Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Boleh Berbeda, Tapi Tetap Bersaudara !

1 Pendapat 05.0 / 5

Allah swt berfirman,

إِنَّ هَٰذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.” (QS.Shad:23)

Ayat ini menceritakan tentang dua saudara yang berselisih kemudian datang kepada Nabi Daud as untuk menjadikan beliau sebagai hakim.

Bila kita perhatikan, ada hal yang sangat menarik dari kisah ini. Ditengah perselisihan dan pertengkaran yang hebat, salah seorang dari mereka masih menyebut saudaranya sebagai “saudara”.

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing….”

Sungguh kisah yang sangat tepat untuk direnungkan di saat-saat semacam ini. Kita semua sadar bahwa media sosial semakin membuka jalan untuk konflik, perselisihan dan perdebatan. Dari kisah diatas kita mengambil poin yang sangat penting bahwa sah-sah saja kita berbeda pandangan atau berselisih, tapi jangan sampai perselisihan itu memutus tali persaudaraan. Kita boleh berbeda tapi tetap bersaudara.

Dalam ayat lain, ketika Al-Qur’an menceritakan tentang hukum Qishos (hukuman mati bagi seorang pembunuh), Allah berfirman,

فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ

“Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula).” (QS.Al-Baqarah:178)

Walaupun telah terjadi konflik yang besar hingga ditetapkannya hukum Qishos, namun Al-Qur’an tetap menyebut mereka sebagai saudara. “Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya…”

Karena hubungan persaudaraan di atas segalanya. Dan salah satu tugas besar yang ingin dijalankan setan adalah memutus tali persaudaraan diantara manusia. Seperti kisah Nabi Yusuf as, setelah berbagai keburukan yang dilakukan saudaranya, beliau tetap menganggap mereka sebagai saudara. Dan Yusuf menjelaskan bahwa semua ini adalah rencana setan untuk memutus tali persaudaraan diantara manusia.

ِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي

“Setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku.” (QS.Yusuf:100)

Semoga bermanfaat….