Persatuan dalam Al-Quran
Islam sebagai agama rahmatan lil-alamin, penyempurna
agama-agama sebelumnya sangat menjunjung tinggi
persatuan. Para penganut ajaran Islam dituntut untuk
mengembalikan segala sesuatu yang mereka perselisihkan
kepada Allah SWT untuk menghindari perselisihan dan
perpecahan yang bisa menimbulkan kehancuran,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat
59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.
An-Nisa: 59)
Di sisi lain, Allah SWT memperingatkan kepada manusia
untuk saling mengenal, hal ini bertujuan agar manusia
saling mencintai sehingga tercipta tatanan masyarakat
yang tentram dan damai tanpa ada perselisihan atau
pertengkaran di dalamnya,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)
Berdasarkan ayat ini, Allah SWT mengisyaratkan bahwa
saling mengenal adalah keharusan agar persatuan bisa
terwujud. Seseorang tak akan pernah bersatu ketika
mereka tak saling mengenal. Oleh sebab itu, ayat ini
secara terang-terangan menyeru manusia untuk saling
mengenal agar terwujudnya persatuan.
Terkait masalah pentingnya persatuan, Al-Qur’an
sebagai kitab hidayah yang menjadi pedoman hidup
manusia, menjelaskan bahwa persatuan adalah keharusan,
sebagaimana perkataan Allah SWT yang terdapat pada
Surah Al-Baqarah ayat 213:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka
kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka
sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah
selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)
Manusia harus menyadari bahwa persatuan adalah kunci
untuk meraih kesuksesan seluruh aspek kehidupan, baik
itu kesejahteraan ekonomi, budaya, politik, pendidikan
dan spiritualitas. Apabila terjadi perpecahan maka
yang diuntungkan hanyalah para musuh-musuh Islam. Oleh
sebab itu umat muslim harus menanamkan di dalam
dirinya sebuah tanggung jawab untuk menyeru pada
persatuan dan tidak terjebak pada provokasi yang
senantiasa disuarakan oleh orang-orang berbaju Islam.
Adanya perpecahan di internal umat muslimin akan
melahirkan kerugian besar dan akan menguntungkan musuh
Islam. Karena dengan perpecahan umat muslim menjadi
rapuh dan mudah untuk dikalahkan dan diselewengkan
ajarannya. Sebagaimana yang terkandung dalam Surah
Al-Anfal ayat 46:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah
kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Anfal: 46).