidak perlunya mengajukan alasan lebih baik daripada mengajukan alasan yang sesungguhnya.[76]
340. Amirul Mukminin as berkata: Hak Allah yang paling kecil atas Anda ialah bahwa Anda tidak menggunakan nikmat-Nya untuk berbuat dosa kepada-Nya.[77]
341. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana orang cacat jasmani tak dapat sepenuhnya melaksanakan amal ketaatan kepada Allah, adalah itu suatu kesempatan yang baik yang diberikan Allah bagi akal untuk melakukan amal itu.
342. Amirul Mukminin as berkata: Penguasa adalah pengawas Allah di bumi.
343. Amirul Mukminin as berkata dalam menggambarkan seorang mukmin: Seorang mukmin berwajah ceria, hati yang sedih, dada yang sangat lebar (penuh kedermawanan), dan hati yang paling rendah. la membenci kedudukan tinggi, tidak naenyukai kemasyhuran. Kesedihannya panjang, keberaniannya menjangkau jauh, diamnya banyak, dan waktunya diisi. la merasa syukur, kesabaran tertanam dalam pikirannya, kikir dalam meminta-minta (kepada orang lain), berwajah cerah dan bertemperamen lembut. la lebih kuat dari batu, tetapi lebih merendah dari budak.
344. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang kebetulan melihat akhir hayat dan nasibnya yang terakhir, ia akan membenci hawa nafsu dan tipuannya.
345. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua pemilik saham dalam kekayaan setiap orang—ahli warisnya dan malapetaka.
346. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang didekati dengan permohonan adalah orang merdeka sampai ia berjanji.
347. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha adalah seperti orang yang menembakkan panah tanpa tali busur.
348. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan ada dua macam— yang diserap dan yang hanya didengar. Pengetahuan yang didengar tidak akan bermanfaat kecuali setelah diserap.
349. Amirul Mukminin as berkata: Tepatnya keputusan berjalan bersama kekuasaan. la muncul dengan kemunculan yang satunya dan lenyap bila yang satunya lenyap.[78]
350. Amirul Mukminin as berkata: Indahnya kemiskinan ialah kesucian, dan indahnya kekayaan ialah rasa syukur.
351. Amirul Mukminin as berkata: Hari keadilan akan lebih keras pada si penindas daripada hari penindasan bagi si tertindas.
352. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang terbesar ialah tidak menaruh mata pada kepunyaan orang lain.
353. Amirul Mukminin as berkata: Ucapan terpelihara dan perbuatan akan diuji. "Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (QS. 73:38) Orang akan dikurangi (mengenai tubuh) dan dicampuri (sehubungan dengan akal pikiran) kecuali orang-orang yang dilindungi Allah. Penanya di antara mereka bertujuan untuk membingungkan, dan penjawab menciptakan kesulitan. Orang yang mempunyai pandangan terbaik di antara mereka mungkin akan terseleweng dari pemikiran sehatnya oleh kesenangan atau ketidaksenangan, dan mungkin kerlingan sekilas dapat mempengaruhi orang yang bahkan mempunyai kebijaksanaan terbaik di antara mereka, atau satu ucapan mungkin mengubahnya.
354. Amirul Mukminin as berkata: Wahai jamaah, takutlah kepada Allah, karena banyak orang yang mendambakan apa yang tidak diperolehnya, banyak pembangun rumah yang tidak tinggal di dalamnya, dan banyak pengumpul apa yang harus ditinggalkannya. Mungkin ia telah mengumpulkannya dengan jalan salah atau dengan menolak hak (orang). la mendapatkannya secara tak halal dan harus memikul beban dosa karenanya. Sebagai akibatnya, ia kembali (dari dunia ini) dengan beban itu dan datang ke hadapan Allah dengan sedih dan pilu. "Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. 22:11)
355. Amirul Mukminin as berkata: Tiadanya jalan memasuki dosa adalah juga sejenis kesucian.
356. Amirul Mukminin as berkata: Martabat wajah Anda utuh tetapi meminta-minta meleburkannya; oleh karena itu, lihatlah dengan hati-hati di hadapan siapa Anda meleburkannya.
357. Amirul Mukminin as berkata: Memuji melebihi yang sebenarnya adalah menjilat; memuji secara kurang adalah karena ketidakmampuan berbicara atau karena iri hati.
358. Amirul Mukminin as berkata: Dosa yang paling parah adalah yang dianggap ringan oleh pelakunya.[79]
359. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang melihat kekurangan-kekurangannya sendiri akan menjauh dari melihat kekurangan orang lain. Orang yang merasa bahagia dengan rezeki yang diberikan Allah kepadanya, tidak akan bersusah hati atas apa yang tidak diperolehnya. Orang yang menghunus pedang pendurhakaan akan terbunuh olehnya. Orang yang berjuang tanpa sarana, akan musnah. Orang yang memasuki gelombang beigejolak, akan tenggelam. Orang yang mengunjungi tempat-tempat maksiat, akan disalahkan.
Orang yang berbicara lebih banyak, membuat kekeliman lebih banyak. Orang yang berbuat lebih banyak kesalahan menjadi tak bermalu. Orang yang tak bermalu menjadi kurang takut kepada Allah. Orang yang kurang takut kepada Allah, hatinya mati. Orang yang hatinya mati akan memasuki neraka. Orang yang mengamati kekurangan orang lain dan mencelanya lalu menerimanya bagi dirinya sendiri adalah yang sesungguhnya tolol. Kepuasan adalah modal yang tidak berkurang. Orang yang banyak mengingat kematian, puas dengan nikmat kecil dunia ini. Orang yang mengetahui bahwa kata-katanya adalah juga bagian dari tindakannya, berbicara lebih sedikit kecuali di mana ia mempunyai suatu tujuan.
360. Amirul Mukminin as berkata: Penindas (orang lalim) di kalangan manusia mempunyai tiga tanda: ia menindas atasannya dengan mendurhakainya, dan (menindas) bawahannya dengan menekankan wewenangnya, dan ia mendukung penindas lainnya.
361. Amirul Mukminin as berkata: Pada ujung kesulitan datang kebebasan; dan pada mengetatnya rantai cobaan, datang kemudahan.
362. Amirul Mukminin as berkata kepada salah seorang sahabatnya: Jangan persembahkan terbanyak dari kegiatan Anda kepada istri dan anak-anak Anda. Karena, apabila istri dan anak-anak Anda itu pencinta Allah, maka la tidak akan meninggalkan mereka tak terurus, dan apabila mereka itu musuh Allah, maka mengapa Anda harus mencemaskan dan menyibukkan diri mengurusi musuh Allah.
