Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

MAITSAM AL TAMMAR

0 Pendapat 00.0 / 5


Subuh telah tiba. Seperti biasa, Maitsam pergi menuju sebatang pohon korma. Ia memercikkan air pada batang pohon kurma itu. Tanah yang tersiram air menebarkan bau yang menyegarkan. Maitsam salat dua rakaat. Kemudian ia menyandarkan punggungnyake batang pohon korma itu.
Maitsam telah bersahabat dengan pohon kurma itu selama lebih dari dua puluh tahun. Pohon itu bukan hanya sekedar batang kering. Dia adalah pohon kurma yang menjulang tinggi.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun telah lewat.
Maitsam selalu melakukan salat dua rakaat dekat pohon kurma itu. Lalu ia menyapanya,"Allah menciptakanmu untukku. Dan Allah menciptakanku untukmu."
Maitsam mencintai pohon kurma itu. Ia tak pernah lupa menyirami pohon itu.
Suatu hari, ia mendatangi pohon kurmanya itu. Ia menemukan batang pohon itu kering. Lalu ia memotong pucuk batang tersebut. Pohon kurma yang tinggi itu kini menjadi batang pendek. Namun, Maitsam masih tetap mengunjungi pohon tersebut.
Siapa sebenarnya Maitsam ini? Apa hubungan antara Maitsam dengan pohon kurma itu?

Asal-Usul Maitsam

Maitsam lahir di Nihrawan, dekat Kufah. Ia berasal dari Persia. Seorang wanita bani Asad membelinya. Suatu hari, Imam Ali bin Abi Thalib membelinya dan memerdekakannya. Maitsam menjadi orang bebas. Ia menjual kurma di pasar Kufah.
Maitsam hidup dengan sederhana. Dua hal tumbuh dalam hatinya, yaitu kesetiaannya pada Islam dan cintanya pada Imam Ali. Imam Ali mengajarnya bahwa Islam adalah jalan menuju kebebasan.
Imam Ali menyukai Maitsam karena ia orang yan baik. Imam kerap pergi ke toko Maitsam, dan mengajarinya tentang Islam.

Nama Asli

Imam Ali membeli Maitsam dari seorang wanita bani Asad. Imam bertanya pada Maitsam," Siapa namamu?""Salim," Jawab Maitsam. Imam Ali berkata,"Rasulullah saw. mengatakan padaku bahwa orang-orang Persia memanggilmu Maitsam."
Maitsam terkejut, karena ia merasa tidak ada yang tahu nama aslinya. Maka ia berkata," Allah dan Rasul-Nya benar."
Sejak hari itu, Maitsam tidak pernah meninggalkan Imam Ali.

Di Gurun

Siapa pun yang pergi ke gurun pada malam hari akan melihat langit penuh dengan bintang-bintang. Hatinya akan tergetar mengingat kebesaran Allah SWT.
Imam Ali pergi ke gurun pada malam hari untuk berdoa. Ia membawa seorang teman ke gurun untuk memberikan pelajaran tentang Islam.
Kadang-kadang, Imam Ali mengajak Maitsam ke gurun. Imam mengajarnya tentang masalah-masalah yang akan datang. Imam Mengetahui tentang permasalahan yang akan datang itu dari Nabi Muhammad saw.
Maitsam mendengarkan kata-kata Imam Ali. Imam mengucapkan doanya. Maitsam mengucapkannya di belakang beliau. Ia mengikutinya dengan khusyuk.

Di Toko Al Tammar

Imam Ali kerap pergi ke pasar untuk bertemu Maitsam al Tammar. Imam duduk dan berbicara padanya. Beberapa orang lewat melintasi mereka. Mereka tidak mengenal Imam. Dan beberapa lainnya mengenal Imam. Mereka terkejut melihat Imam duduk dengan penjual kurma.
Suatu hari, Imam Ali pergi ke pasar. Imam duduk dengan bersama Maitsam. Setelah beberapa saat, Maitsam pergi untuk membeli sesuatu. Ia meminta izin pada Imam Ali dan pergi.
Imam duduk di belakang untuk menjual kurma. Pada saat itu, seorang laki-laki datang untuk membeli kurma seharga empat dirham.Laki-laki itu lalu mengambil kurmanya dan pergi.
Maitsam kembali. Ia terkejut melihat uang itu, karena uang itu palsu. Imam tersenyum dan berkata," Pemilik uang itu akan kembali."
Maitsam semakin terkejut. Ia heran,"Bagaimana ia akan kembali?"
Setelah satu jam berlalu, si pemilik dirham itu kembali. Ia berkata dengan jengkel,"Aku tidak menginginkan kurma ini! Kurma ini pahit! Mengapa kurma ini pahit?" Imam berkata," Karena kau memberikan dirham palsu!"
Laki-laki itu sangat terkejut. Ia mengambil uangnya dan pergi.

