Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Lailatul Qadar; Kelahiran Baru Manusia

1 Pendapat 05.0 / 5

Lailatul Qadar (Bahasa Arab: لَیلَةُ القَدر ) (malam ketetapan) merupakan malam yang penuh keutamaan dalam tradisi Islam. Lailatul Qadar tidak bisa dikenali secara jelas bahwa malam ini berada di malam yang mana.

Malam Qadar menurut keyakinan Syiah, kemungkinan berada pada malam-malam: 19 atau 21 atau 23 bulan Ramadhan. Al-Qur'an mengisyaratkan tentang Lailatul Qadar dalam dua surah yaitu surah al-Qadar dan Al-Dukhan. Ditebasnya kepala Imam Ali as hingga kesyhahidannya pada malam-malam ini semakin menambah penting Lailatul Qadar.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, Lailatul Qadar tidak hanya khusus terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw saja, melainkan berkelanjutan dan suatu malam yang secara berketerusan berulang pada setiap tahunnya. Kaum Syiah, berdasarkan riwayat-riwayat yang ada menggunakan Lailatul Qadar ini sebagai sarana untuk menetapkan hujjah Allah swt di bumi karena para malaikat akan turun atas pengganti Nabi Muhammad saw yang memiliki ciri-ciri kekhususan seperti: maksum -akan tetap ada hingga hari kiamat.

Qadar adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang memiliki ukuran dan takaran setiap sesuatu. Sedangkan secara teknis, Qadar adalah tipologi eksistensial dan ontologikal, bagaimana penciptaannya dan dengan istilah lain ukuran dan takaran eksistensial segala sesuatu.

Terkait dengan mengapa mala mini disebut sebagai malam Qadar terdapat beberapa sisi: Berdasarkan satu sisi, pada malam ini akan ditentukan takaran dan ukuran para hamba tentang hal-hal yang akan terjadi selama setahun, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Dukhan ayat 4:

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

Berdasarkan berbagai riwayat, pada malam Qadar takdir, rizki dan ajal manusia selama satu tahun ke depan akan ditetapkan. Berdasarkan sebagian riwayat yang lainnya sebab penamaan malam ini dengan malam Qadar adalah kemuliaan dan ketinggian malam ini karena Al-Qur'an yang begitu tinggi nilainya turun atas hati Nabi pada malam ini.

Dalam budaya Islam, Lailatul Qadar adalah salah satu malam-malam dalam satu tahun yang memiliki kesucian khusus. Berdasarkan riwayat-riwayat Islami, pada malam ini, Allah swt akan menetapkan setiap tahunnya akan tadir manusia selama satu tahun ke depan. Terjadinya sebagian peristiwa-peristiwa pada malam ini menambah pentingnya malam Qadar ini seperti Al-Qur'an turun secara utuh ke atas hati Nabi, Imam Ali as pada malam ini menemui kesyahidannya, dengan adanya kejadian ini menurut keyakinan pengikut Syiah malam Qadar semakin penting.

Pada malam Qadar, pengikut Syiah mengerjakan amalan-amalan mustahab seperti dzikir, membaca Al-Qur'an dan juga mengadakan majelis duka bagi Imam Ali as. Para mufassir Al-Qur'an berdasarkan sisi lahir Al-Qur'an berkeyakinan bahwa malam Qadar akan terjadi pada setiap tahun dan maksudnya adalah malam turunnya al-Qur'an dan tidak hanya terjadi pada masa Nabi saja. Kenyataan ini didukung oleh adanya riwayat-riwayat yang sampai pada derajat mutawatir.

Berdasarkan sebagian riwayat, malam Qadar merupakan karunia Tuhan kepada umat Islam, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis, "Allah swt memberikan malam Qadar kepada umatku dan tidak ada seorang pun dari umat-umat sebelumnya yang mendapatkan karunia ini.

Berdasarkan riwayat Syiah, Lailatul Qadar berada pada salah satu malam-malam: 19, 21 atau 23 bulan Ramadhan. Namun kemungkinan besarnya terjadi pada malam ke-23. Ibnu Babuwaih Shaduqi: Pendapat para pembesar kami tentang Lailatul Qadar, semua berkata bahwa terjadi pada malam ke-23. Berdasarkan sebuah riwayat dari Imam Shadiq as Malam Qadar akan ada hingga hari kiamat dan terjadi pada malam ke-23. Berdasarkan riwayat yang lain, takdir terjadi pada malam ke -23 dan ibram (penegasan akan hal-hal yang telah ditakdirkan) pada malam ke-21 dan penandatangannya pada malam ke-23.

Ahlusunnah dengan berdasarkan terhadap hadis Nabawi berpandangan bahwa salah satu malam dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan berdasarkan hadis kitab Al-Sihah al-Sitah biasanya pada malam ke 27 dinilai sebagai Lailatul Qadar dan pada malam itu mereka berdoa dan tetap terjaga hingga Subuh untuk beribadah.

