Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bahaya Lisan

1 Pendapat 05.0 / 5

Tidak disangkal lagi mengenai banyaknya bahaya akibat dari melakukan ghibah, fitnah, bohong, mencemooh, berdebat, riya, ikut campur dalam percakapan, kata-kata kasar dan sebagainya. Dan semua itu merupakan kerusakan dan keburukan yang bersumber dari lisan. Bahaya yang timbul dari anggota badan yang satu ini bagi seluruh anggota badan seseorang, sangat banyak dan bermacam-macam.
Lisan merupakan alat dan sarana yang paling ampuh bagi setan untuk menyesatkan bani Adam dan umat manusia. Setan tidak tinggal diam dan senantiasa berusaha menyeret manusia ke dalam kesesatan dan kehancuran dengan berbagai usaha dan sarana, diantaranya adalah dengan jalan lisan manusia.
Dalam hadist Nabi Saw telah diriwayatkan bahwa anggota badan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka jahanam adalah lisan dan kemaluannya[1]. Di dalam riwayat lainnya beliau bersabda bahwa barang siapa yang terjaga dari keburukan perut, kemaluan dan lisannya, maka sesungguhnya dia telah terjaga dari seluruh keburukan.[2]
Di dalam sebuah riwayat Hadhrat Imam Ja’far As bersabda bahwa tidak ada satu haripun kecuali pada hari itu setiap anggota badan mampu bercakap dan berkata kepada manusia: aku bersumpah kepada  Allah, janganlah engkau jatuhkan kami ke dalam adzab.[3]
Dalam riwayat lainnya setiap anggota badan itu berkata: takutlah kepada Allah dalam hak kami, karena apabila kamu benar mengatakannya, maka kamipun akan mengatakannya dengan benar, dan apabila kamu menyimpang, maka kami semua akan menyimpang.[4]
Ketahuilah bahwa  kebanyakan dari kesulitan-kesulitan dan kerusakan duniawi itu bersumber dari lisan.  Sedangkan lawan dari keburukan lisan adalah diam dan tidak bercakap apa-apa. Diam merupakan hiasan bagi para alim dan tirai bagi para jahil. Karena diam merupakan sebuah pintu dari pintu-pintu hikmah. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadist: Barang siapa yang diam, maka sesungguhnya dia telah terselamatkan.[5]  Dalam sebuah wasiat, Lukman al-Hakim berkata kepada putranya: Apabila engkau banyak memberi nasihat, maka ucapanmu itu adalah perak. Ketahuilah bahwa diam adalah emas.[6]
Hadhrat Imam Baqir As dalam sebuah hadistnya bersabda bahwa “syi’ah kami dan sahabat-sahabat kami adalah orang-orang yang lisannya bisu”.[7]
Oleh karena itu wahai saudaraku yang mulia, biasakanlah dirimu sebisa mungkin untuk senantiasa diam. Janganlah engkau meremehkan faedah yang terkandung di dalamnya. Ketahuilah bahwa orang-orang yang dungu itu bukanlah mereka yang diam. Apabila engkau diam dan mengetahui maslahat darinya, maka engkau bukan termasuk orang yang dungu. Justru di sinilah letak kebijakanmu.
 
 
 
 
Catatan :
[1] Mi’rajus-sa’aadat, hal. 424,.
[2] Biharul Anwar, J.71, hal. 287,
[3] Kafi, J.2, hal 114-115.
[4] Mustadrak al wasaail, J. 2,hal. 90.
[5] Al Muhajatul Baidha, J.3, hal. 115,
[6] Biharul Anwar, J. 68,hal. 297.
[7] Biharul Anwar, J.68, hal. 285.