Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ibadah Imam Assajjad

1 Pendapat 05.0 / 5

Imam Baqir berkata, “Aku melihat Ali bin Husain yang dalam keadaan shalat. Aba’ah-nya ‘jubahnya’ jatuh dari pundaknya tetapi dia tidak membetulkannya hingga shalatnya usai. Aku menanyakan hal itu kepadanya. Dia berkata, “Apakah engkau tahu di depan siapakah aku tadi berdiri? Sesungguhnya shalat seseorang tidak akan diterima, kecuali sebatas perhatian atau konsentrasi hatinya kepada Allah Swt.”
Tatkala Imam Zainal Abidin berdiri untuk shalat, warna wajahnya berubah, tubuhnya gemetar, dan keadaannya berubah. Anakalanya ketika ditanya tentang penyebab perubahan keadaan itu, dia mengatakan, “Aku akan berdiri di hadapan seorang Raja yang Mahaagung.”
Ketika sibuk dengan shalat, ia berpaling dari semuanya dan tidak mendengar suara apa pun.
Abdullah, putra Imam Sajjad, mengatakan, “Ayahku begitu tenggelam dalam shalat hingga penat dan kemudian tidur di atas tanah layaknya seorang anak kecil yang lelah kemudian tertidur.”
Ali bin Husain jika tertinggal dalam shalat sunah di siang hari akan menggantikannya dan mengatakan kepada anak-anaknya, “Meskipun shalat nawafil ‘sunah’ itu tidak wajib tetapi aku menyukai segala perbuatan baik yang kalian lakukan. Maka, hendaknya kalian lanjutkan. Ayahku tidak meninggalkan shalat malam di dalam perjalanan dan juga ketika hadir.”
Ayah Abu Tsumali mengatakan, “Aku melihat Ali bin Husain di sisi Ka’bah sedang sibuk menunaikan shalat. Begitu lama beliau memanjangkan rukuknya hingga penat dan anakalanya kakinya hampir jatuh karena tak kuat menahan letih. Aku mendengar beliau berdoa, ‘Ya Tuhanku! Apakah Engkau akan menyiksaku padahal hatiku bergelimang dengan kecintaan terhadap-Mu? Sungguh demi kemuliaan-Mu, bila Engkau menyiksaku, latajma’anna baini wa baina qaumin thala ma adaitahum fika.
Zuhri berkata, “Ali bin Husain berkata, ‘Bila sekiranya masyarakat Timur dan Barat mati tetapi al-Quran tetap menyertaiku, aku tidak akan pernah takut.’ Manakala sampai pada ayat “maliki yaumiddin”, Imam mengulanginya hingga hampir saja meninggalkan dunia ini.
Imam Muhammad Baqir berkata, “Fatimah, putri Ali bin Abi Thalib, melihat Ali bin Husain yang kepenatan karena banyak beribadah. Lantas ia menjumpai Jabir bin Abdullah Anshari seraya berkata, “Wahai sahabat Rasulullah saw! Kami memiliki hak terhadapmu. Sekiranya salah seorang dari kami hampir saja membunuh dirinya sendiri karena banyak beribadah, engkau harus menasihatinya agar ia menjaga kesehatannya. Kini, Ali bin Husain, yang merupakan peninggalan ayah kami, kening, lutut, dan tangannya telah menebal. Datanglah dan bicaralah kepadanya! Mungkin ia dapat mengurangi kepenatan dan keletihan terhadap dirinya sendiri karena ibadah.”
Jabir mendatangi Ali Zainal Abidin. Dia menyaksikan Imam Ali Zainal Abidin sedang tenggelam dalam ibadah. Ali bin Husain bangkit sebagai penghormatan terhadap Jabir dan mendudukkannya di sisinya.
Jabir berkata, “Wahai putra Rasulullah saw! Tidakkah kalian (Ahlulbait) mengetahui bahwa Allah Swt menciptakan surga untuk kalian dan pecinta kalian sementara menciptakan neraka untuk musuh- musuh kalian? Lalu, mengapa engkau membuat dirimu sepenat ini dalam beribadah?”
Ali bin Husain menjawab, “Wahai sahabat Rasulullah! Tidakkah engkau mengetahui bahwa kakekku, Rasulullah saw, telah Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Namun demikian, Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah sehingga telapak kaki dan betisnya membengkak dan sebagai jawaban terhadap orang-orang yang menasihatinya beliau mengatakan, ‘Tidakkah aku pantas menjadi hamba yang bersyukur.’”
Tatkala melihat nasihatnya tidak mempengaruhi Ali Zainal Abidin, Jabir mengatakan, “Wahai putra Rasulullah! Jagalah kesehatan jasmanimu karena engkau berasal dari keluarga yang karena keberadaannya malapetaka dihindarkan dari bumi dan hujan diturunkan.”
Imam Sajjad berkata, “Wahai Jabir! Selagi masih hidup. Aku tidak akan meninggalkan sunah dan cara ayah-ayahku hingga aku bertemu dengan mereka.”
Ali bin Husain pergi ke haji dengan berjalan kaki dan menempuh perjalanan antara Madinah ke Mekkah selama dua puluh hari.