Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Fitrah Cinta Kebaikan dan Benci Keburukan, Sebagai Menteri Akal(2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Hadis tentang Akal dan Jahal

Imam Ja’far Shadiq berkata: “Kenalilah akal serta pasukannya dan jahal serta pasukannya niscaya kamu mendapat petunjuk”

Sama’ah bin Mihran mengatakan, “Tuanku, kami tidak akan mengetahui kecuali apa yang telah Anda ajarkan kepada kami”

Imam berkata, “Sesungguhnya Allah menciptakan akal, ia adalah makhluk yang pertama di antara alam para ruh di sisi kanan arasy dari cahaya-Nya. Lalu Dia katakan kepadanya, “Berbaliklah!”, maka ia berbalik. Kemudian Dia katakan kepadanya, “Menghadaplah!”, maka ia menghadap. Dia berkata, “Aku telah menciptakan engkau sebagai makhluk yang agung dan memuliakan engkau di atas seluruh makhluk-Ku.

Setelah itu Dia menciptakan jahal dari laut asin yang gelap. Lalu Dia katakan kepadanya, “Berbaliklah!”, maka ia berbalik. Kemudian Dia katakan kepadanya, “Menghadaplah!”, tapi ia tidak menghadap. Maka Dia berkata kepadanya, “Kamu telah membangkang!”, maka Dia menjauhkannya.

Kemudian Dia menetapkan bagi akal tujuhpuluh lima tentara. Melihat apa yang telah Allah karuniakan kepada akal dalam memuliakannya, jahal menyimpan permusuhan terhadapnya dan berkata, “Tuhanku, makhluk ini seperti aku. Engkau telah menciptakan dia, memuliakan dan menguatkannya. Sedangkan aku adalah lawannya tak berdaya terhadapnya. Berilah aku juga pasukan seperti yang telah Engkau berikan kepadanya!”

. “Ya”, jawab-Nya. “Bila sesudah itu kamu berbuat kesalahan niscaya Aku mengeluarkanmu beserta pasukanmu dari rahmat-Ku.”

“Aku rela”, sahutnya.

Maka Dia memberinya tujuhpuluh lima pasukan.”

Akal adalah daya spiritual yang condong pada kebaikan, kesempurnaan, keadilan dan ihsan. Diterangkan dalam riwayat: “Dikaruniakan kepada akal tujuhpuluh lima tentara khair (kebaikan) sebagai menterinya, dan lawannya adalah syarr (keburukan) sebagai menteri jahal (kebodohan).” Khair yang dimaksud –dalam penjelasan Imam Khomeini:

1-Hakikat fitrah yang disinggung dalam QS: ar-Rum 30. Yaitu, fitrah mukhammarah (yang tak terhijab) dalam makna bahwa Allah swt memberi dua macam naluri:

Yang pertama, ashliyah; ialah fitrah cinta kesempurnaan, kebaikan dan kebahagiaan yang mutlak, terbentuk (secara esensial).

Yang kedua, tabi’iyah; ialah fitrah benci (menjauhi) kecacatan, keburukan dan kesengsaraan, terbentuk secara aksidental, dalam diri manusia.

2-Selain tak terhijab, tidak diperintah oleh alam (tabiat; materi). Sekiranya cenderung pada alam, maka dikuasai olehnya dan terhijab dari spiritualitas serta menjadi sumber keburukan dan kesengsaraan.

Jadi, khair yang –sebagai menteri akal- membawahi semua tentara akal- adalah fitrah mukhammarah yang cenderung pada spiritualitas dan posisi sejatinya. Sedangkan syarr –sebagai menteri jahal yang diikuti oleh semua tentara jahal- adalah fitrah yang terhijab dengan hukum alam (thabi’ah; materi).

 

Referensi:

Syarh Hadits Junud al-‘Aql wa Junud al-Jahl/Almarhum Imam Khomeini