Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hadis dalam Pandangan Syiah

0 Pendapat 00.0 / 5

Pengantar:

Kedudukan hadis Nabi saw dalam Islam sangat penting.

Sebab lewat hadislah kita bisa memahami pesan agama

yang dibawa oleh Rasulullah saw. Mazhab ahlu sunnah dan

syiah sependapat bahwa hadis adalah rujukan kedua

setelah kitab suci al-Quran. Kedudukan sebuah hadis

yang shahih mutawatir misalnya sama derajatnya dengan

firman Allah Swt, sehingga wajib bagi setiap muslim

yang beriman kepada Allah untuk menjalankan isi hadis

tersebut dan tidak boleh ia mengabaikannya. Sebab

mengabaikannya sama saja ia mengabaikan kitab suci al-

Quran.

Mengimani adanya hadis Nabi dan wajib menjalankan pesan

hadis Nabi yang terbukti shahih adalah prinsip yang

dipegang oleh semua mazhab dalam Islam. Namun ada

perbedaan dalam mendefinikan kategori suatu hadis

apakah ia shahih atau dhaif; apakah seorang perawi

suatu hadis termasuk sebagai yang mamduh (perawi yang

terpuji) atau yang tercela.

Berikut kami turunkan artikel singkat tentang hadis

dalam pandangan mazhab syiah Imamiah.

Klasifikasi Hadis

Syiah membagi hadis kepada dua bagian: hadis mutawatir

dan hadis aahad.
Hadis mutawatir adalah hadis yang dilaporkan oleh

sekelompok orang yang jumlah mereka sedemikian

banyaknya sehingga biasanya sulit bagi mereka untuk

sepakat berdusta bersama-sama. Kategori hadis ini

memiliki validitas yang tinggi sehingga wajib

mengamalkan isi hadis tersebut.

Hadis Aahad adalah hadis yang tidak sampai pada level

mutawatir dikarenakan pelapor hadis tersebut

(perawinya) berjumlah satu orang atau lebih dari satu.

Hadis aahad terbagi kepada beberapa kategori:

   1. Hadis Shahih, yakni hadis yang perawinya adalah

seorang yang berasal dari mazhab Imamiyah yang terbukti

dengan cara yang meyakinkan bahwa ia adalah seorang

yang adil.
   2. Hadis Hasan, yakni hadis yang perawinya adalah

seorang yang berasal dari mazhab Imamiyah yang terbukti

ia adalah seseorang yang terpuji dan tidak ada laporan

bahwa ia adalah orang yang tercela atau yang adil.
   3. Hadis Muwatsaq, yakni hadis yang perawinya adalah

seorang muslim yang non-syiah, namun ia bisa dipercaya

dan amanat dalam menukilkan riwayatnya
   4. Hadis Dhaif, yakni hadis yang perawinya adalah

non-muslim, atau muslim yang fasik, atau yang tidak

jelas identitasnya atau yang tidak disebutkan dalam

sanad hadis seluruh periwayatannya.

Hadis Maudhu’

Hadis Maudhu’, yakni hadis palsu atau fiktif. Ciri-

cirinya teks redaksinya bertentangan dengan nas al-

Quran atau dengan sesuatu yang sudah terbukti benar

dalam Sunnah Nabi saw; atau bertentangan dengan akal

atau redaksinya jauh dari kefasehan bahasa; atau berita

besar tapi dilaporkan oleh satu orang atau perawi yang

melaporkan itu adalah seorang pembela penguasa yang

zalim di zamannya.


Kitab-kitab Hadits

Para ulama syiah menulis tiga kategori kitab yang

berkaitan dengan hadis:

Pertama, kutub al-hadits, yakni kitab-kitab yang

mengoleksi hadis-hadis Nabi saw dan hadis-hadis para

Imam Ahlul Bait as. Dalam kitab-kitab hadis ini

tertulis berbagai macam teks hadis seperti hadis-hadis

yang berkaitan dengan akidah, syareah maupun akhlak.

