Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Artikel

Keluarga & Masyarakat
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(4)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(4)

Maka orang tua sejati bukan hanya mereka yang membesarkan anak dalam tubuh, tetapi mereka yang menanamkan cahaya tauhid dalam jiwanya. Karena dari rahim-rahim suci itulah lahir Hasan dan Husain, dua wewangian surga yang menjadi teladan sepanjang zaman.  

Keluarga & Masyarakat
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(3)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(3)

Rasulullah saw pernah ditanya tentang anak yang lahir tidak menyerupai kedua orang tuanya. Beliau menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki sembilan puluh sembilan garis keturunan, dan ketika sperma menetap dalam rahim, gen dari kedua belah pihak bergerak, memohon kepada Allah agar kemiripan mereka tampak pada anak itu. Karena itu, setiap anak membawa warisan genetik yang kompleks dari ayah dan ibu hingga jauh ke atas leluhurnya. (Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 104)

Akhlak
Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa(2)

Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa(2)

Sebaliknya, hasad adalah kondisi batin ketika seseorang tidak tahan melihat kesempurnaan orang lain, lalu berusaha menjatuhkannya agar menjadi setara dengannya atau bahkan lebih rendah. Hasad tidak berorientasi pada peningkatan diri, melainkan pada penghancuran orang lain.   

Akhlak
Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa (1)

Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa (1)

Dalam dinamika kehidupan sosial, manusia tidak pernah lepas dari perjumpaan dengan keberhasilan, prestasi, dan kesempurnaan orang lain. Reaksi batin terhadap fenomena ini dapat membawa arah yang sangat berbeda: ada yang menjadikannya sebagai energi untuk berkembang, ada pula yang menjadikannya sumber kebencian dan kehancuran diri. Dua bentuk respon ini dikenal dalam literatur Islam dengan istilah ghibthah dan hasad. 

Keluarga & Masyarakat
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (2)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (2)

Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.

Keluarga & Masyarakat
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (1)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (1)

Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.

Al Qur'an Al Karim
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (5)

Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (5)

Tahap terakhir dari perjalanan kesempurnaan jiwa menurut Al-Qur’an adalah sampai pada suatu kondisi di mana jiwa hanya merasa tenang dengan mengingat Allah. Selain Allah, apa pun itu tidak akan mampu meredakan dahaga cinta dan kasih sayangnya, dan tidak akan mengeluarkannya dari kegelisahan dan keresahan.   

Fathimah az Zahra as
Kedudukan Pengetahuan Putri Nabi Muhammad Saw

Kedudukan Pengetahuan Putri Nabi Muhammad Saw

- Seorang mukmin tidak mengganggu tetangganya. - Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam. - Allah mencintai orang yang sabar, berbuat baik, dan menjaga kehormatan. - Malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga.

Al Qur'an Al Karim
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (4)

Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (4)

Apabila manusia bersungguh-sungguh dalam mendidik dan menyucikan jiwanya, serta melalui perjuangan spiritual ia berhasil membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji, serta menempatkan akal sebagai penguasanya, maka meskipun jiwa belum mencapai kesempurnaan akhirnya dan belum layak untuk merasakan kehadiran Allah Sang Kekasih, namun jiwa sudah layak untuk menerima ilham.   

Al Qur'an Al Karim
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (3)

Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (3)

Jika manusia sejak awal tidak lalai terhadap permusuhan jiwa dan mengetahui pengkhianatan serta tipu dayanya, serta menyadari bahwa jiwa ibarat kuda liar yang bisa ditundukkan sedikit demi sedikit, maka ia akan berusaha menempuh jalan penyucian dan perbaikan jiwa. Ia melatih jiwa dengan ibadah, ketaatan, dan mujahadah (perjuangan spiritual), serta menanamkan kesadaran tentang keburukan dosa dan keindahan kebaikan.