Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Arbain, Perenungan atas Kebangkitan Imam Husein as

1 Pendapat 05.0 / 5

Selama 40 hari, hati penuh duka dan mata berlinang air

mata para wanita dan anak-anak, menceritakan besarnya

nestapa mereka. Dan sekarang, rombongan yang berduka

itu kini telah tiba di Karbala. Ketika kaki mereka

menginjak tanah Karbala, seluruh adegan dan peristiwa

memilukan di bumi nestapa itu seakan tertayangkan

kembali di depan mata mereka. Teriak tangis dan sedu

sedan anggota rombongan tersebut seketika meledak-

ledak. Imam Sajjad as menatap makam para syuhada dan

mengingat kembali hari penuh lara  ketika beliau

menyaksikan tubuh para syuhada roboh dan mencucapkan

selamat tinggal. Kesedihan tiada tara meliputi batin

Imam Sajjad as, dan hanya ucapan bibinya Sayyidah

Zainab sa yang sedikit meringankan kepedihan di hati

beliau.

 

Pada sore hari Asyura, Sayyidah Zainab sa berkata

kepada Imam Sajjad as: “Jangan kau gelisah dengan apa

yang kau saksikan. Allah Swt telah mengikat perjanjian

dengan sekelompok dari umat ini untuk mengumpulkan

anggota tubuh yang terpisah-pisah ini dan tubuh yang

bergelimangan darah ini dan menguburkannya. Di bumi

ini, mereka akan meletakkan sebuah tanda untuk makam

ayahmu di mana berlalunya masa tidak akan

menghilangkan dan merusaknya. Para pemimpin kekufuran

dan pengikut kebatilan akan berusaha menghancurkannya.

Akan tetapi upaya mereka akan semakin melantangkan

kebesaran namanya (Husein bin Ali as).”

 

Sekarang, pada hari ke-40 pasca tragedi Karbala,

Sayyidah Zainab sa bersama rombongan menginjakkan kaki

di bumi penuh duri Karbala untuk menumpahkan

kerinduannya di makam saudaranya. Sayyidah Zainab sa

duduk di samping makam Imam Husein as dan dengan suara

penuh kepiluan berbincang dengan Imam Husein as.

Disebutkan dalam berbagai riwayat bahwa rombongan

keluarga Imam Husein as dan sahabatnya itu tiga hari

berada di Karbala dan setelah menggelar acara duka

bergerak menuju Madinah.

 

Arbain merupakan peluang lain bagi kita untuk

merenungkan kembali seluruh aspek dalam Asyura. Meski

peristiwa itu terjadi pada waktu dan di tempat

tertentu, akan tetapi pelajaran dan pesannya akan

berlanjut hingga akhir perjalanan sejarah dunia.

Karena kebangkitan Imam Husein as telah terikat dengan

nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan terindah. Oleh

sebab itu, pelajaran dan pesannya tidak akan pernah

usang. Nilai-nilai yang membentu kebangkitan Imam

Husein as adalah nilai-nilai yang juga diperjuangkan

oleh para anbiya dan waliyullah.

 

Sepanjang sejarah, perlawanan terhadap kekejaman dan

ketidakadilan, perjuangan menghadapi kaum mufsid dan

pelanggar hak-hak masyarakat, selalu menjadi pedoman

hidup manusia-manusia terbebaskan di dunia. Imam

Husein as, yang juga termasuk di antara manusia-

manusia yang dimuliakan Allah Swt, ketika menyadari

ancaman yang dihadapi umat Islam, beliau tidak bungkam

dan bangkit melakukan islah secara fundamental. Sesuai

dengan ketentuan alam semesta, dunia adalah wadah

untuk berbagai keutamaan, nilai-nilai indah

kemanusiaan serta panggung perluasan perdamaian dan

keadilan. Jika ada sekelompok yang bertindak

bertentangan dengan sunnah ini, maka berat bagi

manusia-manusia pencari Allah Swt dan kebenaran untuk

hanya diam menonton. Ketika itu, mereka akan bangkit

melawan sebagaimana yang telah dilakukan Imam Husein

as di Karbala.

 

Imam Husein as sangat menekankan pada upaya penyadaran

masyarakat, karena kebodohan dan penyimpangan

sekelompok masyarakat, selalu menjadi pintu bagi para

kaum durjana untuk menguasai dan semena-mena terhadap

masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan para penguasai

Bani Umayah, yang memanfaatkan kebodohan dan

ketidaksadaran masyarakat. Rezim Bani Umayah berusaha

mendistorsi dan memutarbalikkan nilai-nilai yang

diwariskan Rasulullah Saw, agar dapat berkuasa dalam

masyarakat. Mereka mendistorsi ajaran dan konsep-

konsep dalam agama demi kepentingan mereka.

 

Padangan yang dangkal dan perspektif menyimpang serta

pengutamaan penampilan lahiriyah religius, termasuk di

antara masalah yang diderita masyarakat Islam kala

itu. Sementara itu, Imam Husein as yang mendeteksi

penyimpangan tersebut, telah memperingatkan masyarakat

akan berkuasanya para penipu lalim dengan

berpenampilan patuh pada agama. Dalam hal ini beliau

berkata: “Agama hanya permainan lidah mereka. Mereka

menginginkan agama hanya jika melimpahkan dan menjamin

penghasilan duniawi mereka dan ketika dihadapkan pada

ujian dan bencana; betapa sedikit mereka yang (benar-

benar) beragama.”

