Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

AMMAR BIN YASIR

1 Pendapat 05.0 / 5


Rakyat Makkah hidup dalam kebodohan dan kegelapan. Yang kuat menyiksa yang lemah dan melanggar hak-hak mereka. Tak seorang pun mendukung mereka yang lemah.
Pemimpin-pemimpin Quraisy adalah pedagang. Setiap tahun, mereka mengadakan dua kali perjalanan dagang.
Di musim panas, kafilah mereka pergi ke Syam. Dan di musim dingin, mereka pergi ke Yaman.
Rakyat di Makkah terdiri dari dua kelas, yaitu kelas orang-orang kaya dan kelas orang-orang miskin. Kaum kaya selalu menyiksa kaum miskin. Beberapa orang miskin pun menjadi budak. Mereka tak memiliki apa pun, bahkan tidak juga kemerdekaan mereka.
Nabi Muhammad saw. hidup pada masa itu. Beliau sering pergi ke Bukit Hira. Di sana beliau memikirkan kaumnya. Beliau merasa sedih karena mereka menyembah berhala.
Nabi Muhammad saw. telah berumur empat puluh tahun. Suatu hari, Malaikat Jibril turun dari langit. Ia membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw.tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. turun dari gunung. Beliau membawa misi Islam. Beliau bermaksud untuk menyebarluaskannya di antara umat manusia agar dapat hidup dengan damai.
Orang-orang miskindan teraniaya mendengarkan misi Islam tersebut. Mereka mempercayainya. Sehingga, hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kpada Islam.
Para pedagang dan orang-orang kaya Quraisy mendengarkan tentang Islam. Namun, dengan kedengkian, mereka menentang Nabi Muhammad saw. Pada saat yang sama, mereka bersekongkol untuk melawan Islam dan kaum Muslim.
Abu Jahal adalah seorang musyrik yang paling mendengki. Ia sering menganiaya Nabi Muhammad saw.

Rumah al Arqam

Nabi Muhammad saw. bertemu dengan kaum Muslim secara sembunyi-sembunyi di rumah Al Arqam. Beliau ingin merahasiakan agama beliau agar Abu Jahal, Abu Sufyan, dan orang-orang musyrik lainnya tidak menyakitikaum Muslim.
Suatu hari, Ammar bin Yasir datang dan melihat seorang lelaki berdiri di depan pintu. Laki-laki itu bernama suhaib. Ammar bertanya padanya," Wahai Suhaib, apa yang engkau lakukan di sini?" Suhaib menjawab,"Aku datang untuk mendengarkan kata-kata Muhammad. Dan apaa yang engkau lakukan di sini?" Ammar menjawab," Aku ke sini untuk mendengarkan kata-kata Muhammad juga."
Kemudian Ammar dan Suhaib masuk ke rumah Al Arqam. Mereka dengan khusyuk mulai mendengarkan firman-firman Allah. Hati Ammar penuh dengan iman seperti sungai-sungai yang dipenuhi air hujan.
Ketika Ammar dan Suhaib hendak meninggalkan rumah Al Arqam, Nabi Muhammad saw. berkata pda mereka,"Tinggallah di sini dulu hingga malam."
Rasulullah saw. khawatir kaum Quraisy akan menyakiti mereka. Ammar menunggu hingga hari telah gelap. Kemudian ia meninggalkan rumah Al Arqam dan bergegas menuju ke rumahnya. Ibu dan ayahnya sedang menunggunya dengan khawatir.
Ketika Ammar masuk, seluruh isi rumahnya yang sederhana itu dipenuhi kebahagiaan. Ia mulai menyampaikan pada orang tuanya tentang Islam, agama Allah.

Keluarga Yasir

Ammar berasal dari suatu suku di Yaman, tetapi bagaimana ia datang ke Makkah?
Yasir (ayah Ammar) dan kedua saudara laki-lakinya, Al Harits dan Malik, mencari ke sana ke mari saudara laki-laki mereka lainnya yang hilang.
Namun mereka tidak menemukannya. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mencarinya ke Makkah. Namun, mereka tidak dapat menemukannya juga.
Al Harits dan Malik kembali ke Yaman, tetapi Yasir memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah, hidup di dekat rumah suci Allah (Ka'bah).
Yasir bergabung dengan suku bani Makhzum. Kemudian ia menjadi salah seorang anggotanya. Ia menikah dengan seorang budak wanita, yang bernama Sumayya.
Hari-hari berlalu, Sumayya pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan sang suami memberinya nama Ammar.