Kedua, kitab rijal al-ahadits, yakni kitab yang

berkaitan dengan diskripsi para perawi hadis.
Ketiga, kitab dirayah, yakni kitab yang membahas

tentang berbagai macam kaedah-kaedah umum yang

dengannya seseorang bisa mengetahui mana hadis yang

shaheh dan mana yang tidak shaheh.
Tujuan dari adanya kaedah-kaedah ini adalah untuk

melakukan verifikasi apakah sebuah hadis yang sampai ke

tangan kita itu benar-benar sebuah hadis yang shaheh

atau tidak shaheh.


Kutub al-Hadits

Berikut adalah sejumlah kitab rujukan hadis dalam

mazhab syiah:

   1. Kitab al-Kafi, Syaikh al-Kulaini (w.328 H).

Jumlah hadis: 16099 hadis
   2. Kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Syaikh Ibnu

Babaweh atau juga dikenal dengan Syaikh Shaduq (w.381

H). Jumlah hadis: 9044 hadis
   3. Kitab at-Tahdzib, Syaikh Thusi (w.461 H). Jumlah

hadis: 13095 hadis
   4. Kitab al-Istibshar, Syaikh Thusi. Jumlah hadis:

5511 hadis.
   5. Kitab al-Wafi, Syaikh Muhsin Faidh Kasyani (w.

1091 H), 14 jilid
   6. Kitab Wasail as-Syiah, Syaikh al-Hur al-‘Amili

(w.1033 H), 6 jilid
   7. Bihar al-Anwar, Syaikh Majlisi,


Kitab Rijal

Di antara kitab Rijal Hadis Syiah Imamiyah adalah

sebagai berikut:

  1.  Kitab al-Rijal, Syaikh Najasyi (w.450 H)
  2.  Kitab al-Rijal, Syaikh Thusi
  3.  Kitab Ma’alim al-Ulama, Syaikh Ibnu Syahri Asyub

(w.588 H)
  4.  Kitab Manhaj al-Maqal, Syaikh Muhammad Astarabadi

(w. 1020 H)
  5.  Kitab Itqan al-Maqal, Syaikh Muhammad Thaha Najaf

(w. 1323 H)
  6.  Kitab Rijal al-Hadits, Sayed Abul Qasim al-Khui
  7.  Kitab al-Rijal al-Kabir, Syaikh Abdullah al-

Mamqani


Kitab Dirayah

  1.  Kitab al-Bidayah fi ‘Ilm ad-Dirayah, Syaikh

Zainuddin bin Ali al-‘Amili (w. 966 H)
  2.  Kitab al-Wajizah, Syaikh al-Bahai al-‘Amili (w.

1032 H)
  3.  Kitab Syarh al-Wajizah, Sayed Hasan as-Sadr
  4.  Kitab Miqyas al-Hidayah, Syaikh al-Mamqani


Mengamalkan Pesan Hadis

Dalam pandangan Syiah, mengamalkan pesan hadis yang

shaheh, hasan dan muwatsaq adalah wajib, karena

sanadnya kuat. Dan sebaliknya sebuah hadis yang dhaif

wajib ditinggalkan karena sanadnya yang lemah. Namun

sebuah hadis yang dhaif kadang-kadang bisa saja berubah

menjadi kuat apabila para ulama terdahulu mengamalkan

hadis tersebut. Hal ini karena para ulama yang wara’

dan sangat hati-hati tersebut ditambah lagi mereka

hidup di periode yang dekat dengan periode awal Islam

ketika mereka mengalamkan suatu hadis dhaif pasti

lantaran adanya suatu “qarinah” (sebab) yang qarinah

itu kini tersembunyi dari kita. Adanya qarinah itu

mengangkat status hadis dhaif tersebut.

Demikian juga sebaliknya sebuah hadis yang kuat bisa

saja berubah menjadi dhaif apabila para ulama terdahulu

mengabaikannya. Sebab pasti ada suatu sebab mengapa

para ulama yang agung di zaman itu meninggalkan hadis

tersebut meskipun perawinya dikenal jujur.