Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apa yang Kita Lakukan Jika Doa Kita Belum Terjawab?

1 Pendapat 05.0 / 5

Doa merupakan sebuah tanda pengakuan kelemahan seorang hamba di hadapan Allah swt. bahwasanya ia tidak memiliki kemampuan dalam menjalani kehidupan secara mandiri, hal ini tidak dari hakikat bahwa esensi manusia adalah mumkin al-wujud. Seseorang yang berdoa adalah mereka yang tertanam di dalam dirinya rasa harap dan rasa takut, ia takut ketika melihat murka-Nya jika melakukan maksiat dan tidak memenuhi hak Allah untuk ditaati setiap hambanya. Namun di satu sisi ia adalah seorang hamba yang penuh harap ketika melihat Rahmat Allah swt. yang meliputi segala aspek dalam kehidupannya.

Dalam sebuah doa dikatakan bahwa Rahmat Allah mendahului murka-Nya, ini membuktikan luasnya rahmat Allah tidak melulu untuk hamba yang taat kepada perintah Allah swt. namun meliputi pembangkang-Nya. Keyakinan seperti ini adalah modal setiap hamba untuk tidak pernah melepaskan diri dari Sang Khalik dalam setiap upayanya mencapai kesempurnaan. Tak jarang dalam perjalanan hidup terdapat halangan dan rintangan, harapan dan angan, ratapan dan juga penyesalan, dan sebagai makhluk yang lemah senjata yang ia gunakan di tengah kebuntuannya adalah dengan berdoa.

Semuanya mengarah kepada Allah swt. yang memiliki kekuasan mutlak di alam semesta ini, yang Maha Mampu memenuhi setiap kebutuhan dan menghilangkan setiap kesulitan hamba-Nya. Tapi tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia mendapatkan jawaban sesuai apa yang diharapkan ataupun itu bisa jadi bertentangan dengan apa yang ada dalam doanya. Jawaban dari ini bersifat umum, baik yang dilihat, dialami ataupun dirasakan.

Seorang Mukmin sejati menganggap doa yang tidak diijabah adalah sebagai pilihan Tuhan yang terbaik untuknya, oleh karena itu ia bersyukur atasnya. Imam Ali as. berkata dalam Nahjul Balaghah: “Saat doaku dikabulkan aku bersyukur karena itulah keinginanku. Saat doaku tidak dikabulkan aku lebih bersyukur karena itulah keinginan Allah.”

Perlu diingat juga bahwa Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambanya meskipun kita tidak suka akan hal tersebut, Allah mengetahui apa yang maslahat dan mafsadat bagi kita dan untuk kehidupan kita yang kita tidak mempunyai pandangn sedikitpun tentangnya.

Allah swt berfirman:

عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Selain itu para Ulama menasihati kita jika kita masih dalam penantian jawaban doa yang kita panjatkan, ini merupakan bagian dari akhlak dalam berdoa yang harus kita perhatikan sebagai hamba yang berpasrah pada setiap ketentuan Allah swt.

Pertama kita harus senantiasa optimis dan tidak pernah putus asa dalam rahmat Allah, karena tidak diijabahnya doa kita mungkin terhalang oleh dosa kita selama ini, jadikan ini sebagai bentuk evaluasi atau muhasabah diri. Oleh karena itu perbanyaklah Istigfar dan bertaubatlah.

Selanjutnya, kita tidak boleh terlepas untuk berdoa kepada Allah swt, mungkin saja Allah lebih senang keadaan kita yang menundukkan kepala dalam doa, bersujud penuh kekhusyuan dalam kesendiriannya yang hanya dilihat Tuhan Semesta Alam, dibanding saat kita dengan penuh kesombongan merasa tidak perlu campur tangan Tuhan karena kehidupan yang dipenuhi kenyamanan.

Terakhir kita harus Ridha pada setiap ketentuan Allah swt, hal ini akan menjadikan terjawabnya doa yang dipanjatkan selama ini.

Imam Hasan Al-Mujtaba berkata: “Saya adalah jaminan bahwa mereka yang dalam hatinya senantiasa ada keridoan pada ketentuan Allah, maka doanya akan cepat dikabulkan.”