Ammar

Ammar lahir empat tahun sebelum Tahun Gaja. Sedangkan Nabi Muhammad saw.lahir pada Tahun Gaja.
Ketika Ammar masih sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan Nabi Muhammad saw., sehingga ia pun menjadi sahabat beliau saw.
Ammar mencintai Nabi Muhammad saw. karena perilaku beliau yang baik.
Ammar berusia 29 tahun. Sementara Nabi Muhammad saw. berusia 25 tahun.
Suatu hari, Ammar sedang berjalan dengan Nabi Muhammad saw. di antara Bukit Shafa dan Marwah. Tiba-tiba, Halah, saudara perempuan Khadijah bin Khuwailid, datang.
Halah mendekati Ammar dan berkata padanya," Mintalah Muhammad untuk menikahi saudaraku,Khadijah."
Nabi Muhammad saw. menerima Khadijah. Kemudian pernikahan yang diberkahi itu terjadi.
Ketika Allah SWT menunjuk Nabi Muhammad saw. menjadi nabi; Ammar, Yasir (ayahnya), Sumayya (ibunya), mengimani beliau saw.

Pembalasan Dendam

Abu Jahal mendengar Ammar menjadi seorang Muslim. Sehingga ia menjadi amat marah.
Abu Jahal lalu memimpin sekelompok orang musyrik dan pergi ke rumah Yasir. Obor-obor telah siap di tangan mereka. Mereka kemudian membakar rumah Ammar, serta membawa Yasir, Ammar, dan Sumayya ke sebuah gurun di luar Makkah.
Mereka mengikat dan menyiksa mereka. Terlebih dahulu mereka dicambuk hingga darah pun mengucurdari tubuh mereka. Kemudian mereka mengambil obordan mulai membakar tubuh mereka. Namun, keluarga kecil ini tetap teguhpada keyakinan mereka.
Abu Jahal lalu mengambil batu-batu besar dan meletakkannya ke dada mereka. Sehingga mereka sulit untuk bernapas. Namun, mereka tetap teguh dengan keimanan mereka.
Hari telah siang. Panas begitu menyengat. Abu Jahal dan kaum musyrik itu pun kembali ke Makkah. Mereka meninggalkan keluarga Yasir di tengah teriknya matahari.
Pada saat itu, Nabi Muhammad saw. melewat keluarga tersebut. Ketika beliau melihat mereka, beloiau menangis dan berkata," Wahai keluarga Yasir, bersabarlah! Ganjaran bagi kalian adalah surga!" Sumayya berkata dengan penuh keyakinan," Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan janjimu adalah benar!"
Penjahat-penjahat itu kembali. Abu JAhal memimpin mereka. Ada sebuah tombak di tangannya. Ia mulai menyiksa mereka dengan kejam.
Ammar,Yasir, dan Sumayya pun tak sadarkan diri. Sehingga, para penjahat itu menyiram mereka dengan air.Ketika mereka sadar kembali, Abu Jahal berteriak dengan keras kepada Sumayya," Pujilah Tuhan-tuhan kami, dan cacilah Muhammad!"
Sumayya pun meludahi wajah Abu Jahal dan berkata," Betapa buruknya engkau dan tuhan-tuhanmu!"
Abu Jahal marah. Ia lalu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi dan dihunjamkan ke perut Sumayya. Dan kemudian ia menikam tubuh Sumayya hingga meninggal.
Dengan demikian, Sumayya telah menjadi syahid pertama dalam sejarah Islam.
Kemudian Abu Jahal mulai menendangi perut Yasir dengan biadab hingga meninggal. Ammar melihat apa yang telah terjadi pada kedua orang tuanya. Sehingga ia pun menangis. Kemudian Abu Jahal berteriak dengan marah," Jika engkau tidak memuji Tuhan-tuhan kami, aku akan membunuhmu!"
Ammar tak tahan lagi dengan siksaan biadab itu. Sehingga, dengan terpaksa ia berkata," Hubal yang agung!"
Ammar terpaksa memuji berhala mereka untuk menyelamatkan dirinya dari siksaan keji itu. Sehingga, mereka pun melepaskannya dan meninggalkannya.

