Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apakah benar menghidupkan Lailatul Qodar dengan Majlis Ilmu lebih utama dari memenuhinya dengan ibadah-ibadah (Shalat dan Munajat) sunnah?

2 Pendapat 05.0 / 5

Apakah benar menghidupkan Lailatul Qodar dengan Majlis Ilmu lebih utama dari memenuhinya dengan ibadah-ibadah (Shalat dan Munajat) sunnah?

Malam lailatul Qodar adalah keistimewaan lain yang dimiliki Ramadhan, ini adalah kemuliaan yang diberikan oleh Allah swt kepada ummat Nabi sehingga mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pahala ibadah puluhan tahun (malam yang lebih baik dari 1000 bulan) dalam periode kehidupan umat Nabi Muhammad saw. yang relative lebih singkat dari pada kaum-kaum Nabi sebelumnya. Oleh karena itu Muslimin berbondong-bondong ke majlis-majlis dzikir untuk menghidupkan malam termulia (Sayyidul Layali) ini dengan mengingat Allah swt. dan melaksanakan ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. dan keluarganya serta sahabatnya yang mulia.

Selain itu, banyak dari kalangan umat yang disamping melaksanakan amalan-amalan khusus malam Lailatul Qodar, juga menghidupkan Sayyidul Layali ini dengan mengadakan kajian-kajian ilmiah atau majlis ilmu untuk memperluas khazanah keilmuan. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini merupakan sesuatu yang tidak biasa mengingat yang sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat adalah mengisinya dengan banyak bersedekah, tadarus (membaca al-Quran), membaca doa-doa, shalat sunnah dan I’tikaf. Lalu apakah hal ini bertentangan dengan sunnah Nabi dan merupakan bid’ah? Kalau jawabannya negative, apa keistimewaan mengisi dengan majlis ilmu di malam Lailatul Qodar ini dibandingkan dengan ibadah sunnah lainnya?

Pada dasarnya malam Lailatul Qodar ini adalah kesempatan terbaik untuk bercengkrama dengan Sang Khaliq melalui ibadah dan dzikir-dzikir seperti juga tertera dalam berbagai riwayat, namun hal ini bukan berarti kita tidak bisa mengisi sebagian malam ini untuk mengkaji ayat-ayat Ilahi dan lebih memahami Khazanah keilmuan Islam (Ma’arif al-Islam).

Majlis ilmu mampu mengangkat pengetahuan masyarakat dengan hakikat ketaatan yang dilakukan, ini akan mengeluarkan mereka dari keterikatan ibadah yang berdasar pada kebodohan dan menjadikan ibadah sebagai tradisi atau aktifitas rutin harian. Ibadah tanpa ilmu tidak akan mampu mencerap sebuah hakikat ibadah. Ayatullah Khomeini Seorang Ulama kharismatik pemimpin revolusi Republik Islam Iran mengatakan bahwa shalat bukan menghadap Allah swt. tetapi membangun kesadaran untuk hadir dalam realitas-Nya.

Oleh karenanya Ilmu akan mengantarkan hamba memperoleh pahala yang lebih agung dalam ibadahnya dan mengantarkannya pada derajat yang lebih tinggi. Allah swt. berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah Subhanahu Wata’ala akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Subhanahu Wata’ala Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Mujadilah [58] : 11).

Selain itu, mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslimin, meskipun terdapat berbagai ikhtilaf pendapat para ulama mengenai riwayat ini tentang spesifiknya ilmu apa yang diwajibkan untuk mempelajarinya. Terlepas dari itu semua, melaksanakan salah satu kewajiban adalah merupakan sebuah ketaatan yang lebih tinggi dari ibadah mustahab.

Berangkat dari sini dapat kita katakan bahwa mengadakan majlis ilmu di malam Lailatul Qadar -yang bertujuan mencapai sebuah kemuliaan derajat orang-orang yang berilmu dan kemuliaan beribadahnya orang berilmu- memiliki banyak keutamaan dibandingkan dengan hanya mengisinya dengan ibadah, dalam artian ini sebagai penegasan dari berbagai riwayat yang mengatakan bahwa ibadahnya orang bodoh tidak lebih baik dari tidurnya orang-orang yang berilmu dan ibadah orang yang berilmu itu jauh lebih utama dari ibadahnya orang bodoh serta berbagai hadits yang menyatakan keutamaan ilmu atas ibadah.

Hadits Nabi Muhammad saw. tentang memperbanyak ibadah di malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini merupakan sebuah pengingat dan penekanan supaya umat tidak lalai memanfaatkan kesempatan emas ini untuk bercengkrama dengan Tuhannya melalui berkah doa-doa dan shalat serta dzikir. Ini adalah kesempatan untuk menampakkan ketundukan total dihadapan-Nya.