Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

ABU DZAR

0 Pendapat 00.0 / 5


SUARA KEADILAN

Suku Ghifar merupakan suku penyembah berhala. Mereka tinggal di dekat Madinah (Yatsrib), tempat yang dilewati oleh kafilah-kafilah pedagang yang berasal dari Makkah.
Anggota suku Ghifar menyembah berhala yang bernama Munat. Mereka mengira bahwa Munat-lah yang menentukan takdir. Maka, mereka mengunjunginya dan mengurbankan domba untuknya.
Suatu hari, Jundub, seorang pemuda suku Ghifar yang miskin mengunjungi Munat. Dia mempersembahkan susu asam (yoghurt) dan mulai mengamatinya. Tapi Munat tetap tak bergerak dan tak pula meminum susu itu. Ia terus menunggu.
Seekor rubah lewat. Rubah itu meminum susu asam itu, dan kemudian rubah itu mengangkat kakinya dan mengencingi telinga Munat. Tetap saja Munat diam. Anak muda itu tertawa. Dia mengejek Munat. Lalu ia mencela dirinya sendiri karena telah menyembah batu yang bodoh, yang tidak mengerti apa pun juga.
Ketika Jundub pulang ke rumah, ia teringat kata-kata Qais bin Saydah. Ia mengatakan kata-kata tersebut di Pasar Ukadh:
"Hai orang-orang, dengarkanlah dan pahamilah ! Dia yang hidup akan mati ! Dan dia yang mati akan binasa! Hal-hal yang akan terjadi di masa depan akan terjadi. Mengapa aku melihat orang pergi dan tak kembali ? Apakah ia puas tinggal di sana? Atau apakah mereka meninggalkan sesuatu di sana, sehingga mereka tertidur?"
Jundub menatap ke langit yang biru dan cerah dan ia juga memandangi gurun yang luas. Lalu ia teringat apa yang dilakukan rubah tadi terhadap Munat. Maka, ia pun percaya bahwa dunia memiliki Tuhan Yang Mahaagung, jauh lebih agung disbanding Munat, Hubal, latta, dan berhala yang lain.
Sejak saat itu, Jundub bin Junadah percaya pada pencipta langit dan bumi.

Sinar Matahari

Ahli kitab (Kristen dan Yahudi) memberikan kabar baik tentang akan munculnya seorang nabi baru yang waktunya akan segera tiba.
Orang-orang Arab mengabarkan hal itu. Mereka yang mengolok-olok berhala-berhala menunggu sejak lama kedatangan nabi itu.
Suatu hari, seseorang datang dari Makkah dan berkata pada Jundub," Adam seorang lelaki di Makkah berkata bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi."
Jundub bertanya," Dari suku manakah ia?"
Orang itu menjawab," Ia berasal dari suku Quraisy."
Jundub lalu bertanya lagi," Dari keluarga(bani) mana ia berasal?"
Orang itu menjawab," Dia berasal dari bani Hasyim."
Jundub bertanya," Apa yang dilakukan suku Quraisy terhadapnya?"
Orang Makkah itu menjawab," Mereka telah menuduhnya bahwa ia telah berbohong. Mereka berkata bahwa dia adalah tukang sihir dan orang gila."
Orang itu pun kemudian pergi. Dan Jundub pun berpikir dan berpikir lagi.

Anis, Saudara Jundub

Jundub berfikir untuk mengirim saudaranya, Anis, ke Makkah untuk mendapatkan kabar tentang nabi baru itu. Anis pun berangkat ke Makkah.
Anis menempuh ratusan mil perjalanan.
Dengan segera Anis pulang kembali untuk memberi tahu saudaranya," Aku telah melihat seorang laki-laki. Ia memerintahkan agar berperilaku baik dan menghindari perbuatan keji. Ia mengajak mereka agar menyembah Allah. Aku telah melihat ia berdoa di Ka'bah. Aku telah melihat seorang pemuda, yaitu sepupunya, Ali, berdoa di sampingnya. Dan aku telah melihat seorang wanita, istrinya,Khadijah, berdoa di belakang mereka."
Jundub bertanya," Lalu, apa lagi yang kau lihat?"
Anis menjawab," Itulah yang kulihat. Tapi aku tak berani mendekatinya karena aku takut pada pemimpin Quraisy."

