Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Seni Wicara Nabi Muhammad Saw

1 Pendapat 05.0 / 5
Di tengah kegelapan dunia yang mencampuradukkan kebenaran dengan imajinasi dan mengaburkan antara jalan dan lubang, serta munculnya ribuan tikungan dan jurang yang mengancam setiap langkah kita, kita harus mencari penunjuk jalan yang bisa membantu kita melintasi jalan yang sukar ini. Tidak semua orang dapat menjadi penunjuk jalan.
 
 Jika menempuh jalan saja sudah sulit, maka memimpin perjalanan akan jauh lebih sulit. Ia harus memiliki keturunan dan titisan yang suci, jiwa yang teguh, semangat tinggi, dan kelapangan dada luar biasa. Lebih dari itu, ia pun harus memiliki hati welas asih dan jiwa yang tercerahkan, sehingga ia bisa mengenal jalan lurus dan menghantarkan orang-orang yang tersesat kepada tujuan mereka. Kedudukan ini adalah puncak kesempurnaan manusia. Tiada keraguan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah orang yang telah mencapai kedudukan ini, sebab perilaku beliau adalah suri tauladan kesempurnaan dan ucapan beliau adalah tatanan moral itu sendiri. Semua ucapan yang keluar dari mulut suci beliau ibarat air segar yang membasahi tenggorokan kering orang-orang yang dahaga akan kebenaran; memberikan arti kepada kehidupan mereka. Inilah yang disebut seni wicara nabawi.
 
Nabi Muhammad Saw, Dari Bumi Hingga Langit
 
 Di tengah negeri yang terasing dari peradaban, di antara lembah-lembah tandus nan kering, seorang anak yatim yang terhalang dari kasih ayah-ibunya, hidup dalam perawatan kakek dan pamannya.
 
 Di masa mudanya, ia telah dikenal sebagai orang yang menjaga amanat. Kendati ia hidup dalam kemiskinan bersama pamannya, ia memiliki jiwa yang suci dari segala noda dan kenistaan. Dalam usia empat puluh tahun, ia berjuang menentang penyembahan berhala dan kezaliman, yang di masa itu amat populer di tengah kaumnya. Dengan bekal tawakal kepada Allah, ia mengajak umatnya kepada tauhid, meninggalkan penyembahan berhala, menyembah Tuhan Yang Mahaesa, dan menjadikan ketakwaan sebagai tolok ukur keutamaan.
 
 Ketika Quraisy melihat bahwa ia orang yang teguh dalam ucapan dan tindakannya, mereka merancang rencana untuk menumpahkan darahnya. Akhirnya beliau terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya dan menetap di Madinah. Beliau menjalani banyak peperangan melawan musuh-musuh Allah. Dengan kekuatan iman, dukungan ilahi, dan seni wicara yang dimilikinya, beliau tidak pernah takut kepada siapa pun. Tak lama berselang, seluruh Semenanjung Arab, kemudian disusul mayoritas penduduk dunia masa itu, menjadi pengikut ajarannya.
 
 Selama melaksanakan misinya, tugas beliau adalah tablig. Sarana terpenting beliau dalam tablig tak lain adalah berbicara. Nabi Muhammad Saw membersihkan jiwa-jiwa yang berpotensi menerima hidayah dengan kekuatan wicaranya. Sungguh manusia pilihan Allah ini menguasai hati-hati manusia dengan daya lisan sucinya. Dengan mukjizat al-Quran dan kemampuan wicaranya, beliau mampu ?menyihir' jiwa-jiwa manusia, sehingga setelah abad-abad berlalu, ajaran beliau masih tetap tegak dan lestari.
 
Kefasihan dan Balaghah Nabawi
 
 Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad Saw mengungguli selainnya dalam seni kefasihan dan balaghah. Beliau sendiri pernah menyatakan, "Aku adalah orang Arab paling fasih."
 
 Kefasihan Nabi Saw, selain merupakan hasil upaya beliau sendiri, juga bernuansa karunia ilahi. Kefasihannya diperoleh lantaran beliau tumbuh dalam asuhan Bani Saad. Dialek orisinil dan memikat Bani Saad amat masyhur di seluruh penjuru Semenanjung Arab. Oleh karena itu, Abdul Muthalib membawa Nabi Saw ke tengah Bani Saad untuk mempelajari dialek mereka. Hal ini berdampak sangat positif, sampai beliau sendiri bersabda,"Semua kefasihan yang aku pelajari berhubungan dengan periode empat yang kulalui di tengah Bani Saad."
 
 Bila dikatakan bahwa kefasihan Nabi Saw bernuansa ilahi, ini lantaran al-Quran ?yang merupakan himpunan seni wicara Tuhan dan mukjizat abadi nabawi? dibawa Jibril kepada beliau dalam bentuk kalimat-kalimat fasih bahasa Arab yang tersusun indah. Jelas bahwa di bawah naungan al-Quran, Nabi Saw berbicara dengan tingkatan kefasihan yang ?non-manusiawi'.
 