Sebagian Ahlusunnah berpandangan bahwa selama Nabi Muhammad Saw hidup, Lailatul Qadar terjadi setahun sekali, namun setelah Nabi wafat, tidak ada lagi Lailatul Qadar. Menurut sebagian yang lain, Lailatul Qadar kapan saja bisa terjadi sepanjang setahun dan malam-malam itu tidak ditentukan. Pada tahun Bi’tsah, Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan, namun pada tahun-tahun yang lainnya mungkin saja terjadi pada bulan-bulan lainnya.

Allah SWT membuat malam lailatul qadar menjadi malam yang sangat baik untuk ibadah daripada seribu bulan. Malam lailatul qadar juga berfungsi sebagai pendorong umat Islam agar memperbanyak ibadah di Ramadhan sehingga umat Islam bermunajat, bermuhasabah, bertafakur dan meningkatkan ibadahnya untuk mendapatkan malam lailatul qadar.

Berdoa, munajat, bertaubat dan amalan ibadah lainnya di malam penuh berkah ini sangat dianjurkan. Tadarus al-Quran di malam ini juga memiliki nilai tersendiri. Umat Islam di malam ini sangat dianjurkan untuk tidak tidur dan memanfaatkannya untuk beribadah sepanjang malam. Dan sampai saat ini tradisi umat Islam di seluruh dunia menunjukkan bahwa mereka memiliki perhatian istimewa terhadap malam lailatul qadar.

Lailatul qadar adalam sebuah kesempatan emas untuk memulai dari awal dan kembali kepada Tuhan. Ayatullah Khamenei, terkait hal ini mengatakan, “Bulan suci Ramadhan dengan puasanya, zikir, doa dan puji-pujian kepada Tuhan, bacaan al-Quran serta dengan berbagai perbuatan baik lainnya membuat hati-hati bercahaya. Karat-karat di hati manusia terkelupas. Sejatinya dengan malam lailatul qadar, manusia mukmin yang berpuasa memulai tahun barunya. Di malam qadar, takdirnya ditentukan oleh para pencatat Ilahi. Manusia memasuki tahun baru, tahap baru dan sejatinya mereka mengalami kehidupan baru dan dilahirkan kembali.”

Sejak tibanya malam hingga terbitnya fajar, pintu-pintu rahmat Ilahi terbuka lebar bagi para hamba dan para penyeru meneriakkan panggilannya kepada para hamba supaya memafaatkan keutamaan Ilahi ini. Shalat tahajud dan beribadah sepanjang malam sangat bermanfaat dan menjadi sarana yang tepat meraih makrifat.

Di dalam al-Quran, disebutkan tentang menghidupkan malam dengan berbagai ungkapan. Allah Swt di surat al-Isra’ ayat 79 berfirman yang artinya, “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” Wajar jika malam lailatul qadar adalah malam istimewa di antara malam-malam sepanjang tahun. Oleh karena itu, malam ini harus dimanfaatkan untuk bertafakkur, membaca ayat-ayat suci al-Quran, berdoa dan munjat serta meraih kesempurnaan spiritual.

Terkait karakteristik malam lailatul qadar, al-Quran berfirman, سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Kata salamun mengisyaratkan anugerah dan inayah Ilahi bahwa di malam ini rahmat Allah Swt mencakup seluruh hamba-Nya yang tunduk kepada-Nya. Menurut sejumlah pakar tafsir, di malam lailatul qadar, para malaikat mengucapkan salam kepada hamba-hamba mukmin yang tengah tekun beribadah.

Berbagai amalan sangat dianjurkan di malam lailatul qadar. Mayoritas amalan ini dijelaskan di hadis Qudsi ketika suatu hari Nabi Musa as tengah bermunajat kepada Allah Swt dan mengatakan, Wahai Tuhanku! Aku ingin dekat dengan-Mu. Allah menjawab, orang-orang yang dekat dengan-Ku adalah mereka yang mendapat lailatul qadar. Nabi Musa kemudian berkata, Wahai Tuhanku! Aku mengharap rahmat-Mu. Allah menjawab, rahmat-Ku bagi mereka yang mengasihi orang miskin di malam lailatul qadar.

Musa kembali berkata, Wahai Tuhanku! Aku meminta ijin untuk melewati jembatan shiratal mustaqim. Allah menjawab, ijin tersebut bagi mereka yang bersedekah di malam lailatul qadar. Musa berkata, Wahai Tuhanku! Aku ingin buah-buahan surgawi. Allah menjawab, buah-buahan tersebut bagi mereka yang melantunkan subhana Allah  di malam lailatul qadar. Musa menambahkan, Ya Allah! Aku menginginkan keridhaan-Mu. Allah menjawab, kerelaan-Ku bagi mereka yang menunaikan shalat dua rakaat di malam lailatul qadar.

Kini malam lailatul qadar tengah mendatangi kita, malam yang lebih utama dari seribu bulan, malam ketika penghuni langit menjadi tamu di bumi. Siapa saja yang mendapat malam penuh berkah ini, maka kegelapan akan sirna dari jiwanya. Hargailah malam ini dan manfaatkan dengan ibadah. Rasulullah Saw bersabda, barang siapa yang mendapat malam lailatul qadar maka dosa-dosanya diampuni, bahkan jika dosanya sebanyak bintang di langit atau seberat batu-batu gunung.