Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Jangan Sampai Kesuksesanmu Menjadikanmu Lupa dengan Orang Tuamu !

2 Pendapat 04.5 / 5

Orang tua memiliki kedudukan yang amat tinggi di mata Islam. Sehingga dalam beberapa ayat Al-Qur’an selalu digandengkan antara perintah Tauhid dengan perintah berbakti kepada orang tua.

Riwayat demi riwayat juga menjelaskan besarnya arti berbakti kepada orang tua. Disana juga ada pahala yang begitu besar bagi mereka yang berbakti kepada keduanya. Selain itu juga ada ganjaran dan keberkahan yang akan ia dapatkan di dunia sebelum pahala agung di akhirat.

Namun sayang, tak sedikit seorang anak yang telah mencapai kesuksesan dan prestasi yang tinggi mulai melalaikan orang tuanya. Ia mulai lupa darimana semua ini berasal.

Akankah ia akan meraih semua kesuksesan ini bila tidak dilahirkan oleh orang tuanya?

Hari ini kita sama-sama melihat dan mengingatkan diri masing-masing agar jangan sampai kesuksesan kita membuat kita mengabaikan orang tua.

Al-Qur’an memberi contoh bagaimana para nabi bersikap kepada orang tua dipuncak kesuksesan dan prestasi mereka.

Tengoklah Nabi Yusuf as disaat Negeri Mesir ada dibawah kekuasaanya, Al-Qur’an menceritakan :

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ – وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul (dan menyiapkan tempat untuk) kedua orang tuanya seraya berkata, “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.”

“Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya.” (QS.Yusuf:99-100)

Lihatlah Nabi Sulaiman as ketika Al-Qur’an menceritakan,

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS.An-Naml:19)

Bukankah Al-Qur’an juga pernah mewasiatkan bahwa anak yang berbakti adalah mereka yang ketika telah mencapai kesuksesan tak pernah melupakan jasa orang tuanya.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ

Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku.” (QS.Al-Ahqaf:15)

Jangan pernah lupakan kedua orang tua kita walau setinggi apapun prestasi yang telah kita raih. Ingat kita tidak akan menjadi apa-apa tanpa jasa orang tua.

Semoga bermanfaat…