Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Parenting dalam Sistem 4.0

0 Pendapat 00.0 / 5

perkembangan zaman berbagai teori hilir mudik digagas dan diaplikasikan, beberapa menghadapi kegagalan beberapa berhasil setelah proses penelitian panjang.
Salah satu poin penting yang perlu penerjemahan setiap zaman adalah konsep “Didiklah anak sesuai zamannya” Sebagaimana Al-Quran yufasiru zaman, sehingga dalam dua tahun sekali minimal ada tafsir baru dari Al-Quran, metode pendidikan anak pun sama, harus selalu dilakukan pembaharuan menyesuaikan perkembangan yang ada. Hal ini jelas realistis karena hasil pendidikan ini ditujukan agar anak nantinya menghadapi zamannya, zaman dengan segala kepelikan dan kemajuan peradaban yang ada.
kita bisa melihat bangsa Arab yang tidak bisa ditipu dengan Film Star Trek, Film tentang dunia luar angkasa. Jawaban peneliti menunjukkan bahwa alasannya karena orang Arab kebanyakan memiliki gaya berpikir hidup sebagai masa lalu, membangga-banggakan masa lalu dan tidak ada harapan atau rencana untuk masa depan. Ini menjadi salah satu penyebab mengapa Dunia Arab menjadi berhenti.
Sementara itu pemuda di daerah maju senantiasa berpikir bahwa mereka tidak memiliki masa lalu. Karena alasan ini mereka senantiasa bertindak sesuai proyeksi masa depan. Mereka berpikir dan bertindak demi menyongsong masa depan.
Sistem 4.0

Sebelumnya apakah yang dimaksud dengan sistem 4.0. Sebagai contoh sebuah gudang manual untuk semua pekerjaan dikerjakan oleh manusia, birokrasi surat menyurat, penerima barang, penataan barang, pengiriman barang, bahkan pengepakan juga dilakukan manusia. Banyak proses yang harus dilalui melalui proses yang pelik dan melelahkan dan terkesan buang-buang waktu.
Dengan sistem 4.0 proses yang pelik dan berliku-liku serta merepotkan diringkas dengan teknologi tercanggih. Truk pengambil barang cukup masuk ke bagian penerimaan barang gudang dengan menempelkan barkode lits barang pada alat detektor dalam beberap menit barang sudah diletakkan didalam truknya. Sistem 4.0 benar-benar menantang umat manusia untuk bisa lebih cerdas dari mesin. Jika mesin lebih “pintar” yakni lebih bermanfaat, hemat, efektif dan efisien maka selama itu manusia akan ditinggalkan, seyogyanya manusia meng-upgrade dirinya sehingga mampu menjadi operator mesin-mesin tadi, setingkat lebih “pintar” dari mesin-mesin yang ada. Baru-baru ini dengan program berbasis android beberapa pemilik tambak di Jawa Barat memberikan makanan tanpa harus pergi ke tambak, cukup online dalam jejaring internet dan memencet tombol di hp android mereka.
Jadi sistem 4.0 adalah sistem yang bercirikan menonjolkan pemanfaatan teknologi digital dalam proses-proses yang dilakukan atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Konsep pendidikan dengan memanfaatkan data, teknologi blockchain, serta kecerdasan buatan. Proses yang tidak lagi dibatasi oleh konsep ruang dan waktu dengan cyber system tersebut.
 
Orang Tua dan Pendidikan Anak Berbasis Pendidikan 4.0
Para orang tua sebagai garda terdepan dalam pendidikan anak-anak terutama dalam lingkup keluarga, mereka memiliki tuntutan untuk meng-upgrade kompetensi diri dalam menghadapi era Pendidikan 4.0. Peserta didik yakni anak-anaknya saat ini merupakan generasi milenial atau bahkan generasi X dan Y yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Anak sudah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0 yang sangat masif yang datang siang dan malam. Ini menunjukkan bahwa produk pendidikan yang dihasilkan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0. Generasi yang melek digital dan lahir sebagai seorang yang mampu untuk minimal menjadi operator serta tidak gaptek. Orang tua perlu berusaha mencari metode sehingga tidak timbul istilah, anak hidup di era industri 4.0, namun mereka belajar dalam ruang industri 3.0, dan diajarkan dengan konsep industri 2.0 atau bahkan 1.0.
Orang tua yang melek dengan perkembangan industri 4.0 tidak akan mudah dibohongi anak dengan teknologi yang ada. Dengan kode-kode tertentu anak bisa menyimpan program yang tidak ingin dilihat orang tua dari mobile phone yang mereka pegang. Memang hal ini tidak selalu bisa menjawab kebutuhan karena ketika satu cara sudah bisa ditebak orang tua anak akan belajar mencari cara lain sekiranya orang tua tidak mampu menjangkaunya. Dari semua itu ada yang lebih utama adalah pemberian dasar aqidah yang kuat kepada anak dan jelas ini disesuikan dengan metode yang lebih menarik dan butuh kreatifitas dari ayah bunda sebagai orang tua, anak diajari tanpa merasa digurui, anak diajak belajar tapi merasa sedang bermain. Belajar dengan bahagia bukan dalam tekanan baik oleh target maupun pengajar.

Bijak Berteknologi
Bukan menjauhkan anak dari teknologi tapi mengajari anak untuk bijak berteknologi. Penggunaan teknologi secara positif oleh ayah bunda akan berdampak besar mengajarkan bahwa penggunaan teknologi adalah untuk kegiatan positif. Praktis anak-anak akan terpengaruh untuk juga berteknologi secara positif.
Bijak berteknologi salah satunya adalah menggunakan teknologi pada waktunya. Anak walau di era sekarang ini mereka tetap butuh dengan kehangatan keluarga, ketika sedang makan malam sebisa mungkin semua anggota keluarga tidak lagi sibuk dengan gadget masing-masing. Makanan yang disantap pun akan lebih terasa nikmat. Pertemuan singkat dari jam 18:00 sampai 21:00 setelah sama-sama sibuk, orang tua sibuk bekerja dan anak-anak sibuk di sekolah masing-masing. Maka waktu pendek ini harus dimanfaatkan untuk membina hubungan kekeluargaan. Tidak lagi sibuk berbicara dengan dunia maya, tapi berbicara dan bercerita dengan keluarga.
Andaisaja cukup ayah yang pergi bekerja, hal ini akan lebih utama dan akan lebih baik bagi pendidikan anak menghadapi pendidikan 4.0, 5.0 atau bahkan 6.0. Anak akan ada teman dirumah salah satu dari orang tuanya sendiri, mendengarkan cerita anak ketika dia seharian disekolah, bukan hanya bertemu dengan bibi atau paman asisten rumah tangga, dibanding dididik orang lebih utama jika dididik orang tua sendiri.