Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Toleransi

1 Pendapat 05.0 / 5


    Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”  (QS. Al-Kahfi [18]: 103-104)

​Ada pesan dari Hari Kebangkitan Nasional. Persatuan adalah elemen penting dalam perjuangan panjang meraih kemenangan.
 
Sudah terlalu lama kita diajarkan bahwa cara musuh menjajah negeri khatulistiwa ini adalah dengan memecah belah kita. Politik divide et impera. Politik belah bambu. Politik mengadu domba.
 
Perbedaan menjadi produk utama yang rentan didagangkan. Umat diajak seragam. Manusia dipaksa harus seiring dan sejalan. Padahal, sunnatullah mensyaratkan perbedaan. “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:26)
 
Manusia diciptakan berbeda. Dengan perbedaan ini kita saling mengenal. Tentu yang dimaksud bukan sekadar mengenal nama, bukan? Tetapi mengenal kebiasaan, kebudayaan, kearifan lokal, kelebihan dan keistimewaan masing-masing. Saling mengenal untuk dapat saling belajar. Perbedaan mensyaratkan kearifan. Yang kedua, kriteria mulia adalah “di sisi Allah” bukan di sisi manusia. Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dengan kalimat ini seakan-akan gugur hak kita untuk menghakimi. Hanya Allah Ta’ala yang berhak memberikan penilaian tentang hambaNya.
 
Karena perbedaan ini jugalah, Iblis tak henti menghembuskan perdaya. Ia tiupkan goda: kita kelompok yang lebih baik, lebih benar, lebih sesuai, lebih pintar… dan sebagainya. Al-Qur’an mengingatkan, “Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”  (QS. Al-Kahfi [18]: 103-104)
 
Boleh jadi ada kelompok yang mengira sudah berbuat baik, padahal amal mereka sia-sia. Mereka mengira berbuat banyak untuk agama, padahal ternyata justru menjauhkan orang daripadanya. Mereka yang menyangka telah berbuat yang terbaik cenderung merendahkan orang lain, tak menghargai pendapat mereka, menyalahkan dan semisalnya.
 
Apa kaitannya dengan bulan suci? Di antara hikmah shaum adalah pelajaran toleransi. Lihat bagaimana umat tidak pernah bingung antara Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an) dan malam qadar. Nuzulul Qur’an diperingati setiap tanggal 17 bulan suci. Sedangkan malam qadar pada malam-malam ganjil sepuluh hari yang terakhir. Tapi bukankah al-Qur’an diturunkan pada malam qadar? Jadi malam qadar pada sepuluh hari terakhir atau pada tanggal 17 itu? Serba-serbi bulan suci di kita punya negeri. Alhamdulillah, saling menghormati. Saling menghargai. Saling mengerti, saling memahami.
 
Demikian pula bila ada yang karena uzur tak berpuasa. Sesungguhnya dihadirkan bagi orang puasa pahala berlipat ganda ketika melihat saudaranya sedang menyantap hidangan mereka. Dari Ahmad bin Ziyad bin Ja’far al-Hamadani ra, ia berkata: meriwayatkan kepadaku Ali bin Ibrahim bin Hasyim, dari ayahnya dari Al-Husain al-Naufali dari Isma’il bin Abi Ziyad. Dari al-Shadiq Ja’far putra Muhammad dari ayah-ayahnya. Bersabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa puasa dan di hadapannya ada kaum yang sedang makan (sedang ia menahan dirinya karena puasa), (Allah Ta’ala jadikan) setiap anggota badannya bertasbih, dan para malaikat mendoakannya. Adapun doa malaikat adalah istighfar untuknya.” (Amali al-Shaduq, majelis 86, hadits no. 9)
 
Serba-serbi bulan suci di kita punya negeri. Bila puasa haruskah menghindar dari orang yang sedang makan? Apa pun pendapat fikih saudara, perbedaan bukan alasan untuk tak bersatu. Persatuan hadir justru karena saling menghormati perbedaan yang ada. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Jaya dan bersatu senantiasa Indonesia tercinta!