Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apa itu malaikat?

2 Pendapat 05.0 / 5

Di dalam Al-Qur’an sangat banyak ayat yang

menjelaskan keberadaan malaikat. Ayat-ayat

itu menjelaskan sifat-sifat, kriteria, tugas,

dan kewajiban para malaikat. Bahkan, Al-

Qur’an meletakkan iman kepada malaikat ke

dalam jajaran iman kepada Allah swt., iman

kepada para nabi dan kitab-kitab langit, dan

ini merupakan dalil atas pentingnya

permasalahan ini.

Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang

telah diturunkan kepadanya dari Tuhannya.

Demikian pula orang-orang yang beriman.

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-

rasul-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]: 285)

Tak syak lagi bahwa wujud malaikat merupakan

sebuah wujud gaib yang -untuk membuktikannya

berikut sifat-sifat dan kriteria-kriterianya

itu- tidak ada jalan lain kecuali dalil-dalil

tekstual. San sebagai konsekuensi keimanan

pada hal-hal gaib, kita harus menerima

keberadaan mereka.

Al-Qur’an menyebutkan kriteria-kriteria

mereka di dalam ayat-ayatnya, antara lain:

1. Para malaikat adalah makhluk yang berakal,

mempunyai inteligensi, dan hamba-hamba Allah

yang dimuliakan.

… sebenarnya [malaikat-malaikat itu] adalah

hamba-hamba yang dimuliakan. (QS. Al-Anbiya’

[21]: 26)

2. Mereka sangat menaati perintah-perintah

Tuhan, dan sama sekali tidak pernah melakukan

maksiat.

Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan

dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.

(QS. Al-Anbiya’ [21]: 27)

3. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk

menjalankan kewajiban-kewajiban yang begitu

penting dan beragam dari sisi Allah swt.

a. Sebagian mereka adalah penyangga ‘Arsy

Ilahi.

“… dan pada hari itu delapan orang malaikat

menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas [kepala-

kepala] mereka. (QS. Al-Haqqah [69]: 17)

b. Sebagian mereka adalah penanggung jawab

perintah Ilahi.

“Dan [malaikat-malaikat] yang mengatur urusan

[dunia]. (QS. An-Nazi‘at [79]: 5)

c. Sebagian  malaikat bertugas untuk

mengambil nyawa.

… hingga bila datang kepada mereka utusan-

utusan Kami [malaikat] untuk mengambil

nyawanya …. (QS. Al-A‘raf [7]: 37)

d. Dan sebagian yang lain mengawasi

perbuatan-perbuatan manusia.

Padahal sesungguhnya bagi kamu sekalian ada

[malaikat-malaikat] yang mengawasi

[pekerjaan]mu—yang mulia [di sisi Allah swt.]

dan yang mencatat [pekerjaan-pekerjaan itu]—

mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS.Al-Infithar [82]: 10-12)

e. Sebagian malaikat bertugas untuk menjaga

manusia dari bahaya-bahaya dan kecelakaan.

… dan diutus-Nya kepada kamu malaikat-

malaikat penjaga, sehingga apabila datang

kematian kepada salah seorang di antaramu, ia

diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan

malaikat-malaikat Kami itu tidak akan pernah

melalaikan kewajibannya. (QS. Al-An‘am [6]:

61)

f. Sebagian lainnya bertugas untuk memberi

azab dan siksa kepada kaum yang membangkang.

Dan tatkala datang utusan-utusan Kami [para

malaikat] itu kepada Luth, ia merasa susah

dan sempit dadanya karena kedatangan mereka,

dan ia berkata, “Ini adalah hari yang amat

sulit”. (QS. Hud [11]: 77)

g. Tterdapat pula sekelompok malaikat yang

melalui mereka Allah swt. menolong kaum

mukmin dalam peperangan.

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan

nikmat Allah [yang telah dikaruniakan]

kepadamu ketika telah datang kepadamu

tentara-tentara, lalu Kami kirimkan angin

topan dan tentara yang tidak bisa kamu lihat

…. (QS. Al-Ahzab [33]: 9)

h. Dan akhirnya, ada sekelompok malaikat yang

menyampaikan wahyu dan pembawa kitab-kitab

langit untuk para nabi.

