Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bada’ dalam Pandangan Syiah(2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Dampak Mempercayai Bada’

 

Keyakinan terhadap bada’ berdampak positif pada kehidupan manusia baik secara ideologis maupun secara psikologis. Adapun yang pertama adalah bahwa muncul dan tetapnya alam semesta berada di bawah naungan kuasa dan kehendak Allah swt, hanya Dia yang mampu dan hanya kehendak-Nya yang dapat merubah atau menetapkan alam semesta, “kullu yaumin huwa fii sya’nin” yang artinya: “Setiap hari Dia pada posisi dan tindakan”. Otomatis kepercayaan Yahudi adalah dusta, di saat mereka menganggap tangan dan kekuasan Allah swt terbelenggu, “wa qoolatil yahuudu yadul loohi maghluulatun ghullat aydiihim wa lu’inuu bimaa qooluu bal yadaahu mabsuuthotaani yunfiqu kanfa yasyaa’u” yang artinya: “Yahudi berkata tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu –tidak demikian melainkan- tangan merekalah yang terbelenggu, dan terlaknatlah mereka atas apa telah mereka katakan, bahkan kedua tangan (kekuasaan) Allah swt terbentang, Dia memberi sebagaimana yang Dia kehendaki”(al-Ma’idah 64)

 

Adapun secara psikologis, keyakinan terhadap bada’ menarik perhatian lebih dari seseorang kepada Allah swt, keyakinan ini membuat seseorang merasakan bahwa segala urusan dunia dan akhirat ada di tangan Allah swt, keyakinan ini membangkitkan harapan pada seseorang untuk dapat merubah takdir buruknya menjadi baik melalui amal shaleh dan tunduk serta do’a kepada Allah swt. Dengannya manusia tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah swt, dia selalu berusaha untuk taat terhadap semua perintahnya dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan.

 

Sedangkan orang yang mengingkari bada’ dan berkeyakinan bahwa takdir Allah swt untuk dirinya pasti terjadi dan tidak ada satupun yang mampu menghalanginya, maka tidak ada lagi harapan untuk berdo’a dan berusaha, seberapa lamapun dia berdo’a dan beramal shaleh tetap takdir buruk neraka menantinya. Sebaliknya seberapa pun seseorang berbuat jahat kalau takdirnya yang semula baik maka dia akan masuk surga. Kalau memang takdir Allah swt dia menjadi orang kaya maka semalas apapun dia tetap menjadi kaya, sebaliknya jika takdir seseorang adalah miskin maka semua usahanya untuk menjadi orang berduit tidak akan membuahkan hasil. Tangisan dan do’a, sedekah dan tawasul serta segala bentuk tindakan manusia sama sekali tidak mempengaruhi takdirnya, dengan demikian konsekwensinya adalah seluruh ayat dan riwayat yang mencerminkan relaitas bada’ adalah batil atau omong kosong belaka. Usaha sebuah kaum untuk merubah nasibnya tidak akan berhasil, syukur kepada Allah swt tidak akan menambah rezeqi. Kafir terhadap nikmatnya juga tidak menyebabkan siksa yang dahsyat, do’a tidak akan merubah qodlo’ dan qadar, silaturahmi tidak akan menambah umur, memutus hubungan famili tidak akan mengurangi usia dan seterusnya. Ringkasnya Quran dan sunnah tidak lagi suci dan benar, serta kehidupan manusia menjadi sangat terancam kehancuran.

 

Kesimpulan

 

1. Bada’ merupakan salah satu asas agama islam, yang membedakannya dengan Yahudi dan Nasrani serta menjauhkannya dari penyelewengan Qodariah.

2. Bada’ adalah perubahan takdir karena amal shaleh atau tindakan jahat. Bada’ menjelaskan bahwa takdir tidak mendominasi kuasa Allah melainkan Allah kuasa untuk merubah takdir yang Dia tentukan.

3. Bada’ adalah kesepakatan muslimin; hanya saja Ahlusunnah menyebutnya dengan mahw wa itsbat.

4. Penggunaan kata bada’ disebabkan oleh riwayat dari Nabi saww dan para Imam as yang menggunakan kata tersebut.

5. Keyakinan terhadap bada’ memberi harapan kepada seseorang untuk menjadi baik, sedangkan pengingkaran terhadap bada’ membuat seseorang putus asa dan mengancam kehidupan sosial manusia.