363. Amirul Mukminin as berkata: Cacat yang paling buruk ialah memandang cacat (pada orang lain), padahal cacat itu ada pada diri Anda.[80]
364. Seseorang mengucapkan selamat kepada seorang lain di kehadiran Amirul Mukminin as atas kelahiran seorang putra dengan mengatakan, "Selamat mendapatkan penunggang kuda." Lalu Amirul Mukminin as berkata: Jangan berkata begitu. Katakanlah, "Anda berkesempatan bersyukur kepada Allah Yang Maha Pemberi, dan berbahagialah dengan apa yang telah diberikan kepada Anda. Semoga ia mencapai usia sepenuhnya dan Anda ikut mendapatkan kebajikannya."
365. Salah seorang pejabat Amirul Mukminin as membangun sebuah rumah mewah, yang tentang itu Amirul Mukminin as berkata: Ini mata uang perak yang menonjolkan wajahnya. Pastilah mmah ini berbicara tentang kekayaan Anda.
366. Dikatakan kepada Amirul Mukminin as, "Apabila seseorang ditinggalkan dalam rumahnya dan pintunya tertutup, dari mana rezekinya akan sampai kepadanya?" la menjawab: Dari jalan mana saja kematiannya akan mencapainya.[81]
367. Ketika menyatakan belasungkawa di kalangan orang yang kematian, Amirul Mukminin as berkata: Hal ini tidak dimulai dari Anda dan tidak pula berakhir dengan Anda. Sahabat Anda ini sedang dalam perjalanan, dan karena itu lebih baik anggaplah ia masih dalam perjalanan. la akan bergabung dengan Anda atau Anda akan bergabung dengan dia.
368. Amirul Mukminin (as) berkata: Wahai manusia, biarlah Allah melihat takwa Anda di saat bahagia sebagaimana Anda takut di saat kesusahan. Sesungguhnya orang yang diberi kelapangan (hidup) dan tidak menganggapnya sebagai sarana pendekatan periahan-lahan ke arah cobaan, memandang dirinya aman terhadap apa yang harus ditakuti; sementara orang yang tertimpa kesempitan tetapi tidak memandangnya sebagai ujian, kehilangan ganjaran yang dihasratkan.
369. Amirul Mukminin as berkata: Wahai para hamba hawa nafsu, pangkaslah dia karena orang yang bersandar kepada dunia ini tidak mendapatkan apa-apa darinya kecuali pedihnya kesukaran. Wahai manusia, pikullah sendiri pendidikan diri Anda dan berpalinglah dari dikte kecenderungan alami Anda.
370. Amirul Mukminin as berkata; Janganlah menganggap ungkapan yang diucapkan seseorang sebagai buruk apabila Anda dapat menemukan kemungkinannya mengandung suatu kebaikan.
371. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda memerlukan Allah Ysang Mahasuci, maka mulailah dengan memohon salawat Allah atas Nabi-Nya kemudian mintalah keperluan Anda, karena Allah terlalu pemurah untuk menerima salah satu dari dua permohonan yang diajukan kepada-Nya dan menolak yang lainnya.
372. Amirul Mukminin (as) berkata: Orang yang cemburu akan kehormatannya hendaklah menjauhi pertengkaran.
373. Amirul Mukminin as berkata: Bergegas sebelum waktu yang tepat atau menunda setelah kesempatan yang tepat, kedua-duanya tolol.
374. Amirul Mukminin as berkata: Jangan bertanya tentang hal-hal yang tak akan terjadi karena cukup banyak yang perlu Anda cemaskan.
375. Amirul Mukminin as berkata: Pikiran adalah cermin yang jemih, dan mengambil pelajaran (dari keadaan sekitar) memberikan peringatan dan nasihat. Cukuplah untuk memperbaiki diri Anda bila Anda mengelakkan apa yang Anda anggap buruk pada orang lain.
376. Amirul Mukminin as berkata: Ilmu berhubungan dengan amal. Oleh karena itu, maka orang yang berilmu harus beramal, karena pengetahuan memanggil amal; jika ada jawaban alangkah baiknya, apabila tidak, maka ilmu itu berpisah dari dia.
377. Amirul Mukminin as berkata: Wahai manusia, kekayaan dunia ini adalah seperti rumput yang membawa wabah; karena itu, menghindarlah dari lahan penggembalaan ini. Meninggalkannya lebih baik daripada tinggal dengan damai di dalamnya, dan bagiannya yang cukup untuk rezeki lebih membawa kebahagiaan daripada kekayaannya. Kesengsaraan telah ditetapkan bagi mereka yang kaya di sini, sedang kesenangan telah ditentukan bagi orang-orang yang menjauh darinya. Apabila seseorang tertarik oleh gemerlapnya, ia membutakan kedua matanya, dan apabila seseorang beroleh kegairahan kepadanya, maka ia memenuhi hatinya dengan kesedihan yang tems berubah-ubah di bagian hitam hatinya, suatu kesedihan mencemaskannya dan yang lain memberikan kepedihan kepadanya. Ini berlangsung terus sampai cekikan kematian berhasil mengejamya. la dilemparkan kepada keterbukaan sementara kedua kuil (perbendaharaan) hatinya diputuskan hubungannya. Mudah bagi Allah untuk mematikannya dan (mudah) bagi kawan-kawannya untuk memasukkannya ke dalam kubur.
Orang mukmin melihat dunia dengan mata yang mengambil pelajaran dan mengambil darinya cukup, makanan untuk keperluan yang paling sedikit. la mendengar di dalamnya dengan telinga kebencian dan permusuhan. Apabila dikatakan (tentang seseorang) bahwa ia telah menjadi kaya, dikatakan pula bahwa ia telah jatuh miskin; dan apabila kesenangan ditinggalkan pada kehidupan seseorang, kematian dirasakan atas kematiannya. Inilah keadaannya, walaupun belum tiba harinya berpatah hati.
378. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya Allah telah meletakkan ganjaran atas ketaatan kepada-Nya dan hukuman atas dosa terhadap-Nya, untuk menyelamatkan manusia dari hukuman-Nya dan menggiring mereka ke surga.
379. Amirul Mukminin as berkata: Suatu saat akan datang ketika tak ada yang tertinggal dari Al-Qur'an kecuali tulisannya, dan tak ada (yang tertinggal) dari Islam selain namanya. Masjid di hari-hari itu akan sibuk dengan urusan pembangunan tetapi sepi dari bimbingan. Orang yang tinggal di dalamnya dan mereka yang mengunjunginya adalah yang terbumk di muka bumi. Dari mereka kejahatan akan muncul dan kepada mereka semua kebatilan akan berpaling. Apabila seseorang memisahkan diri darinya, mereka akan melemparkannya kembali ke situ; dan apabila seseorang melangkah mundur darinya, mereka akan mendorongnya kepadanya. Allah Mahasuci bersabda (dalam sebuah Hadits Qudsi), "Aku bersumpah demi Diri-Ku sendiri bahwa Aku akan mengirimkan kepada mereka suatu cobaan (fitnah) di mana orang yang sabar (halim) akan kebingungan," dan la akan berbuat demikian. Kami memohon keampunan Allah dari terantuk karena lalai.