Keimanan dalam Hati

Ammar lalu pergi dan menangis di hadapan Nabi Muhammad saw. Ia bukan menangis karena kesahidan kedua orang tuanya atau pun karena siksaan yang telah ia derita, ia menangis karena ia telah memuji berhala-berhala orang-orang musyrik itu.
Rasullah saw. menghibur Ammar dengan mengatakan bahwa kedua orang tuanya telah menjadi syuhada. Ammar pun menangis. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, kaum musyrik itu tidak akan melepaskan aku hingga mereka berhasil memaksaku untuk memuji berhala-berhala mereka!"
Nabi Muhammad saw. berkata dengan lembut," Wahai Ammar, bagaimana dengan hatimu?"
Ammar menjawab," Ya Rasulullah, hatiku penuh dengan keimanan.
Nabi Muhammad saw. berkata," Jangan bersedih! Allah telah meurunkan ayat yang berkenaan denganmu, "Tidak ia yang telah terpaksa sementara hatinya tetap dalam keimanan.'"

Hijrah

Kondisi kaum Muslim di Makkah menjadi kritis. Sehingga, Nabi Muhammad saw. memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Dan Ammar adalah salah seorang yang ikut berhijrah karena Allah.
Ketika NAbi saw. sampai ke tempat hijrah, kebahagiaan meliputi seluruh Madinah. Dan kaum Muhajirin hidup dengan damai bersama saudara-saudara mereka (kaum Anshar) di sana.
Terlebih dahulu Rasulullah saw. berpikir untuk membangun masjid agar kaum Muslimdapat beribadah kepada Allah. Hal itu sekaligus akan menjadi symbol kekuatan kaum Muslim dan benteng bagi mereka.
Dengan bersemangat, kaum Muslim mulai membangun masjid.
Beberapa orang membawa pasir, yang lainnya membuat batu bata, dan yang lainnya lagi membawa batu bata keringuntuk membuat tembok.
Nabi Muhammad saw. bekerja bersama-sama dengan para sahabat beliau. Sementara Ammar, meskipun bermandikan debu, tetap bekerja dengan giat.
Setiap orang membawa sebuah batu bata. Tetapi Ammar membawa dua batu bata. Karena itu, Nabi Muhammad saw. berkata padanya," Mereka (kaum Muslim yang lain) akan mendapat satu pahala, sedangkan engkau akan mendapatkan dua pahala."
Untuk menyemangati kaum Muslim yang lain, Ammar mengulang kata-kata berikut:" Mereka yang membangun mesjid tidaklah sama dengan mereka yang menghindari debu."
Beberapa sahabat ada yang menghindari debu, tidak mau kerja keras. Mereka merasa tidak senang dengan kata-kata Ammar. Utsman mendatangi Ammar dan dengan nada mengancam ia berkata,"Aku akan memukul hidungmu dengan tongkat ini!" Ammar memandang Utsman, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
Nabi Muhammad saw. mendengar ancaman Utsman. Beliau merasa sedih. Kemudoian beliau mendatangi Ammar dan berkata," Engkau adalah kekasihku!"
Nabi Muhammad saw. mengusap debu dari wajah Ammar. Oleh karena itu, hati sahabat besar ini dipenuhi dengan kecintaan pada Nabi saw.

