Perlu Nasib Baik di Bulan Ramadhan
Marhaban yâ Syahra Ramadhan… Selamat datang wahai bulan Ramadhan. Inilah yang diucapkan muslimin dalam menyambut kedatangan bulan yang suci ini. Mereka mengucapkan kata “selamat ini” kepada satu sama lain, selain dalam mengekspresikan kegembiraan dengan tibanya sebaik-baik bulan kepada mereka, juga memuat silaturahim atas persaudaraan mereka dalam seagama, dan juga saling mengingatkan di antara mereka serta menghormati kesucian dan kemuliaan bulan Ramadhan. Setidaknya mengingatkan tentang kewajiban-kewajiban keagamaan yang musti dilaksanakan, di tengah mereka sedang melakukan berbagai aktifitas mereka. Seakan hendak dikatakan: “Wahai saudara-saudara, telah tiba kepada kita bulan Ramadhan.”
Adalah bulan di dalamnya Allah menurunkan kitab suci-Nya ke bumi kepada Rasul-Nya Sang Penutup Kenabian (saw), untuk beliau sampaikan kepada umatnya untuk menjadi pedoman hidup bagi mereka. Allah swt berfirman: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)..” (QS.Al-Baqarah 185)
Baiknya kita merujuk pada pesan-pesan Rasulullah saw yang termuat di dalam sebuah khutbah beliau yang dikenal dengan “Khutbah Sya’baniyah”. Adalah khutbah yang dinukil oleh Syaikh Shaduq di dalam kitabnya, “Uyun Akhbar ar-Ridha”, dengan sanadnya dari Imam Ali Ridha dari para imam pendahulunya sampai Rasulullah saw. Penukilnya ialah bernama Muhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih Qommi (wafat 381 H) ini, penulis kitab “Man la Yahdhuruhu al-Faqih”, salah satu dari empat kitab hadis rujukan Syiah (al-Kutub al-Arba’ah). Banyak karya tulisnya, disebutkan ada sekitar 300 buah kitab, salah satunya ialah ‘Uyun Akhbar ar-Ridha” yang konon ia tulis untuk dihadiahkannya ke perpustakaan Sahib bin Ibad, penulis syair pujian kepada Imam Ali Ridha.
Baiknya kita merujuk pada pesan-pesan Rasulullah saw yang termuat di dalam sebuah khutbah beliau yang dikenal dengan “Khutbah Sya’baniyah”. Adalah khutbah yang dinukil oleh Syaikh Shaduq di dalam kitabnya, “Uyun Akhbar ar-Ridha”, dengan sanadnya dari Imam Ali Ridha dari para imam pendahulunya sampai Rasulullah saw. Penukilnya ialah bernama Muhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih Qommi (wafat 381 H) ini, penulis kitab “Man la Yahdhuruhu al-Faqih”, salah satu dari empat kitab hadis rujukan Syiah (al-Kutub al-Arba’ah). Banyak karya tulisnya, disebutkan ada sekitar 300 buah kitab, salah satunya ialah ‘Uyun Akhbar ar-Ridha” yang konon ia tulis untuk dihadiahkannya ke perpustakaan Sahib bin Ibad, penulis syair pujian kepada Imam Ali Ridha.
Pesan Pertama Nabi saw, Berdoa
Di dalam khutbah ini, Rasulullah saw menerangkan tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Adalah bulan Allah, yang membawa berkah, rahmat dan pengampunan-Nya. Bulan termulia, yang tiap-tiap dan semua waktunya adalah waktu-waktu yang terbaik. Di dalamnya, Allah swt mengundang hamba-hamba-Nya dan memuliakan mereka sebagai tetamu-Nya. Dengan semua keistimewaan yang dimiliki bulan teragung ini, tiap nafas yang mereka hembuskan di dalamnya menjadi tasbih dalam arti mensucikan Allah swt. Tidur mereka menjadi ibadah. Amal mereka diterima dan doa mereka diijbah oleh-Nya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh umat Islam di bulan suci ini? Pesan Rasulullah saw kepada umatnya, agar berdoa kepada Allah dengan hati yang tulus, memohon taufiq (kesuksesan; nasib baik) untuk dapat menjalankan semua perintah-Nya, khususnya berpuasa dan membaca kitab suci-Nya, Alquran. Mengapa?