380. Diriwayatkan bahwa jarang Amirul Mukminin as naik ke mimbar tanpa mengucapkan yang berikut ini sebelum berkhotbah: Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah, karena manusia tidak diciptakan sia-sia sehmgga boleh menyia-nyiakan dirinya; tidak pula ia dibiarkan tanpa diurusi sehingga ia boleh berbuat sia-sia. Dunia yang nampak indah baginya ini tidak mungkin merupakan pengganti dunia akhirat yang nampak buruk di matanya, tidak pula orang yang sia-sia akan berhasil di dunia akhirat walaupun sedikit.
381. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada keistimewaan yang lebih tinggi dari Islam, tak ada kemuliaan yang lebih mulia daripada takwa kepada Allah, tak ada tempat perlindungan yang lebih baik daripada menahan diri, tak ada perantara yang lebih efektif dari taubat, tak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada kepuasan, dan tak ada kekayaan yang lebih besar sebagai penghindar kemiskinan daripada merasa puas dengan sekadar rezeki. Orang yang membataskan diri pada apa yang sekadar cukup untuk hidup mencapai kesenangan dan mempersiapkan tempat kediaman dalam kelapangan. Hasrat hawa nafsu adalah kunci kepada kesedihan dan pembawa kesusahan. Keserakahan, kesia-siaan dan dengki adalah perangsang untuk jatuh ke dalam dosa, dan kejahatan adalah kum-pulan semua kebiasaan buruk.
382. Amirul Mukminin as berkata kepada Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari: Wahai Jabir, orang utama dalam agama dan dunia ada empat orang: ulama (orang berilmu) yang bertindak berdasarkan ilmunya, orang bodoh yang tak merasa malu untuk belajar, dermawan yang tidak kikir bagi dirinya sendiri, dan orang miskin yang tidak menjual kehidupannya yang akan datang dengan keuntungan duniawinya. Akibataya, bilamana si ulama menyia-nyiakan pengetahuannya, orang bodoh akan merasa malu belajar; dan bilamana si dermawan kikir terhadap dirinya sendiri, maka orang miskin akan menjual dirinya dengan keuntungan duniawi.
Wahai Jabir, apabila nikmat Allah melimpah pada seseorang, maka keperluan manusia kepadanya juga melimpah. Oleh karena itu, barangsiapa yang memenuhi semua kewajibannya kepada Allah dalam hal ini, maka la akan memelihara (nikmat Allah) itu secara berkelanjutan dan langgeng, sedang orang yang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban itu akan menyebabkan harta itu membusuk dan binasa.
383. Ibn Jarir Thabari, dalam buku sejarahnya (Tarikh, II, h. 1086) dan Ibn Atsir (Tarikh, IV, h. 478) meriwayatkan dari 'Abdur-Rahman ibn Abi Laila, faqih, yang adalah salah satu dari orang yang telah bangkit dengan ('Abdur-Rahman) Ibn Asy'ats untuk berperang melawan Hajjaj, bahwa ia (Ibn Laila) sedang menyuruh manusia untuk berjihad dengan mengingatkan mereka bahwa pada saat pertempuran dengan orang Suriah ia mendengar Amirul Mukminin as berkata: Wahai kaum mukmin, barangsiapa melihat perbuatan melampaui batas sedang dilakukan dan orang sedang dipanggil kepada kejahatan, lalu ia mencelanya dengan hatinya, ia selamat dan bebas dari tanggung jawab untuk itu, dan barangsiapa mencelanya dengan lidah akan diganjari dan berada dalam kedudukan yang lebih tinggi daripada yang (hanya) mencelanya dalam hati; tetapi barangsiapa yang mencelanya dengan pedangnya agar kalimat Allah tetap tinggi dan kata-kata penentangnya tetap rendah, ia beroleh pegangan pada jalan petunjuk dan berdiri pada jalan yang benar, sedang hatinya dismari dengan keyakinan.
384. Suatu ucapan lain dengan nada yang sama berbunyi sebagai berikut: Di antara mereka (Ummat Islam) ada yang menegah kemungkaran dengan tangan, lidah dan hati. Orang ini telah menggunakan dengan sempurna kebiasaan bajik itu. Kemudian ada orang yang mencegah kemungkaran dengan lidahnya dan hatinya tetapi tidak dengan tangan. Orang ini hanya menggunakan dua kebiasaan bajik tetapi tidak menggunakan yang satu. Ada yang ketiga yang mencegah kemungkaran dengan hati tetapi tidak dengan lidah dan tangan. Ini orang yang tidak mempunyai kedua kualitas yang lebih baik dari yang tiga dan hanya memegang yang satu. Kemudian ada pula orang yang tidak menegah kemungkaran dengan lidah, hati ataupun tangan. la hanyalah orang mati di kalangan orang hidup. Semua amal kebajikan, termasuk perang atas nama Allah, dibandingkan dengan anjuran berbuat baik dan mencegah kemungkaran, hanyalah seperti meludah di laut dalam. Anjuran kepada yang baik dan mencegah yang mungkar tidak membawa kematian menjadi lebih dekat dan tidak pula mengurangi rezeki. Dan yang lebih baik dari semua ialah mengucapkan ungkapan yang benar di hadapan penguasa yang lalim.
385. Diriwayatkan bahwa Abu Juhaifah mengatakan bahwa ia mendengar Amirul Mukminin as berkata: Jihad pertama dengan apa Anda akan digagahi ialah perjuangan dengan tangan, kemudian dengan lidah Anda, dan kemudian dengan hati Anda. Akibatnya, orang yang tidak mengakui kebajikan dengan hatinya atau yang tidak mencegah kemungkaran akan dijungkir-balikkan. Jadi, bagian atasnya akan dijungkirkan ke bawah dan bagian bawahnya akan diputar ke atas.
386. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya kebenaran itu berat dan sehat, sedang kebatilan itu ringan dan menular.
387. Amirul Mukminin as berkata: Jangan merasa aman dari hukuman Allah sekalipun orang terbaik di seluruh umat, karena Allah Yang Mahatinggi berkata, "Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. 7:99). Dan lagi, janganlah berputus asa, bahkan bagi manusia terburuk dari umat, karena Allah berfirman, "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. 12:87)
388. Amirul Mukminin as berkata: Kekikiran mengandung segala macam keburukan lainnya, dan ia adalah kendali yang dengan itu manusia dapat dijuruskan ke setiap macam keburukan.
389. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua jenis rezeki: rezeki yang Anda cari dan rezeki yang mencari Anda; apabila Anda tak mencapainya, ia akan datang kepada Anda. Karena itu janganlah Anda palingkan kecemasan Anda sehari ke dalam kecemasan Anda setahun. Apa saja yang Anda dapat setiap hari akan cukup bagi Anda untuk hari itu. Apabila Anda hidup sepanjang tahun sekalipun, Allah Yang Mahatinggi akan memberikan kepada Anda setiap hari berikut apa yang telah ditentukannya sebagai bagian Anda. Apabila Anda tidak akan hidup setahun, mengapa, maka Anda mencemaskan apa yang bukan untuk Anda? Tak ada pencari yang akan mencapai rezeki Anda sebelum Anda, dan tak seorang pun mengalahkan Anda dalam urusan rezeki. Begitu pula, apa yang telah ditentukan sebagai bagian Anda tak akan tertunda bagi Anda.
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini telah muncul di suatu tempat lain dalam pasal ini, tetapi di sini lebih jelas dan rinci. Inilah sebabnya, maka kami mengulanginya sesuai dengan prinsip yang diletakkan pada pengantar buku ini.
390. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang menghadapi suatu hari yang sesudah itu ia tidak mendapatkan hari lain, dan banyak orang berada dalam kedudukan yang patut diiri di bagian malam yang lebih dini, tetapi ditangisi oleh wanita-wanita yang meratap di bagian malam yang lebih kemudian.
391. Amirul Mukminin as berkata: Kata-kata berada dalam kendali Anda sebelum Anda mengucapkannya. Tetapi setelah Anda mengucapkannya, maka Anda berada di bawah kendalinya. Karena itu jagalah lidah Anda seperti Anda menjaga emas dan perak Anda, karena sering suatu ucapan merenggut nikmat dan mengundang hukuman.
392. Amirul Mukminin as berkata: Jangan katakan apa yang tidak Anda ketahui; malah, jangan katakan semua yang Anda ketahui, karena Allah telah meletakkan beberapa kewajiban bagi semua anggota badan Anda yang dengan itu la akan mengajukan hujah melawan Anda di Hari Pengadilan.
393. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah jangan sampai Allah melihat Anda sementara Anda berbuat dosa kepada-Nya, atau tidak melihat Anda menaati-Nya bilamana telah waktunya untuk menaati-Nya dan sebagai hasilnya Anda menjadi orang yang merugi. Karena itu, bilamana Anda kuat, jadilah kuat dalam menaati Allah, dan bilamana Anda lemah jadilah lemah dalam berbuat dosa kepada-Nya.
394. Amirul Mukminin (as) berkata: Bersandar pada dunia ini padahal Anda telah melihat apa yang ada padanya, adalah tolol; dan tertinggal dalam perbuatan baik bilamana Anda yakin akan ganjaran baik atasnya, jelaslah merupakan kerugian; sedang mempercayai seseorang sebelum mengujinya adalah kelemahan.
395. Amirul Mukminin as berkata: (Bukti dari) kerendahan dunia ini di hadapan Allah ialah bahwa hanya di sini la tidak ditaati, dan nikmat-nikmat-Nya tak tercapai kecuali dengan meninggalkannya.
396. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mencari sesuatu, akan mendapatkannya; paling tidak sebagian darinya.
397. Amirul Mukminin (as) berkata: Kebaikan bukanlah kebaikan bila setelah itu ada neraka; dan kesulitan bukanlah kesulitan bila sesudah itu ada surga. Setiap kebahagiaan selain surga adalah kecil dan setiap bencana selain neraka adalah kesenangan.
398. Amirul Mukminin (as) berkata: Hati-hatilah, kemiskinan adalah bencana, tetapi lebih buruk dari kemiskinan adalah sakitnya badan, sementara lebih buruk dari sakitnya badan adalah penyakit hati. Hati-hatilah, kelimpahan harta adalah suatu nikmat, tetapi yang lebih baik dari kelimpahan harta adalah kelimpahan kesehatan badan, sedang yang lebih baik lagi dari kesehatan badan ialah kesucian hati.
399. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa yang tindakannya tertahan di belakang, silsilahnya tak dapat menempatkannya di depan. Dalam versi lain dikatakan: Barangsiapa tidak mendapatkan prestasi pribadinya, ia tak dapat diuntungkan oleh prestasi nenek moyangnya.
400. Amirul Mukminin as berkata: Waktunya orang mukmin mempunyai tiga kurun: waktu ketika ia dalam komunikasi dengan Allah, waktu ketika ia berusaha untuk rezekinya, dan waktu ketika ia menikmati apa yang halal dan menyenangkan. Tak pantas bagi seorang bijaksana untuk menjauh (dari rumahnya) kecuali karena tiga urusan, yakni untuk tujuan beroleh pendapatan, atau pergi untuk sesuatu demi kehidupan di akhirat, atau untuk menikmati apa yang tak dilarang.
401. Amirul Mukminin as berkata: Berpantanglah dari dunia sehingga Allah menunjukkan kepada Anda kejahatannya yang sesungguhnya, dan janganlah lalai karena (dalam keadaan bagaimanapun) Anda tak akan dilalaikan.
402. Amirul Mukminin as berkata: Bicaralah supaya Anda dikenal, karena orang tersembunyi di bawah lidahnya.
403. Amirul Mukminin (as) berkata: Ambillah kenikmatan dunia yang datang kepada Anda, dan menjauhlah dari yang menjauh dari Anda. Apabila Anda tak dapat berlaku demikian, berlaku sederhanalah dalam pencarian Anda.
404. Amirul Mukminin as berkata: Banyak ungkapan yang lebih efektif dari serangan.
405. Amirul Mukminin as berkata: Setiap hal yang kecil yang memuaskan adalah cukup.
406. Amirul Mukminin as berkata: Biarlah mati, asal jangan hina. Biarlah kecil asal tidak melalui orang lain. Orang yang tidak mendapatkan sementara duduk, tidak pula akan mendapatkan dengan berdiri. Dunia mempunyai dua hari, satu bagi Anda dan satu terhadap Anda. Bilamana hari itu untuk Anda, janganlah merasa bangga, tetapi bilamana ia terhadap Anda, bersabarlah atasnya.
407. Amirul Mukminin as berkata: Bau yang terbaik adalah kesturi; bobotnya ringan sedang baunya penuh harum.
408. Amirul Mukminin as berkata: Janganlah bersombong, lepaskan tipu-diri, dan ingatlah akan kuburan Anda.
409. Amirul Mukminin as berkata: Anak mempunyai hak atas ayahnya sedang si ayah pun mempunyai hak atas si anak. Hak ayah atas si anak ialah bahwa si anak harus menaati si ayah dalam segala hal kecuali dalam berbuat dosa kepada Allah Yang Mahasuci, sedang hak si anak atas si ayah adalah bahwa ia harus memberikan kepadanya nama yang bagus, memberikan kepadanya pendidikan yang baik, dan mengajarinya Al-Qur'an.
