Ufuk Kebahagiaan dalam Risalah Hakiki Muhammad Saw
Pada akhirnya, malam penuh misteri itu tiba. Sinar
rembulan secara perlahan menerangi puncak gunung dan
lembahnya di bagian selatan. Mendadak semua tempat
dilanda kesunyian penuh misteri. Muhammad Saw
menghabiskan malam-malam dengan terjaga. Tidak ada suara
pada kegelapan malam itu, akan tetapi kesunyian malam itu
sangat berbeda.
Seketika terpancar cahaya dari langit yang menerangi ufuk
pandangan Muhammad Saw. Beliau merasakan getaran hebat
pada batin dan jasmaninya. Seakan jiwa lembut Muhammad
Saw, memiliki kapasitas besar. Setelah itu muncul sosok
agung di hadapan Muhammad Saw. Penampilannya penuh wibawa
dan bersahaja. Ke mana pun Muhammad menatap, sosok itu
selalu ada di hadapannya.
Dia adalah Jibril, sang malaikat penyampai wahyu. Jibril
menghampiri Muhammad Saw dan berkata; “Wahai Muhammad,
bacalah.” Muhammad Saw menatap tajam. Beliau menyaksikan
tulisan di hadapannya. Kemudian terdengar kembali suara,
“Bacalah dengan nama Tuhanmu.” Dengan suara bergetar,
Muhammad Saw berkata, “Apa yang harus aku baca? Aku tidak
dapat membaca.” Dan malaikat itu berkata; “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
Seluruh wujud Muhammad Saw terbalut kecintaan samawi dan
kemudian beliau mengikuti bacaan sang malaikat itu.
“Wahai Muhammad, kau adalah Rasulullah,” demikian suara
berwibawa itu kembali terdengar dan menggetarkan jiwa
Muhammad Saw.
Apa yang didengar Muhammad Saw? Itu bukan mimpi, karena
itu semua sepenuhnya nyata. Adalah kehendak Allah Swt
untuk berfirman kepada hamba-Nya dan Muhammad Saw adalah
termasuk di antara segelintir hamba Allah Swt yang layak
menerima wahyu. Muhammad Saw selalu memikirkan jalan
membebaskan masyarakat dari kesesatan dan penyimpangan;
dan sekarang beliau harus memikul tugas besar itu.
Apa yang dirasakan Muhammad Saw sungguh tidak dapat
terbayangkan. Rasa panas menyelimuti sekujur tubuh
beliau. Pundak beliau bergetar. Beliau ingin bangkit
namun tidak mampu. Seketika beliau meletakkan dahi ke
tanah dan tanpa sadar beliau menangis. Pada malam penuh
misteri itu, yaitu malam 27 Rajab, Muhammad Saw diangkat
sebagai Nabi.
Semua Rasulullah, diutus Allah Swt untuk membimbing umat
manusia dari kegelapan, kebodohan dan keragu-raguan,
menuju cahaya ilmu dan makrifat. Meski demikian, masing-
masing mereka menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi di masanya.
Masalah penting dalam pengaruh dan perluasan agama Islam,
berkaitan dengan keutamaan dalam kepribadian dan juga
pesan Rasulullah Saw. Ayat-ayat al-Quran memuat maarif
yang sangat edukatif dan bernilai. Maarif al-Quran,
membuka jalan bagi penerimaan logika dan menghapus
seluruh keraguan dan keambiguan dalam benak umat manusia.
Kini, kriteria itu pula yang mengundang keinginan dan
perhatian para pencari Islam.
Rasulullah Saw telah menyampaikan pesan-pesan beliau
bersama logika dan argumentasi, juga dengan bahasa yang
fasih dan indah. Beliau menyampaikan seruan penghambaan
kepada Allah Yang Maha Esa dengan sangat indah. Allah Swt
yang menciptakan langit, bumi dan alam semesta.
Rasulullah Saw berulangkali menyebutkan tanda-tanda wujud
Allah Swt dan mengarahkan manusia pada wujud Sang
Pencipta.