Menuju Makkah

Jundub tak puas dengan apa yang telah ia dengar. Lalu ia pun pergi menuju Makkah untuk mencari tahu tentang nabi itu
Ketika anak muda dari suku Ghifari itu tiba di Makkah, matahari sudah mulai tenggelam. Dan ia pun duduk di sudut Ka'bah untuk beristirahatdan berpikir bagaimana caranya bertemu dengan nabi baru itu.
Hari telah malam. Ka'bah pun menjadi sepi.
Sementara itu, datanglah seorang anak muda mendekati halaman Ka'bah. Dia mulai mengitari Ka'bah.
Pemuda itu melihat orang yang asing. Dia mendatanginya dan bertanya dengan sopan," Anda bikan orang sini, bukan?"
Jundub lalu menjawab, "Ya."
Pemuda tadi kemudian berkata,"Mari kita ke rumahku."
Jundub mengikuti saja anak muda itu tanpa berkata apa-apa.
Pada pagi harinya, Jundub pun berterima kasih pada pemuda tadi atas keramahannya. Jundub melihat pemuda tadi pergi menuju sumur Zam-zam untuk bertemu Nabi saw.

Pertemuan

Sekali lagi, pemuda itu datang dan mengelilingi Ka'bah. Dia melihat Jundub. Pemuda itu bertanya pada Jundub," Bolehkah aku tahu dimana rumahmu?"
"Tidak!" kata Jundub.
Anak muda itu bertanya lagi pada Jundub, "Ikutlah denganku ke Rumah."
Jundub berdiri dan pergi ke rumah pemuda itu. Kali ini Jundub hanya diam saja. Sehingga kemudian pemuda itu bertanya," Tampaknya engkau sedang memikirkan sesuatu, apa keperluanmu?"
Dengan hati-hati, Jundub berkata," Akan aku beri tahu jika engkau berjanji akan merahasiakannya."
Jundub merasa lega ketika mendengar nama Allah. Lalu dengan pelan ia berkata,"Aku telah mendengar tentang kemunculan seorang nabi di kota Makka dan aku ingin melihatnya."
Sambil tersenyum, pemuda itu menjawab,"Allah telah menuntunmu. Akan aku tunjukkan rumah beliau. Ikuti aku, tapi jaga jarakmu. Jika aku lihat orang yang mencurigakan, aku akan berhenti seolah-olah aku sedang membetulkan sandalku. Maka engkau jangan berhenti dan teruskanlah jalanmu."
Pemuda itu pergi menuju rumah Nabi Muhammad saw. Sementara itu itu ,Jundub mengikutinuya.

Kepercayaan

Jundub sampai ke tempat Nabi saw. Dan bertemu dengan beliau. Jundub kini berada di hadapan manusia yang telah mewujudkan seluruh akhlak baik.
Nabi Muhammad saw. Bertanya pada tamunya," Dari mana engkau berasal?"
Jundub menjawab," Dari suku Ghifar."
Nabi Muhammad saw. Bertanya," Apa keperluanmu?"
Jundub berkata,"Bagaimana caranya aku menjadi penganut agamamu?"
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengan mengucapkan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan akulah rasul Allah."
Jundub bertanya,"Apa lagi?"
Nabi saw.menjawab," Hindarilah perbuatan keji. Ikutilah akhlak yang baik. Berhentilah menyembah berhala. Sembahlah Allah semata. Jangan menghamburkan uangmu. Jangan menganiaya orang lain."
Jundub sangat percaya pada Allah dan Rasulullah saw. Sehingga ia berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau (Muhammad ) adalah utusan-Nya. Aku telah puas dengan menjadikan Allah sebagai Tuhanku dan engkau sebagai rasulku."
Di saat itulah, pribadi muslim yang baru telah lahir. Seorang sahabat besar, Abu Dzar al Ghifari, yang memiliki nama asli Jundub bin Junadah.
Abu Dzar berdiri dan berkata dengan antusias,"Demi Allah, aku akan menyebarkan agama Islam."
Sebelum Abu Dzar meninggalkan rumah Nabi saw., dia bertanya pada Nabi saw.," Siapa pemuda yang menunjukkan rumahmu padaku?"
Dengan bangga, Nabi Muhammad saw. Menjawab," Dia adalah sepupuku, Ali."
Nabi Muhammad saw. Menasehatinya,"Abu Dzar, rahasiakanlah keislamanmu dan pulanglah ke kampong halamanmu."
Abu Dzar menyadari bahwa Rasulullah saw. Mengkhawatirkannya karena orang Quraisy mungkin akan membunuhnya.
Ia berkata," Demi Allah, aku akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraisy apa pun resikonya."
Pada pagi harinya, Abu Dzar pergi menuju Ka'bah, rumah suci Allah. Berhala-berhala itu diam di tempatnya. Abu Dzar berteriak lantang," Wahai Quraisy, akuy bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah."
Kaum kafir Quraisy terkejut. Salah seorang dari mereka berkata dengan lantang," Siapa yang telah mengganggu Tuhan kita?"
Dengan membabi buta, mereka memukuli Abu Dzar. Sehingga ia jatuh pingsan. Darah mengalir dari tubuhnya.
Al Abbas, sepupu nabi Muhammad saw., datang melerai dan menolongnya. Kemudian Al Abbas berkata," Terkutuklah kalian! Apakah kalian ingin membunuh orang dari suku Ghifar? Tidaklah kalian tahu bahwa kafilah dagang kalian melewati daerahnya?"
Abu Dzar siuman dan pergi ke sumur Zam-zam. Dia meminum air itu dan membasuh luka di tubuhnya.
Sekali lagi, Abu Dzar ingin menghadapi Quraisy dengan keyakinannya. Dia berjalan menuju Ka'bah. Dengan lantang ia berkta," Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah."
Orang-orang Quraisy pun menyerangnya bagai serigala. Mereka menghajarnya. Dia kemudian pingsan dan jatuh ke tanah. Al Abbas pun menyelamatkannya lagi.

