Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sayidah Zainab as; Perempuan Pemberani

1 Pendapat 05.0 / 5

Sekalipun tidak hidup dalam periode Imam Husein as, tapi

kini kami menyaksikan segala bentuk kezaliman,

penindasan, peperangan, kemunafikan dan penyimpangan.

Lalu bagaimana kami dapat memahami kondisi ini? Oleh

karenanya, kami memutuskan untuk bangkit membela

kebenaran. Pembelaan ini tidak terbatas hanya pada satu

makam suci, tapi pembelaan terhadap kemanusiaan dan

kebebasan. Hal yang telah dibangun oleh Imam Husein dan

Sayidah Zainab as dalam sejarah kemanusiaan.”

 

Ucapan sebelumnya berasal dari seorang syuhada pembela

makam suci Ahlul Bait as dan pendukung makam suci Sayidah

Zainab as. Perempuan agung yang telah melewati satu

periode sejarah dengan metode dan gaya hidupnya.

Kemampuannya melihat kondisi zamannya yang penuh dengan

kezaliman memaksanya bangkit melawan semua itu. Sayidah

Zainab as dengan bijak terlibat langsung dengan

kebangkitan Imam Husein as dan tegar menghadapi

kezaliman.

 

Partisipasi Sayidah Zainab as dalam kebangkitan ini untuk

mencegah Yazid dan para pengikutnya menghitamkan sejarah

kemanusiaan. Kini para pemuda pencari kebenaran dan

keadilan bangkit mempersiapkan dirinya dengan menapaki

nilai-nilai yang ditorehkan perempuan agung ini. Karena

setiap harinya mereka menyaksikan para pemuda dari

Lebanon, Irak, Suriah, Afghanistan dan Iran yang mereguk

cawan syahadah membela Ahlul Bait di Suriah. Banyak dari

mereka yang mengorbankan nyawanya saat berperang melawan

teroris Takfiri di sana.

 

Posisi perempuan dalam agama-agama memiliki pengaruh

besar dalam akidah, perilaku sosial, tradisi dan budaya

di sekitarnya. Islam yang memuliakan perempuan pada

hakikatnya melindungi pribadinya baik secara alami maupun

dalam hukum. Kesetaraan perempuan dan pria sebagai

manusia dalam Islam menunjukkan keduanya merupakan bagian

tak terpisahkan dari sebuah masyarakat dan pelengkap

manusia. Keberadaan perempuan dan pria menjadi jaminan

keselamatan masyarakat dan pelindung nilai-nilainya.

Setiap dari keduanya memiliki tanggung jawab sendiri-

sendiri dalam sebuah masyarakat dan ini menunjukkan

derajat pribadi perempuan dan kesamaannya dengan pria.

 

Ini merupakan keniscayaan sosial bahwa perempuan memahami

tanggung jawab sosialnya dan melaksanakan peran utamanya

di tengah masyarakat. Perempuan muslim harus memainkan

peran aktif dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya

lalu melaksanakan peran hakikinya. Dalam hal ini, Sayidah

Zainab as merupakan contoh perempuan teladan dalam

menjalankan tanggung jawab sosialnya.

 

Sayidah Zainab as merupakan perempuan pemberani yang

menjadi pengawal dan penyampai pesan Asyura sepeninggal

Imam Husein as. Beliau meninggal dunia saat melakukan

perjalanan menuju Syam bersama suaminya Abdullah bin

Jakfar. Kemudian jasad beliau dikebumikan di tempat

tersebut. Sayidah Zainab as berhasil mencerahkan jalan

yang diperjuangkan kakeknya Rasulullah Saw. Beliau

mewarisi semangat melawan kezaliman dari ibunya, Fathimah

dan ayahnya Imam Ali as. Kefasihannya mampu mengungkap

kebenaran dan membongkar kezaliman.