Jihad

Hari demi hari dan bulan demi bulan telah berlalu. Allah SWT ingin menghukum orang yang telah menganiaya kaum Muslim di Makkah dan merampok harta mereka.
Perang Badar pun dimulai. Ammar adalah salah seorang pejuang yang telah merintangi kafilah kaum Quraisy yang datang dari Syam. Kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik telah membentuk sebuah pasukan. Abu Jahal memimpin pasukan tersebut, dan bergerak menuju Madinah.
Nabi saw. meminta saran dari para sahabatnya. Akhirnya, beliau saw. mengambil keputusan untuk menghadapi orang-orang musyrik itu.Nabi Muhammad saw. mengirim Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas'ud untuk mencari informasi tentang pasukan kaum musyrik.
Ammar adalah seorang pemberani. Sehingga ia pun mendekati kafilah kaum musyrik dan berkeliling di sekitar kemah mereka untuk mencari informasi.
Ammar dan temannya kembali kepada Nabi Muhammad saw. Ammar berkata," Pasukan itu khawatir. Kuda-kuda mereka meringkik.Tetapi pemiliknya memukul wajah kuda itu. Dan hujan pun turun dengan lebat. Oleh karena itu, mereka tak dapat bergerak dengan mudah. Secara umum, dari pembicaraan mereka, kaum Musyrik berada dalam semangat yang rendah."
Pagi harinya, 17 Ramadhan 2 H, Perang Badar- pertempuran pertama dalam Islam- dimulai. Dalam pertempuran itu, Allah memberikan kaum Mukmin kemenangan atas kaum musyrik.
Ammar bertempur dengan semangat. Ketika kaum musyrik melarikan diri, Ammar melihat Abu Jahal. Sehingga ia teringat hari di mana Abu Jahal menyakiti kaum Muslim dan menyiksa orang tuanya. Sekarang pedang-pedang orang-orang tertindas akan membalas mereka yang zalim. Ammar menatap ke langit dan besyukur pada Allah SWT atas kemenangannya.

Ammar Bersama dengan Kebenaran

Ammar telah berumur tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, ia lebih bersemangat dari pada kaum muda untuk berjuang di jalan Allah. Ammar begitu beriman kepada Allah. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Nabi saw. juga mencintai teman lama beliau itu, Ammar. Beliau saw. juga memujinya dalam beberapa kesempatan:
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. kebenaran selalu bersamanya."
"Ammar penuh dengan keimanan."
"Semoga Allah merahmatimu wahai Ammar. Orang-orang zalim akan membunuhmu. Makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt (susu asam)."
Hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun telah berlalu. Ammar selalu bersama dengan Nabi Muhammad saw.. Ia selalu berjuang di jalan Allah melawan musuh-musuh Islam dan umat manusia.

Nabi Muhammad saw. Wafat

Pada tahun 11 H, Nabi Muhammad saw. wafat. Pada saat itu, seluruh kaum Muslim bersedih, Ammar menangisi teman lamanya itu, Rasulullah saw. Ia teringat hari-hari masa mudanya di Makkah dan hari-hari ketika berjihad.
Ammar tetap setia pada keislamannya. Ia selalu berjuang demi agama dan menyerukan kebenaran. Ia tidak takut pada siapa pun kecuali kepada Allah.
Ammar mencintai Imam Ali bin Abi Thalib karena ia mendengar Nabi Muhammad saw. selalu bersabda:
"Wahai Ali, tak ada yang mencintaimu kecuali seorang Mukmin, dan tak ada yang membencimu kecuali seorang munafik."
"Wahai Ali, kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada nabi setelahku."
Pada haji perpisahan (Haji Wada' ), Ammar melihat Nabi Muhammad saw. meraih tangan Ali dan mengangkatnya tinggi-tinggi, dan beliau saw. bersabda:
"Siapa saja yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah siapa saja yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang memusuhi Ali. Dukunglah siapa saja yang mendukung Ali, dan tinggalkanlah siapa saja yang meninggalkan Ali."
Karena itulah, Ammar berpikir bahwa Imam Ali bin Abi Thalibakan menjadi Khalifah sepeninggal Nabi Muhammad saw. Namun , Abu Bakar justru menjadikan dirinya sebagai khalifah setelah Nabi saw., dengan mengambil hak kepemimpinan Imam Ali. Sebagian sahabat menentang kekhalifahan Abu Bakar, termasuk Ammar. Ia berdiri di pihak Imam Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az Zahra, putri Nabi Muhammad saw.
Setelah enam bulan wafatnya Nabi saw., Fathimah az Zahra, pemimpin wanita sedunia, meninggal dunia. Imam Ali dengan sangat terpaksa menerima Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian Ammar, demi mematuhi Imam Ali, terpaksa melakukan hal yang sama.

