Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Fitnah dalam Al-Qur’an (Bag 3)

1 Pendapat 05.0 / 5

Pada bagian sebelumnya kita telah membahas makna-makna fitnah, bahayanya dan awal kemunculannya di zaman Rasulullah saw.

Kali ini kita akan melihat siapa kelompok yang pertama kali menebar bibit fitnah dikalangan kaum muslimin. Siapa yang paling bertanggung jawab atas terbakarnya api fitnah diantara mereka? Siapa dalang dibalik perpecahan dan pertumpahan darah diantara kaum muslimin? Jika kita menengok kepada sejarah, kita akan melihat usaha yang besar dari bangsa yahudi untuk menghalau dakwah Rasulullah saw. Karena mereka tak mampu untuk membunuh beliau, maka mereka menggunakan “fitnah” untuk merusak islam dari dalam.

Dengan menggunakan tangan orang-orang yang munafiq, mereka mulai memecah kelompok-kelompok yang sudah didamaikan oleh Rasulullah saw. Suku Aus dan Khazraj yang berperang selama bertaun-taun bisa berdamai di tangan Nabi Muhammad saw. Namun orang-orang yahudi kembali memanaskan suasana dengan mengingatkan kedua kelompok tentang permusuhan mereka dulu. Setelah keduanya saling bertengkar, si penebar fitnah pergi begitu saja.

Dan sampai hari ini, skenario fitnah dikalangan muslimin diciptakan oleh zionis yahudi. Mereka menggunakan tangan-tangan muslimin sendiri untuk membantai saudaranya sesama muslim. Orang-orang munafiq adalah tangan terbaik untuk melancarkan segala rencana dalam skenario api fitnahnya.

Tentunya, yahudi yang dimaksud adalah kaum yahudi yang menyimpan kebencian kepada islam dan selalu berusaha menghancurkannya. Kita tidak akan menutup mata dengan orang-orang beragama yahudi yang punya naluri kemanusiaan dan cinta kedamaian.

Parahnya, kaum muslimin menjadi pendengar setia dan menerima segala “fitnah” dengan anggukan semata. Tanpa ada keinginan untuk mem-verifikasi berita yang berasal dari musuh. Bukankah sebelumnya kita telah mendengar Allah swt berfirman,

وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ-٤٧-

“Sedang di antara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka.” (At-Taubah 47)

 

Tanda-tanda mereka adalah alergi dengan perbedaan. Tidak suka melihat kaum muslimin bergandengan tangan. Ingin menggoncangkan bangunan islam agar tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melawan musuh.

Sekali lagi, kita perlu sadar bahwa umat muslim adalah kelompok yang diperhitungkan oleh musuh. Mereka dengan serius bekerja untuk menggoyang islam dengan segala cara.

 

◊ Pemutarbalikan Fakta

Allah swt berfirman,

لَقَدِ ابْتَغَوُاْ الْفِتْنَةَ مِن قَبْلُ وَقَلَّبُواْ لَكَ الأُمُورَ-٤٨-

“Sungguh, sebelum itu mereka memang sudah berusaha membuat kekacauan dan mengatur berbagai macam tipu daya bagimu (memutarbalikkan persoalan).” (At-Taubah 48)

Salah satu api fitnah yang terbesar adalah pemutarbalikan fakta. Kita hidup di zaman banjir informasi. Setiap hari ada ribuan informasi dari berbagai penjuru. Akibatnya, langit selalu gelap. Kebenaran semakin samar, kebatilan semakin buram. Semua serba terbalik. Orang durjana disanjung tinggi dan orang mulia diinjak-injak.

Rasulullah saw pernah mengabarkan suatu zaman dimana tak ada lagi orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Para sahabat bertanya, “Apakah akan terjadi wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Ya, bahkan lebih dari itu. Orang akan memerintahkan yang munkar dan mencegah yang ma’ruf.”

Sahabat semakin terheran, “Apakah itu akan terjadi?” tanya mereka.

“Lebih dari itu, mereka akan menganggap yang munkar itu ma’ruf dan yang ma’ruf adalah kemunkaran.” Jawab Rasulullah saw.

Dan salah satu wujud pemutarbalikan fitnah adalah ketika semakin samar siapa kawan dan siapa lawan. Banyak yang toleran kepada musuh islam namun beringas kepada saudaranya sendiri.


◊ Media sebagai Alat Penyebar Fitnah

Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa penguasaan media berada ditangan musuh islam. Tugas kita sebagai umat islam adalah menjadi umat yang cerdas. Tidak mudah percaya dan dibodohi.

Kita harus sadar bahwa media ada di pihak musuh, maka segala berita yang kita dengar harus di cek kembali kebenarannya. Jangan sampai kita menjadi korban yang hanyut dalam badai fitnah. Karena korban fitnah ada dua macam, dia benar-benar meyakini kabar itu sebagai kebenaran atau dia adalah orang bodoh yang hanya ikut-ikutan. Imam Ali pernah berkata,
“Fitnah itu ketika datang begitu samar dan ketika berlalu baru akan disadari.”

Mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati. Jangan sampai kita berpikir sedang memperjuangkan islam tapi nyatanya malah melancarkan skenario musuh. Kita harus menjadi umat yang cerdas, tidak mudah husnudzon dengan musuh islam.