Kepulangan Abu Dzar

Abu Dzar pergi menemui Nabi Muhammad saw. Dengan sedih, Nabi Muhammad saw. Menatapnya. Kemudian, dengan lembut Nabi Muhammad saw. Berbicara padanya,"Kembalilah pada kaummu, dan ajak mereka masuk Islam."
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali pada kaumku, dan takkan melupakan apa yang telah orang Quraisy lakukan padaku!"
Abu Dzar kembali ke sukunya dan mulai mengajak mereka menuju cahaya Islam. Maka, saudaranya,Anis, ibunya, dan setengah anggota sukunya pun memeluk agama Islam.

Hijrah

Hari demi hari,bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Nabi Muhammad saw. Hijrah dari Makkah ke Madinah. Berita hijrahnya itu diketahui Abu Dzar. Maka ia dan sukunya pergi ke luar kota untuk menyambut Nabi Muhammad saw. Di jalan.
Dari kejauhan, Nabi Muhammad saw. Muncul di atas punggung unta betinanya, Al Qaswaa. Lalu dengan segera Abu Dzar memegang tali kekang unta betina itu dan memberikan kabar gembira," Ya Rasulullah, saudaraku, ibuku, dan orang-orang sukuku telah percaya pada Islam."
Nabi Muhammad saw. Menjadi bahagia ketika melihat kerumunan orang. Salah satu dari mereka berkata," Ya Rasulullah, Abu Dzar telah mengajarkan kami apa yang telah engkau ajarkan padanya. Maka, kami telah percaya pada Islam dan kami telah bersaksi bahwa engkaulah utusan Allah."
Setengah dari anggota suku Ghifar juga memeluk Islam. Suku lain yang dekat dengan suku Ghifar yaitu suku Aslam pun datang, dan telah memeluk Islam serta bersaksi," Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allha dan Muhammad saw. Adalah utusan Allah.
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Semoga Allah mengasihi suku Ghifar, semoga Allah menyelamatkan suku Aslam."
Rasulullah saw. Melanjutkan perjalanannya menuju Madinah (Yatsrib). Abu Dzar kembali ke sukunya, beberapa dari mereka bertanya pada Abu Dzar," Apakah Rasulullah telah mengajarkanmu sesuatu?"
Abu Dzar berkata," Ya, beliau telah memerintahkanmu untuk melakukan tujuh hal. Beliau memerintahkanku untuk menyayangi orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau juga memerintahkanku untuk melihat orang yang berada di bawahku, bukan orang yang ada di atasku. Beliau memerintahkanku untuk tetap mempererat tali silaturahmi dengan kerabatku walaupun jika aku berpalingdari mereka. Beliau memerintahkanku jangan meminta sesuatu pun pada orang lain. Beliau memerintahkanku untuk berkata jujur walaupun pahit. Beliau memerintahkanku agar jangan takut pada siapa pun di jalan Allah. Dan beliau memerintahkanku agar banyak berzikir,' Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.' Karena hal-hal tersebut merupakan harta karun di bawah singgasana."
Abu Dzar terus membimbing dan mengajarkan sukunya. Dialah panuitan pemeluk Islam.