Ia menurunkan malaikat dengan [membawa] wahyu

dengan perintah-Nya kepada siapa pun yang Ia

kehendaki di antara hamba-hamba-Nya …. (QS.

An-Nahl [16]: ayat 2)

Demikianlah, apabila kita ingin menghitung

kewajiban-kewajiban para malaikat ini satu

demi satu, maka hal ini akan sangat menyita

waktu.

4. Mereka senantiasa sibuk bertasbih kepada

Allah swt., sebagaimana disebutkan dalam

sebuah ayat, “… dan para malaikat bertasbih

serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun

bagi orang-orang yang berada di bumi ….” (QS.

Asy-Syura [42]: 5)

5. Dengan kedudukan mulia malaikuat yang

demikian itu, manusia masih mempunyai

kedudukan yang lebih tinggi dari dikarenakan

potensi kesempurnaan yang dimilikinya,

sehingga karena hal ini, semua malaikat tanpa

terkecuali bersujud setelah selesainya

penciptaan Adam, dan mereka menganggap Adam

sebagai guru mereka.

6. Mereka kadang-kadang mengubah dirinya

dalam bentuk manusia, dan menampakkan dirinya

di hadapan para nabi atau bahkan selain nabi,

sebagaimana dalam surat Maryam; dimana kita

membaca bahwa seorang malaikat mulia Ilahi

telah mengubah dirinya di hadapan Maryam

dalam bentuk manusia.

…. lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya

[Maryam], maka ia menjelma di hadapannya

[dalam bentuk] manusia yang sempurna. (QS.

Maryam [19]: 17)

Di tempat yang lain, malaikat menampakkan

diri dalam bentuk manusia di hadapan Nabi

Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s.

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami

[malaikat-malaikat] telah datang kepada

Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka

mengucapkan, “Selamat.” Ibrahim menjawab,

“Selamatlah.” Maka tidak lama kemudian

Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang

dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan

mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang

aneh perbuatan mereka, dan merasa takut

kepada mereka. Malaikat itu berkata,

“Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami

adalah [malaikat-malaikat] yang diutus kepada

kaum Luth. (QS. Hud [11]: 69-70)

Demikian juga dalam surat yang sama, ayat 77,

Dia berfirman, “Dan tatkala datang- utusan-

utusan Kami [para malaikat] itu kepada Luth,

ia merasa susah dan merasa sempit dadanya

karena kedatangan mereka, dan ia berkata,

‘Ini adalah hari yang amat sulit.’” (QS. Hud

[11]: 77)

Bahkan dari kelanjutan ayat ini bisa dipahami

bahwa kaum Luth pun melihat mereka dalam

bentuknya sebagai manusia.

Dan datanglah kepadanya kaumnya [Luth] dengan

tergesa-gesa …. (QS. Hud [11]: 78)

Apakah kemunculan mereka dalam bentuk manusia

merupakan realitas yang obyektif? Ataukah

hanya dalam bentuk permisalan dan semacam

pengelabuan terhadap pengindaraan manusia?

Secara dzahir, ayat-ayat Al-Qur’an

menunjukkan asumsi pertama, walaupun sebagian

mufassir besar memilih asumsi kedua.

7. Dari riwayat-riwayat bisa diketahui bahwa

jumlah mereka sangatlah banyak, sehingga

tidak bisa dibandingkan dengan jumlah

manusia. Dalam sebuah hadis, ketika Imam

Ash-Shadiq a.s. ditanya; apakah jumlah

malaikat lebih banyak ataukah jumlah manusia

yang lebih banyak, beliau berkata: “Demi

Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-

Nya! Jumlah malaikat Allah di langit lebih

banyak dari jumlah butiran-butiran tanah yang

ada di bumi. Di langit, tidak ada tempat

jejakan kaki kecuali di sana terdapat seorang

malaikat yang senantiasa memuji dan

menyucikan Allah swt.”

8. Mereka tidak makan dan tidak minum. Begitu

juga mereka tidak menikah. Dalam sebuah hadis

dari Imam Ash-Shadiq a.s., “Para malaikat

tidak makan, tidak pula minum. Mereka pun

tidak menikah. Mereka hidup dengan angin

lembut ‘Arsy Ilahi.”

