Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Padamnya Pelita Termuda Ahlul Bait as(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Suatu hari Makmun, khalifah Abbasiah melewati sebuah gang dan anak-anak yang tengah bermain lari ketakutan ketika melihat mahkota di kepala Makmun. Hanya ada satu anak yang tinggal dan tidak menunjukkan rasa takut. Makmun kemudian mendatangi anak tersebut dan bertanya kepadanya, mengapa kamu tidak seperti anak yang lainnya lari ketakutan? Dan tidak pula minggir dari jalanku?

Anak tersebut dengan berani menjawab, "Aku tidak melakukan sebuah kesalahan, sehingga aku harus takut akan hukuman! Jalan ini pun bagi khalifah tidak sempit untuk melewatinya sehingga aku harus minggir. Kamu bisa lewat di mana saja yang kamu inginkan! Makmun yang heran dengan ucapan rasional dan terang-terangan anak kecil tersebut bertanya, Kamu siapa sebenarnya? Anak kecil itu menjawab, "Aku Muhamad bin Ali bin Musa bin Jakfar bin Muhamad bin Ali bin Husein bin Abi Thalib as."

“Ilmu pengetahuan apa yang telah kau warisi?” tanya Makmun. Imam menjawab, “engkau dapat menanyakan berita langit dan bumi kepadaku!” Makmun pergi meninggalkan Imam Jawad as dan melanjutkan perjalanannya. Seekor elang putih berada di atas tangan khalifah digunakan untuk berburu. Lalu Makmun melepaskan elang itu untuk mencari buruan. Untuk sekian saat, elang itu hilang dari pandangan dan tak lama kemudian, elang tersebut kembali dengan membawa ular hidup. Makmun menyimpan ular itu di suatu tempat. Lalu dia berkata pada para pengawalnya, “kini kebinasaan anak itu akan jatuh di tanganku!”

Kemudian makmun kembali melalui jalan yang tadi dilewatinya. Di tempat itu ia melihat Imam Jawad as sedang berada di antara anak-anak. Imam dipanggil dan ditanya, “engkau katanya tahu berita langit dan bumi?” Imam berkata: “Aku mendengar dari ayahku dan kakek-kakekku mendengar dari Rasul, dan Rasul dari Jibril, dan dari Tuhan, bersabda, antara langit dan bumi terdapat laut berombak besar yang di dalam laut itu terdapat banyak ikan. Raja memburu ikan itu dengan elang putih mereka. Elang tersebut kemudian membawa tangkapannya kepada raja. Sang raja pun mengambilnya untuk menguji keturunan nabi dan pengganti Rasulullah Saw.” Mendengar jawaban itu, Makmun berkata, “engkau dan ayah-ayah serta kakekmu dan Tuhanmu semua benar.”

Imam Jawad as juga dikenal sebagai Imam termuda Syiah. Beliau menerima tampuk imamah saat masih anak-anak. Meski banyak pengikut Ahlul baik yang hatinya lemah mempertanyakan keimamahan Imam Jawad yang masih kecil, tapi kondisi beliau mengingatkan kondisi Nabi Isa as yang diangkat sebagai nabi saat masih bayi dan kenaiban Nabi Sulaiman as setelah Nabi Dawud as.

Imam Jawad as dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan. Beliau memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu.

Dalam sejarah disebutkan, saat musim haji sekitar 80 orang ahli fiqih dari Baghdad dan kota-kota lain menuju Madinah untuk bertemu dengan Imam Jawad as. Mereka mencecar Imam dengan pelbagai pertanyaan ilmiah, namun Imam Jawad as dengan tenang dan mantap menjawab semua yang ditanyakan. Kejadian ini memupuskan segala keraguan yang selama ini menggelayut benak mereka.

Saat ini mazhab Ahul Bait tercatat sebagai mazhab paling kaya metode dan aliran keilmuan terpenting di bidang pengetahuan. Saham Imam Jawad as selama 17 tahun keimamahan beliau dalam memupuk dan menjaga warisan ini sangan besar. Imam Jawad as hidup di periode ketika dunia Islam menyaksikan maraknya mazhab Islami dan non Islam serta berbagai ilmu dan teknologi seluruh bangsa mengalami kemajuan, serta berbagai buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Di era seperti ini, Imam Jawad meski terhitung muda tidak tinggal diam dan aktif di dialog ilmiah. Sama seperti ayah dan para kakeknya, Imam Jawad aktif menerangkan ajaran Islam dan menyampaikannya kepada masyarakat. Beliau memerankan seorang guru sekaligus pembimbing umat ke arah jalan yang benar. Beliau juga kerap menyelesaikan permasalahan rumit Islam dan memberantas syubhat yang mengotori ajaran murni Islam.