Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dialog

1 Pendapat 05.0 / 5

Hisyam pada tahun tertentu pergi menunaikan ibadah haji. Imam Baqir dan Imam Shadiq as juga termasuk jemaah haji tahun itu.

Suatu hari Imam Shadiq as menyampaikan ceramahnya:

 

“Syukur kepada Allah yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran dan dengannya kami dimuliakan. Kami adalah orang-orang pilihan Allah di antara makhluk-makhluk-Nya dan wali-wali Allah di bumi. Beruntunglah orang yang mengikuti kami dan celakalah orang yang memusuhi kami.”

 

Imam Shadiq as berkata, “Ucapan ini disampaikan kepada Hisyam, tapi dia tidak menentang kami sampai dia kembali ke Damaskus dan kami juga kembali ke Madinah. Dia memerintahkan gubernur di Madinah untuk mengirim saya dan ayah saya ke Damaskus.”

 

Imam Shadiq as terkait masalah ini berkata, “Kami pergi ke Damaskus dan Hisyam tidak mengizinkan kami masuk sampai tiga hari. Hari keempat kami datang menemuinya dalam keadaan dia duduk di singgasana dan orang-orang sekelilingnya sedang sibuk bermain panah dan mengambil arah. Hisyam memanggil ayah dengan namanya saja dan berkata, “Memanahlah bersama para pembesar kabilahmu.”

 

Ayahku berkata, “Aku sudah tua. Masa memanah sudah lewat bagiku. Maafkanlah aku.”

 

Hisyam memaksa dan bersumpah bahwa engkau harus melakukannya dan dia berkata kepada seorang tua dari Bani Umayah, "Berikan busurmu kepadanya.”

 

Ayahku mengambil busur itu dan memasang anak panahnya dan memanahkannya. Anak panah pertama tepat menancap di tengah-tengah arah yang dituju. Kemudian memasang anak panah yang kedua ke busur. Begitu jarinya dilepas anak panah meluncur ke anak panah yang pertama dan terbelah. Anak panah ketiga menancap ke anak panah kedua dan anak panah keempat menancap ke anak panah ketiga dan seterusnya sampai anak panah kesembilan menancap ke anak panah kedelapan. Suara teriakan muncul dari orang-orang yang hadir. Hisyam tidak tenang dan berteriak, “Selamat Abu Jakfar! Engkau di kalangan Arab dan Ajam sebagai pemanah yang hebat. Bagaimana mungkin engkau berpikir masa memanah telah lewat bagimu...”

 

Pada saat itu juga dia merencanakan untuk membunuh ayahku dan menundukkan kepalanya untuk berpikir. Kami pun berdiri di hadapannya. Kami lama berdiri dan karena itulah ayahku marah. Begitu ayahku marah, beliau memandang ke langit dan kemarahannya tampak di wajahnya.

 

Hisyam memahami kemarahan ayahku dan dia mempersilahkan kami ke singgasananya. Dia bangkit dan memeluk ayahku dan mempersilahkan duduk di sebelah kanannya. Dia juga memelukku dan mempersilahkan aku duduk di sebelah kanan ayah. Dia berbincang-bincang dengan ayahku seraya berkata:

 

“Selama Quraisy memiliki orang sepertimu di sisinya, mereka akan bangga di hadapan Arab dan Ajam. Selamat untukmu. Engkau belajar dari siapa memanah seperti ini dan berapa lama?”

 

Ayahku berkata, “Engkau tahu orang-orang Madinah memanah dan aku ketika masa muda juga melakukannya, kemudian aku tinggalkan sampai saat ini engkau memintaku untuk memanah.”

 

Hisyam berkata, “Sejak aku mengenal diriku, selama ini aku tidak pernah melihat ada orang memanah sehebat ini. Aku tidak menyangka di muka bumi ini ada yang punya ketrampilan ini sepertimu. Apakah anakmu Jakfar juga bisa memanah seperti kamu?”

 

Ayahku berkata, “Kami menerima warisan secara sempurna dan penuh sebagaimana kesempurnaan yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-Nya yang berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu.”

 

Bumi tidak akan kosong dari orang yang benar-benar bisa melakukan pekerjaan ini.

 

Mendengar kata-kata ini mata Hisyam melotot dan wajahnya memerah karena marah.

 

Sejenak dia menunduk dan mengangkat kembali kepalanya dan berkata, “Bukankah kami dan kalian dari keturunan Abdi Manaf dan dari nasab yang sama?”

 

Ayahku berkata, “Iya, tapi Allah telah memberikan keistimewaan kepada kami yang tidak diberikan kepada yang lainnya.”

 

Hisyam bertanya, “Bukankah Allah mengutus Rasulullah dari keturunan Abdi Manaf kepada semua orang dan untuk semua orang; baik orang kulit putih, hitam dan merah? Kalian tahu dari mana kalau telah mewarisi pengetahuan ini. Padahal setelah Rasulullah tidak akan ada nabi dan kalian juga bukan nabi?”

 

Ayahku langsung menjawab, “Allah dalam al-Quran berfirman kepada Rasulullah Saw, “Jangan menggerakkan mulutmu untuk membaca al-Quran sebelum diwahyukan kepadamu. [tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)].

 

Dengan penjelasan ayat ini mulut Rasulullah mengikuti Allah dan memberikan keistimewaan kepada kami yang tidak diberikan kepada orang lain. Oleh karena itu beliau menyampaikan rahasia kepada saudaranya; Ali yang tidak pernah disampaikan kepada orang lain. Dan dalam hal ini Allah berfirman, “Apa yang diwahyukan kepadamu, hanya telinga tertentu yang bisa mempelajari rahasiamu.”

 

Dan Rasulullah Saw berkata kepada Ali, “Aku memohonkan kepada Allah untuk menjadikan telingamu sebagai telinga yang dimaksud. Demikian juga Ali di Kufah mengatakan, “Rasulullah Saw telah membuka seribu pintu ilmu di hadapanku dan dari setiap pintu itu ada seribu pintu lainnya yang terbuka.”

 

Sebagaimana Allah telah memberikan kesempurnaan khusus kepada Rasulullah Saw, Rasulullah juga atas perintah Allah memilih Ali dan mengajarkan banyak hal kepadanya yang tidak diajarkan kepada yang lainnya dan ilmu kami bersumber dari sana. Dan hanya kami yang mewarisinya bukan orang lain.

 

Hisyam berkata, “Ali mengklaim punya ilmu gaib. Padahal Allah tidak menjadikan seseorang tahu ilmu gaib.”

 

Ayahku berkata, “Allah telah menurunkan sebuah kitab yang di dalamnya telah dijelaskan segalanya tentang masa lalu dan masa yang akan datang sampai Hari Kiamat. Karena di dalam kitab itu berfirman, “Kami telah mengirim sebuah kitab kepadamu yang menjelaskan segalanya.”

 

Dan juga berfirman, “Tidak ada sesuatu pun yang tidak kami masukkan dalam kitab ini.”

 

Dan Allah memerintahkan Rasulullah Saw untuk mengajarkan semua rahasia al-Quran kepada Ali dan Rasulullah Saw bersabda kepada umatnya, “Ali lebih pandai dalam menghukumi dari kalian semua...”

 

Hisyam diam dan Imam keluar dari istananya.