Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam

1 Pendapat 05.0 / 5

Selama ini, alam senantiasa melayani manusia sejak kehadirannya di muka bumi. Manusia memanfaatkan keagungan dan sumber-sumber penting yang ada di alam. Proses pemanfaatan ini terus berjalan hingga tiba periode industri yang mengeksploitasi alam tanpa batas dan melanggar segala aturan yang ada. Kenyataan ini telah menghasilkan penjarahan luar biasa generasi masa kini atas warisan generasi mendatang. Sumber kekayaan alam yang semestinya akan diwarisi generasi mendatang telah digunakan membabi buta oleh manusia saat ini.

Saat ini, pemanfaatan alam dilakukan secara berlebihan, dimana perkembangan teknologi justru menjadi penyebab penyebaran polusi di seluruh dunia. Yang terjadi adalah musnahnya sumber-sumber alam, bahkan menciptakan kerusakan di atmosfir seperti bocornya lapisan ozon. Oleh karenanya, saat manusia mendengar ungkapan dan pembicaraan tentang kembali ke alam dan berusaha bersahabat dengannya, seakan-akan ia mendapat pesan yang indah dan menarik hatinya, tapi pada saat yang sama membawa tanggung jawab kepadanya.

Dunia modern ingin menguasai alam, sementara agama-agama Ilahi, seperti Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan harmonisasi dengan alam dan memanfaatkannya dengan baik dan benar. Para pemimpin agama memiliki hubungan kasih sayang dengan alam. Hubungan ini berkembang dengan menyaksikan batin dari alam semesta dan mengantarkan mereka ke puncak makrifat kepada pencipta alam. Itulah mengapa mereka merasa berusaha bersama dan mencintai alam serta menjaganya sebagai tanggung jawabnya.

Secara umum, agama-agama Ilahi memiliki cara pandang yang menghormati alam. Mereka menilai lingkungan tempat tinggal manusia merupakan bagian dari kehidupannya dan diciptakan untuk dimanfaatkan dengan baik dan benar. Al-Quran dalam surah Al-Baqarah ayat 29 menegaskan, “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dalam tradisi Al-Quran, alam ini hidup serta memiliki perasaan, dan manusia hidup dengan dunia yang sadar. Oleh karenanya, manusia bertanggung jawab atas nasib lingkungan hidup, dan peran manusia sangat penting bagi keselamatan lingkungan.

Di satu tempat Al-Quran menyebutkan, “Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)” (QS. Ar-Rahman: 5). Kami menciptakan bumi untuk semua manusia. Bukan milik sebagian orang atau sebagian merasa memiliki hak lebih banyak. Bumi saat ini milik kalian, tapi besok untuk anak dan cucu kalian. Ini berlaku untuk seluruh bumi. Penciptaan bumi untuk manusia dan terkait dengan mereka. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu…” (QS. Al-Baqarah: 29). Dengan demikian, bila bumi milik kalian, untuk kalian dan terkait dengan kalian, maka jangan sampai merusaknya. Segala apa yang ada di dalamnya sangat bernilai. Boleh jadi ada sesuatu yang dinilai manusia kurang bernilai, tapi yang lainnya bernilai buatnya, namun semuanya itu bernilai. Karena itu, Islam juga melarang pengrusakan bumi, sebagaimana difirmankan Allah dalam beberapa ayat Al-Quran:

“Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

 (Allah) memperbaikinya…” (QS. Al-A’raaf: 56)

“Makan dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kalian berkeliaran

 di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah: 60)

“….Dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai

 orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah: 64)

Namun sayangnya, karena tuntunan tersebut tidak dijalankan dan juga disebabkan keserakahan umat manusia, maka terjadilah berbagai kerusakan di alam semesta ini. “Telah nampak kerusakan di darat dan lautan akibat perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)

Dengan demikian, untuk melakukan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka salah satu prinsip filsafat lingkungan hidup Islam yang harus dipahami adalah bahwa alam semesta diciptakan berdasarkan keseimbangan dan harmoni antar anggota alam tersebut. Di samping itu, manusia sebagai khalifatullah, harus berusaha maksimal untuk menjaga keseimbangan dan berinteraksi secara benar dengan maujud-maujud lain di alam ini. Tentang hal tersebut, Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.” (QS. Al-Mulk: 13). Mengenai harmoni angin, air dan tumbuh-tumbuhan, Al-Quran menyebutkan, “Dan Dialah yang mengirim angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu beragam buah-buahan.” (QS. Al-A’raaf: 57). Adapun tentang keserasian antara bumi, langit, air dan manusia, disebutkan bahwa, “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu.” (QS. Al-Baqarah: 22)

Salah satu prinsip Islam yang penting seputar lingkungan hidup adalah perhatian yang mendalam tentang menanam pohon. Berulang kali Rasulullah SAW menghimbau kita untuk hal ini. “Seorang muslim tidak menanam tanaman lalu kemudian seekor burung, manusia atau binatang memakan dari tanaman itu melainkan Allah menulis baginya sedekah.” (Hadis Muttafaqun alaih, Lu’lu wal Marjan). Demikian juga dalam riwayat lainnya, “Barangsiapa merawat pohon sampai tegak dan berbuah, maka setiap kali ada yang memakan dari buahnya terhitung sedekah baginya di sisi Allah.” (Hadis Riwayat Ahmad).

Jika manusia menjaga keseimbangan ini dan tidak merusaknya, maka ia akan memaksimalkan manfaatnya dari alam, karena sejak semula alam memang diciptakan untuk digunakan oleh manusia. Wallahu a’lam bisshawab.