Beri Tahu Aku

Suatu hari, Abu Dzar datang ke masjid. Dia menemukan Nabi Muhammad saw. Sendirian. Dia kemudian duduk di samping beliau. Nabi Muhammad saw. Berkata," Abu Dzar, makmurkan mesjid ini. Salatlah dua rakaat."
Abu Dzar kemudian berdiri dan salat dua rakaat. Lalu ia kembali dan duduk di samping Nabi Muhammad saw. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang terbaik?"
Rasulullah menjawab," Percaya pada AllahSWT, dan berjuang di jalan Allah."
Abu Dzar:"Pengikut yang bagaimanakah yang paling sempurna?"
Rasulullah saw:" Yang paling sopan."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, pengikut yang bagaimanakah yang paling selamat?"
Rasulullah saw.:"Muslim yang dapat menjaga lidah dan tangannya."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, hijrah apakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Hijrah dari perbuatan dosa."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, sedekah apa yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Bersedekah pada yang miskin."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ayat manakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Ayat kursi."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?"
Rasulullah saw.:" Seratus dua puluh empat ribu. Abu Dzar, 4 nabi dari bangsa Assyiria. Mereka adalah Adam, Syis, Idris_orang yang pertama kali menulis dengan pena_ dan Nuh.Dan 4 nabi berasal dari bangsa Arab. Mereka adalah Hud, Shaleh, Syu'aib, dan nabimu (Muhammad saw.)."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ada berapa banyak kitab Allah SWT?"
Rasulullah saw.:" Seratus empat buah kitab; 40 suhuf (lembaran) diturunkan pada Sais,30 suhuf diturunkan pada Idris, 10 suhuf diturunkan pada Ibrahim, 10 suhuf diturunkan pada Musa sebelum Taurat. Diturunkan pula kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab Pembeda (Alquran)."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, apa sajakah suhuf Nabi Ibrahim as.?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi tentang peribahasa:"Raja yang berkuasa, berhasil dan congkak. Tidaklah aku mengutus engkau untuk menyatukan seisi dunia. Aku telah mengutus engkau untuk memenuhi permintaan kaum yang tertindas. Aku tak menolaknya walaupun apabila hal itu merupakan permintaan dari orang yang bukan pengikut."
Abu dzar:" Ya Rasulullah, bagaimana dengan suhuf Musa?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi pelajaran:'Aku heran pada orang yang percaya pada kematian kemudian ia mengingkarinya. Aku heran pada orang yang percaya pada api kemudian ia tertawa. Aku heran pada orang yang percaya pada takdir kemudian ia merasa susah. Aku heran pada orang yang melihat dunia dan perubahannya kemudian ia mempercayainya. Dan aku heran pada orang yang percaya pada hari kebangkitan kemudian ia tidak melakukan apa pun.'"
Abu Dzar menangis terharu dan berkata," Ya Rasulullah, beri tahu aku!"
Rasulullah saw.:"Aku beri tahu engkau untuk takut pada Allah, karena itulah inti dari agama."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Bacalah Alquran. Alquran adalah cahaya untukmu di dunia dan sebagai peringatan untukmu di langit."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Sayangilah orang miskin dan bergaullah dengan mereka."

