Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ufuk Kebahagiaan dalam Risalah Hakiki Muhammad Saw

1 Pendapat 05.0 / 5

Pada akhirnya, malam penuh misteri itu tiba. Sinar

rembulan secara perlahan menerangi puncak gunung dan

lembahnya di bagian selatan. Mendadak semua tempat

dilanda kesunyian penuh misteri. Muhammad Saw

menghabiskan malam-malam dengan terjaga. Tidak ada suara

pada kegelapan malam itu, akan tetapi kesunyian malam itu

sangat berbeda.

 

Seketika terpancar cahaya dari langit yang menerangi ufuk

pandangan Muhammad Saw. Beliau merasakan getaran hebat

pada batin dan jasmaninya. Seakan jiwa lembut Muhammad

Saw, memiliki kapasitas besar. Setelah itu muncul sosok

agung di hadapan Muhammad Saw. Penampilannya penuh wibawa

dan bersahaja. Ke mana pun Muhammad menatap, sosok itu

selalu ada di hadapannya.

 

Dia adalah Jibril, sang malaikat penyampai wahyu. Jibril

menghampiri Muhammad Saw dan berkata; “Wahai Muhammad,

bacalah.” Muhammad Saw menatap tajam. Beliau menyaksikan

tulisan di hadapannya. Kemudian terdengar kembali suara,

“Bacalah dengan nama Tuhanmu.” Dengan suara bergetar,

Muhammad Saw berkata, “Apa yang harus aku baca? Aku tidak

dapat membaca.” Dan malaikat itu berkata; “Bacalah dengan

(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya.”

 

Seluruh wujud Muhammad Saw terbalut kecintaan samawi dan

kemudian beliau mengikuti bacaan sang malaikat itu.

“Wahai Muhammad, kau adalah Rasulullah,” demikian suara

berwibawa itu kembali terdengar dan menggetarkan jiwa

Muhammad Saw.

 

Apa yang didengar Muhammad Saw? Itu bukan mimpi, karena

itu semua sepenuhnya nyata. Adalah kehendak Allah Swt

untuk berfirman kepada hamba-Nya dan Muhammad Saw adalah

termasuk di antara segelintir hamba Allah Swt yang layak

menerima wahyu. Muhammad Saw selalu memikirkan jalan

membebaskan masyarakat dari kesesatan dan penyimpangan;

dan sekarang beliau harus memikul tugas besar itu.

 

Apa yang dirasakan Muhammad Saw sungguh tidak dapat

terbayangkan. Rasa panas menyelimuti sekujur tubuh

beliau. Pundak beliau bergetar. Beliau ingin bangkit

namun tidak mampu. Seketika beliau meletakkan dahi ke

tanah dan tanpa sadar beliau menangis. Pada malam penuh

misteri itu, yaitu malam 27 Rajab, Muhammad Saw diangkat

sebagai Nabi.  

 

Semua Rasulullah, diutus Allah Swt untuk membimbing umat

manusia dari kegelapan, kebodohan dan keragu-raguan,

menuju cahaya ilmu dan makrifat. Meski demikian, masing-

masing mereka menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai

dengan kondisi di masanya.

 

Masalah penting dalam pengaruh dan perluasan agama Islam,

berkaitan dengan keutamaan dalam kepribadian dan juga

pesan Rasulullah Saw. Ayat-ayat al-Quran memuat maarif

yang sangat edukatif dan bernilai. Maarif al-Quran,

membuka jalan bagi penerimaan logika dan menghapus

seluruh keraguan dan keambiguan dalam benak umat manusia.

Kini, kriteria itu pula yang mengundang keinginan dan

perhatian para pencari Islam.

 

Rasulullah Saw telah menyampaikan pesan-pesan beliau

bersama logika dan argumentasi, juga dengan bahasa yang

fasih dan indah. Beliau menyampaikan seruan penghambaan

kepada Allah Yang Maha Esa dengan sangat indah. Allah Swt

yang menciptakan langit, bumi dan alam semesta.

Rasulullah Saw berulangkali menyebutkan tanda-tanda wujud

Allah Swt dan mengarahkan manusia pada wujud Sang

Pencipta.