Orang yang Terpelajar

Maitsam adalah seorang yang cerdas. Ia mempelajari ilmu pengetahuannya dari Imam Ali. Suatu hari, ia berkata pada Abdullah bin Abbas, seorang yang terpelajar," Tanyakan padaku apa pun yang kau ingin tahu tentang penjelasan Alquran. Aku telah belajar semuanya dari Imam Ali."
Maka, Ibnu Abbas pun duduk di hadapan Maitsam untuk mempelajari penjelasan Alquran.

Amru bin Huraits

Amru bin Huraits adalah seorang pemimpin Kufah. Maitsam berkata padanya," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."Amru berkata,"Apakah kau ingin membeli rumah Ibnu Mas'ud atau Ibnu al Hakim?"
Maitsam diam. Amru bin Huraits menjadi bingung. Ia bertanya,"Apa maksudmu,wahai Maitsam?"

Pasar

Hari-hari dan tahun-tahun telah lewat. Penguasa zalim berganti menguasai Kufah. Mereka memperlakukan rakyat dengan kejam.
Ziyad menjadi penguasa Kufah. Ia mulai membunuh sahabat-sahabat Imam Ali. Ia mengemban perintah Muawiyah. Muawiyah adalah orang yang penuh dendam. Ia memerintahkan rakyat untuk mencaci Imam Ali.
Penguasa Kufah menunjuk seseorang untuk mengurus pasar. Orang tersebut zalim. Rakyat mengeluhkan perlakuan buruknya. Rakyat takut pada orang itu. Sehingga, mereka pergi mendatangi Maitsam. Mereka meminta Maitsam untuk pergi dengan mereka menemui penguasa. Mereka berkata pada Maitsam," Maitsam, pergilah bersama kami menghadap penguasa."
Maitsam pergi bersama mereka. Ia bertemu dengan penguasa dan berkata padanya tentang perlakuan kejam di pasar. Pengawal yang ada di istana merasa tidak senang dengan perkataan Maitsam. Ia berkata pada penguasa," Yang mulia, tahukah anda siapa orang ini?" Penguasa berkata," Tidak! Pengawal itu berkata," Ia seorang pembohong! Pendukung si Pembohong (maksud pengawal ini adalah Imam Ali)!"
Maitsam berkata," Sungguh, aku adalah benar! Aku adalah pendukung manusia yang benar. Sungguh, Ia adalah Amirul Mukminin9 Pemimpin orang-orang beriman)!"


Pertemuan di Jalan

Habib bin Mazhahir adalah sahabt Imam Ali yang baik. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, Habib menjadi teman dekat Imam Ali.
Suatu hari, Maitsam menunggang kuda, Habib bin Mazhahir juga menunggang kuda. Mereka bertemu di tempat bani Asad. Mereka berbincang sejenak. Bani Asad mendengarkan perbincangan mereka. Habibi berkata sambil tersenyum,"Aku meramalkan bahwa seorang laki-laki (maksudnya Maitsam) dengan kepala botak, berperut gendut, akan menjual semangka di Dar al Rizik. Laki-laki itu akan terbunuh demi cintanya pada keluarga Nabinya ( Nabi Muhammad saw)."
Maitsam berkata," Aku tahu bahwa seorang laki-laki (maksudnya Habib) dengan rambut merah akan muncul. Laki-laki itu akan mendukung anak laki-laki dari putri nabinya (maksudnya Husain, cucu Nabi saw. dan anak Imam Ali). Laki-laki itu akan dipenggal kepalanya. Kepalanya akan di bawa keliling di jalan-jalan Kufah."
Dua orang sahabat itu kemudian pergi. Orang-orang bani asad berkata," Mereka semua pembohong."
Pada saat itu, Rasyid al Hajri melewati bani Asad. Ia bertanya pada mereka tentang Habib dan Maitsam. Bani Asad berkata," Mereka baru saja pergi."
Kemudian bani Asad mengatakan tentang ramalan Maitsam dan Habib. Rasyid berkata sambil tesenyum," semoga Allah mengasihi Maitsam. Ia lupa mengatakan bahwa orang yang membawa kepala itu (maksudnya kepala Habib) akan diberi uang ratusan dirham."
Rasyid pergi. Bani terkejut mendengar perkataannya. Lalu mereka berkata," Rasyid juga pembohong!"
Hari-hari telah berlalu. Pada Muharram 61 H, bani asad melihat kepala Habib, yang terikat pada tombak yang panjang. Mereka melihat pengawal Ibnu Ziyad membawa kepala itu dan berjalan melewati jalan-jalan kota Kufah.

