Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Perempuan- Perempuan yang Jadi Ibu Rasulullah SAW

1 Pendapat 05.0 / 5

Sejarah mencatat bahwa ada beberapa perempuan yang memiliki kemuliaan dengan menjadi ibu dari Rasulullah SAW, mulai beliau dilahirkan hingga dewasa. Perempuan-perempuan tersebut berperan dalam merawat dan mengasuh Rasulullah SAW. Muhammad Ali Quth dan bebrapa riwayat menyebutkan perempuan diantara mereka adalah sebagai berikut.

 

Aminah Binti Wahb

Aminah binti Wahb merupakan perempuan yang melahirkan Rasulullah, beliau seorang wanita Quraisy dari kabilah Bani Zuhrah, yang dianugerahi rahim teragung dan paling mulia. Karena di dalam rahimnya telah bersemayam benih manusia yang teragung dan termulia. Aminah menikah dengan Abdullah ibn Muthalib. Perjuangan Aminah dalam mengandung hingga melahirkan Rasulullah SAW merupakan suatu bukti kemuliaan seorang perempuan dalam menunaikan tugas yang diembankan Allah kepadanya. Pada masa beberapa bulan kehamilan Aminah, Abdullah harus berangkat ke Syam untuk berdagang, di tengah perjalanan beliau sakit hingga menemui ajalnya. Betapa sedih Aminah ditinggal suami tercinta, sebuah perpisahan yang sulit dan berat di tengah kehamilannya. Bayinya telah menjadi yatim sebelum dilahirkan. Namun, kesedihan dan pelipur lara Aminah datang dari sang mertua dan terlebih dari bayi yang dikandungnya. Dia selalu merasakan kedamaian dan ketenangan jiwa selama mengandung Rasulullah.

Pada suatu malam, datanglah seorang dalam mimpi Aminah dan berkata : “engkau telah mengandung pemimpin dan nabi umat ini”. Pada kesempatan lain sebelum melahirkan, orang tersebut mendatangi lagi dan berkata “apabila engkau melahirkannya, katakanlah, “Aku melindunginya dengan Zat Yang Maha Esa dari keburukan orang-orang hasud, dan namailah dia Muhammad”.

Demikianlah mimpi-mimpi tersebut datang silih berganti menghibur, menguatkan Aminah, hingga tibalah masa kelahiran Muhammad. Aminah berkata “Ketika aku melahirkan putraku, keluar bersama cahaya yang terang diantara timur dan barat, menerangi istana-istana negeri Syam dan negeri-negeri disekelilingnya. Aku bisa melihat iring-iringan unta di kota Basrah. Aku juga melihat tiga tanda yang tercetak: satu tanda di timur, satu di barat, dan satu lagi di atas Ka’bah.

Aminah menghabiskan hari-harinya dengan merawat dan melindungi Muhammad. Dalam pelukan dan perawatannya ibunya beliau tumbuh menjadi anak yang bersinar wajahnya. Di setiap raut wajahnya terpancar keagungan dan keelokan.

Halimah Al- Sa’diyah

Dalam tradisi Arab jahiliyah kepada selain ibu kandung dan tinggal dipedalaman  badui merupakan salah satu tanda kemuliaan status sosial. Halimah Al Sa’diyah adalah ibu susuan Muhammad SAW. Bayi kalangan terpandang Arab akan disusui oleh murdi’at ( para wanita yang menyusui bayi). Namun, setelah Muhammad kecil ditawarkan untuk mereka susui, beberapa mereka menolak karena beliau adalah anak yatim.  Namun, diantara mereka ada Halimah Sa’diyah yang belum mendapat seorang bayi, sehingga dia mengambil Muhammad sebagai anak susuannya.

