Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pertemuan Akbar Sedunia: 27 Juta Peziarah Arbain Mengekspresikan Cinta Kepada Pemuda Penghulu Surga (Bagian 2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Menurut penuturan Sayed Hadi al-Hakim, ayah beliau berjasa dalam tradisi Arbain dengan berjalan kaki. Beliau pernah sakit jantung dan kemudian bernazar bahwa bila ia sembuh maka ia akan berziarah kepada Imam Husein dengan jalan kaki. Dan beliau melakukan ziarah ni sebanyak lima kali dalam setahun, yaitu saat Arbain, tanggal pertama bulan Rajab, pertengahan Rajab, pertengahan Syakban (Nisfu Sya’ban) dan hari Arafah. Sayed Hadi al-Hakim sendiri pertama kali melakukan ziarah berjalan kaki ke Karbala pada tahun 1975 M.

Tahun 1992 termasuk tahun yang berbahaya untuk ziarah. Menurut Sayed Hadi al-Hakim, tahun 90, Rezim Saddam mengancam akan menangkap dan membunuh siapapun yang berziarah kepada Imam Husein sehingga banyak yang ditangkap dan dipenjarakan dan bahkan ada yang dibunuh. Tapi manusia memang dasarnya akan melawan apapun yang dilarang untuk dikerjakan. Dan begitu ziarah kepada Imam Husein dibolehkan dan tidak ada larangan, khususnya pasca jatuhnya Saddam Husein maka lautan manusia membanjiri Karbala untuk ziarah.

Keluarga al-Hakim termasuk orang yang pertama membangun Husainiyyah (tempat acara keagamaan) setelah tumbangnya Rezim Saddam Husen yang salah satu fungsinya adalah melayani para peziarah Imam Husein. Husainnyah ini menyediakan air panas dan perlengkapan tidur yang nyaman, khususnya selimut tebal saat musim dingin. Di samping itu,selama tinggal di Husainiyyah, peziarah diharuskan mengikuti shalat jamaah dan mendapatkan tausiyah. Dan kaum hawa pun mendapatkan bimbingan keagamaan oleh mubaligah (dai perempuan). Dan selama acara Arbain, Husainiyyah ini pernah menampung sampai 7000 peziarah. Maukib al-Hakim menyediakan sarapan pagi, makan siang dan malam serta tempat peristirahatan yang nyaman bagi para peziarah yang mulia.

Pada tahun 1968 jumlah peziarah Imam Husein lebih dari setengah juta orang dan pada tahun dekade 70 mencapai 1 juta orang bahkan pada pemerintahan diktator Saddam yang menggunakan berbagai cara untuk melarang ziarah ke Karbala, kegiatan ziarah tetap berlangsung. Pasca jatuhnya Rezim Saddam Hussein Saddam pada tahun 2003, gelombang ziarah pun tidak bisa dibendung sehingga tiap tahun jumlah para peziarah semakin banyak bahkan pada tahun 2016 tercatat sekitar 27 juta peziarah memenuhi Karbala dan dari angka itu terdapat dua juta lima ratus peziarah yang berasal dari luar negeri.

Ada pertanyaan penting yang perlu disampaikan di sini? Fenemona apa ini: jutaan orang berjalan kaki; meninggalkan rumah dan keluarga mereka hanya untuk berziarah?! Ini fenomena di atas pikiran (akal/nalar), karena itu Anda tidak akan menemukan jawabannya sebatas akal. Ini fenomena di atas budaya (tradisi), karena itu Anda tidak akan menemukan jawabannya sebatas budaya. Ini fenomena di atas perasaan (emosi), karena itu Anda tidak akan menemukan jawabannya sebatas perasaan. Ini fenomena di atas fikih dan fatwa, karena itu Anda tidak akan menemukan jawabannya sebatas fikih. Ini fenomena di atas politik, karena itu Anda tidak akan menemukan jawabannya dalam sudut pandang politik. Ketahuilah bahwa di balik semua ini ada rahasia dan campur tangan Ilahiah. Renungkanlah hadis Nabi saw: Husein dariku dan aku dari Husein. Sungguh Allah akan mencintai siapapun yang mencintai Husein.

Mengapa para peziarah mau mengorbankan kehidupan dan kenyamanan mereka hanya untuk supaya bisa berziarah kepada Imam Husein? Mengapa mereka tidak peduli dengan ancaman teroris dan kelompok takfiri dan tetap berangkat ke Karbala, tanah cinta; tanah perjuangan, tanah kesabaran?!

Husein telah memberikan apapun yang dimilikinya di jalan Allah sehingga keletihan dan bahkan kehilangan harta dan nyawa sekalipun dalam perjalanan ziarah Arbain ini tidak masalah bagi peziarah dan pencinta Imam Husein. Ya, bagi para peziarah, syahidnya Imam Husein untuk menghidupkan agama. Dan bagi orang semulia ini, apapun siap dipertaruhkan.

Ya, Imam Husein yang merupakan “sayyidu syuhada” (penghulu syuhada) telah memberikan keberkahan luar biasa kepada siapapun yang berhubungan dengannya, tak peduli mazhab dan agamanya. Dan beruntunglah mereka yang mendapatkan keberkahan ini. Beruntunglah mereka yang secara dekat dapat berziarah kepada Imam Husein dan mengucapkan salam rindu dan takzim kepada beliau.

Peringatan Arbain yang semakin semarak dan ramai pada tiap tahun semakin membuktikan mukjizat Karbala dan membungkam mereka yang menyepelekan perjuangan Imam Husein, apalagi menyalahkannya. Karbala adalah sejarah kemenangan darah atas pedang; kemenangan laskar akal atas tentara kebodohan.

Husein bil Ali bin Abi Thalib adalah magnet cinta yang menarik para pencinta yang jumlahnya tiap tahun terus bertambah. Meskipun para pembenci Husein dan ajarannya berupaya keras untuk memadamkan api cinta ini dengan meletakkan “bom kebencian” di jalan-jalan yang dilalui para peziarah, namun gelora dan bara cinta ini tidak pernah padam sepanjang sejarah. Sebab ajaran yang dibangun dengan dasar cinta tidak akan pernah mati dengan bombandir kebencian dengan cara apapun.

Arbain juga menyentil kaum materialis bahwa di tengah modernitas dunia, manusia tetap tidak bisa berpaling seratus persen dari spiritualitas dan salah satu tempat yang menjanjikan aura spiritual tinggi adalah bainal haramain (antara makam Imam Husein dan Abu Fadhl Abbas).

Saat Anda menuju bainal haramain, ada seorang berdiri guna menyambut para peziarah Arbain sambil mengucapkan:

Ahlan wa sahlan (selamat datang). Fatimah Zahra bergembira atas kalian. Kalian telah memuliakan Rasulullah saw dan ahlul baitnya!