Artikel
-
Al Qur'an Al Karim
Artikel: 565, Kategori: 4 -
Akidah
Artikel: 44, Kategori: 5 -
Rasulullah & Ahlulbait
Artikel: 345, Kategori: 15 -
Hadits & Ilmu Hadits
Artikel: 7, Kategori: 4 -
Fiqih & Ushul Fiqih
Artikel: 19, Kategori: 2 -
Sejarah & Biografi
Artikel: 98, Kategori: 3 -
Bahasa & Sastra
Artikel: 12, Kategori: 2 -
Keluarga & Masyarakat
Artikel: 1762, Kategori: 3 -
Akhlak & Doa
Artikel: 242, Kategori: 3 -
Filsafat & Irfan
Artikel: 292
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(4)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Muhammad Reisyahri
Maka orang tua sejati bukan hanya mereka yang membesarkan anak dalam tubuh, tetapi mereka yang menanamkan cahaya tauhid dalam jiwanya. Karena dari rahim-rahim suci itulah lahir Hasan dan Husain, dua wewangian surga yang menjadi teladan sepanjang zaman.
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Muhammad Reisyahri
Rasulullah saw pernah ditanya tentang anak yang lahir tidak menyerupai kedua orang tuanya. Beliau menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki sembilan puluh sembilan garis keturunan, dan ketika sperma menetap dalam rahim, gen dari kedua belah pihak bergerak, memohon kepada Allah agar kemiripan mereka tampak pada anak itu. Karena itu, setiap anak membawa warisan genetik yang kompleks dari ayah dan ibu hingga jauh ke atas leluhurnya. (Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 104)
Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Sebaliknya, hasad adalah kondisi batin ketika seseorang tidak tahan melihat kesempurnaan orang lain, lalu berusaha menjatuhkannya agar menjadi setara dengannya atau bahkan lebih rendah. Hasad tidak berorientasi pada peningkatan diri, melainkan pada penghancuran orang lain.
Ghibthah dan Hasad: Antara Pendorong Kesempurnaan dan Penyakit Jiwa (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Dalam dinamika kehidupan sosial, manusia tidak pernah lepas dari perjumpaan dengan keberhasilan, prestasi, dan kesempurnaan orang lain. Reaksi batin terhadap fenomena ini dapat membawa arah yang sangat berbeda: ada yang menjadikannya sebagai energi untuk berkembang, ada pula yang menjadikannya sumber kebencian dan kehancuran diri. Dua bentuk respon ini dikenal dalam literatur Islam dengan istilah ghibthah dan hasad.
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Muhammad Reisyahri
Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.
Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Muhammad Reisyahri
Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (5)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Tahap terakhir dari perjalanan kesempurnaan jiwa menurut Al-Qur’an adalah sampai pada suatu kondisi di mana jiwa hanya merasa tenang dengan mengingat Allah. Selain Allah, apa pun itu tidak akan mampu meredakan dahaga cinta dan kasih sayangnya, dan tidak akan mengeluarkannya dari kegelisahan dan keresahan.
Kedudukan Pengetahuan Putri Nabi Muhammad Saw
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Soleh lapadi
- Seorang mukmin tidak mengganggu tetangganya. - Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam. - Allah mencintai orang yang sabar, berbuat baik, dan menjaga kehormatan. - Malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (4)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Apabila manusia bersungguh-sungguh dalam mendidik dan menyucikan jiwanya, serta melalui perjuangan spiritual ia berhasil membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji, serta menempatkan akal sebagai penguasanya, maka meskipun jiwa belum mencapai kesempurnaan akhirnya dan belum layak untuk merasakan kehadiran Allah Sang Kekasih, namun jiwa sudah layak untuk menerima ilham.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Jika manusia sejak awal tidak lalai terhadap permusuhan jiwa dan mengetahui pengkhianatan serta tipu dayanya, serta menyadari bahwa jiwa ibarat kuda liar yang bisa ditundukkan sedikit demi sedikit, maka ia akan berusaha menempuh jalan penyucian dan perbaikan jiwa. Ia melatih jiwa dengan ibadah, ketaatan, dan mujahadah (perjuangan spiritual), serta menanamkan kesadaran tentang keburukan dosa dan keindahan kebaikan.