Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Rahasia Menutup Aurat

2 Pendapat 03.5 / 5

Di dalam Mishbah asy-Syari’ah disebutkan bahwa Imam

ash-Shadiq a.s. berkata:
“Pakaian terindah bagi kau Mukmin adalah pakaian takwa,

dan pakaian paling nikmat adalah iman. Allah ‘Azza wa

Jalla berfirman: Dan pakaian takwa, itulah yang lebih

baik.

“Pakaian lahir adalah nikmat dari Allah yang menutup

aurat anak Adam. Ia merupakan kemuliaan yang dengannya

Allah memuliakan hamba-hamba-Nya, keturunan Adam a.s.,

(kemuliaan) yang tidak pernah diberikan-Nya kepada yang

lain. Ia juga merupakan alat bagi kaum Mukmin untuk

menunaikan kewajiban yang telah dilekatkan oleh Alah

kepada mereka.

“Pakaianmu yang paling baik adalah yang tidak membuatmu

lalai dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan ketaatan kepada-

Nya; tidak menjadikanmu bangga diri, riya’l berhias,

berbangga-bangga, dan sombong, karena semua itu

merupakan penyakit agama dan mengeraskan hati.

“Apabila engkau mengenakan pakaianmu, maka ingatlah

tabir Allah Ta’ala yang menutupi dosa-dosamu dengan

rahmat-Nya. Tutuplah batinmu dengan kebenaran,

sebagaimana engkau menutup lahirmu dengan pakaian.

Jadikanlah batinmu berada dalam tabir ketakutan dan

lahirmu dalam tabir ketaatan.

“Pikirkanlah karunia Allah ‘Azza wa Jalla yang telah

menciptakan bahan-bahan pakaian untuk menutupi aurat

lahiriah, yang membuka pintu-pintu tobat untuk menutupi

aurat batin dari dosa-dosa dan akhlak yang buruk.

Jangan membuka aib siapa pun, karena Allah telah

menutup aibmu, itu lebih baik.

“Sibukkanlah dirimu dengan mencari aib diri sendiri,

berpalinglah dari sesuatu yang tidak berguna bagimu.

Waspadalah agar engkau tidak menyia-nyiakan usiamu

untuk pekerjaan orang lain; dan orang lain

mengembangkan modalmu, sementara engkau membinasakan

dirimu sendiri. Sungguk, lupa pada dosa merukapan

hukuman terbesar dari Allah, maka ia berada di tempat

yang terhindar dari segala penyakit dan tenggelam di

samudera rahmat Allah ‘Azza wa Jalla sertamemperoleh

bermacam mutiara faedah hikman dan bay?n. Dan

sebaliknya, selama ia lupa pada dosa-dosanya, tidak

mengelani aib-aib dirinya, dan masih bersandar pada

kekuatannya sendiri, maka ia tidak akan pernah

beruntung untuk selamanya.”[1]

Referensi:
[1] Khomeini, Imam. Shalat Ahli Makrifat. Pustaka

hidayah. 2006, Bandung. Makalah pertama Pendahuluan

shalat, hal. 144-145.