Berbagai konsep seperti pencarian kebenaran, perwujudan
keadilan, hubungan sehat dan manusiawi yang terkandung
dalam pesan-pesan luhur Nabi Muhammad Saw, menjawab
tuntutan alami dan fitrah manusia. Hati dan jiwa kembali
tersegarkan dengan seruan tersebut serta menuntun mereka
menuju kehidupan bahagia. Jelas bahwa jika maarif Islam
tidak memiliki kriteria dan keutamaan tersebut, maka
tidak akan ada dukungan dalam dakwah. Namun pada
kenyataannya, apa yang disampaikan Rasulullah Saw
diterima hati dan akal masyarakat.
Masalah penting dalam agama Islam, yang sangat ditekankan
dan menjadi tujuan luhur dakwah Rasulullah Saw adalah
pengajaran dan pembimbingan. Mendorong masyarakat dan
upaya untuk memperluas ilmu pengetahuan dan makrifat, di
samping bimbingan jiwa dan batin. Allah dalam al-Quran
dalam ayat 2 surat al-Jum’ah, berfirman: Dialah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab
dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Dengan demikian, Rasulullah Saw ditugaskan untuk membaca
ayat-ayat al-Quran untuk membersihkan jiwa masyarakat
dari debu-debu syirik dan keyakinan batil, serta
menghiasinya dengan akhlak mulia. Sebagaimana yang dalam
hadits Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak.” Oleh karena itu, salah satu
tujuan terpenting pengutusan Rasulullah Saw, sebagaimana
yang disebutkan al-Quran adalah penyucian dan
pembimbingan masyarakat dalam rangka mengaktifkan dan
mengembangkan potensi besar manusia. Dalam proses
pembimbingan tersebut, hubungan antara manusia dan Allah
Swt dalam masyarakat Islam juga akan terislahkan.
Rasulullah Saw adalah teladan bukan hanya dalam ucapan
melainkan juga dalam amal perilaku. Rasulullah Saw lebih
menekankan dirinya untuk melaksanakan ajaran agama Islam
lebih dari orang lain. Akhlak yang mulia dan perilaku
yang terpuji dan penuh kasih sayang beliau, menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk mengikuti seruan Rasulullah.
Oleh karena itu, akhlak mulia Rasulullah Saw yang menarik
perhatian masyarakat jahil Arab dan membimbing mereka ke
jalan Allah Swt.
Masa paling sulit dalam dakwah Rasulullah Saw, adalah
pengubahan dan penghapusan keyakinan kaum Arab dan
musyrikin. Mereka kebanyakan adalah orang-orang fanatik.
Untuk berhasil dalam misi dakwahnya, Rasulullah Saw
sangat menekankan beberapa poin penting. Beliau tetap
menjaga kehormatan dan kemuliaan setiap manusia bahkan
orang-orang paling fanatik sekali pun. Beliau berupaya
untuk menciptakan situasi tenang dan jauh dari gejolak,
dalam menyampaikan pesan risalah. Rasulullah Saw
menghindari mencemooh orang-orang jahil dan bahkan beliau
tidak mengolok mereka jika terpaksa berdebat. Pada
kesempatan berbeda, beliau berusaha mengajak mereka
berdialog kembali. Dalam menyampaikan pesan kebenaran,
biasanya Rasulullah Saw memulai dari titik yang juga
diterima oleh pihak lawan. Cara tersebut digunakan
Rasulullah Saw khususnya dalam menghadapi para pemeluk
agama samawi.
Rasulullah Saw selalu menyesuaikan dakwah beliau dengan
kapasitas dan kemampuan penalaran audien. Beliau juga
berinteraksi dengan seluruh usia. Terkadang dengan senyum
manis dan juga tatapan tajam, Rasulullah Saw
mempersiapkan hati pihak seberang untuk menerima pesan
dakwah beliau.
Sekarang, di masa-masa penuh kesulitan dan bencana ini,
kita menyaksikan pembantaian umat Islam oleh para manusia
era Jahiliyah. Dan pada peringatan Bi’tsah Rasulullah Saw
ini, mari kita semua merujuk pada ajaran Islam hakiki,
damai dan penyegar jiwa-jiwa manusia.