Dalam perjalanan Menuju Tabuk

Sekian tahun telah berlalu.
Kaum Muslim telah menjadi satu bangsa. Mereka telah memiliki pemerintahan. Mereka mendapatkan kemenangan atas kaum kafir dan kaum Yahudi. Suku-suku Arab berduyun-duyun memasuki agama Allah secara bekelompok.
Nabi Muhammad saw. Adalah utusan Allah bagi semua umat manusia. Sehingga beliau pun berharap Islamdapat tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Nabi Muhammad saw. Mengumumkan jihad dan memerintahkan kaum Muslim untuk bersiap-siap ke Tabuk, di sebelah selatan semenanjung Arab.
Kaum Muslim terkejut mendengar pengumuman Nabi saw. Dan tantangan beliau pada kekuatan terbesar di dunia pada saat itu (Romawi).
Kaum munafik berkata," Hercules (Raja Romawi) akan mengalahkan mereka dengan kekuatan yang besar."
Orang-orang munafik selalu mengadakan pertemuan di rumah Suailim, seorang Yahudi. Mereka selalu mengecilkan hati kaum Muslim untuk berangkat ke Tabuk.
Nabi Muhammad saw. Ingin meninggalkan Madinah. Beliau mengetahui bahwa orang-orang munafikdan rusak hatinya akan tetap tinggal di sana. Maka beliau pun memutuskanuntuk menunjuk sepupunya, Imam Ali bin Abi Thalib, pahlawan Islam, sebagai pemimpin pengganti di Madinah untuk menggagalkan usaha jahat kaum munafik.
Orang-orang munafik tidak senang atas pengangkatan Imam Ali. Maka mereka menyebar hasutan di antara orang-orang," Nabi saw. Telah menunjuk Ali sebagai pemimpin pengganti (dan tak mengajaknya ke Tabuk) karena beliau saw. Membencinya."
Untuk menunjukkan kebenarannya pada orang-orang, Imam Ali menyusul Nabi saw. Imam menemukan Nabi saw. Di sebuah wilayah yang bernama Al Juruf di luar Madinah. Ali memberi tahu NAbi Saw. Kata-kata orang-orang munafik, "Ya Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau telah menunjukku ( sebagai pemimpin pengganti) karena engkau membenciku."
Nabi Muhammad saw. Tersenyum dan berkata," Orang-orang munafik telah berbohong padamu. Aku menunjukmu sebagai pengganti untuk melindungi Madinah dari rencana jahat mereka. Ali, tidakkah kau menerima persaudaraanku sebagai persaudaraan Harun Dan Musa, namun tidak akan ada Nabi setelahku?"
Imam Ali menjawab,"Ya, aku menerimamu (sebagai saudara), Ya Rasulullah."
Imam Ali gembira dengan perkataan Nabi saw. Sehingga ia pun lalu kembali ke Madinah.

Semoga Itu Abu Dzar

Nabi Muhammad saw. Memimpin pasukan Muslim menyeberangi gurun. Beberapa orang Muslim yang lemah imannya tertinggal di belakang dan kembali ke Madinah.
Beberapa orang, dalam beberapa kesempatan, berbicara pada Nabi Muhammad saw.," Seseorang tertinggal dibelakang."
Namun Rasulullah selalu berujar,"Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan mengirimkan ia pada kita."
Di tengah perjalanan, seorang Muslim berkata," Ya Rasulullah, Abu DZar tertinggal di belakang."
Kemudian Rasul saw. Berkata," Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan membimbingnya pada kita."
Pasukan Muslim bergerak menembus gurun.
Abu Dzar menunggangi unta yang lemah. Unta itu tak bisa berjalan lagi. Sehingga Abu Dzar pun tertinggal di belakang pasukan Muslim
Dengan sedih, Abu Dzar terduduk. Dia memikirkan bagaimana cara menyusul Nabi Muhammad saw. Maka ia bertanya pada dirinya," Haruskah aku kembali ke Madinah atau haruskah aku meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki?"
Namun Abu Dzar memilih untuk tidak kembali ke Madinah. Ia orang yang sangat beriman. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Maka ia memutuskan untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Dengan berjalan kaki.
Abu Dzar melewati gurun pasir yang panas. Ia telah menghabiskan makanan dan minumannya. Namun, ia masih terus berjalan. Keteguhahn imannya pada Allah dan kecintaannya pada Nabi Muhammad saw. Mendorongnya untuk berbuat demikian.
Abu Dzar merasa haus. Ia melihat air di dalam lubang di sebuah bongkahan batu. Ia kemudian mencicipinya. Ia merasa air itu sangat segar. Maka ia berniat untuk meminumnya. Namun kemudian ia mencegah dirinya untuk meminum air itu. Ia berkata," Aku tak akan minum sebelum Rasulullah minum."
Abu Dzar mengisi kantung airnya dan pergi melewati gurun dengan berjalan kaki.
Abu Dzar berjalan siang dan malam untuk menyusul pasukan Islam.
Pasukan Islam berkemah di tempat yang strategis untuk bermalam. Untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Tabuk.
Ketika matahari terbit keesokan harinya, seorang pria melihat datangnya seseorang dari kejauhan. Mereka berkata pada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, ada seorang laki-laki berjalan sendirian."
Rasulullah saw. Kemudian berkata," Semoga itu Abu Dzar!"
Pasukan Muslim melihat dengan cermat. Ketika pria itu datang menghampiri mereka, mereka berteriak," Demi Allah, dia adalah Abu Dzar!"
Nabi Muhammad saw. Melihat tanda kelelahan dan kehausan di wajah Abu Dzar. Maka beliau saw. Berkata," Selamatkan ia dengan air, karena ia sangat kehausan."
Namun Abu Dzar lebih mendahulukan Nabi Muhammad saw. Ia memegang tempat airnya dan diberikannya pada Rasulullah saw.
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Abu Dzar, mengapa engkau kehausan sedangkan engkau mempunyai air?"
Abu Dzar berkata," Ya Rasulullah, aku melihat air mengalir di bongkahan batu. Aku mencicipinya. Air itu dingin dan segar. Namun aku tidak akan meminumnya sebelum engkau meminumnya."
Kemudian, dengan bijak Rasulullah saw. Berkata," Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu! Engkau akan tinggal sendiri, meninggal sendiri, dan memasuki surga sendiri. Beberapa orang Irak akan bahagia karenamu, mereka akan memandikan tubuhmu, mengafanimu, medoakanmu, dan menguburkanmu."