 

Sepanjang hidupnya, Sayidah Zainab as dipanggil dengan

banyak sebutan seperti Aqilah Bani Hasyim, Umm al-

Mashaib, Arifah, Amilah, Zahidah, Bakiyah dan Shiddiqah

Shugra. Sementara dari sisi keilmuwan beliau sempat

mengajari tafsir al-Quran para perempuan muslim selama

ayahnya tinggal di Kufah. Begitu juga selama Imam Zainal

Abidin as sakit, beliau menjadi rujukan masyarakat dalam

masalah syariat. Sejatinya, salah satu keutamaan beliau

adalah ketinggian derajat keilmuwannya.

 

Sayidah Zainab as selama hidupnya dikenal sebagai

cendekiawan, orator dan wakil khusus Imam Husein as dalam

menjelaskan hukum halal dan haram. Pesan Asyura yang

dibawa beliau telah disampaikan kepada seluruh perempuan

muslim. Tidak hanya menyampaikan, tapi beliau menjelaskan

dengan seksama dan detil risalah Imam Husein as. Selama

hidupnya, Sayidah Zainab as menjadi pendukung para

pejuang Islam dan senantiasa melakukan upaya-upaya sosial

guna mendidik para calon pejuang Islam disertai dengan

sikap menjaga kehormatan diri dan agama.

 

Keberanian merupakan satu karakter kuat yang ada dalam

diri Sayidah Zainab as. Beliau begitu tegar saat

menghadapi musuh dan bangkit melawan kezaliman dengan

segala apa yang dimilikinya, bahkan nyawanya sekalipun.

Itulah mengapa beliau juga dipanggil dengan sebutan

”Singa Bani Hasyim”. Karena beliau dengan gagah berani

meneriaki musuh dan mencela perbuatan mereka tanpa takut

sedikitpun. Pedang yang masih mengalirkan darah tidak

dapat menakutinya.

 

Zainab tidak menghiraukan kekuasaan Ibnu Ziyad, Gubernur

Kufah saat memasuki ruangannya dan lebih memilih duduk di

sudut ruangan. Tanpa memperhatikan pertanyaan yang

diajukan Ibnu Ziyad, beliau menyebutnya sebagai orang

fasik dan fajir. Beliau berkata, “Segala puji kepada

Allah yang memuliakan kami dengan kenabian Muhammad Saw

dan mensucikan kami dari kotoran. Sesungguhnya yang fasik

bakal terungkap, para pelaku keburukan adalah pembohong

dan ia bukan dari kami.”

 

Begitu pula ketika mendengar umpatan Yazid, Sayidah

Zainab as kembali menunjukkan keberaniannya. Beliau

mengatakan, “Saya melihatmu sangat kecil untuk menjadi

lawan bicaraku. Tapi saya tidak dapat menolak kenyataan

bahwa masyarakat telah melenceng dari kebenaran dan

memberikanmu kekuasaan. Dengan kekuasaan ini, engkau

mendapat kesempatan untuk menggugursyahidkan putra Nabi

Allah Saw. Begitu juga engkau berkesempatan menjadikan

keluarganya sebagai tawanan dan mendudukkannya di majelis

ini.”

 

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi

Islam Iran menilai pribadi Sayidah Zainab as sangat agung

dan tepat dalam melakukan manajemen krisis. Beliau

berkata, “Nilai dan keagungan Sayidah Zainab as

dikarenakan sikap dan gerakan agung kemanusiaan yang

dilakukan berdasarkan kewajiban ilahi. Perbuatan dan

bentuk gerakannya yang memberikan keagungan kepada

pribadinya. Beliau bukan perempuan yang tidak memiliki

ilmu pengetahuan, bahkan Sayidah Zainab as telah mencapai

puncak keimuwan.

 

Ketika krisis tengah mencapai puncaknya, dimana orang

terkuatpun tidak memahami apa yang harus dilakukan,

Sayidah Zainab as memahami apa yang harus dilakukan.

Beliau mendukung Imamnya dan mempersiapkan dirinya untuk

syahid. Pasca kesyahidan Imam Husein as, ketika dunia

dipenuhi kezaliman dan jiwa manusia dalam kegelapan,

perempuan agung ini bak cahaya yang bersinar terang.

Sayidah Zainab as telah sampai pada derajat, dimana hanya

manusia-manusia agung dalam sejarah kemanusiaan, yakni

para nabi, yang telah sampai ke sana.”