Arbain, Perenungan atas Kebangkitan Imam Husein as
Selama 40 hari, hati penuh duka dan mata berlinang air
mata para wanita dan anak-anak, menceritakan besarnya
nestapa mereka. Dan sekarang, rombongan yang berduka
itu kini telah tiba di Karbala. Ketika kaki mereka
menginjak tanah Karbala, seluruh adegan dan peristiwa
memilukan di bumi nestapa itu seakan tertayangkan
kembali di depan mata mereka. Teriak tangis dan sedu
sedan anggota rombongan tersebut seketika meledak-
ledak. Imam Sajjad as menatap makam para syuhada dan
mengingat kembali hari penuh lara ketika beliau
menyaksikan tubuh para syuhada roboh dan mencucapkan
selamat tinggal. Kesedihan tiada tara meliputi batin
Imam Sajjad as, dan hanya ucapan bibinya Sayyidah
Zainab sa yang sedikit meringankan kepedihan di hati
beliau.
Pada sore hari Asyura, Sayyidah Zainab sa berkata
kepada Imam Sajjad as: “Jangan kau gelisah dengan apa
yang kau saksikan. Allah Swt telah mengikat perjanjian
dengan sekelompok dari umat ini untuk mengumpulkan
anggota tubuh yang terpisah-pisah ini dan tubuh yang
bergelimangan darah ini dan menguburkannya. Di bumi
ini, mereka akan meletakkan sebuah tanda untuk makam
ayahmu di mana berlalunya masa tidak akan
menghilangkan dan merusaknya. Para pemimpin kekufuran
dan pengikut kebatilan akan berusaha menghancurkannya.
Akan tetapi upaya mereka akan semakin melantangkan
kebesaran namanya (Husein bin Ali as).”
Sekarang, pada hari ke-40 pasca tragedi Karbala,
Sayyidah Zainab sa bersama rombongan menginjakkan kaki
di bumi penuh duri Karbala untuk menumpahkan
kerinduannya di makam saudaranya. Sayyidah Zainab sa
duduk di samping makam Imam Husein as dan dengan suara
penuh kepiluan berbincang dengan Imam Husein as.
Disebutkan dalam berbagai riwayat bahwa rombongan
keluarga Imam Husein as dan sahabatnya itu tiga hari
berada di Karbala dan setelah menggelar acara duka
bergerak menuju Madinah.
Arbain merupakan peluang lain bagi kita untuk
merenungkan kembali seluruh aspek dalam Asyura. Meski
peristiwa itu terjadi pada waktu dan di tempat
tertentu, akan tetapi pelajaran dan pesannya akan
berlanjut hingga akhir perjalanan sejarah dunia.
Karena kebangkitan Imam Husein as telah terikat dengan
nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan terindah. Oleh
sebab itu, pelajaran dan pesannya tidak akan pernah
usang. Nilai-nilai yang membentu kebangkitan Imam
Husein as adalah nilai-nilai yang juga diperjuangkan
oleh para anbiya dan waliyullah.
Sepanjang sejarah, perlawanan terhadap kekejaman dan
ketidakadilan, perjuangan menghadapi kaum mufsid dan
pelanggar hak-hak masyarakat, selalu menjadi pedoman
hidup manusia-manusia terbebaskan di dunia. Imam
Husein as, yang juga termasuk di antara manusia-
manusia yang dimuliakan Allah Swt, ketika menyadari
ancaman yang dihadapi umat Islam, beliau tidak bungkam
dan bangkit melakukan islah secara fundamental. Sesuai
dengan ketentuan alam semesta, dunia adalah wadah
untuk berbagai keutamaan, nilai-nilai indah
kemanusiaan serta panggung perluasan perdamaian dan
keadilan. Jika ada sekelompok yang bertindak
bertentangan dengan sunnah ini, maka berat bagi
manusia-manusia pencari Allah Swt dan kebenaran untuk
hanya diam menonton. Ketika itu, mereka akan bangkit
melawan sebagaimana yang telah dilakukan Imam Husein
as di Karbala.
Imam Husein as sangat menekankan pada upaya penyadaran
masyarakat, karena kebodohan dan penyimpangan
sekelompok masyarakat, selalu menjadi pintu bagi para
kaum durjana untuk menguasai dan semena-mena terhadap
masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan para penguasai
Bani Umayah, yang memanfaatkan kebodohan dan
ketidaksadaran masyarakat. Rezim Bani Umayah berusaha
mendistorsi dan memutarbalikkan nilai-nilai yang
diwariskan Rasulullah Saw, agar dapat berkuasa dalam
masyarakat. Mereka mendistorsi ajaran dan konsep-
konsep dalam agama demi kepentingan mereka.
Padangan yang dangkal dan perspektif menyimpang serta
pengutamaan penampilan lahiriyah religius, termasuk di
antara masalah yang diderita masyarakat Islam kala
itu. Sementara itu, Imam Husein as yang mendeteksi
penyimpangan tersebut, telah memperingatkan masyarakat
akan berkuasanya para penipu lalim dengan
berpenampilan patuh pada agama. Dalam hal ini beliau
berkata: “Agama hanya permainan lidah mereka. Mereka
menginginkan agama hanya jika melimpahkan dan menjamin
penghasilan duniawi mereka dan ketika dihadapkan pada
ujian dan bencana; betapa sedikit mereka yang (benar-
benar) beragama.”