 

Bani Umayah membuat agama sebagai alat demi tujuan-

tujuan politiknya serta berusaha keras untuk

menggerogoti ajaran dan konsep agama. Rasullah Saw

pada masa hidupnya, telah memperingatkan masyarakat

akan munculnya gerakan seperti ini dan bersabda: “Di

antara kalian akan muncul sekelompok orang, di mana

kalian akan menganggap kecil, shalat dan puasa kalian

di hadapan shalat dan puasa mereka serta amal kalian

di hadapan amal mereka. Mereka membaca al-Quran, akan

tetapi bacaan tersebut tidak lebih dalam dari

tenggorokan mereka, dan kelompok ini akan seperti anak

panah yang melesat dari busur dan keluar dari agama.”

 

Dalam persepektif manusia luhur seperti Imam Husein

as, kehidupan hanya akan bermakna di bahwa kekuasaan

Allah Swt dan kepemimpinan manusia saleh. Jika

seseorang dan masyarakat, berserah diri di hadapan

kekuasaan selain Allah Swt, maka dia akan terjerumus

dalam kehancuran. Oleh karena itu, Imam Husein as

menilai kekuasaan rezim pemuja dunia dan sewenang-

wenang sebagai ancaman paling berbahaya bagi

masyarakat Islam. Dengan demikian, Imam Husein as

mengumumkan dan mengingatkan soal ketidaklayakan Yazid

bin Muawiyah untuk menjadi khalifah Muslimin.

 

Secara gamblang dan tegas, Imam Husein as menjelaskan

bahwa kebahagiaan umat Islam berada di bawah kekuasaan

Allah Swt dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur

ilahi. Melalui amr makruf dan nahyu munkar beliau

mengacu pada islah urusan umat Rasulullah Saw. Dalam

merealisasikannya, Imam Husein as berjuang hingga

mengorbankan nyawanya. Dengan kesyahidan Imam Husein

as, terjadi goncangan hebat dalam tubuh umat islam dan

nurani yang terlelap dalam kejahilan atau terpuruk

karena ketakutan, akhirnya tergugah dan bangkit. Oleh

karena itu kita saksikan bahwa banyak orang yang tidak

 bersama Imam Husein as pada kebangkitan di Karbala,

akan tetapi setelah Asyura, mereka banyak yang

tersadarkan serta bangkit melawan penguasa zalim.

 

Ibn Khaldun dalam menjelaskan berbagai dampak pasca

kesyahidan Imam Husein as di Karbala menulis, “Muncul

gelombang kebencian terhadap pemerintah (Bani Umayah)

dan para pengelolanya. Sekelompok masyarakat merasa

menyesal karena tidak membantu putra Rasulullah Saw

dan secara bertahap, gelombang kebangkitan meliputi

masyarakat Islam serta menjadi awal dari gerakan

Tawwabin, kebangkitan Umat Mukhtar dan berbagai

kebangkitan lain.”

 

Perjuangan Imam Husein as bukan sebuah gerakan tanpa

perhitungan, melainkan berdasarkan pada prinsip dan

mekanisme yang sedemikian rupa sehingga tidak akan

pudar ditelan masa. Tujuan, semangat, pesan kebenaran,

mekanisme perlawanan dan perjuangan beliau, sedemikian

rupa sehingga akan menjadi inspirasi bagi manusia-

manusia bebas dan pencari kebenaran di sepanjang masa.

Bagaimana tidak? Inspirasi itu juga terlahir ketika di

puncak pertempuran, Imam Husein as tetap memberikan

hidayah dan bimbingan dengan untaian kata irfani

kepada sekelompok  manusia yang akan membunuhnya.

 

Meski telah kehilangan putra dan sahabat-sahabatnya

yang setia, Imam Husein as tetap berbicara kepada

pasukan musuh dan menyeru mereka untuk menuju jalan

kebenaran dan kebahagiaan. Karena beliau adalah imam

yang mengasihi umatnya dan yang menderita menyaksikan

kejahilan dan penyimpangan masyarakat. Bertentangan

dengan sejumlah klaim, jika kebangkitan Imam Husein as

di Karbala adalah demi kepentingan-kepentingan duniawi

seperti kekuasaan dan harta, maka gerakan beliau akan

terpendam pada era tersebut dan tidak akan berlanjut

sampai berabad-abad hingga sekarang.

 

Sekarang, setiap aspek dari kebangkitan Imam Husein as

dapat menjadi inspirasi bagi kaum tertindas dan

teraniaya. Saat ini, nama dan kenangan Imam Husein as

dan para sahabatnya yang setia, bergelora sedemikian

rupa dalam hati jutaan manusia pecinta dari berbagai

penjuru dunia, sehingga mereka menempuh perjalanan

panjang dengan berjalan kaki hingga makam Imam Husein

as di Karbala menjelang peringatan hari Arbain.

Fenomena ini mengingatkan kita akan hadis Rasulullah

Saw yang bersabda: “Setelah kesyahidan Husein (as)

akan menyala api di hati setiap mukmin yang tidak akan

pernah redup dan padam.