Jihad

Ammar mencurahkan seluruh hidupnya untuk berjihad. Ia mengambil bagian dalam perjuangankaum Muslimuntuk menaklukan daerah lain. Ia juga bertempur dengan gagah berani melawan kaum murtad (orang-orang yang keluar dari Islam) di Yaman.
Ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah setelah Abu Bakar, ia menunjuk Ammar menjadi gubernur di Kufah.
Di sana, Ammar memperlakukan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Allah. Dan rakyat merasa senang dengan keadilan, kemurahan, dan perlakuan rendah hati.

Syura (Dewan Penasihat)

Pada tahun 23 H, Umar bin Khaththab menjadi target pembunuhan. Beberapa Muslim datang pada Umar dan memintanya untuk menunjuk seorang khalifah sepeninggalnya.
Umar memutuskan bahwa kekhalifahan harus dirundingkan. Sehingga, ia memilih enam orang. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqas.
Umar memerintahkan orang-orang tersebutuntuk mengadakan pertemuan di salah satu rumah mereka untuk menunjuk seorang khalifah dari mereka dalam waktu tiga hari.
Ammar berharap bahwa yang akan terpilih nanti adalah Imam Ali, karena jihadnya, hubungan darahnya dengan Nabi Muhammad saw., pengetahuannya, kebaikannya yang telah terkenal, dan keutamaannya dalam Islam.
Satu hari berlalu. Hari kedua pun berlalu. Tapi tidak ada hasil. Adam persaingan serius antara Imam Ali binAbi Thalib dan Utsman bin Affanuntuk menjadi Khalifah.
Beberapa sahabat seperti Miqdad, Ammar bin Yasir, Al Abbas, dan lainnya berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Imam Ali yang akan terpilih.
Sementara itu, bani Umayyah juga berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Utsman bin Affan yang akan terpilih.
Lalu, agar Abdurrahman bin Auf mendengar, Ammar beseru,"Jika engkau ingin melihat kaum Muslimmencapai mufakat, maka tunjuklah Ali." Untuk mendukung Ammar, Miqdad berkata," Ammar berkata benar. Jika engkau memilih Ali, kami akan mendengar dan mematuhinya."
Namun, Abdurrahman berambisi untuk menjadi Khalifah. Sehingga ia menolak untuk menunjuk Imam Ali, karena Imam Ali tidak mau mendukungnya menjadi Khalifah selanjutnya.
Maka Abdurrahman menunjuk Utsman sebagai Khalifah, karena Utsmanakan menjadikan Abdurrahman khalifah setelah kematiannya. Dengan demikian, Utsman pun menjadi khalifah yang ketiga.
Imam Ali keluar setelah berkata pada Abdurrahman. "Ini bukan pertama kalinya kalian saling mendukung untuk menentang kami! Tetapi, sabar adalah baik, dan Dialah Allah yang pertolongan-Nyadiharapkan untuk menentang apa yang kalian gambarkan. Demi Allah, engkau telah menunjuk Utsman sebagai khalifah, untuk mendukungmu menjadi khalifah (selanjutnya).
Ammar sangat sedih melihat kelakuan sebagian umat Islam kepada keluarga Nabi saw.. Mereka (keluarga Nabi saw.) lebih berhak atas kekhalifahan daripada orang lain, karena Allah telah menjauhkan kekotoran dari mereka dan telah mensucikan mereka sesuci-sucinya.

Penyimpangan

Enam tahun telah lewat pada masa kekhalifahan Utsman. Berangsur-angsur Utsman menyimpang dari Islam. Utsman menunjuk sanak saudaranya menjadi penguasa di seluruh negeri. Mereka jahat dan zalim.
Misalnya, Utsman menunjuk Walid bin Uthbah, saudara sepupunya, menjadi Gubernur di Kufah. Walid adalah seorang peminum khamar (minuman keras), dan sering pergi ke masjid dalam keadaan mabuk.
Utsman menjadikan Marwan bin Hakam menjadi penguasa dalam pemerintahan kaum Muslim. Ia diberi wewenang untuk menunjuk penguasa-penguasa dan memecat mereka. Ia telah memcat sahabat besar, Salman al Farisi, dari kedudukannya sebagai Gubernur Madain, dan menunjuk salah seorang kerabatnya menjadi penguasa di sana.
Utsman juga memecat Sa'ad bin Abi Waqqas dari kedudukannya sebagai Gubernur Kufah dan menunjuk Walid bin Akabah sebagai penggantinya.
Utsman membagikan uang baitulmal (perbendaharaan harta Negara Islam) untuk sanak keluarganya dari bani Umayyah, dan membiarkan fakir miskin hidup dalam kesengsaraan.

