Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

SERI DIALOG MUSLIM DAN KOMUNIS [5]

0 Pendapat 00.0 / 5

Tuhan Itu Ada

Ada seorang komunis dari Musayyab[1] datang kepada saya, dimana kelompok Komunis di daerah ini -yang dipimpin oleh Hasan Righa' telah melakukan Kriminal luar biasa, di antaranya menangkapi orang-orang, dan mengikat tangan dan kakinya serta menuangkan kalajengking ke badan-badan mereka-, orang tersebut berkata: saya seorang komunis dan saya sangat bangga pula.

Saya berkata: Anda adalah pengikut Hasan Righa' kaffasy (tukang sepatu)?

Dia berkata: Iya, saya adalah pengikut tuan guru Hasan, dan meskipun nama beliau kaffasy, tapi ini tidak membuatnya kurang, karena ketika revolusi terjadi, kedudukan dan posisi para pekerja dan petani menjadi lebih baik dan lebih tinggi, dan hal-hal yang tidak berguna akan terbinasakan.

Saya berkata: Apakah posisi sebagai dokter, insinyur, pengacara, fisikawan, juga tidak punya makna dan tidak ada artinya?

Dia berkata: Iya, petani dan pekerja lebih mulia dari mereka-mereka ini.

Saya berkata: Anda sendiri petani atau pekerja?

Dia berkata: Saya seorang pekerja.

Saya berkata: Apa pekerjaan anda?

Dia berkata: Saya seorang guru.

Saya berkata: Baiklah sekarang apa yang anda inginkan?

Dia berkata: Saya punya banyak pertanyaan.

Saya berkata: Silahkan ungkapkan.

Dia berkata: Siapa yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada?

Saya berkata: Ada dua miliar manusia yang mengatakannya.

Dia berkata: Siapa saja dua miliar tersebut?

Saya berkata: Umat Islam, umat Masehi, umat Yahudi, umat Budha, Umat Majusi, dan agama serta mazhab lainnya.

Dia berkata: Tuhan itu adalah bagian dari khurafat-khurafat.

Saya berkata: Apa dalilnya?

Dia berkata: Kalau memang Tuhan itu ada, maka pasti kita bisa melihatnya dengan mata kepala, mendengar suaranya, dan bisa merabanya.

Saya berkata: Apakah segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra adalah tidak ada?

Dia berkata: Iya, karena era sekarang adalah era eksperimen dan era ilmu pengetahuan, era agama dan era khurafat-khurafat telah berlalu.

Saya berkata: Anda pernah ke Kutub Utara ?

Dia berkata: Tidak.

Saya berkata: Ini berarti Kutub Utara itu tidak ada.

Dia berkata: Orang yang pernah ke Kutub Utara yang memberitahu kita, bahwa Kutub Utara itu ada.

Saya berkata: Orang-orang yang mendengar firman Tuhan yang memberitahu kami, bahwa mereka mendengar firman dan suara Tuhan.

Dia berkata: Siapa orang-orang tersebut?

Saya berkata: Nabi Musa As dan Nabi Muhammad Saw.

Dia berkata: Perkataan mereka tidak bisa diterima.

Saya berkata: Kalau begitu, orang yang memberitahu anda bahwa London itu ada, tidak bisa diterima juga.

Dia pun terdiam.

Dia berkata: Saya telah membaca buku utama anda yang berisi tentang Tuhan. Namun, tidak terdapat dalil yang memuaskan.

Saya berkata: Buku kami yang mana yang anda baca?

Dia berkata: Buku Syarh At-Tajriid.

Saya berkata: Dengan penuh keterusterangan, saya katakan pada anda, bahwa pengetahuan anda tidak sampai pada Syarh At-Tajriid. Karena anda tidak pernah belajar filsafat secara seksama dan sistematis .

Dia berkata: Bagaimana mungkin, saya ini seorang magister.

Saya berkata: Anda ini lulusan master sebuah sekolah yang di dalamnya tidak diajarkan filsafat. Dan anda ini tidak memiliki sedikit pun pengetahuan tentang filsafat.

Kemudian saya berkata: Dalil yang saya tulis dalam buku Syarh At-Tajriid yang tidak memuaskan anda itu, tolong sebutkan!

Dia berkata: Dalil daur dan tasalsul.

Saya berkata: Apakah anda paham dengan dalil daur dan tasalsul tersebut?

Dia berkata: Tidak.

Saya berkata: Kalau begitu alangkah baiknya kalau anda mengatakan: Saya tidak bisa memahami dalil anda, bukan malah mengatakan: Dalil anda tidak bisa memuaskan saya.

Dia terdiam, kemudian berkata: Apa makna dari daur dan tasalsul ?

Saya berkata: Ini adalah sesuatu yang badihi dan jelas, penjelasannya: Anda dibuat oleh bapak anda, bapak anda dibuat oleh kakek anda, kakek anda dibuat oleh bapak kakek anda, dan demikian seterusnya sampai ke atas dan tidak punya akhir, ini yang dinamakan tasalsul dan ini adalah sesuatu yang mustahil. Atau, kakek anda yang paling tua dibuat oleh bapak anda sendiri, ini disebut daur dan ini juga adalah sesuatu yang mustahil.

Nampak tanda-tanda kebingungan dan keheranan di raut mukanya, namun dia tidak berucap apa-apa, sepertinya dia tidak senang dan tidak suka menyalahkan dirinya dan berkata saya tidak paham.