Bani Umayah membuat agama sebagai alat demi tujuan-
tujuan politiknya serta berusaha keras untuk
menggerogoti ajaran dan konsep agama. Rasullah Saw
pada masa hidupnya, telah memperingatkan masyarakat
akan munculnya gerakan seperti ini dan bersabda: “Di
antara kalian akan muncul sekelompok orang, di mana
kalian akan menganggap kecil, shalat dan puasa kalian
di hadapan shalat dan puasa mereka serta amal kalian
di hadapan amal mereka. Mereka membaca al-Quran, akan
tetapi bacaan tersebut tidak lebih dalam dari
tenggorokan mereka, dan kelompok ini akan seperti anak
panah yang melesat dari busur dan keluar dari agama.”
Dalam persepektif manusia luhur seperti Imam Husein
as, kehidupan hanya akan bermakna di bahwa kekuasaan
Allah Swt dan kepemimpinan manusia saleh. Jika
seseorang dan masyarakat, berserah diri di hadapan
kekuasaan selain Allah Swt, maka dia akan terjerumus
dalam kehancuran. Oleh karena itu, Imam Husein as
menilai kekuasaan rezim pemuja dunia dan sewenang-
wenang sebagai ancaman paling berbahaya bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian, Imam Husein as
mengumumkan dan mengingatkan soal ketidaklayakan Yazid
bin Muawiyah untuk menjadi khalifah Muslimin.
Secara gamblang dan tegas, Imam Husein as menjelaskan
bahwa kebahagiaan umat Islam berada di bawah kekuasaan
Allah Swt dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur
ilahi. Melalui amr makruf dan nahyu munkar beliau
mengacu pada islah urusan umat Rasulullah Saw. Dalam
merealisasikannya, Imam Husein as berjuang hingga
mengorbankan nyawanya. Dengan kesyahidan Imam Husein
as, terjadi goncangan hebat dalam tubuh umat islam dan
nurani yang terlelap dalam kejahilan atau terpuruk
karena ketakutan, akhirnya tergugah dan bangkit. Oleh
karena itu kita saksikan bahwa banyak orang yang tidak
bersama Imam Husein as pada kebangkitan di Karbala,
akan tetapi setelah Asyura, mereka banyak yang
tersadarkan serta bangkit melawan penguasa zalim.
Ibn Khaldun dalam menjelaskan berbagai dampak pasca
kesyahidan Imam Husein as di Karbala menulis, “Muncul
gelombang kebencian terhadap pemerintah (Bani Umayah)
dan para pengelolanya. Sekelompok masyarakat merasa
menyesal karena tidak membantu putra Rasulullah Saw
dan secara bertahap, gelombang kebangkitan meliputi
masyarakat Islam serta menjadi awal dari gerakan
Tawwabin, kebangkitan Umat Mukhtar dan berbagai
kebangkitan lain.”
Perjuangan Imam Husein as bukan sebuah gerakan tanpa
perhitungan, melainkan berdasarkan pada prinsip dan
mekanisme yang sedemikian rupa sehingga tidak akan
pudar ditelan masa. Tujuan, semangat, pesan kebenaran,
mekanisme perlawanan dan perjuangan beliau, sedemikian
rupa sehingga akan menjadi inspirasi bagi manusia-
manusia bebas dan pencari kebenaran di sepanjang masa.
Bagaimana tidak? Inspirasi itu juga terlahir ketika di
puncak pertempuran, Imam Husein as tetap memberikan
hidayah dan bimbingan dengan untaian kata irfani
kepada sekelompok manusia yang akan membunuhnya.
Meski telah kehilangan putra dan sahabat-sahabatnya
yang setia, Imam Husein as tetap berbicara kepada
pasukan musuh dan menyeru mereka untuk menuju jalan
kebenaran dan kebahagiaan. Karena beliau adalah imam
yang mengasihi umatnya dan yang menderita menyaksikan
kejahilan dan penyimpangan masyarakat. Bertentangan
dengan sejumlah klaim, jika kebangkitan Imam Husein as
di Karbala adalah demi kepentingan-kepentingan duniawi
seperti kekuasaan dan harta, maka gerakan beliau akan
terpendam pada era tersebut dan tidak akan berlanjut
sampai berabad-abad hingga sekarang.
Sekarang, setiap aspek dari kebangkitan Imam Husein as
dapat menjadi inspirasi bagi kaum tertindas dan
teraniaya. Saat ini, nama dan kenangan Imam Husein as
dan para sahabatnya yang setia, bergelora sedemikian
rupa dalam hati jutaan manusia pecinta dari berbagai
penjuru dunia, sehingga mereka menempuh perjalanan
panjang dengan berjalan kaki hingga makam Imam Husein
as di Karbala menjelang peringatan hari Arbain.
Fenomena ini mengingatkan kita akan hadis Rasulullah
Saw yang bersabda: “Setelah kesyahidan Husein (as)
akan menyala api di hati setiap mukmin yang tidak akan
pernah redup dan padam.