Khalifah

Muawiyah bin Abi Sufyan menemui ajalnya. Anaknya,Yazid, menggantikannya. Yazid adalah seorang pemuda berusia tiga puluh tahun. Ia adalah seorang peminum khamar (pemabuk). Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyet.
Imam Husain menolak untuk memberikan sumpah setianyakepada Yazid. Sementara itu, Orang-orang Kufah lelah dengan penindasan bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka mengirim surat kepada Imam Husain. Dalam surat mereka , mereka meminta Imam untuk datang menyelamatkan mereka dari penindasan bani Umayyah.
Mata-mata memberi tahu Yazid tentang situasi di Kufah. Yazid marah dan memanggil dokter Nasrani yang bernama Sergon. Sergon menasehati Yazid untuk menunjuk Ubaidillah bin ziyad untuk menjadi penguasa Kufah.


Penjara

Banyak sahabat Imam Ali yang mendukung Imam Husain. Dan banyak kaum Muslim lainnya yang juga mendukung beliau.
Ubaidillah bin Ziyad tiba di Kufah. Ia mulai menahan dan memenjarakan pendukung Imam Husain.
Maitsam, Al Mukhtar al Thaqafi, dan Abdullah bin al Harits berada dalam penjara yang sama. Imam Husain akhirnya syahid demi Islam. Orang-orang yang berada di penjara tersebut merasakan kepedihan atas terbunuhnya Imam Husain.
Al Mukhtar berkata pada kedua sahabatnya," Bersiaplah untuk bertemu Allah! Setelah Imam Husain terbunuh, Ubaidillah bin Ziyad akan membunuh pendukung Imam Husain!"
Abdullah bin Harits berkata,"Ya, cepat atau lambat dia akan membunuh kita!"
Maitsam berkata," Tidak, ia tak akan membunuhmu. Kekasihku, Imam Ali, mangatakan padaku bahwa kau (Al Mukhtar) akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain. Dan kau akan menendang kepala Ubaidillah dengan kakimu."
Kemiudian Maitsam berkata pada Abdullah bin Harits," Kau akan menjadi penguasa di Basrah."

Keyakinan

Maitsam adalah orang yang sangat beriman pada Allah SWT. Ia tidak takut pada mereka yang zalim. Rakyat takut pada Ibnu Ziyad. Mereka gemetar ketakutan ketika meihatnya. Tetapi Maitsam tidak gentar pada Ibnu Ziyad. Ia tahu pasti bahwa Ibnu ziyad akan mati. Ia tahu bahwa orang zalim tidak akan hidup selamanya.
Muawiyah dan anaknya, Yazid, mencegah rakyat untuk mencintai Imam Ali. Para pengawal mereka menangkap dan membunuh sahabat-sahabat Imam Ali.
Berkaitan dengan ini, Imam Ali pernah berkata pada Maitsam," Bani Umayyah akan memerintahkanmu untuk mengingkariku. Akankah kau lakukan?" Maitsam menjawab," Tidak, aku tidak akan melakukannya."
Maitsam berpikir bahwa mengingkari Imam Ali berarti mengingkari Islam. Dan mengingkari Islam berarti mengingkari Allah.
Imam Ali berkata,"Sungguh, kau akan terbunuh!" Maitsam menjawab," Akan akan bersabar, kematian adalah kecil bagi Allah!" Imam Ali berkata," Kau akan bersamaku di surga."