Hadis-hadis Nabi

Nabi Muhammad saw. Meninggal dunia. Umat Muslim pun sedih. Namun Abu Dzar lebih sedih dari mereka. Dia sangat setia terhadap Rasulullah saw. Maka, ia pun mengingat hadis-hadis beliau saw. Dan menjadikannya penerang jalannya.
Abu Dzar sangat percaya terhadap kekhalifahan sebagaimana ia percaya pada kenabian. Dia menghormatinya sebagai hak-hak ketuhanan. Allah SWT, Yang Mahamulia, memilih yang paling baik diantara hambanya yang terbaik. Di saat itu, ia teringat pada perkataan Nabi Muhammad saw. Yang berbicara pada Imam Ali," Ali, tidakkah engkau menerimaku sebagai saudara sebagaimana persaudaraan Harun dan Musa, namun tidak akan ada nabi setelahku?"
Di Ghadir Khum, Abu Dzar mendengar Nabi Muhammad saw. Berbicara keseluruh umat Muslim," Dia yang menganggapku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Allah akan mendukung orang yang mendukung ali...."
Dan ia mendengar Nabi Muhammad saw. Berkata," Ali bersama keadilan, dan keadilan bersama Ali."
Sangat disayangkan, sebagian umat Muslim telah melupakan beberapa hadis Nabi saw. Setelah beliau meninggal. Ketika sepupu beliau saw., Imam Ali bin Abi Thalib, tengah mengurus jenazah Rasulullah saw., kaum Muslim malah mengadaka pertemuan rahasia dan memilih Abu Bakar sebagai Khalifah.
Banyak sahabat yang menentang hal itu. Di antaranya adalah Salman al Farisi, Abadah bin al Saamit, Abu al Haitam al Taihan, Hudhaifa, dan Ammar bin Yasir. Fathimah az Zahra, putrid Nabi saw., juga tidak puas dengan keputusan tersebut. Dia sangat marah.
Beberapa bulan setelah wafatnya Rasulullah saw., Imam Ali terpaksa menyetujui kekhalifahan Abu Bakar demi menyatukan umat Islam. Maka Abu Dzar ikut setuju.
Abu Dzar selalu berpikir tentang kepentingan umat Islam. Sehingga ia pergi berjihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam.
Sementara itu, Romawi sedang melancarkan serangan militer terhadap garis perbatasan Negara Islam. Maka Abu Dzar pun pergi berjuang bersama sahabat yang lain berperang untuk berjuang di jalan Allah.
Khalifah pertama adalah Abu Bakar. Kemudian Umar bin Khaththab menggantikannya. Abu Dzar berada di Syam (Suriah). Dia beserta saudara seislam berjuang di sana.
Umar bin Khaththab meninggal. Khalifah Utsman menggantikannya.
Namun Utsman tidak mengikuti perilaku Rasulullah saw. Dia mengikutsertakan kerabatnyadan menunjuk mereka sebagai pejabat pemerintahan. Dia mulai mempertebal kantongnya dengan uang milik umat Islam. Dia menarik kembali Marwan bin Hakam, yang dipecat oleh Nabi saw., dan menjadikannya penguasa.
Masyarakat mengeluh atas kebijakan Utsman. Sebuah delegasi dari Kufah pergi menghadap Utsman. Mereka memberi tahu bahwa pemimpin daerah mereka selalu minum alcohol dan selalu pergi ke masjid dalam keadaan mabuk dan selalu muntah dalam salat.
Namun Utsman tidak melakukan apa-apa. Bahkan, Marwan mengganggu delegasi itu dan membubarkan mereka. Beberapa sahabat bersama mereka.
Suatu hari, Abu Dzar menasihati Utsman. Malah Utsman mencaci Abu Dzar dan berkata di hadapan orang-orang yang hadir," Nasihati aku ! Apa yang harus aku lakukan terhadap orang tua pembohong ini ? Apakah aku harus memukulnya, memenjarakannya, membunuhnya, atau mengasingkannya dari Negara Islam?"
Abu Dzar dan kaum Muslim pun sedih. Mereka pun teringat dengan hadis Nabi Muhammad saw.," Tak ada seorang pun di langit atau di bumi yang lebih dapat dipercaya di bandingkan Abu Dzar."
Namun Utsman menuduhnya berbohong dan berkata," Dasar orang tua pembohong!"
Dengan sedih, Abu Dzar pun keluar dari pertemuan itu. Dia teringat pada kejadian lebih dari dua puluh tahun lalu. Dia teringat ketika suatu hari Rasulullah saw. Menemukannya tertidur di masjid. Rasulullah membangunkannya dan berkata," Janganlah engkau tidur di masjid lagi. Apa yang akan engkau lakukan jika mereka mengusirmudari masjid suatu saat nanti?"
Abu Dzar berkata," Aku akan pergi ke Syam, tanah jihad."
Lalu Nabi Muhammad saw. Berkata," Jika mereka mengusirmu dari sana?"
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali ke Masjid."
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Jika mereka mengusirmu dari masjid?"
Abu Dzar menjawab," Aku akan mengambil pedangku dan memukul mereka dengannya."
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Bolehkah aku mengarahkanmu kepada kebajikan?"
Abu Dzar:" Ya, Rasulullah."
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengar dan Ikutilah."