Dia berkata: Kalau memang Tuhan itu ada, lalu kenapa kita tidak bisa melihatnya?

Saya berkata: Apakah segala sesuatu bisa kita lihat?

Dia berkata: Iya.

Saya berkata: 4x4 sama dengan berapa?

Dia berkata: Sama dengan 16.

Saya berkata: Apakah anda dengan mata kepala melihat bahwa 4x4=16?

Dia berkata: Ini adalah sebuah perkara logikal (akal) dan tidak perlu dilihat.

Saya berkata: Demikian juga tentang eksistensi Tuhan adalah perkara logikal dan tidak perlu dilihat.

Dia berkata: Dari mana kita bisa memahami wujud Tuhan?

Saya berkata: Dari ciptaannya kita bisa memahami keberadaan dan wujud-Nya.

Dia berkata: Apa makna mengenal Tuhan dengan melalui ciptaan-ciptaan-Nya?

Saya berkata: Kalau anda pergi ke sebuah padang pasir dan anda menyaksikan bekas-bekas ban mobil yang lewat di atas pasir itu, apakah anda akan mengatakan, bahwa di sini ada sebuah mobil pernah lewat?

Dia berkata: Iya, ini hal yang lumrah.

Saya berkata: Padahal anda tidak melihat mobil tersebut?!

Dia berkata: Melihat mobil bukanlah syarat dan bukanlah sebuah keharusan.

Saya berkata: Oleh karena itu, di sini bekas-bekas tersebut menunjukkan akan adanya pemilik bekas tersebut. Bukankah demikian?

Dia berkata: Iya.

Saya berkata: Demikian pula alam semesta ini adalah bekas dan ciptaan Tuhan dan ini menunjukkah akan keberadaan-Nya.

Dia terdiam.

Dia berkata: Apa perlunya kita mengakui keberadaan Tuhan?

Saya berkata: Apa perlunya anda mengakui keberadaan penguasa atau pemerintah?

Dia berkata: Pemerintah atau penguasa adalah sesuatu yang hakiki.

Saya berkata: Demikian juga Tuhan adalah sesuatu yang memiliki hakikat.

Dia berkata: Siapa yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah suatu hakikat?

Saya berkata: Ciptaan-ciptaan Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah sebuah hakikat.

Dan kemudian saya berkata: Tuhan lah yang menciptakan kita dan memberi kita rezeki, yang menghidupkan kita, dan memberikan segala sesuatu kepada kita, dengan semua ini apakah tidak ada kemestian bagi kita untuk mengenal dan mengetahui-Nya? Dan apakah dengan mengingkari keberadaan-Nya tidak sama dengan kita mengingkari pemberi dan pemilik nikmat sangat besar ini?!

Setelah kita mati nanti, di alam sana terbentuklah sebuah pengadilan besar Ilahi, dan Allah Swt menganugerahkan surga kepada orang-orang saleh di antara kita dan melempar para pendosa dan pendurhaka ke dalam api neraka. Oleh karena itu, kita butuh dan memerlukan Allah Swt sama seperti ketika kita punya masalah hukum, kita memerlukan seorang hakim.

Dia berkata: Anda dengan segala pengetahuan tinggi yang anda miliki membenarkan adanya surga dan neraka?

Saya berkata: Ini adalah ilmu dan budaya saya, bagi saya adalah sebuah kemestian untuk membenarkan keberadaan surga dan neraka.

Dia berkata: Ilmu dan budaya sangat menentang akan keberadaan surga dan neraka, dan ilmu pengetahuan adalah musuh agama.

Saya berkata: Bahkan sebaliknya, bacalah buku-buku yang berisi tentang arwah, tidur buatan, menghadirkan arwah, di sana anda akan memahami bahwa setelah alam dunia ini ada alam lain. Dan ini adalah hal yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.

Dia berkata: Iya, saya mendengar semua itu, namun dalam hal ini saya belum pernah menelitinya.

Saya berkata: Iya, karena tuan guru Hasan Righa' tidak memberikan kesempatan kepada para pemuda untuk menelaah dan mengkaji.

Dia berkata: Anda menertawakan saya?

Saya berkata: Tidak! Saya justru menangisi anda.

Dia berkata: Kenapa?

Saya berkata: Bukankah hal yang sangat disayangkan, dimana seorang pemuda berpendidikan, pengajar, menjadi bagian anggota dan pembantu seorang manusia awam yang dari segi pendidikan dan ilmu jauh di bawahnya? Sebangsa anda dan juga sekampung anda telah disiksa dengan gigitan kalajengking. Dia sangat terpengaruh dengan ucapan-ucapan saya dan hampir-hampir dia menangis, tapi dia berusaha mengontrol dirinya.

Dia berkata: kondisilah yang seperti ini.

Saya berkata: Semoga Allah Swt melenyapkan kondisi dan keadaan seperti ini, dan semoga Allah Swt menciptakan pribadi-pribadi seperti anda yang akan menjadi pembimbing generasi-generasi baru selanjutnya yang akan merombak sejarah orang-orang yang telah menganiaya dan mencaci rakyat dan masyarakat.

Dia meminta maaf kepada saya dan berjanji untuk senantiasa bersikap bijak, dia bangkit dan pergi, dan di akhir-akhir ini saya melihat dia sebagai seorang yang sangat saleh dan sangat menyesali masa-masa lalunya.