Penutup

Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Maitsam.
Ubaidillah berkata pada Maitsam," Aku dengar engkau adalah sahabat Ali!"
Maitsam berkata,"Ya!"
Ubaidillah bin Ziyad lalu berkata,"Maukah engkau mengingkarinya?"
Maitsam menjawab,"Tidak, Aku tak akan mengingkarinya."
Ubaidillah bin ziyad berkata," Aku akan membunuhmu!"
Maitsam menjawab," Demi Allah, Imam Ali telah mengatakan padaku bahwa kau akan membunuhku! Imam berkata padaku bahwa kau akan memotong tangan , kaki, dan lidahku!"
Ibnu Ziyad berkata dengan keras,"Imammu adalah seorang pembohong!"
Maitsam pun mecemooh orang bodoh itu( Ubaidillah).
Ibnu Ziyad lalu memerintahkan pengawalnya untuk mengikat Maitsam pada batang pohon kurma dekat rumah Amru bin Huraits. Kemudian ia memerintahkan mereka untuk memotong tangan dan kaki Maitsam.

Tetangga

Maitsam terikat pada batang pohon kurma. Amru bin Huraits melihat Maitsam. Amru teringat perkataan Maitsam," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."
Maka, Amru bin Huraits memerintahkan salah seorang putrinya untuk membersihkan tanah di sekitar batang pohon kurma itu. Ia juga memerintahkan putrinya untuk memercikkan air pada pohon tersebut.
Seseorang melihat Maitsam dan berkata," Pungkiri Ali, demi menyelamatkan jiwamu!" Maitsam berkata sambil tersenyum," Demi Allah, pohon kurma ini telah diciptakan untukku! Dan aku pun telah diciptakan pula untuknya!"
Akhirnya orang-orang mengetahui rahasia di balik kebiasaan Maitsam yang selalu mengunjungi pohon kurma itu sepanjang tahun.

Saudara-saudara!

Maitsam pun mengumpulkan orang-orang dan berkata," Saudara-saudara, jiak kalian ingin mendengar tentang Ali bin Abi Thalib, datanglah padaku."
Orang-orang berkumpul mengelilingi Maitsam. Ia mulai mengajarkan pada mereka berbagai macam ilmu pengetahuan.
Mata-mata melaporkan kata-kata Maitsam pada Ubaidillah bin Ziyad.
Ibnu Ziyad memerintahkan seorang pengawal untuk memotong lidah Maitsam. Maitsam berkata," Amirul Mukminin (Imam Ali) telah mengatakan padaku tentang peristiwa ini."
Kemudian pengawal itu memotong lidah Maitsam. Pengawal lainnya menikam Maitsam dengan pedangnya. Kehidupan Mujtahid (orang-orang yang berjuang di jalan Allah) ini pun padam bagaikan padamnya lilin!

Tubuh Maitsam

Maitsam telah melakukan banyak hal yang baik untuk rakyat. Rakyat sangat menyukainya. Mereka ingin mengambil tubuh Maitsam untuk dikuburkan. Tetapi pengawal Ibnu Ziyad dengan keras mencegah mereka untuk mendekatinya.
Suatu malam, tujuh orang penjual kurma datang. Mereka melihat para pengawal Ibnu Ziyad menyalakan api. Dua diantara penjual kurma itu menggergaji batang pohon. Lalu mereka pun membawa jenazah Maitsam keluar Kufah. Mereka menguburkan jenazah Maitsam di suatu tempat tertentu. Dan mereka kembali pulang.
Enam tahun telah lewat. Al Mukhtar melancarkan revolusinya di Kufah. Pasukannya berhadap-hadapan dengan pasukan Ubaidillah bin Ziyad di tepi sungai Al Khazir. Ibrahim al Ashtar memenggal kepala Ubaidillah bin Ziyad.
Beberapa orang dari pasukan itu, membawa kepada Ubaidillah pada Al Mukhtar. Al Mukhtar berdiri dan menendang kepada Ubaidillah.
Al Mukhtar teringat dengan kata-kata Maitsam di penjara," Al Mukhtar, kau akan keluar dari penjara. Kau akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain."
Hari-hari pun berlalu. Para pembunuh Imam Husain telah tewas. Orang-orang mengutuk mereka sepanjang sejarah.
Hingga sekarang, pengunjung yang mendatangi kota suci Najaf Untuk melihat reruntuhan Kufah, di salah satu jalan akan melihat sebuah kubah yang indah. Dan di bawah kubah indah itu terdapat makam Maitsam.[]