410. Amirul Mukminin as berkata: Pengaruh buruk penglihatan adalah hak, kepesonaan adalah hak, sihir adalah hak, dan mengambil pertanda baik adalah haK; dan penyeoaran suatu penyakit adalah hak, sedang mengambil pertanda buruk[82] tidak hak, dan penyebaran penyakit dari yang satu kepada yang lainnya adalah tidak hak. Bau memberikan kesenangan, madu memberikan kesenangan, dan melihat yang hijau-hijau memberikan kesenangan.
411. Amirul Mukminin as berkata: Kedekatan dengan manusia dalam akhlak mereka menimbulkan keamanan dari kejahatan mereka.
412. Seseorang mengucapkan suatu ungkapan di atas kedudukannya, lalu Amirul Mukminin as berkata kepadanya: Anda telah mulai terbang segera setelah tumbuh bulu dan mulai mengomel sebelum mencapai usia remaja (saqb).
Sayid Radhi mengatakan: Di sini syakir berarti bulu-bulu yang pertama tumbuh pada burung sebelum cukup kuat untuk terbang. Dan saqb berarti unta muda yang tidak menggerutu kecuali apabila ia menjadi besar.
413. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa menghasratkan pertentangan, tak akan mendapatkan sarana keberhasilan.
414. Ketika ditanyai arti "La haula wa la quwwata illa billah" (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali pada Allah), Amirul Mukminin as berkata: Kita sama sekali bukan majikan bersama dengan Allah atas apa pun, dan kita bukanlah majikan selain yang dijadikan-Nya kita majikannya., maka ketika la menjadikan kita majikan atas sesuatu yang tentang itu la adalah Majikan Yang Tertinggi ketimbang kita, la juga menetapkan beberapa kewajiban kepada kita; dan bilamana la mengambilnya, maka la akan mengambil kewajiban-kewajiban itu juga.[83]
415. Amirul Mukminin as mendengar 'Ammar ibn Yasir bercakap-cakap dengan Mughirah ibn Syu'bah, lalu ia berkata: Biarkanlah dia, wahai 'Ammar, karena ia telah memasuki agama hanya sejauh mendapatkan keuntungan dari dunia, dan ia dengan sengaja melibatkan diri dalam keraguan agar dapat mengambilnya sebagai penutup kekurangannya.
416. Amirul Mukminin as berkata: Adalah baik bagi orang kaya untuk menunjukkan kerendahan di hadapan orang miskin demi mendapatkan ganjaran dari Allah, tetapi lebih baik dari itu ialah kebanggaan orang miskin terhadap orang kaya berupa keyakinan kepada Allah.
417. Amirul Mukminin as berkata: Allah tidak memberikan kebijaksanaan kepada seseorang melainkan pada suatu hari la akan menyelamatkannya dari keruntuhan dengan pertolongan (kebijaksanaan) itu.
418. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa bertabrak dengan kebenaran, akan terpukul jatuh olehnya.
419. Amirul Mukminin as berkata: Hati adalah kitabnya mata.
420. Amirul Mukminin as berkata: Takut kepada Allah adalah tabiat utama watak manusia.
421. Amirul Mukminin as berkata: Jangan Anda cobakan ketajaman lidah Anda terhadap Dia yang memberikan kepada Anda kemampuan berbicara, janganlah pula (anda coba) kefasihan bicara Anda terhadap Dia yang menempatkan Anda di jalan yang benar.
422. Amirul Mukminin (as) berkata: Cukuplah bagi disiplin Anda sendiri bila Anda berpantang dari apa yang tidak Anda sukai pada orang lain.
423. Amirul Mukminin as berkata: Orang harus sabar sebagai orang merdeka, atau diam sebagai orang bodoh.
Pada suatu riwayat lain diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as berkata kepada Asy'ats ibn Qais berupa belasungkawa: "Bersabarlah sebagai orang besar atau Anda akan lupa sebagai hewan."
424. Amirul Mukminin as berkata tentang dunia: la menipu, ia merugikan dan ia melintas lewat. Allah tidak menyukainya sebagai ganjaran bagi para pencinta-Nya, dan tidak pula sebagai hukuman bagi musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya manusia dunia ini adalah seperti para penumpang yang segera setelah mereka turun pengemudi berteriak kepada mereka lalu mereka mereka berbaris pergi.
425. Amirul Mukminin as berkata kepada putranya Hasan as: Jangan tinggalkan apa pun dari dunia ini, karena Anda akan meninggalkannya untuk dua jenis orang: orang yang menggunakannya untuk menaati Allah dan karenanya ia akan mendapatkan kebaikan melalui apa yang buruk bagi Anda, atau orang yang akan menggunakannya untuk melanggar perintah Allah dan karenanya ia mendapatkan keburukan dengan apa yang Anda kumpulkan untuk dia, dan dengan demikian Anda menolong dia dalam dosanya; dan tiada dari keduanya yang patut Anda pilih atas diri Anda sendiri.
Sayid Radhi berkata: Ucapan ini juga diriwayatkan dalam suatu versi lain, yakni,
"Apa saja dari dunia ini yang sekarang ada pada Anda ada bersama orang-orang lain sebelum Anda, dan akan beralih ke beberapa orang lain sesudah Anda. Jadi, Anda sedang mengumpulkan apa-apa untuk salah satu dari dua jenis manusia: orang yang menggunakan apa yang Anda kumpulkan dalam ketaatan kepada Allah dan untuk mendapatkan kebajikan dengan apa yang buruk bagi Anda, atau orang yang menggunakannya dalam melanggar perintah Allah dan karenanya Anda akan mendapatkan kejahatan atas apa yang Anda kumpulkan. Dan tak satu dari kedua (hal) ini yang akan lebih patut Anda sukai ketimbang diri Anda sendiri, atau yang untuknya Anda patut membebani diri Anda . Oleh karena itu, maka harapkanlah rahmat Allah bagi yang telah meninggal dan rezeki llahi bagi dia yang masih hidup.