 

Berbagai konsep seperti pencarian kebenaran, perwujudan

keadilan, hubungan sehat dan manusiawi yang terkandung

dalam pesan-pesan luhur Nabi Muhammad Saw, menjawab

tuntutan alami dan fitrah manusia. Hati dan jiwa kembali

tersegarkan dengan seruan tersebut serta menuntun mereka

menuju kehidupan bahagia. Jelas bahwa jika maarif Islam

tidak memiliki kriteria dan keutamaan tersebut, maka

tidak akan ada dukungan dalam dakwah. Namun pada

kenyataannya, apa yang disampaikan Rasulullah Saw

diterima hati dan akal masyarakat.

 

Masalah penting dalam agama Islam, yang sangat ditekankan

dan menjadi tujuan luhur dakwah Rasulullah Saw adalah

pengajaran dan pembimbingan. Mendorong masyarakat dan

upaya untuk memperluas ilmu pengetahuan dan makrifat, di

samping bimbingan jiwa dan batin. Allah dalam al-Quran

dalam ayat 2 surat al-Jum’ah, berfirman: Dialah yang

mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di

antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab

dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka

sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

 

Dengan demikian, Rasulullah Saw ditugaskan untuk membaca

ayat-ayat al-Quran untuk membersihkan jiwa masyarakat

dari debu-debu syirik dan keyakinan batil, serta

menghiasinya dengan akhlak mulia.  Sebagaimana yang dalam

hadits Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak.” Oleh karena itu, salah satu

tujuan terpenting pengutusan Rasulullah Saw, sebagaimana

yang disebutkan al-Quran adalah penyucian dan

pembimbingan masyarakat dalam rangka mengaktifkan dan

mengembangkan potensi besar manusia. Dalam proses

pembimbingan tersebut, hubungan antara manusia dan Allah

Swt dalam masyarakat Islam juga akan terislahkan.

 

Rasulullah Saw adalah teladan bukan hanya dalam ucapan

melainkan juga dalam amal perilaku. Rasulullah Saw lebih

menekankan dirinya untuk melaksanakan ajaran agama Islam

lebih dari orang lain. Akhlak yang mulia dan perilaku

yang terpuji dan penuh kasih sayang beliau, menjadi daya

tarik bagi masyarakat untuk mengikuti seruan Rasulullah.

Oleh karena itu, akhlak mulia Rasulullah Saw yang menarik

perhatian masyarakat jahil Arab dan membimbing mereka ke

jalan Allah Swt.

 

Masa paling sulit dalam dakwah Rasulullah Saw, adalah

pengubahan dan penghapusan keyakinan kaum Arab dan

musyrikin. Mereka kebanyakan adalah orang-orang fanatik.

Untuk berhasil dalam misi dakwahnya, Rasulullah Saw

sangat menekankan beberapa poin penting. Beliau tetap

menjaga kehormatan dan kemuliaan setiap manusia bahkan

orang-orang paling fanatik sekali pun. Beliau berupaya

untuk menciptakan situasi tenang dan jauh dari gejolak,

dalam menyampaikan pesan risalah. Rasulullah Saw

menghindari mencemooh orang-orang jahil dan bahkan beliau

tidak mengolok mereka jika terpaksa berdebat. Pada

kesempatan berbeda, beliau berusaha mengajak mereka

berdialog kembali. Dalam menyampaikan pesan kebenaran,

biasanya Rasulullah Saw memulai dari titik yang juga

diterima oleh pihak lawan. Cara tersebut digunakan

Rasulullah Saw khususnya dalam menghadapi para pemeluk

agama samawi.

 

Rasulullah Saw selalu menyesuaikan dakwah beliau dengan

kapasitas dan kemampuan penalaran audien. Beliau juga

berinteraksi dengan seluruh usia. Terkadang dengan senyum

manis dan juga tatapan tajam, Rasulullah Saw

mempersiapkan hati pihak seberang untuk menerima pesan

dakwah beliau.

 

Sekarang, di masa-masa penuh kesulitan dan bencana ini,

kita menyaksikan pembantaian umat Islam oleh para manusia

era Jahiliyah. Dan pada peringatan Bi’tsah Rasulullah Saw

ini, mari kita semua merujuk pada ajaran Islam hakiki,

damai dan penyegar jiwa-jiwa manusia.