Kata-kata Kebenaran

Dalam baitulmal ada sejumlah perhiasan. Utsman membagi-bagikannya kepada anak-anak dan istri-istrinya. Kaum Muslim menjadi marah. Mereka mulai membicarakan kelakuan Utsman yang buruk itu.
Utsman terus-menerus melakukan korupsi. Suatu hari, ia naik ke atas mimbardan berseru," Kami akan mengambil apa pun yang kami butuhkan dari baitulmal meskipun itu adalah milik seluruh rakyat."
Imam Ali bin Abi Thalib menjadi sedih ketika mendengar kata-kata Utsman itu. Ammar bin Yasir yang telah berumur sembilan puluh tahun berdiri dan berkata-dengan kata-kat kebenaran," Demi Allah, akulah orang pertama yang akan mencegahmu melakukan hal tersebut!" Utsman menjadi jengkel dan berkata," Wahai Ibnu Yasir, alangkah beraninya engkau berbicara seperti itu di hadapanku!"
Utsman lalu memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Ammar. Pengawal-pengawal itu tidak menghargai Ammar, baik sebagai seorang tua maupun sebagai sahabat Rasulullah saw. Mereka menyeretnya ke dalam ruangan Utsman. Mereka merantai tangan dan kakinya.
Kemudian Utsman datang dan mulai memukuli Ammar di bagian perutnya hingga ia tak sadarkan diri. Beberapa Muslim datang dan membawa Ammar ke rumah Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad saw. Ammar masih tak sadarkan diri. Sehingga, ia tak dapat melakukan salat di waktu pagi, siang, dan malam hari. Ketika ia siuman, ia segera mengerjakan salat-salat yang tertinggal tersebut.
Ammar teringat hari-hari penuh penyiksaan di Makkah. Dulu ia dapat menahan sakit akibat siksaan Utsman, karena ia masih muda. Tetapi sekarang ia tidak sanggup lagi menahan siksaan Utsman, karena ia telah lanjut usia.
Ummu Salamah merasa sedih melihat Ammar dalam kondisi yang buruk. Namun Ammar masih sempat berkata," Ini bukan pertama kalinya kami menderita siksaan demi Allah."

Utsman Membuang Abu Dzar

Utsman membuang Abu Dzar ke Rabadzah, sebuah gurun tandus, tak seorang pun mendiaminya karena beriklim buruk.
Di samping itu, Utsman mencegah kaum Muslim untuk mengunjungi Abu Dzar. Namun demikian, beberapa sahabat Nabi Muhammad saw tetap pergi untuk mengunjungi sahabat besar itu.
Imam Ali bin Abi Thalib dan cucu Nabi Muhammad saw., Al Hasan dan Al Husain, serta Ammar pergi mengunjungi Abu Dzar. Kemudian Imam Ali berkata," Semoga Allah menghinakan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang yang tidak menyenangkan hatimu. Demi Allah, Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka akan menyelamatkanmu. Dan bila engkau senang dengan tindakan mereka, mereka akan mencintaimu."
Abu Dzar, istrinya, dan anaknya pergi ke Rabadzah. Ia pun teringat pada sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Abu Dzar, engkau akan hidup sendiri, dan akan mati sendiri."