426. Seseorang mengucapkan, "Astaghfirullah" (saya memohon ampunan kepada Allah), lalu Amirul Mukminin as berkata: "Ibu Anda boleh menangisi Anda; Anda tak tahu apa arti astaghfirullah. Astaghfirullah dimaksudkan bagi orang-orang yang berkedudukan tinggi. Kata itu berdiri di atas enam topangan. Yang pertama ialah bertaubat atas yang lalu-lalu; yang kedua, bertekad sungguh-sungguh untuk tidak kembali kepadanya; yang ketiga ialah memenuhi hak-hak manusia supaya Anda menemui Allah dengan bersih tanpa ada sesuafu untuk dipertanggungjawabkan; yang keempat memenuhi setiap kewajiban yang Anda abaikan (di waktu lalu) sehingga sekarang Anda boleh berlaku adil atasnya; yang kelima mengenai daging yang tumbuh sebagai hasil rezeki yang haram agar Anda dapat meleburkannya dengan kesedihan (karena bertaubat) sampai kulit menyentuh tulang, dan tumbuh daging baru di antara (kulit dan tulang) itu; dan yang keenam ialah membuat tubnh merasakan keperihannya ketaatan sebagaimana (dahulunya) Anda membuatnya merasakan manisnya pelanggaran. Pada keadaan semacam itu Anda boleh mengatakan, "Astaghfirullah".
427. Amirul Mukminin as berkata: Kearifan adalah (ibarat) keluarga.
428. Arnirul Mukminin as berkata: Betapa sengsaranya anak Adam; ajalnya tersembunyi, sakitnya tersimpan, perbuatannya terpelihara, sengatan nyamuk menyakitinya, tercekik menyebabkan kematiannya, dan keringat memberikan kepadanya bau busuk.
429. Diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya ketika seorang wanita cantik lewat dan mereka mulai melihat kepadanya. Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Mata para lelaki ini serakah, dan lirikan ini adalah penyebab mereka menjadi rakus. Bilamana seseorang di antara Anda melihat seorang wanita yang menarik hatinya, hendaklah ia menemui istrinya, karena setiap wanita adalah wanita."
Lalu salah seorang Khariji berkata, "Semoga Allah membunuh si kafir ini. Betapa logisnya dia!" Orang-orang lalu melompat ke arah Khariji untuk membunuhnya, tetapi Amirul Mukminin (as) berkata: "Tunggu sebentar. Haruslah penghinaan untuk penghinaan, atau maaf dari si terlanggar."
430. Amirul Mukminin as berkata: Cukuplah apabila kebijaksanaan Anda membedakan untuk Anda jalan-jalan sesat dari jalan-jalan petunjuk.
431. Amirul Mukminin as berkata: Berbuat baiklah dan janganlah memandang suatu bagian darinya kecil, karena kecilnya itu besar dan sedikitnya banyak. Tak seorang pun di antara Anda boleh mengatakan bahwa "orang lain lebih patut dari saya dalam berbuat baik"; bilamana demikian, demi Allah, maka hal itu akan benar-benar menjadi begitu. Ada manusia yang (berbuat) baik dan (ada yang berbuat) jahat. Bilamana Anda meninggalkan salah satu dari keduanya orang-orang lain akan melakukannya.
432. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa membenahi sisi batinnya, Allah membenahi sisi lahimya. Barangsiapa berbuat amal bagi agamanya, Allah melaksanakan perbuatannya di dunia ini. Barangsiapa yang urusan antara dia dan Allah baik, Allah membuat urusan antara dia dan orang lain menjadi baik.
433. Amirul Mukminin as berkata: Sabar (hilm) adalah tirai untuk menutupi, dan akal adalah pedang yang tajam. Karena itu simpanlah kelemahan dalam perilaku Anda dengan kesabaran Anda, dan bunuhlah hawa nafsu Anda dengan akal Anda.
434. Amirul Mukminin (as) berkata: Ada beberapa orang yang Allah khususkan dengan nikmat untuk kemanfaatan manusia; oleh karena itu la menyerahkannya di tangan mereka sepanjang mereka memberikannya kepada orang lain; tetapi bilamana mereka tak mau memberikannnya kepada orang lain, la mengambilnya dari mereka dan mengirimkannya kepada orang lain.
435. Amirul Mukminin as berkata: Tak pantas seorang lelaki mengandalkan dua hal: kesehatan dan harta; karena banyak orang yang Anda lihat sehat tetapi segera jatuh sakit, dan banyak orang yang kaya yang menjadi miskin.
436. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mengeluhkan kebutuhannya kepada seorang mukmin, adalah seperti ia telah mengeluh kepada Allah; tetapi barangsiapa mengeluhkannya kepada orang kafir seakan-akan ia mengeluhkan Allah.
437. Amirul Mukminin as berkata pada suatu hari 'ld (Hari Raya): Ini hari raya bagi orang yang puasanya diterima Allah dan yang atas salatnya Allah berterima kasih; dan (sesungguhnya) setiap hari di mana tak dilakukan dosa terhadap Allah adalah 'Id.[84]
438. Amirul Mukminin as berkata: Pada Hari Pengadilan, penyesalan yang terbesar akan dirasakan oleh orang yang mendapatkan kekayaan melalui cara-cara dosa, tetapi diwarisi oleh orang yang membelanjakannya dalam menaati Allah Yang Mahasuci dan diganjari surga karenanya, sementara orang pertama itu masuk neraka karenanya.
439. Amirul Mukminin as berkata: Yang terburuk dalam tawar-menawar dan yang paling tak berhasil dalam perjuangan ialah orang yang berusaha keras mencari kekayaan tetapi nasib tidak menolongnya dalam tujuannya, dan sebagai akibatnya ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan sedih sementara di akhirat pun ia akan menghadapi akibat-akibat buruknya.[85]
440. Amirul Mukminin as berkata: Rezeki ada dua macam: yang mencari dan yang dicari. Karena itu, maka orang yang sangat menghasratkan dunia ini, maut mengikutinya sampai ia memalingkannya keluar darinya; tetapi orang yang menghasratkan akhirat, kelapangan dunia sendiri mencarinya, dan ia menerima rezeki darinya.
441. Amirul Mukminin as berkata: Para pencinta Allah adalah orang-orang yang melihat sisi batin dari dunia, sedang orang lain melihat sisi lahirnya; mereka menyibukkan diri dengan manfaatnya yang lebih jauh sementara orang lain naenyibukkan diri dalam manfaat yang segera. Mereka membunuh hal-hal yang mereka takuti akan membunuh mereka, dan mereka tinggalkan di dunia ini apa yang mereka pandang akan meninggalkan mereka. Mereka menganggap penumpukan harta oleh orang lain sebagai hal kecil dan menganggapnya sebagai merugi. Mereka adalah musuh hal-hal yang dicintai orang lain, sementara mereka mencintai hal-hal yang dibenci orang lain. Melalui mereka Al-Qur'an dipelajari, dan mereka diberi pengetahuan melalui Al-Qur'an. Bagi mereka Al-Qur'an adalah langgeng sementara mereka bersiteguh pada Al-Qur'an. Mereka tidak melihat suatu obyek harapan lebih dari yang mereka harap dan tak ada obyek ketakutan di atas apa yang mereka takuti.