Di sana, tak jauh dari pandangan mata, sebagian orang yang beridentitas muslim meski tahu bahwa di bulan Ramadhan adalah wajib baginya berpuasa, tapi dia sengaja tidak melaksanakannya. Ada juga yang memahami puasa dengan niat saja di dalam hati, dan merasa puas dengan penafsiran yang sesuai dengan seleranya ini. Dalam dua hal ini, artinya mereka tidak mendapat taufik di kala muslimin berpuasa, mereka justru tidak berpuasa.
Sebagian yang berpuasa pun belum tentu membaca Alquran, dikarenakan suatu hal dalam ikhtiarnya, seperti karena dia tidak bisa membaca Alquran. Oleh karena itu, hal seorang muslim di bulan Ramadhan melaksanakan ibadah puasa dan membaca Alquran adalah nasib baik yang Allah karuniakan baginya. Selain itu, banyak karunia yang mendasar dari-Nya seperti karunia hidup di bulan pengampunan ini, namun demikian Rasulullah saw bersabda: فَإِنَّ الشَّقِیَّ مَنْ حُرِمَ غُفْرَانَ اللَّهِ فِی هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِیمِ; “Sesungguhnya orang yang tak bernasib baik adalah yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan agung ini.”
Di bagian lain dalam khutbah ini, beliau tunjuki waktu yang paling utama dalam berdoa: Angkatlah kedua tanganmu kepada-Nya untuk berdoa di waktu-waktu shalatmu! Pada saat itulah yang paling utama bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka bermunajat dengan-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, mengabulkan permohonan mereka dan mengijabah doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Di dalam khutbah ini, Rasulullah saw menerangkan tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Adalah bulan Allah, yang membawa berkah, rahmat dan pengampunan-Nya. Bulan termulia, yang tiap-tiap dan semua waktunya adalah waktu-waktu yang terbaik. Di dalamnya, Allah swt mengundang hamba-hamba-Nya dan memuliakan mereka sebagai tetamu-Nya. Dengan semua keistimewaan yang dimiliki bulan teragung ini, tiap nafas yang mereka hembuskan di dalamnya menjadi tasbih dalam arti mensucikan Allah swt. Tidur mereka menjadi ibadah. Amal mereka diterima dan doa mereka diijbah oleh-Nya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh umat Islam di bulan suci ini? Pesan Rasulullah saw kepada umatnya, agar berdoa kepada Allah dengan hati yang tulus, memohon taufiq (kesuksesan; nasib baik) untuk dapat menjalankan semua perintah-Nya, khususnya berpuasa dan membaca kitab suci-Nya, Alquran. Mengapa?
Di sana, tak jauh dari pandangan mata, sebagian orang yang beridentitas muslim meski tahu bahwa di bulan Ramadhan adalah wajib baginya berpuasa, tapi dia sengaja tidak melaksanakannya. Ada juga yang memahami puasa dengan niat saja di dalam hati, dan merasa puas dengan penafsiran yang sesuai dengan seleranya ini. Dalam dua hal ini, artinya mereka tidak mendapat taufik di kala muslimin berpuasa, mereka justru tidak berpuasa.
Sebagian yang berpuasa pun belum tentu membaca Alquran, dikarenakan suatu hal dalam ikhtiarnya, seperti karena dia tidak bisa membaca Alquran. Oleh karena itu, hal seorang muslim di bulan Ramadhan melaksanakan ibadah puasa dan membaca Alquran adalah nasib baik yang Allah karuniakan baginya. Selain itu, banyak karunia yang mendasar dari-Nya seperti karunia hidup di bulan pengampunan ini, namun demikian Rasulullah saw bersabda: فَإِنَّ الشَّقِیَّ مَنْ حُرِمَ غُفْرَانَ اللَّهِ فِی هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِیمِ; “Sesungguhnya orang yang tak bernasib baik adalah yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan agung ini.”
Di bagian lain dalam khutbah ini, beliau tunjuki waktu yang paling utama dalam berdoa: Angkatlah kedua tanganmu kepada-Nya untuk berdoa di waktu-waktu shalatmu! Pada saat itulah yang paling utama bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka bermunajat dengan-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, mengabulkan permohonan mereka dan mengijabah doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.