Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Rahasia Sunnatullah (Bag 2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Pada bagian yang pertama, kita telah mendapat kesimpulan bahwa siapapun yang melanggar Sunnatullah (hukum dan ketentuan Allah) maka ia seperti sedang melawan arus sungai yang deras, pasti ada kesulitan yang menghadang.

Lalu sampailah kita pada sebuah pertanyaan, “Bagaimana cara mengurangi kesulitan dalam hidup?”

Tentu jawabannya adalah dengan mengikuti arus Sunnatullah dan tidak melawannya. Dengan mengikuti tuntunan dari para Nabi, karena mereka sedang mengajak kita untuk sejalan dengan Sunnatullah. Dengan menghindari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka otomatis kesulitan hidup akan berkurang karena banyak masalah hidup yang disebabkan oleh dosa-dosa.

Bentuk Sunnatullah itu begitu banyak. Tidak mungkin kita dapat merincinya satu demi satu. Namun ada satu wujud Sunnatullah yang amat agung yang harus diingat dan diikuti.

Coba perhatikan, Alam semesta ini diciptakan dengan saling memberi. Salah satu sunnatullah terbesar adalah bahwa seluruh ciptaan di jagat raya ini sedang berlomba untuk memberi.

Lihatlah matahari yang selalu memberi cahaya dan kehangatan. Lihatlah pohon yang selalu memberi buahnya. Lihatlah mawar yang memberi keharuman. Daun yang memberi udara. Air yang memberi kehidupan. Ternak yang memberi daging dan susunya. Dan pehatikan segala sesuatu yang ada di alam ini sedang belomba untuk memberi. Mengapa?

Karena nilai dari sesuatu setara dengan apa yang telah ia berikan. Seperti lampu yang memberikan cahaya, ketika kemampuan memberi cahaya telah putus, maka ia tak bernilai lagi. Imam Ali bin Abi thalib pernah berkata,

قِيْمَةُ كُلِ اِمْرِءٍ مَا يُحْسِنُهُ

“Nilai dari setiap manusia setara dengan (kebaikan) yang ia berikan”

 

Memberi adalah sunnatullah yang agung. Jika manusia tidak mengikuti sunnatullah ini maka tak ada nilai sama sekali dalam dirinya. Bukankah Rasulullah pernah bersabda,

“Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya

Dan seburuk-buruk kalian adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya”

 

Karena itu jangan heran jika definisi “manusia terbaik” bukanlah yang paling banyak solat, umrah atau haji. Walaupun semua itu memiliki keutamaan yang besar, namun Rasulullah mendefinisikan “manusia terbaik” adalah,

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

 

Nilai dari diri manusia diukur dengan berapa besar manfaat yang telah ia berikan kepada sekitarnya. Disinilah letak kemuliaan manusia. Jika kita tidak mengikuti alam semesta yang selalu memberi manfaat, maka nilai kita hanya seperti sampah yang tak berguna dan harus dibuang, diganti dengan yang lain. Karena salah satu sunnatullah adalah adanya pergantian kaum “sampah” dengan kaum baru yang dapat memberi manfaat.

وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ -٣٨-

“Dan jika kalian berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan Menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu.”
(Muhammad 38)

Mari Berhitung !

Telah kita sadari bahwa salah satu cara mengikuti arus Sunnatullah adalah dengan memberi. Bahkan nilai dari seorang manusia setara dengan besarnya manfaat yang telah ia berikan. Karena itu, mari kita menghitung berapa taun dari umur kita yang bernilai?

Anggaplah bahwa umur rata-rata manusia abad ini adalah 60 tahun.

Jika kita tidur selama 6 jam/hari maka dalam setahun kita tidur selama 3 bulan. Dalam 60 tahun umur kita dihabiskan untuk tidur selama 15 tahun.

Umur kita tersisa 45 taun.

Jika kita berada dijalan sebanyak 2 jam/hari maka dalam setahun kita berada dijalan selama satu bulan. Dalam 60 tahun umur kita habis dijalan selama 5 tahun.

Sekarang umur kita tersisa 40 tahun.

Coba hitung berapa jam kita bergurau dalam sehari? Berapa jam melakukan hal yang sia-sia? Berapa jam untuk makan?

Jika dihitung-hitung, umur kita yang bernilai mungkin tak lebih dari 5 tahun atau bahkan 1 atau 2 tahun saja.

Inilah yang diceritakan oleh riwayat bahwa nanti di akhirat, setiap manusia memiliki gudang-gudang penyimpanan. Didalamnya terdapat karung-karung hasil perbuatannya di dunia.

Ketika dibuka, ada gudang yang harum semerbak dan itulah amal baik. Ada yang berbau busuk dan itulah simpanan amal buruk. Dan ada pula yang kosong, itulah waktu yang seharusnya dapat di isi dengan kebaikan namun dibuang sia-sia.

Maka dari itu, gunakan waktu sebaik-baiknya. Berikan nilai dalam setiap perbuatan. Sisipkan pahala dalam setiap langkah dengan meniatkan semua langkah kaki kita untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan jangan lupa berlomba dengan alam semesta untuk saling memberi, karena Imam Ali pernah berpesan,

“Barangsiapa yang hanya memikirkan urusan perutnya saja maka nilainya tak lebih dari apa yang keluar dari (perut itu).”

 

Kita akan tutup kajian kali ini dengan sebuah kisah di zaman Rasulullah saw. Ada seorang datang ke majlis Rasulullah untuk bertanya. Ketika ia duduk, tiba-tiba Rasulullah memanggilnya dan berkata,

“Kau kemari untuk bertanya tentang makna kebaikan.”

Ia pun kaget karena Rasulullah tau sebelum ia bertanya. “Sungguh setiap hari engkau membuat kami semakin yakin wahai Rasulullah.” Kata sahabat ini.

Rasul pun bersabda,

“Kebaikan adalah (perbuatan) yang hatimu tenang saat melakukannya. Dan keburukan adalah (perbuatan) yang membuat hatimu gelisah dan kau tak ingin diketahui oleh orang lain.”

 

Semoga kita selalu berada dalam jalur Sunnatullah dan bisa menjaga diri untuk tidak melawan hukum dan ketentuan dari-Nya.