442. Amirul Mukminin as berkata: Ingatlah bahwa kesenangan akan berlalu sedang akibatnya akan tinggal.
443. Amirul Mukminin (as) berkata: Ujilah seseorang, maka Anda akan membencinya.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang mengatakan bahwa ucapan ini berasal dari Nabi SAWW, tetapi yang menguatkan bahwa itu ucapan Amirul Mukminin as ialah pernyataan yang diriwayatkan oleh Tsa'lab dari Ibn 'Arabi yakni bahwa Khalifah al-Ma'mun berkata: Apabila 'Ali tidak mengatakan ukhbur taqlihi" (Ujilah sesorang, maka Anda akan membencinya), maka saya akan sudah mengatakan, “aqlihi takhbur” (Bencilah dia untuk mengujinya).
444. Amirul Mukminin (as) berkata: Tidaklah Allah akan membiarkan pintu syukur terbuka bagi seseorang dan menutup pintu kelimpahan atasnya, atau membuka pintu doa bagi seseorang dan menutup pintu penerimaan atasnya, atau membuka pintu taubat bagi seseorang dan menutup pintu keampunan baginya.
445. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang paling pantas untuk kedudukan mulia ialah orang yang menurun dari orang-orang mulia.
446. Amirul Mukminin as ditanyai mana yang lebih baik dari kedua hal ini: keadilan atau kedermawanan. Amirul Mukminin as menjawab: Keadilan menempatkan hal-hal pada tempatnya, sementara kedermawanan mengambilnya keluar dari arah-arahnya; keadilan adalah pengurus umum sedang kedermawanan adalah manfaat khusus., maka keadilan lebih utama dari antara keduanya.
447. Amirul Mukminin as berkata: Manusia adalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya.
44B. Amirul Mukminin as berkata: Keseluruhan zuhud terbatas di antara ungkapan Al-Qur'an. Allah Yang Mahasuci berfirman, "Supaya kamu jangan berduka-cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS. 57:23) Barangsiapa tidak bersedih atas apa yang tak diperolehnya dan tidak bergembira ria atas apa yang datang kepadanya, mendapatkan zuhud dari kedua sisinya.
449. Amirul Mukminin as berkata: Betapa ddur mematahkan keputusan-keputusan hari itu!
450. Amirul Mukminin as berkata: Pemenntahan adalah lahan ujian bagi manusia.
451. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kota yang mempunyai hak lebih besar pada Anda ketimbang yang lainnya. Kota yang terbaik bagi Anda ialah kota yang melahirkan Anda.
452. Ketika kematian al-Asytar (ra) sampai kepada Amirul Mukminin as, ia berkata: Malik, bukan main Malik itu! Demi Allah, sekiranya ia gunung, ia gunung yang besar, dan apabila ia batu, ia batu yang keras; tak ada penunggang kuda yang dapat mencapainya dan tak ada burung dapat terbang di atasnya.
Sayid Radhi berkata: "Find" berarti gunung yang sepi (menjulang tinggi).
453. Amirul Mukminin as berkata: Sedikityang langgeng lebih baik daripada banyak yang membawa kesedihan.
454. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang mempunyai sifat terbuka, tunggu dan lihatlah sifat-sifatnya yang lain.[86]
455. Amirul Mukminin as berkata kepada Ghalib ibn Sha'sha'ah, ayah (penyair besar) Farazdaq dalam suatu percakapan di antara keduanya: "Bagaimana tentang jumlah untamu yang banyak?" Orang itu menjawab. "Mereka telah tersapu habis (dalam melaksanakan) kewajiban, ya Amirul Mukminin as." Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Itu cara yang paling terpuji (untuk memhabiskannya).
456. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berdagang tanpa mengetahui peraturan hukum agama, maka ia akan terlibat dalam riba.
457. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memandang kesedihan kecil sebagai besar, maka Allah melibatkannya dalam kesedihan besar.
458. Annirul Mukminin as berkata: Barangsiapa hanya melihat pendapatnya sendiri, hawa nafsunya nampak enteng baginya.
459. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana seseorang memotong sebuah lelucon, maka ia berpisah sedikit dari akalnya.
460. Amirul Mukminin as berkata: Berpalingnya Anda dari orang yang cenderung kepada Anda adalah suatu kerugian atas bagian dari keuntungan Anda, sementara kecenderungan Anda kepada orang yang berpaling dari Anda adalah penghinaan atas diri Anda sendiri.
461. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan dan kemiskinan akan ada setelah menghadap kepada Allah.
462. Amirul Mukminin as berkata: Zubair tetap seorang lelaki dari rumah kami sebelum anak celakanya 'Abdullah muncul.[87]
463. Amirul Mukminin as berkata: Apa urusan manusia dengan kesombongan. Asalnya adalah mani dan akhimya adalah bangkai, yang tak dapat memberi, makan dirinya sendiri dan tidak dapat menjauhi maut.[88]
464. Amirul Mukminin as ditanyai tentang penyair terbesar, lalu ia berkata: Dua kelompok dari mereka tidak berjalan pada garis yang sama sehingga tidak diketahui tingginya keagungan mereka; tetapi bila hal itu harus dilakukan, maka ia adalah "Malik al-adh-Dhilil" ("Raja yang sesat").
Menurut Sayid Radhi, yang dimaksud Amirul Mukminin as ialah Imri'il-Qais.?
465. Amirul Mukminin as berkata: Tak adakah orang merdeka yang dapat meninggalkan suapan (dunia) yang (sudah) terkunyah ini kepada orang yang menyukainya? Sesungguhnya satu-satunya harga bagi Anda sendiri ialah surga., maka janganlah menjual diri Anda kecuali dengan surga.
466. Amirul Mukminin as berkata: Dua orang rakus tak pernah kenyang, pencari ilmu dan pencari dunia.
467. Amirul Mukminin as berkata: Iman berarti bahwa Anda lebih menyukai kebenaran (sekalipun) bilamana hal itu mengganggu Anda, ketimbang kebatilan walaupun menguntungkan Anda; bahwa kata-kata Anda tak lebih dari tindakan Anda dan bahwa Anda takut kepada Allah bilamana berbicara tentang orang lain.
468. Amirul Mukminin as berkata: Miqdar (nasib) mengatasi taqdir sampai usaha pun menimbulkan keruntuhan.
Sayid Radhi berkata: Sesuatu yang semakna dengan ini telah muncul sebelumnya namun dalam kata-kata yang berbeda.
469. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran dan ketabahan adalah kembaran dan merupakan hasil keberanian tinggi.
470. Amirul Mukminin as berkata: Menggunjing adalah alat orang yang lemah.
471. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang terjerumus ke dalam kejahatan karena dipuji-puji.
472. Amirul Mukminin (as) berkata: Dunia ini diciptakan untuk selain dari (dunia) itu sendiri dan tidak diciptaklan untuk dirinya sendiri.