Menuju Syam

Utsman memutuskan untuk mengasingkan Abu Dzar ke Syam. Abu Dzar tiba di Syam. Muawiyah, Gubernur Syam saat itu, memerintahkan pasukannya untuk mengasingkannya ke suatu daerah di bagian selatan Libanon, sekarang bernama Jabal Amil.
Abu Dzar mulai mengajarkan hadis dan perilaku Nabi kepada masyarakat. Dia mengutuk pemerintahan yang korup, kejam, dan bermewah-mewah.
Dia selalu membacakan ayat suci Alquran," Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannyapada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, ( bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,"
Muawiyah berkeinginan untuk membujuk Abu Dzar dengan uang agar ia diam. Maka ia memerintahkan pasukannya untuk membawa Abu Dzar ke Damaskus (ibu kota Syam). Muawiyah mengirimkan banyak hadiah untuk Abu Dzar. Namun sahabat besar itu memberikan hadiahnya itu kepada orang-orang miskin. Abu Dzar selalu melewati istana Muawiyah dan berkata," Allah mengutuk mereka yang menikmati kebajikan, namun tidak melakukannya. Allah mengutuk mereka yang mencegah orang dari melakukan perbuatan keji, namun mereka tetap melakukannya."
Lalu Muawiyah memerintahkan para pengawalnya untuk menahan Abu Dzar. Mereka membawanya dalam keadaan terikat rantai ke hadapan Muawiyah. Muawiyah berkata padanya dewngan benci," Musuh Allah, dan musuh Rasulullah! Tiap hari kau melewati istana dan berteriak. Aku akan meminta izin Khalifah untuk membunuhmu."
Lalu Muawiyah berpaling ke pengawalnya dan berkata," Penjarakan dia!"