9. Mereka tidak mengantuk, tidak lelah, dan

tidak lupa, sebagaimana ditegaskan oleh

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. dalam

sebuah hadis, “Tidak ada kelelahan dan

kelalaian di dalam diri mereka, serta tidak

pula ada penentangan … Rasa kantuk tidak

pernah terlihat pada wajah-wajah mereka, dan

akal mereka tidak akan pernah berada dalam

kekuasaan hawa nafsu dan kelalaian. Badan

mereka tidak pernah diselimuti oleh rasa

lelah, dan mereka pun tidak pernah berada

dalam sulbi seorang ayah dan rahim seorang

ibu.”

10. Mereka mempunyai derajat yang berbeda-

beda. Sebagian mereka senantiasa berada dalam

keadaan ruku’, dan sebagian yang lain

senantiasa berada dalam keadaan sujud.

Tiada seorang pun di antara kami [malaikat]

melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,

dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-

shaf [dalam menunaikan ibadah Allah] dan kami

benar-benar bertasbih. (QS. Ash-Saffat [37]:

164-166)

Imam Ash-Shadiq a.s. berkata, “Allah swt.

mempunyai malaikat-malaikat yang hingga Hari

Kiamat senantiasa berada dalam keadaan ruku’,

dan malaikat-malaikat yang hingga Hari Kiamat

senantiasa berada dalam keadaan sujud.”

Untuk mendapatkan keterangan yang lebih

banyak tentang sifat-sifat para malaikat ini,

Anda bisa merujuk ke kitab As-Samâ’ wa

Al-‘Âlam, Bihâr Al-Anwâr, Bab-bab Malaikat,

jilid 59, hal. 144-326. Demikian juga, Nahjul

Balaghah, khutbah-khutbah no. 1, 91, 109,

171, dan khutbah Al-Asybâh.

Dengan memperhatikan sifat-sifat malaikat

yang telah disebutkan di atas, lalu apakah

mereka itu makhluk yang abstrak ataukah

materi kongkret?

Tentu bahwa berdasarkan sifat-sifat ini,

malaikat tidak mungkin berupa unsur dari

substansi yang kotor. Akan tetapi, tidak

mustahil apabila mereka tercipta dari jasmani

yang lembut, jasmani yang berada di atas

substansi yang biasa kita kenal.

Pembuktian keabstrakan mutlak para malaikat

bukanlah merupakan sebuah pekerjaan yang

mudah hatta dari sisi zaman, tempat, dan

bagian-bagiannya. Dan penelitian dalam

masalah ini pun tidak begitu bermanfaat. Yang

penting adalah, bahwa kita mengenal para

malaikat dengan sifat-sifat yang telah

dijelaskan dalam Al-Qur’an dan riwayat-

riwayat. Dan kita mengetahui mereka sebagai

spesis agung dari makhluk-makhluk tinggi dan

pilihan Allah swt. Kita tidak menisbahkan

kepada mereka selain kedudukan sebagai hamba,

tidak pula menganggap mereka sebagai sekutu

Allah swt. dalam penciptaan atau ibadah,

karena yang demikian ini adalah syirik yang

jelas.

Pada topik ini, kami mencukupkan pembahasan

hanya sampai di sini, dan untuk perincian

yang lebih mendalam, kami akan merujukkannya

kepada kitab-kitab yang mengkhususkan

pembahasan tentang malaikat.

Dalam banyak ibarat yang tercantum pada kitab

Taurat tentang malaikat, terdapat ungkapan

“tuhan-tuhan” yang tentu saja merupakan

ungkapan yang bercampur dengan syirik, dan

itu merupakan sebagian tanda dari perubahan

Taurat saat ini. Akan tetapi, Al-Qur’an

bersih dari ungkapan semacam ini. Karena,

menurut Al-Qur’an, tidak ada kedudukan lain

bagi para malaikat ini selain kedudukan

penghambaan dan ibadah, serta sebagai

pengemban perintah-perintah Ilahi. Bahkan

dalam berbagai ayat ditegaskan bahwa

kedudukan insan kamil(manusia sempurna)

adalah lebih tinggi dan mulia dari kedudukan

para malaikat.