 Meski dikatakan bahwa kefasihan adalah sifat bagi kata dan kalimat, namun kefasihan nabawi mengungkapkan keindahan jiwa pembicaranya. Kemampuan wicara Nabi Saw bersumber dari hati beningnya, ibarat penambang permata yang menggali makna-makna agung dari sudut-sudut terdalam jiwanya, lalu menampakkannya dalam rupa kalimat-kalimat yang indah memikat. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa salah satu mukjizat Nabi Saw adalah penampakan kepribadian belia, yaitu seni wicara menakjubkan yang diakui kawan dan lawan.
 
Kefasihan Nabawi Dalam Perspektif Orang Lain

 Dalam mendeskripsikan seni wicara nabawi, ucapan Jahizh, yang merupakan penulis Arab paling masyhur dan paling ulung di semua abad, adalah kesaksian terbaik. Ia telah mengatakan apa yang harus dikatakan tentang keindahan dan kefasihan kalam nabawi.
 
 Ia mengatakan, "Kalam Nabi Muhammad Saw adalah ucapan yang jumlah hurufnya sedikit, namun hitungan maknanya tidak terbatas. Kalimat-kalimat beliau tidak dipaksakan dan dibuat-buat. Beliau berbicara rinci atau ringkas pada tempatnya masing-masing. Beliau tidak pernah menggunakan kata-kata tak dikenal atau ?pasaran'. Kata-kata beliau berbarengan dengan hikmah, bersanding dengan kemaksuman, dan beserta dengan dukungan ilahi. Allah menjadikan ucapan beliau dicintai dan diterima pendengarnya. Bicara beliau manis, ringkas, dan mudah dipahami. Beliau tak perlu mengulangi ucapannya dan membuat pendengar mengerahkan usaha (untuk memahami ucapannya). Saat beliau berbicara, tak satu pun pembicara yang bisa mengunggulinya. Beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan rinci dengan jawaban ringkas. Beliau tidak berbicara terlalu pelan, juga tidak terlalu cepat. Bicara beliau tidak panjang lebar, juga tidak samar. Orang tidak pernah mendengar ucapan yang lebih bermanfaat, lebih efisien, lebih berkesan, lebih fasih, dan lebih jelas dari ucapan beliau."
 
 Setelah mendeskripsikan ucapan-ucapan Nabi Saw, Jahizh, yang seolah khawatir pendapatnya disalah pahami orang-orang awam, berkata demikian, "Barangkali mereka yang tidak dibekali ilmu yang cukup dan pengetahuan terhadap seni wicara, akan beranggapan bahwa pujian kami terhadap seni wicara Nabi Saw terlalu berlebihan dan dipaksakan. Sama sekali tidak seperti ini. Demi Tuhan yang mengharamkan ucapan berlebihan atas orang berilmu, melarang hamba-Nya memaksakan sesuatu, dan mengecam para pendusta, anggapan ini hanya berasal dari orang-orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran."
 
 Ibnu Abi Quhafah yang menguasai ilmu perihal kondisi dan berita Arab, pernah berkata kepada Nabi Saw,"Saya telah mengelilingi Arab dan sering mendengar ucapan dari orang-orang Arab yang fasih. Namun, saya tak pernah melihat orang yang lebih fasih dari Anda. Siapa yang mengajarkan sastra kepada Anda?" Beliau menjawab,"Tuhanku-lah yang mengajariku."
 
Kualitas dan Kuantitas Seni Wicara Nabi Saw

 Ucapan Muhammad Saw adalah ucapan seorang nabi. Keunggulannya atas ucapan-ucapan lain sama seperti keutamaan Nabi Saw di atas manusia-manusia lain. Sebab, ucapan adalah suara hati pembicara dan keunggulannya mencerminkan keutamaan sang pembicara. Meski sederhana, kata-kata Nabi Saw sedemikian menggelorakan, seolah ada kehidupan dan kekuatan yang terpancar darinya.
 
 Pembicaraan Nabi Saw memiliki tata krama khusus. Beliau berbicara hanya pada tempatnya dan diam saat tak diperlukan. Beliau selalu dalam keadaan berpikir. Ketika beliau lama berdiam diri, beliau bersabda, "Kami para nabi hanya sedikit berbicara." Atau beliau bersabda, "Allah tidak menyukai banyak bicara. Ia merahmati orang yang hanya berbicara seperlunya saja."
 
 Kendati Nabi Saw memiliki suara lantang, beliau berbicara pelan dan selalu bersabda, "Allah tidak menyukai orang yang bicara dengan suara keras."
 
 Warisan seni wicara Nabi Muhammad Saw tetap terjaga dengan berlalunya waktu dalam bentuk riwayat-riwayat nabawi yang sampai ke tangan kita. Ini adalah warisan yang menyinari jagat, menerangi jiwa, dan membebaskan dunia dari beragam penyimpangan.
 
