Lapang Dada, Bekal Terbaik dalam Memikul Beban Kehidupan
Sejak kecil kita sering diajarkan doa Nabi
Musa as dalam Al-Qur’an yang berbunyi,
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي – وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي – وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي –
يَفْقَهُوا قَوْلِي
Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhan-ku,
lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”
(QS.Thaha:25-28)
Doa yang sangat indah, khususnya disaat kita
harus berbicara dan menghadapi sesuatu. Namun
ada satu pertanyaan, tahukah kita apa arti
lapang dada? Apakah kita selama ini berdoa
tanpa tau maksud dari doa kita sendiri?
Pada awalnya, Nabi Musa diperintahkan oleh
Allah untuk mendatangi Fir’aun, Raja yang
terkenal sangat kejam. Tapi anehnya, Nabi
Musa tidak meminta bekal senjata, pasukan
ataupun bantuan disaat itu. Beliau hanya
berdoa dan meminta agar Allah Melapangkan
dadanya, Mempermudah urusannya dan
Melancarkan bicaranya.
Dari semua doa itu, yang pertama diminta
adalah lapang dada. Karena ini adalah bekal
yang paling penting untuk memikul tanggung
jawab dan menghadapi segala rintangan.
Khususnya ketika menyampaikan kebenaran.
Lapang dada adalah perpaduan antara ikhlas,
sabar dan tawakal. Apapun yang terjadi tidak
akan membuat hatinya sempit dan menyesal.
Jika kita perhatikan, Nabi Musa meminta
kepada Allah untuk dilapangkan dadanya.
Sementara Baginda Nabi Muhammad saw telah
diberi kelapangan dada sebelum beliau
meminta. Itulah kemuliaan Rasulullah diatas
nabi-nabi yang lain.
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
“Bukankah Kami telah Melapangkan dadamu
(Muhammad)?” (QS.as-Syarh:1)
Karena itu, kehidupan Rasulullah saw selalu
dipenuhi kesabaran ketika dihadapkan dengan
berbagai rintangan dan masalah. Bahkan dengan
lapang dada Rasulullah saw mendoakan umat
yang memusuhi dan memerangi beliau,
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku,
sesungguhnya mereka belum mengetahui”
Gambaran lapang dada yang dimiliki Rasulullah
juga terlihat ketika Fathu Mekah. Disaat
Rasulullah telah menguasai mekah, beliau
berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi
bahkan berusaha membunuh beliau selama
bertahun-tahun.
Namun beliau tidak membalas perbuatan keji
mereka, dengan lapang dada Rasulullah saw
melepaskan dan membebaskan musuh-musuhnya.
Beliau bersabda,
“Pergilah, sungguh kalian adalah orang-orang
yang dibebaskan !”
Kemudian beliau membaca ayat yang dibaca oleh
Nabi Yusuf as ketika memaafkan saudara-
saudaranya,
قَالَ لاَ تَثْرَيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Dia (Yusuf ) berkata, “Pada hari ini tidak
ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan
Allah Mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang
di antara para penyayang.” (QS.Yusuf:92)
Semoga kita mendapatkan taufik untuk memiliki
hati yang lapang dalam menghadapi segala
masalah dalam hidup.