Dahsyatnya Akibat dari Mengikuti Hawa Nafsu
Salah satu sifat dari hawa nafsu adalah “Tidak Pernah Terpuaskan”. Disaat kita menuruti satu keinginannya, nafsu itu akan menuntut hal yang lain. Terus begitu hingga tak ada habisnya. Mempunyai satu gunung emas pun masih tak cukup. Ia masih ingin yang lebih.
Karena itu, Allah tidak hanya Menciptakan nafsu. Dia juga Menciptakan akal sebagai alat untuk mengontrolnya.
Kenapa hawa nafsu diciptakan?
Karena manusia tidak dapat hidup tanpa hawa nafsu. Mereka tak bisa hidup jika tidak ada “keinginan” untuk makan, mencari harta dan keinginan lainnya. Nafsu itu termasuk hal yang paling penting dalam hidup manusia. Tapi jika tidak dikontrol akal, keinginan itu akan terus meledak dan akibatnya sangat berbahaya.
Apa gambaran Al-Qur’an tentang bahaya mengikuti hawa nafsu? Allah swt Berfirman,
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ
“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya.” (QS.Al-Mukminun:71)
Ya, menuruti hawa nafsu tanpa kontrol akal akan memberikan dampak yang sangat berbahaya. Bahkan Al-Qur’an menggambarkan akibatnya dengan “pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya.”
Coba perhatikan, kehancuran di muka bumi ini terjadi karena hawa nafsu manusia yang tak terkontrol. Manusia tidak memikirkan dampak atau akibatnya, yang ada dalam pikirannya hanyalah keuntungan dan kenikmatan. Lihatlah hutan yang gundul, tambang yang merusak alam, bangunan-bangunan yang mengganggu, penyakit yang berkembang, semua itu karena nafsu manusia yang tak pernah puas.
Dan pada akhirnya dunia ini akan semakin dekat pada kehancuran karena ketamakan manusia. Mari kita jaga diri dan lingkungan sekitar dengan mengontrol hawa nafsu. Jadikan “keinginan-keinginan” itu sebagai jalan untuk mendekatkan kepada-Nya. Dan jangan jadikan itu semua sebagai media untuk merusak kehidupan dunia dan akhirat kita.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا*وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10)