473. Amirul Mukminin as berkata: Bani Umayyah mempunyai masa tertentu (mirwad) di mana mereka mempunyai jalannya. Tetapi ketika perselisihan akan timbul di kalangan mereka, maka apabila rubah saja pun menyerang mereka, maka mereha (rubah) akan mengalahkannya.
Sayid Radhi berkata: "Di sini "Mirwad" adalah bentuk objek dari "irwad", dan berarti memberi waktu, menunggu. Ini merupakan ungkapan yang fasih luar biasa dan menakjubkan. Seakan-akan Amirul Mukminin as telah rnenyerupakan masa Bani Umayyah pada area terbatas yang dimaksudkan untuk pelatihan kuda lomba di mana mereka sedang ber-lari ke ujungnya, sehingga bilamana mereka sampai ke titik ujung, maka organisasinya akan hancur."?
474. Amirul Mukminin as berkata memuji dalam kenangan kepada para Anshar: Demi Allah, mereka mengasuh Islam dengan tangan-tangan dermawan dan lidah fasih mereka seperti mengasuh anak sapi berusia setahun.
475. Amirul Mukminin (as) berkata: Mata adalah tali pengikat dari belakang.
Sayid Radhi berkata:Ini metafora yang menakjubkan; seakan-akan Amirul Mukminin as menyerupakan bagian belakang tubuh dengan kantong dan menyerupakan mata dengan tali pengikat. Bilamana tali pengikat itu dilonggarkan, maka kantong itu tak dapat menahan apa-apa. Menurut pandangan yang terkenal dan masyhur, itu adalah ucapan Nabi SAWW. Al-Mubarrad menyebutkannya dalam bukunya Muqtadzab pada Bab "Kata-kata dengan Huruf Tunggal". Kami pun telah membahas metafora ini dalam buku kami berjudul Majâzât al-Atsar an-Nabawiyyah.
476. Amirul Mukminin as berkata dalam salah satu ucapannya sendiri: Seorang penguasa datang pada kedudukan di atas mereka. la tetap adil dan membuat mereka menjadi adil sampai agama menjadi kokoh.
477. Amirul Mukminin as berkata: Suatu masa yang dahsyat akan menimpa manusia di mana orang kaya menahan miliknya dengan giginya (karena kekikiran) padahal mereka tidak disuruh berbuat demikian. Allah yang Mahasuci berfirman, "Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu." (QS. 2:238) Pada masa itu orang jahat akan naik sementara orang bajik akan tetap rendah, dan pembelian akan dilakukan dari orang-orang tak berdaya walaupun Rasulullah SAWW telah melarang mem-beli dari orang tak berdaya.[89]
478. Amirul Mukminin as berkata: Dua jenis manusia yang terjerumus ke dalam keruntuhan tentang saya adalah: pencinta yang berlebih-lebihan dan yang menyalahkan secara palsu.
Sayid Radhi berkata:Ini segaris dengan ucapan Amirul Mukminin as yang lain: "Dua jenis manusia akan mengalami kehancuran tentang saya: pencinta yang berlebih-lebihan dan pendengki."?
479. Ketika Amirul Mukminin as ditanyai tentang Tauhid (Keesaan Allah) dan Keadilan, ia menjawab: Keesaan berarti bahwa Anda tidak menjadikan-Nya subyek keterbatasan khayalan Anda, dan keadilan berarti bahwa Anda tidak meletakkan suatu kesalahan kepada-Nya.[90]
480. Amirul Mukminin as berkata: Tak baik berdiam diri dalam kebijaksanaan, sama sebagaimana tidak baik berbicara dalam kejahilan.
481. Amirul Mukminin as berkata dalam doanya memohon hujan: Semoga Allah menurunkan hujan kepada kami melalui awan yang tunduk, bukan melalui awan yang membangkang.
Sayid Radhi mengatakan: Ini ungkapan kefasihan yang menakjubkan, karena Amirul Mukminin as telah menyerupakan awan yang disertai guntur, petir, angin dan kilat dengan unta galak yang melemparkan pelana dan menjatuhkan penunggang, dan menyerupakan awan yang bebas dari hal-hal yang dahsyat ini dengan unta jinak yarrg mudah diperahi susunya dan taat ditunggangi.
482. Dikatakan kepada Amirul Mukminin (as): "Kami menghasratkan Anda mengubah rambut Anda yang beruban, ya Amirul Mukminin." Lalu ia berkata: Mewamai adalah menghias, sementara kami sedang dalam keadaan bersedih.
Sayid Radhi berkata: Amirul Mukminin (as) merujuk wafatnya Nabi.
483. Amirul Mukminin as berkata: Pejuang di jalan Allah yang syahid tidak akan mendapat ganjaran yang lebih besar daripada orang yang tetap suci ('afif) walaupun dalam kesusahan. Seorang suci mungkin menjadi salah seorang malaikat.
484. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah kekayaan yang tak pernah habis.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang telah meriwayatkan bahwa ucapan ini berasal dari Nabi SAWW.
485. Ketika Amirul Mukminin as menempatkan Ziyad ibn Abih menggantikan 'Abdullah ibn 'Abbas sebagai Gubernur Fars (di Persia) dan pengurusan pajaknya, ia berbicara panjang dengannya di mana ia melarangnya untuk memajukan (waktu) pemungutan pajak. Di dalamnya ia berkata: Bertindaklah atas dasar keadilan dan jauhilah kekerasan dan penganiayaan, karena kekerasan menjuruskan mereka meninggalkan tempat tinggalnya sedang penganiayaan mendorong mereka mengangkat senjata.
486. Amirul Mukminin (as) berkata: Dosa yang terburuk ialah dosa yang dipandang enteng oleh pelakunya.
487. Amirul Mukminin as berkata: Allah tidak mewajibkan orang bodoh belajar sebelum la mewajibkan orang terpelajar mengajar.
488. Amirul Mukminin as berkata: Kawan yang terburuk ialah yang kepadanya formalitas harus dilakukan.[91]
Sayid Radhi mengatakan: Ini disebabkan karena formalitas tak terpisahkan dari kesukaran dan ini suatu keburukan yang disebabkan oleh kawan yang harus diperlakukan dengan formalitas. Akibatnya, ialah yang terburuk dari semua sahabat.
489. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seorang mukmin membuat saudaranya marah, itu berarti bahwa ia meninggalkannya.
Sayid Radhi berkata:Dikatakakan bahwa hasyamahu atau ahsyamahu berarti "ia memberangkannya". Menurut pendapat lain, artinya "ia menghinakannya". Sedangkan ihtasyamahu berarti "ia mencari hal-hal ini untuk dia", dan itu sangat boleh jadi menyebabkan dia berpisah.