 Dengan menetapnya Nabi Saw dan muslimin di Madinah, maka kesempatan penjabaran agama menjadi lebih terbuka. Para pendengar sabda-sabda Nabi Saw sangat bersemangat dalam menukil kata-kata mutiara beliau.
 
 Nabi Saw biasa berbicara usai shalat. Dalam kondisi tertentu dan peristiwa khusus, beliau lebih banyak berbicara. Seraya berbicara, beliau juga menjawab pertanyaan para sahabat. Namun beliau tidak suka seseorang terlalu berkecimpung dalam pertanyaan. Beliau bersabda, "Selama aku belum mengatakan sesuatu, biarkan aku. Para pendahulu kalian tersesat karena terlalu banyak bertanya (tidak pada tempatnya). Ketika aku memberi perintah kepada kalian, lakukan semampu kalian. Dan bila aku melarang suatu perbuatan, maka jauhilah. Ini adalah maslahat bagi kalian."
 
Manifestasi Seni Wicara Nabi Saw

 Dalam bagian ini, kami akan menyebutkan beberapa sabda Nabi Saw yang amat bernilai dan mencoba memetik manfaat darinya sejauh kemampuan kita.
 
 1. "Seyogianya seorang mukmin memiliki delapan sifat: bersikap tenang dalam kesulitan, bersavar saat musibah, bersyukur atas nikmat, puas dengan karunia Allah, tidak menzalimi musuh, tidak membebani teman, badannya selalu dalam keadaan lelah (karena pekerjaan bermanfaat), dan tidak mengusik orang lain."
 
 2. "Tidurnya orang berilmu lebih utama dari ibadah ahli ibadah."
 
 3. "Hadiah terbaik adalah kalimat kebenaran yang kau dengar dan kau sampaikan kepada saudara mukminmu."
 
 4. "Sesiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga."
 
 5. "Sesiapa yang berhemat, maka Allah akan menjadikannya kaya; sesiapa yang boros, maka Allah akan menjadikannya miskin; sesiapa yang rendah hati, maka Allah akan memuliakannya; sesiapa yang jumawa, maka Allah akan meremukkannya."
 
 6. "Tiada waktu yang dilewatkan manusia untuk mengingat Allah, kecuali dia akan menyesalinya di hari kiamat."
 
 7. "Segala sesuatu memiliki perusak dan wabah. Wabah bagi agama ini adalah para penguasa buruk."
 
 8. "Bacalah al-Quran, sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa hati yang memahami al-Quran."
 
 9. "Ibadah terbaik adalah menanti faraj (teratasinya masalah)."
 
 10. "Terimalah kebenaran dari orang kecil atau dewasa yang membawanya, kendati ia adalah orang yang kau benci. Dan tolaklah kebatilan dari orang kecil atau dewasa yang membawanya, meski ia orang yang kau cintai."
 
 Sungguh indah bila saat berdoa, kita meneladani doa yang dipanjatkan Nabi Saw kepada Allah, "Ya Allah, bagikan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang akan mencegah kami bermaksiat, (dan bagikan kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menghantarkan kami kepada ridha-Mu, (dan bagikan kepada kami) keyakinan yang akan memudahkan kami menanggung musibah dunia. Jadikan kami menikmati pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami serta jagalah kenikmatan ini. Balaskan dendam kami terhadap orang-orang yang menzalimi kami. Menangkan kami atas orang-orang yang memusuhi kami. Jangan jadikan musibah pada agama kami. Jangan jadikan dunia sebagai harapan terbesar kami dan tujuan ilmu kami. Jangan kuasakan atas kami orang yang tidak mengasihi kami."
 
Kesimpulan

 Di dunia ini, manusia-manusia pilihan Allah adalah mereka yang menyebabkan kesempurnaan manusia dengan amal berguna dan perilaku baik. Tindakan dan ucapan mereka adalah sarana terbaik untuk menghantarkan manusia kepada kesempurnaan insani dan menjauhkan mereka dari belenggu hawa nafsu.
 
 Dengan sabda-sabda sucinya, Nabi Muhammad Saw telah menjadikan orang-orang miskin dan terbelakang dihormati oleh dunia. Seni wicara nabawi adalah faktor terbaik dan paling bernilai dalam proses metamorfosis masyarakat pedalaman dari budaya jahiliyah menuju masyarakat berkeadilan dan budaya ilahi.
 
 Unsur terpenting sabda-sabda Nabi Saw adalah kesederhanaan, hikmah, irfan, dan kejujuran. Sabda-sabda beliau bersumber dari jiwa bening, hati pengasih, dan iman teguh. Sinar kalimat la ilaha illa Allah menerangi pemikiran beliau dan terpancar dari semua sabdanya. Tujuan beliau dari seni wicaranya adalah keberuntungan dan kebahagiaan semua manusia.