Pemberontakan

Kaum Muslim bertambah marah karena kelakuan Utsman dan para pejabatnya. Sahabat-sahabat Nabi saw. yang berda di Madinah menulis surat kepada rakyat di mana saja, sebagai berikut:"Jika kalian ingin berjihad, maka datanglah. Karena khalifah kalian telah menyimpangkan agama Muhammad."
Karena itulah, utusan dari Kufah, Mesir, Basrah, dan lainnya datang ke Madinah dan menghadap khalifah Utsman untuk memintanya mengubah kebijakan burunya. Tetapi ia malah mengusir mereka. Sehingga mereka pergi ke Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad saw. dan penerus kepemimpinan beliau saw.
Imam Ali berharap agar Utsman mau kembali pada hukum-hukum Islam. Oleh karena itu, beliau pergi untuk menasihatinya," Jangan engkau menjadi alat bagi tangan Marwan. Jangan biarkan ia memerintahmu sesuka hatinya. Jangan lupakan kedudukanmu yang berkaitan dengan Rasulullah."
Utsman setuju mengumumkan penyesalannya di hadapan rakyat. Maka, ia pun keluar dan meminta maaf pada rakyat atas kelakuannya yang buruk. Di samping itu, ia juga berjanji pada mereka untuk mengikuti hukum-hukum ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Marwan yang licik berkata padanya," Janganlah lemah di hadapan rakyat. Ancam mereka!"
Nailah, istri Utsman, tahu bahwa Marwan adalah seorang yang jahat. Karena itu, ia berkata pada suaminya," Dengarkan kata Ali, karena rakyat mencintai dan mematuhinya. Jangan dengarkan Marwan, karena rakyat membencinya."

Imam Ali

Kaum Muslim berbondong-bondong menuju rumah Imam Ali. Mereka meminta beliau untuk menjadi khalifah. Imam menolaknya dan berkata," Cari orang lain saja."
Tetapi rakyat sadar bahwa tidak ada lagi yang lebih tepat dari Imam Ali untuk menjadi khalifah. Oleh karena itu, mereka mendesakkan sikap mereka itu. Dan akhirnya, Imam Ali setuju untuk menanggung tanggungjawab ini di bahu beliau.

Keadilan

Kaum Muslim memberontak demi keadilan. Mereka marah pada para penindas. Imam Ali adalah symbol keadilan.
Imam Ali tidak membuat sedih kaum Muslim. Pada hari pertama kekhalifahan, beliau memecat semua gubernur jahat yang telah ditunjuk oleh Utsman. Kemudian beliau menunjuk para gubernur yang baik.
Imam memecat Muawiyah dari Syam. Tetapi Muawiyah telah berencana terlebih dahulu untuk menguasai Syam. Kemudian ia berencana untuk menguasai tanah-tanah milik kaum Muslim secara keseluruhan. Sehingga, ia memberontak dengan alasan akan menuntut balas pada para pembunuh Utsman. Sehingga, terjadilah Perang Shiffain di perbatasan Suriah dan Irak.
Pasukan Imam Ali mencakup sejumlah sahabat Rasulullah saw.: Ammar bin Yasir, Malik al Asytar, Abdullah bin Abbas, dan lainnya.
Pasukan Muawiyah mencakup musuh-musuh Islam, seperti Marwan bin Hakam, Amr bin Ash, Ibnu Abi Mayad, dan mereka yang membelot dari keadilan Imam Ali ke dunia busuk Muawiyah.

