Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Persatuan dalam Al-Quran

1 Pendapat 05.0 / 5

Islam sebagai agama rahmatan lil-alamin, penyempurna

agama-agama sebelumnya sangat menjunjung tinggi

persatuan. Para penganut ajaran Islam dituntut untuk

mengembalikan segala sesuatu yang mereka perselisihkan

kepada Allah SWT untuk menghindari perselisihan dan

perpecahan yang bisa menimbulkan kehancuran,

sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat

59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan

Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.

An-Nisa: 59)
Di sisi lain, Allah SWT memperingatkan kepada manusia

untuk saling mengenal, hal ini bertujuan agar manusia

saling mencintai sehingga tercipta tatanan masyarakat

yang tentram dan damai tanpa ada perselisihan atau

pertengkaran  di dalamnya,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)
Berdasarkan ayat ini, Allah SWT mengisyaratkan bahwa

saling mengenal adalah keharusan agar  persatuan bisa

terwujud. Seseorang tak akan pernah bersatu ketika

mereka tak saling mengenal. Oleh sebab itu, ayat ini

secara terang-terangan menyeru manusia untuk saling

mengenal agar terwujudnya persatuan.
Terkait masalah pentingnya persatuan, Al-Qur’an

sebagai kitab hidayah yang menjadi pedoman hidup

manusia, menjelaskan bahwa persatuan adalah keharusan,

sebagaimana perkataan Allah SWT yang terdapat pada

Surah Al-Baqarah ayat 213:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul

perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai

pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama

mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di

antara manusia tentang perkara yang mereka

perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu

melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka

kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-

keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka

sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang

beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka

perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah

selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya

kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)
Manusia harus menyadari bahwa persatuan adalah kunci

untuk meraih kesuksesan seluruh aspek kehidupan, baik

itu kesejahteraan ekonomi, budaya, politik, pendidikan

dan spiritualitas. Apabila terjadi perpecahan maka

yang diuntungkan hanyalah para musuh-musuh Islam. Oleh

sebab itu umat muslim harus menanamkan di dalam

dirinya sebuah tanggung jawab untuk menyeru pada

persatuan dan tidak terjebak pada provokasi yang

senantiasa disuarakan oleh orang-orang berbaju Islam.
Adanya perpecahan di internal umat muslimin akan

melahirkan kerugian besar dan akan menguntungkan musuh

Islam. Karena dengan perpecahan umat muslim menjadi

rapuh dan mudah untuk dikalahkan dan diselewengkan

ajarannya. Sebagaimana yang terkandung dalam Surah

Al-Anfal ayat 46:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah

kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi

gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al-Anfal: 46).