Halimah kemudian membawa Muhammad ke dusunnya. Keberadaan Muhammad kecil membawa berkah keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Kehidupan Halimah yang awalnya serba kekurangan kini hidup penuh kedamaian, kegembiraan dan kecukupan. Dua tahun setelahnya, Muhammad dibawa mengunjungi ibunya Aminah, saat itu Halimah kembali meminta kepada Aminah untuk diizinkan membawa Muhammad kembali ke dusunnya. Saat usia 6 tahun Muhammad kembali dalam pengasuhan ibu kandungnya.  Menurut riwayat, Halimah masih merupakan kerabat jauh dengan Nabi dari kakek buyutnya yang bernama Adnan. Halimah Sa’diyah datang pertama kali setelah Nabi menikah dengan Khadijah, dan bersama suaminya Halimah kemudian memeluk agama Islam. Rasulullah selalu memuliakan ibu susuannya tersebut, setiap kali Halimah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya dengan berdiri dan menghamparkan selendang di tanah untuk dipakai Halimah duduk.

Barkah (Ummu Aiman)

Rasulullah SAW bersabda: Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibu kandungku”. Barkah merupakan perempuan yang mengasuh Rasulullah sejak kepergian ibunya Aminah. Dengan segenap cinta dan kasih sayangnya  Barkah mengurusi dan menyiapkan segala keperluan. Betapapun anak seusia Muhammad yang telah memiliki kemampuan dan keteguhan jiwa, dia masih memerlukan seseorang untuk merawatnya.

Dia selalu bersikap ramah dan tersenyum dalam melayani segala kebutuhan beliau. Selalu menghidangkan segala sesuatu baik makanan dan minuman yang Rasulullah senangi, dan dia bekerja dengan rasa senang dan bahagia. Rumah Ummu Aiman adalah rumah kecil dan sederhana yang disenangi Muhammad SAW, karena di dalamnya terdapat ketenangan dan penuh kasih sayang. Rasulullah pernah bersabda dihadapan sebagian para sahabat di Makkah sebelum peristiwa hijrah,  “barangsiapa yang merasa senang jika dapat menikahi perempuan calon penghuni surga, maka nikahilah Ummu Aiman”. Dia adalah tempat keluarnya kata-kata mulia yang banyak mengandung makna dan tujuan yang baik. Sungguh Ummu Aiman telah terangkat derajatnya dengan segala perasaannya, gerak-geriknya dan kearifannya baik semasa hidup maupun setelah kematiannya.

Fathimah Binti Asad

Setelah Barkah dan Rasulullah pindah ke rumah Abu Thalib, disinilah Fathimah Binti Asad berperan sebagai ibu Rasulullah. Fathimah binti Asad adalah istri Abu Thalib. Umur Muhammad pada saat keoindahannya 8 tahun, sehingga beliau masih membutuhkan kehangatan seorang pengasuh yang bisa melindunginya. Fathimah binti Asad adalah sebaik-baik ibu yang shalehah, dia tidak pernah membeda-bedakan antara Muhammad SAW dengan anak-anaknya yang lain. Dia banyak memberikan curahan perhatian dan budi pekertinya serta selalu mengasuh dengan sebaik-baik asuha. Asuhan Fathimah binti Asad terus berlanjut sampai Muhammad SAW menjadi pemuda dewasa dan mandiri.

Di sinilah terlihat perpaduan antara asuhan Barkah, Fathimah binti Asad yang mencurahkan segenap cinta dan kasih sayangnya sebagai pengganti kepahitan hidup Muhammad sebagai anak yatim piatu. Maka benarlah firman Allah yang menyatakan “Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu”. (QS. Ad-Dhuha :6).

Demikianlah kemuliaan perempuan-perempuan yang menjadi ibu di sisi Rasululah. Tugas-tugas keduniaan yang diperankan perempuan di atas dengan baik telah menjadikannya mulia dan mencapai kedudukan spritiual. Maka patutlah kita meneladani spirit dan perjuangan perempuan-perempuan tersebut, dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. menjadi perempuan yang konsisten mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari agar senantiasa membahagiakan hati Rasulullah SAW.