Kelompok Orang Zalim Akan Membunuhmu

Kaum Muslim yang ada di kedua pasukan itu selalu mengulang-ulang sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Ammar, kelompok orang zalim akan membunuhmu."
Ammar berada dalam pasukan Imam Ali. Ia telah berumur lebih dari sembilan puluh tahun. Meskipun demikian, ia tetap bertempur dengan berani sebagaimana para pemuda Mukmin.
Ia memandang langit dan berkata,"Ya Allah, jika aku tahu bahwa yang membuat-Mu ridha adalah terlemparnya aku ke sungai Eufrat, maka aku akn lakukan! Ya Allah, aku tahu bahwa engkau akan ridha melihatku berjuang melawan orang-orang sesat itu!"
Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran selalu bersamanya. Sehingga ia berkata," Demi Allah, jika mereka (pasukan Muawiyah) mengalahkan kita dan memburu kita hingga ke pohon Hajar, maka aku akan berkata bahwa kami adalah benar dan mereka salah."
Ketika pertempuran berkobar, Ammar menyeru pasukannya," Siapa yang menginginkan keridhaan Allah?!"
Ammar segera memimpin pasukannya menuju musuh. Walaupun Ammar saat itu sedang berpuasa, ia bertempur dengan semangat yang tinggi.
Di tengah-tengah pertempuran, Ammar memandang Amr bin Ash dan berkata padanya," Wahai Amr, terkutuklah engkau! Engkau telah menjual agamamu demi Mesir!"
Muawiyah berjanji akan menjadikan Amr penguasa Mesir jika ia mendukungnya. Amr bin Ash berkata bohong,"Tidak, aku ingin membalaskan darah Utsman!"
Ammar lalu berkata," Aku sangat yakin bahwa tindakanmu bukan karena Allah." Kemudian Ammar menasehatinya," Jika engkau tidak mati hari ini, maka engkau akan mati esok. Dan amalan bergantung dari niatnya. Maka, perbaikilah niatmu, karena Allah akan membalas manusia sesuai dengan niatnya."

Pengadilan

Kaum Muslim telah berketetapan hati. Paduan mereka adalah Ammar, karena Nabi Muhammad saw. berkata," Kelompok orang zalimakan membunuh Ammar."
Amr bin Ash menipu rakyat Syam ketika ia berkata kepada mereka," Bersabarlah! Ammar akan berada di pihak kalian!"
Beberapa hari telah lewat, tetapi Ammar tetap bertempur di pihak yang benar. Ia selalu berpihak kepada Imam Ali.
Suatu hari, Ammar dan kelompok Mukmin melancarkan serangan. Ammar bertempur dengan gagah berani. Ia teringat pada hari-hari ketika ia bertempur di samping Nabi Muhammad saw. Ia ingat Perang Badar, Uhud, dan pertempuran-pertempuran kaum Muslim lainnya.
Meskipun Ammar berpuasa, ia tetap bertempur. Ketika matahari terbenam, Ammar meminta sedikit air untuk menghilangkan dahaganya. Salah seorang dari pasukannya membawakan untuknya secangkir penuh yoghurt. Ammar pun tersenyum. Dengan gembira ia berkata,"Malam ini semoga aku syahid."
Lalu Ammar berkata,"Kekasihku, Rasulullah saw., telah berkata padaku,"Kelompok orang zalimakan membunuhmu. Dan makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt."
Ammar meminum secangkir yoghurt itu. Kemudian ia melanjutkan pertempuran hingga ia terjatuh ke tanah dan syahid.
Muawiyah serasa terbang karena karena bahagia. Imam Ali dipenuhi kesedihan dan duka cita. Saat itulah kaum Muslim mengetahui kelompok orang zalim yang dimaksud.
Beberapa orang pasukan Muawiyah menunggu kedatangan Ammar pada pihak mereka. Namun, mereka justru melihatnya bertempur gagah berani di samping Imam Ali hingga syahid. Sehingga mereka mencemooh pernyataan bohong Amr bin Ash. Pada saat yang sama, mereka mengambil kesempatan di kegelapan malam untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali. Mereka tahu bahwa pasukan Imam Ali berada di pihak yang benar.

Penutup

Kesyahidan Ammar bergema di kedua belah pihak. Pasukan Imam Ali melancarkan serangan besar terhadap pasukan Muawiyah. Pasukan Imam Ali hamper saja mencapai kemenangan. Tetapi Amr bin Ash membuat tipuan baru. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengangkat Alquran.
Pertempuran berhenti. Kedua pasukan menarik diri dari Shiffin. Jasad syuhada masih berada di medan pertempuran. Jasad Ammar-yang mana umurnyasaat itu telah mencapai 96 tahun- tertinggal di sana juga.
Hingga hari ini, ketika kaum Muslim mengunjungi daerah itu, mereka akan melihat makam sahabat besar tersebut, yang telah menghabiskan seluruh hidupnyauntuk berjuang demi Islam. Ketika Ammar syahid, kaum Muslim pun menjadi tahu pihak yang benar dalam pertempuran pahit itu.
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. Kebenaran selalu bersamanya."(Nabi Muhammad saw.)[]