Menuju Madinah

Muawiyah mengirimkan surat kepada Khalifah Utsman. Dalam suratnya, dia mengatakan tentang perbuatan Abu Dzar.
Khalifah memerintahkan Muawiyah untuk mengirim kembali Abu Dzar ke Madinah.
Umat Muslim mendengar berita itu. Maka mereka berduyun-duyun untuk melihat sahabat Rasulullah saw. Itu.
Abu Dzar mengendarai unta betinanya. Beberapa orang yang kasar menuntun unta itu. Mereka tidak menghormati kondisi Abu Dzar yang sudah lemah dan uzur. Dan mereka pun membuatnya lelah selama dalam perjalanan.
Abu Dzar tiba di Madinah dalam keadaan memprihatinkan. Dia menemui Khalifah. Ia hampir saja terjatuh ke tanah karena lemah dan lelah.
Abu Dzar berkata," Terkutuklah engkau! Kalian menyiksaku seperti orang-orang yang kejam lakukan!"
Dengan amat benci, Utsman berkata," Keluar kau dari tanah airmu!"
Dengan sedih Abu Dzar berkata,
Abu Dzar:"Ke mana?"
Khalifah:"Ke manapun kamu mau."
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Syam, tanah jihad?"
Khalifah:" Tidak,aku tak akan mengembalikanmu ke Syam."
Abu Dzar berkata," Bolehkah aku pergi ke Irak?"
Khalifah:"Tidak!"
Dengan sedih, Abu Dzar berkata," Lalu, kemana aku harus pergi?"
Khalifah:" Ke gurun!"
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Gurun Najid?"
Khalifah:" Tidak! Ke timur jauh, ke Al Rabadzah!"
Abu Dzar berseru," Mahabesar Allah! Benar apa yang dikatakan Rasulullah."
Utsman bertanya,"Ap yang telah beliau katakana padamu?"
Sahabat tua itu menjawab," Beliau berkata bahwa aku akan dicegah untuk hidup di Makkah dan di Madinah dan bahwa aku akan meninggal di Rabadzah dan bahwa beberapa orang irak , dalam perjalanannya menuju Hijaz, akan menguburkanku."

Al Rabadzah

Al Rabadzah merupakan suatu daerah yang berada di sebelah timur Madinah.
Abu Dzar tidak menyukai Rabadzah karena ia pernah menyembah berhala di sana pada masa sebelum Islam.
Abu Dzar menyukai Madinah karena makam Nabi saw. Dan masjid Nabi ada di sana. Dia menyukai Makkah karena Ka'bahada di sana. Dia menyukai Syam karena Syam meruppakan tanah jihad.
Abu DZar tidak menyukai Rabadzah karena tempat itu akan mengingatkannya atas perbuatannya menyembah berhala. Namun, Khalifah mengusirnya. Dalam pada itu, Khalifah Utsman memerintahkan Marwan untuk membawanya dan mencegah umat Muslim agar tidak mengantarnya.
Umat muslim takut pada kekuasaan Khalifah. Sehingga, hanya sedikit sahabat yang menyaksikan kepergiaannya. Mereka adalah Imam Ali binAbi Thalib; saudaranya, Aqil; anaknya,Al Hasan dan Al Husain (Cucu-cucu Nabi saw. ); serta sahabat besar , Ammar bin Yasir.
Imam Ali maju untuk mengantarnya. Kemudian, beliau berkata," Abu Dzar, engkau menjadi marah karena Allah. Masyarakat mengkhawatirkan agama mereka, dan engkau mengkhawatirkan agamamu. Maka, biarkan apa yang mereka khawatirkan itu di tangan mereka, dan lepaskanlah dari mereka apa yang engkau khawatirkan. Mereka membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Dan engkau tidak membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Besok engkau akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang. Abu Dzar, tidak ada yang menarik perhatianmu kecuali kebenaran, dan tidak ada yang mengganggumu kecuali kebohongan."
Aqil berada di depan dan berkata," Engkau tahu kami mencintaimu, dan engkau pun mencintai kami. Maka, takutlah pada Allah, karena takut pada Allah adalah penyelamatmu. Dan sabarlah karena kesabaran adalah kemurahan hati."
Cucu Nabi saw., Al Hasan, maju dan berbicara," Paman, bersabarlah sampai engkau bertemu dengan Rasulullah saw. Beliau akan senang padamu."
Al Husain maju dan berkata," Paman, mohonlah pada Allah agar menganugerahimu kesabaran dan kemenangan."
Sambil menitikkan air mata, Amar bin Yasir maju dan berkata," Semoga Allah tidak memperhatikan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang menakutimu. Demi Allah! Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka membuatmu aman. Dan jika engkau senang dengan perbuatan mereka, mereka akan mencintaimu."
Dengan berlinang air mata,Abu DZar berkata," Semoga Allah mengasihi kalian semua."
Abu Dzar, istri, dan anak perempuannya pergi menuju Rabadzah. Dia mengulangi kata-kata Nabi Saw.,"Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu. Engkau akan hidup sendirian, meninggal sendirian, bangkit dari kematian sendirian, dan masuk ke surga sendirian."[]